REPUBLIKA khazanah 28 Halaman >> Rabu > 4 Agustus 2010 IBNU AL-YASAMIN AL-ISHBILLI Mengurai Matematika dengan Syair ● Syair al-Yasamin tentang Aljabar AL-YASAMIN MENARIK PERHATIAN KAUM CENDEKIA SPANYOL DENGAN KEMAMPUANNYA MEMADUKAN SASTRA DAN MATEMATIKA. Yusuf Assidiq S yair tak melulu permainan kata. Juga tak hanya untuk mengungkapkan rasa dan keindahan cinta. Di tangan Ibnu al-Yasamin al-Ishbili, syair mewujud sebagai alat ampuh untuk menguraikan kerumitan matematika. Dengan syair, ia menegaskan bahwa menekuni matematika tak lagi terasa sulit. Langkahnya itu bukan tanpa sebab. Al-Yasamin yang dikenal dengan nama Abu Muhammad Abdallah ibnu Muhammad ibnu Hajjaj al-Adrini ini, sejak semula memang piawai dalam dua bidang, yaitu matematika dan sastra. Hingga kemudian, ia memadukan keduanya. Rekaman sejarah menyingkap, ia dikenal sebagai pakar matematika andal. Selain itu, ia menggeluti literatur, sastra, dan hukum. Ia tercatat pernah bertugas di pengadilan Almohad pada era kekhalifahan Abu Yusuf Waqub. Ia lahir di Fez, Maroko. Keluarganya berasal dari suku pengembara, Banu Hajjaj. Tak heran jika jiwa pengembara melekat pula dalam dirinya. Menurut sejarawan Ibnu Said, untuk memuaskan dahaga ilmunya, al-Yasamin meninggalkan tanah kelahirannya dan menjejakkan kakinya di Sevilla, Spanyol. Ia berguru pada Ibnu Qasim al-Shalubin dalam bidang matematika. Kepiawaian yang dimiliki sebelumnya, yaitu sastra, membuatnya menarik perhatian banyak orang. Sebab, ia berhasil memadukan dua disiplin ilmu, matematika dan sastra. Ini merupakan sesuatu yang baru dan segera saja menarik perhatian kalangan ilmuwan dan kaum cendekia di Spanyol atau Andalusia. Pertama kali ia menulis syair tentang matematika pada 1190 Masehi. Syair itu banyak digunakan ketika ia mengajar. Syair-syair itu adalah al-Urjuza fil Judhur (Syair tentang Pemangkatan), al-Urjuza fil Kaffat (Syair tentang Penjumlahan), dan al-Urjuza alYasminiya fil Jabr wal Muqabala (Syair tentang Aljabar). Syair yang ketiga itu paling populer. Secara keseluruhan, syair itu terdiri atas 54 baris. Tiap-tiap barisnya mengurai metode dalam aljabar, mulai dari angka, akar, dan penjumlahan. Pengembangan aljabar oleh alKhawarizmi terkait perhitungan linier serta perhitungan kuadrat, tak luput dari pengamatan al-Yasamin. Maka itu, beberapa baris syairnya menerangkan konsep matematika yang digunakan al-Khawarizmi. Hasil pemikirannya tak hanya berpengaruh di Spanyol. Namun, menembus pula Maghribi dan wilayah lainnya. Sayangnya, dua syairnya tentang pemangkatan dan penjumlahan tidak banyak diketahui karena teks aslinya hilang. Puisi Arab terkenal karena keindahan bahasa dan iramanya. Oleh sebab itu, ketika syair ditulis dalam bingkai sains matematika, pujangganya haruslah piawai sebagai sastrawan sekaligus pakar dalam matematika. Seperti disebutkan sebelumnya, prasyarat itu benar-benar dimiliki al-Yasamin. Membuat Matematika Lebih Mudah Yusuf Assidiq atematika tidak selamanya sulit dan rumit. Itulah yang menjadi pegangan al-Yasamin ketika mengembangkan rumus dan metode matematika. Dia kerap memberikan alternatif penyelesaian sebuah perhitungan matematika agar mudah diaplikasikan. Keunggulan itu bisa ditemui dalam Talqih al-Afkar fi al ‘Amal bi Rushum. Ini adalah buku karya al-Yasamin yang terdiri atas lima bagian dan 40 bab yang mengurai berbagai persoalan seputar rumus aritmatika, aljabar, dan geometri. Salah satu bahasan yang termuat di dalamnya terkait volume lingkaran. Sejak lama, topik ini sudah menjadi perhatian penting para pakar matematika di dunia Islam. Mereka berupaya menghadirkan konsep perhitungan yang lebih sederhana dan akurat. Keinginan serupa menyelusup pula ke dalam diri al-Yasamin. Ia pun me- M nuangkan pemikirannya melalui karyanya itu. Paling tidak, ada dua metode penghitungan yang diketengahkan, seperti pernah dilakukan ahli matematika, al-Karaji. Rumus pertama, V = d3 (1/7+1/2.1/7) d3, hasilnya; V = 11/14 d3. Sedangkan pada rumus kedua, alYasamin menuliskan cara perhitungan praktis, yaitu V = d3 - (1/3 + 2/5.1/9) d3. Dan, kontribusi al-Yasamin untuk memajukan matematika Arab mendapat apresiasi luas. Seperti diuraikan Mahdi Abdeljouad dalam 800th Anniversary of the Death of Ibnu al Yasamin. Menurut dia, karya ilmiah dan pemikiran al-Yasamin merupakan salah satu yang paling komprehensif di antara ahli matematika asal Maghribi pada masa tersebut. Al-Yasamin mengenalkan konsep matematika India, lalu menampilkan teknik hitung dengan presisi yang kuat, serta menyelesaikan rumus-rumus rumit, baik dalam aljabar maupun aritmatika. Ia memaparkan pula metode geometri yang sederhana sehingga dapat diterapkan oleh siapa pun. “Para pemula bahkan tidak kesulitan ketika memakai rumus hitung al-Yasamin,” kata Mahdi Abdeljouad. Setelah menempuh studi di Spanyol dan berkontribusi dalam kemajuan kajian matematika di sana, al-Yasamin memutuskan kembali ke Fez. Ia tak berdiam diri. Sebaliknya, ia terus mengembangkan pemikirannya dan menuangkannya dalam sejumlah karya. Beberapa karyanya mendapat tanggapan dan mengilhami ahli matematika lainnya, seperti Ibnu Qunfudh al Qalasadi, Ibnu al Ha’im, serta Sibt al-Maradini. Al-Yasamin meninggal dunia pada 1204 di Marakesh. Beberapa sumber sejarah menyebutkan, al-Yasamin dibunuh, tetapi tidak diketahui motifnya. Hal yang pasti, ia telah memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kajian matematika. ■ ed: ferry kisihandi ● Manuskrip Matematika Pujian Menurut Ibnu Said, syair-syair matematika yang disusun oleh alYasamin sangatlah indah dan bermakna. Tak jarang, pembacaannya diiringi instrumen musik atau dinyanyikan. Kegunaan syair matematika Ishbili ini diuraikan oleh Mahdi Abdeljaouad, penulis artikel 800th Anniversary of the Death of ibn al Yasamin. Syair itu, jelas Abdeljaouad, sangat bermanfaat bagi para siswa dalam mempelajari matematika. Melalui bantuan syair, matematika menjadi lebih mudah dipahami. Syair tersebut juga berguna bagi mereka yang ingin mengingat kembali pelajaran matematika yang pernah didapatkannya. Selain terobosan pengajaran melalui syair, al-Yasamin pun menuliskan buku matematika berjudul Talqih al-Afkar bi Rushum Huruf al-Ghubar. Karya tersebut dianggap paling penting secara kualitas dan kuantitas. Dalam buku setebal 200 halaman itu, al-Yasamin mengurai penggunaan sistem bilangan Arab dalam geometri. Pemikirannya di ranah aritmatika diperhitungkan pula. Al-Yasamin melontarkan gagasan dan pendekatan berbeda dibandingkan pakar matematika lain di zamannya. Sebab, al-Yasamin mendahulukan operasi penjumlahan dan pengurangan, baru dilakukan pemangkatan. Teknik yang dikembangkan alYasamin ini kemudian diikuti sejumlah ilmuwan matematika terkemuka, seperti Ibnu al-Zakariya dan alGharnati, sekaligus menjadi dasar bagi konsep matematika Andalusia. Dalam Encyclopedia of the History of Science, Technology, and Medicine, Helaine Selin mencatat keunggulan Talqih. FOTO-FOTO MUSLIMHERITAGE.COM Selin menyatakan, dibandingkan karya matematika yang ditulis ilmuwan Spanyol lainnya, Talqih secara komprehensif memaparkan keunggulan tradisi matematika di tiga wilayah, yakni Timur Tengah, Andalusia, dan Maghribi. “Selanjutnya, al-Yasamin memadukan ketiganya dalam satu rangkaian,” ungkapnya. Ia pun memperkaya khazanah matematika lewat penegasan soal pemakaian lambang untuk menggantikan kata-kata pada aljabar. Metode ini sudah dimulai oleh al-Khawarizmi melalui buku al-Kitab al-Mukthasar fi Hisab al-Jabr. Uraian al-Yasamin senada dengan yang tercatat pada buku Bughyat al Tullab dari Ibnu Ghazi. Sejarawan Thomas F Glick dan Steven John Livesey dalam Medieval Science, Technology, and Medicine, mengungkapkan perkembangan sistem bilangan Arab terkait pula dengan peran al-Yasamin. Seperti diketahui, ilmuwan Muslim mengadopsi angka India yang berasal dari tahun 500 SM. Bukti sejarah awal tentang sistem angka Arab yang bersumber dari India ditemukan di Fayyum, Mesir, pada 889. Kemudian, contoh angka Arab yang lebih modern diketahui sudah ada pada abad ke-11. Seabad berikutnya, muncul perbedaan bentuk angka Arab di wilayah Timur dan Barat. Perbedaan ini salah satunya dijelaskan secara perinci oleh al-Yasamin yang tertera dalam karyanya tadi. Melalui tulisannya, Mathematical Modelling, Simulation, and Visualization, Dialla Konate mengakui kontribusi besar al-Yasamin dalam menggairahkan kajian matematika di kawasan Maghribi. ■ ed: ferry kisihandi