BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
2.1.1.1. Pengertian dan Latar Belakang BMT
BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang berbentuk
syariah. Legalitas BMT diberikan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil.
Sedangkan pembinaannya di bawah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK).
Penggunaan istilah BMT diambil dari kata-kata Baitul Maal wa Baitul
Tamwil, yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wat
Tamwil yang disingkat menjadi BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya
memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda.
Menurut asal katanya Baitul maal (Bait = rumah, Maal = harta)
merupakan
lembaga
penerima
zakat,
infak,
sodaqoh,
dan
sekaligus
menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitut
Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta) adalah lembaga
keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif
dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat
terutama masyarakat dengan usaha skala kecil. Dalam perkembangannya BMT
juga diartikan sebagai Balai Usaha Mandiri Terpadu yang disingkat juga BMT
(PINBUK, 2003).
9
10
Latar belakang BMT merupakan usaha-usaha pemberdayaan umat
yang selama ini berada dalam kondisi dibawah garis kesejahteraan. Latar belakang
ini juga tidak terlepas dari sistem perekonomian yang tidak pernah memihak
kepada umat. Lebih parah lagi jeratan para rentenir yang semakin mencekik
dengan kelipatan bunga (riba) yang tak mampu dibayar.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan sebuah Lembaga
Keuangan Mikro Syariah yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Saat ini
BMT telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang berdomisili di
pedesaan. Usaha pendirian ini biasanya dimotori oleh para tokoh masyarakat, baik
yang berada dilingkungan masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, ataupun
pesantren. BMT menjadi dekat dengan masyarakat karena proses kelahirannya
tidak terlepas dari budaya lokal lingkungan msyarakatnya.
2.1.1.2. Ciri-ciri BMT
Menurut PINBUK (2003), BMT memiliki ciri-ciri utama dan ciri-ciri
khas. Ciri-ciri yang utama BMT adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
2. Bukan lembaga sosial tapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf bagi kesejahteraan orang
banyak.
3. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat dan sekitarnya.
4. Milik bersama masyarakat kecil bawah (mikro) dan kecil dari lingkungan
BMT itu sendiri, bukan milik perorangan atau orang luar masyarakat itu.
11
Sedangkan ciri-ciri khas BMT, yaitu sebagai berikut :
1. BMT adalah lembaga milik dan dibawah kendali masyarakat setempat
sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan
hak masyarakat setempat, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan
sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri.
2. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, proaktif, dinamis tidak menunggu
tetapi menjemput calon anggota penyimpan/peminjam, baik anggota yang
dihimbau untuk menempatkan dana simpanan maupun untuk pembiayaan
usaha. Istilah populernya adalah menjemput bola.
3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya
(biasanya di madrasah, masjid atau musholla) ditentukan sesuai dengan
kegiatan nasabah atau anggota BMT. Setelah pengajian ilmu-ilmu agama
biasanya dilanjutkan dengan “balam” (bagi-bagi pengalaman) pembicaraan
bisnis dari para anggota pengelola usaha kecil.
4. Manajemen BMT adalah profesional dan islami.
2.1.2. Tabungan
Pada umumnya istilah menabung dapat diartikan sebagai kegiatan
masyarakat untuk menyimpan atau menyisihkan uang yang merupakan kelebihan
dari pendapatan.
Menurut Paul A. Samuelson (1988: 163) terjemahan Jaka Wasana
tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan, atau
tabungan sama dengan jumlah pendapatan dikurangi dengan jumlah konsumsi.
12
Sedangkan tabungan menurut Sumitro Djojohadikusumo (1985: 65)
tabungan adalah sebagian kemampuan dan kesediaan untuk menahan nafsu
konsumsi selama beberapa waktu supaya dimasa depan terbuka kemungkinankemungkinan untuk konsumsi yang lebih baik.
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan
menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
perencanaan masa depan yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal
yang tidak diinginkan. Manfaat menabung yaitu :
1. Bagi bank
Penghimpun dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank akan disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dari pembiayaan
inilah bank akan memperoleh keuntungan dari bagi hasil yang telah
ditetapkan.
2. Bagi nasabah
a. Memperoleh bagi hasil dari uang yang ditabung.
b. Dapat digunakan sebagai jaminan dimasa yang akan datang. Karena
kebutuhan manusia dari waktu kewaktu akan semakin kompleks, demikian
pula pada masa yang akan datang. Pendapatan yang diperoleh belum
mampu
menutup
pertambahan
kebutuhan
jaminannya seseorang perlu menabung.
tersebut,
maka
untuk
13
2.1.3. Pemasaran
Menurut William J. Staton, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (dalam
Swastha dan Handoko, 1897: 3).
Sedangkan menurut Phillip Kotler, pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang mana individu-individu dan kelompok-kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai (1993: 7).
Dari definisi tersebut diatas, dapat diketahui bahwa saluran kegiatan
dalam pemasaran harus berorientasi pada kebutuhan dan kegiatan konsumen dan
didukung oleh usaha pemasaran terpadu yang diarahkan kepada terciptanya
kepuasan konsumen, disamping bertujuan untuk memperoleh laba dalam jangka
panjang. Selain hal tersebut definisi diatas menitikberatkan pada penawaran
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta
menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk
memberitahu, mendorong, dan melayani pasar.
2.1.4. Pengertian Jasa
Kotler dalam Tjiptono (2005: 16) mengatakan jasa adalah setiap
tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan
tertentu.
14
Tjiptono mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli
pertamanya (2005: 136-137) :
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau
benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses,
kinerja (performance), atau usaha. Bagi pelanggan, ketidakpastian dalam
pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni
karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian
dilakukan.
2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)
Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa
umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi
pada waktu dan tempat yang sama.
3. Berubah-ubah (Variability/ Heterogeneity)
Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya
banyak variasi terbentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan,
dan dimana jasa tersebut di produksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan
unsur manusia dalam proses produksi dan cenderung tidak konsisten dalam
hal sikap dan perilakunya.
4. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong,
kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak
dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
15
5. Lack of Ownership
Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada
pembeliaan barang, konsumen memiliki hak penuh atas pembelian
penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Di lain pihak, pada
pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu
jasa untuk jangka waktu terbatas (misal kamar hotel, bioskop, jasa
penerbangan, dan pendidikan).
2.1.5. Kualitas Pelayanan
2.1.5.1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Menurut Tjiptono (1996: 51) kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan menurut Staton (2001: 220),
pelayanan adalah kegiatan yang dapat didefinisikan secara tersendiri yang pada
hakekatnya bersifat tak teraba (intangible), yaitu merupakan pemenuhan
kebutuhan, dan tidak harus terikat penjualan produk atau jasa lain. Pelayanan
adalah merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud
fisik) dan tidak menghasilkan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan
produk fisik maupun tidak.
Menurut Lovelock (dalam Tjiptono, 2001: 58) mengemukakan bahwa
kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang
diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara
memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi
16
penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi persepsi
evaluasi terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu tertentu.
2.1.5.2. Faktor-faktor Kualitas Pelayanan
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Umar, 2003 : 8-9),
untuk mengevaluasi kualitas jasa, pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi
adalah sebagai berikut :
1. Tangibles
Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang
diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles
ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru
dalam mengevaluasi kualitas jasa.
Komponen-komponen dari dimensi tangibles meliputi penampilan fisik
seperti gedung, ruangan front office, tempat parkir, kebersihan, kerapian,
kenyamanan ruangan, dan penampilan karyawan.
2. Reliability
Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk
melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.
Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa
yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur
dimensi
reliability
ini
merupakan
kemampuan
perusahaan
menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat.
adalam
17
3. Responsiveness
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang
dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat
dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif
terhadap kualitas jasa yang diberikan. Dimensi ini menekankan pada perhatian
dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan,
pertanyaaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi
ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.
4. Assurance
Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk
membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam
mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri
dari kompetensi karyawan yang meliputi keterampilan, pengetahuan yang
dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan
yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen
kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain.
5. Empathy
Empathy merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh
karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu,
termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari
dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk
memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan
18
kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen
atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.1.6. Pendapatan
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen
dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya
diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat
penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah konsumen bisa
membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan
besarnya daya beli dari seorang konsumen. Daya beli akan menggambarkan
banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang
konsumen dan seluruh anggota keluarganya. Karena alasan inilah, maka para
pemasar perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasaran pasarnya,
karena pendapatan konsumen akan menjadi indikator penting besarnya jumlah
produk yang bisa dibeli konsumen.
Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya
pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan
yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana konsumen berada. Daya beli
sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendaapatan dari satu orang
(misal ayah saja) tetapi dari seluruh anggota keluarga rumah tangga yang bekerja.
Sebuah rumah tangga akan menyatukan semua pendapatannya dalam satu
pengelolaan yang terpadu, dengan tujuan utamanya adalah kesejahteraan semua
keluarga. Dengan demikian, daya beli dari sebuah rumah tangga akan ditentukan
19
oleh total jumlah pendapatan dari semua anggota rumah tangga tersebut.
Pencatatan pendapatan dari semua anggota rumah tangga tersebut memiliki lebih
dari satu orang yang bekerja. Misalnya, ayah dan ibu bekerja, anak yang sudah
bekerja dan masih tinggal dengan orang tuanya. (Sumarwan, 2011: 257)
Pendapatan masyarakat merupakan faktor yang banyak menentukan
apakah telah mempunyai penghasilan yang cukup atau belum. Sukirno (1994)
menjelaskan bahwa dalam suatu perekonomian tidak semua pendapatan yang
diterima masyarakat akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sebagian dari
pendapatan tersebut akan disisihkan oleh penerima pendapatan sebagai tabungan.
2.1.7. Hadiah
Hadiah adalah salah satu faktor untuk menarik minat nasabah maupun
calon nasabah untuk menabung melalui suatu bank. Bisa juga hadiah dipakai
sebagai sarana promosi untuk memperkenalkan suatu produk bank kepada
masyarakat. Adanya hadiah adalah sebagai perangsang atau langkah untuk
mendapatkan nasabah dan untuk meningkatkan nilai jumlah tabungan.
Reksoprayitno (1997), dengan pakto 1988 terdapat bank yang
mengambil strategi segmentasi pasar dengan menawarkan tabungan berhadiah
dengan spesifikasi tertentu. Kebijaksanaan ini berhasil mendatangkan dana
tabungan yang sangat besar.
2.1.8. Perilaku Konsumen
2.1.8.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan
fisik yang dilakukan oleh individu dalam mengetahui, menggunakan atau tidak
20
menggunakan barang-barang dan jasa-jasa (dalam Swastha dan Handoko, 1987:
10).
Menurut Sumarwan (2010: 5), perilaku konsumen adalah semua
kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut
pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi.
2.1.8.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berbeda untuk
masing-masing pembeli. Menurut Setiadi (2008: 11), faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor Kebudayaan
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya
bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya
dipelajari.
b.
Sub-budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis :
kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area
geografis.
21
c. Kelas Sosial
Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen
dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku
yang serupa.
2. Faktor-faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang.
b. Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan
pembeli, yang pertama adalah : keluarga orientasi, yang merupakan
orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan
pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi
pribadi, nilai atau harga diri dan cinta.
c. Peran dan status
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnyakeluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok
dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.
22
3. Faktor Pribadi
a. Umur dan tahap dalam siklus hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi
tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja
yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
c. Keadaan Ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkat, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah
dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
pengeluaran lawan menabung.
d. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan
oleh kegiatan, minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup
menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi
dengan lingkungan.
e. Kepribadian dan konsep diri
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis
yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap
23
lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu
variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.
4. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu
keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak
nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik
yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti
kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
b. Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan,
mengartikan
masukan
informasi
untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat
memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama.
c. Proses Belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman.
d. Kepercayaan dan sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
2.1.9. Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Kotler dan Armstrong (2004: 224) terdapat tahap-tahap yang
dilalui pembeli untuk mencapai pengambilan keputusan pembelian, yaitu:
24
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
informasi
Pengevaluasian
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
pasca
pembelian
Gambar 2.1
: Proses Pengambilan Keputusan
Sumber : Kotler dan Armstrong (2004: 218)
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana pembeli
mengenali adanya masalah dan kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan
antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan sehingga tahu produk apa
yang dibutuhkan.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang sudah tertarik akan suatu produk mungkin akan
mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan
konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan,
konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak konsumen dapat
menyimpan kebutuhan itu dalam ingatan atau melakukan penarikan informasi
yang berhubungan dengan keadaan tersebut.
3. Evaluasi Alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam perangkat pilihan,
konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.
Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai
kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti
penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan
25
unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu
himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap
atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi
pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap
terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen
yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada
konsumen dan keputusan pembelian.
4. Keputusaan Membeli
Evaluasi yang dilakukan konsumen membuat peringkat merek dan
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor
dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor
pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai
harga, merek yang dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang
tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang
diharapkan.
5. Tingkah Laku Pasca Pembelian
Setelah melakukan pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Pemasar harus
memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan
pemakaian dan pembuangan pasca pembelian. Konsumen yang puas terhadap
suatu produk akan menunjukkan probabilitas untuk melakukan pembelian
kembali.
26
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Sudartik (2009) dengan
judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Periklanan Terhadap Keputusan Nasabah
Dalam Menabung Pada PT BPR Semarang Margatama Gunadana”. Alat analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan dan periklanan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan nasabah dalam menabung.
Penelitian lain yang serupa juga pernah dilakukan oleh Mardalena
(2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Keputusan Masyarakat Dalam
Menabung Pada Bank Syariah di Medan”. Alat analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Dari hasil penelitian menunujukkan bahwa agama,
pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak tempuh mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan masyarakat dalam menabung.
Serta penelitian yang pernah dilakukan oleh Chamdan (2007) dengan
judul
“Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Perilaku
Konsumen
Dalam
Menentukan Jumlah Tabungan Pada Bank Swasta di Jawa Timur”. Alat analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelistian
menunjukkan bahwa bunga, hadiah, keamanan, lokasi, dan pelayanan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen dalam menentukan
tabungannya.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis
Keputusan nasabah untuk menabung selalu dipengaruhi oleh faktor
promosi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan-
27
kelebihan atas produk atau jasa yang dimiliki seperti diberikannya hadiah-hadiah
yang menarik untuk menambah minat anggota untuk menabung, serta ditambah
dukungan oleh kualitas pelayanan yang ramah dan cekatan dari pegawai dalam
melayani nasabah. Dan juga unsur pribadi dari nasabah, dalam hal ini adalah
faktor pendapatan.
Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam gambar 2.2 berikut ini:
Kualitas Pelayanan
(X1)
H1
Pendapatan
(X2)
H2
Hadiah
(X3)
H3
Gambar 2.2
Keputusan Menabung
Nasabah
(Y)
: Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2001: 51). Adapun yang menjadi
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap
keputusan menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama di Jepara.
2. Ada pengaruh positif dan signifikan antara pendapatan terhadap keputusan
menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama di Jepara.
28
3. Ada pengaruh positif dan signifikan antara hadiah terhadap keputusan
menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama di Jepara.
4. Ada pengaruh positif dan signifikan antara kualitas pelayanan, pendapatan,
dan hadiah secara bersama-sama terhadap keputusan menabung nasabah pada
KSU BMT Aman Utama Jepara.
Download