Untitled - Cendekia Niaga

advertisement
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 1 Nomor 1 tahun 2015
ISSN : 2477-3476
REDAKSI
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan
Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan,
Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun.
Penanggung Jawab :
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan
Pemimpin Redaksi :
R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si
Dewan Redaksi :
Sunang Kori, SE, MM
Subhan Apriyatna, SE
Mitra Bestari :
DR. Parluhutan Tado Sianturi, SE
Teja Primawati Utami, S.TP, MM
Tata Letak :
Ashry Noviana Fajry, S.Hum
Promosi & Sirkulasi :
Nasrudin
Penerbit :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan
Alamat :
Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan,
Depok, Jawa Barat
Telp/fax : 021-7422570, e-mail : [email protected]
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 1 Nomor 1 tahun 2015
ISSN : 2477-3476
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan
tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran
ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan
aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor
perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreatifitas dan pertukaran
gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor
perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik
dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem
pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor
perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 1 No. 1, Desember 2015 Jurnal Pusdiklat
Perdagangan memuat sebelas buah tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang
diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan
sumber daya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan.
Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan
pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Selamat menyimak dan semoga bermanfaat
Salam redaksi
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 1 Nomor 1 tahun 2015
ISSN : 2477-3476
DAFTAR ISI
PENGANTAR REDAKSI
REGULATORY IMPACT ASSESSMENT PERATURAN IMPOR PRODUK 1-16
TERTENTU TERHADAP DAYA SAING PRODUK MAKANAN DALAM
NEGERI
Teja Primawati Utami dan Azman Ridha
COST AND BENEFIT PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA VALUTA 17-30
ASING UNTUK LINDUNG NILAI
Nurlisa Arfani
FOOD SECURITY AND HALAL FOOD ASSURANCE
Ratnaningsih Hidayati
31-42
ARSITEKTUR STRATEGI REVITALISASI INDUSTRI KAKAO INDONESIA
Amah Suryamah dan Teja Primawati Utami
43-58
PERAN TAX HOLIDAY DALAM MENARIK INVESTASI DI INDONESIA
Sang Saniaka Tajulfitri
59-66
ANALISA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH (KEMENDAG) 67-78
DALAM MENSUKSESKAN AGENDA SUSTAINABLE DEVELOPMENT
GOALS (SDGs)
Azman Ridha
KLASTERISASI PASAR TRADISIONAL DI DKI JAKARTA DENGAN 79-90
METODE FUZZY CLUSTERING UNTUK PENDUSTRIBUSIAN MINYAK
GORENG SAWIT KEMASAN SEDERHANA
Teja Primawati Utami dan Amah Suryamah
PERAN KETENTUAN ASAL BARANG (RULES OF ORIGIN) DALAM 91-102
REGIONAL TRADE AGREEMENT (RTA)
Kamila Hetami
PELUANG DAN TANTANGAN E-MONEY DI INDONESIA
Sang Saniaka danTitis Nugraharti
102-109
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN
Volume 1 Nomor 1 tahun 2015
ISSN : 2477-3476
DAFTAR ISI
ANALISIS STRATEGI MODEL BISNIS KANVAS PADA PT ANGKASA 111-124
PURA IIUNTUK BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA
Dwi Putri Destiani
ANALISA TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERAN PEMERINTAH, 125-135
(KHUSUSNYA KEMENTERIAN PERDAGANGAN) DALAM PENYUSUNAN
DAN PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA SAMA SELATAN-SELATAN
DAN TRIANGULAR (KSST)
Azman Ridha dan Caterine M. Simamora
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
COST AND BENEFIT PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA VALUTA
ASING UNTUK INDUNG NILAI
Cost And Benefit Of Currency Futures Contract For Hedging
Nurlisa Arfani
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan,
Kementerian Perdagangan
Jalan Badul Wahab Nomor 8. Cinangka, Sawangan, Depok
Email : [email protected]
ABSTRACT : The currency as a tool of payment for purchasing a product/services traded on the
market has shifted its function. Nowadays currency is also traded as a commodity. Currency
trading using forward contracts and derivative contracts (futures contract and rolling forex)
produce the differences between buying and selling price. A little bit confusing because the
trading of curency as the tools of payment generates a different value at any given time. This
can be seen in derivatives trading for rolling forex or Contract for Differences for currency. It is
becoming less appropriate to the function of the currency as a tool of payment. In addition to
physical trading, forex is also traded in derivatives market. To be able to run optimally and to
protect the market participants in derivatives market, trading rules are needed to suppress the
occurrence of irregularities (fraud). Every forex trading has specific rules, different from one
market place to market place more. Seeing these characteristics this paper will outline the cost
and benefit of each type of forex trading, so that the government can define an appropriate
regulation to supervise derivatives markets of forex trading.
Keyword: Forward contract, derivative contract, futures contract, rolling forex, Contract for
Differences.
ABSTRAK : Dewasa ini mata uang sebagai alat pembayaran untuk membeli suatu produk yang
diperdagangkan di pasar sudah bergeser fungsinya. Mata uang kini juga merupakan komoditi
yang diperdagangkan. Perdagangan mata uang dengan skema perdagangan kontrak dan
kontrak derivative (kontrak berjangka dan kontrak gulir) mengakibatkan adanya selisih antara
nilai beli dan nilai jual. Sedikit membingungkan karena alat tukar tersebut seolah-olah memiliki
nilai yang berbeda pada waktu tertentu. Hal ini dapat dilihat pada perdagangan derivatif untuk
kontrak gulir yang dikenal dengan istilah rolling forex atau Contract for Differences. Hal ini
menjadi kurang sesuai dengan fungsi mata uang tersebut sebagai alat pembayaran. Untuk
dapat berjalan secara optimal dan melindungi para pihak yang bertransaksi dalam perdagangan
derivatif dibutuhkan perangkat aturan main untuk menekan terjadinya penyimpangan (fraud).
Masing-masing perdagangan derivatif mempunyai aturan yang spesifik untuk masing-masing
trading. Melihat karakteristik tersebut, tulisan ini menguraikan cost and benefit setiap jenis
perdagangan valas dan pengaturan yang perlu dilakukan oleh pemerintah .
Kata Kunci: Kontrak derivatif, kontrak berjangka, kontrak gulir, Contract for Differences
namun juga mempengaruhi aktivitas
ekonomi masyarakat pada umumnya.
Dilihat dari Gambar 1, fluktuasi
nilai tukar valuta asing di wilayah Asia
terdepresiasi cukup signifikan selama 9
(sembilan) bulan terakhir dari Januari
sampai dengan September 2009. Mata
Uang Ringgit Malaysia mengalami
depresiasi cukup besar yang mencapai
17,69%, menyusul Indonesia Rupiah
yang terdepresiasi sebesar 14,32%.
Kondisi ini merupakan dampak dari
globalisasi ekonomi, dimana kondisi
perekonomian tidak hanya bergantung
PENDAHULUAN
Nilai
tukar
valuta
asing
merupakan salah satu asumsi dalam
APBN, khususnya nilai tukar mata uang
US
Dollar.
Ketepatan
dalam
merumuskan asumsi maupun menjaga
kestabilan nilai tukar valas sangat
mempengaruhi kinerja anggaran yang
ditetapkan setiap tahunnya. Volatilitas
nilai tukar upiah terhadap USD
belakangan
ini
tidak
hanya
mempengaruhi
kinerja
pemerintah
17
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
pada aspek fundamental perekonomian
suatu
negara
melainkan
juga
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
dunia.
IDR (14,32%)
MYR (17,69%)
CNY (2,57%)
KRW (6,96%)
Sumber: Reuters (2015)
Gambar 1. Fluktuasi Pergerakan Beberapa Mata Uang Di Kawasan Asia
(indonesia, Malaysia, China, dan Korea) Sepanjang Tahun 2015
Hal ini berdampak pada sektor
investasi,
produksi,
perdagangan,
hingga ke pembiayaan. Mengingat
fluktuasi nilai tukar merupakan suatu
kondisi yang tidak dapat dihindari
dalam era globalisasi dewasa ini, maka
perlu dicari alternatif untuk mengurangi
dampak ketidakpastian pasar yang
diakibatkan oleh volatilitas nilai tukar
tersebut. Salah satu cara untuk
mengantisipasi ketidakpastian pasar
para
pelaku
pasar
dianjurkan
melakukan lindung nilai (hedging).
berjangka sebagai salah satu jenis
kontrak derivatif yang menurut hemat
penulis lebih tepat ditujukan untuk
lindung nilai.
Kajian
ini
menggunakan
metodologi analisis deskriptif terhadap
cost and benefit beberapa jenis kontrak
derivatif valuta asing untuk memperoleh
jenis kontrak yang sesuai digunakan
untuk tujuan lindung nilai. Jenis kontrak
derivatif tersebut antara lain kontrak
swap,
kontrak
forward,
kontrak
berjangka (futures), dan kontrak gulir
(Contract for Differences-CFD). Aspek
yang dikaji antara lain mengenai
penyelesaian kontrak, penguasaan
posisi besar, dan besaran spread harga
dari kontrak yang diperdagangkan
METODOLOGI
Kajian ini diharapkan dapat
memberikan
pemahaman
yang
komprehensif sehingga para pelaku
pasar tidak salah memilih jenis
perdagangan valas yang digunakan
untuk melakukan lindung nilai bagi
kebutuhan valas. Dengan pemahaman
yang baik, pelaku pasar dapat memilih
jenis kontrak sesuai dengan kebutuhan
masing-masing,
dan
tidak
menyalahgunakan perannya untuk
mengambil keuntungan dengan cara
melanggar hukum. Pembahasan lebih
ditekankan pada karakteristik kontrak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awalnya fungsi mata uang
adalah alat pembayaran di masyarakat.
18
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
Seiring berkembangnya perdagangan
antar negara kebutuhan mata uang
sebagai alat pembayaran bertambah
menjadi alat tukar. Sebagai alat tukar
untuk beberapa jenis mata uang yang
berbeda tidak terhindarkan munculnya
selisih nilai pada saat kita menukar
suatu jenis mata uang ke dalam mata
uang lainnya untuk kepentingan
perdagangan barang dan jasa. Padahal
dalam
fungsinya
sebagai
alat
pembayaran selisih nilai itu bukan
suatu hal yang wajar, karena harus
memiliki nilai yang pasti. Kepastian nilai
suatu mata uang terkait dengan peran
mata uang sebagai salah satu faktor
pengendali
inflasi
karena
ikut
menentukan jumlah (nilai) uang yang
beredar.
Namun di sisi lain sebagai alat
tukar adanya selisih nilai tidak dapat
dielakkan. Hal ini terjadi karena pihak
yang melayani jasa penukaran tersebut
merasa
berhak
mendapatkan
keuntungan sehingga memberikan nilai
yang berbeda untuk kegiatan jual dan
beli. Perbedaan tersebut
yang
mengakibatkan adanya selisih nilai.
Pada akhirnya selisih nilai tersebut
memungkinkan beberapa modifikasi
dalam perdagangan valuta asing.
Dewasa ini perdagangan valuta asing
merupakan salah satu jenis produk
keuangan yang cukup diminati saat ini.
Ditinjau dari jenis produk yang
diperdagangkan, ada 2 (dua) jenis
perdagangan valas yaitu perdagangan
secara tunai atau dikenal dengan istilah
perdagangan fisik (physical market)
dan perdagangan non fisik atau dikenal
dengan istilah perdagangan derivatif.
Perdagangan
derivatif
tidak
mengharuskan transaksi secara tunai
untuk seluruh nilai transaksi. Dana
yang ditempatkan sebelum transaksi
dilakukan disebut dengan margin.
Meskipun pengertian margin berbeda
dengan ‘uang muka’, besaran margin
yang ditempatkan sama seperti pada
saat kita membayar uang muka yaitu
hanya sebagian dari besaran nilai yang
diperjanjikan. Sedangkan sisa dari nilai
transaksi dibayarkan setelah transaksi
tersebut ditutup atau mencapai akhir
hari perdagangan (last trading day).
Sisa
pembayaran
yang
harus
dibayarkan adalah sebesar selisih
antara margin dengan kerugian yang
diderita nasabah. Contoh perdagangan
fisik valas adalah kegiatan tukar
menukar nilai valas yang dilakukan oleh
money changer. Money changer selaku
penjual valas menyediakan mata uang
asing untuk diperdagangkan (jual/beli)
dengan nasabah. Sedangkan contoh
perdagangan derivatif valas adalah
perdagangan kontrak berjangka valas
maupun opsinya yang merupakan
produk modifikasi atau lebih tepatnya
produk turunan dari produk valas yang
diperdagangkan di pasar fisik.
Kontrak berjangka adalah suatu
bentuk kontrak forward standar yang
dapat dibatalkan oleh masing-masing
pihak dengan mudah melalui tindakan
offset melalui transaksi pada pasar
berjangka1. Sedangkan menurut UU
No.32 Tahun 1997, Kontrak Berjangka
adalah suatu bentuk kontrak standar
untuk membeli atau menjual Komoditi
dengan
penyelesaian
kemudian
sebagaimana ditetapkan di dalam
kontrak yang diperdagangkan di Bursa
Berjangka.
Perdagangan kontrak berjangka
valas mulai dirintis oleh Chicago Board
of Trade (CBoT) pada tahun 19722
terhadap nilai tukar US Dollar dengan
beberapa mata uang negara di Eropa.
Ditinjau dari sudut keterkaitan antara
pelaku pasar, perdagangan valas
dibagi
menjadi
2
(dua),
yaitu
perdagangan
multilateral
dan
perdagangan bilateral. Perdagangan
multilateral adalah perdagangan yang
memungkinkan para pelaku pasar
untuk bertransaksi dengan banyak
pihak untuk mendapatkan posisi terbaik
(many to many), dan umumnya
dilakukan pada organized market atau
yang
dikenal
dengan
bursa.
Perdagangan secara multilateral untuk
produk keuangan umumnya dilakukan
1
Todd Lofton (1997), Getting Started in Futures,
John Wiley and Sons, Inc. New York. Hal 4
2
Online. (2015). Sumber dari Internet Tentang Bursa
Berjangka. Diunduh tanggal 3 September 2015 dari
http://www.cmegroup.com/company/history/timeli
ne-of-achievements.html
19
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
terhadap kontrak derivatif. Sedangkan
kontrak derivatif dapat diperdagangkan
secara bilateral.
Perdagangan bilateral
hanya
memungkinkan para nasabah untuk
bertransaksi dengan 1 (satu) pihak saja
sebagai
penyelenggara
dari
perdagangan tersebut (one to many).
Pihak dimaksud merupakan pedagang
atau dikenal juga dengan istilah
‘bandar’.
Perdagangan
bilateral
umumnya bersifat unorganized market,
dimana pedagang dapat membuka
gerai sendiri dan bertransaksi langsung
dengan nasabah tanpa perlu diawasi
secara real time oleh otoritas.
Transaksi bilateral dilakukan sepanjang
nasabah
telah
memahami
dan
menyepakati
aturan
main
yang
ditetapkan
oleh
pedagang
yang
bersangkutan.
perdagangan
fisik
dan
bukan
merupakan
perdagangan
derivatif.
Transaksi ini dikategorikan sebagai
transaksi bilateral
karena para
Nasabah hanya dapat bertransaksi
dengan PVA yang bersangkutan dan
tidak dapat dilakukan antar nasabah
yang
bertransaksi dengan PVA
tersebut.
Perdagangan fisik mata uang
tersebut nyatanya kurang spekulatif
karena keuntungan yang diperoleh
sebatas persentase tertentu dari modal
yang
dimiliki
oleh
pedagang
sebagaimana lazimnya perdagangan
fisik. Besaran persentase tersebut
tergantung dari besaran kisaran nilai
jual/beli
nilai
tukar
(spread).
Rendahnya
spekulasi
dalam
perdagangan
fisik
valuta
asing
mengakibatkan
terbatasnya
keuntungan yang akan diperoleh PVA.
Oleh karena itu para spekulan tertarik
untuk menciptakan pasar yang lebih
berisiko dan bergairah. Perdagangan
derivatif merupakan pasar yang lebih
spekulatif dan tentunya memiliki risiko
dan keuntungan yang lebih besar.
Perdagangan spot valas
Perdagangan
spot
valas
umumnya merupakan transaksi fisik,
bukan perdagangan derivatif. Contoh
perdagangan spot dapat dilihat pada
sistem perdagangan Pedagang Valuta
Asing (PVA) yang menjual atau
membeli mata uang asing dari nasabah
dan interbank foreign exchange market.
PVA diatur dan diawasi oleh Bank
Indonesia selaku otoritas moneter. PVA
saat ini terdiri dari PVA yang juga
berperan sebagai ‘bank’ dan ‘bukan
bank’.
Contoh PVA ‘bukan bank’
antara lain money changer. Transaksi
valas yang terjadi di PVA tersebut jika
dilihat
dari
jenis
produk
yang
diperdagangkan merupakan salah satu
bentuk perdagangan fisik. Di samping
itu terdapat juga perdagangan bilateral
yang
memperdagangkan
produk
derivatif, seperti kontrak berjangka
valas
beserta
turunannya
yang
dilakukan di luar bursa, yang dikenal
dengan istilah ‘over the counter’ (OTC).
Dalam perdagangan bilateral
yang dilakukan oleh PVA, keuntungan
diperoleh dari selisih antara harga jual
dengan
harga
beli.
Keuntungan
tersebut dapat pula ditambah dengan
adanya fluktuasi nilai tukar mata uang
tersebut. Perdagangan valuta asing
yang
demikian
merupakan
Perdagangan derivatif valas
Perbedaan antara perdagangan
fisik dengan perdagangan derivatif
valas antara lain dapat dilihat dari
besaran uang yang harus dibayarkan
dan biaya transaksi yang dikenakan
kepada nasabah. Untuk perdagangan
fisik nasabah yang akan menukar valas
yang dimiliki harus menyediakan nilai
yang sama besarnya dengan valas
yang ditransaksikan. Demikian pula
dengan PVA yang melayani nasabah
tersebut. Hal ini berbeda dengan
perdagangan derivatif. Nasabah yang
ingin bertransaksi cukup menyediakan
sebagian kecil dari nilai valas yang
akan ditransaksikan atau disebut juga
dengan marjin. Marjin yang harus
disediakan
pada
saat
nasabah
membuka posisi (initial margin) secara
umum besarannya kurang dari 10% 3.
3
Online. (2015). Sumber dari Internet Tentang
Bursa Berjangka. Diunduh tanggal 3 September 2015
dari dari Chicago Mercantile Exchange,
http://www.cmegroup.com/clearing/riskmanagement/files
20
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
Kontrak derivatif dari produk keuangan
umumnya memiliki marjin yang jauh
lebih besar dibandingkan kontrak
derivatif dari komoditi hasil perkebunan
dan pertambangan.
Initial margin tersebut masih
ditambah dengan besaran maintenance
margin
untuk
mengantisipasi
perubahan harga dan perubahan
posisi, dimana besaran maintenance
margin
umumnya
lebih
kecil
dibandingkan initial margin, kecuali
untuk kondisi hectic dimana fluktuasi
harga cukup signifikan dan berlangsung
dalam waktu singkat.
Dari uraian diatas disimpulkan
bahwa besaran dana yang harus
disediakan nasabah untuk bertransaksi
di
pasar
derivatif
lebih
kecil
dibandingkan dengan transaksi di pasar
fisik. Sebagai perbandingan, untuk 1 lot
transaksi di pasar fisik kita dapat
menggantinya dengan +10 lot di
transaksi derivatif. Dengan demikian
keuntungan yang diperoleh dapat
dilipatgandakan hampir 10 kali untuk
besaran investasi yang sama, demikian
pula dengan risikonya. Besarnya risiko
dalam hal ini diartikan sebagai potensi
kerugian yang mungkin dihadapi.
Potensi keuntungan dan risiko perlu
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sebelum membuka posisi di pasar
derivatif.
Dengan adanya risiko yang cukup
signifikan di pasar derivatif maka para
Pialang
di
bursa
maupun
penyelenggara sistem perdagangan
harus menerapkan prinsip know your
customer sebelum mengajak nasabah
untuk ikut bertransaksi derivatif.
Nasabah
yang
dilibatkan
harus
nasabah yang paham risiko dan
memiliki kemampuan keuangan yang
cukup untuk melakukan spekulasi,
khususnya
nasabah
perdagangan
derivatif
yang
dilakukan
secara
bilateral. Hal ini penting diperhatikan,
karena pada perdagangan bilateral
nasabah dapat langsung mengakses
sistem perdagangan tanpa bantuan
Pialang.
Jika ditinjau dari besaran biaya
transaksi
yang
diperlukan,
perdagangan fisik memerlukan biaya
transaksi yang relatif lebih kecil.
Besaran
biaya
transaksi
pada
perdagangan fisik umumnya dilihat dari
selisih antar nilai tukar pada saat
menjual dengan membeli. Sedangkan
besaran
biaya
transaksi
dalam
perdagangan derivatif valas dibedakan
dengan jenis kontrak derivatif valas
yang
ditransaksikan
sesuai
kesepakatan para pihak.
Perbedaan
kontrak
berjangka
dengan kontrak gulir (CFD)
Besaran
biaya
transaksi
perdagangan derivatif yang memiliki
karakteristik sebagai margin trading
dapat dibedakan antara kontrak
berjangka (futures contract) dengan
kontrak gulir (CFD). Futures contract
umumnya ditransaksikan di bursa
dengan skema multilateral, sedangkan
CFD lebih cenderung ditransaksikan
dengan
skema
bilateral
dan
diperdagangkan
di
luar
bursa.
Meskipun pada tahun 2002, Hongkong
Futures
Exchanges
pernah
memperdagangkan
CFD
secara
multilateral yang dikenal dengan nama
‘Rolling Forex’.
Kontrak berjangka memiliki biaya
transaksi yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan biaya transaksi
dari CFD jika dihitung dari sejak
transaksi dibukukan sampai dengan
berakhir. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan sifat dari kedua jenis
kontrak tersebut. Pemegang kontrak
CFD diwajibkan untuk menutup kontrak
setiap hari, sehingga harus membayar
fee untuk membuka atau menutup
posisi
setiap
hari
kepada
‘penyelenggara sistem’ atau pedagang
yang memfasilitasi sistem perdagangan
yang digunakan oleh Nasabah. Jika
nasabah tidak menutup posisi pada
akhir hari perdagangan maka si
nasabah dikenakan biaya gulir (overnite
charge) yang besarannya tergantung
suku bunga harian dari mata uang yang
ditransaksikan. Pengenaan biaya gulir
dihitung setiap hari sampai posisi
tersebut ditutup. Dalam hal nasabah
tidak memonitor posisinya, maka tidak
heran dana yang ditempatkan nasabah
21
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
pada saat membuka posisi dapat habis
hanya untuk membayar biaya overnite.
Kondisi ini berbeda dengan
kontrak berjangka (futures contract).
Kontrak
berjangka
umumnya
mempunyai jangka waktu perdagangan
yang lebih panjang. Nasabah dapat
memilih jangka waktu berakhirnya
kontrak pada saat akan membuka
posisi (trading month), sehingga tidak
diwajibkan untuk menutup posisi setiap
hari. Pemegang kontrak berjangka tidak
dikenakan biaya overnite jika posisi
terbuka dilanjutkan ke hari berikutnya.
Dengan demikian besarnya biaya
transaksi kontrak berjangka tergantung
pada frekuensi nasabah mengganti
posisi sampai kontrak tersebut berakhir
(ditutup).
Secara umum, kontrak gulir
umumnya digunakan pada komoditi
yang memiliki tingkat volatiilitas harga
yang tinggi sehingga fluktuasi harga
dapat dimanfaatkan nasabah untuk
mendapatkan
keuntungan
dari
spekulasi yang dilakukan. Sedangkan
kontrak berjangka pada umumnya lebih
ditujukan untuk menutupi risiko naik
turunnya harga antara jangka waktu
tertentu, atau lebih tepat digunakan
sebagai sarana lindung nilai. Misalnya
menjamin kepastian harga pada saat
importir membutuhkan mata uang asing
untuk membayar tagihan barang yang
dipesan dari produsen/pedagang di luar
negeri. Dilihat
dari uraian di atas,
futures trading lebih sesuai untuk
nasabah
yang
bertujuan
untuk
melakukan lindung nilai (hedging)
sedangkan CFD untuk nasabah yang
gemar berspekulasi (risk lover).
harga yang sama pada saat dilakukan
pemesanan/ pembelian dengan harga
pada saat serah terima4. Namun
mengingat waktu penyerahan pada
kontrak forward berbeda dengan waktu
pemesanan/
pembelian,
maka
kesepakatan harga tersebut tidak
mengacu kepada harga pada saat
kesepakatan terjadi (spot price).
Dengan demikian setelah pemesanan
dilakukan, pembeli harus menunggu
sampai dengan jangka waktu tertentu
untuk menerima penyerahan barang.
Perbedaan
waktu
pemesanan/
pembelian dengan waktu penyerahan
sama dengan model penyerahan yang
terjadi di pasar berjangka (futures
trading).
Pada kontrak forward, harga pada
saat serah terima sudah ditentukan
pada saat akan membeli/ memesan
dengan menambahkan faktor risiko dan
tingkat suku bunga terhadap harga
pada saat transaksi dilakukan (spot
price). Sedangkan untuk kontrak
berjangka, harga pada saat penutupan
(settlement
price)
tidak
dapat
ditentukan pada saat pembukaan
posisi. Harga pada saat penutupan
kontrak berjangka mengacu pada harga
yang terjadi pada saat penutupan
dilakukan atau dikenal dengan istilah
‘marked to market’. Dengan demikian
bukan harga yang sudah disepakati
sejak awal sebagaimana kontrak
forward. Walaupun waktu pembukaan
dan penutupan kontrak berjangka
berbeda karena ada variabel waktu,
namun
harga
pembukaan
dan
penutupan kontrak berjangka tersebut
mengacu pada pasar yang sama (price
reference) sesuai kesepakatan yang
diatur di dalam kontrak (futures
contract).
Dengan demikian oleh sebagian
pelaku pasar, perdagangan forward
lebih sering dikategorikan sebagai
perdagangan fisik. Hal ini mengingat
perbedaan
forward
dengan
perdagangan fisik hanya terletak dari
jangka
waktu
penyerahan
yang
Perdagangan forward
Di
samping
ketiga
model
perdagangan valas yang diuraikan di
atas terdapat juga bentuk perdagangan
valas
dengan
model
forward.
Perdagangan
forward
merupakan
model transisi dari perdagangan fisik di
Pedagang Valuta Asing (PVA) dengan
perdagangan derivatif yang terdiri dari
perdagangan kontrak berjangka dan
kontrak
CFD.
Sebagaimana
perdagangan
fisik,
perdagangan
forward menggunakan kesepakatan
4
Alan C. Saphiro, Multinational Financial
Management, John Wiley & Sons, New York, 1999
halaman 174.
22
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
disepakati sebelumnya. Pada kontrak
forward hampir unsur lindung nilai tidak
sebesar
sebagaimana
kontrak
berjangka.
Kontrak
forward
dimaksudkan
untuk
memperoleh
kepastian harga dalam kurun waktu
tertentu.
Mengingat
harga
yang
disepakati dalam kontrak forward bisa
jadi berbeda jauh dengan harga yang
terbentuk pada waktu serah terima
dilakukan jika terdapat perubahan
pasar yang cukup signifikan. Dimana
kondisi tersebut tidak dapat diprediksi
para pihak pada saat menghitung risiko
untuk menyusun kesepakatan awal.
Kondisi ini dapat diantisipasi dengan
kontrak berjangka yang bersifat marked
to market’.
Untuk dapat mengoptimalkan
fungsi lindung nilai, para pelaku yang
mentransaksikan kontrak berjangka
mengambil posisi yang berbeda
terhadap posisi yang diambil di pasar
fisik. Sebagai contoh seorang eksportir
yang berperan sebagai penjual valas,
akan mengambil posisi yang berbeda
jika bertransaksi di bursa berjangka.
Pihak yang menjual valas di pasar fisik
akan mengambil posisi
sebagai
pembeli sebelum perdagangan kontrak
tersebut
berakhir
(going
short),
sehingga
akan
mendapatkan
keuntungan (gain) apabila harga turun
pada saat serah terima. Dan sebaliknya
akan mengalami kerugian di pasar fisik
jika harga pada saat serah terima turun
sebagai penjual. Kerugian yang diderita
di pasar fisik dapat dikompensasikan
dengan keuntungan yang diperoleh di
bursa
berjangka,
demikian
pula
sebaliknya. Hal ini berbeda dengan
transaksi di kontrak forward, dimana
umumnya para pelaku pasar tidak
mengambil posisi yang berbeda.
Pada transaksi kontrak berjangka
sebagaimana diuraikan di atas, pemilik
posisi short yang tidak menutup kontrak
pada hari perdagangan terakhir dapat
mengambil opsi untuk melakukan
penyerahan valas (physical delivery).
Nilai transaksi pada saat serah terima
mengacu pada harga yang terbentuk
pada hari perdagangan terakhir,
sedangkan pada transaksi kontrak
forward menggunakan harga yang
sudah disepakati pada saat perjanjian
awal dibuat. Secara ringkas perbedaan
antara pasar fisik dan pasar pasar
derivatif dan beberapa jenis produk
yang diperdagangkan dapat dilihat
pada tabel 1.
Karakteristik
perdagangan
derivatif sebagaimana diuraikan diatas,
umumnya menggunakan skema margin
trading. Dengan skema ini, para pihak
yang
bertransaksi
tidak
harus
membayar seluruh nilai transaksi.
Pelaku
pasar
tersebut
cukup
membayarkan sebagian kecil dari nilai
transaksi sebagaimana dipersyaratkan
atau kesepakatan yang dibuat. Pada
saat perjanjian/ kontrak berakhir maka
para
pihak
hanya
memberikan/menerima
keuntungan/
kerugian sebesar selisih nilai antara
nilai pada saat memulai transaksi
dengan nilai pada saat kontrak
berakhir. Dengan demikian besaran
nilai pokok perjanjian tidak perlu
dibayarkan seluruhnya.
Perdagangan
derivatif
lebih
menekankan selisih nilai dalam rentang
waktu yang ditentukan. Oleh karena itu
sifatnya tidak dimaksudkan sebagai jual
beli
barang/
jasa
sebagaimana
dilakukan pada pasar fisik. Tetapi lebih
ditekankan untuk meminimalisasi risiko
yang dihadapi pelaku di pasar fisik
karena adanya ketidakpastian (market
uncertainty). Minimalisasi risiko dalam
perdagangan derivatif dimaksudkan
untuk
melindungi
nilai
transaksi
(hedging) yang sudah dilakukan oleh
para pelaku di pasar fisik. Namun ada
kalanya
faktor
risiko
dalam
perdagangan derivatif dimanfaatkan
oleh pelaku pasar untuk melakukan
spekulasi, tidak semua pelaku pasar
bertujuan untuk melakukan hedging.
Perdagangan derivatif diperlukan
karena selalu ada ketidakpastian pada
suatu
pasar, ketidakpastian inilah
menimbulkan adanya risiko. Lindung
nilai
dilakukan
dalam
rangka
mengantisipasi
risiko.
Meskipun
demikian tidak semua pelaku pasar
menganggap risiko itu sebagai sesuatu
yang harus diantispasi atau dihindari
(risk aversion), ada kelompok pelaku
pasar yang menganggap risiko dapat
23
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
dimanfaatkan untuk mendapatkan
keuntungan dengan adanya market
uncertainty (risk lover). Pelaku pasar
yang demikian dikenal dengan nama
spekulan.
Tabel 1. Perbedaan Antara Pasar Fisik dan Pasar Derivatif Kontrak Berjangka Keuangan
PERDAGANGAN FISIK
FAKTOR
SPOT
FORWARD
Contoh
produk yang
diperdagang
kan
Penukaran
valuta asing
Acuan harga
pada saat
serah terima
barang
Harga pada
saat
pembukaan
posisi dan
penyerahan
mengacu
kepada harga
saat itu (spot
price)
Nyaris nihil
SWAP dan
FORWARD
yang
diperdagangkan
oleh bank dan
lembaga
keuangan
lainnya,
maupun
individu
Harga pada
saat
kesepakatan
(spot) ditambah
dengan faktor
risiko (jika ada)
dan bunga s.d.
penyerahan
terjadi
Nyaris nihil,
komisi pialang
(jika ada)
Biaya
transaksi
yang
dikenakan
PERDAGANGAN DERIVATIF
KONTRAK
BERJANGKA
 Three-month Euroyen
Futures – Tokyo
Financial Exchange
 SGX AUD/JPY
Futures - Singapore
Monetary Exchange
 200,000 Australian
dollars - Chicago
Merchantile Exchange
Harga pada saat hari
perdagangan terakhir
KONTRAK GULIR (CFD)
Kontrak OTC valuta asing
yang diperdagang-kan di
Intercontinental Exchange
(ICE) maupun yang
diperdagangkan Future
Commision Merchants
(FCM) yang menjadi
anggota National Futures
Asociation (NFA) secara
bilateral
Harga pada saat
penyelesaian kontrak
 Biaya pendaftaran
transaksi ke bursa dan
lembaga kliring
 Komisi pialang
 Biaya pendaftaran
transaksi ke bursa dan
lembaga kliring
 Komisi pialang
 Biaya gulir ke hari
berikutnya
Waktu
Penyerahan
barang
Diserahkan
saat
transaksi/
pembayaran
Diserahkan di
masa yang
akan datang
sesuai
kesepakatan
Diserahkan di masa yang
akan datang setelah hari
perdagangan terakhir
Tidak ada penyerahan
barang
Cara
Penyelesaian
kontrak
Serah terima
fisik (physical
delivery)
Serah terima
fisik (physical
delivery)
 Physical delivery ;
 Tukar Fisik Berjangka
(Exchange for Physical/
EFP); atau
 Closing position
Closing position
Kewajiban
penyerahan
barang
Wajib
Wajib
Tergantung spesifikasi
kontrak, wajib serah fisik
jika cash settlement dan
EFP tidak diperkenankan
Tidak Wajib
Pembayaran
pada saat
pembukaan
posisi
Dibayarkan
seluruhnya
pada saat
serah terima
barang (cash
and carry)
Tidak ada
pembayaran,
hanya
kesepakatan
Marjin (initial margin)
Marjin (initial margin)
24
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
PERDAGANGAN FISIK
FAKTOR
SPOT
Pembayaran
pd saat
penyelesaian
kontrak
FORWARD
Dibayarkan
seluruhnya
sesuai
kesepakatan
awal
PERDAGANGAN DERIVATIF
KONTRAK
BERJANGKA
 Gain/ lose realization
jika dilakukan sebelum
hari perdagangan
terakhir
 Setelah hari
perdagangan terakhir
pembayaran dilakukan
seluruhnya pada saat
serah terima dikurangi
marjin
Perdagangan
derivatif
untuk
antisipasi market uncertainty
Market
uncertainty
mengakibatkan harga suatu komoditi di
pasar cenderung berubah-ubah atau
fluktuatif. Hal ini memang kurang
menguntungkan bagi produsen maupun
pedagang
yang
membutuhkan
kepastian harga untuk membuat
perencanaan keuangan, produksi, atau
penjualan. Namun bagi para spekulan,
kondisi ini dapat dimanfaatkan melalui
pengelolaan risiko yang tepat. Turun
naiknya harga atau lebih tepatnya
selisih harga yang terbentuk dari waktu
ke waktu dimanfaatkan oleh para
spekulan
untuk
mendapatkan
keuntungan. Dengan demikian para
spekulan harus siap setiap saat
mengganti posisi (jual/beli) untuk
merealisasikan
keuntungan
jika
diketahui akan terjadi fluktuasi harga.
Hal ini akan sulit dilakukan bagi para
spekulan di pasar fisik, karena
membutuhkan modal besar untuk
membayar
nilai
sebesar
pokok
perjanjian. Namun hal ini dapat
dilakukan oleh para spekulan di pasar
derivatif karena cukup membayar
sebagian
dari
pokok
perjanjian
(margin).
Melihat
sifat
perdagangan
derivatif tersebut, tidak heran banyak
spekulan yang bermain di sana. Namun
tidak selamanya kehadiran para
spekulan itu mengganggu pasar.
Spekulan di pasar derivatif dibutuhkan
untuk mengambil alih risiko yang
ditimbulkan oleh fluktuasi harga (market
volatility). Tanpa spekulan sulit bagi
produsen/ pedagang untuk melakukan
KONTRAK GULIR (CFD)
Gain/ lose realization,
selisih antara harga jual
dan beli dikali dengan
volume kontrak, kemudian
dikurangi dengan marjin
(cash settlement)
lindung nilai, karena tidak ada pihak
yang bersedia mengambil risiko yang
tidak bersedia diambil alih oleh para
produsen/ pedagang. Dengan adanya
banyak spekulan di pasar derivatif
maka memungkinkan setiap order yang
masuk (open order) dapat dieksekusi
menjadi suatu posisi (open position) di
pasar derivatif. Spekulan dikenal juga
dengan istilah market maker.
Spekulator adalah pedagang di
bursa
berjangka
yang
tidak
memproduksi
atau mengkonsumsi
komoditi. Spekulator menjual dan
membeli suatu kontrak dalam waktu
singkat
untuk
mendapatkan
keuntungan, umumnya keuntungan/
kerugian yang diperoleh berada dalam
rentang yang sempit (CFTC glossary).
Oleh karena itu kegiatan jual dan beli
yang dilakukan oleh spekulator pada
prinsipnya
tidak
mempengaruhi
pembentukan harga di bursa, dan
bukan merupakan tujuan ekonomi dari
perdagangan
berjangka.
Dengan
demikian
kegiatan
spekulator
dimaksudkan
untuk
mencari
keuntungan dalam waktu singkat dan
membuat perdagangan di bursa
berjangka menjadi liquid.
Perbedaan
kontrak
berjangka
dengan CFD
Perbedaan kontrak berjangka
dengan CFD antara lain terletak pada
sarana perdagangan yang digunakan.
Kontrak
berjangka
umumnya
diperdagangkan di bursa, sedangkan
CFD diperdagangkan di luar bursa. Ada
beberapa karakteristik CFD yang
25
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
mengakibatkan jenis kontrak ini tidak
lazim diperdagangkan di bursa. Hal ini
dikarenakan fungsi bursa antara lain
sebagai sarana pembentukan harga,
baik itu bursa saham maupun bursa
berjangka. Perdagangan CFD tidak
menghasilkan pembentukan harga,
karena menggunakan harga yang
mengacu kepada harga dari pasar
tertentu, baik pasar fisik maupun bursa
yang telah ditentukan sebelumnya
sebagai referensi (price adoption).
Dalam perdagangan di luar bursa, CFD
diperdagangkan oleh 1 (satu) orang
pedagang yang bertransaksi melawan
seluruh Nasabah. Pedagang tersebut
hanya mengikuti harga yang telah
terbentuk di underlying market pada
saat bertransaksi dengan nasabah.
Berbeda halnya dengan perdagangan
di bursa saham dan bursa berjangka
yang antara lain bertujuan untuk
membentuk harga (price discovery),
baik harga pada masa kini maupun
harga di masa yang akan datang.
Pembentukan harga dimungkinkan
terjadi di bursa karena terdapat banyak
pembeli dan penjual yang bebas
bertransaksi dengan pihak mana saja
sehingga tercipta harga pasar yang
wajar sesuai mekanisme supply and
demand.
Harga yang terbentuk di
bursa berjangka adalah harga yang
dapat dieksekusi di masa kini dan masa
yang akan datang apabila kontrak
tersebut berakhir sesuai jadwal dari
masing-masing bulan kontrak (contract
month) yang disepakati. Sedangkan
harga yang dihasilkan di bursa saham
hanya dapat dieksekusi pada saat itu
(current price). Selain fungsi sebagai
sarana pembentukan harga, bursa
yang sebenarnya berfungsi sebagai
pasar juga berperan untuk melakukan
pertukaran
(physical
exchange).
Pertukaran barang atau serah terima
fisik hanya dimungkinkan jika para
pihak sepakat dengan harga yang
terbentuk di bursa tersebut.
tetap diawasi. Pengawasan dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
instrumen yang membantu otoritas
dalam hal in bursa dan lembaga kliring
untuk menyelenggarakan perdagangan
derivatif yang efisien. Instrumen
pengawasan
tersebut
berupa
pembatasan kepemilikan posisi (limit
position) yang diperkenankan
dan
instrumen berupa kewajiban untuk
melaporkan
posisi
yang
dimiliki
sebelum sampai pada limit position
tersebut. Instrumen pengawasan ini
diperlukan
karena
perdagangan
derivatif memiliki risiko lebih besar
dibandingkan perdagangan fisik.
Instrumen pengawasan lainnya
yang digunakan dalam perdagangan
derivatif adalah pembatasan perubahan
harga harian (daily price limit).
Pembatasan
ini
perlu
dilakukan
mengingat perdagangan derivatif juga
merupakan sarana pembentukan harga
selain pasar fisik. Hal ini untuk
menghindari agar perubahan harga
tersebut tidak mencerminkan kondisi
pasar fisik sesungguhnya. Meskipun
terdapat selisih antara harga di pasar
fisik dengan harga di pasar derivatif,
namun tren kedua jenis harga tersebut
haruslah sebangun. Dengan adanya
instrumen ini, maka peran spekulan
sebagai market maker lebih dapat
ditingkatkan dibandingkan sebagai
profit seeker.
Instrumen pengawasan lainnya
adalah dengan mekanisme physical
delivery. Dengan adanya kewajiban
untuk menyerahkan barang dalam
transaksi derivatif,maka hal ini dapat
mencegah adanya kegiatan spekulasi
yang tidak kondusif. Spekulan akan
berhati-hati dalam bertransaksi karena
jika posisi tersebut tidak ditutup sampai
dengan hari perdagangan terakhir,
maka pemegang posisi short harus
menyerahkan barang tersebut kepada
pemegang posisi long. Instrumen
pengawasan
untuk
perdagangan
derivatif di atas hanya dapat dilakukan
jika perdagangan tersebut terjadi di
bursa yang dilakukan secara many-tomany atau disebut juga multilateral.
Selain volatilitas harga, spekulan
Instrumen
pengawasan
kontrak
berjangka
Meskipun terdapat peran dan
fungsi yang signifikan dari para
spekulan, namun keberadaannya harus
26
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
juga memanfaatkan spread untuk
mendapatkan
keuntungan.
Perdagangan
kontrak
derivatif
umumnya selalu memiliki spread antara
harga jual dan beli, baik untuk kontrak
berjangka maupun CFD. Besaran
spread
tersebut
menggambarkan
efisiensi dari bursa. Semakin besar
spread antara harga jual dan harga
beli, maka semakin tidak efisien pasar
tersebut.
Hal
ini
mengakibatkan
perdagangan kurang likuid, dimana
nasabah
harus
memperhitungkan
spread
tersebut
sebelum
merealisasikan
keuntungannya.
Dengan
demikian
kondisi
ini
mengakibatkan berkurangnya potensi
keuntungan yang diharapkan dan
membuat bursa kurang mengikuti
volatilitas harga yang terjadi pada
underlying market.
Besarnya spread tersebut dapat
diatasi dengan mekanisme yang ada
dalam perdagangan kontrak berjangka.
Hal ini mengingat spread tersebut
harus mendekati nol pada hari
perdagangan terakhir untuk setiap
bulan kontrak berjangka. Pada saat
spread
mendekati
nol
di
hari
perdagangan terakhir, disaat itulah
ditetapkan settlement price. Dalam hal
penyelesaian
kontrak
pada
hari
perdagangan terakhir dilakukan dengan
mekanisme perhitungan selisih harga
(cash settlement), maka objektivitas
settlement price sangat diperlukan.
Namun jika settlement price tersebut
tidak merepresentasikan harga pasar,
maka para pihak dapat menyelesaikan
kontrak
berjangka
dengan
menggunakan skema physical delivery
dengan
penyerahan/penerimaan
barang sesuai harga komoditi di pasar
fisik. Kewajiban serah terima fisik ini
mau tidak mau meng-counter adanya
aksi spekulan, karena nasabah pada
akhirnya dikenakan kewajiban serah
fisik dengan menggunakan harga yang
berlaku di pasar. Serah terima fisik ini
dapat menjadi salah satu alat kontrol
agar pembentukan harga benar-benar
sesuai dengan harga yang terbentuk
pada pasar fisik (underlying market).
Tentunya pengawasan untuk
perdagangan bilateral berbeda dengan
instrumen
untuk
perdagangan
multilateral,
karena
kedua
jenis
perdagangan memiliki karakteristik
trading platform yang berbeda. Kontrak
derivatif valas yang diperdagangkan di
luar bursa umumnya merupakan
kontrak gulir atau yang disebut juga
Contract for Differences (CFD). CFD
merupakan produk turunan dari produk
yang diperdagangkan di pasar fisik
maupun di bursa. Melihat sifat kontrak
gulir
tersebut,
maka
instrumen
pengawasan yang dilakukan pada
perdagangan derivatif di bursa tidak
dapat diterapkan pada perdagangan
kontrak gulir di luar bursa. Limit position
tidak
dapat
diterapkan
dalam
perdagangan bilateral karena semua
posisi terjadi antara satu pihak yaitu
pemilik trading platform dengan para
nasabahnya (one-to-many). Demikian
pula dengan instrumen daily price limit
tidak dimungkinkan karena kontrak gulir
menggunakan
mekanisme
price
adoption. Perdagangan bilateral tidak
menghasilkan pembentukan harga
melainkan hanya mengikuti harga yang
terbentuk
dipasar
fisik
tertentu
(underlying market) dan menjadikannya
sebagai acuan dalam penyepadanan
order nasabah.
Pada kontrak gulir, tidak ada
mekanisme hari perdagangan terakhir
yang mewajibkan semua kontrak harus
ditutup. Hal ini mengakibatkan tidak
ada settlement price, yang lazim
digunakan adalah closing price yang
biasanya merupakan rata-rata best bid
dan best offer pada setiap akhir hari
perdagangan. Fungsi closing price
berbeda dengan fungsi settlement
price. Closing price pada kontrak gulir
lebih ditujukan untuk menghitung nilai
masing-masing posisi terbuka pada
setiap akhir hari perdagangan, antara
lain untuk perhitungan kecukupan
marjin dan pengenaan biaya gulir
(overnite charge).
Perdagangan CFD valas maupun
produk keuangan lainnya saat ini masih
dilakukan
secara
bilateral
dan
mendapat pengawasan oleh Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka
Instrumen pengawasan kontrak gulir
27
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
elalu tertinggal5 karena registrasi
transaksi tidak dilakukan secara
otomatis begitu transaksi tersebut
disepadankan
(‘matched’).
Inilah
merupakan salah satu kelemahan dari
perdagangan di luar bursa ditinjau dari
sudut pandang nasabah.
Sebagai
tambahan,
perlu
dipahami oleh para nasabah dari
penyelenggara sistem perdagangan
bahwa tidak semua risiko fraud dapat
ditiadakan dalam perdagangan di luar
bursa . Selalu ada peluang sehingga
otoritas pengawas tertinggal baik untuk
perdagangan di bursa maupun di luar
bursa. Khusus untuk perdagangan di
luar bursa peluang untuk melakukan
fraud lebih besar, mengingat proses
terjadinya penyepadanan transaksi
(matching) tidak dapat diawasi lebih
dini oleh pengawas. Untuk mencegah
kurang optimalnya pengawasan pada
perdagangan di luar bursa, namun para
nasabah perlu diberikan informasi yang
cukup
untuk
meningkatkan
kewaspadaan
sebelum
memulai
transaksi.
Komoditi (BAPPEBTI). Perdagangan
CFD di Indonesia dikenal dengan
Sistem
Perdagangan
Alternatif
merupakan transaksi yang dilakukan di
luar bursa dengan menggunakan
sistem perdagangan dari masingmasing penyelenggara. Transaksi CFD
yang
sudah
‘matched’
tersebut
kemudian
dilaporkan
ke
bursa
berjangka untuk selanjutnya diregistrasi
ke lembaga kliring yang sudah ditunjuk.
Di luar negeri pengawasan
perdagangan bilateral di luar bursa
dapat
disetarakan
dengan
perdagangan multilateral di bursa jika
penyelenggara perdagangan tersebut
menggunakan aplikasi perdagangan
yang telah diotorisasi oleh pihak
independen. Dengan trading platform
untuk perdagangan CFD telah dijamin
dan tidak mudah disalahgunakan oleh
pemilik
sistem
karena
sudah
disekuritisasi secara berkala oleh
auditor independen. Penyelenggara
sistem tidak perlu melaporkan setiap
transaksi secara realtime kepada
otoritas, dan otoritas tidak perlu
mengawasi transaksi secara realtime
karena hubungan para pihak murni
berdasarkan kepercayaan. Namun ada
batasan waktu paling lambat yang
harus dipatuhi untuk melakukan
registrasi.
Meskipun demikian jika terdapat
transaksi yang mencurigakan, maka
otoritas pengawas dalam hal ini dapat
melakukan audit terhadap sistem
perdagangan
penyelenggara.
Registrasi transaksi CFD ke lembaga
kliring dimaksudkan untuk mengurangi
adanya risiko kredit antar pihak yang
bertransaksi. Dengan demikian para
pihak dapat dengan mudah masuk
maupun keluar dari sistem dan
meningkatkan transparansi dapat pula
meningkatkan
likuiditas
serta
memudahkan
pengawasan
dan
pengendalian
risiko.
Meskipun
demikian pengawasan tersebut tidak
seefektif jika perdagangan tersebut
dilakukan di bursa. Pengawasan
terhadap transaksi di luar bursa akan
Mengoptimalkan
hedging
valas
dengan kontrak berjangka
Melihat
uraian
di
atas,
perdagangan kontrak derivatif di
Indonesia perlu mendapat pengaturan
yang lebih komprehensif, baik untuk
perdagangan kontrak berjangka di
bursa maupun kontrak gulir (CFD) yang
dilakukan di luar bursa (OTC).
Pengawasan tidak perlu terlalu ketat
sehingga menghambat kreativitas, tidak
pula terlalu berlebihan karena dapat
menimbulkan pemborosan. Nasabah
yang diajak untuk bertransaksi kontrak
derivatif seharusnya adalah nasabah
yang sudah benar-benar memahami
mekanisme transaksi dan risiko yang
akan dihadapi. Nasabah tidak boleh
5
Online. (2014). Sumber dari Internet Tentang
Perdagangan Berjangka, dikutip dari tulisan John
McCrank dalam Dark Markets Maybe More Harmful
Than High-Frequency Trading yang diunduh tanggal
23 September 2014 dari
http://www.reuters.com/article/2014/04/07/usmarkets-darkpools-analysisidUSBREA3605M20140407, 2014.
28
Cost and benefit perdagangan…, Nurlisa Arfani
diiming-imingi dengan keuntungan yang
besar tanpa menyampaikan adanya
risiko yang sama besarnya untuk
mengalami
kerugian.
Dengan
diterapkannya prinsip know your
customer, diharapkan fraud dalam
transaksi derivatif
dapat ditekan
serendah mungkin. Dalam hal tujuan
perdagangan
valas
tersebut
dimaksudkan untuk hedging, maka
menurut hemat penulis, jenis kontrak
derivatif yang cocok adalah kontrak
berjangka yang diperdagangkan di
bursa. Mengingat kontrak gulir atau
CFD lebih cocok untuk alternatif
investasi bagi para pelaku pasar yang
lebih menyukai risiko (spekulasi).
Peraturan Bank Indonesia hanya
memungkinkan
bank
melakukan
transaksi valuta asing terhadap Rupiah
dan/atau terhadap valuta asing lainnya
untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan Nasabah atas dasar
suatu kontrak. Transaksi valuta asing
terhadap rupiah dimaksud wajib
diselesaikan dengan pemindahan dana
pokok secara penuh6. Ketentuan ini
tidak
memungkinkan
adanya
perdagangan derivatif valuta asing
yang menggunakan sistem margin
trading. Hal ini dipertegas dengan
Peraturan Bank Indonesia mengenai
pembatasan transaksi rupiah dan
pemberian kredit valuta asing oleh
bank7. Dalam peraturan tersebut diatur
bahwa transaksi valuta asing dalam
rangka hedging hanya diperkenankan
bagi
transaksi
forward
(outward
forward) dan sejenisnya. Dengan
demikian hedging melalui perdagangan
derivatif seperti kontrak berjangka tidak
diperkenankan oleh otoritas moneter di
Indonesia.
Kegiatan lindung nilai dalam
perdagangan valas berdasarkan uraian
diatas lebih tepat jika menggunakan
perdagangan berjangka. Untuk lebih
mengoptimalkan peran perdagangan
berjangka
dalam
mengantisipasi
volatilitas valas saat ini, perlu
dipertimbangkan
opsi
untuk
perdagangan kontrak berjangka yang
menggunakan skema margin trading.
Tentunya
dengan
memperhatikan
aspek-aspek
pengawasan
sebagaimana diuraikan di atas. Agar
perdagangan futures kontrak valas
tidak mengganggu stabilitas moneter,
dapat diatur entry policy untuk
mengidentifikasi para pelaku yang
mengambil posisi di bursa. Dengan
identifikasi tersebut, dapat dilakukan
pembatasan jumlah spekulan, yaitu
pelaku pasar yang bukan berperan
sebagai
hedger
(produsen
atau
pedagang yang membutuhkan valas).
Di samping itu hedger diwajibkan
memiliki
dokumen
underlying
transaksi
yang
dapat
dipertanggungjawabkan sebelum dapat
memasang posisi. Dengan demikian
penguasaan posisi dominan untuk
menganggu mekanisme pasar dalam
transaksi kontrak berjangka dapat
dihindari sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Björk, Tomas, 2004. Arbitrage Theory In
Continuous Time Second Edition,
Oxford University Press, New York.
Lofton, Todd. 1997. Getting Started in
Futures, John Wiley and Sons, Inc.
New York.
Saphiro, Alan C, Multinational Financial
Management, John Wiley & Sons,
New York, 1999 halaman 174.
Online,
2015.
Diunduh
tanggal
3
September 2015 dari Chicago
Mercantile
Exchange,
http://www.cmegroup.com/clearing/ri
sk-management/files
Online, 2014. Diunduh tanggal 23
September 2014, dari tulisan John
McCrank dalam ‘Dark Markets
Maybe More Harmful Than HighFrequency
Trading’
di
http://www.reuters.com/article/2014/0
4/07/us-markets-darkpools-analysisidUSBREA3605M20140407.
SIMPULAN
6
Peraturan Bank Indonesia No: 11/14/PBI/2009
tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/37/PBI/2008 Tentang Transaksi Valuta
Asing Terhadap Rupiah, Jakarta, 2009.
7
Peraturan Bank Indonesia No.16/9/PBI/2014
tentang Perubahan Kedua atas PBI No.
7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi
Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh
Bank, Jakarta, 2014.
29
Jurnal Pusdiklat Perdagangan, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2015 : 17-30
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997
dan
perubahannya
tentang
Perdagangan
Perdagangan
Berjangka Komoditi, Jakarta.
30
Download