JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 1 Nomor 1 tahun 2015 ISSN : 2477-3476 REDAKSI JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun. Penanggung Jawab : Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan Pemimpin Redaksi : R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si Dewan Redaksi : Sunang Kori, SE, MM Subhan Apriyatna, SE Mitra Bestari : DR. Parluhutan Tado Sianturi, SE Teja Primawati Utami, S.TP, MM Tata Letak : Ashry Noviana Fajry, S.Hum Promosi & Sirkulasi : Nasrudin Penerbit : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan Alamat : Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat Telp/fax : 021-7422570, e-mail : [email protected] JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 1 Nomor 1 tahun 2015 ISSN : 2477-3476 PENGANTAR REDAKSI Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreatifitas dan pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 1 No. 1, Desember 2015 Jurnal Pusdiklat Perdagangan memuat sebelas buah tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumber daya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan. Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua. Selamat menyimak dan semoga bermanfaat Salam redaksi JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 1 Nomor 1 tahun 2015 ISSN : 2477-3476 DAFTAR ISI PENGANTAR REDAKSI REGULATORY IMPACT ASSESSMENT PERATURAN IMPOR PRODUK 1-16 TERTENTU TERHADAP DAYA SAING PRODUK MAKANAN DALAM NEGERI Teja Primawati Utami dan Azman Ridha COST AND BENEFIT PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA VALUTA 17-30 ASING UNTUK LINDUNG NILAI Nurlisa Arfani FOOD SECURITY AND HALAL FOOD ASSURANCE Ratnaningsih Hidayati 31-42 ARSITEKTUR STRATEGI REVITALISASI INDUSTRI KAKAO INDONESIA Amah Suryamah dan Teja Primawati Utami 43-58 PERAN TAX HOLIDAY DALAM MENARIK INVESTASI DI INDONESIA Sang Saniaka Tajulfitri 59-66 ANALISA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH (KEMENDAG) 67-78 DALAM MENSUKSESKAN AGENDA SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Azman Ridha KLASTERISASI PASAR TRADISIONAL DI DKI JAKARTA DENGAN 79-90 METODE FUZZY CLUSTERING UNTUK PENDUSTRIBUSIAN MINYAK GORENG SAWIT KEMASAN SEDERHANA Teja Primawati Utami dan Amah Suryamah PERAN KETENTUAN ASAL BARANG (RULES OF ORIGIN) DALAM 91-102 REGIONAL TRADE AGREEMENT (RTA) Kamila Hetami PELUANG DAN TANTANGAN E-MONEY DI INDONESIA Sang Saniaka danTitis Nugraharti 102-109 JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Volume 1 Nomor 1 tahun 2015 ISSN : 2477-3476 DAFTAR ISI ANALISIS STRATEGI MODEL BISNIS KANVAS PADA PT ANGKASA 111-124 PURA IIUNTUK BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA Dwi Putri Destiani ANALISA TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERAN PEMERINTAH, 125-135 (KHUSUSNYA KEMENTERIAN PERDAGANGAN) DALAM PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA SAMA SELATAN-SELATAN DAN TRIANGULAR (KSST) Azman Ridha dan Caterine M. Simamora Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani COST AND BENEFIT PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA VALUTA ASING UNTUK INDUNG NILAI Cost And Benefit Of Currency Futures Contract For Hedging Nurlisa Arfani Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan Jalan Badul Wahab Nomor 8. Cinangka, Sawangan, Depok Email : [email protected] ABSTRACT : The currency as a tool of payment for purchasing a product/services traded on the market has shifted its function. Nowadays currency is also traded as a commodity. Currency trading using forward contracts and derivative contracts (futures contract and rolling forex) produce the differences between buying and selling price. A little bit confusing because the trading of curency as the tools of payment generates a different value at any given time. This can be seen in derivatives trading for rolling forex or Contract for Differences for currency. It is becoming less appropriate to the function of the currency as a tool of payment. In addition to physical trading, forex is also traded in derivatives market. To be able to run optimally and to protect the market participants in derivatives market, trading rules are needed to suppress the occurrence of irregularities (fraud). Every forex trading has specific rules, different from one market place to market place more. Seeing these characteristics this paper will outline the cost and benefit of each type of forex trading, so that the government can define an appropriate regulation to supervise derivatives markets of forex trading. Keyword: Forward contract, derivative contract, futures contract, rolling forex, Contract for Differences. ABSTRAK : Dewasa ini mata uang sebagai alat pembayaran untuk membeli suatu produk yang diperdagangkan di pasar sudah bergeser fungsinya. Mata uang kini juga merupakan komoditi yang diperdagangkan. Perdagangan mata uang dengan skema perdagangan kontrak dan kontrak derivative (kontrak berjangka dan kontrak gulir) mengakibatkan adanya selisih antara nilai beli dan nilai jual. Sedikit membingungkan karena alat tukar tersebut seolah-olah memiliki nilai yang berbeda pada waktu tertentu. Hal ini dapat dilihat pada perdagangan derivatif untuk kontrak gulir yang dikenal dengan istilah rolling forex atau Contract for Differences. Hal ini menjadi kurang sesuai dengan fungsi mata uang tersebut sebagai alat pembayaran. Untuk dapat berjalan secara optimal dan melindungi para pihak yang bertransaksi dalam perdagangan derivatif dibutuhkan perangkat aturan main untuk menekan terjadinya penyimpangan (fraud). Masing-masing perdagangan derivatif mempunyai aturan yang spesifik untuk masing-masing trading. Melihat karakteristik tersebut, tulisan ini menguraikan cost and benefit setiap jenis perdagangan valas dan pengaturan yang perlu dilakukan oleh pemerintah . Kata Kunci: Kontrak derivatif, kontrak berjangka, kontrak gulir, Contract for Differences namun juga mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat pada umumnya. Dilihat dari Gambar 1, fluktuasi nilai tukar valuta asing di wilayah Asia terdepresiasi cukup signifikan selama 9 (sembilan) bulan terakhir dari Januari sampai dengan September 2009. Mata Uang Ringgit Malaysia mengalami depresiasi cukup besar yang mencapai 17,69%, menyusul Indonesia Rupiah yang terdepresiasi sebesar 14,32%. Kondisi ini merupakan dampak dari globalisasi ekonomi, dimana kondisi perekonomian tidak hanya bergantung PENDAHULUAN Nilai tukar valuta asing merupakan salah satu asumsi dalam APBN, khususnya nilai tukar mata uang US Dollar. Ketepatan dalam merumuskan asumsi maupun menjaga kestabilan nilai tukar valas sangat mempengaruhi kinerja anggaran yang ditetapkan setiap tahunnya. Volatilitas nilai tukar upiah terhadap USD belakangan ini tidak hanya mempengaruhi kinerja pemerintah 17 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 pada aspek fundamental perekonomian suatu negara melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. IDR (14,32%) MYR (17,69%) CNY (2,57%) KRW (6,96%) Sumber: Reuters (2015) Gambar 1. Fluktuasi Pergerakan Beberapa Mata Uang Di Kawasan Asia (indonesia, Malaysia, China, dan Korea) Sepanjang Tahun 2015 Hal ini berdampak pada sektor investasi, produksi, perdagangan, hingga ke pembiayaan. Mengingat fluktuasi nilai tukar merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari dalam era globalisasi dewasa ini, maka perlu dicari alternatif untuk mengurangi dampak ketidakpastian pasar yang diakibatkan oleh volatilitas nilai tukar tersebut. Salah satu cara untuk mengantisipasi ketidakpastian pasar para pelaku pasar dianjurkan melakukan lindung nilai (hedging). berjangka sebagai salah satu jenis kontrak derivatif yang menurut hemat penulis lebih tepat ditujukan untuk lindung nilai. Kajian ini menggunakan metodologi analisis deskriptif terhadap cost and benefit beberapa jenis kontrak derivatif valuta asing untuk memperoleh jenis kontrak yang sesuai digunakan untuk tujuan lindung nilai. Jenis kontrak derivatif tersebut antara lain kontrak swap, kontrak forward, kontrak berjangka (futures), dan kontrak gulir (Contract for Differences-CFD). Aspek yang dikaji antara lain mengenai penyelesaian kontrak, penguasaan posisi besar, dan besaran spread harga dari kontrak yang diperdagangkan METODOLOGI Kajian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif sehingga para pelaku pasar tidak salah memilih jenis perdagangan valas yang digunakan untuk melakukan lindung nilai bagi kebutuhan valas. Dengan pemahaman yang baik, pelaku pasar dapat memilih jenis kontrak sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dan tidak menyalahgunakan perannya untuk mengambil keuntungan dengan cara melanggar hukum. Pembahasan lebih ditekankan pada karakteristik kontrak HASIL DAN PEMBAHASAN Pada awalnya fungsi mata uang adalah alat pembayaran di masyarakat. 18 Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani Seiring berkembangnya perdagangan antar negara kebutuhan mata uang sebagai alat pembayaran bertambah menjadi alat tukar. Sebagai alat tukar untuk beberapa jenis mata uang yang berbeda tidak terhindarkan munculnya selisih nilai pada saat kita menukar suatu jenis mata uang ke dalam mata uang lainnya untuk kepentingan perdagangan barang dan jasa. Padahal dalam fungsinya sebagai alat pembayaran selisih nilai itu bukan suatu hal yang wajar, karena harus memiliki nilai yang pasti. Kepastian nilai suatu mata uang terkait dengan peran mata uang sebagai salah satu faktor pengendali inflasi karena ikut menentukan jumlah (nilai) uang yang beredar. Namun di sisi lain sebagai alat tukar adanya selisih nilai tidak dapat dielakkan. Hal ini terjadi karena pihak yang melayani jasa penukaran tersebut merasa berhak mendapatkan keuntungan sehingga memberikan nilai yang berbeda untuk kegiatan jual dan beli. Perbedaan tersebut yang mengakibatkan adanya selisih nilai. Pada akhirnya selisih nilai tersebut memungkinkan beberapa modifikasi dalam perdagangan valuta asing. Dewasa ini perdagangan valuta asing merupakan salah satu jenis produk keuangan yang cukup diminati saat ini. Ditinjau dari jenis produk yang diperdagangkan, ada 2 (dua) jenis perdagangan valas yaitu perdagangan secara tunai atau dikenal dengan istilah perdagangan fisik (physical market) dan perdagangan non fisik atau dikenal dengan istilah perdagangan derivatif. Perdagangan derivatif tidak mengharuskan transaksi secara tunai untuk seluruh nilai transaksi. Dana yang ditempatkan sebelum transaksi dilakukan disebut dengan margin. Meskipun pengertian margin berbeda dengan ‘uang muka’, besaran margin yang ditempatkan sama seperti pada saat kita membayar uang muka yaitu hanya sebagian dari besaran nilai yang diperjanjikan. Sedangkan sisa dari nilai transaksi dibayarkan setelah transaksi tersebut ditutup atau mencapai akhir hari perdagangan (last trading day). Sisa pembayaran yang harus dibayarkan adalah sebesar selisih antara margin dengan kerugian yang diderita nasabah. Contoh perdagangan fisik valas adalah kegiatan tukar menukar nilai valas yang dilakukan oleh money changer. Money changer selaku penjual valas menyediakan mata uang asing untuk diperdagangkan (jual/beli) dengan nasabah. Sedangkan contoh perdagangan derivatif valas adalah perdagangan kontrak berjangka valas maupun opsinya yang merupakan produk modifikasi atau lebih tepatnya produk turunan dari produk valas yang diperdagangkan di pasar fisik. Kontrak berjangka adalah suatu bentuk kontrak forward standar yang dapat dibatalkan oleh masing-masing pihak dengan mudah melalui tindakan offset melalui transaksi pada pasar berjangka1. Sedangkan menurut UU No.32 Tahun 1997, Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka. Perdagangan kontrak berjangka valas mulai dirintis oleh Chicago Board of Trade (CBoT) pada tahun 19722 terhadap nilai tukar US Dollar dengan beberapa mata uang negara di Eropa. Ditinjau dari sudut keterkaitan antara pelaku pasar, perdagangan valas dibagi menjadi 2 (dua), yaitu perdagangan multilateral dan perdagangan bilateral. Perdagangan multilateral adalah perdagangan yang memungkinkan para pelaku pasar untuk bertransaksi dengan banyak pihak untuk mendapatkan posisi terbaik (many to many), dan umumnya dilakukan pada organized market atau yang dikenal dengan bursa. Perdagangan secara multilateral untuk produk keuangan umumnya dilakukan 1 Todd Lofton (1997), Getting Started in Futures, John Wiley and Sons, Inc. New York. Hal 4 2 Online. (2015). Sumber dari Internet Tentang Bursa Berjangka. Diunduh tanggal 3 September 2015 dari http://www.cmegroup.com/company/history/timeli ne-of-achievements.html 19 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 terhadap kontrak derivatif. Sedangkan kontrak derivatif dapat diperdagangkan secara bilateral. Perdagangan bilateral hanya memungkinkan para nasabah untuk bertransaksi dengan 1 (satu) pihak saja sebagai penyelenggara dari perdagangan tersebut (one to many). Pihak dimaksud merupakan pedagang atau dikenal juga dengan istilah ‘bandar’. Perdagangan bilateral umumnya bersifat unorganized market, dimana pedagang dapat membuka gerai sendiri dan bertransaksi langsung dengan nasabah tanpa perlu diawasi secara real time oleh otoritas. Transaksi bilateral dilakukan sepanjang nasabah telah memahami dan menyepakati aturan main yang ditetapkan oleh pedagang yang bersangkutan. perdagangan fisik dan bukan merupakan perdagangan derivatif. Transaksi ini dikategorikan sebagai transaksi bilateral karena para Nasabah hanya dapat bertransaksi dengan PVA yang bersangkutan dan tidak dapat dilakukan antar nasabah yang bertransaksi dengan PVA tersebut. Perdagangan fisik mata uang tersebut nyatanya kurang spekulatif karena keuntungan yang diperoleh sebatas persentase tertentu dari modal yang dimiliki oleh pedagang sebagaimana lazimnya perdagangan fisik. Besaran persentase tersebut tergantung dari besaran kisaran nilai jual/beli nilai tukar (spread). Rendahnya spekulasi dalam perdagangan fisik valuta asing mengakibatkan terbatasnya keuntungan yang akan diperoleh PVA. Oleh karena itu para spekulan tertarik untuk menciptakan pasar yang lebih berisiko dan bergairah. Perdagangan derivatif merupakan pasar yang lebih spekulatif dan tentunya memiliki risiko dan keuntungan yang lebih besar. Perdagangan spot valas Perdagangan spot valas umumnya merupakan transaksi fisik, bukan perdagangan derivatif. Contoh perdagangan spot dapat dilihat pada sistem perdagangan Pedagang Valuta Asing (PVA) yang menjual atau membeli mata uang asing dari nasabah dan interbank foreign exchange market. PVA diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter. PVA saat ini terdiri dari PVA yang juga berperan sebagai ‘bank’ dan ‘bukan bank’. Contoh PVA ‘bukan bank’ antara lain money changer. Transaksi valas yang terjadi di PVA tersebut jika dilihat dari jenis produk yang diperdagangkan merupakan salah satu bentuk perdagangan fisik. Di samping itu terdapat juga perdagangan bilateral yang memperdagangkan produk derivatif, seperti kontrak berjangka valas beserta turunannya yang dilakukan di luar bursa, yang dikenal dengan istilah ‘over the counter’ (OTC). Dalam perdagangan bilateral yang dilakukan oleh PVA, keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dengan harga beli. Keuntungan tersebut dapat pula ditambah dengan adanya fluktuasi nilai tukar mata uang tersebut. Perdagangan valuta asing yang demikian merupakan Perdagangan derivatif valas Perbedaan antara perdagangan fisik dengan perdagangan derivatif valas antara lain dapat dilihat dari besaran uang yang harus dibayarkan dan biaya transaksi yang dikenakan kepada nasabah. Untuk perdagangan fisik nasabah yang akan menukar valas yang dimiliki harus menyediakan nilai yang sama besarnya dengan valas yang ditransaksikan. Demikian pula dengan PVA yang melayani nasabah tersebut. Hal ini berbeda dengan perdagangan derivatif. Nasabah yang ingin bertransaksi cukup menyediakan sebagian kecil dari nilai valas yang akan ditransaksikan atau disebut juga dengan marjin. Marjin yang harus disediakan pada saat nasabah membuka posisi (initial margin) secara umum besarannya kurang dari 10% 3. 3 Online. (2015). Sumber dari Internet Tentang Bursa Berjangka. Diunduh tanggal 3 September 2015 dari dari Chicago Mercantile Exchange, http://www.cmegroup.com/clearing/riskmanagement/files 20 Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani Kontrak derivatif dari produk keuangan umumnya memiliki marjin yang jauh lebih besar dibandingkan kontrak derivatif dari komoditi hasil perkebunan dan pertambangan. Initial margin tersebut masih ditambah dengan besaran maintenance margin untuk mengantisipasi perubahan harga dan perubahan posisi, dimana besaran maintenance margin umumnya lebih kecil dibandingkan initial margin, kecuali untuk kondisi hectic dimana fluktuasi harga cukup signifikan dan berlangsung dalam waktu singkat. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa besaran dana yang harus disediakan nasabah untuk bertransaksi di pasar derivatif lebih kecil dibandingkan dengan transaksi di pasar fisik. Sebagai perbandingan, untuk 1 lot transaksi di pasar fisik kita dapat menggantinya dengan +10 lot di transaksi derivatif. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh dapat dilipatgandakan hampir 10 kali untuk besaran investasi yang sama, demikian pula dengan risikonya. Besarnya risiko dalam hal ini diartikan sebagai potensi kerugian yang mungkin dihadapi. Potensi keuntungan dan risiko perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum membuka posisi di pasar derivatif. Dengan adanya risiko yang cukup signifikan di pasar derivatif maka para Pialang di bursa maupun penyelenggara sistem perdagangan harus menerapkan prinsip know your customer sebelum mengajak nasabah untuk ikut bertransaksi derivatif. Nasabah yang dilibatkan harus nasabah yang paham risiko dan memiliki kemampuan keuangan yang cukup untuk melakukan spekulasi, khususnya nasabah perdagangan derivatif yang dilakukan secara bilateral. Hal ini penting diperhatikan, karena pada perdagangan bilateral nasabah dapat langsung mengakses sistem perdagangan tanpa bantuan Pialang. Jika ditinjau dari besaran biaya transaksi yang diperlukan, perdagangan fisik memerlukan biaya transaksi yang relatif lebih kecil. Besaran biaya transaksi pada perdagangan fisik umumnya dilihat dari selisih antar nilai tukar pada saat menjual dengan membeli. Sedangkan besaran biaya transaksi dalam perdagangan derivatif valas dibedakan dengan jenis kontrak derivatif valas yang ditransaksikan sesuai kesepakatan para pihak. Perbedaan kontrak berjangka dengan kontrak gulir (CFD) Besaran biaya transaksi perdagangan derivatif yang memiliki karakteristik sebagai margin trading dapat dibedakan antara kontrak berjangka (futures contract) dengan kontrak gulir (CFD). Futures contract umumnya ditransaksikan di bursa dengan skema multilateral, sedangkan CFD lebih cenderung ditransaksikan dengan skema bilateral dan diperdagangkan di luar bursa. Meskipun pada tahun 2002, Hongkong Futures Exchanges pernah memperdagangkan CFD secara multilateral yang dikenal dengan nama ‘Rolling Forex’. Kontrak berjangka memiliki biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya transaksi dari CFD jika dihitung dari sejak transaksi dibukukan sampai dengan berakhir. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sifat dari kedua jenis kontrak tersebut. Pemegang kontrak CFD diwajibkan untuk menutup kontrak setiap hari, sehingga harus membayar fee untuk membuka atau menutup posisi setiap hari kepada ‘penyelenggara sistem’ atau pedagang yang memfasilitasi sistem perdagangan yang digunakan oleh Nasabah. Jika nasabah tidak menutup posisi pada akhir hari perdagangan maka si nasabah dikenakan biaya gulir (overnite charge) yang besarannya tergantung suku bunga harian dari mata uang yang ditransaksikan. Pengenaan biaya gulir dihitung setiap hari sampai posisi tersebut ditutup. Dalam hal nasabah tidak memonitor posisinya, maka tidak heran dana yang ditempatkan nasabah 21 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 pada saat membuka posisi dapat habis hanya untuk membayar biaya overnite. Kondisi ini berbeda dengan kontrak berjangka (futures contract). Kontrak berjangka umumnya mempunyai jangka waktu perdagangan yang lebih panjang. Nasabah dapat memilih jangka waktu berakhirnya kontrak pada saat akan membuka posisi (trading month), sehingga tidak diwajibkan untuk menutup posisi setiap hari. Pemegang kontrak berjangka tidak dikenakan biaya overnite jika posisi terbuka dilanjutkan ke hari berikutnya. Dengan demikian besarnya biaya transaksi kontrak berjangka tergantung pada frekuensi nasabah mengganti posisi sampai kontrak tersebut berakhir (ditutup). Secara umum, kontrak gulir umumnya digunakan pada komoditi yang memiliki tingkat volatiilitas harga yang tinggi sehingga fluktuasi harga dapat dimanfaatkan nasabah untuk mendapatkan keuntungan dari spekulasi yang dilakukan. Sedangkan kontrak berjangka pada umumnya lebih ditujukan untuk menutupi risiko naik turunnya harga antara jangka waktu tertentu, atau lebih tepat digunakan sebagai sarana lindung nilai. Misalnya menjamin kepastian harga pada saat importir membutuhkan mata uang asing untuk membayar tagihan barang yang dipesan dari produsen/pedagang di luar negeri. Dilihat dari uraian di atas, futures trading lebih sesuai untuk nasabah yang bertujuan untuk melakukan lindung nilai (hedging) sedangkan CFD untuk nasabah yang gemar berspekulasi (risk lover). harga yang sama pada saat dilakukan pemesanan/ pembelian dengan harga pada saat serah terima4. Namun mengingat waktu penyerahan pada kontrak forward berbeda dengan waktu pemesanan/ pembelian, maka kesepakatan harga tersebut tidak mengacu kepada harga pada saat kesepakatan terjadi (spot price). Dengan demikian setelah pemesanan dilakukan, pembeli harus menunggu sampai dengan jangka waktu tertentu untuk menerima penyerahan barang. Perbedaan waktu pemesanan/ pembelian dengan waktu penyerahan sama dengan model penyerahan yang terjadi di pasar berjangka (futures trading). Pada kontrak forward, harga pada saat serah terima sudah ditentukan pada saat akan membeli/ memesan dengan menambahkan faktor risiko dan tingkat suku bunga terhadap harga pada saat transaksi dilakukan (spot price). Sedangkan untuk kontrak berjangka, harga pada saat penutupan (settlement price) tidak dapat ditentukan pada saat pembukaan posisi. Harga pada saat penutupan kontrak berjangka mengacu pada harga yang terjadi pada saat penutupan dilakukan atau dikenal dengan istilah ‘marked to market’. Dengan demikian bukan harga yang sudah disepakati sejak awal sebagaimana kontrak forward. Walaupun waktu pembukaan dan penutupan kontrak berjangka berbeda karena ada variabel waktu, namun harga pembukaan dan penutupan kontrak berjangka tersebut mengacu pada pasar yang sama (price reference) sesuai kesepakatan yang diatur di dalam kontrak (futures contract). Dengan demikian oleh sebagian pelaku pasar, perdagangan forward lebih sering dikategorikan sebagai perdagangan fisik. Hal ini mengingat perbedaan forward dengan perdagangan fisik hanya terletak dari jangka waktu penyerahan yang Perdagangan forward Di samping ketiga model perdagangan valas yang diuraikan di atas terdapat juga bentuk perdagangan valas dengan model forward. Perdagangan forward merupakan model transisi dari perdagangan fisik di Pedagang Valuta Asing (PVA) dengan perdagangan derivatif yang terdiri dari perdagangan kontrak berjangka dan kontrak CFD. Sebagaimana perdagangan fisik, perdagangan forward menggunakan kesepakatan 4 Alan C. Saphiro, Multinational Financial Management, John Wiley & Sons, New York, 1999 halaman 174. 22 Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani disepakati sebelumnya. Pada kontrak forward hampir unsur lindung nilai tidak sebesar sebagaimana kontrak berjangka. Kontrak forward dimaksudkan untuk memperoleh kepastian harga dalam kurun waktu tertentu. Mengingat harga yang disepakati dalam kontrak forward bisa jadi berbeda jauh dengan harga yang terbentuk pada waktu serah terima dilakukan jika terdapat perubahan pasar yang cukup signifikan. Dimana kondisi tersebut tidak dapat diprediksi para pihak pada saat menghitung risiko untuk menyusun kesepakatan awal. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan kontrak berjangka yang bersifat marked to market’. Untuk dapat mengoptimalkan fungsi lindung nilai, para pelaku yang mentransaksikan kontrak berjangka mengambil posisi yang berbeda terhadap posisi yang diambil di pasar fisik. Sebagai contoh seorang eksportir yang berperan sebagai penjual valas, akan mengambil posisi yang berbeda jika bertransaksi di bursa berjangka. Pihak yang menjual valas di pasar fisik akan mengambil posisi sebagai pembeli sebelum perdagangan kontrak tersebut berakhir (going short), sehingga akan mendapatkan keuntungan (gain) apabila harga turun pada saat serah terima. Dan sebaliknya akan mengalami kerugian di pasar fisik jika harga pada saat serah terima turun sebagai penjual. Kerugian yang diderita di pasar fisik dapat dikompensasikan dengan keuntungan yang diperoleh di bursa berjangka, demikian pula sebaliknya. Hal ini berbeda dengan transaksi di kontrak forward, dimana umumnya para pelaku pasar tidak mengambil posisi yang berbeda. Pada transaksi kontrak berjangka sebagaimana diuraikan di atas, pemilik posisi short yang tidak menutup kontrak pada hari perdagangan terakhir dapat mengambil opsi untuk melakukan penyerahan valas (physical delivery). Nilai transaksi pada saat serah terima mengacu pada harga yang terbentuk pada hari perdagangan terakhir, sedangkan pada transaksi kontrak forward menggunakan harga yang sudah disepakati pada saat perjanjian awal dibuat. Secara ringkas perbedaan antara pasar fisik dan pasar pasar derivatif dan beberapa jenis produk yang diperdagangkan dapat dilihat pada tabel 1. Karakteristik perdagangan derivatif sebagaimana diuraikan diatas, umumnya menggunakan skema margin trading. Dengan skema ini, para pihak yang bertransaksi tidak harus membayar seluruh nilai transaksi. Pelaku pasar tersebut cukup membayarkan sebagian kecil dari nilai transaksi sebagaimana dipersyaratkan atau kesepakatan yang dibuat. Pada saat perjanjian/ kontrak berakhir maka para pihak hanya memberikan/menerima keuntungan/ kerugian sebesar selisih nilai antara nilai pada saat memulai transaksi dengan nilai pada saat kontrak berakhir. Dengan demikian besaran nilai pokok perjanjian tidak perlu dibayarkan seluruhnya. Perdagangan derivatif lebih menekankan selisih nilai dalam rentang waktu yang ditentukan. Oleh karena itu sifatnya tidak dimaksudkan sebagai jual beli barang/ jasa sebagaimana dilakukan pada pasar fisik. Tetapi lebih ditekankan untuk meminimalisasi risiko yang dihadapi pelaku di pasar fisik karena adanya ketidakpastian (market uncertainty). Minimalisasi risiko dalam perdagangan derivatif dimaksudkan untuk melindungi nilai transaksi (hedging) yang sudah dilakukan oleh para pelaku di pasar fisik. Namun ada kalanya faktor risiko dalam perdagangan derivatif dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk melakukan spekulasi, tidak semua pelaku pasar bertujuan untuk melakukan hedging. Perdagangan derivatif diperlukan karena selalu ada ketidakpastian pada suatu pasar, ketidakpastian inilah menimbulkan adanya risiko. Lindung nilai dilakukan dalam rangka mengantisipasi risiko. Meskipun demikian tidak semua pelaku pasar menganggap risiko itu sebagai sesuatu yang harus diantispasi atau dihindari (risk aversion), ada kelompok pelaku pasar yang menganggap risiko dapat 23 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan dengan adanya market uncertainty (risk lover). Pelaku pasar yang demikian dikenal dengan nama spekulan. Tabel 1. Perbedaan Antara Pasar Fisik dan Pasar Derivatif Kontrak Berjangka Keuangan PERDAGANGAN FISIK FAKTOR SPOT FORWARD Contoh produk yang diperdagang kan Penukaran valuta asing Acuan harga pada saat serah terima barang Harga pada saat pembukaan posisi dan penyerahan mengacu kepada harga saat itu (spot price) Nyaris nihil SWAP dan FORWARD yang diperdagangkan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya, maupun individu Harga pada saat kesepakatan (spot) ditambah dengan faktor risiko (jika ada) dan bunga s.d. penyerahan terjadi Nyaris nihil, komisi pialang (jika ada) Biaya transaksi yang dikenakan PERDAGANGAN DERIVATIF KONTRAK BERJANGKA Three-month Euroyen Futures – Tokyo Financial Exchange SGX AUD/JPY Futures - Singapore Monetary Exchange 200,000 Australian dollars - Chicago Merchantile Exchange Harga pada saat hari perdagangan terakhir KONTRAK GULIR (CFD) Kontrak OTC valuta asing yang diperdagang-kan di Intercontinental Exchange (ICE) maupun yang diperdagangkan Future Commision Merchants (FCM) yang menjadi anggota National Futures Asociation (NFA) secara bilateral Harga pada saat penyelesaian kontrak Biaya pendaftaran transaksi ke bursa dan lembaga kliring Komisi pialang Biaya pendaftaran transaksi ke bursa dan lembaga kliring Komisi pialang Biaya gulir ke hari berikutnya Waktu Penyerahan barang Diserahkan saat transaksi/ pembayaran Diserahkan di masa yang akan datang sesuai kesepakatan Diserahkan di masa yang akan datang setelah hari perdagangan terakhir Tidak ada penyerahan barang Cara Penyelesaian kontrak Serah terima fisik (physical delivery) Serah terima fisik (physical delivery) Physical delivery ; Tukar Fisik Berjangka (Exchange for Physical/ EFP); atau Closing position Closing position Kewajiban penyerahan barang Wajib Wajib Tergantung spesifikasi kontrak, wajib serah fisik jika cash settlement dan EFP tidak diperkenankan Tidak Wajib Pembayaran pada saat pembukaan posisi Dibayarkan seluruhnya pada saat serah terima barang (cash and carry) Tidak ada pembayaran, hanya kesepakatan Marjin (initial margin) Marjin (initial margin) 24 Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani PERDAGANGAN FISIK FAKTOR SPOT Pembayaran pd saat penyelesaian kontrak FORWARD Dibayarkan seluruhnya sesuai kesepakatan awal PERDAGANGAN DERIVATIF KONTRAK BERJANGKA Gain/ lose realization jika dilakukan sebelum hari perdagangan terakhir Setelah hari perdagangan terakhir pembayaran dilakukan seluruhnya pada saat serah terima dikurangi marjin Perdagangan derivatif untuk antisipasi market uncertainty Market uncertainty mengakibatkan harga suatu komoditi di pasar cenderung berubah-ubah atau fluktuatif. Hal ini memang kurang menguntungkan bagi produsen maupun pedagang yang membutuhkan kepastian harga untuk membuat perencanaan keuangan, produksi, atau penjualan. Namun bagi para spekulan, kondisi ini dapat dimanfaatkan melalui pengelolaan risiko yang tepat. Turun naiknya harga atau lebih tepatnya selisih harga yang terbentuk dari waktu ke waktu dimanfaatkan oleh para spekulan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian para spekulan harus siap setiap saat mengganti posisi (jual/beli) untuk merealisasikan keuntungan jika diketahui akan terjadi fluktuasi harga. Hal ini akan sulit dilakukan bagi para spekulan di pasar fisik, karena membutuhkan modal besar untuk membayar nilai sebesar pokok perjanjian. Namun hal ini dapat dilakukan oleh para spekulan di pasar derivatif karena cukup membayar sebagian dari pokok perjanjian (margin). Melihat sifat perdagangan derivatif tersebut, tidak heran banyak spekulan yang bermain di sana. Namun tidak selamanya kehadiran para spekulan itu mengganggu pasar. Spekulan di pasar derivatif dibutuhkan untuk mengambil alih risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga (market volatility). Tanpa spekulan sulit bagi produsen/ pedagang untuk melakukan KONTRAK GULIR (CFD) Gain/ lose realization, selisih antara harga jual dan beli dikali dengan volume kontrak, kemudian dikurangi dengan marjin (cash settlement) lindung nilai, karena tidak ada pihak yang bersedia mengambil risiko yang tidak bersedia diambil alih oleh para produsen/ pedagang. Dengan adanya banyak spekulan di pasar derivatif maka memungkinkan setiap order yang masuk (open order) dapat dieksekusi menjadi suatu posisi (open position) di pasar derivatif. Spekulan dikenal juga dengan istilah market maker. Spekulator adalah pedagang di bursa berjangka yang tidak memproduksi atau mengkonsumsi komoditi. Spekulator menjual dan membeli suatu kontrak dalam waktu singkat untuk mendapatkan keuntungan, umumnya keuntungan/ kerugian yang diperoleh berada dalam rentang yang sempit (CFTC glossary). Oleh karena itu kegiatan jual dan beli yang dilakukan oleh spekulator pada prinsipnya tidak mempengaruhi pembentukan harga di bursa, dan bukan merupakan tujuan ekonomi dari perdagangan berjangka. Dengan demikian kegiatan spekulator dimaksudkan untuk mencari keuntungan dalam waktu singkat dan membuat perdagangan di bursa berjangka menjadi liquid. Perbedaan kontrak berjangka dengan CFD Perbedaan kontrak berjangka dengan CFD antara lain terletak pada sarana perdagangan yang digunakan. Kontrak berjangka umumnya diperdagangkan di bursa, sedangkan CFD diperdagangkan di luar bursa. Ada beberapa karakteristik CFD yang 25 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 mengakibatkan jenis kontrak ini tidak lazim diperdagangkan di bursa. Hal ini dikarenakan fungsi bursa antara lain sebagai sarana pembentukan harga, baik itu bursa saham maupun bursa berjangka. Perdagangan CFD tidak menghasilkan pembentukan harga, karena menggunakan harga yang mengacu kepada harga dari pasar tertentu, baik pasar fisik maupun bursa yang telah ditentukan sebelumnya sebagai referensi (price adoption). Dalam perdagangan di luar bursa, CFD diperdagangkan oleh 1 (satu) orang pedagang yang bertransaksi melawan seluruh Nasabah. Pedagang tersebut hanya mengikuti harga yang telah terbentuk di underlying market pada saat bertransaksi dengan nasabah. Berbeda halnya dengan perdagangan di bursa saham dan bursa berjangka yang antara lain bertujuan untuk membentuk harga (price discovery), baik harga pada masa kini maupun harga di masa yang akan datang. Pembentukan harga dimungkinkan terjadi di bursa karena terdapat banyak pembeli dan penjual yang bebas bertransaksi dengan pihak mana saja sehingga tercipta harga pasar yang wajar sesuai mekanisme supply and demand. Harga yang terbentuk di bursa berjangka adalah harga yang dapat dieksekusi di masa kini dan masa yang akan datang apabila kontrak tersebut berakhir sesuai jadwal dari masing-masing bulan kontrak (contract month) yang disepakati. Sedangkan harga yang dihasilkan di bursa saham hanya dapat dieksekusi pada saat itu (current price). Selain fungsi sebagai sarana pembentukan harga, bursa yang sebenarnya berfungsi sebagai pasar juga berperan untuk melakukan pertukaran (physical exchange). Pertukaran barang atau serah terima fisik hanya dimungkinkan jika para pihak sepakat dengan harga yang terbentuk di bursa tersebut. tetap diawasi. Pengawasan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen yang membantu otoritas dalam hal in bursa dan lembaga kliring untuk menyelenggarakan perdagangan derivatif yang efisien. Instrumen pengawasan tersebut berupa pembatasan kepemilikan posisi (limit position) yang diperkenankan dan instrumen berupa kewajiban untuk melaporkan posisi yang dimiliki sebelum sampai pada limit position tersebut. Instrumen pengawasan ini diperlukan karena perdagangan derivatif memiliki risiko lebih besar dibandingkan perdagangan fisik. Instrumen pengawasan lainnya yang digunakan dalam perdagangan derivatif adalah pembatasan perubahan harga harian (daily price limit). Pembatasan ini perlu dilakukan mengingat perdagangan derivatif juga merupakan sarana pembentukan harga selain pasar fisik. Hal ini untuk menghindari agar perubahan harga tersebut tidak mencerminkan kondisi pasar fisik sesungguhnya. Meskipun terdapat selisih antara harga di pasar fisik dengan harga di pasar derivatif, namun tren kedua jenis harga tersebut haruslah sebangun. Dengan adanya instrumen ini, maka peran spekulan sebagai market maker lebih dapat ditingkatkan dibandingkan sebagai profit seeker. Instrumen pengawasan lainnya adalah dengan mekanisme physical delivery. Dengan adanya kewajiban untuk menyerahkan barang dalam transaksi derivatif,maka hal ini dapat mencegah adanya kegiatan spekulasi yang tidak kondusif. Spekulan akan berhati-hati dalam bertransaksi karena jika posisi tersebut tidak ditutup sampai dengan hari perdagangan terakhir, maka pemegang posisi short harus menyerahkan barang tersebut kepada pemegang posisi long. Instrumen pengawasan untuk perdagangan derivatif di atas hanya dapat dilakukan jika perdagangan tersebut terjadi di bursa yang dilakukan secara many-tomany atau disebut juga multilateral. Selain volatilitas harga, spekulan Instrumen pengawasan kontrak berjangka Meskipun terdapat peran dan fungsi yang signifikan dari para spekulan, namun keberadaannya harus 26 Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani juga memanfaatkan spread untuk mendapatkan keuntungan. Perdagangan kontrak derivatif umumnya selalu memiliki spread antara harga jual dan beli, baik untuk kontrak berjangka maupun CFD. Besaran spread tersebut menggambarkan efisiensi dari bursa. Semakin besar spread antara harga jual dan harga beli, maka semakin tidak efisien pasar tersebut. Hal ini mengakibatkan perdagangan kurang likuid, dimana nasabah harus memperhitungkan spread tersebut sebelum merealisasikan keuntungannya. Dengan demikian kondisi ini mengakibatkan berkurangnya potensi keuntungan yang diharapkan dan membuat bursa kurang mengikuti volatilitas harga yang terjadi pada underlying market. Besarnya spread tersebut dapat diatasi dengan mekanisme yang ada dalam perdagangan kontrak berjangka. Hal ini mengingat spread tersebut harus mendekati nol pada hari perdagangan terakhir untuk setiap bulan kontrak berjangka. Pada saat spread mendekati nol di hari perdagangan terakhir, disaat itulah ditetapkan settlement price. Dalam hal penyelesaian kontrak pada hari perdagangan terakhir dilakukan dengan mekanisme perhitungan selisih harga (cash settlement), maka objektivitas settlement price sangat diperlukan. Namun jika settlement price tersebut tidak merepresentasikan harga pasar, maka para pihak dapat menyelesaikan kontrak berjangka dengan menggunakan skema physical delivery dengan penyerahan/penerimaan barang sesuai harga komoditi di pasar fisik. Kewajiban serah terima fisik ini mau tidak mau meng-counter adanya aksi spekulan, karena nasabah pada akhirnya dikenakan kewajiban serah fisik dengan menggunakan harga yang berlaku di pasar. Serah terima fisik ini dapat menjadi salah satu alat kontrol agar pembentukan harga benar-benar sesuai dengan harga yang terbentuk pada pasar fisik (underlying market). Tentunya pengawasan untuk perdagangan bilateral berbeda dengan instrumen untuk perdagangan multilateral, karena kedua jenis perdagangan memiliki karakteristik trading platform yang berbeda. Kontrak derivatif valas yang diperdagangkan di luar bursa umumnya merupakan kontrak gulir atau yang disebut juga Contract for Differences (CFD). CFD merupakan produk turunan dari produk yang diperdagangkan di pasar fisik maupun di bursa. Melihat sifat kontrak gulir tersebut, maka instrumen pengawasan yang dilakukan pada perdagangan derivatif di bursa tidak dapat diterapkan pada perdagangan kontrak gulir di luar bursa. Limit position tidak dapat diterapkan dalam perdagangan bilateral karena semua posisi terjadi antara satu pihak yaitu pemilik trading platform dengan para nasabahnya (one-to-many). Demikian pula dengan instrumen daily price limit tidak dimungkinkan karena kontrak gulir menggunakan mekanisme price adoption. Perdagangan bilateral tidak menghasilkan pembentukan harga melainkan hanya mengikuti harga yang terbentuk dipasar fisik tertentu (underlying market) dan menjadikannya sebagai acuan dalam penyepadanan order nasabah. Pada kontrak gulir, tidak ada mekanisme hari perdagangan terakhir yang mewajibkan semua kontrak harus ditutup. Hal ini mengakibatkan tidak ada settlement price, yang lazim digunakan adalah closing price yang biasanya merupakan rata-rata best bid dan best offer pada setiap akhir hari perdagangan. Fungsi closing price berbeda dengan fungsi settlement price. Closing price pada kontrak gulir lebih ditujukan untuk menghitung nilai masing-masing posisi terbuka pada setiap akhir hari perdagangan, antara lain untuk perhitungan kecukupan marjin dan pengenaan biaya gulir (overnite charge). Perdagangan CFD valas maupun produk keuangan lainnya saat ini masih dilakukan secara bilateral dan mendapat pengawasan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Instrumen pengawasan kontrak gulir 27 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 elalu tertinggal5 karena registrasi transaksi tidak dilakukan secara otomatis begitu transaksi tersebut disepadankan (‘matched’). Inilah merupakan salah satu kelemahan dari perdagangan di luar bursa ditinjau dari sudut pandang nasabah. Sebagai tambahan, perlu dipahami oleh para nasabah dari penyelenggara sistem perdagangan bahwa tidak semua risiko fraud dapat ditiadakan dalam perdagangan di luar bursa . Selalu ada peluang sehingga otoritas pengawas tertinggal baik untuk perdagangan di bursa maupun di luar bursa. Khusus untuk perdagangan di luar bursa peluang untuk melakukan fraud lebih besar, mengingat proses terjadinya penyepadanan transaksi (matching) tidak dapat diawasi lebih dini oleh pengawas. Untuk mencegah kurang optimalnya pengawasan pada perdagangan di luar bursa, namun para nasabah perlu diberikan informasi yang cukup untuk meningkatkan kewaspadaan sebelum memulai transaksi. Komoditi (BAPPEBTI). Perdagangan CFD di Indonesia dikenal dengan Sistem Perdagangan Alternatif merupakan transaksi yang dilakukan di luar bursa dengan menggunakan sistem perdagangan dari masingmasing penyelenggara. Transaksi CFD yang sudah ‘matched’ tersebut kemudian dilaporkan ke bursa berjangka untuk selanjutnya diregistrasi ke lembaga kliring yang sudah ditunjuk. Di luar negeri pengawasan perdagangan bilateral di luar bursa dapat disetarakan dengan perdagangan multilateral di bursa jika penyelenggara perdagangan tersebut menggunakan aplikasi perdagangan yang telah diotorisasi oleh pihak independen. Dengan trading platform untuk perdagangan CFD telah dijamin dan tidak mudah disalahgunakan oleh pemilik sistem karena sudah disekuritisasi secara berkala oleh auditor independen. Penyelenggara sistem tidak perlu melaporkan setiap transaksi secara realtime kepada otoritas, dan otoritas tidak perlu mengawasi transaksi secara realtime karena hubungan para pihak murni berdasarkan kepercayaan. Namun ada batasan waktu paling lambat yang harus dipatuhi untuk melakukan registrasi. Meskipun demikian jika terdapat transaksi yang mencurigakan, maka otoritas pengawas dalam hal ini dapat melakukan audit terhadap sistem perdagangan penyelenggara. Registrasi transaksi CFD ke lembaga kliring dimaksudkan untuk mengurangi adanya risiko kredit antar pihak yang bertransaksi. Dengan demikian para pihak dapat dengan mudah masuk maupun keluar dari sistem dan meningkatkan transparansi dapat pula meningkatkan likuiditas serta memudahkan pengawasan dan pengendalian risiko. Meskipun demikian pengawasan tersebut tidak seefektif jika perdagangan tersebut dilakukan di bursa. Pengawasan terhadap transaksi di luar bursa akan Mengoptimalkan hedging valas dengan kontrak berjangka Melihat uraian di atas, perdagangan kontrak derivatif di Indonesia perlu mendapat pengaturan yang lebih komprehensif, baik untuk perdagangan kontrak berjangka di bursa maupun kontrak gulir (CFD) yang dilakukan di luar bursa (OTC). Pengawasan tidak perlu terlalu ketat sehingga menghambat kreativitas, tidak pula terlalu berlebihan karena dapat menimbulkan pemborosan. Nasabah yang diajak untuk bertransaksi kontrak derivatif seharusnya adalah nasabah yang sudah benar-benar memahami mekanisme transaksi dan risiko yang akan dihadapi. Nasabah tidak boleh 5 Online. (2014). Sumber dari Internet Tentang Perdagangan Berjangka, dikutip dari tulisan John McCrank dalam Dark Markets Maybe More Harmful Than High-Frequency Trading yang diunduh tanggal 23 September 2014 dari http://www.reuters.com/article/2014/04/07/usmarkets-darkpools-analysisidUSBREA3605M20140407, 2014. 28 Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani diiming-imingi dengan keuntungan yang besar tanpa menyampaikan adanya risiko yang sama besarnya untuk mengalami kerugian. Dengan diterapkannya prinsip know your customer, diharapkan fraud dalam transaksi derivatif dapat ditekan serendah mungkin. Dalam hal tujuan perdagangan valas tersebut dimaksudkan untuk hedging, maka menurut hemat penulis, jenis kontrak derivatif yang cocok adalah kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa. Mengingat kontrak gulir atau CFD lebih cocok untuk alternatif investasi bagi para pelaku pasar yang lebih menyukai risiko (spekulasi). Peraturan Bank Indonesia hanya memungkinkan bank melakukan transaksi valuta asing terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing lainnya untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah atas dasar suatu kontrak. Transaksi valuta asing terhadap rupiah dimaksud wajib diselesaikan dengan pemindahan dana pokok secara penuh6. Ketentuan ini tidak memungkinkan adanya perdagangan derivatif valuta asing yang menggunakan sistem margin trading. Hal ini dipertegas dengan Peraturan Bank Indonesia mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh bank7. Dalam peraturan tersebut diatur bahwa transaksi valuta asing dalam rangka hedging hanya diperkenankan bagi transaksi forward (outward forward) dan sejenisnya. Dengan demikian hedging melalui perdagangan derivatif seperti kontrak berjangka tidak diperkenankan oleh otoritas moneter di Indonesia. Kegiatan lindung nilai dalam perdagangan valas berdasarkan uraian diatas lebih tepat jika menggunakan perdagangan berjangka. Untuk lebih mengoptimalkan peran perdagangan berjangka dalam mengantisipasi volatilitas valas saat ini, perlu dipertimbangkan opsi untuk perdagangan kontrak berjangka yang menggunakan skema margin trading. Tentunya dengan memperhatikan aspek-aspek pengawasan sebagaimana diuraikan di atas. Agar perdagangan futures kontrak valas tidak mengganggu stabilitas moneter, dapat diatur entry policy untuk mengidentifikasi para pelaku yang mengambil posisi di bursa. Dengan identifikasi tersebut, dapat dilakukan pembatasan jumlah spekulan, yaitu pelaku pasar yang bukan berperan sebagai hedger (produsen atau pedagang yang membutuhkan valas). Di samping itu hedger diwajibkan memiliki dokumen underlying transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan sebelum dapat memasang posisi. Dengan demikian penguasaan posisi dominan untuk menganggu mekanisme pasar dalam transaksi kontrak berjangka dapat dihindari sedini mungkin. DAFTAR PUSTAKA Björk, Tomas, 2004. Arbitrage Theory In Continuous Time Second Edition, Oxford University Press, New York. Lofton, Todd. 1997. Getting Started in Futures, John Wiley and Sons, Inc. New York. Saphiro, Alan C, Multinational Financial Management, John Wiley & Sons, New York, 1999 halaman 174. Online, 2015. Diunduh tanggal 3 September 2015 dari Chicago Mercantile Exchange, http://www.cmegroup.com/clearing/ri sk-management/files Online, 2014. Diunduh tanggal 23 September 2014, dari tulisan John McCrank dalam ‘Dark Markets Maybe More Harmful Than HighFrequency Trading’ di http://www.reuters.com/article/2014/0 4/07/us-markets-darkpools-analysisidUSBREA3605M20140407. SIMPULAN 6 Peraturan Bank Indonesia No: 11/14/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, Jakarta, 2009. 7 Peraturan Bank Indonesia No.16/9/PBI/2014 tentang Perubahan Kedua atas PBI No. 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank, Jakarta, 2014. 29 Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 dan perubahannya tentang Perdagangan Perdagangan Berjangka Komoditi, Jakarta. 30