HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI

advertisement
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI PADA
PESERTA DIDIK KELAS VIII MTS
Yeni Nurvinta
Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email : [email protected]
Abstract
This study aims to determine the relationship between social interaction with self-concept
in class VIII students MTs Negeri 1 Pontianak. The method used is descriptive method
with relationship study. The population in this study were as many as 251 students, while
the sample in this study were 66 students. Technique of collecting data in this research is
indirect communication technique. Data collection tool is a questionnaire. While the
technique of data analysis using the formula percentage and product moment. Based on
the results of data analysis shows that the social interaction of learners reached 79%, the
achievement is in the range of "good". While the self-concept of learners reached 76%
are in the range of "good". The result of the analysis of product moment of both variables
was obtained 0,603 indicate that there is a significant positive correlation between social
interaction with Self concept in class VIII student of MTs Negeri 1 Pontianak.
Keywords: Social Interaction, Self Concept
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu
makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk
berinteraksi dan berhubungan dengan orang
lain. Baik interaksi di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat, manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri akan tetapi memerlukan
kehadiran individu lainnya. Seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya usia
maka setiap individu akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Hal itu
menyebabkan terjadinya perubahan pada diri
individu. Sesuai dengan perkembangannya
individu dituntut untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosial yang luas.
Sebagai makhluk sosial, manusia harus
melakukan interaksi dengan individu maupun
kelompok untuk memenuhi dan menjalani
kehidupannya. Dengan melalui interaksi
sosial manusia dapat belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungannya agar kualitas
kehidupannya meningkat.
Sebagai
ciptaan
Tuhan
manusia
merupakan makhluk sosial dan individu yang
saling ketergantungan dan saling berinteraksi
dengan orang lain. Sejalan dengan itu
menurut Walgito (2003:65) menyatakan
bahwa salah satu sifat manusia adalah
“sebagai makhluk sosial disamping sebagai
makhluk individual, sebagai makhluk
individual manusia mempunyai dorongan
atau motif untuk mengadakan hubungan
dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai
makhluk sosial
manusia
mempunyai
dorongan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain”.
Sebagai makhluk sosial, individu
membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh
berkembang menjadi manusia yang utuh.
Dalam perkembangnnya, pendapat dan sikap
individu dapat berubah karena interaksi dan
pengaruh orang lain melalui proses
sosialisasi.
Pada awalnya, manusia dilahirkan belum
bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
1
lain. kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul
dengan
orang-orang
di
lingkungannya. Perkembangan sosial pada
masa remaja melalui pengalaman bergaul
dengan orang lain, remaja mengembangkan
kemampuan untuk memahami orang lain
sebagai individu yang unik, baik menyangkut
sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai, atau
perasaan sehingga mendorong remaja untuk
bersosialisasi
lebih
akrab
dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, manusia
perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.
Menurut
Schaefar
(2004:94)
mengatakan “the social interaction to refer
to the ways in which people respond to one
another, wheter face to face or over the
telephone or on the computer. In the mock
prison, social interaction between guards
and prisoners were highly impersonal”.
Interaksi yang terjadi ini melibatkan
lingkungan sekitar individu seperti keluarga,
teman, dan lingkungan sekolah.
William D. Brooks (dalam Sobur
2003:507), mengemukakan bahwa, “self
concept then, as those physical, social, and
psycholigical perceptions of ourselves that
we have derived from experiences and our
interaction with others”.
Sikap dan konsep diri yang baik atau
positif mendorong seorang untuk mampu
belajar
bersama
komunitasnya
dan
melakukan banyak hal untuk tujuan-tujuan
belajarnya serta akan bersikap optimis, berani
mencoba hal-hal baru, berani sukses dan
berani pula gagal, penuh percaya diri,
antusias, merasa diri berharga, berani
menetapkan tujuan hidup serta bersikap dan
berfikir
secara
positif.
Misalnya,
mengutarakan pendapatnya dengan baik dan
meyakinkan, memberikan tanggapan maupun
sanggahan terhadap pernyataan teman lain
dalam kegiatan diskusi kelas, maupun
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
penunjang yang lain. Begitu juga sebaliknya
jika konsep diri anak remaja negatif maka ia
akan cenderung tidak mampu bersikap dan
berfikir dengan baik. adapun siswa yang
mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
pendapatnya di depan umum karena tidak
memiliki konsep diri yang baik. Oyserman &
Markus (dalam Mark R. Leary, 2012: 72)
mengemukakan bahwa, ”self concept are
cognitives structures that can include
content, attitudes, or evaluative judgements
and are used to make sense of the world,
focus attention on one’s goals, and protect
one’s sense of basic worth”.
Menurut Lindgren (dalam Sobur
2003:512) menyatakan bahwa, “konsep diri
terbentuk karena adanya interaksi individu
dengan orang-orang di sekitarnya. Apa yang
dipersepsi individu lain mengenai diri
individu, tidak terlepas dari struktur, peran,
dan situasi sosial yang disandang seorang
individu”.
Konsep diri adalah salah satu unsur
pembentuk
kepribadian
seseorang.
Bagaimana seseorang memandang dirinya
sendiri, berharga atau tidak, pantas sukses
atau tidak salah satunya tergantung konsep
diri yang dimiliki. Konsep diri ini sangat
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
dan pencapaian seseorang di berbagai bidang
kehidupan. Ini perlu dilakukan karena banyak
siswa yang cenderung mengalami gangguan
psikologis ketika harus berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan observasi sementara yang
penulis lakukan di sekolah MTs Negeri 1
Pontianak
diketahui
bahwa
terdapat
permasalahan tentang interaksi dan konsep
diri pada beberapa siswa. Khususnya pada
siswa kelas VIII yaitu kurangnya interaksi
sosial siswa dilingkungan sekolah dan
kurangnya pengetahuan siswa akan arti
konsep diri yang dimiliki. Ada beberapa
siswa di kelas VIII lainnya juga tidak mau
berbaur dengan teman-temannya sekelas,
mereka hanya mau berbaur dengan temanteman dekatnya saja. Pada kegiatan
pembelajaran pun mereka cenderung tertutup
dengan teman sekelas, contohnya pada saat
bekerja kelompok mereka cenderung
memilih teman-teman dekatnya saja. selain
itu masih ada siswa memiliki gambaran
tentang fisik diri sendiri yang rendah dan
keyakinan pada diri yang rendah, seperti
menilai dirinya tidak menarik bila
dibandingkan dengan teman-teman lainnya
2
dan menilai kemampuan teman lebih hebat
dari pada kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai “hubungan antara
interaksi sosial dengan konsep diri pada
peserta didik kelas VIII di MTs Negeri 1
Pontianak tahun ajaran 2017”.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan bentuk studi hubungan (Nawawi,
2015:80). Populasi dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas VIII. Sampel
dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas VIII yang berjumlah 66 orang
sehingga disebut dengan penelitian populasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik
komunikasi tidak langsung. alat pengumpul
data yang digunakan yaitu kuesioner.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner berstruktur tertutup
artinya setiap item pertanyaan telah
disediakan alternatif jawaban. Tugas
responden hanya memberikan tanda ceklis
() pada alternatif jawaban yang dianggap
sesuai, kurang sesuai atau tidak sesuai.
Kuesioner terdiri dari beberapa pernyataan.
Dalam pengujian validitas ini, langkah
awal yang dilakukan peneliti adalah
melakukan konsultasi angket kepada dosen
pembimbing, kemudian setelah mendapat
persetujuan peneliti langsung menyebarkan
instrumen tersebut kepada siswa dengan
jumlah 30 responden. Setelah itu peneliti
melakukan perhitungan dengan bantuan
program computer statistical product and
service solution (SPSS). Uji reabilitas dalam
peneltian ini menggunakan rumus reabilitas
dengan metode apha cronbach’s alpha if
item deleted, yaitu instrument, yaitu
instrumen dikatakan reliable jika memiliki
keandalan atau alpha 0,6 atau lebih. Analisis
data secara kuantitatif dilakukan untuk
menghitung data hasil angket. Analisis ini
merupakan kegiatan penafsiran
data dengan menggunakan teknik analisis
persentase dan analisis product moment.
Menurut Arikunto (dalam, Safrudin,
2014:68) rumus presentase yang digunakan
yaitu sebagai berikut :
n
X % = N x 100
Keterangan :
X %= persentasi yang dicari atau diharapkan
n = nilai yang diperoleh
N = skor total
100 = tingkat keberhasilan yang dicapai
teknik korelasi product moment dengan
rumus sebagaimana dikemukakan oleh
Arikunto (2013:318)
N∑xy−(∑ x)(∑y)
rxy =
2
2
2
2
√[N(∑x )−(∑x)
][ N (∑ Y
)−(∑ Y)
}
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi yang di cari
N : jumlah subyek pada sampel
X : jumlah skor variabel X
∑ y : jumlah skor variabel Y
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan secara
langsung ke lapangan terlebih dahulu
menyiapkan hal-hal yaitu menyusun
instrumen penelitian dengan menyusun kisikisi angket dan menyusun item pertanyaan,
serta mengurus surat izin penelitian. Setelah
segala persiapan penelitian selesai, maka
penelitian dapat dilaksanakan. Penelitian ini
mulai dilaksanakan tanggal 17 juli sampai
tanggal 21 juli 2017 pada kelas VIII MTSN
1 Pontianak dengan jumlah peserta didik 66
orang. Selanjutnya dilakukan penelitian
langsung ke MTSN 1 Pontianak.
Analisis data tentang interaksi sosial pada
peserta didik kelas VIII MTS Negeri 1
Pontianak dilihat pada tabel 1.
3
Tabel 1. Presentase Hasil Interaksi Sosial
Aspek
Indikator
1. Kesediaan untuk
membantu teman
demi mencapai
tujuan bersama
838
Skor
Maksimal
Ideal
990
2. Melakukan
kegiatan
kelompok
bersama teman
3. Saling memberi
dan menerima
790
990
80
Sangat
baik
627
792
79
Baik
Total
2255
2772
81
1. Individu,
kelompok,
keiinginan
bersaing, secara
damai.
2. Berbeda pendapat
dengan teman
1751
2178
80
Sangat
Baik
Sangat
Baik
460
594
77
Baik
Total
2211
2772
79
Baik
1234
1584
78
Baik
1234
1584
78
Baik
1374
1782
77
Baik
Total
1374
1782
77
Baik
SKOR TOTAL
7074
8910
79
Baik
Kerja sama
Persaingan
Indikator
Pertentangan 1. Perbedaan
atau pertikaian
kepentingan
dengn teman
Total
Akomodasi
1.
Dari diri sendiri
dengan orang
lain untuk
mendamaikan
dan didamaikan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa secara keseluruhan interaksi sosial
pada peserta didik kelas VIII MTS Negeri 1
Pontianak mencapai skor aktual 7074 dari
skor maksimal ideal 8910 berarti mencapai
Skor
Aktual
%
Kategori
85
Sangat
baik
79 % berada pada kategori “Baik ”.
Analisis data tentang konsep diri peserta
didik kelas VIII MTS Negeri 1 Pontianak
dilihat pada tabel 2.
4
Tabel 2. Presentase Hasil Konsep Diri
Aspek
Indikator
Indikator
Konsep diri
dasar
1. Penampilan
778
990
79
Baik
2. Kecakapan
472
594
79
Baik
3. Keyakinan
298
396
75
Baik
4. Aspirasi
323
396
82
1871
2376
79
Sangat
Baik
Baik
303
396
77
Baik
303
396
77
Baik
1. pandangan
seseorang
terhadap dirinya
dilingkungan
sekolah
1182
1584
75
Baik
2. pandangan
seseorang
terhadap dirinya
dilingkungan
masyarakat
1217
1584
77
Baik
2399
3168
76
Baik
1. fisik
1191
1584
75
Baik
2. fsikis
1042
1386
75
Baik
2233
2970
75
Baik
6806
8910
76
Baik
Total
Konsep diri
peralihan
1. konsep diri
seseorang yang
bersifat
sementara
Total
Konsep diri
sosial
Total
Konsep diri
Ideal
Total
SKOR TOTAL
Skor
Aktual
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa secara keseluruhan konsep diri
peserta didik kelas VIII MTS Negeri 1
Pontianak mencapai skor aktual 6806 dari
skor maksimal ideal 8910 berarti mencapai
76 % berada pada kategori “Baik”.
Pembahasan Penelitian
Interaksi sosial merupakan hubungan
yang terjadi antara satu individu dengan
Skor
Maksimal
Ideal
%
Kategori
individu lainnya, sehingga peserta didik
mampu berhubungan atau berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitarnya,
baik
lingkungan
sekolah
dan
lingkungan
kehidupan sehari-hari. Didalam interaksi
sosial ini terbagi bermacam-macam aspekaspek interaksi sosial yang memerlukan
interaksi sosial, Menurut Arifin (2015:58-
5
61), yaitu kerja sama, persaingan,
pertentangan atau pertikaian dan akomodasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, didapatkan sebuah kesimpulan
yaitu interaksi sosial merupakan hubungan
timbal balik antara peserta didik satu dengan
lainnya yang saling memberi pengaruh baik
dalam hal positif maupun hal negarif didalam
kehidupan sehari-hari.
Konsep diri merupakan salah satu unsur
untuk membentuk kepribadian seseorang.
Untuk membentuk konsep diri yang baik
maka ada beberapa aspek-aspek konsep diri
menurut (Calhuon dan Acocella, (dalam
Ghufron dan Risnawita 2016:17) yaitu :
Pengetahuan, Harapan dan Penilaian.
Setelah dilakukan penelitian mengenai
konsep diri peserta didik kelas VIII Mts
Negeri 1 Pontianak yang meliputi aspek
konsep diri secara positif, maka didapatkan
konsep diri peserta didik yang dikategorikan
baik. Peserta didik dapat menunjukan konsep
diri yang baik dan memberikan dampak yang
positif terhadap peserta didik lainnya.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan
antara dua atau lebih individu manusia,
dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Individu sebagai makhluk sosial, yang mau
tidak mau dalam kehidupannya akan
senantiasa berinteraksi dengan orang lain
yang memiliki karakteristik yang beragam.
Soekanto (1990:67) mengemukakan bahwa
Interaksi sosial merupakan hubunganhubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia, dan apabila dua
orang bertemu, maka interaksi sosial dimulai
pada saat itu, mereka saling menegur,
berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
mungkin berkelahi, aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk dari interaksi
sosial.
Konsep diri sangat mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang dan pencapaian
seseorang di berbagai bidang kehidupan. Ini
perlu dilakukan karena banyak peserta didik
yang cenderung mengalami gangguan
psikologis ketika harus berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Lindgren (dalam Sobur
2003:512) menyatakan bahwa, “konsep diri
terbentuk karena adanya interaksi individu
dengan orang-orang di sekitarnya. Apa yang
dipersepsi individu lain mengenai diri
individu, tidak terlepas dari struktur, peran,
dan situasi sosial yang disandang seorang
individu”.
Berdasarkan uji korelasi “pearson
Correlations” untuk interaksi sosial dan
konsep diri didapatkan nilai rhitung = 0,603
dengan nilai signifikan sebesar 0,0 (0,005),
hal ini menunjukkan terdapat korelasi positif
antara interaksi sosial dengan konsep diri,
artinya semakin baik interaksi sosial peserta
didik maka semakin tinggi juga konsep diri
yang dimiliki peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pengolahan data
angket, maka secara umum dapat
disimpulkan
bahwa
penelitian
ini
menunjukan terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara interaksi sosial dengan
konsep diri. Secara khusus dapat
disimpulkan sebagai berikut : (1) Interaksi
sosial pada peserta didik kelas VIII Mts
Negeri 1 Pontianak tergolong “Baik”.
Artinya peserta didik kelas VIII sudah dapat
berinteraksi dengan baik dilingkungan
sekolah. (2) Konsep diri pada peserta didik
kelas VIII Mts Negeri 1 Pontianak tergolong
“Baik”. Artinya peserta didik kelas VIII
sudah mempunyai konsep diri yang positif
yaitu dapat mengenal dirinya dengan baik,
dan dapat menerima dan memahami
kenyataan yang bermacam-macam tentang
dirinya. (3) Terdapat hubungan positif
signifikan antara interaksi sosial dengan
konsep diri pada peserta didik kelas VIII
Mts Negeri 1 Pontianak. Artinya dengan
adanya interaksi sosial yang baik maka
semakin positif pula konsep diri yang
dimiliki peserta didik.
6
Saran
Mengacu dari hasil penelitian yang
sudah dilakukan dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut: (1) Interaksi sosial
peserta didik di Mts Negeri 1 Pontianak
untuk dapat dipertahankan juga ditingkatkan
lagi. Dan diharapkan untuk tetap
mengaplikasikannya
dalam
kehidupan
sehari-hari pada saaat berada dilingkungan
sekolah. (2) Peserta didik yang sudah
mempunyai konsep diri yang positif untuk
dapat mempertahankannya, baik didalam
menerima kenyataan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima tanggapan dari
orang lain terhadap dirinya. (3) Dengan
adanya interaksi sosial yang baik maka akan
membentuk konsep diri yang positif bagi
peserta didik, sehingga ada hubungannya
interaksi sosial dengan konsep diri,
diharapkan peserta didik untuk tetap dapat
berinteraksi dengan baik terhadap orang lain
dan dapat memahami dirinya sendiri dengan
baik.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Arifin, B.S. (2015). Psikologi Sosial.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Schaefar, Richard T. (2004). Sociology A
brief introduction. New york: the
McGraw-Hill Companies.
Soekanto, Soerjono. (1997). Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial
(Suatu Pengantar). Jakarta: CV. Andi
7
Download