THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta MODEL MANAJEMEN BUSINESS CENTER BERBASIS ENTRENEURSHIP PADA SMK BIDANG KEAHLIAN BISNIS MANAJEMEN Tri Kuat Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan email: [email protected] Abstract The objective of this research was to find an effective and efficient model of management business centre to develop the entrepreneurship spirit of SMK students of Management Business Skill Program. This research based on qualitative and quantitative methods model development by Borg and Gall which has been simplified into three construction models, namely: preliminary study, developing the model, and testing the model. Collected data with observation, interview and survey. The research was conducted in SMK N 3 Surakarta, SMK N 6 Surakarta and SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. The model was tested intwo steps internal and external step. The internal step was conducted by using FGD. The external testing was conducted through two trial and error steps. The preliminary trial was conducted in SMK N 6 Surakarta and the second trial was conducted in SMK N 1 Surakarta and SMK Muhammadiyah 2 Klaten. Data was analyzed through descriptive qualitative and quantitative. The research result shows that the business centre from management. Through a developing action, it was found that model of management business center which was systematic, well planned, and can be applied appropriately in having entrepreneurship spririt. The spirit of entrepreneurship that stands out, includes: 1) self-confidence, 2) daring to take a risk, 3) inovative and creative, 4) responsibility, 5) high tighting spirit. The model has been implemented by business center managers and entrepreneurship teachers. The developed model of management business centre has proved to be effective and efficient. Keywords: business center, effective and efficient, Management business of SMK 1. PENDAHULUAN Enterpreuneurship merupakan kemampuan untuk peka terhadap peluang dan memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan perubahan. Diperlukan kemampuan whole brain untuk melakukan inovasi dalam dunia yang semakin global dan persaingan yang kompetitif (Marlo, 2013). Demikian halnya tantangan dunia pendidikan semakin berat, yaitu menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di era global. Permasalahan lulusan yang siap bersaing inilah menjadi kendala dan permasalahan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), masih banyaknya lulusan SMK yang menjadi pengangguran. Sesuai dengan catatan Badan Pusat Statistik jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 7.244.956 orang. SMK tercatat 17,26 persen, disusul tamatan SMA 14,31 persen, universitas 12,59 persen, serta diploma I/II/III mencapai 11,21 persen. Hal ini berarti pengangguran terbuka di tingkat pendidikan SMK masih lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan lainnya. Data tersebut menunjukkan pendidikan di tingkat SMK perlu adanya inovasi dan orientasi pendidikan yang adabtable terhadap perubahan dan siap bersaing dengan kompetitor lainya. Salah satu inovasi yang dikembangkan di SMK adalah mengimplementasikan program bussines center dalam mendukung pengembangan entrepreneur muda Indonesia. Bussines center ini dimulai dari kesadaran berbagai permasalahan yang terjadi dalam menumbuhkan semangat entrepreunership di SMK, adapun permalahan tersebut adalah: (1) sebagian besar guru dan pengelola business center, sikap dan perilaku wirausahanya rendah, pengalaman praktik wirausaha rendah, (2) kurangnya sosialisasi 1514 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 yang dilakukan oleh pihak terkait dalam mensosialisasikan model business center yang akan dikembangkan oleh SMK Bisnis Manajemen, (3) sampai saat ini pihak sekolah masih mencari-cari, belum sepenuhnya paham tentang bagaimana model yang sesuai untuk pengelolaan business center terutama pada fungsinya sebagai tempat praktik/laboratorium kewirausahaan, (4) kondisi saat ini pelaksanaan business center di SMK pada umumnya berjalan apa adanya dan belum disentuh dengan teknologi dan manajemen yang memadai, (5) SMK yang sudah mendirikan business center belum banyak yang memberikan perhatian secara khusus untuk pengembangan business center lebih lanjut, (6) keberadaan business center yang sudah ada di sebagian SMK belum secara optimal memberikan bekal kemampuan berwirausaha kepada para siswa dan lulusannya, (7) belum ada model business center yang baku yang dapat diterapkan di seluruh SMK yang kondisinya variatif dan heterogen. Permasalahan tersebut juga dijumpai pada lokasi penelitian, yaitu di SMK Negeri 3 Surakarta, SMK Negeri 6 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 2 Surakarta, berbagai kendala tersebut adalah sebagai berikut; 1) Banyak siswa tidak tepat waktu dalam melaksanakan tugas kewirausahaan, batas waktu yang diberikan dalam proses kegiatan yang dijalankan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan hal ini berakibat kegiatankegiatan pada business center banyak yang terbengkelai 2) Barang di gudang banyak yang rusak hal ini di karenakan proses waktu yang berjalan tidak dapat optimal. 3) Budaya malu menjual para guru, siswa dan karyawan masih memiliki budaya malu dalam proses jual beli. 4) Barang masih tersisa, persediaan barang untuk dijual cukup banyak karena proses penjualannya tidak berjalan optimal. Kondisi inilah yang menghambat kegiatan business center. Mengingat berbagai permasalahan tersebut ide dan gagasan untuk melakukan perubahan sangat penting dilakukan, maka diperlukan model manajemen business center yang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan menjadikan lulusan SMK UAD, Yogyakarta siap kerja mengisi kesempatan kerja yang ada, atau mandiri dengan berwirausaha. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah; bagaimanakah model manajemen business center SMK bidang keahlian bisnis manajemen saat ini, model manajemen business center hasil pengembangan seperti apakah yang sesuai pada SMK bidang keahlian bisnis manajemen, dan bagaimanakah tingkat keteterapan model manajemen business center yang dihasilkan, yang dilihat dari aspek efektif dan efisiennya. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperbaiki model manajemen business center yang dilaksanakan SMK saat ini, menemukan model manajemen business center yang sesuai dengan SMK bidang keahlian bisnis manajemen, dan mengetahui tingkat keterterapan model manajemen business center yang dihasilkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pengembangan pengelolaan business center pada SMK bidang keahlian bisnis manajemen. 2. KAJIAN TEORI Konsep Pendidikan Sekolah Kejuruan Keberhasilan lulusan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan SMK. Untuk menentukan keberhasilan program pendidikan kejuruan di SMK diukur dengan menerapkan ukuran ganda yaitu: (1) Kriteria keberhasilan di sekolah, meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikulum yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja; (2) Kriteria keberhasilan di luar sekolah. Diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja (Andamari, dkk, 2003: 6). Menurut Hasan (2010:4) bahwa fungsi pendidikan kejuruan adalah: (1) menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan, (2) menyiapkan menjadi tenaga kerja produktif, dalam rangka memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri, menciptakan lapangan kerja, merubah status siswa 1515 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 ketergantungan menjadi produktif, dan(3) menyiapkan siswa menguasai iptek sehingga mampu menguasai dan memiliki kemampuan dasar untuk mengembangkan dirinya. Adapun pendidikan kejuruan bertujuan: (1) memberikan bekal ketrampilan individual dan ketrampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan yang diinginkan, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang ekonomi dan industri, dan (5) mendorong dan meningkatkan kualitas masyarakat. Konsep Managemen Hasibuan (2006: 3) menggarisbawahi pada intinya manajemen memiliki ruang lingkup sebagai berikut: (1) manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai, (2) manajemen merupakan perpaduan ilmu dan seni, (3) manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, kooperatif dan terintegrasi dalam pemanfaatan unsurunsurnya, (4) manajemen baru dapat ditetapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerjasama dalam suatu organisasi, (5) manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab, (6) manajemen terdiri dari beberapa fungsi, dan (7) manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Kewirausahaan Kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Atau dalam arti lain ciri orang yang memiliki kewirausahaan menurut Astamoen (2005:25) menyebutkan karakteristik kewirausahaan ada tujuh sebagai berikut : 1). Mempunyai visi. 2). Kreatif dan inovatif 3). Orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan. 4). Orientasi pada laba dan pertumbuhan 5). Berani menanggung resiko. 6). Berjiwa kompetisi. 7). Cepat tanggap dan gerak cepat berjiwa sosial dengan menjadi dermawan UAD, Yogyakarta Beberapa ciri kewirausahaan secara ringkas dikemukakan oleh Vermon A musselman, Wasty Sumanto dan Geoffrey Meredith (dalam Suryana, 2009:10) yaitu: 1) keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri, 2) kemauan untuk mengambil risiko, 3) kemampuan untuk belajar dari pengalaman, 4) memotivasi diri sendiri, 5) semangat untuk bersaing, 6) orientasi pada kerja keras, 7) percaya pada diri sendiri, 8) dorongan untuk berprestasi, 9) tingkat energi yang tinggi, 10) tegas, 11) yakin pada kemampuan sendiri, 12) tidak suka uluran tangan dari pemerintah/pihak lain di masyarakat, 13) tidak tergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam, 14) kepemimpinan, 15) keorisinilan, dan 16) berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan. Perdagangan Ritel Perdagangan eceran atau perdagangan ritel atau bisnis ritel, adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga. Kegiatan itu mencakup penjualan barang dan jasa kepada pengguna yang bervariasi mulai dari mobil, pakaian, makanan hingga tiket bioskop. Peritel atau retailer adalah mata rantai terakhir dalam proses distribusi (Ma’ruf, 2006: 8). Peritel merupakan mitra dari agen/distributor yang memiliki nama lain wholesaler (pedagang partai besar). Ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari, secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Pengertian ritel tradisional adalah ritel yang sederhana, tempatnya tidak begitu luas, barang yang dijual tidak begitu banyak jenisnya, sistem manajemen masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar harga dengan pedagang. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik menawarkan kenyamanan berbelanja, harga sudah tetap dan adanya sistem swalayan. Konsep Bisnis dan Business Center 1516 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Prinsip-prinsip Business center meliputi: (1) berorientasi pada keuntungan finansial, (2) berorientasi pada kebutuhan konsumen, (3) dikelola tim khusus secara profesional, (4) dilaksanakan dengan cara konsinyasi, dan (5) melibatkan seluruh siswa lingkup program bisnis manajemen dan guru terkait. Pemanfaatan dana bantuan: (1) memenuhi kebutuhan modal kerja apabila ruang operasional bisnis grosir telah tersedia dan memenuhi syarat, (2) memenuhi kebutuhan sebagian modal kerja dan sebagian penyiapan ruang operasional business center; (3) menyiapkan ruang operasional businesss center apabila kebutuhan modal kerja telah terpenuhi atau telah disediakan oleh mitra bisnis SMK, dan (4) koordinasi dan pembimbingan program (maksimal 5%). Pengelola Dana Bantuan Sekolah bertanggungjawab penuh terhadap pengelolaan dana bantuan, baik secara administrasi, keuangan, maupun fisik dalam menjalankan kegiatan bisnis. Model Business center Model menurut Benny (2010:86) adalah sesuatu yang menggambarkan keseluruan konsep yang saling berkitan yang di pandang sebagai upaya untuk mengkongkretkan sebuah teori sekaligus sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang ada dalam teori tersebut. Model dapat diartikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual, yang memperhatikan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik sebab akibat. Karena suatu model ituadalah abstraksi dari realitas dengan demikian pada wujudnya kurang kompleks, dan model dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek realitas yang sedang dikaji. Pemilihan model yang digunakan tergantung pada fenomena (sistem) yang dihadapi. Kredibilitas suatu model tergantung pada efektifitas model. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan diantaranya, Ade Sumilah (2005) yang meneliti tentang pengembangan model pembelajaran berbasis normatif dan adaptif untuk meningkatkan UAD, Yogyakarta kompetensi siswa pada mata diklat kewirausahaan bidang keahlian bisnis manajemen di SMK. Penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development), hasil penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu; hasil pra survey, perencanaan dan pengembangan model serta uji coba model. Selanjutnya Hartanti (2008) dalam penelitiannya yang berjudul manajemen pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship) siswa SMKN 4 Yogyakarta, Penelitian lain yang berhubungan dengan tema kewirausahaan adalah penelitian Hernasih (2002), Judul Profile Kewirausahaan Mahasiswa PKK D3 Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap profil kewirausahaan mahasiswa PKK D3 Tata Busana meliputi kreatifitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model business center yang cocok dilaksanakan di SMK bidang keahlian bisnis manajemen. Maka desain yang dipakai adalah Research and Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983: 772). Lokasi penelitian ini mengambil tempat di SMK Negeri 3 Surakarta, SMK Negeri 6 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2010 sampai dengan semester gasal tahun 2011. Pada waktu tersebut kegiatan belajar mengajar praktik business center mulai dan sedang berlangsung. Bulan Mei tahun 2010 sampai dengan bulan Juli tahun 2010 melakukan kegiatan penelitian kualitatif sebagai bahan informasi untuk perencanaan model di SMKN 6 Surakarta, SMKN 3 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. Prosedur yang digunakan adalah sesuai yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1983:775), dengan melalui sepuluh tahap yaitu: 1) Research and information collecting (tahap penelitian dan pengumpulan informasi), 2) Planning (tahap perencanaan), 1517 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 3) Develop preliminary form of product (tahap membangun pra rencana produk), 4) Preliminary field testing (tahap melakukan uji pendahuluan di lapangan), 5) Main product revision (tahap melakukan revisi produk), 6) Main field testing (tahap melakukan uji produk di lapangan), 7) Operational product revision (tahap revisi produk operasional), 8) Operational filed testing( tahap melakukan operasional di lapangan, 9) Final product revision (tahap revisi produk akhir), 10) Dissemination and implementation (Tahap penyebaran dan pelaksanaan). 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahapan, tahap pertama menggambarkan sekolah-sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang melaksanakan program business center yang dipilih dengan metode dan pendekatan kualitatif, tahap ke dua melakukan uji coba model yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilaksanakan di tiga SMK yaitu, SMK Muhammadiyah 2 Surakarta, SMK N 3 Surakarta dan SMK N 6 Surakarta Dalam penelitian ini komponen model manajamen business center terdiri dari aspek manajemen meliputi perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan, Produksi, Pemasaran, Keuangan, Sumber Daya Manusia (SDM). Dari hasil penelitian kualitatif ditemukan kelemahan dalam pelaksanaan manajemen business center sebagai berikut: 1) Aspek perencanaan yang dilakukan belum menunjukkan proses sistematis dalam grand desain kegiatan business center. Tidak adanya unit yang menjalankan fungsinya di setiap sektor pengelolaan. 2) Keorganisasian belum tertata sesuai dengan kompetensi dan profesionalismenya terutama pada manajemen teknis rata-rata yang mengelola adalah guru bukan tim profesional yang ditugaskan secara teknis sebagai manajer pelaksana. 3) Pelaksanaan business center sekedar menjalankan program sebagai konsekuensi bantuan yang telah diberikan kepada pihak UAD, Yogyakarta sekolah. 4) Pengawasan belum tersusun sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai standar operasional yang baku. 5) Jenis usaha yang dikembangkan tidak melihat perkembangan dan tuntutan keadaan yang memerlukan pemikiran dan konsekuensi yang logis untuk menyesuaikan dengan permintaan. 6) Output yang dihasilkan dalam menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan yang belum optimal. Manajemen Model Business Center Model pengembangan business center pada SMK bidang keahlian Bisnis Manajemen dikembangkan pada tahapan ini berdasarkan hasil analisis kualitatif yang dilakukan sesuai dengan tahapan penelitian. Berdasarkan temuan diatas maka kemudian dikembangkan model hipotetik melalui tahapan: 1) analisis kebutuhan, 2) menyusun model manajemen business center, 3) menyusun pedoman pelaksanaan prosedur operasional, 4) menyusun petunjuk teknis pelaksanaan model business center yang efektif dan efisien. Oleh karenanya model hipotetik dilengkapi dengan bantuan implementasi di lapangan pada saat di ujicobakan. Adapun model hipotetik manajemen business center nampak sebagai berikut: Gambar 1. Model Hipotetik Manajemen Business center SMK Bidang Keahlian Bisnis Manajemen Model hipotetik kemudian di uji cobakan baik secara intern maupun ekstern. Uji coba intern melalui Focus Group Discusion yang 1518 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 melibatkan dua orang ahli, satu orang pengawas SMK, lima kepala sekolah dan lima orang pengelola business center. Pengujian eksternal dilakukan dengan uji coba melalui dua tahap. Uji coba awal dilakukan di SMK N 6 Surakarta dan uji tahap dua dilakukan di SMK N 1 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 2 Klaten. Dari hasil uji coba tahap dua dipergunakan untuk merevisi produk sehingga menjadi produk model manajemen business center akhir. Penetapan Model Manajemen Business Center Akhir nampak sebagai berikut: Gambar 2. Model Pengembangan Manajemen Business Center SMK Hasil Survey Jiwa Kewirausahaan Survey ini dilakukan di SMKN 6 Surakarta di maksudkan untuk mengetahui aplikasi model tahapan sosialisasi dan penanaman konsep business center melalui pembelajaran kepada siswa yang sedang di terapkan. Terutama dari aspek kewirausahaannya. Responden yang dipilih adalah siswa yang aktif dalam model ini. Adapun karakteristik kewirausahaannya meliputi hal berikut; Kebutuhan Berprestasi Tinggi, Karakteristik Percaya Diri, Karakteristik Berorientasi pada Tugas dan Hasil/ locus of control, Karakteristik Menyukai Resiko yang Moderat, Karakteristik Inovatif, Karakteristik Kreatif, Karakteristik Kepemimpinan, Karakteristik Berorientasi Pada Masa Depan, Karakteristik Bertanggung Jawab, Karakteristik Berambisi, Karakteristik UAD, Yogyakarta Memerlukan Umpan Balik Yang Cepat, karakteristik Energik/Memiliki Daya Juang Yang Tinggi, Karakteristik Belajar Dari Kesalahan/Kegagalan. Survey dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa, hasil angket diberi skor untuk pernyataan positif; sangat setuju 5, setuju 4, kurang setuju 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju1. Untuk pernyataan negatif; sangat setuju skor 1, setuju 2, kurang setuju 3, tidak setuju 4, dan sangat tidak setuju 5. Hasil skor dicari reratanya kemudian di interpretasikan. Interpretasi rerata skor sebagai berikut: rerata skor 4,2 – 5 kategori sangat baik; 3,5 – 4,1 kategori baik; 2,6 - 3,4 kategori cukup; 1,8 – 2,5 kategori kurang; dan kurang atau sama dengan 1,7 kategori sangat kurang. Adapun hasil survey jiwa kewirausahaan yang menonjol meliputi 1) rasa percaya diri, 2) berani menanggung resiko, 3) inovatif dan kreatif, 4) tanggungjawab, 5) daya juang yang tinggi. Efektivitas dan efisiensi Model Untuk melihat efektifitas dari pengembangan business center dilihat dari kejelasan tujuan business center, kejelasan strategi pencapaian tujuan, penyusunan program business center dan operasionalisasi kegiatan business center. Secara terperinci dapat dijelaskan tingkat efektifitas dari pengembangan business center sebagai hasil uji coba lapangan. Sedangkan untuk efisiensi yang menjadi indikator dapat dilihat dari dua aspek yaitu unsur kegiatan dan unsur hasil. Unsur kegiatan dilihat dari aspek, tenaga/SDM, sarana prasarana, waktu dan ruang. Unsur hasil dikatakan efisien di lihat dari aspek kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Model Manajemen Business Center saat ini belum bisa optimal 2. Model Manajemen Business Center hasil pengembangan terdiri dari komponen model, isi model dan sasaran. Komponen model meliputi fungsi manajemen yang terdiri dari aspek perencanaan, 1519 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengelolaan business center meliputi aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan SDM. Tahapan pelaksanaan business center terdiri dari sosialisasi, riil bisnis, kegiatan aplikasi business center. 3. Model Manajemen Business Center dapat diimplementasikan dengan efektif dan efisien. Saran Pemanfaatan. 1. Model manajemen business center sesuai produk akhir perlu diterapkan disemua SMK bidang keahlian bisnis manajemen dengan didukung komitmen pemangku kebijakan di tingkat sekolah maupun dinas. 2. Pihak Sekolah bersunguh-sungguh menjalankan model manajemen business center ini dimaknai dalam upaya pengembangan budaya bisnis di sekolah melalui praktik langsung menjadi wirausahawan. 3. Business center perlu menjadi cirikhas bagi pendidikan vokasi, hal ini disebabkan model ini dapat menjadi desain pengembangan budaya bisnis di sekolah khususnya pendidikan` kejuruan yang mencetak tenaga yang kompeten di bidangnya sesuai dengan kebutuhannya. 6. REFERENSI Ade Sumilah. 2005. Pengembangan model pembelajaran berbasis normatif dan adaftif untuk meningkatkan kompetensi siswa pada mata diklat kewirausahaan bidang kehalian bisnis dan manajemen di SMK. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. UAD, Yogyakarta Benny, P. 2010. Model desain sistem pembelajaran. PT Dian Rakyat. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Data pengangguran terbuka Agustus 2012 https://www.bps.go.id/index.php/penca rian?searching=data+pengguran+terbu ka+agustus+2012&yt1=Search . Diakses 25 Januari 2013. Hasan, B. 2010. Pendidikan kejuruan di Indonesia http://.file.upi/Direktori/FPTK/JUR._P END._TEKNIK_ELEKTRO/BACHTIA R_HASAN. Diakses 23 Mei 2012. Hasibuan, Malayu.S.P. 2006. Manajemen, dasar, pengertian dan masalah. Bumi Aksara. Jakarta. Hartanti. 2008. Manajemen pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship) siswa SMKN 4 Yogyakarta. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Ma’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran ritel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Marlo, Abu. 2013. Entrepreunership Hukum Langit Sedekah Bukan Keajaiban, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suryana. 2009. Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta Astamoen, Moko P. 2005. Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa Indonesia. Cetakan I. Alfabeta. Bandung Borg, W.R. & Gall, M.D. 1989. Educational reseach: An introduction. (5thed.) Longman inc, 1560 Broadway. New York. 1520