14 Edisi Minggu Bisnis Indonesia 3 April 2011 ANTHONY DIO MARTIN Managing Director HR Excellency MOTIVASI Belajar dari Jepang J epang sedang berduka dan seluruh dunia turut merasakannya pula. Pada 11 Maret 2011, Jepang diguncang gempa dan juga tsunami yang dahsyat. Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter yang berpusat di Pula Honshu, ternyata bukan sekadar gempa biasa. Efek dari gempa itu sendiri hingga sekarang masih belum pulih. Selain tsunami, ada pula masalah yang lebih mencekam yakni kebocoran PLTN di Fukushima. Total, diperkirakan ada sekitar 20.000 orang yang kehilangan nyawanya dalam bencana dahsyat di negara itu. Seluruh Jepang betul-betul sedang berduka. Namun, di balik bencana ini, saya ingin mengajak Anda belajar dari sikap Jepang yang luar biasa dalam menghadapi bencana yang bisa menjadi motivasi bagi kehidupan kita. Adalah Rouli Esther Pasaribu, seorang mahasiswa Indonesia di Jepang, yang tulisannya kini beredar di berbagai milis dan handphone di Indonesia yang membuat istilah Gambaru menjadi terkenal. Dalam tulisannya tersebut, Raoli menyebutkan semangat gambaru yang dipelajarinya selama kuliah, justru ditunjukkan oleh orang-orang Jepang dalam menghadapi tiga musibah yang beruntun dialami saat ini: gempa, tsunami serta nuklir. Menurut Rouli sempat muak dan sebal dengan para dosen yang mengajarinya bersemangat gambaru melalui karya-karya ilmiahnya. Namun kini yang muncul adalah rasa takjub melihat bagaimana semangat gambaru dipraktikkan masyarakat di Jepang saat menghadapi bencana. Tidak ada penjarahan, tidak ada perampokan ataupun perilaku beringas tak terkendali akibat bencana. Juga tidak ada lagu-lagu menyayat hati yang diputar berulang-ulang ataupun fotofoto mengenaskan untuk mengetuk hati para penyumbang. Masyarakat Jepang, yang dimotori oleh pemerintahnya, tetap tenang bahkan tampak tabah melewati bencana ini. Semangat gambaru dipompakan. Intinya, jangan manja, jangan cengeng, tetapi melihat semua masalah hidup sebagai suatu kewajaran hidup. Mereka diajarkan bahwa hidup pada dasarnya memang susah. Jangan pernah berharap yang gampang atau enak. Persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan semangat gambaru, yakni mau sesusah apa pun persoalannya, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri agar bisa menang atas persoalan itu. Mengambil hikmah Pertanyaan, saran, kritik, dan komentar dapat disampaikan ke redaksi melalui: [email protected], www.bisnis.com, dan www.hrexcellency. com Dalam fanbook saya (http://www. anthonydiomartin.com/go/facebook/) saya sempat memposting-kan dua foto yang bertolak belakang saat perisitwa gempa bumi melanda dua negara. Satunya, saat gempa melanda Haiti pada 2010. Haiti luluh lantak dihantam gempa. Untungnya, tidak ada tsunami maupun bahaya nuklir. Kemudian, pada 2011, bencana melanda Jepang. Yang menarik adalah membandingkan Kita tidak mengharapkan masalah, tetapi sikap kita membuat kita siap menghadapinya. foto-foto kejadian setelah gempa di kedua negara tersebut. Di Jepang, khususnya di Sendai, rakyat tetap tampak tenang antre dan bahkan tidak berusaha merebut jatah makan orang lain. Lebih hebatnya lagi, bahkan orangorang di Sendai tidak berusaha mengambil jatah makan lebih karena berpikir, ”Ada saudara saya yang lain, yang juga dalam kesulitan serta butuh makan”. Namun sebaliknya, pemandangan di Port Au Prince, Haiti, setelah gempa pada 2010 justru menjadi pemandangan yang memprihatinkan. Penjarahan, perampokan, dan orang-orang memegang senjata untuk melindungi tokonya terlihat di mana-mana. Betapa berbedanya situasi di kedua negara tersebut. Mungkin sekarang pun kita bisa berandai-andai, bagaimana kalau seandainya tiga bencana sekaligus (gempa, tsunami dan nuklir) melanda negara kita. Apa yang bakal terjadi pada rakyat kita? Tentu saja, kita bisa belajar bahwa apa yang terjadi di Jepang bukanlah sesuatu yang terjadi dalam satu malam atau satu dua tahun. Bangsa Jepang bisa melampaui situasi seperti ini dengan mental luar biasa, BISNIS/ADI PURDIYANTO karena hasil proses pendidikan yang telah Belajar dari situasi ini, kita pun perlu siap berlangsung ratusan tahun. dengan berbagai skenario terburuk yang bisa Inilah buah dari pendidikan karakter, bahkan terjadi dalam hidup kita, dan yang terpenting, sejak zaman restorasi Meiji pada 1853. Apa saja bukan hanya membayangkan skenario itu, pelajaran penting serta hikmah menarik apa melainkan juga bertindak untuk mencegah yang bisa dipetik dari sikap Jepang menghadapi hingga mengantisipasi seandainya peristiwa bencana yang juga bisa diterapkan dalam hidup buruk itu terjadi. kita. Kedua, minimalkan akibat sampingan dari suatu masalah. Terkadang, suatu bencana atau masalah mungkin hanya akan memakan korban Melampaui kesulitan sedikit saja. Namun, berbagai sikap dan Pertama, sedia payung sebelum hujan. Ada tindakan kitalah yang akhirnya justru membuat pepatah mengatakan cara terbaik untuk suatu masalah menjadi semakin runyam. menghadapi kesulitan adalah Ketiga, daripada mengeluh, lakukan sesuatu mempersiapkannya sebelum terjadi. Bukannya yang membangun. Seperti dilaporkan, selama kita menjadi paranoid dan hidup dalam proses pemulihan di Jepang, televisi tidak ketakutan, tetapi justru mempersiapkan hal-hal menyiarkan lagu-lagu yang menyayat hati terburuk yang mungkin terjadi. ataupun memunculkan wajah-wajah korban Kebanyakan dari kita sudah tahu Jepang yang memelas. Namun, televisi justru adalah negara yang berada dalam lempeng menyiarkan berita dan tempat maupun nomor gempa, sehingga peluang terjadinya gempa telepon yang bisa dihubungi. menjadi sangat tinggi. Karena itulah, hampir Keempat, sikap kita bisa memperingan semua bangunan maupun infrastruktur ataupun memperburuk suatu keadaan. Bencana dibangun untuk menghadapi ancaman ini. tetaplah bencana yang bisa dialami siapa saja Akibatnya, meskipun tetap memakan secara random. Kadang kita tidak pernah tahu, korban, jumlahnya dapat diminimalisasi. ketika tiba-tiba suatu musibah dan bencana Kebanyakan korban yang belakangan timbul melanda diri kita. adalah karena tsunami. Di sini, bisa Namun, yang terpenting seringkali bukanlah dibayangkan betapa banyak korban yang musibah tersebut, tetapi sikap kita setelah mungkin akan terjadi seandainya kejadian ini situasi yang tidak mengenakkan itu terjadi. bukan terjadi di Jepang.