HUBUNGAN MELALUI FACEBOOK YANG DIALAMI MAHASISWA USU DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI Firsty Putri Yoslin Girsang Abstrak : Penelitian ini berjudul Hubungan Melalui Facebook Yang dialami Mahasiswa USU dalam Perspektif Fenomenologi. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang, pendapat, ketertarikan serta manfaat yang dialami mahasiswa USU dimana jumlah informan yang dipilih adalah sebanyak lima orang yang peneliti anggap memenuhi syarat untuk dijadikan informan dalam penelitian ini, sedangkan objek penelitian ini adalah semua hal yang melekat dan terdapat pada jalinan hubungan melalui Facebook yang dialami mahasiswa USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitaif melalui paradigma fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan metode pendekatan fenomenologi Transdental (fenomenologi klasik). Dengan menggunakan empat tahap, yaitu: epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi dan yang terkhir sintesis makna dan esensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada banyak jenis hubungan yang terbentuk melalui Facebook, diantaranya : acquintance, reciprocity, receptivity, association dan technology relationship. Facebook dapat mendatangkan manfaat bagi penggunanya selama digunakan dengan baik pula. Situs yang jika dilihat sekilas hanya seperti situs biasa ini ternyata merupakan sebuah awal dari terbentuknya sebuah hubungan yang berkualitas. Keyword : Hubungan, Facebook dan Fenomenologi PENDAHULUAN Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat manusia lokal menjadi masyarakat manusia global. Saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencakup berbagai bidang kehidupan menandai perubahan peradaban manusia menuju masyarakat informasi. Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak dapat diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan dimanapun. Kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya (cyberspace) atau 1 dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata). Kecepatan dalam mengakses informasi telah menjadi hal yang wajib bagi setiap orang di muka bumi ini. Hampir semua kalangan memanfaatkan hasil dari teknologi. Hal ini dijawab oleh internet yang memudahkan setiap orang memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat, murah dan menjangkau wilayah yang sangat luas. Komunitas masyarakat yang ikut bergabung di dalamnya pun kian hari semakin meningkat. Kecenderungan masyarakat untuk berkonsentrasi dalam cyberspace merupakan bukti bahwa internet telah membawa kemudahan-kemudahan bagi masyarakat. Bagi sebagian orang munculnya fenomena ini telah mengubah perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individual maupun secara kelompok. Di samping itu, kemajuan teknologi tentunya akan berjalan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di bidang kemasyarakatan. Seiring berjalannya waktu, internet tidak lagi hanya menjadi sumber informasi tapi juga menyediakan tempat bagi interaksi antara para penggunanya. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan internet dibanding media lainnya. Internet selain berfungsi sebagai media massa juga berfungsi sebagai media antarpersonal melalui chatting dan email. Internet telah menjadi saluran perubahan, percepatan, perluasan sekaligus perputaran gagasan. Salah satu fungsi media internet yang paling baru dan sangat diminati penggunanya saat ini adalah jejaring sosial. Manusia terlahir sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, ia membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya. Interaksi tersebut dikenal juga dengan istilah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan orang per orang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia. (Soekanto, 2002: 62) . 2 Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk menciptakan halaman profil pribadi serta membangun jaringan hubungan secara online dengan mudah dan sederhana. Pengguna situs ini dapat berkomunikasi melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di luar daftar koneksi mereka. Adanya situs jejaring sosial menunjukkan bahwa kehidupan manusia mengikuti pola berjejaring, bukan berkelompok. Kita adalah manusia berjejaring, bukan manusia berkelompok. Kehidupan nenek moyang kita yang hidup berkelompok sebenarnya belum menunjukkan hakikat hidup manusia yang sesungguhnya. Itu semacam kehidupan yang belum ditopang oleh kebudayaan yang lebih tinggi, sehingga hakikat kemanusiaan kita belum tampak. Hakikat manusia sebagai mahkluk berjejaring masih terpendam sampai akhirnya menemukan perangkat budaya yang memungkinkan kita hidup berjejaring, salah satunya situs jejaring sosial (Fahmi, 2011:25). Saat ini tersedia banyak website jejaring sosial yang kita ketahui bisa diakses di internet secara cuma-cuma seperti : Friendster, Myspace, Flickr, Twitter dan yang paling banyak penggunanya saat ini adalah Facebook. Memang tidak dapat dipungkiri saat ini Twitter juga memiliki banyak pengguna serta banyak diperbincangkan, namun pengguna Twitter tidak seberagam Facebook dimana kita bisa menemukan orang dengan berbagai status sosial. Hal ini menunjukkan bahwa di Facebook diminati oleh beragam kalangan. Facebook atau disingkat FB adalah situs jejaring sosial yang populer yang diluncurkan pada tanggal 4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa Harvard University. Pada awalnya Facebook ini sendiri keanggotaannya hanya dibatasi untuk mahasiswa dari Harvard saja, karena banyak yang tertarik dengan jejaring sosial ini, maka beberapa tahun kemudian berkembang hingga sampai ke berbagai belahan dunia (http://www.asalusul.com/2011/03/Facebook-data-dan-fakta-sejarah.html). 3 Aplikasi yang terdapat dalam Facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya. Perkembangan Facebook begitu pesat, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009 Facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya (http://compete.com). Boyd menyatakan bahwa Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan hubungan menjadi lebih luas dan lebih heterogen (dalam Kito, 2005) . Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi. Pada dasarnya, semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni kebutuhan untuk saling terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah dengan adanya Facebook. Beberapa kejadian unik, menarik bahkan mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi melalui situs jejaring sosial yang merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita saat ini. Kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook telah mengubah cara orang berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti oleh komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial. Cara kita mencari teman mulai berubah, tidak lagi harus bertemu dan mencari kesempatan yang pas. Mengungkapkan perasaan secara terbuka lebih memungkinkan dilakukan dengan 4 situs jejaring sosial. Kita bisa menjadi populer seiring kepopuleran kita di dunia maya. Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs Facebook, seseorang dapat mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini, seseorang bisa menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan teman yang sudah dijalin di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas yang disukai. Facebook yang telah mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak negatif bagi penggunanya. Ada saja orang yang tertipu oleh teman Facebook-nya, bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami berbagai hal buruk lainnya. Tetapi disini peneliti lebih tertarik untuk menyoroti dampak positif dan segala hal mengagumkan yang bisa didapat dari Facebook. Kenyataan-kenyataan di atas membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam, apakah hubungan di Facebook dapat mempengaruhi kehidupan seseorang di dunia nyata. Peneliti pula ingin mengetahui ikatan-ikatan serta manfaat yang dimunculkan oleh Facebook pada penggunanya. Jenjang usia pengguna Facebook secara aktif yaitu antara 15 hingga 23 tahun (http://www.checkfacebook.com). Usia tersebut umumnya adalah pelajar ataupun mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, mahasiswa dengan segala kebutuhan sosialnya diketahui sebagai salah satu pengguna Facebook yang paling aktif. Kalangan terpelajar ini umumnya banyak menghabiskan waktunya di dunia maya, dalam hal ini Facebook. Sebagian besar diantara mereka mengalami hubungan melalui Facebook. KAJIAN LITERATUR Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas. Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang 5 harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003: 9). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fenomenologi sebagai paradigma kajian. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yang berarti sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Praja, 2010: 179). Fenomenologi menurut Husserl harus mampu menemukan makna dan hakikat dari pengalaman. Secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk menjelaskan things in themselves, dengan mengetahui apa yang masuk sebelum kesadaran, dan memahami makna dari esensinya, dalam intuisi dan refleksi diri. Proses ini menggabungkan apa yang tampak, dan apa yang ada dalam gambaran orang yang mengalaminya. Bisa dikatakan ini merupakan penggabungan antara yang nyata dan yang ideal. Husserl juga mengemukakan beberapa tahapantahapan penelitian fenomenologi, antara lain (Kuswarno, 2009) : Epoche, Reduksi Fenomenologi, Variasi Imajinasi, Sintesis Makna dan Esensi, Facebook Facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia. Situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini mulai terbentuk sejak Februari 2004. Pada awalnya khusus diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua orang dan mengalami perkembangan pesat. Berdasarkan data yang dilansir dari www.compete.com pada Januari 2009, Facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial MySpace, yang berada pada peringkat ke dua. 6 Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam Facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya. Perkembangan Facebook yang sangat pesat tersebut juga melanda masyarakat Indonesia. “Indonesia saat ini telah menjadi “the Republic of the Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan Januari 2009 lalu (http://www.Linkedin.com; 2009). Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008. “Prestasi” ini menjadikan Indonesia sebagai “The fastest growing country on Facebook in Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna Facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia (http://checkfacebook.com). Pengungkapan Diri Secara Online Menurut Wrightsman, pengungkapan diri merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2009). Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut. 7 Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon (2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita lakukan. Selain itu Altman juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat (Kito, 2005). Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk suatu hubungan yang berkualitas. Technology Relationship/Hubungan Secara Online Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada banyak hal, termasuk diantaranya pada hubungan interpersonal. Seiring dengan menjamurnya situs jejaring sosial di internet, pengguna internet bertambah semakin pesat dari waktu ke waktu. Hal ini mendukung pertumbuhan hubungan yang terjadi secara online. Bahkan banyak reality show di televisi membahas tentang pasangan yang menjalin hubungan secara online tanpa pernah bertemu di dunia nyata. Realitanya, banyak orang telah menggunakan internet untuk mencari teman ataupun pasangan romantis. Beberapa dari mereka menggunakan internet dengan tujuan interaksi semata, yang lain menggunakannnya sebagai jalan memulai sebuah hubungan dan kemudian bermaksud untuk menyertakan foto, bertelepon dan bertemu secara langsung. Sebuah studi yang dilakukan Parks & Floyd (1996) menunjukkan bahwa hampir dua per tiga dari pengguna newsgroup telah menjalin hubungan seperti aqcuintances, persahabatan dan hubungan pribadi lainnya dengan seseorang yang mereka temui di internet. Hampir sepertiga mengatakan bahwa mereka berkomunikasi dengan pasangannya paling sedikit tiga sampai empat kali seminggu, lebih dari setengah berkomunikasi sekali seminggu. Studi ini juga menyebutkan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih suka menjalin hubungan di internet. Sekitar 72 persen wanita dan 55 persen pria menjalin hubungan pribadi secara online. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat wanita lebih sering 8 menggunakan internet untuk berkomunikasi dibandingkan kaum pria (Devito, 2008). Pertemanan dan hubungan romantis di internet menjadi keuntungan bagi orang yang sangat pemalu dan yang memiliki kekurangan secara fisik. Mereka yang dulunya kesulitan dalam menjalin hubungan secara tradisional karena harus bertemu secara tatap muka, kini dapat menjalin hubungan tanpa harus bertemu muka. Interaksi ini memungkinkan semua orang, tidak terkecuali yang pemalu atau memiliki kekurangan secara fisik, untuk dapat berinteraksi dan berekspresi sebebas-bebasnya. Secara online, semua orang bebas untuk mengungkapkan penampilan fisiknya sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai keinginannya dan sesuai waktu yang diharapkannya. Keuntungan lain yang tampak nyata dari hubungan secara online yaitu penggunanya dapat berteman dengan orang dalam jumlah besar. Hal ini mempermudah penggunanya untuk menemukan seseorang yang cocok dengannya, yang memang dicarinya. Ibaratnya mencari buku yang sesuai dengan yang kita butuhkan, kemungkinan untuk menemukannya di perpustakaan yang menyediakan jutaan buku dibanding jika kita mencarinya di koleksi yang menyediakan ribuan buku. Keuntungan terakhir dari menjalin hubungan secara online, yakni mengenai status sosial, ekonomi dan pendidikan pengguna di internet jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang ditemui di grup kecil. Selain beberapa keuntungan tersebut, tentu saja menjalin hubungan secara online ini memiliki beberapa kekurangan. Orang-orang yang melakukan interaksi ini tidak bisa melihat lawan iteraksinya kecuali mereka akhirnya saling bertukar foto atau bahkan bertemu secara tatap muka. Foto yang diberikan tersebut juga tidak menjamin bahwa orang yang menjalin interaksi dengan kita adalah orang yang sama dengan orang yang ada di foto. Secara online, orang dapat memalsukan identitas dan penampilan dirinya tanpa terdeteksi. Contohnya saja, remaja menampilkan dirinya sebagai orang dewasa. Sebaliknya, orang dewasa juga bisa menampilkan dirinya sebagai anak- 9 anak. Sama halnya dengan orang kaya yang menampilkan dirinya sebagai orang miskin, remaja mengaku sebagai orang dewasa ketika mereka ingin menikmati pengalaman ini. Walaupun orang dapat menipu dalam hubungan secara tatap muka, faktanya lebih mudah untuk melakukannya secara online. Kekurangan lain dari hubungan secara online yang terkadang juga dianggap sebagai sebuah keuntungan yakni hubungan secara online ini dapat mengurangi frekuensi dan menggantikan hubungan pribadi secara tatap muka. Walther (1996) telah memberi nama “Komunikasi Hiperpersonal” untuk komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai dalam mengambil langkah-langkah sehingga dapat diketahui tentang permasalahan yang ada. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis fenomenologi yang mencari pemahaman mendalam, serta berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan– kaitannya terhadap orang–orang yang berada dalam situasi–situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Pada dasarnya fenomenologi cenderung untuk menggunakan paradigma penelitian kualitatif sebagai landasan metodologisnya. Berikut akan diuraikan sifat-sifat dasar penelitian kualitatif yang relevan menggambarkan posisi metodologis fenomenologi dan membedakannya dengan penelitian kuantitatif. OBJEK PENELITIAN Objek dalam penelitian ini adalah segala hal yang melekat pada jalinan hubungan melalui facebook yang dialami mahasiswa USU. 10 SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti telah memilih lima orang mahasiswa USU sebagai informan. Dikarenakan mereka mengalami jalinan hubungan melalui facebook dan karena para informan ini dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk memillih informan yang sesuai dengan pemilihan informan dalam penelitian fenomenologi. kriterianya antara lain adalah : 1. Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan dengan topik penelitian. Tujuannya untuk mendapatkan deskripsi dari sudut pandang orang pertama. Ini merupakan kriteria utama dan merupakan sesuatu yang wajib dalam penelitian fenomenologi. Walaupun secara demografis informan cocok, namun bila ia tidak mengalami secara langsung, ia tidak bisa dijadikan informan. Syarat inilah yang akan mendukung sifat otentitas penelitian fenomenologi. 2. Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya, terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. Hasilnya akan diperoleh data yang alami dan reflektif menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. 3. Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin membutuhkan waktu yang lama. 4. Bersedia untuk diwawancara dan direkam aktivitasnya selama wawancara atau selama penelitian berlangsung 5. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian. Dan sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya, peneliti telah melakukan sebuah pra-penelitian terlebih dahulu dengan melakukan pendekatan terhadap informan yang diketahui mengalami jalinan hubungan melalui facebook. Ini diperlukan agar penelitian dapat berjalan dan menghasilkan hasil yang terbaik. Peneliti merasa lima informan yang dipilih telah sesuai dengan ciri-ciri informan dalam penelitian fenomenologi. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah: Informan biasanya terdapat dalam satu lokasi Informan adalah orang yang mengalami secara langsung perisitiwa yang menjadi bahan penelitian. Informan mampu untuk menceritakan kembali peristiwa yang telah dialaminya 11 Memberikan kesediannya secara tertulis untuk dijadikan informan penelitian, jika diperlukan (Engkus Kuswarno, 2009:60). TEKNIK PENGUMPULAN DATA Data Primer Wawancara mendalam Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan diakhiri. Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2010: 108). Observasi Pengamatan terlibat (participant observation) adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan di mana pengamat atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek atau kelompok yang diteliti. Dengan keterlibatan langsung dalam kehidupan sehari-hari tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dampaknya si peneliti mampu 12 menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang diteliti terhadap masalah yang dihadapi. Data Sekunder Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengumpulkan berbagai macam data kepustakaan dan data kasus, yakni data yang hanya menjelaskan kasus-kasus tertentu, dalam arti bahwa data kasus berlaku untuk kasus tersebut serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan dengan kasus lain dengan radius yang lebih luas. Data kasus lebih luas dalam mengekspresikan sebuah obyek penelitian. Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret 2012. Dikarenakan peneliti harus menyiapkan terlebih dahulu segala keperluan dan hal-hal yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Agar peneliti mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan terbaik. ANALISIS DATA Analisis data adalah suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui seperangkat metodologi tertentu. Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan dengan pendekatan fenomenologi transdental ( fenomenologi klasik). Dicetuskan oleh Edmund Husserl (1859-1938) seorang fisikawan dan ahli matematika yang kemudian memfokuskan dirinya pada isu-isu fundamental mengenai bagaimana kita dapat mengetahui dunia. Fokus perhatiannya adalah tesis bahwa dalam keseharian hidup kita, esensi dari objek dan pengalaman menjadi kabur dengan konsep-konsep yang diterima begitu saja (taken of granted) yang kemudian menjadi sebuah kebenaran umum. Karena kekaburan esensi ini, ia percaya bahwa inti usaha fenomenologi adalah untuk memurnikan sikap alamiah kehidupan sehari-hari dengan tujuan menerjemahkan sebagai sebuah objek untuk penelitian filsafat secara cermat dan dalam rangka menggambarkannya serta memperhitungkan struktur esensialnya. Tujuan dari pemurnian ini menurut Husserl telah dicapai melalui metode epoche. Metode ini meliputi dengan pemberian tanda kurung (bracketing) atau 13 menunda sikap-sikap alamiah dari hal-hal kehidupan yang diterima begitu saja dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih murni dari fenomena yang diinvestigasi. Menurut aliran fenomenologi transdental, pemahaman yang benar atas sebuah fenomena dapat dinilai hanya jika bias-bias personal, sejarah, nilai, dan ketertarikan, dapat dimurnikan (meletakannya dalam sebuah satuan pengalaman) berdasarkan waktu investigasi Terdapat beberapa tahap analisis (Kuswarno, 2009), yaitu: Epoche Epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang kita yakini sebelumnya. Oleh karena epoche memberikan cara pandang yang sama sekali baru terhadap objek, maka dengan epoche kita dapat menciptakan ide, perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche membuat kita masuk ke dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk pemahaman akan diri dan orang lain. Reduksi Fenomenologi Ketika epoche adalah langkah awal untuk memurnikan objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana objek itu terlihat. Reduksi akan membawa kita kembali pada bagaimana kita mengalami sesuatu. Memunculkan kembali asumsi awal dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi fenomenologi tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati. Variasi Imajinasi Setelah reduksi fenomenologi, variasi imajinasi muncul untuk mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, serta pendekatan terhadap fenomena dari perpektif, posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai 14 deskripsi struktural dari sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara mengenai dirinya). Dengan kata lain menjelaskan struktur esensial dari fenomena. Sintesis Makna dan Esensi Tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi transendental adalah integrasi intuitif dasar-dasar deskripsi terkstural dan struktural ke dalam satu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah tahap penegakkan mengenai hakikat. Menurut Husserls, esensi adalah sesuatu yang umum dan berlaku universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesuatu. Esensi tidak terungkap secara sempurna. Sintesis struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi dalam waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap fenomena. PEMBAHASAN Tahap pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Fenomenologi Transdental Husserl. Metode ini memiliki empat proses dalam pelaksanaannya. Keempat proses tersebut selanjutnya dijadikan peneliti untuk merekam kondisi di lapangan pada saat penelitian. Melalui proses tersebut dapat diketahui bagaimana narasumber memberikan pemahaman tentang hubungan melalui Facebook, serta jenis hubungannya berdasarkan penegtahuan yang mereka miliki. Empat proses tersebut adalah epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi, serta sintesis makna dan esensi. Tahap pertama ialah Epoche, dalam proses pertama ini, peneliti melepaskan segala perkiraan dan asumsi tentang objek penelitian. Beranjak dari defenisi tahap epoche tersebut yang berarti melakukan penundaan asumsi, penilaian dan interpretasi untuk memungkinkan peneliti menyadari secara penuh keberadaan apa yang nyata. Dengan kata lain, selama peneliti melakukan penelitian terhadap objek penelitian, tahap awal adalah peneliti selalu berusaha tidak mencampuri apa yang peneliti ketahui dan interpretasikan tentang punk. 15 Peneliti pada tahap ini berusaha memberikan pemahaman yang masih kosong tentang informan. Tahap kedua adalah Reduksi Fenomenologi dimana peneliti mulai mengambarkan fenomena yang tampak. Identifikasi dan penilaian awal lewat pengalaman dan interaksi dengan mahasiswa USU yang dijadikan informan mulai diberikan. Penilaian tersebut memberikan kesadaran kepada peneliti tentang pengalaman yang sebenarnya dari mahasiswa USU yang dijadikan informan. Pada tahap ini, peneliti menampilkan apa yang disampaikan oleh setiap objek penelitian lewat pengamatan dan apa yang disampaikan oleh objek penelitian. Tahap ketiga ialah Variasi Imajinasi, dimana peneliti menggunakan imajinasi untuk mempertanyakan bagaimana setiap mahasiswa USU yang dijadikan informan membentuk pengalaman dan pemahaman tentang hubungan melalui Facebook. Lewat variasi imajinasi, peneliti mengidentifikasikan kondisi yang berhubungan dengan fenomena yang berhubungan dan memfokuskan pada apa-apa saja kemungkinan dalam pembentukan hubungan melalui Facebook pada informan yang diteliti. Tahap keempat dan terakhir ialah, Sintesis Makna dan Esensi Fase ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi. Husserl mendefenisikan esensi sebagai sesuatu yang umum dan berlaku universal. Esensi tidak pernah terungkap secara sempurna. Sintesis struktural dan tekstural yang fundamental akan mewakili esensi ini dalam waktu dan tempat tertentu, dan sudut pandang imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap fenomena. Setelah peneliti melakukan pengamatan serta wawancara mendalam terhadap mahasiswa USU yang dijadikan informan, peneliti akhirnya mendapat sebuah kesimpulan tentang fenomena hubungan melalui Facebook yang dialami mahasiswa USU yang dijadikan informan. Faktor-faktor apa yang membuat semua itu dapat terjadi dan manfaat apa yang diperoleh dari hubungan tersebut serta kesimpulan akhir. Informan pertama yakni ES menjalin ikatan emosional yang bisa dibilang cukup kuat antara ia dan teman-teman Facebook-nya tersebut. Namun demikian, 16 bukan berarti ES meninggalkan teman-temannya di dunia nyata. Bagi ES baik itu teman di dunia nyata maupun di dunia maya sama-sama penting. Hal ini dikarenakan keduanya menemaninya dalam mengisi waktunya dan menjalani hari-harinya serta turut berperan dalam membantunya mengambil keputusan. Informan kedua yakni SP tidak menganggap facebook sebagai sesuatu yang harus ditanggapi secara istimewa dan ia pun tidak mengalami hubungan yang berarti melalui situs jejaring sosial ini. MG adalah informan yang mengalami hubungan melalui Facebook dan hubungannya tersebut ternyata berlanjut hingga menjadi teman dekat. Hubungan yang ia jalin melalui Facebook mendatangkan manfaat baginya maupun teman Facebook-nya dan menambah jaringan sosial yang dimilikinya. Saat ia terhubung dengan teman Facebook-nya tersebut, lambat laun teman dari temannya tersebut akan menjadi temannya pula. Yang melatarbelakangi terjadinya hubungan melalui Facebook pada MG dan temannya tersebut adalah hobby yang sama yakni jogging. Informan keempat yakni KS yang memang memiliki skill dan potensi yang tinggi dalam dirinya berhasil mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan rejeki melalui hubungan yang dijalin melalui Facebook. Informan kelima yakni AM Hubungan melalui Facebook dengan senang hati dilakoninya dan memberikan kesenangan dan kepuasan tersendiri baginya. Yang penting menurutnya dari hubungan yang dijalinnya tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat fisik, namun lebih kepada ikatan emosional antara dua orang dari berbeda tempat, kondisi dan keadaan. 17 PENUTUP Kesimpulan Mahasiswa USU pada umumnya menggunakan facebook untuk berhubungan dengan orang-orang yang sudah dikenalnya. Pemahaman dasar yang dimiliki tentang facebook adalah sebagai alat untuk “menghubungkan” kita dengan orang lain serta untuk berbagi informasi. Sebagian besar mahasiswa USU memiliki respon yang baik untuk memulai sebuah pertemanan melalui situs jejaring sosial facebook. Berteman di facebook membantu kita untuk memahami diri kita sendiri dan juga memahami orang lain yang terhubung dengan kita. Respon yang baik dalam memulai suatu hubungan melalui facebook, disertai dengan pengungkapan diri dan tindak lanjut yang baik menghasilkan sebuah hubungan pertemanan yang berhasil dan mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak yang berhubungan di dunia nyata. Hal ini dialami oleh ES, SP, MG, dan KS. Respon yang baik dalam memulai suatu pertemanan melalui facebook merupakan langkah awal untuk menuju keberhasilan pertemanan tersbut di dunia nyata. Namun tidak tertutup kemungkinan respon yang baik tidak berlanjut di dunia nyata yang salah satu kemungkinan penghalangnya adalah tempat tinggal yang jauh antara kedua belah pihak. Hal ini dialami oleh informan AM yang meskipun telah menjalin hubungan percintaan online tapi tidak dikategorikan sebagai hubungan yang berhasil karena di dunia nyata mereka tidak pernah bertemu. Ada banyak hal baik yang bisa didapatkan dari berteman di facebook. Hal ini dialami oleh KS yang mendapatkan uang saku tambahan dri mengajar les gitar teman facebook-nya. 18 Saran Facebook tidak sesederhana kelihatannya, ada banyak hal yang tidak terduga dapat terjadi bermula dari facebook. Persahabatan, persaudaraan dan banyak hal lain yang dapat kita peroleh dari facebook. Sebaiknya jangan hanya menggunakan facebook sebagai sarana hiburan, tapi juga untuk merawat keterhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Pertemanan di facebook antara satu orang dengan yang lainnya membantu kita untuk memahami diri kita dan orang lain di sekitar kita. Bersikaplah lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar kita dengan memperhatikan aktivitas mereka di situs facebook. Pertemanan yang terjalin di facebook terkadang memberikan banyak kemudahan baik itu dalam mencari pekerjaan, jodoh dan banyak hal-hal baik lainnya. Jangan bersikap apatis terhadap pertemanan melalui facebook. Melalui media ini, semua orang bisa menjadi teman, tidak peduli kaya, miskin, tampan ataupun buruk rupa. IMPLIKASI PENELITIAN Implikasi Teoritis Perkembangan penelitian yang bersifat Fenomenologi dalam penelitian kualitatif ini secara teoritis menyingkapkan hal-hal yang tidak/belum tampak dalam pembentukan sebuah fenomena. Penelitian ini ditujukan untuk mencari makna lebih dalam yang muncul terhadap suatu fenomena menggunakan sudut pandang orang pertama (yang mengalaminya langsung) yang berada di masyarakat. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan masukan atau pertimbangan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Paradigma Fenomenologi memberikan sebuah langkah yang tepat dalam mengungkapkan fenomena yang tersembunyi agar menjadi fakta yang nampak dan mendalami fenomena yang nampak dengan mengungkapkan fakta yang tersembunyi yang terjadi di masyarakat. 19 Implikasi Praktis Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pemahaman dan pemaknaan terhadap sesuatu hal/fenomena yang baru yang selanjutnya dijadikan sebagai sebuah identitas diri bagi seorang individu dipengaruhi oleh berbagai aspek. Untuk mendapatkan suatu hal yang benar-benar murni mengenai hal/fenomena yang baru tersebut, maka individu itu haruslah memiliki usaha yang lebih keras. Agar di dalam proses penyerapan hal/fenomena baru tersebut menjadi sebuah identitas bagi diri, tidak terjadi kerancuan dan bias. Sehingga setiap individu dapat memiliki identitas diri yang benar-benar sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta. Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Baron, R.A & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial jilid 1 (edisi kesepuluh). Jakarta: Penerbit Erlangga. Bungin, Burhan. (2001). Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga. Christa Kristakis, Nicholas. A & James H. Flower. (2009). Connected: Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Devito, J.A. (1986). The Interpersonal Communication Book (4th ed.). New York : Harper & Row Publishers. Fahmi, Abu Bakar. (2011). Mencerna Situs Jejaring Sosial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kaelan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Paradigma. Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kuswarno, Engkus. (2009). Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran 20 Maleong, Lexy J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurudin. (2004). Komunikasi Massa. Malang: Penerbit Cespur Praja, S. Juhaya. (2010). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Rakhmat, Jalaludin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rejeki, Sri Ninik. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali. Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta Yager, Jan. (2006). When Friendship Hurts. Jakarta: TransMedia. SUMBER LAIN : Jurnal : Limperos, A. M., Woolley, J. K., Tamul, D.J., & Sundar, S.S. (2008). "“It’s Not Who You Know, but Who You Add:” Exploring Self-Disclosure and Friending on Facebook" http://www.allacademic.com/meta/p272578_index.html. Tanggal akses 5 Desember 2011. Sheldon, P. (2009). "I'll poke you. You'll poke me!" Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 3(2), article 1. http://cyberpsychology.eu/view.php?cisloclanku=2009111101&article=1 . Tanggal akses 10 Desember 2011. Internet : Anonimous. (2009). Facebook di Indonesia. http://grelovejogja. wordpress.com .Tanggal akses 2 desember 2011. 21