Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Distributor Cat CV X di

advertisement
Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Distributor Cat CV X di Depo
Kuningan
1,2)
Alnand Saputra1, Churiah Agustini Santoso, Ir., MSIE.2
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan
Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan jumlah pembangunan yang ada dapat dilihat sebagai sebuah peluang usaha
oleh sebagian orang, salah satunya di bidang distributor cat. Cat dapat dikatakan penting
keberadaannya karena kegunaannya sebagai bahan pelindung ataupun penghias bagi suatu
bangunan.
Depo Kuningan merupakan salah satu cabang distributor cat dari CV X yang berpusat di
kota Bandung, Jawa Barat. Saat ini, CV X berencana untuk mengembangkan usahanya di Depo
Kuningan dengan memaksimalkan perluasan pasar cat dekoratif. Rencana pengembangan usaha
juga melingkupi pembelian lahan bangunan secara keseluruhan karena saat ini, Depo Kuningan
hanya mengontrak sebagian bangunan saja. Pengembangan usaha ini diharapkan dapat
meningkatkan penjualan dan keuntungan untuk CV X di Depo Kuningan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk melihat kelayakan usaha terhadap
pengembangan ini. Aspek-aspek yang akan diperhatikan dalam studi kelayakan pengembangan
usaha ini adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis, dan aspek
finansial. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai pengembangan usaha yang
akan dilakukan serta dapat dijadikan acuan oleh kepala depo untuk meningkatkan kesuksesan
pengembangan usaha yang ingin dilakukan.
.
Kata kunci: Kelayakan usaha, Distributor cat, Cat dekoratif
Pendahuluan
Bangunan atau yang biasa disebut rumah
atau gedung, memiliki berbagai macam
bentuk, ukuran, fungsi, serta penyesuaian
seiring berkembangnya zaman. Keberagaman
ini dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi cuaca,
kondisi tanah, maupun alasan estetika.
Terdapat berbagai macam fungsi dari suatu
bangunan, seperti tempat berlindung (tempat
tinggal), tempat untuk bekerja, tempat untuk
bersekolah, tempat bermain, dan khususnya
bangunan juga memberikan rasa aman dan
nyaman. Selain itu, bangunan ini juga
dimanfaatkan untuk pembangunan sebuah
proyek. Proyek yang dimaksud adalah seperti
pembangunan pabrik, pembangunan mall,
pembangunan gedung bertingkat, dan lain-lain.
Bangunan pastinya akan membutuhkan
perawatan,
perlindungan,
dan
bahkan
semacam hiasan agar dapat memberikan
keindahan tersendiri bagi pemiliki maupun
orang lain dan hal tersebut yang dibutuhkan
adalah cat. Dalam konteks perumahan, cat
biasanya digunakan untuk cat dinding baik
interior maupun eksterior. Cat-cat tersebut
biasanya dibeli di toko-toko besi dan toko-toko
tersebut biasanya mendapatkan cat-cat dari
supplier masing-masing yang tidak lain adalah
para distributor cat.
Salah satunya adalah CV X yang terletak di
Bandung. CV X ini merupakan salah distributor
cat khususnya untuk cat dekoratif (cat tembok,
cat genteng, cat langit-langit, dan yang
lainnya), cat otomotif, dan cat industri. CV X
memiliki cabang distributor yang terletak di
wilayah Jawa Barat, salah satunya di daerah
Kuningan. Cabang distributor di Kuningan ini
biasa disebut dengan istilah depo Kuningan.
Depo Kuningan sudah berdiri sejak tahun 2013
dimana dari awal hingga saat ini, Depo
Kuningan
hanya
mengontrak
sebagian
bangunan yang berada di dalam satu lahan
besar. Lahan besar tersebut terdiri dari
beberapa bangunan yang dulunya digunakan
untuk aktivitas produksi dan menyimpan sirup
minuman, serta terdapat juga rumah pemilik
lahan tersebut. CV X hanya mengontrak
sebuah ruko untuk dijadikan kantor Depo
Kuningan. Saat ini Depo Kuningan melakukan
penjualan untuk cat dekoratif di Rayon
Kuningan yang meliputi daerah Sumedang,
Kadipaten, Majalengka, Sumber, Cirebon,
Cikijing, Indramayu, hingga Brebes. Penjualan
untuk cat dekoratif di pasar saat ini belum
maksimal karena terdapat kekurangan pada
salesman dan kurangnya tempat untuk
menyimpan produk cat tersebut. Atas
pertimbangan kinerja yang baik Depo
Kuningan dari awal hingga saat ini, CV X ingin
membeli keseluruhan bangunan tersebut untuk
dilakukan pengembangan di Depo Kuningan.
Pengembangan tersebut akan dilakukan
dengan memaksimalkan supply ke toko-toko
yang belum terjangkau di Rayon Kuningan.
Berikut Tabel 1 yang merupakan sebagian
daftar untuk toko-toko yang belum tergarap.
Tabel 1 Daftar Toko Baru
N
o
1
Nama Toko
Amelia Jaya
II
2
AL Hikmah
3
Kurnia Ilahi
4
TB. Murni
Baru
5
Kasim
6
Agung
Hikmat
7
Alam Jaya
Alamat
Jl. Merdeka No. 16, Banjarharjo
Ciwaringin, Cirebon
Raya Dampu Awang, Karang
Ampel
Desa Kadipaten, Kampung
Cangkring
Lengkong
Sindang Wasa Palasa,
Jatiwangi
Jl. Cisarua No.90, Gelembung
Wilayah
Brebes
Cirebon
Indramay
u
Kadipate
n
Kuningan
Majaleng
ka
Sumedan
g
Dapat dilihat pada Tabel 1 merupakan
sebagian toko-toko yang belum tergarap oleh
Depo Kuningan. Keseluruhan toko berjumlah
174 toko dimana toko-toko tersebut tersebar di
wilayah Sumedang, Kadipaten, Majalengka,
Cirebon, Kuningan, Brebes, dan juga
Indramayu.
Adanya
keinginan
pengembangan tersebut, maka diperlukan
untuk melakukan analisis kelayakan usaha
agar pihak terkait dapat melihat gambaran ke
depan kelayakan usaha yang dilakukan dan
juga mempertimbangkan untuk melakukan
pengembangan usaha ini.
Metode Penelitian
1. Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), studi
kelayakan bisnis diartikan sebagai kegiatan
yang mempelajari tentang bisnis yang akan
dijalankan secara mendalam dengan tujuan
untuk mengetahui layak atau tidaknya bisnis
tersebut. Selain itu juga terdapat tujuan-tujuan
lain dalam dilakukannya studi kelayakan bisnis
ini. yaitu:
1. Mengurangi resiko kerugian.
2. Memudahkan perencanaan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
4. Memudahkan pengawasan.
5. Memudahakan pengendalian.
Dalam melakukan penilaian pada studi
kelayakan bisnis, diperlukan aspek-aspek yang
sekiranya berkaitan dengan bisnis tersebut
dan dapat membantu menentukan kelayakan
bisnis tersebut, antara lain (Kasmir dan Jakfar,
2012):
1. Aspek Pasar dan Pemasaran.
2. Aspek Manajemen.
3. Aspek Teknis.
4. Aspek Keuangan.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam melakukan analisis pasar tersebut,
dapat menggunakan ide dari metode yang
disebut Real-Worth-Win-it (RWW). Maksud
dari ide metode RWW tersebut adalah hanya
mengambil
beberapa
dari
keseluruhan
pertanyaan yang ada pada metode tersebut.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2012), terdapat
beberapa pertanyaan yang perlu diajukan
kepada pembuat usaha itu sendiri, antara lain:
1. Apakah terdapat kebutuhannya?
2. Mampukah konsumen membelinya?
3. Akankah konsumen membelinya?
4. Dapatkah produk tersebut memuaskan
pasar? Adakah keuntungan dibandingkan
dengan kompetitor lain?
Keseluruhan pertanyaan tersebut akan
dijawab secara subjektif oleh pembuat usaha
tersebut dan jika seluruh jawaban dari
pertanyaan tersebut adalah ‘ya’, maka aspek
pasar untuk usaha tersebut dapat dikatakan
layak.
Aspek pemasaran yang digunakan dengan
strategi yang pertama yang disebut metode
STP (Segmenting, Targeting, and Positioning)
dimana segmenting merupakan pembagian
wilayah pasar berdasarkan kategori-kategori
yang ada, kemudian targeting merupakan
pasar target lebih rinci yang dituju untuk
pengembangan
usaha,
dan
positioning
merupakan pemberian informasi dari kelebihan
produk. Kemudian untuk strategi kedua adalah
bauran pemasaran (Marketing Mix) yang istilah
4P (product, price, promotion, and place).
3. Aspek Manajemen
Definisi manajemen menurut Kasmir dan
Jakfar
(2012)
adalah
suatu
proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin,
mengendalikan usaha anggota organisasi dan
proses penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan oleh organisasi. Dalam aspek
manajemen, terdapat 4 komponen yang terdiri
di dalamnya, yaitu planning, organizing,
actuating, dan controlling.
Kemudian dalam aspek manajemen juga
akan membahas mengenai struktur organisasi
dalam
perusahaan.
Struktur
organisasi
diperlukan dalam suatu perusahaan agar tiaptiap orang dalam perusahaan tersebut
mengetahui wewenang dan tingkatannya
masing-masing. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2012), terdapat dua bentuk struktur organisasi
secara umum, yaitu struktur organisasi lini dan
struktur organisasi fungsional.
4. Aspek Teknis
Dalam aspek teknis ini akan dibahas
mengenai perencanaan tata letak (layout).
Perencanaan layout perlu dilakukan karena
dapat mewujudkan tercapainya efisiensi
operasi. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012),
terdapat
beberapa
keuntungan
dalam
melakukan perencanaan layout, antara lain:
1. Memberikan ruang gerak yang cukup untuk
beraktivitas.
2. Pemakaian ruang yang efisien.
3. Pemberian kenyamanan, kesehatan, dan
keselamatan kerja yang lebih baik.
5. Aspek Finansial
Aspek finansial pada studi kelayakan bisnis
merupakan aspek yang paling penting untuk
dianalisis. Aspek finansial akan berkaitan
dengan seluruh aktivitas keuangan dalam
suatu bisnis baik itu pendapatan maupun
pengeluaran. metode yang dapat digunakan
untuk menganalisis aspek finansial dari suatu
bisnis, yaitu: Net Present Value (NPV),
Discounted Payback Period (DPP), Internal
Rate of Return dan Modified Internal Rate of
Return (IRR dan MIRR), dan Profitability Index
(PI).
Hasil dan Pembahasan
1. Aspek Pasar
Setiap bisnis atau usaha yang dilakukan,
hal pertama yang perlu dilihat adalah ada
tidaknya pasar untuk bisnis tersebut. Aspek
pasar
yang
dilakukan
akan
melihat
menggunakan ide dari metode RWW.
Pengembangan akan dilakukan untuk melihat
apakah
masih
terdapat
pasar
untuk
pengembangan cat dekoratif di Depo
Kuningan. Berikut dibawah ini beberapa
pertanyaan penting dari metode RWW yang
diajukan untuk melihat kelayakan pasar.
1. Apakah terdapat kebutuhannya?
Cat dekoratif ditujukan untuk melakukan
pengecatan pada bagian bangunan seperti
tembok, genteng, dan langit-langit. Tidak dapat
dipungkiri juga, sudah banyak sekali bangunan
sekarang yang ada. Bangunan tersebut perlu
memiliki pemeliharaan yang baik, salah
satunya dengan dilakukannya pengecatan.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pasar
untuk kebutuhan cat dekoratif masih ada.
2. Mampukah
konsumen
membelinya?
Akankah konsumen membelinya?
Produk cat dekoratif yang dimiliki CV X ini
memiliki kualitas dan harga yang dapat
bersaing
dengan
para
kompetitornya.
Kelebihan dibandingkan dengan kompetitor
adalah bahwa produk cat ini memiliki daya
serap dan daya sebar yang lebih baik serta
harga yang lebih murah dari kompetitor.
3. Dapatkah produk kita memuaskan pasar?
Adakah keuntungan dibandingkan dengan
produk lain?
Produk cat dekoratif yang dijual dapat dibilang
masih brand baru (belum banyak yang
mengenal). Brand baru ini bisa menjadi
kelebihan untuk toko yang menjual karena bisa
mendapat laba yang lebih besar jika
dibandingkan dengan menjual produk brand
ternama. Kualitas yang diberikan juga dapat
bersaing karena setiap brand yang ada pada
cat dekoratif ini, memiliki kompetitor brand-nya
masing-masing
dimana
perbandingan
kualitasnya telah diuji ketika pembuatan cat ini
di pabrik.
Pada pasar saat ini, Depo Kuningan
memiliki jumlah toko untuk pasar cat dekoratif
sebanyak 258 toko dan akan dilakukan
pengembangan pasar untuk toko-toko baru
yang belum tergarap seperti yang telah
disebutkan pada Tabel 1. Demikian, dapat
dikatakan
terdapat
pasar
target
dari
pengembangan usaha cat dekoratif ini.
2. Aspek Pemasaran
Pemasaran sangat perlu dilakukan guna
untuk konsumen mengetahui produk-produk
yang dijual. Pada aspek pemasaran ini, akan
digunakan strategi yang biasa dikenal dengan
metode STP (Segmenting, Targeting, and
Positioning) dan juga strategi bauran
pemasaran (Marketing Mix) yang terdiri dari 4P
(product, price, promotion, and place).
Pertama akan dibahas mengenai metode
STP. Langkah pertama dalam metode ini
adalah menentukan segmentasi untuk produk
pengembangan yaitu cat dekoratif, yaitu:
1. Demografis
Segmentasi ini akan melihat mengenai
sekelompok orang yang memiliki usaha/toko
yang menjual produk cat dekoratif.
2. Geografis
Segmentasi ini menargetkan pasar yang
berada di provinsi Jawa Barat.
Selanjutnya, untuk targeting atau pemilihat
pasar
target,
didapat
dari
kombinasi
segmentasi yang dilakukan, maka dipilihlah
target pasar untuk cat dekoratif adalah tokotoko besi atau bahan bangunan yang menjual
cat dekoratif dan berada di Rayon Kuningan.
Terakhir untuk positioning, yang merupakan
pengenalan kelebihan produk, Depo Kuningan
akan memberikan produk cat dengan harga
bersaing dan bahkan lebih murah dengan
kualitas yang dapat bersaing dengan para
kompetitornya.
Selanjutnya, akan dibahas mengenai
penggunaan metode bauran pemasaran
(Marketing Mix) untuk aspek pemasaran.
Bauran pemasaran terdiri dari komponen 4P,
yaitu:
1. Product
Produk cat dekoratif yang dijual memiliki
kualitas yang dapat bersaing seperti yang
sudah dijelaskan pada positioning di metode
STP.
2. Price
Harga yang diberikan untuk produk cat
dekoratif merupakan harga yang bersaing dan
dapat lebih murah dari para kompetitornya.
3. Promotion
Promosi yang dilakukan adalah dengan
pemberian sampel untuk toko, pemasangan
plang pada toko-toko yang dipunya saat ini,
pemasangan baliho, dan program pemberian
bonus untuk toko jika mampu mencapai jumlah
target penjualan tertentu. Berikut Gambar 1
yang merupakan contoh dari pemasangan
plang pada toko.
Gambar 1 Pemasangan Plang untuk Toko
Gambar 1 merupakan salah satu contoh
pemasangan plang untuk toko yang berada di
daerah Sumedang. Pemasangan plang
tersebut bermaksud untuk mempromosikan
produk-produk yang dijual oleh Depo Kuningan
di toko tersebut. Kemudian, dapat dilihat
contoh dari pemasangan baliho pada Gambar
2 berikut.
Gambar 2 Pemasangan Baliho
Gambar 2 merupakan salah satu contoh
pemasangan baliho di daerah Ciawi Gebang,
Kuningan. Pemasangan baliho tersebut
bermaksud untuk mempromosikan produkproduk yang dijual oleh Depo Kuningan di
daerah tersebut.
4. Place
Lokasinya berada di kota Kuningan. Depo
Kuningan berperan sebagai gudang perantara
bagi CV X yang berpusat di Bandung, dengan
tujuan agar pengiriman di daerah Rayon
Kuningan berjalan lebih efektif dan efisien.
Kemudian untuk metode pengiriman yang
dilakukan adalah dengan pengiriman secara
tonase. Maksudnya adalah terdapat batas
minimal dan maksimal (dalam ton) untuk dapat
dilakukannya
pengiriman,
tetapi
jika
pengiriman tidak mencapai batas minimal,
maka akan diberikan toleransi 3 hari sebelum
pengiriman dilakukan.
3. Aspek Manajemen
Depo Kuningan saat ini terdiri dari kepala
depo dan staf-stafnya. Staf-staf yang dimiliki
oleh Depo Kuningan saat ini adalah 2 admin
(admin keuangan dan admin faktur), 1 kepala
gudang, 1 wakil kepala gudang, 3 salesman, 1
supir, 1 kenek, dan 1 helper. Berikut Gambar 3
untuk melihat lebih jelas struktur organisasi di
Depo Kuningan.
untuk penyimpanan barang, terdapat juga WC
dan meja kecil di sebelah gudang 3 yang
merupakan tempat untuk Kepala Gudang.
Gambar 3 Struktur Organisasi di Depo
Kuningan
Selain itu, penambahan deskripsi kerja juga
perlu dilakukan, agar setiap jabatan memiliki
tugas yang jelas dan bertanggungjawab atas
tugas-tugasnya tersebut.
4. Aspek Teknis
Dalam aspek teknis saat ini, lokasi usaha
untuk Depo Kuningan hanya mengontrak
sebagian bangunan saja seperti yang sudah
dijelaskan pada Bab I. Bangunan yang saat ini
ditempati oleh Depo Kuningan sebelumnya
merupakan pabrik sirup, dikarenakan pabrik
sirup sudah tidak aktif lagi, maka pemilik
bangunan
memutuskan
untuk
mengontrakannya. Bangunan yang dikontrak
oleh diberi warna jingga pada layout dimana
bangunan tersebut terdiri dari 2 lantai.
Kemudian, terdapat bagian tempat seperti
gudang tengah, gudang sirup, dan gudang
belakang yang diberi garis-garis diagonal pada
layout untuk menandakan bahwa bangunan
tersebut diberi pinjam oleh pemilik bangunan
tanpa memungut biaya ke Depo Kuningan
sehingga dapat menyimpan produk-produk
catnya di tempat tersebut, tetapi masih
terdapat juga barang-barang pemilik bangunan
seperti botol-botol sirup dan keramik-keramik..
Berikut Gambar 4 mengenai layout Depo
Kuningan lantai 1.
Lalu pada lantai 2 bangunan yang dikontrak
oleh Depo Kuningan, terdapat ruang untuk
admin keuangan dan admin faktur bekerja,
kamar untuk kepala depo beristirahat, tempat
untuk kepala depo bekerja, tempat untuk rapat,
dan juga gudang 4. Berikut diberikan Gambar
5 mengenai layout bangunan Depo Kuningan
lantai agar terlihat lebih jelas posisi ruanganruangan yang ada.
Gambar 5 Layout Bangunan Depo Kuningan
Lantai 2
Kemudian pada aspek teknis ini, akan
dilihat juga mengenai kebutuhan posisi
penempatan produk, volume area yang
dibutuhkan untuk produk, serta kapasitas muat
gudang tersebut dan terdapat beberapa data
yang diperlukan untuk perhitungan tersebut,
antara lain:
Tabel 2 Data Kebutuhan Perhitungan
Kapasitas Gudang
Data Kebutuhan
Cat dalam Pail
Cat dalam
Dus
Gang
Tumpukan
Maks. Pail
Tumpukan
Maks. Dus
d = 30 cm, t = 40
cm
40 x 45 x 20 cm
Vol. = 0,028 m3
Vol. = 0,036 m3
60 cm
5 tumpukan
7 tumpukan
Dapat dilihat penempatan produk cat yang
sudah diatur seperti Gambar 6, gudang 1 yang
berada di lantai 1 dapat menampung 245 dus
dengan volume area yang dibutuhkan untuk produk
3
sebesar 8,82 m
Gambar 4 Layout Bangunan Depo Kuningan
Lantai 1
Pada Gambar 4 yang merupakan
bangunan yang dikontrak pada lantai 1,
terdapat gudang 1; gudang 2; dan gudang 3
Gambar 9 Gudang 4 (6,5 x 17m)
Gambar 6 Gudang 1 (3 x 5m)
Kemudian pada Gambar 7, dapat dilihat
dengan penempatan produk cat yang sudah
diatur untuk gudang 2 dimana dapat
menyimpan 616 dus dengan volume area yang
dibutuhkan untuk keseluruhan produk sebesar
3
22,18 m . Berikut Gambar 7 untuk gudang 2.
Kemudian pada Gambar 10, dapat dilihat
untuk penempatan produk cat di gudang
tengah dimana dibagi menjadi daerah A-E
untuk penyimpanannya. Daerah A mampu
menyimpan sebanyak 245 dus atau 260 pail,
daerah B hingga daerah D masing-masing
mampu menyimpan sebanyak 238 dus atau
240 pail, dan daerah E dapat menyimpan 133
dus atau 260 pail. Volume area yang
dibutuhkan untuk keseluruhan produk adalah
3
3
39,31 m (dus) dan 34,72 m (pail). Berikut
Gambar 10 untuk gudang tengah.
Gambar 7 Gudang 2 (3,5 x 10m)
Lalu untuk Gambar 8 yang merupakan
gudang 3 yang berada di lantai 1 akan
menunjukkan pembagian daerah A, B, dan C
dengan maksud bahwa tiap-tiap daerah
tersebut digunakan untuk menyimpan produk
cat dalam dus maupun pail. Daerah A mampu
menyimpan sebanyak 420 dus atau 450 pail,
daerah B mampu menyimpan sebanyak 434
dus atau 690 pail, dan daerah C dapat
menyimpan 434 dus atau 460 pail dengan
volume area untuk menyimpan produk sebesar
3
3
46,37m (dus) dan 44,8m (pail). Berikut
Gambar 8 untuk gudang 3.
Gambar 10 Gudang Tengah (6 x 9m)
Lalu pada Gambar 11, dapat dilihat untuk
penempatan produk cat di gudang sirup
dimana dibagi menjadi daerah A-L. Daerah A
dan B masing-masing mampu menyimpan
sebanyak 77 dus atau 85 pail, daerah C
mampu menyimpan sebanyak 91 dus atau 100
pail, dan daerah D hingga daerah L masingmasing dapat menyimpan 168 dus atau 190
pail. Lalu, untuk volume daerah yang
dibutuhkan untuk menyimpan keseluruhan
3
3
produk sebesar 63,25 m (dus) dan 55,44 m
(pail). Berikut Gambar 11 untuk gudang sirup.
Gambar 8 Gudang 3 (6,5 x 15m)
Kemudian
untuk
Gambar
9
yang
merupakan gudang 4 pada lantai 1, dapat
menampung 1680 dus dengan volume area
produk yang dibutuhkan sebesar 60,48 m3.
Berikut Gambar 9 untuk gudang 4.
Gambar 11 Gudang Sirup (7 x 14m)
Terakhir pada Gambar 12, dapat dilihat
untuk penempatan produk cat di gudang
belakang dimana dibagi menjadi daerah A, B,
dan C. Daerah A dan C masing-masing
mampu menyimpan sebanyak 70 dus atau 75
pail dan daerah B mampu menyimpan
sebanyak 70 dus atau 150 pail dengan volume
area yang dibutuhkan keseluruhan sebesar
3
3
7,56 m (dus) 8,4 m (pail). Berikut Gambar 12
untuk melihat penempatan
gudang belakang.
produk
pada
Gambar 12 Gudang Belakang (6 x 2,5m)
5. Aspek Finansial
Sebelum melihat pada aspek finansial
pengembangan, akan dilihat aspek finansial
saat ini mengenai biaya pengeluaran Depo
Kuningan tahun 2014-2015, kemudian akan
dilihat laba bersih yang didapat serta arus kas
untuk tahun 2014-2015. Biaya pengeluaran
Depo Kuningan dibagi menjadi dua, yaitu biaya
pengeluaran tetap dan biaya pengeluaran
tidak tetap. Biaya pengeluaran tetap Depo
Kuningan terdiri dari:
a. Gaji.
b. Uang makan.
c. Sewa motor.
d. Perjalanan salesman (sudah termasuk
uang makan dan bensin).
Sedangkan untuk biaya pengeluaran tidak
tetap Depo Kuningan terdiri dari:
a. Insentif dan bonus sales.
b. Air dan listrik.
c. Parkir dan BBM mobil pengiriman.
d. Pemeliharaan mobil.
e. Operasional kantor (ATK, alat kebersihan,
pulsa BB).
f. Biaya lain-lain (perizinan, administrasi
bank, acara depo, dan yang lainnya).
Agar dapat melihat lebih rinci biaya
pengeluarannya, berikut Tabel 3 dan Tabel 4
mengenai biaya pengeluaran Depo Kuningan
tahun 2014 dan 2015.
Tabel 3 Biaya Pengeluaran Tahun 2014
Keterangan
PENGELUARAN
Gaji Karyawan
Uang Makan Karyawan
Biaya Tetap
Biaya Sewa Motor
Biaya Perjalanan
Salesman
Insentif dan Bonus
Salesman
Air dan Listrik Kantor
Biaya Tidak
Tetap
Parkir dan BBM Mobil
Biaya Pemeliharaan
Mobil
Biaya Operasional
Kantor
Biaya Lain-Lain
JUMLAH
Keterangan
175.350.000,00
Rp
14.700.000,00
Rp
4.625.000,00
Rp
69.084.800,00
Rp
48.391.000,00
Rp
2.449.900,00
Rp
18.875.507,00
Rp
18.075.008,00
Rp
15.788.914,00
Rp
5.532.000,00
PENGELUARAN
372.872.129,00
2015
Gaji Karyawan
Rp
205.140.000,00
Rp
21.000.000,00
Rp
9.000.000,00
Rp
95.866.000,00
Rp
63.356.000,00
Rp
2.218.200,00
Rp
28.753.113,00
Rp
18.098.111,00
Rp
23.330.795,00
Biaya Lain-Lain
Rp
13.474.750,00
JUMLAH
Rp
480.236.969,00
Uang Makan Karyawan
Biaya Tetap
Biaya Sewa Motor
Biaya Perjalanan
Salesman
Insentif dan Bonus
Salesman
Air dan Listrik Kantor
Biaya Tidak
Tetap
2014
Rp
Rp
Pada Tabel 3 yang merupakan pengeluaran
selama tahun 2014 Depo Kuningan, gaji
karyawan yang ditanggung adalah untuk 9
orang karyawan dengan rincian kepala depo,
kepala gudang, 2 orang admin, 1 salesman,
wakil kepala gudang, supir, kenek, dan helper.
Uang makan karyawan yang ditanggung
hanyalah untuk 2 orang admin, kepala gudang,
wakil kepala gudang, supir, kenek dan helper
sebesar, dikarenakan uang makan untuk
salesman sudah termasuk dalam biaya
perjalanan salesman.
Kemudian untuk Tabel 4 yang merupakan
pengeluaran Depo Kuningan tahun 2015,
hampir
keseluruhan
biaya
mengalami
kenaikan, hal tersebut disebabkan karena
naiknya gaji untuk para karyawan, naiknya
uang makan, insentif yang dikeluarkan
semakin besar karena salesman dan kepala
depo yang mencapai target penjualan.
Kemudian untuk parkir dan BBM mobil yang
semakin besar karena semakin seringnya
pengiriman yang dilakukan, dan hal terakhir
yang
mempengaruhi
adalah
karena
terdapatnya penambahan untuk 2 orang
salesman. Berikut merupakan tabel 4.
Tabel 4 Biaya Pengeluaran Tahun 2015
Parkir dan BBM Mobil
Biaya Pemeliharaan
Mobil
Biaya Operasional
Kantor
Kemudian,
setelah
melihat
biaya
pengeluaran, berikut ini akan diberikan
mengenai data laba bersih dan arus kas tahun
2014 dan 2015. Berikut Tabel 5 mengenai arus
kas Depo Kuningan tahun 2014.
Tabel 5 Arus Kas Tahun 2014
Keterangan
2014
Penerimaan
Rp
4.332.864.475,00
Pembelian Bahan
Rp
3.439.427.820,26
Pengeluaran 2014
Rp
372.872.129,00
Depresiasi
Rp
60.768.667,00
Laba Bersih
Rp
459.795.853,75
Pajak
Rp
43.328.644,75
Laba Bersih Setelah Pajak
Rp
416.467.209,00
Depresiasi
Rp
60.768.667,00
Total Arus Kas 2014
Rp
477.235.875,00
Biaya pembelian bahan yang dimaksud
adalah dimana ketika Depo Kuningan
memesan produk cat yang dibutuhkan ke
pabrik. Pabrik menentukan untuk biaya
pembelian bahan tersebut kepada Depo
Kuningan dengan mendapat potongan sebesar
10%+10%+2% dari harga asli produk. Maka
dari itu, untuk biaya pembelian bahannya
didapat dari Penerimaan x 90% x 90% x 98%.
Lalu untuk perhitungan pajak, dikarenakan
penerimaan kotor yang didapat kurang dari Rp
4.800.000.000,00,
maka
perhitungannya
adalah
1%
x
penerimaan
(kotor)
(http://www.putra-putri-indonesia.com/pajakpenghasilan-badan.html). Setelah itu, berikut
Tabel 6 untuk melihat arus kas Depo Kuningan
pada tahun 2015.
Tabel 6 Arus Kas Tahun 2015
Keterangan
tambahan sebanyak 3 orang. Penambahan
salesman ini akan mempengaruhi pengeluaran
biaya tetap seperti gaji 1 orang sebesar Rp
1.300.000,00/bulan, biaya perjalanan 1 orang
sebesar Rp 200.000,00/minggu, biaya sewa
motor 1 orang sebesar Rp 250.000,00/bulan.
Selain itu, karena Depo Kuningan akan
membeli keseluruhan bangunan ini, maka
terdapat juga penambahan untuk biaya pajak
bumi bangunan (PBB) yang wajib dibayarkan.
Berikut Tabel 7 mengenai rincian biaya
perhitungan biaya PBB.
Tabel 7 Biaya PBB
Keterangan
Jumlah
NJOP Tanah
Rp
1,500,000.00
NJOP Bangunan
Rp
2,250,000.00
Luas Tanah
1125
Luas Bangunan
590
Perhitungan PBB
PBB
Harga Tanah
Rp
1,687,500,000.00
Harga Bangunan
Rp
1,327,500,000.00
Tanah + Bangunan
Rp
3,015,000,000.00
NJOP Tidak kena Pajak
Rp
12,000,000.00
NJOP untuk PBB
Rp
3,003,000,000.00
NJKP (20%)
Rp
600,600,000.00
PBB (0.5%)
Rp
3,003,000.00
2015
Penerimaan
Rp
5.718.096.185,00
Pembelian Bahan
Rp
4.539.024.751,65
Pengeluaran 2015
Rp
480.236.969,00
Depresiasi
Rp
60.768.667,00
Laba Bersih
Rp
638.065.792,35
Pajak
Rp
92.564.185,83
Laba Bersih Setelah Pajak
Rp
545.501.606,52
Depresiasi
Rp
60.768.667,00
Total Arus Kas 2015
Rp
606.270.273,52
Pada Tabel 6, hampir secara keseluruhan
perhitungan yang dilakukan sama seperti pada
tabel 5, hanya saja untuk perhitungan pajak
yang berbeda. Perhitungan pajak berbeda
dikarenakan penerimaan kotor yang didapat
berada di antara Rp 4.800.000.000,00 – Rp
50.000.000.000,00,
dengan
demikian
perhitungan yang digunakan adalah ((0,25 –
(0,6 miliar / penerimaan kotor)) – laba bersih
(http://www.putra-putri-indonesia.com/pajakpenghasilan-badan.html).
Kemudian
pada
aspek
finansial
pengembangan, akan dilakukan pembelian
keseluruhan bangunan dengan biaya sebesar
Rp
3.000.000.000,00.
Selain
itu,
pengembangan usaha untuk pasar cat
dekoratif ini membutuhkan tenaga salesman
Berdasarkan
Tabel
7,
diketahui
perhitungan biaya PBB per tahun untuk Depo
Kuningan
(http://www.ilmusipil.com/caramenghitung-pbb-pajak-bumi-dan-bangunan).
Harga tanah didapatkan dari Nilai jual objek
pajak (NJOP) tanah dikalikan dengan luas
tanah dan begitu juga dengan harga
bangunan. Kemudian, nilai jual kena pajak
(NJKP) didapatkan dari perkalian 20% dengan
NJOP untuk PBB. Lalu nilai PBB per tahun
didapatkan dari perkalian 0,5% dengan NJKP.
Kemudian
untuk
biaya
lain
yang
berpengaruh adalah biaya insentif dan bonus
yang bisa didapatkan 1 orang salesman baru
sebesar Rp 1.000.000,00/bulan, lalu ada biaya
parkir dan BBM mobil dimana dalam sekali
jalan biaya terbesar yang perlu dikeluarkan
sebesar Rp 300.000,00, setelah itu untuk biaya
pemeliharaan mobil akan meningkat seiring
dengan peningkatan biaya parkir dan BBM
mobil. Jika peningkatan biaya parkir dan BBM
mobil dari tahun sebelumnya sebesar dua kali
lipat, maka biaya pemeliharaan mobilnya juga
akan meningkat dua kali lipat. Selain itu, untuk
biaya lain seperti biaya air dan listrik,
operasional kantor, dan biaya lain-lain; akan
diasumsikan sama dari tahun sebelumnya.
Kemudian untuk penerimaan pengembangan
yang
mendapat
pemasukkan
dari
pengembangan pasar cat dekoratif, dapat
dilihat rinciannya pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Rincian Penerimaan Pengembangan
Keterangan
Pasar cat dekoratif baru (toko)
Pengambilan maks. pertama kali untuk
toko
Salesman
Toko baru untuk 1 salesman (toko)
Penerimaan per bulan
Penerimaan per tahun
Jumlah
finansial yang digunakan. Berikut Tabel 9
mengenai hasil dari metode kelayakan
finansial pengembangan usaha distributor cat
dekoratif ini.
Tabel 9 Hasil Metode Analisis Kelayakan
Usaha
Metode
Nilai
IRR
27%
MIRR
15%
NPV
Rp 3.762.850.115,00
DPP
3,87 tahun
PI
2,1
174
Rp 3.000.000
3
50
Rp
150.000.000
Rp
1.800.000.000
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat rincian
penerimaan oleh pengembangan usaha cat
dekoratif. Perincian tersebut dikondisikan
ketika salesman baru harus benar-benar
mencari toko baru untuk menjual produknya.
Pengambilan maksimal pertama untuk toko
baru dibatasi hanya sebesar Rp 3.000.000,00
dengan maksud untuk melihat kemampuan
toko tersebut dalam menjual produk cat
dekoratif ini dan melihat pembayaran yang
dilakukan toko ke Depo Kuningan, maka dari
itu Depo Kuningan hanya membatasi
pemberian produk ke toko sebesar Rp
3.000.000,00.
Kemudian, toko baru yang perlu didapat
oleh 1 salesman dalam 1 bulan sebanyak 50
toko yang didapat dari pembulatan kebawah
jika 174 toko baru tersebut dibagi dengan 3
orang salesman dimana hasil yang seharusnya
didapat sebanyak 58 toko, tetapi karena masih
terdapat kemungkinan untuk toko menolak
menjual produk cat dekoratif ini, maka
dilakukan pembulatan kebawah menjadi 50
toko.
Langkah berikutnya adalah dengan
melihat proyeksi kas dan NPV selama 10
tahun ke depan dari pengembangan distributor
cat ini. Proyeksi kas akan terdiri dari
penerimaan
lama,
penerimaan
pengembangan, biaya pembelian bahan, biaya
pengeluaran tetap dan tidak tetap, biaya
depresiasi, arus kas masuk dan keluar, PV
masuk dan keluar, serta NPV. Terakhir akan
melihat kelayakan analisis dari metode
Dikarenakan nilai faktor pembanding untuk
analisis finansial yaitu IRR dan MIRR nilainya
lebih besar dari opportunity cost (MARR) 6%,
hasil NPV bernilai positif, DPP <10tahun, dan
nilai PI>1, maka kelayakan pengembangan
usaha distributor cat dekoratif dari aspek
finansial dapat dikatakan layak
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan dan
pengolahan data beserta analisis yang
dilakukan terhadap penelitian ini, jika
pembelian terhadap keseluruhan bangunan
dilakukan, didapat kesimpulan bahwa:
1. Kelayakan usaha jika dilihat dari aspek
pasar dan pemasaran adalah layak.
a. Aspek pasar
Adanya data untuk toko-toko baru yang belum
tergarap oleh Depo Kuningan, menjadikan
bahwa masih ada terdapat pasar untuk
pengembangan usaha cat dekoratif ini,
sehingga aspek pasar dikatakan layak.
b. Aspek pemasaran
Aspek ini telah melihat penggunaan strategi
STP dan bauran pemasaran untuk membahas
aspek pemasaran pada penelitian ini dan
dapat dilaksanakan oleh Depo Kuningan
sehingga dapat dikatakan bahwa aspek
pemasaran ini layak.
2. Kelayakan usaha jika dilihat dari aspek
manajemen adalah layak.
Aspek ini dapat dikatakan layak karena sudah
memberikan deskripsi kerja yang jelas untuk
para stafnya.
3. Kelayakan usaha jika dilihat dari aspek
teknis adalah layak.
Aspek ini dapat dikatakan layak karena sudah
terdapat tempat untuk penyimpanan produk
cat dekoratif serta tidak adanya lagi barangbarang yang tidak diperlukan dalam gudang.
4. Kelayakan usaha jika dilihat dari aspek
finansial adalah layak.
Aspek ini bisa dikatakan layak karena nilai-nilai
yang didapat dari metode untuk menganalisis
kelayakan usaha, berada diatas batas minimal.
Daftar Pustaka
Kasmir & Jakfar. (2012). Studi Kelayakan
Bisnis. Edisi Revisi. Kencana, Jakarta.
Keown, J. A., Martin, D. J., Petty, W. J., &
Scott
JR., F. D. (2011). Manajemen Keuangan:
Prinsip dan Penerapan. Edisi 10.
PT Indeks.
Kotler, P., Keller, K. L. (2012). Marketing
th
Management 14 Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Newnan, D.G. (1990). Engineering Economic
rd
Analysis 3 Edition. Jakarta: Binarupa
Aksara
Ulrich, K. T., dan Eppinger, S. D. (2012).
Product Design and Development 5th
Edition. New York: McGraw-Hill
International Edition.
Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Diunduh dari
http://www.ilmusipil.com
Pajak Penghasilan Badan Usaha. Diunduh dari
http://www.putra-putri-indonesia.com
Download