POLA ASUH ANAK DALAM KONTEKS KOMUNIKASI KELUARGA TANI DI DESA MADAMPI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT *Robyn Panjaitan**Siti Harmin***Marsia Sumule, G. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS HALU OLEO, 0823-4517-9445 [email protected] ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk pola asuh anak dalam konteks komunikasi keluarga tani di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bentuk pola asuh anak dalam konteks komunikasi keluarga tani. Dalam penelitian ini digunakan teori pola-pola hubungan interaksi karya dari Gregory Bateson, Paul Watzlawick, dan Don Jackson yang dikenal dengan Palo Alto Group. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Madampi yang mempunyai anak. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu memilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa informan yang bersangkutan mengetahui dan memahami betul inti permasalahan. Dengan jumlah informan sebanyak 8 orang. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pola asuh yang beragam dalam keluarga tani masyarakat Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bentuk pola asuh anak dalam konteks komunikasi keluarga tani adalah pola asuh demokratis dimana anak bebas mengemukakan pendapatnya dengan syarat tetap santun, orang tua memberikan kebebasan kepada anak tanpa lepas kontrol, pola asuh otoriter dimana anak harus mengikuti kehendak orang tua meskipun tanpa alasan yang jelas, dan pola asuh permisif dimana orang tua berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tetapi cenderung sangat pasif, orang tua permisif cenderung tidak menuntut, serta tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya. Kata Kunci: Pola Asuh, anak, konteks komunikasi, demokratis, otoriter, dan permisif. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 1 ABSTRACT The problem in this research is how the form of parenting in the context of the communication of the family farm in the Madampi Village District Subdistrict Cross Beam Muna west. The purpose of this study to determine the form of parenting in the context of the communication of the family farm. This study used the theory of the relationship patterns of interaction works of Gregory Bateson, Paul Watzlawick, and Don Jackson, known as Palo Alto Group. The subjects in this study were all Madampi village communities that have children. Mechanical determination of informants in this study was done by using purposive sampling choose deliberately taking into account that the informant is concerned to know and understand the true heart of the matter. With the number of informants as many as 8 people. Data were collected using qualitative analysis. The results showed that there is a diverse upbringing in the family farm village society Madampi Muna Western District of Lawa. Based on the research that has been done, the form of parenting in the context of the communication of the family farm is parenting democratic where children are free to express their opinions on the condition remains polite, parents give freedom to the child without losing control, authoritarian parenting where children must follow the will of the parents though for no apparent reason, and permissive parenting where parents tried to accept and educate as best as possible, but tends to be very passive, permissive parents tend not demanding, and does not set a clear goal for his son. Keywords: Parenting, child, communication context, democratic, authoritarian, and permissive. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 2 PENDAHULUAN Keluarga petani merupakan keluarga yang anggota keluarganya (ayah/ibu) memiliki mata pencaharian bercocok tanam baik di sawah atau di ladang untuk menyambung hidup (Khairuddin,1985:10). Pada umumnya hubungan antara orang tua dan anak pada keluarga petani cenderung kurang intensif (jarang) artinya orang tua hanya bisa memperhatikan anak-anaknya pada saat sebelum atau sesudah bekerja, sehingga anak kurang mendapat kasih sayang dan perawatan yang cukup dan orang tua khususnya ibu. Bagaimanapun orang tua lebih dekat dengan anakanaknya sehingga orang tua dapat mengamati dan mengenal anaknya. Jarang orang tua menyadari bahwa banyak yang dapat mereka lakukan untuk merangsang perkembangan intelektual anak sebelum mereka masuk sekolah. Waktu yang tepat untuk belajar dan untuk merangsang dasar-dasar belajar adalah pada saat-saat jauh sebelum anak masuk sekolah. Oleh karena itu, orang tua diberi pengertian mengenai proses-proses belajar di masa dini ini, mereka dapat membantu merangsang kesenangan belajar anak untuk seumur hidupnya sekaligus meningkatkan kecerdasannya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Pengasuhan anak (child rearing) adalah bagian dan proses sosialisasi tata pergaulan keluarga yang mengarah pada terciptanya kondisi kedewasaan dan kemandirian anggota keluarga atau masyarakat tersebut. Mengasuh meliputi menjaga serta memberikan bimbingan menuju pertumbuhan kearah kedewasaan. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 3 Dalam pengasuhan anak sebagian besar orang tua di Desa Madampi menerapkan pola asuh demokratis dimana anak bebas mengemukakan pendapatnya dengan syarat tetap santun. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak tanpa lepas kontrol. Keragaman pengetahuan dan tingkat pendidikan orang tua menerapkan pola asuh yang sangat kompleks ada orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dimana anak harus mengikuti kehendak orang tua meskipun tanpa alasan yang jelas dan pola asuh permisif dimana orang tua berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tetapi cenderung sangat pasif, orang tua permisif cenderung tidak menuntut, serta tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya. Teori Pola-Pola Hubungan Interaksi Pola-Pola Hubungan Interaksi karya dari Gregory Bateson, Paul Watzlawick, dan Don Jackson yang dikenal dengan Palo Alto Group (Littlejohn dan Foss, 2011: 284). Mereka mengatakan ketika dalam sebuah hubungan, tindakan dapat berbicara lebih keras daripada kata-kata. Satuan dasar dari hubungan bukanlah seseorang atau dua orang, tetapi interaksiperilaku yang merespons pada perilaku yang lain. Seiring waktu, sifat-sifat hubungan terbentuk atau dibentuk melalui serangkaian interaksi-respons terhadap respons. Ada dua tipe pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk menggambarkan gagasan ini. Jika dua orang saling merespons dengan cara yang sama, mereka dikatakan terlibat dalam sebuah hubungan simetris (symmetrical relationship), konsep ini menjelaskan pola asuh temporizer maksudnya ketika orang tua menonjolkan kehendak anak juga memaksakan kehendak. Orang tua tidak konsisten. Kedua pelaku dapat saja memberi tanggapan pasif, tanggapan balasan, atau malah keduanya bersikap saling menjaga, Konsep ini membantu menjelaskan bentuk pola asuh yakni pola asuh demokratis dilihat dengan mengadopsi konsep hubungan yang mengatakan anak dan orang tua memberikan tanggapan pasif, tanggapan balasan, atau keduanya bersifat menjaga. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 4 Tipe hubungan yang kedua adalah perlengkapan (complementary). Dalam hubungan ini, pelaku komunikasi merespons dengan cara yang berlawanan. Ketika seseorang bersifat mendominasi, yang lain mematuhinya, konsep ini akan menjelaskan pola asuh otoriter yaitu orang tua mendominasi anak mematuhinya. Ketika bersifat argumentatif yang lainnya diam, konsep ini akan digunakan untuk melihat pola asuh permisif maksudnya ketika anak melampaui batas orang tua diam. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut akan dapat memperoleh data yang akurat untuk keperluan informasi penelitian karena di daerah ini mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani yang akan menjadi objek penelitian. Subyek dan Informan Penelitian Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga tani yang berdomisili di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat. Informan Penelitian Informan yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 8 orang, yang mempunyai anak yang belum menikah dengan usia 0-18 tahun. Informan ini akan mewakili secara proporsional berdasarkan jumlah keluarga tani di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 5 Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu penarikan sampel secara sengaja berdasarkan beberapa kriteria seperti tingkat pendidikan, dan status sosial (Sugiyono, 2009: 85). Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2007: 63). Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh berdasarkan pada bahan informasi atau temuan dari obyek yang diteliti yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer adalah data yang bersumber dari lapangan atau data yang diperoleh secara langsung melalui observasi serta wawancara dari informan dan dokumentasi terhadap obyek penelitian. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara menganalisis literatur-literatur berupa buku-buku, artikel, internet, dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 6 1. Pengamatan (Observastion) yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian dilapangan untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Teknik ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan dapat mendeskripsikan suatu gambaran hasil penelitian secara nyata sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan (Riduwan, 2007: 76). 2. Wawancara yaitu suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, dengan tanya jawab langsung atau tatap muka dengan informan menggunakan pedoman wawancara (Riduwan: 2007: 74). 3. Studi pustaka (Library Study) yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari literatur laporan dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan judul penelitian. 4. Dokumentasi, yaitu cara memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi laporan kegiatan, peraturan-peraturan, foto-foto, dan film yang dibutuhkan peneliti menggunakan gambar dengan maksud agar data yang dikumpulkan lebih akurat (Riduwan, 2007: 77). Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini akan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan dilapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis kemudian dihubungkan dengan teoriteori yang relevan. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan yang diperoleh dari lapangan, dalam pengasuhan anak dalam konteks komunikasi keluarga tani di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat terdapat tiga bentuk pola asuh yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Pola-pola hubungan interaksi karya dari Gregory Bateson, Paul Watzlawick, dan Don Jackson yang dikenal dengan Palo Alto Group (Littlejohn dan Foss, 2011: 284). Ada dua tipe pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk menggambarkan gagasan ini. Jika dua orang saling merespons dengan cara yang sama, mereka dikatakan terlibat dalam sebuah hubungan simetris (symmetrical relationship), konsep ini menjelaskan pola asuh demokratis. Kedua pelaku dapat saja memberi tanggapan pasif, tanggapan balasan, atau malah keduanya bersikap saling menjaga, hal ini sesuai dengan bentuk pola asuh demokratis sesuai dengan konsep hubungan yang mengatakan anak dan orang tua memberikan tanggapan pasif, tanggapan balasan, atau keduanya bersifat menjaga. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat jelas bahwa bentuk pola asuh demokratislah yang paling dominan diterapkan oleh orang tua yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu empat (4) informan dari total sebanyak delapan (8) informan dengan presentase 50%, walaupun ada informan yang menerapkan peraturan seperti halnya orangtua otoriter, tapi mereka masih memberikan penjelasan kepada anaknya mengapa anak harus mematuhi peraturan itu. Temuan penelitian tentang bentuk pola asuh demokratis, tergambar dari tindakannya dan jawaban yang diberikan pada saat dilakukan wawancara terhadap informan. Bahwa informan yang menerapkan bentuk pola asuh demokratis juga memberikan aturan kepada anaknya dan menuntut anak untuk mematuhinya, namun dalam menerapkan aturan orang tua menyertainya dengan penjelasan yang menggunakan kata-kata yang baik dan Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 8 mudah dipahami, sehingga anak tidak merasa keberatan untuk mematuhi atau menjalankan aturan atau larangan yang diterapkan itu. Dalam memberikan larangan atau menerapkan aturan, juga ada informan yang menggunakan pilihan untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada anaknya, sehingga anak merasakan larangan atau aturan itu bukan lagi larangan peraturan yang terpaksa dia ikuti melainkan tanggung jawab bagi dirinya sendiri. Seperti halnya orangtua otoriter, orang tua demokratis juga memiliki seperangkat standar dan aturan yang jelas, ia juga menuntut anak untuk mematuhi segala aturan tersebut, perbedaannya adalah orangtua gaya ini menerapkan peraturan tersebut melalui pemahaman bukan paksaan. Orangtua demokratis berupaya menyampaikan peraturan-peraturan tersebut disertai penjelasan yang dapat dimengerti. Selain itu semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak menggunakan kata-kata yang mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata tidak boleh, wajib, harus dan kurang ajar. Dalam pengasuhan demokratis tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi. Peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Sikap terbuka antara orang tua dan anak adalah ketika orang tua melakukan sesuatu dalam keluarga secara musyawarah dan kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicarikan jalan keluarnya. Tipe hubungan yang kedua adalah perlengkapan (complementary). Dalam hubungan ini, pelaku komunikasi merespons dengan cara yang berlawanan. Ketika seseorang bersifat mendominasi yang lain mematuhinya, konsep ini sesuai dengan bentuk pola asuh otoriter yaitu orang tua mendominasi anak mematuhinya. Tipe pengasuhan ini orang tua menentukan segalanya, semua aturan mutlak dibuat oleh orang tua. Tidak ada pilihan bagi anak, ia harus Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 9 mematuhi orang tuanya meskipun ia terpaksa karena jika ia mengeluh atau menentang ganjaran adalah hukuman. Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh demokratis cenderung menunjukkan prestasi yang lebih tinggi di sekolah, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mampu bertanggungjawab, dan mudah beradaptasi. Temuan penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan tentang bentuk pola asuh otoriter, tampak ada 3 (tiga) informan yang menerapkan pola asuh otoriter artinya presentase penerapan pola asuh ini sebesar 37,5%, dimana dalam mengelola pola asuhnya beliau menerapkan banyak aturan yang harus dipatuhi oleh anak dan memberi hukuman kepada anak ketika anak melanggar aturan tersebut. Hukuman yang diberikan dapat berupa dikuranginya uang jajan, waktu bermain atau tidak diizinkan bermain keluar rumah. Untuk mengatasi perilaku anak berkata kotor, pada umumnya terlihat tindakan yang diambil oleh orangtua lebih mengarah ke tindakan fisik tetapi sebenarnya dapat menyentuh psikis anak. Tindakan yang dilakukan oleh orangtua adalah seperti hendak menjentik anak dan memberi cabe pada anak. Selanjutnya dalam memberi kebebasan kepada anak untuk bermain keluar rumah, ada informan yang tidak memberi izin kepada anaknya untuk bermain keluar rumah, disinggung tentang masalah bersosialisasi dia juga mengatakan disekolah itu sudah cukup bagi anak, hal ini dikarenakan orangtua beranggapan bahwa dengan banyak peraturan yang diterapkan anaknya akan menjadi orang yang disiplin, memiliki perilaku moral yang baik, karena dari kecil sudah terbiasa hidup dengan aturan. Dalam pola asuh otoriter ini terjadi pola komunikasi satu arah, dimana satu orang (orang tua) dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta pendapat dari orang lain. Pemegang Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 10 kuasa (orang tua) memerintahkan kepada yang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Orangtua yang otoriter banyak menuntut dan mengarahkan anak, namun kurang responsif terhadap kebutuhan anak. Mereka menuntut kepatuhan dari anak-anak mereka, dan menganggapnya sebagai kewajiban anak terhadap orang tua. Mereka juga mengagungkan perbedaan status antara orangtua dengan anak, dan mengharapkan perintah mereka dipatuhi tanpa dibantah. Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh otoriter cenderung memiliki rasa percaya diri rendah, kemampuan sosial yang rendah, serta prestasi yang sedang di sekolah, mereka cenderung menutup diri, hal ini disebabkan orang tua membatasi gerak anak seperti tidak boleh keluar rumah jika ingin bermain hanya boleh dihalaman rumah jika anak pergi kerumah tetangga orang tua akan memberikan hukuman. Konsep yang menyatakan ketika bersifat argumentatif yang lainnya diam, konsep ini sesuai dengan bentuk pola asuh permisif ia tidak menerapkan batasan-batasan bagi anak. Dalam bentuk pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya tanpa kontrol ketika anaknya berbuat salah orang tua hanya diam. ada 1 (satu) orang informan yang menerapkan bentuk pola asuh permisif, dalam mengasuh anaknya ada yang menerapkan aturan tapi aturan yang diterapkan itu tidak pernah di jalankan, setiap ada keinginan selalu dipenuhi dan saat anak melakukan kesalahanpun dianggap biasa. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, terdapat satu (1) informan yang menerapkan pola asuh permisif artinya presentase untuk pola asuh ini sebesar 12,5%. Orang tua dengan pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Orang tua permisif Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 11 memberikan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak. Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh permisif cenderung lebih kreatif dan mandiri, namun beberapa penelitian juga menemukan bahwa mereka sulit mengemban tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan hasil observasi penulis yang menemukan bahwa anak yang diasuh orang tua permisif berprestasi disekolah namun ketika orang tua memerintahkan untuk mengerjakan sesuatu (diberi tanggung jawab) anak cenderung tidak mengerjakan karena ia akan beranggapan bahwa orang tuanya masih memberikan toleransi jika ia tidak kerjakan. Mengenai konteks komunikasi keluarga tani di Desa Madampi sehari-hari bekerja diladang baik ayah maupun ibu semua informan melakukan hal ini. Mereka menjadikan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian, banyak waktu yang mereka habiskan untuk mengurus ladang. Orang tua juga melibatkan anaknya dalam kegiatan berladang namun disesuaikan dengan waktu luang anak. Setiap anak diwajibkan oleh orang tua untuk membantu mereka dalam mengurus ladang seperti menjaga kebun agar tanaman tidak dimakan monyet, membersihkan rumput yang mengganggu tanaman, dan melakukan panen. Hal ini dilakukan oleh semua informan dengan cara yang berbeda-beda untuk mengajarkan kepada anak mereka akan kemandirian. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memaksakan anak untuk bisa bekerja diladang ketika pulang sekolah dan hari libur. Setiap pulang sekolah anak ditugaskan untuk menjaga kebun atau membantu orang tua menjaga monyet yang mengganggu tanaman mereka. Jika anak menolak mereka akan memberikan hukuman berupa dicubit atau bahkan dicambuk menggunakan kayu kecil. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 12 Berbeda dengan orang tua otoriter, orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis juga melibatkan anak mereka dalam setiap kegiatan namun tidak dengan paksaan, biasanya orang tua mengambil langkah persuasif agar anak mau membantu. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif tidak mempermasalahkan apakah anaknya mau membantu atau tidak. Orang tua tipe ini kadang memberikan kebebasan kepada anak. Orang tua yang permisif juga mewajibkan kepada anak untuk membantu namun jika anak tidak bersedia meskipun ia mempunyai waktu luang, orang tua ia tidak mempermasalahkan hal itu. Dalam kehidupan sosial keluarga tani masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekerabatan, gotong-royong masih tetap terjaga kelestariannya, hal ini juga dilakukan oleh semua informan. Keluarga tani di Desa Madampi Kecamatan Lawa bertindak berdasarkan norma adat yang berlaku dilingkungannya artinya tindakan mereka masih mempertahankan budaya nenek moyangnya yang penuh dengan sopan santun. Mereka juga peduli akan kelestarian lingkungan sehingga upacara-upacara adat dalam perladangan tetap terjaga. Dimana aturan dalam adat ini mengajarkan petani untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, mereka melibatkan anak mereka dalam setiap upacara adat agar anak mereka paham akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini dilakukan secara turun temurun yang masih dipertahankan sampai saat ini. Konteks komunikasi yang sama diantara semua informan jenis pola asuh yang diterapkan berbeda-beda hal ini tergantung dengan pengalaman informan hal ini terbukti ada informan dengan pendidikan terakhir yang sama namun menerapkan pola asuh yang berbeda. Disisi lain tingginya tingkat pendidikan tidak menjamin ia menerapkan pola asuh yang baik. Dengan kata lain pendidikan, pekerjaan, dan konteks komunikasi sifatnya fleksibel dalam Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 13 pengaruhnya terhadap pola asuh yang diterapkan semuanya bergantung pada pengalaman seseorang. KESIMPULAN Dari pembahasan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga bentuk pola asuh yang diterapkan oleh keluarga tani di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat yaitu: 1. Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak. Pola asuh ini diterapkan beberapa keluarga petani di Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat karena orang tua menganggap bahwa dengan mengatur semua kegiatan anak akan membuat ia lebih baik. Dalam pola asuh otoriter terjadi pola komunikasi satu arah dimana anak hanya menuruti orang tua artinya orang tua menjadi komunikator utama dan mendominasi. 2. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang dominan dilakukan oleh orang tua pada keluarga tani di Desa Madampi. Pola asuh ini menerapkan aturan yang sama dengan pola asuh otoriter, namun orangtua demokratis berupaya menyampaikan peraturan-peraturan tersebut disertai penjelasan yang dapat dimengerti. Dalam pola asuh ini terjadi pola komunikasi dua arah, artinya anak dan orang tua mempunyai kedudukan yang sama dalam proses komunikasi terutama ketika terjadi musyawarah antara anak dan orang tua. 3. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 14 DAFTAR PUSTAKA Dariyo, Agus. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi Atita). Bandung: PT. Refika Aditama. Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar Ed. Ke-5. Ir. Agus Mulyana MSM, translator. Jakarta: Professional Books. Effendy, Onong, Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan Kesembilanbelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djamarah, S. B. 2004. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Bandung: Rineka Cipta. Hurlock, B. Elizabeth. 1990. Perkembangan Anak (Terjemahan Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga. ___________________. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. (Terjemahan Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga. Khairuddin, H. 1985. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Nur Cahaya. Littlejohn, Stephan W. dan Foss, Karen A. 2011. Teori Komunikasi Edisi 9 (Terjemahan Mohammad Yusuf Hamdan). Jakarta: Salemba Humanika. Mubyarto. 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: LP3ES. Redfield, Robert. 1982. Masyarakat Petani dan Kebudayaan (Terjemahan Daniel Dhakidal). Jakarta: Rajawali Press. Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, Edisi ketujuh Jilid Dua,(Terjemahan Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti). Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Singgih, D. Gunarsa. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Utami, Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat Anak. Jakarta: Gramedia. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. Wolf, R. Eric. 1985. Petani: Suatu Tinjauan Antropologis (Diterjemahkan Yayasan IlmuIlmu Sosial (YIIS)). Jakarta: Rajawali Press. Pola Asuh Anak dalam Konteks Komunikasi Keluarga Tani Page 16