SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM YANG BERSIFAT GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA Jurnal Fakultas Hukum, Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 Bagus Anwar Hidayatulloh Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta Abstrak Pengaturan sistem pelayanan perizinan terpadu satu atap dalam mewujudkan perlindungan hukum yang bersifat good governance di Indonesia tersebut memunculkan rumusan masalah yaitu 1. Bagaimana perizinan dalam konteks hukum administrasi? 2. Apa peranan perizinan dalam sistem unit pelayanan terpadu dalam mewujudkan Good Governance di Indonesia?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan sumbangsih dalam dunia akademik terkait sistem pelayanan perizinan yang ada pada regulasi sekarang ini. Sumber data menggunakan hukum normatif, yang diteliti adalah bahan pustaka atau data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Metode penelitian ini akan mengkaji pokok permasalahan melalui pendekatan yuridis-normatif yang tertera dalam beberapa peraturan perundang-undangan Secara teoritis pemerintah daerah dapat meningkatkan pelayanan publik, ini karena semua kreativitas telah diberikan kepada daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik dalam rangka mensejahterakan masyarakat, ternyata dalam perjalanan roda pemerintahan banyak mengalami kendala seperti misalnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah dalam rangka pelayanan publik sangat terbatas, mindset dari birokrat cenderung menempatkan dirinya sebagai agent kekuasaan dari pada agent pelayanan. Kondisi-kondisi tersebut yang membuat masa depan kehidupan masyarakat menjadi suram, hal ini karena masyarakat sangat tergantung pada pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Kata Kunci: Pelayanan, perizinan satu atap PENGANTAR Setiap warga negara berhak mendapat pelayanan publik dengan kualitas yang layak. Pemerintah wajib melindungi setiap warganegaranya dan memastikan bahwa mereka telah mendapat pelayanan publik dengan layak. Karena itu, pemerintah perlu mengatur hubungan antara warga negara, sebagai konsumen pelayanan publik, dengan penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah wajib melindungi konsumen pelayanan publik untuk memperoleh hak-haknya. Secara teoritis pemerintah daerah dapat meningkatkan pelayanan publik, ini karena semua kreativitas telah diberikan kepada daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik dalam rangka mensejahterakan masyarakat, ternyata dalam perjalanan roda pemerintahan banyak mengalami kendala seperti misalnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah 12 dalam rangka pelayanan publik sangat terbatas, mindset dari birokratcenderung menempatkan dirinya sebagai agent kekuasaan dari pada agent pelayanan. Kondisi-kondisi tersebut yang membuat masa depan kehidupan masyarakat menjadi suram, hal ini karena masyarakat sangat tergantung pada pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah. (Pramusinto & Kumorotomo, 2009: 168,218). Sistem pelayanan perizinan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimotori oleh reformasi birokrasi, yang sebelumnya banyak terjadi pungutan liar dan rumitnya dalam melakukan izin, dalam upaya untuk membenahi sistem pelayanan, Departemen Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri No.24/2006 mengenai pembentukan UPTSA (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap). Banyak kabupaten dan kota yang kini sudah merintis atau bahkan mengoperasikan UPTSA agar