HUBUNGAN MELALUI FACEBOOK YANG DIALAMI MAHASISWA

advertisement
HUBUNGAN MELALUI FACEBOOK YANG DIALAMI MAHASISWA
USU DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI
Firsty Putri Yoslin Girsang
Abstrak : Penelitian ini berjudul Hubungan Melalui Facebook Yang dialami
Mahasiswa USU dalam Perspektif Fenomenologi. Adapun tujuan penelitian ini
untuk mengetahui latar belakang, pendapat, ketertarikan serta manfaat yang
dialami mahasiswa USU dimana jumlah informan yang dipilih adalah sebanyak
lima orang yang peneliti anggap memenuhi syarat untuk dijadikan informan
dalam penelitian ini, sedangkan objek penelitian ini adalah semua hal yang
melekat dan terdapat pada jalinan hubungan melalui Facebook yang dialami
mahasiswa USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitaif melalui
paradigma fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Teknik analisis data
menggunakan metode pendekatan fenomenologi Transdental (fenomenologi
klasik). Dengan menggunakan empat tahap, yaitu: epoche, reduksi fenomenologi,
variasi imajinasi dan yang terkhir sintesis makna dan esensi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada banyak jenis hubungan yang terbentuk melalui
Facebook, diantaranya : acquintance, reciprocity, receptivity, association dan
technology relationship. Facebook dapat mendatangkan manfaat bagi
penggunanya selama digunakan dengan baik pula. Situs yang jika dilihat sekilas
hanya seperti situs biasa ini ternyata merupakan sebuah awal dari terbentuknya
sebuah hubungan yang berkualitas.
Keyword : Hubungan, Facebook dan Fenomenologi
PENDAHULUAN
Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan
cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia,
dari masyarakat manusia lokal menjadi masyarakat manusia global. Saat ini
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencakup
berbagai bidang kehidupan menandai perubahan peradaban manusia menuju
masyarakat informasi. Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur
masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai
aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak dapat
diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan dimanapun. Kehadirannya telah
membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya (cyberspace) atau
1
dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan
realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata).
Kecepatan dalam mengakses informasi telah menjadi hal yang wajib bagi
setiap orang di muka bumi ini. Hampir semua kalangan memanfaatkan hasil dari
teknologi. Hal ini dijawab oleh internet yang memudahkan setiap orang
memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat, murah dan menjangkau
wilayah yang sangat luas. Komunitas masyarakat yang ikut bergabung di
dalamnya pun kian hari semakin meningkat.
Kecenderungan masyarakat untuk berkonsentrasi dalam cyberspace
merupakan bukti bahwa internet telah membawa kemudahan-kemudahan bagi
masyarakat. Bagi sebagian orang munculnya fenomena ini telah mengubah
perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individual
maupun secara kelompok. Di samping itu, kemajuan teknologi tentunya akan
berjalan
bersamaan dengan
munculnya
perubahan-perubahan di
bidang
kemasyarakatan.
Seiring berjalannya waktu, internet tidak lagi hanya menjadi sumber
informasi tapi juga menyediakan tempat bagi interaksi antara para penggunanya.
Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan internet dibanding media lainnya.
Internet selain berfungsi sebagai media massa juga berfungsi sebagai media
antarpersonal melalui chatting dan email. Internet telah menjadi saluran
perubahan, percepatan, perluasan sekaligus perputaran gagasan. Salah satu fungsi
media internet yang paling baru dan sangat diminati penggunanya saat ini adalah
jejaring sosial.
Manusia terlahir sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, ia
membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya.
Interaksi tersebut dikenal juga dengan istilah interaksi sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan orang per
orang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan
kelompok-kelompok manusia. (Soekanto, 2002: 62) .
2
Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang
menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan
orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk
menciptakan halaman profil pribadi serta membangun jaringan hubungan secara
online dengan mudah dan sederhana. Pengguna situs ini dapat berkomunikasi
melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di
luar daftar koneksi mereka.
Adanya situs jejaring sosial menunjukkan bahwa kehidupan manusia
mengikuti pola berjejaring, bukan berkelompok. Kita adalah manusia berjejaring,
bukan manusia berkelompok. Kehidupan nenek moyang kita yang hidup
berkelompok sebenarnya belum menunjukkan hakikat hidup manusia yang
sesungguhnya. Itu semacam kehidupan yang belum ditopang oleh kebudayaan
yang lebih tinggi, sehingga hakikat kemanusiaan kita belum tampak. Hakikat
manusia sebagai mahkluk berjejaring masih terpendam sampai akhirnya
menemukan perangkat budaya yang memungkinkan kita hidup berjejaring, salah
satunya situs jejaring sosial (Fahmi, 2011:25).
Saat ini tersedia banyak website jejaring sosial yang kita ketahui bisa
diakses di internet secara cuma-cuma seperti : Friendster, Myspace, Flickr,
Twitter dan yang paling banyak penggunanya saat ini adalah Facebook. Memang
tidak dapat dipungkiri saat ini Twitter juga memiliki banyak pengguna serta
banyak diperbincangkan, namun pengguna Twitter tidak seberagam Facebook
dimana kita bisa menemukan orang dengan berbagai status sosial.
Hal ini
menunjukkan bahwa di Facebook diminati oleh beragam kalangan.
Facebook atau disingkat FB adalah situs jejaring sosial yang populer yang
diluncurkan pada tanggal 4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark
Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa Harvard University. Pada
awalnya Facebook ini sendiri keanggotaannya hanya dibatasi untuk mahasiswa
dari Harvard saja, karena banyak yang tertarik dengan jejaring sosial ini, maka
beberapa tahun kemudian berkembang hingga sampai ke berbagai belahan dunia
(http://www.asalusul.com/2011/03/Facebook-data-dan-fakta-sejarah.html).
3
Aplikasi yang terdapat dalam Facebook memungkinkan setiap orang yang
memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik
favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar
pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan
fasilitas pesan elektronik lainnya, dan Facebook juga menampilkan dan
menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan
sosial online lainnya.
Perkembangan Facebook begitu pesat, berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009 Facebook mendapat peringkat
pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia
setiap bulan oleh para pengguna aktifnya (http://compete.com).
Boyd menyatakan bahwa Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial
memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat
yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan
individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang
berpotensi membuat jaringan hubungan menjadi lebih luas dan lebih heterogen
(dalam Kito, 2005) .
Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain
pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk
memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi.
Pada dasarnya, semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni
kebutuhan untuk saling terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah
dengan
adanya
Facebook.
Beberapa
kejadian
unik,
menarik
bahkan
mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi melalui situs
jejaring sosial yang merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita saat ini.
Kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook telah mengubah cara orang
berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti oleh
komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial. Cara kita mencari teman
mulai berubah, tidak lagi harus bertemu dan mencari kesempatan yang pas.
Mengungkapkan perasaan secara terbuka lebih memungkinkan dilakukan dengan
4
situs jejaring sosial. Kita bisa menjadi populer seiring kepopuleran kita di dunia
maya.
Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs Facebook, seseorang
dapat mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini,
seseorang bisa menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan
teman yang sudah dijalin di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas
yang disukai.
Facebook yang telah mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak
negatif bagi penggunanya. Ada saja orang yang tertipu oleh teman Facebook-nya,
bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami berbagai hal buruk lainnya.
Tetapi disini peneliti lebih tertarik untuk menyoroti dampak positif dan segala hal
mengagumkan yang bisa didapat dari Facebook.
Kenyataan-kenyataan di atas membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih
dalam, apakah hubungan di Facebook dapat mempengaruhi kehidupan seseorang
di dunia nyata. Peneliti pula ingin mengetahui ikatan-ikatan serta manfaat yang
dimunculkan oleh Facebook pada penggunanya.
Jenjang usia pengguna Facebook secara aktif yaitu antara 15 hingga 23
tahun (http://www.checkfacebook.com). Usia tersebut umumnya adalah pelajar
ataupun mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, mahasiswa
dengan segala kebutuhan sosialnya diketahui sebagai salah satu pengguna
Facebook
yang paling aktif. Kalangan terpelajar ini umumnya banyak
menghabiskan waktunya di dunia maya, dalam hal ini Facebook. Sebagian besar
diantara mereka mengalami hubungan melalui Facebook.
KAJIAN LITERATUR
Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas.
Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan
praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk
akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang
5
harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau
epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003: 9).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fenomenologi sebagai paradigma
kajian. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yang berarti
sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia
biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Praja,
2010: 179).
Fenomenologi menurut Husserl harus mampu menemukan makna dan
hakikat dari pengalaman. Secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk
menjelaskan things in themselves, dengan mengetahui apa yang masuk sebelum
kesadaran, dan memahami makna dari esensinya, dalam intuisi dan refleksi diri.
Proses ini menggabungkan apa yang tampak, dan apa yang ada dalam gambaran
orang yang mengalaminya. Bisa dikatakan ini merupakan penggabungan antara
yang nyata dan yang ideal. Husserl juga mengemukakan beberapa tahapantahapan penelitian fenomenologi, antara lain (Kuswarno, 2009) : Epoche, Reduksi
Fenomenologi, Variasi Imajinasi, Sintesis Makna dan Esensi,
Facebook
Facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia. Situs
jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini mulai terbentuk
sejak Februari 2004. Pada awalnya khusus diperuntukkan bagi mahasiswa
Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua orang dan
mengalami
perkembangan
pesat.
Berdasarkan
data
yang
dilansir
dari
www.compete.com pada Januari 2009, Facebook mendapat peringkat pertama
sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan
oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial
MySpace, yang berada pada peringkat ke dua.
6
Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya
disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi
yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam Facebook
memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan
informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat
tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga
dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya,
dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya.
Perkembangan Facebook yang sangat pesat tersebut juga melanda
masyarakat Indonesia. “Indonesia saat ini telah menjadi “the Republic of the
Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian
Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan
Januari 2009 lalu (http://www.Linkedin.com; 2009).
Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh
masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008.
“Prestasi” ini menjadikan Indonesia sebagai “The fastest growing country on
Facebook in Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan
pengguna Facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas
populasi penduduk di dunia (http://checkfacebook.com).
Pengungkapan Diri Secara Online
Menurut
Wrightsman,
pengungkapan
diri
merupakan
suatu
proses
menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan
informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2009).
Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina
hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita
ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi
secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat
kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.
7
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon (2009) bahwa
pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan interpersonal dengan
orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita lakukan. Selain itu
Altman juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat (Kito, 2005). Hal
ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri
merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan yang bermakna.
Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk suatu hubungan
yang berkualitas.
Technology Relationship/Hubungan Secara Online
Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada banyak hal, termasuk
diantaranya pada hubungan interpersonal. Seiring dengan menjamurnya situs
jejaring sosial di internet, pengguna internet bertambah semakin pesat dari waktu
ke waktu. Hal ini mendukung pertumbuhan hubungan yang terjadi secara online.
Bahkan banyak reality show di televisi membahas tentang pasangan yang
menjalin hubungan
secara online tanpa pernah bertemu di dunia nyata.
Realitanya, banyak orang telah menggunakan internet untuk mencari teman
ataupun pasangan romantis. Beberapa dari mereka menggunakan internet dengan
tujuan interaksi semata, yang lain menggunakannnya sebagai jalan memulai
sebuah hubungan dan kemudian bermaksud untuk menyertakan foto, bertelepon
dan bertemu secara langsung.
Sebuah studi yang dilakukan Parks & Floyd (1996) menunjukkan bahwa
hampir dua per tiga dari pengguna newsgroup telah menjalin hubungan seperti
aqcuintances, persahabatan dan hubungan pribadi lainnya dengan seseorang yang
mereka temui di internet. Hampir sepertiga mengatakan bahwa mereka
berkomunikasi dengan pasangannya paling sedikit tiga sampai empat kali
seminggu, lebih dari setengah berkomunikasi sekali seminggu. Studi ini juga
menyebutkan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih suka menjalin hubungan di
internet. Sekitar 72 persen wanita dan 55 persen pria menjalin hubungan pribadi
secara online. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat wanita lebih sering
8
menggunakan internet untuk berkomunikasi dibandingkan kaum pria (Devito,
2008).
Pertemanan dan hubungan romantis di internet menjadi keuntungan bagi
orang yang sangat pemalu dan yang memiliki kekurangan secara fisik. Mereka
yang dulunya kesulitan dalam menjalin hubungan secara tradisional karena harus
bertemu secara tatap muka, kini dapat menjalin hubungan tanpa harus bertemu
muka. Interaksi ini memungkinkan semua orang, tidak terkecuali yang pemalu
atau memiliki kekurangan secara fisik, untuk dapat berinteraksi dan berekspresi
sebebas-bebasnya. Secara online, semua orang bebas untuk mengungkapkan
penampilan fisiknya sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai keinginannya dan
sesuai waktu yang diharapkannya.
Keuntungan lain yang tampak nyata dari hubungan secara online yaitu
penggunanya dapat berteman dengan orang dalam jumlah besar. Hal ini
mempermudah
penggunanya
untuk
menemukan
seseorang
yang
cocok
dengannya, yang memang dicarinya. Ibaratnya mencari buku yang sesuai dengan
yang kita butuhkan, kemungkinan untuk menemukannya di perpustakaan yang
menyediakan jutaan buku dibanding jika kita mencarinya di koleksi yang
menyediakan ribuan buku. Keuntungan terakhir dari menjalin hubungan secara
online, yakni mengenai status sosial, ekonomi dan pendidikan pengguna di
internet jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang ditemui di grup kecil.
Selain beberapa keuntungan tersebut, tentu saja menjalin hubungan secara
online ini memiliki beberapa kekurangan. Orang-orang yang melakukan interaksi
ini tidak bisa melihat lawan iteraksinya kecuali mereka akhirnya saling bertukar
foto atau bahkan bertemu secara tatap muka. Foto yang diberikan tersebut juga
tidak menjamin bahwa orang yang menjalin interaksi dengan kita adalah orang
yang sama dengan orang yang ada di foto.
Secara online, orang dapat memalsukan identitas dan penampilan dirinya
tanpa terdeteksi. Contohnya saja, remaja menampilkan dirinya sebagai orang
dewasa. Sebaliknya, orang dewasa juga bisa menampilkan dirinya sebagai anak-
9
anak. Sama halnya dengan orang kaya yang menampilkan dirinya sebagai orang
miskin, remaja mengaku sebagai orang dewasa ketika mereka ingin menikmati
pengalaman ini. Walaupun orang dapat menipu dalam hubungan secara tatap
muka, faktanya lebih mudah untuk melakukannya secara online.
Kekurangan lain dari hubungan secara online yang terkadang juga
dianggap sebagai sebuah keuntungan yakni hubungan secara online ini dapat
mengurangi frekuensi dan menggantikan hubungan pribadi secara tatap muka.
Walther (1996) telah memberi nama “Komunikasi Hiperpersonal” untuk
komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada
komunikasi langsung.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan
secara teoritis teknik operasional yang dipakai dalam mengambil langkah-langkah
sehingga dapat diketahui tentang permasalahan yang ada.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis fenomenologi yang mencari pemahaman mendalam, serta
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan– kaitannya terhadap orang–orang
yang berada dalam situasi–situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan
diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang
diteliti.
Pada dasarnya fenomenologi cenderung untuk menggunakan paradigma
penelitian kualitatif sebagai landasan metodologisnya. Berikut akan diuraikan
sifat-sifat dasar penelitian kualitatif yang relevan menggambarkan posisi
metodologis fenomenologi dan membedakannya dengan penelitian kuantitatif.
OBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah segala hal yang melekat pada jalinan
hubungan melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.
10
SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti telah memilih lima orang mahasiswa USU
sebagai informan. Dikarenakan mereka mengalami jalinan hubungan melalui
facebook dan karena para informan ini dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria
yang dibutuhkan untuk memillih informan yang sesuai dengan pemilihan
informan dalam penelitian fenomenologi. kriterianya antara lain adalah :
1.
Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan dengan
topik penelitian. Tujuannya untuk mendapatkan deskripsi dari sudut pandang
orang pertama. Ini merupakan kriteria utama dan merupakan sesuatu yang wajib
dalam penelitian fenomenologi. Walaupun secara demografis informan cocok,
namun bila ia tidak mengalami secara langsung, ia tidak bisa dijadikan informan.
Syarat inilah yang akan mendukung sifat otentitas penelitian fenomenologi.
2.
Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya,
terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. Hasilnya akan diperoleh data yang
alami dan reflektif menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
3.
Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin membutuhkan
waktu yang lama.
4.
Bersedia untuk diwawancara dan direkam aktivitasnya selama wawancara atau
selama penelitian berlangsung
5.
Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian.
Dan sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya, peneliti telah
melakukan sebuah pra-penelitian terlebih dahulu dengan melakukan pendekatan
terhadap informan yang diketahui mengalami jalinan hubungan melalui facebook.
Ini diperlukan agar penelitian dapat berjalan dan menghasilkan hasil yang terbaik.
Peneliti merasa lima informan yang dipilih telah sesuai dengan ciri-ciri informan
dalam penelitian fenomenologi. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah:

Informan biasanya terdapat dalam satu lokasi

Informan adalah orang yang mengalami secara langsung perisitiwa yang
menjadi bahan penelitian.

Informan mampu untuk menceritakan kembali peristiwa yang telah dialaminya
11

Memberikan kesediannya secara tertulis untuk dijadikan informan penelitian, jika
diperlukan (Engkus Kuswarno, 2009:60).
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data Primer
Wawancara mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan
wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut.
Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai
dan diakhiri. Namun kadang kala informan pun dapat menentukan perannya
dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan
diakhiri.
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin,
2010: 108).
Observasi
Pengamatan terlibat (participant observation) adalah studi yang disengaja
dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan di mana
pengamat atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek
atau kelompok yang diteliti. Dengan keterlibatan langsung dalam kehidupan
sehari-hari tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional
antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dampaknya si peneliti mampu
12
menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang
diteliti terhadap masalah yang dihadapi.
Data Sekunder
Studi
literatur
yang
dilakukan
dalam
penelitian
adalah
dengan
mengumpulkan berbagai macam data kepustakaan dan data kasus, yakni data
yang hanya menjelaskan kasus-kasus tertentu, dalam arti bahwa data kasus
berlaku untuk kasus tersebut serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan dengan
kasus lain dengan radius yang lebih luas. Data kasus lebih luas dalam
mengekspresikan sebuah obyek penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret 2012. Dikarenakan
peneliti harus menyiapkan terlebih dahulu segala keperluan dan hal-hal yang
dibutuhkan sebelum
melakukan penelitian
ke
lapangan.
Agar
peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan terbaik.
ANALISIS DATA
Analisis data adalah suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan
oleh peneliti melalui seperangkat metodologi tertentu. Dalam penelitian ini, teknik
analisis data dilakukan dengan pendekatan fenomenologi transdental (
fenomenologi klasik). Dicetuskan oleh Edmund Husserl (1859-1938) seorang
fisikawan dan ahli matematika yang kemudian memfokuskan dirinya pada isu-isu
fundamental mengenai bagaimana kita dapat mengetahui dunia. Fokus
perhatiannya adalah tesis bahwa dalam keseharian hidup kita, esensi dari objek
dan pengalaman menjadi kabur dengan konsep-konsep yang diterima begitu saja
(taken of granted) yang kemudian menjadi sebuah kebenaran umum. Karena
kekaburan esensi ini, ia percaya bahwa inti usaha fenomenologi adalah untuk
memurnikan sikap alamiah kehidupan sehari-hari dengan tujuan menerjemahkan
sebagai sebuah objek untuk penelitian filsafat secara cermat dan dalam rangka
menggambarkannya serta memperhitungkan struktur esensialnya.
Tujuan dari pemurnian ini menurut Husserl telah dicapai melalui metode
epoche. Metode ini meliputi dengan pemberian tanda kurung (bracketing) atau
13
menunda sikap-sikap alamiah dari hal-hal kehidupan yang diterima begitu saja
dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih murni dari fenomena yang
diinvestigasi. Menurut aliran fenomenologi transdental, pemahaman yang benar
atas sebuah fenomena dapat dinilai hanya jika bias-bias personal, sejarah, nilai,
dan ketertarikan, dapat dimurnikan (meletakannya dalam sebuah satuan
pengalaman) berdasarkan waktu investigasi Terdapat beberapa tahap analisis
(Kuswarno, 2009), yaitu:
Epoche
Epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan
yang kita yakini sebelumnya. Oleh karena epoche memberikan cara pandang yang
sama sekali baru terhadap objek, maka dengan epoche kita dapat menciptakan ide,
perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche membuat kita masuk ke
dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk pemahaman akan
diri dan orang lain.
Reduksi Fenomenologi
Ketika epoche adalah langkah awal untuk memurnikan objek dari
pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah
menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana objek itu terlihat. Reduksi akan
membawa kita kembali pada bagaimana kita mengalami sesuatu. Memunculkan
kembali asumsi awal dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi
fenomenologi tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk
mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati.
Variasi Imajinasi
Setelah reduksi fenomenologi, variasi imajinasi muncul untuk mencari
makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan,
pemisahan dan pembalikan, serta pendekatan terhadap fenomena dari perpektif,
posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai
14
deskripsi struktural dari sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara
mengenai dirinya). Dengan kata lain menjelaskan struktur esensial dari fenomena.
Sintesis Makna dan Esensi
Tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi transendental adalah integrasi
intuitif dasar-dasar deskripsi terkstural dan struktural ke dalam satu pernyataan
yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian,
tahap ini adalah tahap penegakkan mengenai hakikat.
Menurut Husserls, esensi adalah sesuatu yang umum dan berlaku
universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesuatu. Esensi tidak terungkap
secara sempurna. Sintesis struktur tekstural yang fundamental akan mewakili
esensi dalam waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi
reflektif seseorang terhadap fenomena.
PEMBAHASAN
Tahap pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
Fenomenologi Transdental Husserl. Metode ini memiliki empat proses dalam
pelaksanaannya. Keempat proses tersebut selanjutnya dijadikan peneliti untuk
merekam kondisi di lapangan pada saat penelitian. Melalui proses tersebut dapat
diketahui bagaimana narasumber memberikan pemahaman tentang hubungan
melalui Facebook, serta jenis hubungannya berdasarkan penegtahuan yang
mereka miliki. Empat proses tersebut adalah epoche, reduksi fenomenologi,
variasi imajinasi, serta sintesis makna dan esensi.
Tahap pertama ialah Epoche, dalam
proses pertama ini, peneliti
melepaskan segala perkiraan dan asumsi tentang objek penelitian. Beranjak dari
defenisi tahap epoche tersebut yang berarti melakukan penundaan asumsi,
penilaian dan interpretasi untuk memungkinkan peneliti menyadari secara penuh
keberadaan apa yang nyata. Dengan kata lain, selama peneliti melakukan
penelitian terhadap objek penelitian, tahap awal adalah peneliti selalu berusaha
tidak mencampuri apa yang peneliti ketahui dan interpretasikan tentang punk.
15
Peneliti pada tahap ini berusaha memberikan pemahaman yang masih kosong
tentang informan.
Tahap kedua adalah Reduksi Fenomenologi dimana peneliti mulai
mengambarkan fenomena yang tampak. Identifikasi dan penilaian awal lewat
pengalaman dan interaksi dengan mahasiswa USU yang dijadikan informan mulai
diberikan. Penilaian tersebut memberikan kesadaran kepada peneliti tentang
pengalaman yang sebenarnya dari mahasiswa USU yang dijadikan informan. Pada
tahap ini, peneliti menampilkan apa yang disampaikan oleh setiap objek penelitian
lewat pengamatan dan apa yang disampaikan oleh objek penelitian.
Tahap ketiga ialah Variasi Imajinasi, dimana peneliti menggunakan
imajinasi untuk mempertanyakan bagaimana setiap mahasiswa USU yang
dijadikan informan membentuk pengalaman dan pemahaman tentang hubungan
melalui Facebook. Lewat variasi imajinasi, peneliti mengidentifikasikan kondisi
yang berhubungan dengan fenomena yang berhubungan dan memfokuskan pada
apa-apa saja kemungkinan dalam pembentukan hubungan melalui Facebook pada
informan yang diteliti.
Tahap keempat dan terakhir ialah, Sintesis Makna dan Esensi Fase ini
merupakan tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi. Husserl mendefenisikan
esensi sebagai sesuatu yang umum dan berlaku universal. Esensi tidak pernah
terungkap secara sempurna. Sintesis struktural dan tekstural yang fundamental
akan mewakili esensi ini dalam waktu dan tempat tertentu, dan sudut pandang
imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap fenomena. Setelah peneliti
melakukan pengamatan serta wawancara mendalam terhadap mahasiswa USU
yang dijadikan informan, peneliti akhirnya mendapat sebuah kesimpulan tentang
fenomena hubungan melalui Facebook yang dialami mahasiswa USU yang
dijadikan informan. Faktor-faktor apa yang membuat semua itu dapat terjadi dan
manfaat apa yang diperoleh dari hubungan tersebut serta kesimpulan akhir.
Informan pertama yakni ES menjalin ikatan emosional yang bisa dibilang
cukup kuat antara ia dan teman-teman Facebook-nya tersebut. Namun demikian,
16
bukan berarti ES meninggalkan teman-temannya di dunia nyata. Bagi ES baik itu
teman di dunia nyata maupun di dunia maya sama-sama penting. Hal ini
dikarenakan keduanya menemaninya dalam mengisi waktunya dan menjalani
hari-harinya serta turut berperan dalam membantunya mengambil keputusan.
Informan kedua yakni SP tidak menganggap facebook sebagai sesuatu yang
harus ditanggapi secara istimewa dan ia pun tidak mengalami hubungan yang
berarti melalui situs jejaring sosial ini.
MG adalah informan yang mengalami hubungan melalui Facebook dan
hubungannya tersebut ternyata berlanjut hingga menjadi teman dekat. Hubungan
yang ia jalin melalui Facebook mendatangkan manfaat baginya maupun teman
Facebook-nya dan menambah jaringan sosial yang dimilikinya. Saat ia terhubung
dengan teman Facebook-nya tersebut, lambat laun teman dari temannya tersebut
akan menjadi temannya pula. Yang melatarbelakangi terjadinya hubungan melalui
Facebook pada MG dan temannya tersebut adalah hobby yang sama yakni
jogging.
Informan keempat yakni KS yang memang memiliki skill dan potensi yang
tinggi dalam dirinya berhasil mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan
yang dimilikinya untuk menghasilkan rejeki melalui hubungan yang dijalin
melalui Facebook.
Informan kelima yakni AM Hubungan melalui Facebook dengan senang
hati dilakoninya dan memberikan kesenangan dan kepuasan tersendiri baginya.
Yang penting menurutnya dari hubungan yang dijalinnya tersebut bukanlah
sesuatu yang bersifat fisik, namun lebih kepada ikatan emosional antara dua orang
dari berbeda tempat, kondisi dan keadaan.
17
PENUTUP
Kesimpulan

Mahasiswa
USU
pada
umumnya
menggunakan
facebook
untuk
berhubungan dengan orang-orang yang sudah dikenalnya. Pemahaman
dasar yang dimiliki tentang facebook adalah sebagai alat untuk
“menghubungkan” kita dengan orang lain serta untuk berbagi informasi.

Sebagian besar mahasiswa USU memiliki respon yang baik untuk
memulai sebuah pertemanan melalui situs jejaring sosial facebook.

Berteman di facebook membantu kita untuk memahami diri kita sendiri
dan juga memahami orang lain yang terhubung dengan kita.

Respon yang baik dalam memulai suatu hubungan melalui facebook,
disertai dengan pengungkapan diri dan tindak lanjut yang baik
menghasilkan
sebuah
hubungan
pertemanan
yang
berhasil
dan
mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak yang berhubungan di dunia
nyata. Hal ini dialami oleh ES, SP, MG, dan KS.

Respon yang baik dalam memulai suatu pertemanan melalui facebook
merupakan langkah awal untuk menuju keberhasilan pertemanan tersbut di
dunia nyata. Namun tidak tertutup kemungkinan respon yang baik tidak
berlanjut di dunia nyata yang salah satu kemungkinan penghalangnya
adalah tempat tinggal yang jauh antara kedua belah pihak. Hal ini dialami
oleh informan AM yang meskipun telah menjalin hubungan percintaan
online tapi tidak dikategorikan sebagai hubungan yang berhasil karena di
dunia nyata mereka tidak pernah bertemu.

Ada banyak hal baik yang bisa didapatkan dari berteman di facebook. Hal
ini dialami oleh KS yang mendapatkan uang saku tambahan dri mengajar
les gitar teman facebook-nya.
18
Saran
Facebook tidak sesederhana kelihatannya, ada banyak hal yang tidak
terduga dapat terjadi bermula dari facebook. Persahabatan, persaudaraan dan
banyak hal lain yang dapat kita peroleh dari facebook. Sebaiknya jangan hanya
menggunakan facebook sebagai sarana hiburan, tapi juga untuk merawat
keterhubungan dengan orang-orang di sekitar kita.

Pertemanan di facebook antara satu orang dengan yang lainnya membantu
kita untuk memahami diri kita dan orang lain di sekitar kita. Bersikaplah
lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar kita dengan memperhatikan
aktivitas mereka di situs facebook.

Pertemanan yang terjalin di facebook terkadang memberikan banyak
kemudahan baik itu dalam mencari pekerjaan, jodoh dan banyak hal-hal
baik lainnya. Jangan bersikap apatis terhadap pertemanan melalui
facebook. Melalui media ini, semua orang bisa menjadi teman, tidak
peduli kaya, miskin, tampan ataupun buruk rupa.
IMPLIKASI PENELITIAN
Implikasi Teoritis
Perkembangan penelitian yang bersifat Fenomenologi dalam penelitian
kualitatif ini secara teoritis menyingkapkan hal-hal yang tidak/belum tampak
dalam pembentukan sebuah fenomena. Penelitian ini ditujukan untuk mencari
makna lebih dalam yang muncul terhadap suatu fenomena menggunakan sudut
pandang orang pertama (yang mengalaminya langsung) yang berada di
masyarakat.
Secara
akademis,
penelitian
ini
dapat
memberikan
masukan
atau
pertimbangan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Paradigma
Fenomenologi memberikan sebuah langkah yang tepat dalam mengungkapkan
fenomena yang tersembunyi agar menjadi fakta yang nampak dan mendalami
fenomena yang nampak dengan mengungkapkan fakta yang tersembunyi yang
terjadi di masyarakat.
19
Implikasi Praktis
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pemahaman dan pemaknaan
terhadap sesuatu hal/fenomena yang baru yang selanjutnya dijadikan sebagai
sebuah identitas diri bagi seorang individu dipengaruhi oleh berbagai aspek.
Untuk mendapatkan suatu hal yang benar-benar murni mengenai hal/fenomena
yang baru tersebut, maka individu itu haruslah memiliki usaha yang lebih keras.
Agar di dalam proses penyerapan hal/fenomena baru tersebut menjadi sebuah
identitas bagi diri, tidak terjadi kerancuan dan bias. Sehingga setiap individu dapat
memiliki identitas diri yang benar-benar sesuai dan dapat dipertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Baron,
R.A & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial jilid 1 (edisi kesepuluh).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bungin, Burhan. (2001). Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga.
Christa
Kristakis, Nicholas. A & James H. Flower. (2009). Connected:
Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Devito,
J.A. (1986). The Interpersonal Communication Book (4th ed.).
New York : Harper & Row Publishers.
Fahmi, Abu Bakar. (2011). Mencerna Situs Jejaring Sosial. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Kaelan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Penerbit Paradigma.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Kuswarno, Engkus. (2009). Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi.
Bandung: Widya Padjadjaran
20
Maleong, Lexy J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. (2004). Komunikasi Massa. Malang: Penerbit Cespur
Praja, S. Juhaya. (2010). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana.
Rakhmat, Jalaludin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rejeki, Sri Ninik. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali.
Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta
Yager, Jan. (2006). When Friendship Hurts. Jakarta: TransMedia.
SUMBER LAIN :
Jurnal :
Limperos, A. M., Woolley, J. K., Tamul, D.J., & Sundar, S.S. (2008). "“It’s Not
Who You Know, but Who You Add:” Exploring Self-Disclosure and
Friending
on
Facebook"
http://www.allacademic.com/meta/p272578_index.html. Tanggal akses 5
Desember 2011.
Sheldon, P. (2009). "I'll poke you. You'll poke me!" Cyberpsychology: Journal of
Psychosocial
Research
on
Cyberspace,
3(2),
article
1.
http://cyberpsychology.eu/view.php?cisloclanku=2009111101&article=1
. Tanggal akses 10 Desember 2011.
Internet :
Anonimous. (2009). Facebook di Indonesia. http://grelovejogja. wordpress.com
.Tanggal akses 2 desember 2011.
21
Download