1 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DITINJAU DARI SUDUT KRIMINOLOGI DI KOTA PONTIANAK SKRIPSI Oleh: FITRIANI A01109059 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS HUKUM PONTIANAK 2013 2 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DITINJAU DARI SUDUT KRIMINOLOGI DI KOTA PONTIANAK SKRIPSI Oleh: FITRIANI A01109059 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS HUKUM PONTIANAK 2013 3 4 5 HALAMAN PERSEMBAHAN SKRIPSI Allah SWT.. Allhamdulilah... Terima kasih atas kemudahan yang telah Engkau berikan pada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.. Terimakasih telah memberikan kelancaran dan banyak pelajaran dalam hidup ini. Terima kasih telah memberikan beribu-ribu kesempatan padaku Ya Allah untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Semester Tujuh ....... Saaat ini waktu telah membimbingku memasuki fase mahasiswa tingkat akhir, perjuangan akhir ku menduduki bangku perkuliahan dengan syarat aku harus menyelesaikan tugas akhir ku”skripsi” Saat ini aku berada dalam peran ganda. Untuk diriku dan untuk mereka yang tengah menanti kelulusanku menjadi seorang sarjana. Hingga akhirnya aq dapat menyelelesaikan karya kecilku ini. Ada kata yang tak terucap. Ya, hanya untuk kalian. Dan ini saat yang tepat dan hanya ini yang dapat saya sampaikan, sebuah kata yang sederhana ini. Terima Kasih Buat Kalian semua Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku yang sederhana ini untuk orang-orang yang kucintai dan kusayangi: Buat papa dan mama tercinta (Muchtar dan Rugaya) sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan menyayangiku. sang bidadari tanpa sayap dan pahlawan kebanggaanku. Terima kasih telah memberi semangat dan kasih sayang yang tak pernah putus dan yang Selalu memberikan yang terbaik untuk saya. 6 Abang, dan kakak2 ku (Kadarusman S.E, Fatimah, Nurcahaya) tercinta yang sudah ngasi Motivasi serta bwt dukungan2 dan kasih sayangnya, Serta Doanya sehingga saya dapat menggunakan toga ini dengan rasa haru, bangga dan bahagia. Buat sesorang yang gx kalah jauh spesialnya buat saya si bawel (Siswo Cahyadi) Terimakasih buat dukungan, kasih sayang, cinta, doa dan kesabarannya. Terimakasih udah Ngebantu sampai skripsi ini kelar ya wel. Hhhmmmm......semangat ya wel bwt toganya.. Ditunggu... Buat para sahabat-sahabat saya Eka Jumania Isra, Hary Suhendra, Mesy, dan Eka Ratnasari yang ikut membantu dalam Menyelesaikan skripsi ini. seMoga kita msih bsa ketemu ya di lain wktu bwt ngumpul bareng lagii Ya,,, trz Jgn saling melupakan...hehhehehehhe..Miss u.. 7 KATA PENGANTAR Alhamdullilahhirobilalamin puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul faktor-faktor penyebab terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak ditinjau dari sudut kriminologi Di Kota Pontianak. Dalam melakukan proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu, dibimbing serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak DR.Thamrin Usman, DEA Selaku Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak 2. Bapak Prof. Dr. H. Garuda Wiko, SH., M.Si Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak 3. Bapak Sahata Simamora SH., MH Selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana yang banyak memberikan motivasi bagi penulis. 4. Bapak H. M. Noor Ramli, SH., MS selaku Dosen Pembimbing I yang banyak memberikan arahan hingga terselesainya penyusunan skripsi ini. 5. Bapak M. Anwar SH., MS Selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan arahan hingga terselesainya penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Prof. H. Slamet Rahardjo, SH Selaku Dosen Penguji Utama 7. Bapak Mei Sulawesi Yanto, SH., MH Selaku Dosen Penguji Pendamping. i 8 8. Orang tua, Kakak dan abang saya yang selalu memberikan kasih sayang, kenyamanan dan perlindungan. Serta dukungan secara moril dan materiil sehingga dapat terselesainya penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Pontianak, 12 Februari 2013 Penulis ii 9 ABSTRAK SKRIPSI Fitriani, A01109059, 2013, Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi Seksual doTinjau Dari Sudut Kriminologi Di Kota Pontianak, Skripsi, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Tanjuungpura, Pontianak, Pembimbing: (I) H. M. Noor Ramli, SH. MS, (II) M. Anwar, SH, MS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak ditinjau dari sudut kriminologi di Kota Pontianak Permasalah ekonomi dan sosial yang di hadapi anak Indonesia saat ini ditandai dengan ditemukannya anak yang mengalami perlakuan yang salahsepertieksploitasibaiksecaraekonomimaupunseksual,tindak kekerasan, diskriminasi, anak yang diperdagangkan, danpenelantaran. Dampak nyata semakin memprihatinkan saat ini di kawasan Pontianak ialah berkembangannya jumlah anak yang terpaksa dan di paksa untuk mencari nafkah yang menjadikan anak korban eksploitasiseksual oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari pekerjanya yang melakukan praktek di hotel-hotel, rumah kontrakan, rumah kost, cafe- cafe dan club malam. Tindakan eksploitasi secara seksual terhadap anak menimbulkan dampak tersendiri bagi perkembangan jasmani maupun rohani anak. Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan dan bentuk penghisapan atau penggunaan serta pemanfaatan anak semaksimal mungkin oleh orang lain dalam bentuk kenikmatan seksual yang dapat ditukarkan dengan benda-benda, materi dan uang atau sejenisnya yang mempunyai nilai jual. Dengan demikian eksploitasi seksual merupakan suatu perbuatan kejahatan. Walaupun larangan-larangan eksploitasi seksual terhadap anak telah di atur dalam Undang-Undang, namun pada kenyataan masih banyak anak yang masih menjadi korban eksploitasi baik oleh orang tua, keluarga, oknum tertentu, dan temanteman dilingkungan sekitarnya. Perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk pekerjaan yang tidak dapat ditolerir keberadaannya dan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, karena bagaimana pun anak juga mempunyai hak-hak yang harus dihormati keberadaannya dan harus dilindungi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode diskriftif analisis yaitu dengan mengamati berdasarkan fakta dan keadaan yang tampak sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Dengan melakukan penelitian, penulis dapat mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak di Kota Pontianak yaitu karena faktor lingkungan keluarga, faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu, faktor lingkungan pergaulan dan faktor teknologi. Semua faktor tersebut lah yang menyababkan anak lebih mudah menjadi korban eksploitasi secara seksual yang dilakukan baik oleh keluarga, teman, ataupun oleh oknum yang tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan anak tersebut untuk mendapatkan uang. iii 10 Berdasarkan fakta, masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan hak-haknya yang dijamin oleh Undang-Undang. Untuk mewujudkan usaha tersebut dalam hal ini perlu dukungan dari pihak Pemerintah sendiri untuk mengawas, membimbing, melindungi dan memberikan sanksi yang tegas terhadap orang tua dan pihakpihak yang melalaikan tanggung jawabnya terhadap perlindungan anak yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002. Untuk itu perlu adanya upaya, kebijakan dan langkah-langkah dari aparat pemerintah yang berwenang secara bersama untuk mencegah dan menangulangi hal tersebut serta melakukan tindakan yang mampu menerapkan sanksi hukum yang tegas terhadap mereka yang melalaikan tanggung jawab terhadap perlindungan anak. Seperti yang terdapat pada pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang mengatur sanksi yang ditujukan kepada setiap orang yang dengan sengaja mengeksploitasi anak baik secara ekonomi mapun seksual yang berbunyi: “Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun (sepuluh) dan / atau denda paling banyak Rp.200.00.000,00 (dua ratus juta rupiah)”. Namun ternyata eksistensi sanksi tersebut belum sepenuhnya dapat memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban eksploitasi hal tersebut dikarenakan eksploitasi seksual terhadap anak adalah bentuk sebuah kejahatan yang terorganisir, sehingga terjadinya kesulitan bagi aparat penegak hukum untuk mengungkap pelaku eksploitasi seksual tersebut dan melaksanakan atau menerapkan peraturan peraturan yang telah ada. Keywords : Faktor-faktor, Eksploitasi Seksual, Kriminologi iv 11 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... i ABSTRAK ........................................................................................................ ii DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Penelitian .......................................................... 1 1.2 Masalah Penelitian ....................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 8 1.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 8 a. Tinjauan Pustaka .................................................................. 8 b. Kerangka Konsep .................................................................16 1.5 Hipotesis......................................................................................... 19 1.6 Metode Penelitian .......................................................................19 BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DI TINJAU DARI SUDUT KRIMINOLOGI DI KOTA PONTIANAK 2.1 Pengertian Anak, Eksploitasi dan kriminologi .............................. 22 2.2 Gambaran Tentang Terjadinya Eksploitasi Seksual Di Kota Pontianak ......................................................................... 31 2.3 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi Seksual ............. 32 2.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Eksploitasi Seksual ..................... 37 v 12 BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1 Analisis Data ...............................................................................40 3.2 Pembuktian Hipotesis ..................................................................58 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan .................................................................................61 4.2 Saran-Saran .................................................................................62 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64 LAMPIRAN vi 13 DAFTAR TABEL TABEL 1 : Jumlah Anak Yang Dieksploitasi Secara Seksual Di Kota Pontianak Tahun 2010 – 2012 TABEL 2 : Asal Usul Anak Yang Dieksploitasi TABEL 3 : Umur Anak Yang Dieksploitasi TABEL 4 : Pendidikan Anak – Anak Yang Dieksploitasi TABEL 5 : Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi TABEL 6 : Yang Membawa Anak Tersebut Bekerja TABEL 7 : Pekerjaan Yang Anak Lakukan TABEL 8 : Jumlah Penghasilan Yang Diperoleh Anak Dari Pekerjaannya TABEL 9 : Kegunaan Uang Hasil Dari Pekerjaan Yang Mereka Lakukan TABEL 10 : Lama Anak Tereksploitasi TABEL 11 : Pengetahuan Anak Tentang Larangan Eksploitasi TABEL 12 : Jumlah Kasus Ekploitasi Seksual Yang Dilaporkan Di Polresta Kota Pontianak Tahun 2010 - 2012 TABEL 13 : Pekerjaan Orangtua Anak Koran Eksploitasi TABEL 14 : Pendidikan Orangtua Anak Korab Eksploitasi TABEL 15 : Jumlah Tanggungan Orangtua Korban Eksploitasi TABEL 16 : Penghasilan Orangtua TABEL 17 : Pengetahuan Orangtua Terhadap Pekerjaan Anaknya vii 14 TABEL 18 : Anak Korban Eksploitasi Seksual Yang Masih Mempunyai Orangtua TABEL 19 : Komunikasi Kedekatan Anak Dengan Orangtuanya viii 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga. Pada hakikatnya anak merupakan asset pembangunan bangsa dan sudah selayaknya mendapatkan perlindungan dan sebagai genersi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa serta sumber daya manusia bagi pembangunan nasional yang memiliki harkat dan martabat serta hak-hak asasi manusia yang harus dijunjung tinggi oleh setiap orang. Dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, negara Indonesia telah berkomitmen bahwa perlindungan terhadap hak-hak anak dijadikan salah satu tujuan pembangunan nasional. Untuk melaksanakan tujuan tersebut tentunya harus didukung oleh semua pihak. Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang salah satunya menyatakan bahwa negara melindungi segenap bangsa tanpa terkecuali anak dari segala bentuk kejahatan yang mengancam. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin yakni sejak dari kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Setiap anak harus mendapatkan perhatian yang besar, terutama dari para orang tua untuk memberikan bimbingan dan memperhatikan serta memenuhi hakhaknya dan kebutuhan-kebutuhan kesejahteraannya. 1 2 Di Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 ada 4 prinsip dasar konvensi hak-hak anak meliputi : a. Non diskriminasi b. Kepentingan yang terbaik untuk anak c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan d. Penghargaan terhadap pendapat anak. Maka dari itu perlu adanya peran serta masyarakat, pemerintah dan negara untuk menjamin hak-hak anak dalam pelaksanaan perlindungan terhadap anak, sehingga Pada tanggal 22 oktober 2002 diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Walaupun Undang-Undang Peelindungan Anak sudah berlaku, ternyata masih ada anak yang belum mendapatkan perlindungan. Dalam pelaksanaanya tidak dapat dupungkiri bahwa niat baik orangtua dan keluarga tidak sepenuhnya terwujud, keadaan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal misalnya keadaan keluarga yang kurang mampu atau miskin, situasi keharmonisan keluarga kurang mendukung, atau bahkan karena pengaruh lingkungan sekitar dimana anak tersebut berada. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat membenahi permasalahan yang sangat penting tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pada segala aspek kehidupan, khususnya adalah perlindungan terhadap anak di Indonesia. Realita di lapangan ternyata didalam masyarakat ada dari sebagian anak yang beruntung dengan segala kebutuhannya dapat terpenuhi dengan mudah karena orangtuanya termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke atas, namun ada juga sebagian anak dari golongan menengah kebawah ini kesehariannya tidak seperti anak-anak dari 3 golongan mampu yang dapat mengenyam pendidikan dan terpenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan terbentur dengan keadaan ekonomi yang menyebabkan anak tersebut harus putus sekolah bahkan tidak dapat mengenyam pendidikan sama sekali, melainkan harus cukup puas dengan keadaan yang seadaanya yang cukup sederhana bahkan memprihatinkan. Pada kondisi demikian, anak merupakan pihak yang ikut menanggung beban orangtuanya, karena tidak ada biaya terpaksa harus ikut bekerja membantu orangtuanya. Meskipun demikian kondisi ekonomi keluarga dari golongan ekonomi lemah, tidak semestinya anak bekerja dan dijadikan korban eksploitasi. Anak harus tetap mendapatkan perlindungan dan hak-haknya sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya sebagai bekal hidupnya dikemudian hari. Oleh karen itu diperlukan bantuan orang lain yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan, sebab perlindungan anak merupakan perlindungan manusia untuk membangun manusia seutuhnya. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk memberikan perlindungan terhadap anak dari segala bentuk pengeksploitasian baik secara ekonomi maupun seksual maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. “Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang dinyatakan sebagai anak ialah seorang yang belum berusia delapan belas tahun”. Tujuan dikeluarkan Undang-Undang tersebut agar anak mendapatkan perlindungan dan menjamin hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang serta dapat berpartisipasi secara optimal dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menentukan 4 bahwa:“Setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan : a. b. c. d. e. f. Diskriminasi; Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; Penelantaran; Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan; Ketidakadilan; dan Perlakuan salah lainnya”. Namun, karena keadaan ekonomi masyarakat yang miskin, membuat sebagian masyarakat harus menggantungkan hidup mereka kepada anak mereka yang seharusnya menjadi tanggung jawab orangtua tapi anak tersebut harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan orangtua/wali yang mengasuhnya. Pekerjaan appaun mereka laukan bahkan dari mereka terpaksa dan dipaksa menghabiskan waktunya untuk mencari uang. Karena dukungan ekonomi yang lemah dan pengaruh pergaulan dari ajakan teman-tamannya untuk bekerja di tempat-tempat hiburan malam, karaoke dan anak-anak ini dimanfaatkan oleh majikannya ditempat ia bekerja untuk melayani nafsu sek para tamu, hingga kemudian anak-anak tersebut menjadi pekerja sek komersial (PSK) bahkan menjadi korban AYLA yang dimanfaatkan oleh majikannya ditempat ia bekerja dan ada juga yang di naungi oleh seorang mucikari yang berperan menyediakan menyewakan serta mempertemukan seorang perempuan dengan seorang pelanggan untuk memuaskan hasrat seksual pelanggan dan mucikari mendapatkan bagian uang yang diperoleh pekerjanya. Fenomena masalah anak yang tereksploitasi secara seksual sekarang ini merupakan suatu gejala global. 5 Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di kota-kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah memaksa sejumlah anak untuk bekerja demi kelangsungan hidup keluarga dan bagi dirinya sendiri dan juga di temukan daerah pengirim perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi seksual pada umumnya adalah dari daerah-daerah kantong kemiskinan, seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggaran Timur, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan daerah penerima atau transit di Indonesia adalah kota-kota besar, kota industri, daerah wisata seperti Lombok, Bali, Batam dan daerah wisata lainnya. Di Luar Indonesia negara penerima atau tujuan (destination) adalah Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, Arab Saudi, Taiwan , Australia bahkan Eropah Timur”. 1 Kalimantan Barat khususnya Di Kota Pontianak eksploitasi terhadap anak marak terjadi. Sebagai contoh kasus seperti diberitakan dikoran, dua orang anak dibawah umur serta seorang laki-laki hidung belang turut diamankan ke Polsek Pontianak Kota, Minggu (16/9/2012) petang. Kedua gadis remaja berusia 15 tahun yang kini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama itu ditemukan di sebuah hotel kelas melati, bersama Bb (54) pria hidung belang yang mengencaninya. Sindikat jaringan prostitusi anak dibawah umur itu terbongkar setelah ada laporan dari pihak orangtua korban, yang mengetahui gerak-gerik anaknya ke Pospol Alianyang. Mendapat laporan itu, pihak kepolisian langsung melakukan penggerebekan di lokasi di mana belakangan ini korban sering 1 http:// mih-unsoed.ac.id/2012/09/eksploitasi-seksual-komersial-mengintai-anak kita”/ di akses tanggal 19 januari 2013 pukul 13.00 6 dikencani. Berdasarkan informasi, Bunga menjajakan dirinya dengan tarif Rp 400 ribu sekali kencan. Namun sebelumnya, korban diberi imbalan handphone jenis Blackberry dan uang Rp.800 ribu. Meningkatnya kasus eksploitasi terhadap anak pada umumnya dilatarbelakangi masalah ekonomi, gaya hidup, dan pranata keluarga (orang tua bercerai). Fenomena meningkatnya kasus eksploitasi anak ini harus menjadi perhatian lebih dari berbagai elemen masyarakat. Ini adalah tanggungjawab kita bersama, mulai dari orangtua, sekolah, pemerintah daerah, pengelola hotel hingga aparat penegak hukum, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus menindak dan menghukum, pelaku kejahatan terhadap anak yang tereksploitasi, dan jaringannya.2 Lembaga YNDN tersebut melansir data tiga tahun terakhir sekitar 445 anak tereksploitasi secara seksual. Pada tahun 2010 skitar 145 kasus, tahun 2011 sekitar 211 kasus dan pada tahun 2012 sekitar 89 kasus anak yang tereksploitasi secara seksual. Dari jumlah tersebut sekitar 80% anak tersebut berasal dari Kota Pontianak. Sebenarnya Undang-Undang Perlindungan Anak sudah dengan sangat tegas mengatur barang siapa yang memperjualbelikan anak akan ditindak. Jangankan memperjualbelikan, mempekerjakan anak saja sudah melanggar aturan, dan bisa dikenai sanksi, apalagi memperdagangkan anak untuk eksploitasi seksual. Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 88 berbunyi : “Setiap orang yang mengeksploitasi 2 http:// pontianak.tribunnews.com/2012/09/19/prostitusi-anak”// di akses tanggal 19 januari 2013 pukul 13.30 7 ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk mengungtungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun (sepuluh) dan / atau denda paling banyak Rp.200.00.000,00 (dua ratus juta rupiah)”. Ketentuan pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, menentukan bahwa setiap anak harus mendapatkan perlindungan dan perlakuan dari eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. Pelindungan dimaksudkan adalah untuk menjamin dan melindungi hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi, karena tindakan demikian merupakan perampasan hak-hak anak oleh sebab itu harus di hindari. Untuk itu Keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 memiliki peran yang sangat penting. Berdasarkan uraian di atas sehingga peneliti memutuskan untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah skripsi dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ANAK TINJAU DI DARI EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP SUDUT KRIMINOLOGI DI KOTA PONTIANAK” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:“Faktor-Faktor Apakah Yang Menyebabkan Terjadinya Eksploitasi Seksual Terhadap Anak Tinjau Dari Sudut Kriminologi Di Kota Pontianak ?” 8 1.3. Tujuan Penelitian Di dalam penulisan skripsi ini, tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1. Untuk memperoleh data dan informasi tentang eksploitasi seksual terhadap anak Di Kota Pontianak. 2. Untuk mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak Di Kota Pontianak. 3. Untuk mengungkapkan upaya apa yang telah dilakukan oleh orang tua, aparat terkait dalam rangka memberikan perlindungan, bimbingan terhadap anakanaknya agar tidak terjadi pengeksploitasian seksual anak Di Kota Pontianak. 1.4. Kerangka Pemikiran a. Tinjauan Pustaka Anak dalam keluarga merupakan pembawa bahagia, karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti disini mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasan, kebanggan, dan rasa penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang telah memiliki keturunan, yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi hidupnya. Selain itu, anak merupakan generasi penerus bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta dalam membangun Negara dan Bangsa Indonesia.“Anak merupakan subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam mencapai aspirasi bangsa Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur spritual dan material 9 yang merupakan modal pembangunan yang akan mempertahankan serta mengembangkan hasil pembangunan fisik,mental dan sosial Indonesia”.3 Selain itu, Anak juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa wajib dilindungi dan dijaga kehormatan, martabat dan harga dirinya secara wajar, baik secara hukum, ekonomi, politik, sosial dan budaya tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan sangat menentukan nasib dan masa depan bangsa secara keseluruhan di masa yang akan datang. Anak harus dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya, oleh karena itu segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak anak dalam berbagai bentuk kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan termasuk eksploitasi tujuan seksual harus segera dihentikan tanpa kecuali. Sebab korban diperlakukan seperti komoditas yang dapat diperjualbelikan dan dirampas hak-haknya bahkan beresiko tinggi terhadap gangguan kesehatan jasmani, rohani dansosialnya serta berpengaruh buruk terhadap masa depannya. Anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Pengertian anak apabila masuk kedalam lingkup Hukum Pidana juga harus dikaitkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, namun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut tidak ditemukan secara jelas tentang pengertian anak. “Dalam KUHP pengertian anak tidak dicantumkan, tetapi batasan anak (orang belum dewasa) dalam pasal 45 KUHP adalah orang yang umurnya belum 16 tahun. 3 Arif Gosita, 2004, Masalah Perlindungan Anak, PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta, h. 165. 10 Sedangkan menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam pasal 1 ditegaskan bahwa:“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan”.Dalam pasal tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 delapan belas tahun dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan hingga berusia 18 (delapan belas) tahun”. Dengan demikian tidak ada batasan antara tahun sekian sampai sekian dimaksudkan dalam kategori anak, melainkan usia yang belum mencapai 18 tahun sekalipun masih dalam kandungan dikategorikan sebagai pengertian anak. Setiap anak harus mendapatkan perlindungan yang sebaik-baiknya, karena merupakan suatu kemutlakan untuk memperhatikan dan menanggulangi masalah perlindungan anak bersama-sama oleh orang tua, keluarga, setiap anggota masyarakat dan pemerintah. Anak memiliki hak karena hak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan di penuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara serta anak mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Untuk itu dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 dalamPasal 13 Ayat (1) yang berbunyi: “Setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali, atau pihaklain manapun yang bertanggung jawab ataspengasuhan, berhak mendapatperlindungan dan perlakuan : a. b. c. d. Diskriminasi; Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; Penelantaran; Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan; 11 e. Ketidakadilan; dan f. Perlakuan salah lainnya”. Berdasarkan bunyi pasal diatas jelas telah ada instrumen-instrunen hukum yang melindungi hak-hak setiap anak-anak bangsa dari perbuatan-perbuatan yang dapat berdampak buruk bagi psikologis anak. Dari apa yang disebutkan diatas, Arif Gosita memberikan pengertian tentang perlindungan anak yaitu: “Suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya, dimana perlindungan anak adalah merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diadakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat”. 4 Apabila kita ingin berhasil melakukan pembangunan nasional dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Setiap anak harus mendapatkan perlindungan karena anak merupakan generasi penerus bagi bangsa Indonesia pada umumnya Krisis global semakin membuat kehidupan yang sudah sulit menjadi semakin rumit bahkan telah menjadi suatu dilema dan masalah klasik yang tidak pernah kunjung selesai. Permasalahan yang kian nampak dan semakin menjadijadi adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yang berdampak ditemukan eksploitasi anak. “Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindunga Anak, eksploitasi merupakan tindakan atau perbuatan memperalat, memanfaatkan, atau memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi, keluarga atau golongan”. 4 Arif Gosita, op.cit, h. 18. 12 Terjadinya eksploitasi anak sebagai korban eksploitasi seksual dapat terjadi karena adanya faktor-faktor penyebab. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa eksploitasi seksual terhadap anak merupakan suatu kejahatan. Menurut Hari Saherodji, kejahatan di artikan sebagai berikut : 1. Perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau Undang-Undang pada suatu waktu tertentu. 2. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja 3. Perbuatan mana di ancam dengan hukuman/suatu perbuatan anti sosial yang sengaja, merugikan serta mengganggu ketertiban umum, perbuatan mana dapat dihukum oleh negara.5 Salah satu ilmu yang mempelajari tentang penyebab seseorang berbuat kejahatan yang dapat dihubungkan dengan penyebab terjadinya Eksploitasi adalah “Kriminologi” namun sebelumnya perlu diketahui pengertian dari kriminologi tersebut. “Kriminologi berasal dari kata “crime” artinya kejahatan dan “logos” artinya ilmu pengetahuan, dengan demikian pengertian kriminologi adalah ilmu pengetahuan tantang kejahatan. Sehubungan dengan hal tersebut, R. Soesilo, mengemukakan bahwa: “Kriminologiadalah ilmu penegetahuan yang berdasarkan pengalaman, yang seperti ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab dari gejalatersebut dengan cara-cara yang ada padanya”. 6 Dengandemikian kriminologi adalah ilmu yang mempelajari sebab-sebab timbulanya suatu kejahatan. 5 Drs. Abdul Wahid, SH, MA dan Drs. Muhammad Irfan SH, MH, Perlindungan Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual (advokasi atas hak asasi perempuan),PT. Refika Aditama, Bandung. 2001, hal.28 6 Ibid, hal.1. 13 Menurut W.A Bonger, Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala kejahatan dalam arti yang seluas-luasnya dimana tugas kriminologi dibagi mejadi 3 yakni : 1. Mempelajari sebab timbulnya kejahatan dan bagaimana cara mengatasinya. 2. Bagaimana memperbaiki penjahat itu sendiri 3. Melakukan tindakan bagaimana jangan sampai timbul kejahatan.7 Maka dari itu eksploitasi seksual apabila dilihat dari sudut pandang kriminologi jelas merupakan suatu penyimpangan atau perbuatan amoral yang bertentangan dengan norma agama, norma hukum, norma susila dan lainnya yang ada dalam masyarakat dan dapat menimbulkan akibat yang sangat negatif. Untuk itu penelitian melakukan pendekatan kriminologi, yang perlu dilihat faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya pengeksploitasian anak.Sesuai dengan pendekatan kriminologi yang dilakukan pada penelitian ini, maka perlu dilihat faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak tersebut. Adapun faktor-faktor terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak berasal dari dalam diri anak itu sendiri dan bisa pula dari luar anak tersebut. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak adalah intellegentia, usia, kelamin dan kedudukan anak dalam keluarga. Sedangkan faktor dari luar diri anak adalah faktor rumah tangga, pendidikan, pergaulan anak serta mass media”. 8 Seseorang berbuat jahat dapat dikarenakan dari berbagai faktor, yaitu : Menurut Cesare Lambrosso dengan teorinya “Born Criminal” bahwa adanya sifat secara turun-temurun termasuk yang memunculkan sifat jahat pada manusia modern, tapi penyebab kejahatan itu tidak hanya disandarkan pada 7 Prof. W.a bonger. Pengantar tentang kriminologi. PT. Pembangunan ghalia indonesia, 1977. Hal.1 8 Romli Atmasasmita, 1992, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Penerbit PT. Eresco, Bandung. Hal. 46 14 teori “Born Criminal”, karena ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berbuat jahat, yaitu: 1. Faktor lingkungan 2. Kurangnya pendidikan dan pengawasan orangtua terhadap anak 3. Di kota besar misalnya : penggunaan morphin, ganja atau narkotika 4. Adanya ekses pola hidup mewah yang dapat menimbulkan kejahatan.9 Disamping faktor-faktor tersebut diatas, ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya kejahatan seperti sebagaimana dimaksud oleh Soedjono D. SH. Menurut Soedjono D. SH. faktor terjadinya kejahatan itu terdiri dari : 1. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia 2. Faktor ektern yaitu faktor yang terdapat di luar diri seseorang atau sipelaku atau lazimnya disebut faktor lingkungan yang meliputi : a. Lingkungan yang memeberi kesempatan taua timbulnya kejahatan b. Lingkungan pergaulan yang memberi contoh atau tauladan c. Lingkungan ekonomi (kemiskinan atau kesengsaraan) d. Lingkungan pergaulan yang berbeda-beda dan lain-lain sebagainya. 10 Setelah melakukan beberapa pengamatan, penulis melihat adanya faktorfaktor yang menjadi pendorong penyebab terjadi nya pengeksploitasian seksual terhadap anak. Penulis mencoba membagi faktor-faktor pendorong tersebut menjadi 3 faktor utama, yakni: 1. faktor ekonomi keluarga yang rendah (kemiskinan) 2. faktor lingkungan keluarga 3. faktor lingkungan tempat pergaulan si anak 4. faktor teknologi Permasalahan ekonomi yang mengakibatkan anak-anak tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara finansial dan akhirnya anak tersebut bekerja yang awalnya membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dikarenakan hal-hal dasar seperti kurangnya pendidikan yang pada akhirnya 9 Topo Santoso,2001, Kriminologi,Rajawali Press,Jakarta, hal. 23. Soedjono D. SH. Penanggulangan kejahatan. Alumni Bnadung, 1983, hal.29 10 15 mengakibatkan anak-anak tersebut memiliki kemampuan intelektual yang rendah sehingga mereka dapat dengan mudah terjerumus ke dunia malam yang negatif yang cenderung mengiming-imingi terpenuhinya kebutuhan materi anak-anak tersebut. Yang tidak terpenuhi dapat juga berupa hal-hal tersier, seperti keinginan untuk mempunyai suatu benda namun tidak mempunyai uang untuk membeli benda tersebut. Sehingga mereka berpikir untuk mencari uang dengan cara yang singkat dan mudah yaitu dengan terjun ke dunia ekploitasis seksual seperti: menjadi PSK, bahkan menjadi Korban AYLA oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu,faktor yang mempengaruhi timbulnya tindakan pengeksploitasian seksual anak ialah faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan pergaulan si anak. Permasalahan keluarga yang mengakibatkan anak tersebut kekurangan kasih sayang dari orangtuanya. Anak-anak dengan latar belakang seperti ini biasanya akan mengalami pertumbuhan sosial yang kurang baik, yang menjadikan mereka bisa saja terikut ke dalam pergaulan bebas sebagai suatu pelampiasan kekesalan mereka kepada orang tua. Keberadaan anak dalam suatu lingkungan pergaulan yang melihat kebutuhan dan gaya hidup teman-teman sebayanya dari keluarga yang mampu, segala kebutuhannya dapat terpenuhi dengan mudah, sehingga si anak tersebut terobsesi untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selama ini tidak terpenuhi karena keadaan orang tua yang tidak mampu. Bahkan ada juga ditemukan anak-anak melakukan pekerjaan tersebut karena dipengaruhi oleh ajakan teman-temannya yang berawal bekerja di tempat hiburan, club, karaoke, dan akhirnya juga melayani nafsu sek para lelaki hidung belang yang 16 datang untuk menambah penghasilannya tersebut bahkan diimingin-imingkan sesuatu yang sangat dibutuhkan dan di inginkan oleh anak tersebut dan akhirnya anak tersebut menjadi pekerja sex komersial. Selain faktor di atas, ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak ialah faktor teknologi. Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kejahatan. Semua anak yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi adalah beresiko baik yang mereka sadari ataupun tidak mereka sadari. Banyak anak-anak dijadikan sebagai objek foto atau video yang dikirim melalui ruang cyber. Serta ditemukan pembuatan, penyebaran dan penggunaan foto-foto fulgar dan video dewasa yang dapat mempengaruhi dan beresiko buruk bagi anak yang melihatnya, dan akhirnya timbul keinginan untuk menirukan apa yang mereka lihat tersebut didalam kehidupan sehatti-harinya. Selain itu kecanggihan teknologi dalam internet tidak luput menjadi akses oleh pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan untuk pemasaran jual beli anak yang ditemui bahwa orang tua mengizinkan anaknya yang masih dibawah umur sebagai pekerja sex dan dipasarkan oleh pihak-pihak tertentu bahkan lintas negara dengan memiliki tujuan untuk mengeksploitasi seksual anak melalui salah satu kecanggihan teknologi antara lain yaitu melalui media internet. b. Kerangka Konsep Anak merupakan generasi muda pewaris dari orang tua, dan pewaris suatu bangsa, maka wajarlah apabila anak dikatakan bahwa merupakan aset dan harapan bangsa yang memiliki hak-hak yang harus dipenuhi. 17 Orang tua memiliki peran utama yang berkewajiban untuk membina, memelihara dan memberikan perlindungan terhadap anak. Semua itu dimulai saat anak-anak masih dalam kandungan maupun setelah lahir, baik itu kebutuhan ekonomi, pendidikan sandang, papan, dan pangan yang bersifat untuk memenuhi kebutuhan hidup anak tersebut. Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap anak tidak dapat dipungkiri bahwa niat baik orang tua dan keluarga tidak sepenuhnya terwujud. Seperti fakta yang terjadi, banyak ditemukan anak-anak yang di eksploitasi. Faktor penyebab terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak karena pengaruh ekonomi keluarga (orang tua) yang kurang mampu sehingga anak tersebut harus ikut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Dalam hal ini juga ditemukan anak yang terpaksa dan dipaksa bekerja dan dimanfaatkn oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang mengendalikan aktifitas anak-anak tersebut dan memaksa anak tersebut untuk mencari nafkah dan juga dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan tempat anak tersebut berinteraksi. Seperti terpengaruh oleh ajakan teman-tamannya untuk bekerja di tempat-tempat hiburan malam, karaoke dan anak-anak ini dimanfaatkan oleh majikannya ditempat ia bekerja untuk melayani nafsu sek para tamu, hingga kemudian anak-anak tersebut menjadi pekerja sek komersial (PSK). Selain faktor tersebut juga ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor keluarga yang tidak harmonis yang mengakibatkan anak tersebut kekurangan kasih sayang dari orangtuanya. Anak-anak dengan latar belakang seperti ini biasanya akan mengalami pertumbuhan sosial yang kurang baik, yang menjadikan mereka bisa saja terikut ke dalam pergaulan bebas. Anak- 18 anak yang sudah terikut pergaulan bebas akan sangat mudah untuk terjerumus, tanpa sadar menjadi korban pengeksploitasian sebagai suatu pelampiasan kekesalan mereka kepada orang tua mereka. Berdasarkan fakta yang ditemui, masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan hak-haknya yang dijamin oleh Undang-Undang. Untuk mewujudkan usaha tersebut dalam hal ini perlu dukungan dari pihak Pemerintah sendiri untuk mengawas, membimbing, melindungi dan memberikan sanksi yang tegas terhadap orang tua dan pihak-pihak yang melalaikan tanggung jawabnya terhadap perlindungan anak yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002. Dalam kehidupan masyarakat peraturan yang dibuat oleh pemerintah belum semuanya dapat diwujudkan seperti yang diharapkan, dengan perkataan lain walaupun peraturan telah dibuat sedemikian rupa tentang perlindungan anak, namun masih banyak saja terdapat berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat terutama mengenai apakah sanksi yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tersebut sudah benar diterapkan dalam masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya, kebijakan dan langkah-langkah dari aparat pemerintah yang berwenang secara bersama untuk menangulangi hal tersebut dan melakukan tindakan yang mampu menerapkan sanksi hukum yang tegas terhadap mereka yang melalaikan tanggung jawab terhadap perlindungan anak seperti yang terdapat pada pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang berbunyi: “Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang 19 lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun (sepuluh) dan / atau denda paling banyak Rp.200.00.000,00 (dua ratus juta rupiah)”. 1.5 Hipotesis Dalam penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara atas masalah yang masih perlu dibuktikan kebenarannya, yakni : “Bahwa Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi terhadap Anak Di Kota Pontianak Dikarenakan Faktor Lingkungan Keluarga, Faktor Ekonomi Keluarga Yang Tidak Mampu, Faktor lingkungan pergaulan dan Faktor Teknologi”. 1.6 Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu dengan mengamati dan menganalisis data berdasarkan keadaan dan fakta yang tampak sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Hal-hal demikian ditempuh dengan cara sebagai berikut : 1. Bentuk Penelitian a. Penelitian kepustakaan (Library Research) Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur, tulisan para sarjana, perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu dengan mengadakan penelitian ke lapangan untuk mengamati sumber data secara langsung guna mendapat data dan informasi yang di perlukan secara akurat dan tepat sesuai deengan penelitian yang dilakukan. 20 2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Komunikasi Langsung Yaitu dengan mengadakan kontak langsung pada sumber data dan alat pengumpulan data yang dugunakan adalah wawancara atau interview dengan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. b. Teknik Komunikasi Tidak Langsung Yaitu dengan mengadakan kontak secara tidak langsung dengan sumber data (responden) melalui angket (quisoner) dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3. Populasi dan Sampel 1. Populasi “Ronny Hanitijo Soemitro mengemukakan bahwa Populasi adalah seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.”11 Di dalam suatu penelitian tentunya kita akan berhadapan dengan populai sebagai sumber data, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah : 1. Aparat Kepolisian Polresta Kota Pontianak 2. Yayasan Nanda Dian Nusantara 3. Anak korban eksploitasi seksual 4. Orang tua dari korban eksploitasi seksual 5. Pelaku eksploitasi seksual 11 Ronny Hanitijo Soemitro, 1993, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.47 21 2. Sampel Sampel adalah seluruh populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan: “ Bahwa dalam suatu penelitian yang populasinya kecil, maka digunakan sampel total”.12 Dengan demikian sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2 orang aparat Kepolisian Polresta Kota Pontianak 2. 1 Orang dari Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kota Pontianak 3. 10 orang anak korban eksploitasi 4. 10 orang tua dari korban eksploitasi 5. 2 orang pelaku eksploitasi seksual Di Kota Pontianak 12 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1986, Metode Penelitian Survei, LP3S, Jakarta, h. 15 22 BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK 2.1 Pengertian Anak, Eksploitasi dan Kriminologi Anak merupakan amanah sekaligus merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai insan yang belum bisa mandiri maka anak perlu kita jaga, lindungi, dan dipelihara dengan kasih agar mereka merasa aman dan sejahtera sehingga dapat bertumbuh kembang dengan wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Anak sekaligus merupakan bagian dari generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa serta sumber daya manusia bagi pembangunan nasional,yang memiliki harkat dan martabat serta hak-hak asasi manusia yang tidak dapat dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara, untuk itu harus dijunjung tinggi oleh setiap orang dan perlu adanya perhatian serius terhadap anak termasuk masalah perlindungan terhadap anak dan hak-hak anak tanpa diskriminasi. Anak menjadi sangat urgen untuk dilindungi, mengingat anak adalah masa depan bangsa dan penerus perjuangan cita-cita bangsa. Dalam UU RI No.4 tentang Kesejahteraan Anak, menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga yang baik dan berguna. Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang 22 23 membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. Secara umum yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan antara pria dan wanita, dimana kelahiran anak sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa dan anak sebagai pembawa kebahagian dalam keluarga. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pengertian anak tidak dicantumkan, tetapi batasan anak (orang belum dewasa) dalam pasal 45 KUHP adalah orang yang umurnya belum 16 tahun (enam belas tahun). Dalam pasal 330 KUHPerdata, pengertian anak di artikan sebagai seseorang yang belum dewasa, yang menegaskan bahwa : 1. Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 20 tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin. 2. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 20 tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam keadaan belum dewasa. Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak pasal 1 ayat (2) bahwa : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah”. Pendapat lain menurut sarjana yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita, yang menggunakan istilah juvenile atau anak-anak yaitu : “Seseorang yang masih di bawah usia tertentu dan belum dewasa serta kawin”. 13 Sedangkan Pengertian anak menurut Undang-Undang Nmor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia (HAM) pasal 1 ayat (5) berbunyi : ”Anak adalah setiap 13 Romli Atmasasmita, Problema Kenakalan Anak – Anak/Remaja (Yuridis Sosio Kriminolgi, Armico, Bandung, 1983, hal. 25 24 manusia yang berusia di bawah18 ( delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih didalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingan”. Hal tersebut sama juga dengan definisi anak menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak yang menegaskan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan. Dengan demikian, hingga sekarang ini belum ada kesatuan pendapat mengenai klasifikasi pengertian anak, masing-masing mengemukankan pengertian anak dari sudut yang berbeda-beda. Sebagian masyarakat memberikan pandangan berbeda tentang anak. Anak adalah mesin untuk mencari nafkah yang dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga serta objek untuk menghasilkan uang sebagai penambah bahkan memnuhi kebutuhan ekonomi keluarga.. Ketidakmampuan fisik dan mental serta ketidakmampuan anak menentang keinginan orang tua, mengakibatkan banyak anak yang harus bekerja di usia dini, seperti yang kita lihat pada kenyataan sekarang banyak ditemukan anak yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Karena pengaruh teman-teman serta lingkungannya ditemukan anak yang bekerja di tempat-tempat hiburan malam dengan iming-iming mendapatkan gaji yang besar cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan oranmg tuanya bahkan dapat memenuhi apa yang mereka inginkan sehingga secara tidak langsung anak mereka juga melakoni pekerjaan sebagai wanita penghibur, bahkan pekerja seks. Dari beberapa pengertian anak yang telah disebutkan diatas, penulis mengambil kesimpulan sehubungan dengan permasalahan yang diteliti, bahwa 25 penulis menggunakan pengertian anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang menegaskan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan. Maka dari itu tujuan dikeluarkan Undang-Undang tersebut agar anak mendapatkan perlindungan dan menjamin hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang serta dapat berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Dalam pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menentukan bahwa: (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan : a. Diskriminasi; b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. Penelantaran; d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan; e. Ketidakadilan; dan f. Perlakuan salah lainnya”. (2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman”. Ketentuan tersebut menjadi dasar bahwa orang tua, wali atau pihak manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan untuk tidak melakukan pengeksploitasian terhadap anak apapun alasannya tidak dapat dibenarkan, karena eksploitasi anak merupakan tindakan yang tidak berkeperimanusiaan dan sangat beresiko bagi anak tersebut. Apabila melakukan pengeksploitasi terhadap anak maka dikenakan sanksi, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 88 berbunyi: “Setiap orang yang 26 mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun (sepuluh tahun) dan/ atau denda paling bayak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, eksploitasi adalah: “eks·ploi·ta·si /éksploitasi/ n1 pengusahaan; pendayagunaan: – nikel di daerah itu dilakukan oleh perusahaan asing;2 pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan ( tenaga orang): – atas diri orang lain merupakan tindakan yang tidak terpuji; meng·eks·ploi·ta·siv1 mengusahakan; mendayagunakan (perkebunan, tambang, dsb); 2ki mengeruk (kekayaan); memeras (tenaga orang lain); peng·eks·ploi·ta·sin orang yg mengeksploitasi orang lain: juragan juga menjadi ~ para pembantu” .14 Sedangkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orangpasal 1 angka 7 bahwa: “Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil”. 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia 27 Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa: “Eksploitasi merupakan tindakan atau perbuatan memperalat, memanfaatkan, memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi, keluarga, dan golongan. Dalam Pasal 13 ayat 1 butir (a) eksploitasi terdiri dari dua bentuk yakni eksploitasi secara ekonomi dan seksual. Eksploitasi secara ekonomi adalah tindakan atau kegiatan yang melibatkan dan atau memanfaatkan anak untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi dari anak tersebut seperti : menyuruh anak mengamen, mengemis, sebagai penjual koran, buruh anak, dan arti cilik hanya untuk mendapatkan uang. Menurut pendapat Muhammad Joni Eksploitasi ekonomi, yaitu pemanfaatan yang dilakukan secara sewenang-wenang dan berlebihan terhadap anak untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan terhadap anak. Perbuatan yang termasuk eksploitasi ekonomi terhadap anak misalnya buruh anak, artis cilik, pengemis anak.15 Sedangkan eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran (prostitusi) dan percabulan, dan perdagangan anak untuk tujuan seksual16 Menurut Sri Wahyuningsi dkk (2002:11), jaringan perdagangan anak untuk eksploitasis seksual anak yang dilacurkan (prostitusi) mencakup beberapa jenis, yaitu: 1. Sederhana, yaitu calon korban dijual oleh penjual (bisa orangtua, suami atau orangtua angkat) langsung kepada pembeli atau melalui perantara tertentu. 2. Agak kompleks, yaitu calon korban didatangi atau diajak teman/ tetangga/ saudara/ pacar untuk mencari pekerjaan yang halal di toko, kafe, rumah makan ke kota besar dengan iming-iming gaji yang besar. Dalam kenyataanya mereka langsung dijual kepada pembeli di kota 15 Muhammad Joni; Zulchaina Z. Tanamas.1997Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: Citra Aditya Bakti, bandung, hal 3 16 (ploitasi-seksual-&catid=117:pengertian&Itemid=142)di akses tgl 17 januari 2013 pukul 21.15 28 tujuan tetapi adapula yang menuju lokasi transit lalu diperkosa dan kemudian baru dijual kepada pembeli langsung. 3. Komplek yaitu calon korban didatangi calo/perantara (orang yang dipekerjaanya mendatangi desa-desa untuk mencari gadis-gadis yang beranjak dewasa untuk disetor atau dijual ke pengumpul atau langsung kepada germo/mucikari) dengan janji mencarikan pekerjaan halal di kota besar dengan gaji besar dan menanggung semua pengeluaran transportasi dan akomodasi, meskipun nantinya menjadi hutang yang harus dibayar mahal oleh korban.17 Walaupun larangan-larangan eksploitasi anak secara ekonomi maupun seksual anak telah di atur dalam undang-undang, namun pada kenyataan masih banyak anak yang masih menjadi korban eksploitasi baik oleh orang tua, keluarga, oknum tertentu, dan teman-teman dilingkungan sekitarnya. “Menurut arif Gosita, yang dimaksud dengan korban adalah : “Mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai aibat atau tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kebutuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita”. 18 Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 (2) UUD 1945 disebutkan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal inianak-anak juga merupakan warga negara. Anak-anak adalah manusia yang lemah yang wajib dilindungi keberadaannya dan dijaga dari segala sesuatu yang dapat mengganggu 17 tgl 17 januari 2013 pukul 21.29 18 Arif Gosita, op.cit, hal.63 29 perkembangan jiwanya. Bahkan anak-anak wajib memperoleh apa yang layak atau apa yang seharusnya mereka peroleh seperti pendidikan, kesempatan bermain, mendapatkan kasih sayang dan bebas dari tekanan. Namun berbeda dalam praktiknya dikehidupan nyata, banyak anak yang terpaksa dan dipaksa di usia mereka yang masih dini untuk bekerja. Eksploitasi anak banyak terjadi dibeberapa kalangan, terutama bagi anak pada kalangan yang berada di garis kemiskinan. Banyak anak yang ditemukan sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dijalanan bahkan sebagai pekerja seks ditempattempat hiburan malam yang sangat membahayakan mereka dan bahkan menjadi korban anak yang dilacurkan (AYLA). Eksploitasi terhadap anak merupakan suatu kejahatan. Maka perlu diketahui terlebih dahulu bahwa salah satu ilmu yang mempelajari tentang penyebab seseorang berbuat kejahatan yang dapat dihubungkan dengan penyebab terjadinya Eksploitasi adalah “Kriminologi”. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Nama kriminologi yang ditemukan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat”. 19 Menurut Wolfga, savitz dan johnston dalam The Sociology of crime and Delinquency memberikan definisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, 19 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001, Kriminologi, Rajawali Press, Jakarta. hal. 9 30 keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktot-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi mayarakat terhadap keduanya. Jadi objek studi kriminologi melingkupi : a. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan b. Pelaku kejahatan c. Reaksi masyarakat yang dtujukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap pelakunya. Ketiganya tidak dapat dipisah-pisahkan. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi dari masyarakat”. 20 Dalam kehidupan sehari-hari kejahatan merupakan sebagian masalah dari masalah manusia yang merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum atau yang dilarang oleh ketentuan Undang-Undang dan apabila dilanggar maka akan dikenakan sanksi (pidana). “Menurut M.A. Elliot bahwa : “kejahatan adalah suatu problema dalam masyarakat modern atau suatu tingkah laku yangg gagal yang melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman penjara, hukum mati dan lainlain”. 21 “Sedangkan menurut Dr. H. Hi Saherodji, SH., bahwa : a. Kejahatan itu adalah yang merugikan secara ekonomis dan b. Merugikan secara psychologis dan melukai perasaan susila dari suatu kelompok manusia dimana orang-orang itu oleh karenanya berhak melahirkan celaan “.22 Perbuatan kejahatan dalam masyarakat tidak terlepas kaitannya dengan keadaan ekonomi yang mana harus dipenuhi untuk mencapai tujuan hidup. Dari beberapa pengertian kejahatan diatas, penting untuk diketahui serta untuk mengetahui apakah suatu perbuatan dapat diketegorikan sebagai kejahatan. Jika dihubungkan dengan eksploitasi seksual, jelas merupakan suatu kejahatan. 20 ibid, hal. 12 Dr. H. Hari Saherodji, SH., Pokok-Pokok Kriminologi, Aksara Baru, Jakarta, 1980, hal.14 22 Ibid, hal 15 21 31 2.2 Gambaran Tentang Terjadinya Eksploitasi Seksual Di Kota Pontianak Masalah yang makin memperhatikan di Kota Pontianak adalah berkembangnya jumlah anak-anak menjadi korban eksplotasi seksual, anak tersebut terpaksa dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan sebagai PSK atau AYLA. Masalah ini menjadi persoalan tersendiri bagi pemerintah karena adanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang mengendalikan aktifitas anakanak tersebut sehingga anak tersebut tidak mendapatkan perlindungan atas hakhaknya. Perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk pekerjaan yang tidak dapat ditolerir keberadaannya dan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, karena bagaimana pun anak juga mempunyai hak-hak yang harus dihormati keberadaannya dan harus dilindungi. Namun pada kenyataan terhadap penelitian yang dilakukan dilapangan, banyak dijumpai anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Beberapa kawasan di Pontianak, anak yang ditemukan menjadi korban eksploitasi seksual yang melakukan prakteknya dihotel-hotel kecil, di rumah-rumah, bahkan dicafecafe dengan tujuan untuk mencari konsumen yang mau menggunakannya. Sebagaian dari anak tersebut ada yang dikoordinir oleh germo/mucikari dan sebagian lainnya melakukan praktik secara individual. Keterkaitan anak yang menjadi korban eksploitasi seksual sangat rawan bagi anak tersebut dengan yang namanya kekerasan yang dapat mengancam bahkan membahayakan keselamatana mereka, baik fisik, metal, maupun kekerasan. Seperti contoh yang peneliti temukan dilapangan, seorang anak yang dilacurkan (AYLA) sebut saja JN umur 16 tahun dipaksa oleh ibunya untuk melayani laki- 32 laki hidung belang dirumahnya sendiri dan dihotel hotel untuk melakukan hubungan seksual terhadap laki-laiki yang dikenalkan ibunya, jika tidak melayani laki-laki tersebut, JN di ancam ibunya bahkan ditampar-tampar dan ibunya mengeluarkan kata yang sangat tidal layak diucapakn kepada anak-anak. Karena takut hal tersebut JN terpaksa melayani laki-laki yang dibawa dan dikenalkan oleh ibunya. Hal ini dilakuka JN karena kondisi keluarga JN yang sangat jauh dari kata cukup, sehingga ibu JN menjual Nya kepada laki-laki hidung belang agar mendapatkan bayaran. Selain itu VN juga mengalami nasib yang sama, VN umur 16 tahun karena kondisi ekonomi keluarga yang miskin, VN di bawa oleh ayahnya untuk bekerja di suatu rumah makan, dan tinggal dirumah majikanny. Ternyata VN tidak hanya bekerja di rumah makan tetapi juga disuruh untuk melayani laki-laki hidung belang, dengan Bayaran Rp. 10.000,- dan di berikan sendal serta alat kosmetik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu faktor utama anak tereksploitasi yaitu karena alasan ekonomi keluarga yang miskin sehingga anak harus ikut serta untuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan berbagai cara seperti sebagai PSK atau AYLA dan lainnya serta pengaruh lingkungan pergaulan anak tersebut berada. 2.3 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi Seksual Terjadinya eksploitasi anak sebagai korban Eksploitasi seksual dapat terjadi karena adanya faktor-faktor penyebab. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa 33 salah ilmu yang mempelajari tentang penyebab seseorang berbuat kejahatan yang dapat dihubungkan dengan penyebab terjadinya Eksploitasiadalah “Kriminologi”. W.E Noach, membagi kriminologi menjadi dua bagian yaitu : a. Kriminologi dalam arti kata luas yang terdiri dari kriminologi dalam arti sempit dan kriminalistik adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari kejahatan sebagai masalah teknik, sebagai alat untuk mengadakan pengejaran atau penyidikan. b. Kriminologi dalam arti kata sempit adalah pengetahuan yang mempelajari bentuk-bentuk penjelmaan, sebab-sebab dan akibat-akibat dari kriminalitas (kejahatan dan perbuatan-perbuatan buruk) “. 23 Sesuai dengan pendekatan kriminologi yang dilakukan pada penelitian ini, maka perlu dilihat faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya pengeksploitasian terhadap anak tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut H. Hari Saheroji, mengemukakan bahwa: ada dua faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan atau perbuatan menyimpang yaitu karena faktor intern dan faktor ekstern yang saling mempengaruhi. Dengan demikian faktor penyebab terjadinya eksploitasi terhadap anak yaitu : a. Faktor intern yaitu yang berasal dalam diri si anak itu sendiri. 1. Sifat umum dari individu, meliputi : - Umur - Sex (jenis kelamin) - Kedudukan indovidu dalam masyarakat - Pendidikan individu - Agama - Masalah reaksi/ hiburan individu 2. Sifak-sifak khusus dari individu - Kelakuan yang menyimpang akibat rendahnya mental. - Kelakuan yang menyimpang karena daya emosional b. Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat di luar diri si anak, yang mempengaruhi tingkah lakunya. - Pengaruh negatif dari orang tua - Pengaruh negatif dari lingkungan sekolah - Pengaruh negatif lingkungan masyarakat - Tidak ada/ kurangnya pengawasan orang tua - Tidak ada/ kurangnya pengawasan dari pemerintah 23 R. Soesilo, 1976, Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan), Penerbit Bogor, hal 2 34 - Tidak ada/ kurangnya pengawasan dari masyarakat Tidak ada pengisian waktu yang sehat Tidak ada reaksi yang sehat Tidak ada pekerjaan Lingkungan fiisk kota besar Anomitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar Dan lain-lain”. 24 Setelah dilakukan penelitian, secara lebih mendalam dibahas beberapa faktor penyebab terjadinya eksploitasi anak sebagai korban Eksploitasi seksual yang terjadi di Kota Pontianak. Adapun faktor-faktor yang rentan terjadinya eksploitasi seksual ialah : a. Kemiskinan Kemiskinan membuat anak lebih rentan menjadi korban eksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Hal tersebut banyak dkarenakan harus memenuhi kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan makanan baik untuk sendiri bahkan keluarganya. Yang tidak terpenuhi dapat juga berupa hal-hal tersier, seperti keinginan untuk mempunyai suatu benda namun tidak mempunyai uang untuk membeli benda tersebut. Sehingga mereka berpikir untuk mencari uang dengan cara yang singkat dan mudah yaitu dengan bekerja sebagai PSK atau AYLA. Hal ini dilakukan agar semua keutuhan yang di inginkannya terpenuhi secara materil. b. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan unit kecil dalam masyarakat yang megang peranan penting terhadap perkembangan kepribadian anak. Dalam perkembangannya anak membutuhkan ulur tangan dari orangtua nya agar bisa melangsungkan 24 Ninik Widiyanti dan Panji Anoraga, Perkembanga Kejahatan dan Masalahnya Ditinjau Dari Segi Kriminologi dan Sosial, Pradnya Paramita, Hal .35 35 hidup secara layak dan wajar agar terbentuk suatu mental dan karakter yaang baik dalam diri anak. Pengaruh keadaan ekonomi yang lemah menyebabkan orangtua lebih fokus pada peningkatan taraf hidup, terlalu sibuk mengurus kepentingannya diluar rumah sehingga jarang sekali berkumpul bersama anakanak mereka dan kurangnya komunikasi sehingga anak tersebut merasa ditelantarkan sehingga mencari kesenangan diluar rumah sehingga tanpa disadari anak tersebut bertemu dengan orang-orang yang berprilaku tidak baik yang meneyebabkan mereka ikut terjerumus ke dunia pengeksploitasian. Selain itu perlu adanya hubungan yang serasi dan harmonis dalam suatu keluarga. Apabila hubungan antara orang tua tidak baik bahkan broken home tidak di pungkiri bahwa anak tersebut juga mengalami hubungan yang tidak baik pula dengan orangtuanya. Dengan keadaan yang demikian akan menimbulkan kekecewaan bahkan frustasi pada diri anak-anak yang berefek mencari pelampiasan dengan terjun ke dunia pengeksploitasian karena merasa kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua. c. Lingkungan pergaulan si anak. Keberadaan anak dalam suatu lingkungan pegaulan yang melihat kebutuhan dan gaya hidup teman-teman sebayanya dari keluarga yang mampu, segala kebutuhannya dapat terpenuhi dengan mudah, sehingga si anak tersebut terobsesi untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selama ini tidak terpenuhi karena keadaan orang tua yang tidak mampu. Bahkan ada juga ditemukan anak-anak yang awalnya pekerjaan apa saja ditekuninya, namun karena dipengaruhi oleh ajakan teman-temannya yang berawal bekerja di 36 tempat hiburan, club, karaoke, dan akhirnya juga melayani nafsu sek para lelaki hidung belang yang datang untuk menambah penghasilannya tersebut bahkan diimingin-imingkan sesuatu yang sangat dibutuhkan dan di inginkan oleh anak tersebut dan akhirnya anak tersebut menjadi pekerja sex komersial. d. Kurangnya Penerapan Pendidikan mengenai nilai-nilai agama dan akhlak terhadap anak. Anak yang kurang mendapatkan pendidikan mengenai nilai-nilai agama dan akhlak akan cenderung lebih mudah terpengaruh hal negatif dari luar dirinya dan lingkungannya karena anak tersebut tidak memahami mana yang baik dan mana yang tidak baik. Untuk itu perlu adanya peran orangtua terlebih dahulu untuk memberikan dan menanamkan sedini mungkin nilai-nilai agama dan akhlak terhadap anak agar anak tersebut lebih mengerti untuk membedakan mana yang baik dlakukan dan mana yang tidak baik dilakukan. e. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kejahatan. Semua anak yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi adalah beresiko,baik yang mereka sadari ataupun tidak mereka sadari. Banyak anak-anak dijadikan sebagai objek foto atau video yang dikirim melalui ruang cyber. Serta ditemukan pembuatan, penyebaran dan penggunaan foto-foto fulgar dan video dewasa yang dapat mempengaruhi dan beresiko buruk bagi anak yang melihatnya, dan akhirnya timbul keinginan untuk menirukan apa yang mereka lihat tersebut didalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu kecanggihan teknologi dalam internet tidak luput menjadi akses oleh 37 pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan untuk pemasaran jual beli anak. Dan ditemui bahwa orang tua mengizinkan anaknya yang masih dibawah umur sebagai pekerja sex dan dipasarkan oleh pihak-pihak tertentu bahkan lintas negara dengan memiliki tujuan untuk mengeksploitasi seksual anak melalui salah satu kecanggihan teknologi antara lain yaitu melalui media internet dan medio komunikasi seperti telepon dan handpone. 2.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Eksploitasi Meningkatnya kegiatan Eksploitasi seksual merupakan tindak pidana yang semakin merisaukan dan mencemaskan dan dapat berakibat mengancam masa depan korban khususnya anak dan perempuan, dimana anak dan perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa wajib dilindungi dan dijaga, martabat dan harga dirinya secara wajar, baik secara hukum, ekonomi, politik, sosial dan budaya tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Sebab anak adalah generasi penerus bangsa yang sangat menentukan nasib dan masa depanbangsa secara keseluruhan di masa yang akan datang, untuk itu anak harus diberikan perlindungan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 butir 2 memberikan pengertian tentang perlindungan anak bahwa : “Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. 38 Perlindungan anak bertujuan untuk menciptakan anak Indonesia yang berkualitas berakhlak mulia dan sejahtera. Namun, kenyataan dalam masyarakat masih ditemukan anak yang tidak mendapatkan perlindungan dari eksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Faktor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi seksual anak tidak terlepas dari pengaruh dalam diri si anak itu sendiri, karena faktor ekonomi yang kurang mampu, serta pengaruh lingkungan tempat anak berinteraksi. Pengeksploitasian seksual terhadap anak apabila tidak dicegah maka akan semakin marak terjadi, untuk itu perlu adanya penanggulangan. Penanggulangan tersebut tidak hanya menjadi tugas aparat pemerintah dan aparat hukum melainkan juga menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua serta masyarakat, sehingga menjadi tugas kita bersama. Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tindakan preventif ( pencegahan ) maupun tindakan represif (penanggulangan), yaitu: a. Tindakan preventif sebagai berikut : 1. Memberikan penyuluhan secara intensif kepada orangtua untuk memberikan perlindungan bimbingan, serta pengawasan terhadap anak-anak mereka tentang kemungkinan terjadinya tindakan eksploitai seksual terhadap anak. 2. Memberikan penyuluhan kepada anak-anak tentang pemahaman eksploitasi seksual agar anak tidak mudah terpengaruh dari pihak manapun dan dapat menahan godaan terhadap pengaruh negatif dari ajakan teman-teman dilingkungan sekitarnya. 39 3. Perlu adanya pembinaan hukum serta sosialisasi secara menyeluruh kepada orangtua dan masyarakat tentang bahaya eksploitasi seksual dan larangan melakukan eksploitasi terhadap anak baik itu eksploitasi secara ekonomi maupun seksual. 4. Perlu adanya partisipasi masyarakat sekitar serta korban eksploitasi tersebut untuk melaporkan kepada aparat penegak hukum jika mengetahui dan melihat adanya eksploitasi seksual terhadap anak oleh orang yang tidak bertangung jawab. b. Tindakan represif 1. Mengambil tindakan tegas terhadap pelaku eksploitasi seksual terhadap anak yang tidak bertanggug jawab, meskipun pelaku tersebut adalah orangtua dan keluarganya. 2. Meningkatkan tindakan peraziaan terhadap anak yang di eksploitasi secara seksual di tempat-tempat praketek seperti: di hotel- hotel, di rumah kontrakan, rumah kost, dan di cafe2 (club-club hiburan malam). 3. Mengefektifkan sanksi yang ada dengan tegas dan memperberat sanksi pidana yang ada terhadap pelaku sesuai dengan ketentuan Undang – Undang yang berlaku dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 88. 40 BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1 Analisis Data Pada Penelitian ini penulis menggunakan metode Diskriptif Analisis yaitu dengan menganalisa data yang diperoleh dan yang tampak sebagaimana diperoleh dari hasil penelitian lapangan saat penelitian dilakukan. Adapun yang penulis jadikan populasi dalam penelitian ini adalah : 1. Aparat Kepolisian Polresta Pontianak 2. Yayasan Nanada Dian Nusantara Kota Pontianak 3. Anak korban eksploitasi 4. Orang tua dari korban eksploitasi 5. Pelaku eksploitasi seksual Di Kota Pntianak Data lapangan tersebut penulis peroleh dari sumber data lapangan serta didukung dengan teori-teori yang ada relevasni nya dengan penulisan ini. Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut, diperoleh dari sejumlah sampel dalam penelitian ini yakni: 1. 2 Aparat Kepolisian Polresta Pontianak 2. 1 Orang Yayasan Nanda Dian Nusantara Pontianak 3. 10 orang anak korban eksploitasi 4. 10 orang tua dari korban eksploitasi 5. 2 Pelaku eksploitasi seksual Di Kota Pontianak Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa dalam 40 41 konsideran menimbang hutuf c bahwa: “ anak adalah tunas, petensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifak khusus yang mnjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan” Namun, disisi lain anak juga paling mudah dipengaruhi ke hal-hal yang buruk atau negatif, hanya dengan iming-iming sesuatu bersifat materil sesuatu yang secara nyata yang ia tidak dapat peroleh dengan sendirinya, seperti pemberian sesuatu benda yang selama ini di inginkannya tapi belum tercapaikan atau bahkan tidak mungkin diperolehnya, ditambah lagi ada oknum atau sekelompok orangorang tertentu yang memang ingin memanfaatkan demi untuk mencapai atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, Tidak dapat dipungkiri di Kota Pontianak banyak anak-anak yang terjerumus dalam pengeksploitasian seksual. Sebagaimana data yang diperoleh dari Yayasan Nanda Dian Nusantara Kota pontianak berikut ini : Tabel 1 Jumlah Anak yang Dieksploitasi Di Kota Pontianak Tahun 2010-2012 No Tahun Frekuensi 1 2010 116 2 2011 168 3 2012 71 Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara 355 42 Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari Yayasan Nanda Dian Nusantara bahwa anak yang di ekslpoitasi secara seksual pada tahun 2010 sabanyak 116 kasus, pada tahun 2011sebanyak 168 kasus dan tahun 2012 sebanyak 71 kasus. Disini Yayasan Nanda Dian Nusantara memiliki peran dalam memberikan perlindungan bagi anak-anak agar terhindar dari kekerasan dan dari perbuatan kejahatan serta mendampingi anak korban eksploitasi seksual untuk mampu menyelesaikan masalahnya. Selanjutnya penulis menganalisis data yang telah terkumpul. Untuk mengetahui asal usul anak yang tereksploitasi yang berhasil ditemukan oleh penulis, yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Asal usul Anak yang di Eksploitasi n=10 No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Penduduk Asli Kota Pontianak 6 60 % 2 Pendatang 4 40% 10 100% Jumlah Sumber : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 2 di atas bahwa ada 6 orang (60%) responden merupakan penduduk asli kota pontianak. Dan 4 orang (40%) responden merupakan pendatang. Hal ini membuktikan bahwa anak yang dieksploitasi secara seksual kebanyakan bukan penduduk pendatang melainkan anak-anak dari kota pontianak. 43 Untuk selanjutnya dipaparkan mengenai umur anak yang dieskploitasi secara seksual tersebut : Tabel 3 Umur Anak yang dieksploitasi n=10 No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 14 tahun 4 40% 2 15 tahun 2 20% 3 16 tahun 4 40% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 3 diatas dapat kita lihat sebanyak 4 orang (40%) responden berusia14 tahun, sebanyak 2 orang (20%) responden berusia 15 tahun, dan sebanyak 4 orang (40%) responden berusia 16 tahun. Juga dketahui bahwa anak tersebut di eksploitasi oleh orang yang masih memiliki hubungan keluarga, dan orang dilingkungan anak tersebut. Untuk selanjutnya pada tabel 4 dipaparkan mengenai pendidikan anak, sebagai berikut : 44 Tabel 4 Pendidikan anak-anak yang dieksploitasi n=10 No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 SD - 0% 2 SMP 5 50% 3 SMA 3 30 % 4 Tidak Tamat 2 20% 10 100% Jumlah Sumber : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 4 di atas dapat kita lihat bahwa pelajar SD tidak ada, sebanyak 5 orang (50%) responden pelajar SMP, sebanyak 3 orang (30%) responden pelajar SMA, dan 2 orang (20%) tidak tamat SD. Untuk selanjutnya, pada tabel 5 ini perlu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan anak tersebut bekerja sebagai anak yang dieksploitasi seksual. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah ini : 45 Tabel 5 Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Eksploitasi Seksual n=10 No Alternatif Frekuensi Presentase 1. Karena kondisi ekonomi orang 3 30% 5 50%% tua yang tidak mampu 2. Terpengaruh oleh teman-teman dan pacar (lingkungan) 3. Keluarga yang tidak perhatian - 0% 4 Dipaksa orang tua 1 10% 5 Dijebak 1 10% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel di atas sebanyak 3 orang (30%) responden karena kemiskinan, 5 orang (50%) responden karena terpengaruh lingkungan, 1orang (10%) responden karena dipaksa oleh orangtua, 1 orang (10%) responden karena dijebak oleh tetangganya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebagian besar anak tereksploitasi adalah kerenapengaruh lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh besra terhadap perkembangan karakter anak. Dalam hal ini sangatlah dibutuhkan peran orangtua untuk menyeleksi lingkungan pergaulan anak-anaknya agar tidak terjerumus kepergaulan negatif yang dapat merusak karakter anak itu sendiri. Selanjutnya keluarga yang tidak mampu juga mempengaruhi perkembangan 46 karakter anak, orang tua yang tidak mampu membuat anak berpikir untuk memenuhi kebutuhannya dengan bekerja dan mencari uang dengan jalan pintas. Untuk selanjutnya dapat kita ketahui pekerjaan yang mereka lakukan, yang dapat dilihat dari tabel berikut ini: Untuk selanjutnya perlu kita ketahui siapa yang membawa anak tersebut bekerja. Untuk itu dapat dilihat melalui tabel dibawah ini: Tabel 6 Yang Membawa Anak Tersebut Bekerja n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Teman 5 50% 2 Pacar 2 20% 3 Orang Tua 1 10% 4 Tetangga 1 10% 5 Sendiri 1 10% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda dian Nusantara Berdasarkan tabel 6 di atas sebanyak 5 orang (50%) responden dibawa oleh temannya, 2 orang (20%) responden dibawa oleh pacarnya, 1 orang (10%) responden di bawa oleh orang tuanya, 1 orang (10%) repondem di bawa tetangganya dan 1 orang (10%) responden karena kemauan sendiri.Karakter tiaptiap orang berbeda-beda, ada yang baik dan ada yang buruk. Karena anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam bergaul. 47 Untuk selanjutnya perlu kita ketahui pekerjaan apa yang dilakukan anak tersebut, yang dapat dilihat pada tabeli berikut: Tabel 7 Pekerjaan yang anak lakukan n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Psk 8 80% 2 Waitres 1 10 3 Rumah makan 1 10% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa 8 orang (80%) responden bekerja sebagai psk, 1 orang (10%) responden bekerja sebagai waitres dan 1 orang (10%) responden bekerja di rumah makan. Untuk selanjutnya perlu kita ketahui penghasilan yang mereka dapatkan dari pekerjaan yang mereka lakukan, yang dapat dilihat melalui tabel berikut: 48 Tabel 8 Jumlah Penghasilan yang diperoleh anak dari pekerjaannya n=10 No 1 Alternatif Frekuensi Persentase 1 10% <Rp. 50.000,00 2 Rp. 50.000,00 - Rp. 200.000,00 4 40% 3 Rp.200.000,00 – Rp. 350.000,00 1 10% 4 Rp. 350.000,00 – Rp. 400.000,00 1 10% 5 >Rp. 400.000,00 1 10% 6 Kebutuhan Pribadi 2 20% Jumlah 10 100% Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa 1 orang (10%) responden mendapatkan penghasilan <Rp. 50.000,00, 4 orang (40%) responden mendapatkan penghasilan Rp. 50.000,00 – Rp. 200.000,00, 1 orang (10%) responden mendapatkan penghasilan Rp. 200.000,00 – Rp. 350.000,00, 1 orang (10%) responden mendapatkan penghasilan Rp. 350.000,00 – Rp. 400.000,00, dan 2 orang (20%) responden mendapatkan pemenuhan kebutuhan pribadinya. Untuk selanjutnya perlu kita ketahui untuk apa penghasilan yang diperoleh anakanak tersebut, yang dapat dilihat pada tabel berikut: 49 Tabel 9 Kegunaan uang hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Untuk keperluan sendiri 5 50% 2 Dibagi sama pacar 2 20% 3 Untuk kebutuha keluarga 2 20% 4 Untuk kebutuhann pribadi dan 1 10% 10 100% biaya sekolah Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa 5 orang (50%) responden menyatakan bahwa hasil dari pekerjaannya untuk keperluan sendiri, 2 orang (20%) responden menyatakan bahwa penghasilannya dibagi sama pacarnya, 2 orang (20%) responden menyatakan bahwa penghasilannya digunakan untuk kebutuhan keluarga dan 1 orang (10%) responden menyatakan bahwa penghasilannya dugunakan untuk kebutuhan pribadi dan biaya sekolah. Dengan demikain dapat dilihat bahwa pekerjaan yang mereka lakukan untuk memenuhi semua kebutuhan mereka dan biaya-biaya yang belum terpenuhi. Untuk lebih lanjut dapat kita berapa lamanya anak-anak tersebut dieksploitasi, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 50 Tabel 10 Lama anak tereksploitasi n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 < 1 tahun 8 80% 2 1 – 2 tahun 2 20% 10 100% Jumlah Sumber : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 10 di atas sebanyak 8 orang (80%) responden tereksploitasi selama < 1tahun , sebanyak 2 orang (20%) responden tereksploitasi selama 1- 2 tahun. Untuk selanjutnya perlu kita ketahui, pengetahuan anak bahwa hak-hak mereka tereksploitasi. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 11 Pengetahuan Anak Tentang Larangan Eksploitasi n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Mengetahui 10 10% 2 Tidak mengetahui 0 0% Jumlah 10 100% Sumber Data : Yayasan Nanda dian Nusantara 51 Berdasarkan tabel 11 di atas bahwa 10 orang (10%) responden mengetahui bahwa hak-hak mereka tereksploitasi dan tidak ada responden yang tidak mengetahui kalau hak-hak mereka tereksploitasi. Tapi kerena berbagai alasan mereka akhirnya harus tetap bertahan dan menjalaninya. Untuk selanjutnya perlu kita ketahui jumlah kasus eksploitasi yang dilaporkan ke Polresta Kota Pontianak. Tabel 12 Jumlah Kasus Yang Dilaporkan Di Polresta Kota Pontianak Tahun 2010 - 2012 No Alternatif Frekuensi 1 2010 2 2 2011 2 3 2012 3 Jumlah 7 Sumber Data : Polresta Kota Pontianak Berdasarkan tabel 12 yang diperoleh dari Polresta Pontianak bahwa kasus anak yang diekslpoitasi tahun 2010 sabanyak 2 kasus, tahun 2011 sebanyak 2 kasus dan tahun 2012 sebanyak 3 kasus, dari data di atas dapat dilihat bahwa banyak kasus eksploitasi anak yang tidak dilaporkan. Hal ini dikarenakan korban tidak mau jujur untuk menceritakan kronologi kejadian serta kurangnya bukti dan kurangnya laporan yang di terima kepolisian tentang adanya anak yang dieksploitasi secara seksual. Untuk lebih lanjut perlu kita ketahui pekerjaan orang tua anak yang menjadi korban eksploitasi. Yang dapat diketahui melalui tabel dibawah ini. 52 Tabel 13 Pekerjaan Orangtua anak korban eksploiatsi n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 PNS 1 10% 2 Wiraswasta 1 10% 3 Buruh 8 80% 10 100% Jumlah Sumber : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa 1 orang (10%) responden bekerja sebagai PNS, 1 orang (10%) responden bekerja sebagai Wiraswasta, dan 8 orang (80%) responden bekerja sebagai buruh. Untuk lebih lanjut perlu diketahui apa pendidikan orang tua anak korban eksploitasi seksual, untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: 53 Tabel 14 Pendidikan Orangtua Anak Korban Eksploitasi n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Sarjana 1 10% 2 SD 2 20% 3 SMP 5 50% 4 SMA 1 10% 5 Tidak tamat SD 1 10% Jumlah 10 100% Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan data tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa 1 orang (10%) responden sarjana, 2 orang (20%) responden menyatakan hanya tamat SD, 5 orang (50%) responden hanya tamat SMP, 1 orang (10%) responden tamat SMA, dan 1 orang (10%) responden tidak tamat SD. Dengan demikian pendidikan tertinggi orangtua korban eksploitasi kebanyakan hanyalah tamat SMP wajar apabila kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Untuk lebih lanjut perlu dikatahui lebih lanjut berapa orang tanggungannya dalam keluarga, dan untuk mngetahui hal tersebut dapat dketahui melalui tabel dibawah ini : 54 Tabel 15 Jumlah Tanggungan Orangtua Korban Eksploitasi n=10 No Alternatif Frekuensi peresentase 1 1 2 20% 2 2 2 20% 3 3 1 10% 4 4 1 10% 5 5 1 10% 6 7 3 30% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan data tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa 2 orang (20%) responden menyatakan mempunyai tanggungan sebanyak 1 orang, 2 orang (20%) responden mempunyai tanggungan sebanyak 2 orang, 1 orang (10%) responden mempunyai tanggunga sebanyak 3 orang, 1 orang (10%) responden mempunyai tanggungan sebanyak 4 orang, dan 1 orang (10%) responden mempunyai tanggungan sebanyak 5 orang dan 3 orang (30%) responden mempunyai tanggungan sebanyak 7 orang. Untuk lebih lanjut perlu dikatahui lebih lanjut berapa Penghasilan orang tua dari anak korban eksploitasi. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah ini : 55 Tabel 16 Penghasilan Orangtua n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 < Rp.500.000,00 6 60% 2 Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 2 20% 3 >Rp.1.500.000,00 1 10% 4 Tidak tentu 1 10% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan data dari tabel 16 di atas dapat diketahui 6 orang (60%) responden memiliki penghasilan < Rp. 500.000,00, 2 orang (20%) responden memiliki penghasilan Rp.500.000,00 – Rp. 1.500.000,00, 1 orang (10%) responden memiliki penghasilan > Rp. 1.500.000. dan 1 orang (10%) responden memiliki penghasilan yang tidak menentu. Tabel 17 Pengetahuan Orangtua Terhadap Pekerjaan Anaknya n=10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Mengetahui 2 20% 2 Tidak mengetahui 8 80% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara 56 Berdasarkan data dari tabel 17 di atas, dapat diketahui 2 orang (20%) responden menyatakan mengetahui pekerjaan anaknya, sedangkan 8 orang (80%) reponden tidak mengetahui pekerjaan anaknya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa 2 orang respenden mengetahui pekerjaan anaknya, tapi karena alasan ekonomi mereka tetap membiarkan anaknya mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan 8 orang orangtua tidak mengetahui pekerjaan yang anaknya lakukan diluar rumah, yang bekerja sebagai pekerja seksual yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dengan diiming-iming uang dan kebutuhan lain yang anak tersebut inginkan dapat terpenuhi, serta pengaruh lingkungan di sekitarnya. Seharusnya dalam hal ini, peran orang tua sangat diperlukan untuk melindungi, mengawasi dan menanyakan setiap kegiatan/ aktivitas yang anak- anaknya lakukan diluar rumah, menyaring pergaulan temantemannya serta mengetahui siapa saja teman anak mereka dalam bergaul. Tabel 18 Anak Korban Eksploitasi Seksual Yang Masih Mempunyai Orangtua n=10 No Alternatif Frekuensi persentase 8 80% 1 Ada keduanya 2 Hanya ayah 3 Hanya ibu 2 20% 4 Tidak ada keduanya - - 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara 57 Berdasarkan tabel 18 tersebut di atas dapat dikatahui bahwa 8 orang (80%) responden memiliki orang tua lengkap dan 2 orang (20%) responden hanya memiliki ibu. Untuk selanjutnya dapat diketahui komunikasi kedekatan orangtua terhadap anak-anaknya yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 19 Komunikasi Kedekatan Anak Dengan Orangtuanya n= 10 No Alternatif Frekuensi Persentase 1 Sering 3 30% 2 Kadang-kadang 3 30% 3 Tidak pernah 4 40% 10 100% Jumlah Sumber data : Yayasan Nanda Dian Nusantara Berdasarkan tabel 19 di atas dapat dilihat bahwa 3 orang (30%) responden sering berkomunikasi dengan orangtuanya, 3 orang (40%) responden hanya kadang-kadang berkomunikasi dengan orangtuanya, dan 4 orang (40%) responden tidak pernah berkomunikasi dengan orangtuanya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa kedekatan komunikasi antara orangtua dan anak sangat penting. Yang dimaksud komunikasi disini yaitu agar orangtua dapat mengetahui semua kegiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya dengan menanyakan semua aktivitas apa saja yang telah anak nya lakukan setiap hari. 58 3.2 Pembuktian Hipotesis Dari analisis data dan tabel-tabel di atas, maka penulis ingin membuktikan hipotesis sebagai berikut : 1. Berdasarkan tabel 1 dan 2 bahwa banyak anak yang ditemukan menjadi korban eksploitasi seksual. Dan kebanyakan dari mereka yang dieksploitasi berasal dari Kota pontianak. 2. Berdasarkan tabel 3 dan 4 bahwa kebanyakan anak yang dieksploitasi masih bersekolah, rata-rata pendidikan mereka adalah SMP dan umur mereka di antara 13 – 16 tahun. 3. Berdasarkan tabel 5 Responden menyatakan bahwa faktor mereka bekerja karena faktor lingkungan, kemiskinan, kemajuan teknologi dan ada dari mereka karena dipaksa oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dalam hal ini lingkungan sangat mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan karakter anak. Selanjutnya kemiskinan juga menjadi alasan anak, keadaan keluarga yang miskin sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan anak, sehingga anak mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 4. Berdasarkan tabel 6 responden menyatakan bahwa kebanyakan mereka bekerja yaitu karena kemauannya sendiri. Semua mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya , maka mau tidak mau pekerjaan apa saja mereka lakukan termasuk meminta-minta dijalanan. Serta pengaruh ajakan teman-temannya dan akhirnya mereka terpengaruh. Sebab Anak-anak masih dapat dikatakan belum cukup mampu untuk membedakan mana yang baik 59 dan mana yang tidak baik untuk pengembangan karakter mereka, sehingga mudah saja bagi mereka terpengaruh hanya dengan bujukan-bujukan yang mereka anggap itu menguntungkan. 5. Berdasarkan tabel 7, 8 dan 9 menyatakan bahwa pekerjaan yang responden lakukan sebagai psk sebanyak 8 orang, sebagai waitres 1 orang dan bekerja di rumah makan sebanyak 1 orang. Dan penghasilan yang responden dapatkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga dan biaya sekolah. 6. Berdasarkan tabel 10 responden menyatakan bahwa kebanyakan dari mereka tereksploitasi kurang lebih selama 1 tahun. 7. Berdasarkan tabel 11 responden menyatakan bahwa kebanyakan dari mereka mengetahui bahwa pekerjaan yang mereka lakukan itu dilarang , tapi kerena alasan-alasan tertentu mereka harus tetap menikmati pekerjaan mereka itu demi memenuhi kebutuhannya. 8. Berdasarkan tabel 12 bahwa pihak kepolisian hanya sedikit menerima laporan tentang anak yang di eksploitasi, hal ini dikerenakan tindakan kejahatan pengeskploitasian secara seksual ini terorganisir serta kurangnya bukti dan kurangnya laporan dari pihak-pihak masyarakat tentang adanya tindakan pengeksploitasian. 9. Berdasarkan tabel 13 dan 14, pekerjaan orangtua dari anak yang tereksploitasi sebagain besar hanya sebagai buruh yang seharian berada diluar rumah sehingga sangat sedikit waktu yang dapat dimiliki para orangtua untuk memberikan bimbingan, melaksanakan perannya dalam memperhatikan/ mengawasi anak-anaknya, serta untuk berkomunikasi menanyakan kegiatan 60 apa saja yang telah anaknya lakukan setiap harinya, dan pendidikan orangtua mereka rata-rata hanya tamat SMP. 10. Berdasarkan tabel 15,16 dan 17, tanggungan orang tua terbanyak adalah 7 orang dalam keluarga dengan penghasilan rata-rata hanya Rp.500.000,00Rp.1500.000,00 hal ini dapat menyebabkan masih banyak kebutuhan anakanak mereka kurang terpenuhi, sehingga anak tersebut lebih memilih memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dengan bekerja baik atas sepengetahuan orangtuanya ataupun tidak. 11. Berdasarkan tabel 18 dan 19, rata-rata responden masih memiliki orangtua yang utuh, akan tetapi komunikasi antara anak dan orangtua masih kurang terjalin. Dengan demikian maka hipotesis yang penulis kemukakan pada bab 1 diatas yaitu : Bahwa yang menyebabkan terjadinya eksploitasi secara seksual terhadap anak adalah dikarenakan faktor ekonomi, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan tempat anak bergaul dan faktor teknologi telah terbukti dan dapat diterima. 61 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain sebagai beikut : 1. Bahwa eksploitasi seksual terhadap anak semakin marak terjadi pada anakanak di Kota Pontianak, dalam hal ini walaupun sudah ada Undang-Undang yang mengatur tentang Perlindungan anak, namun belum dapat memberikan perlindungan terhadap anak. 2. Bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya tindak pidana eksploitasi seksual di Kota Pontianak, namun penyebabnya adalah karena pengaruh keadaan ekonomi miskin yang tidak mampu memenuhi segala kebutuhan anakanaknya, pengaruh lingkungan tempat anak tersebut bergaul yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan karakater anak serta orang tua yang sibuk mangatasi keadaan ekonominya yang sulit sehingga melalaikan perannya sebagai orang tua yang dapat mengakibatkan terjadinya tingkah laku negatif pada anaknya serta pengaruh teknologi dan situs-situs yang dapat memicu anak untuk ke hal-hal negatif. 3. Bahwa eksploitasi seksual anak bersifat terorganisir dan rapi sehingga dalam penertiban tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Serta kurangnya laporan adanya eksploitasian anak, seharusnya masyarakat yang mengetahui adanya eksploitasian anak diwajibkan untuk melapor kepada aparat penegak hukum 61 62 atau lembaga lain yang bersangkutan agar kasus tersebut dapat di tindak lanjut dan memberikan efek jera terhadap pelaku pengeksploitasian anak. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Dilakukan penyebarluasan dan atau sosialisasi secara merata disetiap tingkat masyarakat sebagai salah satu cara dan sarana memaksimalkan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi dan pemerintah secepatnya mencarikan solusi agar tindak pidana pengeksploitasian anak dapat dicegah dan anak mendapatkan perlindungan seerta dapat mencairkan solusinyaserta harus ada komitmen dari semua pihak baik pemerintah sebagai pelaksana peraturan maupun dari orang tua dan masyarakat untuk secara bersama-sama menjalankan dan melaksanakan Undang-Undang Perlindungan Anak, demi tercapainya tujuan dari UndangUndang tersebut yaitu memberikan perlindungan kepada anak-anak dari segala jenis tindakan eksploitasi karena sesempurna apapun suatu peraturan tidak akan pernah berarti apa-apa jika tidak dilaksanakan dengan benar oleh semua pihak. 2. Pemantauan,pelaporan, dan pemberian sanksi agar para orang tua/wali melaksanakan peranan dan tanggung jawabnya dengan baik dan kosekuen dalam sesulit apapun situasi dan kondisinya yang di hadapi keluarganya serta memberikan bimbingan agama serta pihak orang tua lebih meluangkan waktu untuk menjalin komunikasi terhadap anak dalam menanyakan setiap aktivitas 63 anak-anaknya dan pihak orang tua sendiri harus berusaha mampu memperhatikan segala kebutuhan anak-anaknya. 3. Seharusnya dilakukan upaya razia dan pihak yang terjaring diusut secara tuntas dan di proses sesuai dengan hukum yang berlaku dan yang terbukti dikenakan sanksi hukum yang sesuai dengan ketentuan hukum agar perlindungan terhadap anak dapat dilaksanakan. 64 DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, Mif, Anak Indonesia Teraniaya ( potret Buram Anak Bangsa ), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998. Bonger,W.a, 1977, Pengantar tentang kriminologi. PT. Pembangunan ghalia indonesia, Jakarta. Davies, Peter, 1994, Hak-Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor, Jakarta. Gosita, Arif, 2004, Masalah Perlindungan Anak, PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta. Lilik Mulyadi, 2005, Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktik dan Permasalahannya, CV. Mandar Maju, Bandung. Santoso Topo, Kriminologi, Rajawali Press,Jakarta, 2001 Sawono Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta Singarimbun Masri dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3S, Jakarta, 1986 Saherodji Hari, Pokok-Pokok Kriminologi, Aksara Baru, Jakarta, 1980 Soedjono,D, Penanggulangan kejahatan. Alumni Bandung, 1983 Soemitro Hanitijo Ronny, 1993, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993 R. Soesilo, Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan), Penerbit Bogor, 1976 Sugandhi, R, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Usaha Nasional, Surabaya, 1980 64 65 Supramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2005 Wahid Abdul dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual (advokasi atas hak asasi perempuan),PT. Refika Aditama, Bandung, 2001. Ninik dan Panji Anoraga, Perkembanga Kejahatan dan Masalahnya Ditinjau Dari Segi Kriminologi dan Sosial, Pradnya Paramita Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak asasi Manusia Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Lampiran I, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 87 Tahun 2002, Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak. Kamus Besar Bahasa Indonesia di akses tanggal 19 januari 2013 pukul13.30 , d akses tanggal 19 januari 2013 pukul 13.30 http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=58:eksploitasi-seksual-&catid=117:pengertian&Itemid=142)di akses tgl 17 januari 2013 pukul 21.15 di akses tgl 17 januari 2013 pukul 21.29 diakses tanggal 12 februari 2013 pukul 20.01 66 Lampiran : Lampiran 1 : Surat Hasil Penelitian Dari Polresta Kota Pontianak Lampiran 2 : Surat Hasil Penelitian Dari Yayasan Nanda Dian Nusantara Pontianak Lampiran 3 : Angket Penelitian Anak Korban Eksploitasi Lampiran 4 : Angket Penelitian Orangtua Lampiran 5 : Angket Penelitian Pelaku Eksploitasi Seksual 67 68 69 ANGKET PENELITIAN KEPOLISIAN RESORT KOTA PONTIANAK Angket ini diedarkan didasarkan kepada responden dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi yang berjudul : FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DITINJAU DARI SUDUT KRIMINOLOGI DI KOTA PONTIANAK. NAMA PENELITI NIM FAKULTAS : FITRIANI : A01109059 : HUKUM Petunjuk Pengisian a. Penelitian ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan peneliti menjamin kerahasiaan data yang diberikan oleh responden. Untuk ini peneliti berharap agar pertanyaan yang diajukan dapat dijawab sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi oleh faktor apapun. b. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. Lingkari jawaban yang menurut bapak/ibu benar dan isilah titik-titik yang telah disediakan. c. Jika bapak/ibu tidak keberatan, isilah biodata dibawah ini : Nama : Jabatan : A. Lingkari jawaban yang bapak/ibu anggap benar. 1. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja di Polresta Pontianak ? a. < 2 tahun b. 3-5 tahun c. 6-10 tahun d. > 10 tahun 2. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa banyak anak yang dieksploitasi di Kota Pontianak? a. Tahu b. Tidak tahu 3. Apakah bapak/ibu pernah terlibat dalam proses razia terhadap anak yang dieksploitasi yang di adakan oleh Polresta Pontianak ? a. Pernah b. Tidak pernah 70 4. Selama bapak/ibu bekerja di Polresta Pontianak, apakah bapak ibu pernah menangani kasus ekploitasi terhadap anak ? a. Pernah b. Tidak pernah 5. Kapan razia ini dilakukan oleh pihak Polresta Pontianak ? a. Perhari B. Isilah titik-titik yang telah disediakan 1. Dalam waktu 1 tahun terakhir ini, periode Januari-April, periode Mei-Agustus dan periode september-desember ada berapa jumlah kasus pengeksploitasian anak secara ekonomi dan seksual yang ditangani oleh pihak pihak Polresta Pontianak ? jelaskan ! Jawab : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 2. Bagaimanakah bentuk tindakan yang dilakukan oleh pihak Polresta Pontianak terhadap pelaku tindak pidana pengekploitasian anak di wilayah Kota Pontianak ? jelaskan! Jawab: ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 3. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pengekploitasian anak di wilayah Kota Pontianak ? Jawab : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 4. Sepengetahuan bapak/ibu, kendala ap saja yang menyebabkan penegakan hukum pelaku tindak pidana pengeksploitasian belum efektif ? jelaskan ! Jawab: ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 71 5. Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya pengeksploitasian anak di wilayah kota pontianak ? jelaskan! Jawab : .............................................................................................................................. ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... Responden (..................................) 72 ANGKET PENELITIAN UNTUK ANAK Angket ini diedarkan didasarkan kepada responden dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi yang berjudul : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DITINJAU DARI SUDUT KRIMINOLODI DI KOTAPONTIANAK NAMA PENELITI : FITRIANI NIM : A01109059 FAKULTAS : HUKUM Petunjuk Pengisian d. Penelitian ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan peneliti menjamin kerahasiaan data yang diberikan oleh responden. Untuk ini peneliti berharap agar pertanyaan yang diajukan dapat dijawab sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi oleh faktor apapun. e. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. Lingkari jawaban yang menurut bapak/ibu benar dan isilah titik-titik yang telah disediakan. f. Jika bapak/ibu tidak keberatan, isilah biodata dibawah ini : Nama : Alamat : Usia : Pendidikan : C. Lingkari jawaban yang bapak/ibu anggap benar. 1. Berapa usia saudari ? a. 8 – 14 b. 15 tahun 73 c. 16 – 18 tahun d. Lain-lain, jelaskan............................................................................................ 2. Dari mana asal saudari ? a. Pontianak b. Pendatang c. Lain-lain, jelaskan............................................................................................ 3. Apakah saudari masih bersekolah ? a. Ya b. Tidak (Putus sekolah) c. Tidak pernah sekolah 4. Apakah pendidikan saudari sekarang ? a. SD b. SMP c. SMA d. Tidak tamat SD 5. Apabila tidak lagi sekolah, apakah saudari bekerja ? a. Ya b. Tidak 6. Apakah pekerjaan saudari ? a. Pengangguran b. Swasta c. Diskotik d. Psk e. Pengemis f. Lain-lain,jelaskan........................................................................................... 7. Siapa yang membawa saudari pertama kali masuk kerja di tempat ini ? a. Sendiri b. Dibawa teman c. Orang tua d. Lain-lain, jelaskan.......................................................................................... 74 8. Apakah tugas saudari sehari-hari ditempat ini ? a. Melayani tamu b. Kasir c. Pembukuan d. Waitres e. Lain-lain, jelaskan............................................................................................ 9. Apakah saudari mengetahui bahwa hak-hak saudari di eksploitasi ditempat ini ? a. ya b. tidak 10.Faktor apa yang menyebabkan saudari melakukan pekerjaan ini ? a. Terpaksa, karena kondisi orang tua tidak mampu b Karena ajakan teman, sehingga terpengaruh oleh teman c. Karena tidak dapat perhatian dari orang tua d. Dipaksa e. Dijebak f. Lain-lain, jelaskan............................................................................................ 11. Dimana adik tinggal sekarang ? a. bersama orang tua b. di penampungan c. di rumah saudara d. lain-lain, jelaskan,............................................................................................. 12.Apakah saudari masih punya ortu ? a. Ada, keduanya b. Hanya ayah c. Hanya ibu d. Tidak ada keduanya 13.Apakah pekerjaan orang tua saudari ? a. Pedagang b. PNS 75 c. Buruh d. Petani e. Lain-lain, jelaskan,............................................................................................ 14.Apakah saudari sering berkomunikasi dengan orang tua saudari ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 15.Bagaimana hubungan saudari dengan orang tua saudari? a. Akrab b. Sering bertengkar c. Kurang harmonis d. Biasa-biasa saja 16.Sudah berapa lama saudari menggeluti pekerjaan ini? a. < 1 tahun b. 1-3 tahun c. 4-5 tahun d. > 5 tahun e. Lain-lain, jelaskan............................................................................................. 17.Dimana tempat yang menjadi daerah operasi saudari ? a. Pinggir jalan / Perempatan jalan b. Hotel c. diskotik d. Cafe-cafe e. Lain-lain, jelaskan............................................................................................. 18.Berapa rata-rata penghasilan yang saudari dapatkan dari setiap harinya ? a. < Rp. 50.000 b. Rp. 50.000-Rp. 100.000 c. Rp. 100.000-Rp.200.000 d. > Rp. 200.000 e. Lain-lain, jelaskan............................................................................................. 76 19.Untuk apa uang hasil dari pekerjaan yang saudari lakukan ? a. Untuk biaya sendiri b. Membantu biaya keluarga c. Setor ke orang lain d. Untuk makan e. Disamping kebutuhan hidup kebutuhan lainnya juga terpenuhi. f. Lain-lain, jelaskan............................................................................................. 20.Apakah adik tahu bahwa pekerjaan yang adik lakukan dilarang ? a. Tahu b. Tidak tahu c. Lain-lain, jelaskan,............................................................................................. 23.Jika tahu, mengapa adik masih ingin bekerja ? a. Terpaksa b. Terpaksa c. Iseng d. Lain-lain, jelaskan,............................................................................................ 24. Apakah adik pernah tertangkap razia saat sedang beroperasi? a. pernah b. tidak pernah c. sering d. lain-lain, jelaskan............................................................................................... 25. Jika pernah sanksi /hukuman apa yang dberikan aparat kepada adik ? a. Tidak ada sanksi b. hanya ditegur / dinasehati c. dikembalikan ke orang tua d. diberi pembinaan e. dikurung 26. Setelah adik tahu bahwa pekerjaan itu dilarang dan mendapat hukuman apakah adik masih ingin menggelutinya ? a. ya 77 b. tidak c. lain-lain, jelaskan............................................................................................... Responden ( ) 78 ANGKET PENELITIAN UNTUK ORANG TUA Angket ini diedarkan didasarkan kepada responden dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi yang berjudul : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DITINJAU DARI SUDUT KRIMINOLODI DI KOTAPONTIANAK NAMA PENELITI : FITRIANI NIM : A01109059 FAKULTAS : HUKUM Petunjuk Pengisian a. Penelitian ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan peneliti menjamin kerahasiaan data yang diberikan oleh responden. Untuk ini peneliti berharap agar pertanyaan yang diajukan dapat dijawab sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi oleh faktor apapun. b. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. Lingkari jawaban yang menurut bapak/ibu benar dan isilah titik-titik yang telah disediakan. c. Jika bapak/ibu tidak keberatan, isilah biodata dibawah ini : Nama : Alamat : Usia : A. Lingkari jawaban yang bapak/ibu anggap benar. 1. Ada berapa putra/putri bapak/ibu a. 2 b. 3 c. 4 d. Lebih dari 4 e. Lain-lain, jelaskan.......................................................................................... 2. Berapa usia rata-rata putra/putri bapak/ibu ? a. Di bawah 10 tahun 79 b. 10 – 12 tahun c. 12 – 15 tahun d. 15 – 18 tahun e. Diatas 18 tahun 3. Apakah putra/putri bapak/ibu masih sekolah ? a. Ya b. Tidak 4. Apabila tidak sekolah apakah sudah bekerja ? a. Ya b. Tidak 5. Apa pendidikan terakhir bapak/ibu ? a. SD b. SMP c. SMA d. Tidak pernah sekolah 6. Apakah pekerjaan bapak/ibu sehari-hari ? a. Pedagang b. PNS c. Buruh d. Petani e. Lain-lain, jelaskan,........................................................................................ 7. Berapa jumlah tanggungan bapak/ ibu dalam keluarga ? a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. Lain-lain, jelaskan......................................................................................... 8. Berapa penghasilan Bapak/ibu ? a. > Rp.500.000 b. Rp.500.000 – Rp. 1000.000 c. Rp. 1.000.000 – Rp.1500.000 80 d. Lain – lain, jelaskan....................................................................................... 9. Apakah penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ? a. Ya b. Tidak 10. Apabila tidak dari mana bapak ibu memenuhi kebutuhan tersebut ? a. Pekerjaan anak b. Dibantu keluarga c. Lain-lain, jelaskan.......................................................................................... 11. Apakah bapak/ibu mengetahui apa pekerjaan anak bapak/ibu ? a. Mengetahui b. Tidak mengetahui 12. Faktor apa yang menyebabkan anak bapak/ibu ikut bekerja ? a. Ekonomi b. lingkungan c. keluarga d. lain-lain, jelaskan.......................................................................................... 13. Apakah Bapak/ibu mengetahui pekerjaan Anak Bapak ? a. Mengatahui b. Tidak 14. Jika iya, Apakah bapak / ibu sengaja menyuruh anak bapak/ ibu? a. Ya b. Tidak c. Lain-lain, jelaskan......................................................................................... 15. Jika ya, apa alasan bapak/ ibu menyuruh anak bapak / ibu bekerja? a. Karena faktor ekonomi b. karena faktor keluarga c. Untuk membantu orang tua d. lain-lain jelaskan,........................................................................................... 81 16. Sudah berapa lama bapak / ibu membiarkan anak bapak/ ibu menggeluti pekerjaan itu? a. > 5bulan b. 5 – 10 bulan c. 1 tahun d. 2 tahun e. Lain-lain, jelaskan,........................................................................................ 17. Apakah bapak / ibu tidak kasian melihat anak bapak / ibu ? a. Ya b. Tidak c. Kaian, tapi saya butuh uang d. Lain-lain, jelaskan......................................................................................... 18. Apakah bapak ibu tahu bahwa menyuruh atau membiarkan anak bekerja merupakan salah satu bentuk eksploitasi dan dapat dikenakan sanksi ? a. Ya b. Tidak c. Lain-lain, jelaskan,......................................................................................... Responden ( ) 82 ANGKET PENELITIAN UNTUK PELAKU Angket ini diedarkan didasarkan kepada responden dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi yang berjudul : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK DITINJAU DARI SUDUT KRIMINOLOGI DI KOTA PONTIANAK NAMA PENELITI : FITRIANI NIM : A01109059 FAKULTAS : HUKUM Petunjuk Pengisian g. Penelitian ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan peneliti menjamin kerahasiaan data yang diberikan oleh responden. Untuk ini peneliti berharap agar pertanyaan yang diajukan dapat dijawab sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi oleh faktor apapun. h. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. Lingkari jawaban yang menurut bapak/ibu benar dan isilah titik-titik yang telah disediakan. i. Jika bapak/ibu tidak keberatan, isilah biodata dibawah ini : Nama : Alamat : Usia : Pendidikan : D. Lingkari jawaban yang bapak/ibu anggap benar 1. Apakah profesi saudara (i) sebagai perantara dalam eksploitasi seksual anak ? a. Iya 83 b. Tidak 2. Berapa umur saudara (i) ? a. 20 b. 30 c. 40 d. Lain-lain, jelaskan........................................................................................... 3. Apakah menjadi mucikari merupakan mata pencaharian utama saudara (i)? a. Ya, karena mudah mendapatkan uang dan tidak perlu kerja keras b. Tidak, hanya untuk menambah penghasilan sampingan saja 4. Apakah ada profesi saudara (i) selain sebagai mucikari ? a. Ada. b. Tidak ada c. Lain-lain jelaskan,.......................................................................................... 5. Sudah berapa lama saudara (i) menjadi perantara a. < 5 bulan b. 5 bulan - 1 tahun c. 1 tahun – 2 tahun d. Lain-lain, jelaskan,.......................................................................................... 6. Berapa penghasilan yang saudara (i) peroleh dalam 1 transaksi pelanggan ? a. <Rp. 50.000,00 b. Rp.50.000,00 – Rp. 100.000,00 c. > Rp. 100.000,00 d. Lain-lain, jelaskan........................................................................................... 7. Menurut saudari berapa usia rata-rata anak yang bekerja dengan saudara (i) ? a. 10 – 15 tahun b. 15 – 18 tahun c. Lain-lain jelaskan,........................................................................................... 8. Pernahkan saudari diperiksa / ditangkap oleh petugas dalam hal hubungannya dengan pekerjaan saudara (i) sebagai mucikari ? a. Ya b. Tidak 84 9. Apakah perasaan dan tujuan saudari terhadap anak yang bekerja kepada saudara (i) ? a. Menyesal dan terpaka b. Tidak menyesal karena saling menguntungkan c. Biasa- biasa saja karena atas kemauan sendiri dan orangtua. Responden ( )