9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) 2.1.1.1. Pengertian dan Latar Belakang BMT BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang berbentuk syariah. Legalitas BMT diberikan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil. Sedangkan pembinaannya di bawah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Penggunaan istilah BMT diambil dari kata-kata Baitul Maal wa Baitul Tamwil, yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wat Tamwil yang disingkat menjadi BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda. Menurut asal katanya Baitul maal (Bait = rumah, Maal = harta) merupakan lembaga penerima zakat, infak, sodaqoh, dan sekaligus menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitut Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta) adalah lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil. Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai Usaha Mandiri Terpadu yang disingkat juga BMT (PINBUK, 2003). 9 10 Latar belakang BMT merupakan usaha-usaha pemberdayaan umat yang selama ini berada dalam kondisi dibawah garis kesejahteraan. Latar belakang ini juga tidak terlepas dari sistem perekonomian yang tidak pernah memihak kepada umat. Lebih parah lagi jeratan para rentenir yang semakin mencekik dengan kelipatan bunga (riba) yang tak mampu dibayar. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Saat ini BMT telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang berdomisili di pedesaan. Usaha pendirian ini biasanya dimotori oleh para tokoh masyarakat, baik yang berada dilingkungan masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, ataupun pesantren. BMT menjadi dekat dengan masyarakat karena proses kelahirannya tidak terlepas dari budaya lokal lingkungan msyarakatnya. 2.1.1.2. Ciri-ciri BMT Menurut PINBUK (2003), BMT memiliki ciri-ciri utama dan ciri-ciri khas. Ciri-ciri yang utama BMT adalah sebagai berikut : 1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya. 2. Bukan lembaga sosial tapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf bagi kesejahteraan orang banyak. 3. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat dan sekitarnya. 4. Milik bersama masyarakat kecil bawah (mikro) dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik perorangan atau orang luar masyarakat itu. 11 Sedangkan ciri-ciri khas BMT, yaitu sebagai berikut : 1. BMT adalah lembaga milik dan dibawah kendali masyarakat setempat sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak masyarakat setempat, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri. 2. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, proaktif, dinamis tidak menunggu tetapi menjemput calon anggota penyimpan/peminjam, baik anggota yang dihimbau untuk menempatkan dana simpanan maupun untuk pembiayaan usaha. Istilah populernya adalah menjemput bola. 3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya (biasanya di madrasah, masjid atau musholla) ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah atau anggota BMT. Setelah pengajian ilmu-ilmu agama biasanya dilanjutkan dengan “balam” (bagi-bagi pengalaman) pembicaraan bisnis dari para anggota pengelola usaha kecil. 4. Manajemen BMT adalah profesional dan islami. 2.1.2. Tabungan Pada umumnya istilah menabung dapat diartikan sebagai kegiatan masyarakat untuk menyimpan atau menyisihkan uang yang merupakan kelebihan dari pendapatan. Menurut Paul A. Samuelson (1988: 163) terjemahan Jaka Wasana tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan, atau tabungan sama dengan jumlah pendapatan dikurangi dengan jumlah konsumsi. 12 Sedangkan tabungan menurut Sumitro Djojohadikusumo (1985: 65) tabungan adalah sebagian kemampuan dan kesediaan untuk menahan nafsu konsumsi selama beberapa waktu supaya dimasa depan terbuka kemungkinankemungkinan untuk konsumsi yang lebih baik. Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa depan yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Manfaat menabung yaitu : 1. Bagi bank Penghimpun dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dari pembiayaan inilah bank akan memperoleh keuntungan dari bagi hasil yang telah ditetapkan. 2. Bagi nasabah a. Memperoleh bagi hasil dari uang yang ditabung. b. Dapat digunakan sebagai jaminan dimasa yang akan datang. Karena kebutuhan manusia dari waktu kewaktu akan semakin kompleks, demikian pula pada masa yang akan datang. Pendapatan yang diperoleh belum mampu menutup pertambahan kebutuhan jaminannya seseorang perlu menabung. tersebut, maka untuk 13 2.1.3. Pemasaran Menurut William J. Staton, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (dalam Swastha dan Handoko, 1897: 3). Sedangkan menurut Phillip Kotler, pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai (1993: 7). Dari definisi tersebut diatas, dapat diketahui bahwa saluran kegiatan dalam pemasaran harus berorientasi pada kebutuhan dan kegiatan konsumen dan didukung oleh usaha pemasaran terpadu yang diarahkan kepada terciptanya kepuasan konsumen, disamping bertujuan untuk memperoleh laba dalam jangka panjang. Selain hal tersebut definisi diatas menitikberatkan pada penawaran perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong, dan melayani pasar. 2.1.4. Pengertian Jasa Kotler dalam Tjiptono (2005: 16) mengatakan jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu. 14 Tjiptono mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya (2005: 136-137) : 1. Tidak berwujud (Intangibility) Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Bagi pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan. 2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability) Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 3. Berubah-ubah (Variability/ Heterogeneity) Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi terbentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut di produksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. 4. Tidak tahan lama (Perishability) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. 15 5. Lack of Ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembeliaan barang, konsumen memiliki hak penuh atas pembelian penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misal kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan, dan pendidikan). 2.1.5. Kualitas Pelayanan 2.1.5.1. Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Tjiptono (1996: 51) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan menurut Staton (2001: 220), pelayanan adalah kegiatan yang dapat didefinisikan secara tersendiri yang pada hakekatnya bersifat tak teraba (intangible), yaitu merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat penjualan produk atau jasa lain. Pelayanan adalah merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Menurut Lovelock (dalam Tjiptono, 2001: 58) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi 16 penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi persepsi evaluasi terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu tertentu. 2.1.5.2. Faktor-faktor Kualitas Pelayanan Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Umar, 2003 : 8-9), untuk mengevaluasi kualitas jasa, pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi adalah sebagai berikut : 1. Tangibles Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Komponen-komponen dari dimensi tangibles meliputi penampilan fisik seperti gedung, ruangan front office, tempat parkir, kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan, dan penampilan karyawan. 2. Reliability Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi reliability ini merupakan kemampuan perusahaan menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat. adalam 17 3. Responsiveness Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan. 4. Assurance Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi keterampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain. 5. Empathy Empathy merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan 18 kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.1.6. Pendapatan Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya. Karena alasan inilah, maka para pemasar perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasaran pasarnya, karena pendapatan konsumen akan menjadi indikator penting besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana konsumen berada. Daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendaapatan dari satu orang (misal ayah saja) tetapi dari seluruh anggota keluarga rumah tangga yang bekerja. Sebuah rumah tangga akan menyatukan semua pendapatannya dalam satu pengelolaan yang terpadu, dengan tujuan utamanya adalah kesejahteraan semua keluarga. Dengan demikian, daya beli dari sebuah rumah tangga akan ditentukan 19 oleh total jumlah pendapatan dari semua anggota rumah tangga tersebut. Pencatatan pendapatan dari semua anggota rumah tangga tersebut memiliki lebih dari satu orang yang bekerja. Misalnya, ayah dan ibu bekerja, anak yang sudah bekerja dan masih tinggal dengan orang tuanya. (Sumarwan, 2011: 257) Pendapatan masyarakat merupakan faktor yang banyak menentukan apakah telah mempunyai penghasilan yang cukup atau belum. Sukirno (1994) menjelaskan bahwa dalam suatu perekonomian tidak semua pendapatan yang diterima masyarakat akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sebagian dari pendapatan tersebut akan disisihkan oleh penerima pendapatan sebagai tabungan. 2.1.7. Hadiah Hadiah adalah salah satu faktor untuk menarik minat nasabah maupun calon nasabah untuk menabung melalui suatu bank. Bisa juga hadiah dipakai sebagai sarana promosi untuk memperkenalkan suatu produk bank kepada masyarakat. Adanya hadiah adalah sebagai perangsang atau langkah untuk mendapatkan nasabah dan untuk meningkatkan nilai jumlah tabungan. Reksoprayitno (1997), dengan pakto 1988 terdapat bank yang mengambil strategi segmentasi pasar dengan menawarkan tabungan berhadiah dengan spesifikasi tertentu. Kebijaksanaan ini berhasil mendatangkan dana tabungan yang sangat besar. 2.1.8. Perilaku Konsumen 2.1.8.1. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang dilakukan oleh individu dalam mengetahui, menggunakan atau tidak 20 menggunakan barang-barang dan jasa-jasa (dalam Swastha dan Handoko, 1987: 10). Menurut Sumarwan (2010: 5), perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. 2.1.8.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berbeda untuk masing-masing pembeli. Menurut Setiadi (2008: 11), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor Kebudayaan a. Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. b. Sub-budaya Setiap kebudayaan terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis : kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. 21 c. Kelas Sosial Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. 2. Faktor-faktor Sosial a. Kelompok Referensi Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. b. Keluarga Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama adalah : keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi, nilai atau harga diri dan cinta. c. Peran dan status Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnyakeluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. 22 3. Faktor Pribadi a. Umur dan tahap dalam siklus hidup Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. b. Pekerjaan Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. c. Keadaan Ekonomi Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkat, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap pengeluaran lawan menabung. d. Gaya hidup Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. e. Kepribadian dan konsep diri Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap 23 lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. 4. Faktor Psikologis a. Motivasi Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. b. Persepsi Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama. c. Proses Belajar Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. d. Kepercayaan dan sikap Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 2.1.9. Proses Pengambilan Keputusan Menurut Kotler dan Armstrong (2004: 224) terdapat tahap-tahap yang dilalui pembeli untuk mencapai pengambilan keputusan pembelian, yaitu: 24 Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Pengevaluasian alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian Gambar 2.1 : Proses Pengambilan Keputusan Sumber : Kotler dan Armstrong (2004: 218) 1. Pengenalan Kebutuhan Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana pembeli mengenali adanya masalah dan kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan sehingga tahu produk apa yang dibutuhkan. 2. Pencarian Informasi Seorang konsumen yang sudah tertarik akan suatu produk mungkin akan mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak konsumen dapat menyimpan kebutuhan itu dalam ingatan atau melakukan penarikan informasi yang berhubungan dengan keadaan tersebut. 3. Evaluasi Alternatif Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam perangkat pilihan, konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan 25 unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. 4. Keputusaan Membeli Evaluasi yang dilakukan konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. 5. Tingkah Laku Pasca Pembelian Setelah melakukan pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian dan pembuangan pasca pembelian. Konsumen yang puas terhadap suatu produk akan menunjukkan probabilitas untuk melakukan pembelian kembali. 26 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Sudartik (2009) dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Periklanan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menabung Pada PT BPR Semarang Margatama Gunadana”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan periklanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah dalam menabung. Penelitian lain yang serupa juga pernah dilakukan oleh Mardalena (2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Keputusan Masyarakat Dalam Menabung Pada Bank Syariah di Medan”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelitian menunujukkan bahwa agama, pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak tempuh mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan masyarakat dalam menabung. Serta penelitian yang pernah dilakukan oleh Chamdan (2007) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Menentukan Jumlah Tabungan Pada Bank Swasta di Jawa Timur”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelistian menunjukkan bahwa bunga, hadiah, keamanan, lokasi, dan pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen dalam menentukan tabungannya. 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis Keputusan nasabah untuk menabung selalu dipengaruhi oleh faktor promosi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan- 27 kelebihan atas produk atau jasa yang dimiliki seperti diberikannya hadiah-hadiah yang menarik untuk menambah minat anggota untuk menabung, serta ditambah dukungan oleh kualitas pelayanan yang ramah dan cekatan dari pegawai dalam melayani nasabah. Dan juga unsur pribadi dari nasabah, dalam hal ini adalah faktor pendapatan. Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.2 berikut ini: Kualitas Pelayanan (X1) H1 Pendapatan (X2) H2 Hadiah (X3) H3 Gambar 2.2 Keputusan Menabung Nasabah (Y) : Kerangka Pemikiran Teoritis 2.4. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2001: 51). Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap keputusan menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama di Jepara. 2. Ada pengaruh positif dan signifikan antara pendapatan terhadap keputusan menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama di Jepara. 28 3. Ada pengaruh positif dan signifikan antara hadiah terhadap keputusan menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama di Jepara. 4. Ada pengaruh positif dan signifikan antara kualitas pelayanan, pendapatan, dan hadiah secara bersama-sama terhadap keputusan menabung nasabah pada KSU BMT Aman Utama Jepara.