6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hasil Belajar
Belajar menurut Slameto (2003: 2) secara psikologis adalah”Suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Belajar mengandung pengertian terjadi perubahan dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masayarakat dan
pribadi secara lengkap. Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Orang yang
tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan
tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar
untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilanketerampilan yang baru. Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai
perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman (Kunandar,
2010: 320).
Kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan
gaya mengajarnya, sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi
yang terdapat di dalam buku tersebut, sebagian guru yang lain menanyakan kepada
6
7
siswa atau pesrta didik tentang penguasaan materi yang akan dipelajari, kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, tugas, dan lain-lain. Guru yang mengajar di
laboratorium dan dilapangan akan memberi arahan, petunjuk, perintah, mekanisme,
prosedur, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memilih dan merencanakan kegiatan
belajar berdasarkan bahan yang berkaitan dengan sasaran belajar agar dapat dicapai
hasil belajar yang maksimal. Proses belajar mengajar merupakan proses yang
sistematik, artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa di tempat belajar
dengan melibatkan sub-sub, bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang
saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Yamin, 2007: 58).
Keberhasilan dalam belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan
evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan
pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari
daya serap siswa pada saat persentase keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran (Djamarah, 2006: 3). Belajar adalah kegiatan yang sangat penting bagi
pendidikan karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan serta keberhasilannya dalam proses pembelajaran karena tujuan
pembelajaran sangat tergantung pada proses dan hasil belajar. Pendapat ini diperkuat
oleh Peters (dalam Sudjana, 2009: 22) bahwa proses dan hasil belajar siswa
bergantung kepada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya.
Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang
diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang umumnya diperoleh dari tes
evaluasi hasil belajar yang diberikan kepada siswa setelah mendapat pengajaran.
8
Melalui proses belajar seseorang akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya
yaitu sebagai hasil belajar yang dilakukannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi
dalam diri seseorang melalui belajarnya disebut hasil belajar. Hasil belajar dalam
bentuk perubahan tingkah laku tersebut akan terjadi apabila seseorang melakukan
suatu kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2009: 22).
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2009: 22) bahwa hasil belajar dibagi tiga
kategori yaitu: 1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau hafalan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi, 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi, 3) ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan betindak yang terdiri atas enam aspek yaitu gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Tipe hasil
belajar yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa
berdasarkan taksonomi Bloom yang didefinisikan sebagai tingkat pencapaian atau
ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan yang terdiri dari
beberapa tingkatan yaitu: a) pengetahuan atau hafalan yang didefinisikan sebagai
ingatan terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya atau yang telah diajarkan,
b) pemahaman yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
9
materi yang dipelajari, c) aplikasi yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan apa yang telah dipelajari.
Menurut Skiner (dalam Marlina, 2011: 14) hasil belajar merupakan respon
(tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu pengertiannya sama
dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru. Belajar ialah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi
beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan
untuk memperoleh
kapabilitas. Kapabilitas inilah yang disebut hasil belajar. Berarti belajar itu
menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan seperti pengetahuan,
sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai macam tingkah laku
yang berlain-lainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar.
Menurut Wijaya (2010: 2) hasil belajar merupakan hasil pengukuran dari
penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada
periode tertentu. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas belajar. Untuk mendapatkan
hasil dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh
faktor dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar
telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena
aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Salah satu faktor penentu hasil belajar siswa adalah metode-metode yang
dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran. Siswa tidak hanya
10
menerima pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan tersebut dengan berbagai
aktivitas pembelajaran. Sehingga pembeljaran menjadi bermakna dan dapat
diterapkan dalam kehidupan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum yang
berlaku saat ini menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
menekankan pada proses. Dengan demikian diperlukan adanya asesmen alternative
yang tidak hanya berupa tes tertulis. Hal ini karena tes tertulis yang digunakan
sebagai alat penilaian mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: 1) setiap soal
yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban tunggal, 2) tes hanya
berfokus pada skor akhir dan tidak berfokus pada bagaimana siswa memperoleh
jawaban, 3) tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, 4)
umumnya tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar (Mustamin, 2010: 2).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dicapai oleh dua
faktor yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa seperti yang dikemukakan
oleh Clark (dalam Sudjana, 2009: 39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain
dari faktor kemampuan yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain seperti motivsi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
11
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diartikan bahwa belajar adalah
proses dimana seseorang mengalami perubahan pada dirinya yang didukung dengan
adanya suatu interaksi dengan lingkungan ataupun latihan dan pengalaman yang
dialaminya. Pengalaman ini bisa didapatkan
dari hal-hal yang positif seperti
membaca, melihat, mendengar, merencanakan, melaksanakan penilaian, mencoba
menganalisis, atau memecahkan segala sesuatu yang pernah yang dihadapinya
selama proses belajar tersebut berlangsung. Keberhasilannya dalam suatu proses
pembelajaran dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Dimana hasil belajar siswa dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melalui suatu
pengalaman yang berupa membaca, melihat, mendengarkan suatu materi pada saat
pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
internal yaitu berupa faktor yang datang dari dalam diri siswa yang sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan factor eksternal yaitu factor yang
datang dari luar ataupun lingkungan tempat kita tinggal.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Word Square
Menurut Zulhartati (2012: 3) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa
yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang, dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model
12
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa dalam kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai,
2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) penghargaan lebih menekankan pada
kelompok dari pada individu.
Menurut Roger (dalam Mulyawati, 2012: 2) pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang di organisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial
diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Menurut Suyanti (2010: 111) pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari proses pembelajaran
yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan
pelajaran, tapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang dirumuskan. Adanya unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif
yaitu: 1) adanya pesrta dalam kelompok, 2) adanya aturan kelompok, 3) adanya
upaya belajar setiap anggota kelompok, 4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat
13
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu Tim harus mampu membuat siswa belajar.
Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk saling
mencapai tujuan pembelajaran. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif.
Roger (dalam Suyanti, 2010: 111) mengatakan tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur/prinsip model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu: 1) prinsip
ketergantungan
positif.
Dalam
pembelajaran
kelompok
keberhasilan
suatu
penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh setiap
kelompoknya. Keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kleompok
akan merasa saling ketergantungan, 2) tanggung jawab perseorangan. Keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus
memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, 3) interaksi tatap muka. Interaksi
kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal
dari budaya, latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang berbeda, 4)
partisipasi dan komunikasi antar anggota. Pembelajaran kooperatif melatih siswa
untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak, 5) evaluasi
proses kelompok. Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
14
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Zulhartati, 2012) adalah sebagai
berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada
siswa, 3) mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menginformasikan pengelompokkan siswa, 4) membimbing kelompok belajar. Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 5)
evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan, 6) memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok.
Word Square terdiri dari 2 kata Word dan Square. Word berarti kata
sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata.
Word Square adalah yaitu salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah
permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan adalah belajarnya. Belajar dan
bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat
mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat
perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada
masa depan. Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya
diwaktu kegiatan permainan itu berlangsung (Wijana, 2011: 12)
15
Model pembelajaran kooperatif Word Square merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok dan adanya uji pemahaman berupa
permainan (game) Word Square. Media pembelajaran yang dibutuhkan untuk model
ini yaitu model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan
jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini mirip seperti mengisi teka-teki silang
tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan
kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh Suyatno (dalam
Dewi dkk, 2012).
Model word square ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara
guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Model
tersebut bertujuan untuk mendorong peserta didik agar lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran dan juga bertujuan untuk melatih konsentrasi peserta
didik. Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa
pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada
kolom yang telah disediakan (Komariyah, 2011: 13).
Model word square ini merupakan salah satu media pembelajaran yang
mengandung unsur permainan sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan membuat materi pelajaran akan lebih mudah dipahami dan
diingat oleh siswa (retention rate of knowledge) Hamid (dalam Dewi dkk, 2012).
Oleh karena itu siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran dan dapat
16
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif yang digunakan tersebut dapat
meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam belajar dan dapat memfasilitasi siswa
untuk belajar mandiri serta memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar
dengan teman sebaya. Langkah-langkah pembelajarannya Word Square sebagai
berikut : 1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai, 2)
Guru membagikan lembaran kegiatan, 3) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir
huruf dalam kotak sesuai jawaban, 4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
Menurut Wijana (2011: 13) LKS Word Square sebagai alat bantu
pembelajaran
mempunyai
peranan sebagai berikut: (a) merupakan variasi
pembelajaran; (b) memudahan
mengajar karena
LKS
word
square
disusun
sesuai urutan pengertian penting; (c) meningkatkan keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar karena model ini selalu diikuti diskusi
atau penjelasan guru, sehingga jawaban pertanyaan merupakan pengertian yang
utuh dan berkaitan; (d) konsep yang disampaikan oleh guru menjadi nyata dan jelas,
mudah dipahami dan diingat (e) memotivasi belajar siswa yang pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan teori diatas, dapat diartikan bahwa pembelajaran yang
menggunkan model kooperatif word square ini adalah model pembelajaran yang di
susun seperti bentuk teka-teki, tetapi di samarkan dengan huruf-huruf yang lain
sebagai pengecoh dan dibuat dalam suatu LKS untuk di kerjakan oleh siswa, dimana
siswa diharapkan mampu memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan
17
kejelian mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban yang telah disediakan. Jadi
siswa sangat di harapkan untuk berpikir lebih kritis untuk bisa menjawab soal-soal
yang ada pada LKS.
2.3 Materi Hidrokarbon
Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat unsur karbon. Hal ini dapat
dibuktikan secara sederhana dengan membakar bahan-bahan yang berasal dari
makhluk hidup, misalnya kayu, beras, dan daging. Ketika dibakar, bahan-bahan
tersebut akan menjadi arang (karbon) (Utami dkk, 2009 : 172).
Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem periodic
terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat atom karbon
mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut : 1) atom karbon memiliki 4
elektron valensi. Berdasarkan konfigurasi keenam elektron yang dimiliki atom karbon
didapatkan bahwa elektron valensi yang dimilikinya adalah 4. Untuk mencapai
kestabilan, atom ini masih membutuhkan 4 elektron lagi dengan cara berikatan
kovalen. Tidak ada unsur dari golongan lain yang dapat membentuk ikatan kovalen
sebanyak 4 buah dengan aturan octet, 2) atom unsur karbon relatif kecil. Ditinjau dari
konfigurasi elektronnya, dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada periode 2,
yang berarti atom ini mempunyai 2 kulit atom, sehingga jari-jari atomnya relatif
kecil. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat
membentuk ikatan kovalen rangkap, 3) atom karbon dapat membentuk rantai karbon.
Keadaan atom karbon yang demikian menyebabkan atom karbon dapat membentuk
18
rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan kovalen, baik ikatan kovalen
tunggal, rangkap 2, maupun rangkap 3. Contohnya CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 –
CH3 (ikatan kovalen rangkap tunggal), CH2 = CH – CH2 – CH3 (ikatan kovalen
rangkap dua), CH3 – C
C – CH2 – CH3 (ikatan kovalen rangkap tiga) (Utami dkk,
2009 : 173).
Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk empat ikatan kovalen.
Sesuai dengan nomor golongannya, karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh
karena itu, untuk mencapai konfigurasi octet, karbon dapat membentuk ikatan
kovalen. Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai atom
karbon. Rantai atom karbon yang terbentuk pun bervariasi, yaitu lurus, bercabang
atau melingkar. Senyawa karbon yang paling sederhana adalah senyawa hidrokarbon,
yaitu senyawa yang terbentuk dari unsur karbon dan unsur hidrogen (Retnowati,
2006: 89).
Senyawa karbon sangat banyak jumlahnya, sampai saat ini telah dikenal lebih
dari satu juta senyawa karbon. Mengapa banyak senyawa karbon dapat disintesa?
Apakah kekhasan atom karbon disbanding atom yang lain sehingga karbon mampu
dibuat bermacam-macam senyawa? Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,
untuk mencapai susunan elektron stabil setiap atom C memerlukan 4 elektron.
Tambahan 4 elektron diperoleh dengan cara mengkongsikan 4 elektron valensinya
dengan 4 elektron atom lain melalui ikatan kovalen. Sehingga setiap atom C dapat
membentuk ikatan kovalen dengan atom unsur yang lain, terutama dengan hidrogen
19
(H), oksigen (O), nitrogen (N), atau golongan halogen (F, Cl, Br, I) (Saptarini dan
Erawati, 2004: 33).
Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena hanya
terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Meskipun demikian jumlah
senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat banyak. Macam-macam atom
karbon, yaitu atom karbon primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Keistimewaan
atom karbon yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dan
kemampuannya dalam membentuk rantai karbon, menyebabkan atom karbon
mempunyai kedudukan yang berbeda-beda. Kedudukan tersebut adalah: (1) Atom
karbon primer, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 1 atomn karbon yang
lain; (2) Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 2 atom
karbon yang lain; (3) Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang terikat langsung
pada 3 atom karbon yang lain; (4) Atom karbon kuarterner, yaitu atom karbon yang
terikat langsung pada 4 atom karbon yang lain (Utami dkk, 2009: 174).
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan
jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan
kedalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatic. Hidrokarbon alifatik adalah
hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik memiliki
rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik berikatan konjugat,
yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun selang-seling. Contohnya adalah
benzena, C6H6. Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatic digolongkan
kedalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifat-
20
sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon
alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi sifatnya
menyerupai senyawa alifatik. Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya,
hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon
merupakan ikatan tunggal (–C–C –), ia digolongkan sebagai hidrogen jenuh. Jika
terdapat satu saja ikatan rangkap (–C = C–) atau ikatan rangkap tiga (– C = C– ), ia
disebut hidrokarbon tak jenuh (Purba, 2006: 204). Senyawa alkana merupakan rantai
karbon yang paling sederhana.
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh karena memiliki ikatan
tunggal. Rumus umum alkana CnH2n+2. Senyawa paling sederhana dari alkana yaitu
metana. Metana hanya memiliki satu atom karbon yang mengikat empat atom H.
Sepuluh data alkana rantai lurus pertama dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Deret homolog alkana
Deret alkana
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana
Rumus
molekul
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22
Rumus struktur
CH4
CH3-CH3
CH3-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
21
Berdasarkan tabel di depan dapat dilihat bahwa perbedaan kesepuluh senyawa
di atas terletak pada jumlah gugus metilena (–CH2–). Senyawa dengan kondisi
demikian disebut homolog. Susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
perbedaan dengan tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena disebut deret
homolog. Tata Nama Alkana. Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu
sistem tata nama yang didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa
organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya dan sebaliknya, bahwa suatu
struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama. Dasar sistem IUPAC yaitu
alkana rantai lurus. Cara penemaan senyawa alkana yaitu: 1) alkana rantai lurus (tidak
bercabang). Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbonnya
sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Terkadang ditambahkan normal (n) di
depan nama alkana. Contohnya : CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n–butana/butana, dan CH3
– CH2 – CH3 n–propana/propana, 2) alkana siklis (rantai tertutup). Alkana rantai
siklis (tertutup) diberi nama menurut banyaknya atom karbon dalam cincin, dengan
penambahan awalan siklo-. Contoh: (CH2)2–(CH2)2 (siklobutana), 3) alkana
bercabang (memiliki rantai samping). Senyawa alkana terkadang berikatan dengan
unsur lain pada salah satu atau beberapa atom karbonnya. Unsur lain dalam rantai
alkana tersebut biasa dinamakan substituen. Jenis substituen alkana yang sering
dijumpai yaitu gugus alkil. Gugus alkil adalah alkana yang kehilangan 1 atom H.
Penamaannya sama dengan alkana, hanya akhirannya diubah menjadi -il. Rumus
umumnya CnH2n+1. Cara penamaannya yaitu: 1) jika hanya ada satu cabang maka
rantai cabang diberi nomor sekecil mungkin, 2) jika alkil cabang lebih dari satu dan
22
sejenis menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan
jika berbeda jenis diurutkan sesuai alfabetis. Contoh: CH3–CH–CH2–(CH3)2 ( 2 –
metil butana), CH3–(CH)2– (CH3)3 (2,3 – dimetil butana), CH3 –CH2–(CH)2–CH3 (3etil-2-metilpentana) (Setyawati, 2009: 144).
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya
tunggal. Rumus umum alkana adalah CnH2n
+ 2.
Dari metana ke etana mempunyai
perbedaan –CH2–, begitu pula seterusnya. Deret senyawa karbon dengan gugus
fungsi sama dengan selisih sama yaitu –CH2– disebut deret homolog. Tata nama
alkana menurut IUPAC yaitu: 1) alkana rantai lurus diberi nama dengan awalan n (n
= normal). Contoh: CH3-CH2-CH2-CH3 (n-butana), 2) alkana rantai bercabang yaitu
: a) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang, b) cabang merupakan gugus alkil.
Rumus umum alkil CnH2n + 1. Nama alkil sama dengan nama alkana dengan jumlah
atom C sama, hanya akhiran –ana diganti –il. Jika hanya ada satu cabang maka rantai
cabang diberi nomor sekecil mungkin. Jika alkil cabang lebih dari satu dan sejenis
menggunakan awalan Yunani (di = 2, tri = 3, tetra = 4, dan seterusnya) dan jika
berbeda jenis diurutkan sesuai alfabetis (Harnanto dan Ruminten, 2009: 153).
Sifat-sifat senyawa alkan yaitu : 1) pada suhu kamar C1–C4 berwujud gas, C5–
C17 berwujud cair, dan di atas C17 berwujud padat, 2) semakin bertambah jumlah
atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi.
Alkana rantai lurus mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai
bercabang dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin
rendah, 3) alkana mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air, 4)
23
pembakaran/oksidasi alkana bersifat eksotermik (menghasilkan kalor). Pembakaran
alkana berlangsung sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran sempurna
menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO, 5)
alkana dapat bereaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi adalah reaksi
penggantian atom/gugus atom dengan atom/gugus atom yang lain, 6) senyawa alkana
rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Reaksi eliminasi adalah reaksi
penghilangan atom/gugus atom untuk memperoleh senyawa karbon lebih sederhana
(Harnanto dan Ruminten, 2009: 154). Sifat fisika Alkana yaitu: a) merupakan
senyawa nonpolar, b) bentuk alkana rantai lurus pada suhu kamar berbeda-beda.
Alkana C1 – C4 berwujud gas, C5 – C17 berwujud cair dan > C18 berwujud
padat, c) semakin banyak jumlah atom karbon, semakin tinggi titik didihnya, d)
adanya rantai cabang pada senyawa alkana menurunkan titik didihnya, e) larut dalam
pelarut nonpolar (CCl4) atau sedikit polar (dietil eter atau benzena) dan tidak larut
dalam air, f) alkana lebih ringan dari pada air. Sifat kimia alkana dan sikloalkana
yaitu: a) tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan dengan senyawa organik
lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut paraffin (berasal dari
bahasa Latin: parum affins, yang artinya "afinitas kecil sekali"), b) alkana dapat
bereaksi dengan halogen, salah satu atom H diganti oleh halogen. Reaksi dengan
halogen tersebut dinamakan reaksi halogenasi dan menghasilkan alkil halida. Contoh:
CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl, c) alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan
H2O. Contoh: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, (Setyawati, 2009: 147).
24
Dalam pemberian nama alkana ini akan sangat sulit jika hanya menggunakan
tata nama alkana biasa (metana s.d. dekana, untuk C1 – C10). Hal ini disebabkan
adanya isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya nama-nama khusus.
Misalnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus, sedangkan awalan iso untuk
isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor dua.
Padahal sangat sulit bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon yang
mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan
internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan
penamaan senyawa kimia (Utami dkk, 2009: 179).
Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata nama IUPAC
(International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan
aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah
biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap digunakan dan disebut dengan
nama biasa atau nama trivial. Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang
sebagai berikut: 1) nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu: a) bagian
pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang (cabangcabang), b) Bagian kedua, di
bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Contoh : 2 metil Butana, 2) rantai induk
adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila ter-dapat dua atau lebih rantai
terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama
alkana, tergantung pada panjang rantai, 3) cabang diberi nama alkil, yaitu nama
alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil
mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang
25
alkil), 4) posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu
dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga
posisi cabang mendapat nomor terkecil, 5) jika terdapat dua atau lebih cabang yang
sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan seterusnya pada
nama cabang, 6) cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama
cabang itu. Misalnya: etil ditulis terlebih dahulu daripada metil (Utami dkk, 2009:
179).
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua
pada rantai karbonnya. Rumus umum alkena adalah CnH2n. Alkena adalah
hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C). Senyawa
yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai tiga ikatan
rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya. Tata nama alkena yaitu: 1) alkena rantai
lurus.Nama alkena rantai lurus sesuai dengan nama–nama alkana, tetapi dengan
mengganti akhiran –ana menjadi –ena. Contoh: C2H4 (etena), 2) alkena rantai
bercabang. Urutan penamaan adalah: a) memilih rantai induk, yaitu rantai karbon
terpanjang yang mengandung ikatan rangkap, 2) memberi nomor, dengan aturan
penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga ikatan rangkap
mendapat nomor terkecil (bukan berdasarkan posisi cabang), 3) penamaan, dengan
urutan nomor atom C yang mengikat cabang, nama cabang, nomor atom C ikatan
rangkap, nama rantai induk (alkena) (Utami dkk, 2009 : 184). Tabel 2 berikut ini
menyajikan data sepuluh alkena rantai lurus pertama.
26
Tabel 2. Deret homolog alkena
Deret
Alkena
Etena
Propena
1-butena
1-pentena
1-heksena
1-heptena
1-oktena
1-nonena
1-dekena
Rumus
Molekul
C 2 H4
C 3 H6
C 4 H8
C5H10
C6H12
C7H14
C8H16
C9H18
C10H20
Rumus struktur
CH2=CH2
CH2=CH-CH3
CH2=CH-CH2-CH3
CH2=CH-CH2-CH2-CH3
CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3
CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
Tata Nama Alkena yaitu: 1) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang
yang mengandung ikatan rangkap dua. Ikatan rangkap dua diberi nomor sekecil
mungkin, 2) rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap dua.
Contoh: CH2 = C–CH2–(CH3)2 (2-metil-1-butena), CH3–C = C–(CH3)3 (2,3-dimetil-2butena). Sifat- sifat alkena yaitu: 1) titik didih alkena mirip dengan alkana, makin
bertambah jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi, 2)
alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air, 3) alkena dapat
bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) (Harnanto dan Ruminten,
2009: 156).
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan ikatan rangkap
dua (–C=C–). Alkena paling sederhana yaitu etena, C2H4. Rumus umum alkena
C2H2n. Tata nama alkena yaitu : 1) alkena rantai lurus. Atom karbon yang berikatan
rangkap (C=C) diberi nomor yang menunjukkan ikatan rangkap tersebut. Penomoran
dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan ikatan rangkap, 2) alkena dengan
27
rantai bercabang cara penemaannya yaitu : a) rantai utama yaitu rantai yang
terpanjang dan mengandung ikatan rangkap, b) penomoran rantai utama diawali dari
yang paling dekat dengan ikatan rangkap, bukan cabang yang terdekat, c) urutan
penulisan nama: nomor cabang, nama cabang, nomor ikatan rangkap, nama alkena, 3)
alkena dengan lebih dari satu ikatan rangkap. Jika alkena memiliki lebih dari satu
ikatan rangkap, namanya diberi tambahan diena (untuk dua ikatan rangkap) atau
triena (untuk tiga ikatan rangkap) (Setyawati, 2009: 149).
Sifat Fisika Alkena yaitu memiliki sifat fisika yang sama dengan alkana.
Perbedaannya yaitu, alkena sedikit larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya
ikatan rangkap yang membentuk ikatan π. Ikatan π tersebut akan ditarik oleh
hidrogen dari air yang bermuatan positif sebagian. Sifat Kimia yaitu : a) oksidasi.
Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, pembakaran/oksidasi alkena juga akan
menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: 2C3H6 +9O2 → 6CO2 + 6H2O, b) adisi H2.
Reaksi adisi merupakan reaksi pemutusan ikatan rangkap. Pada adisi alkena, ikatan
rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Contoh: CH2 = CH – CH3 + H2 → CH3 –
CH2 – CH3 (propena menjadi propana), c) adisi halogen (F2, Br2, I2). Reaksi adisi
oleh halogen akan memutus rantai rangkap alkena membentuk alkana. Selanjutnya
halogen tersebut akan menjadi cabang/substituen dari alkana yang terbentuk Contoh:
CH2 = CH – CH3 + Cl2 → CH2Cl – CHCl – CH3 (1,2-dikloro-propana) (Setyawati,
2009: 151).
28
Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap
tiga pada rantai karbonnya. Rumus umum alkuna adalah CnH2n – 2. Tabel 3 berikut ini
menyajikan data sepuluh alkuna rantai lurus pertama.
Tabel 3. Deret homolog alkuna
DeretAlkuna
Etuna
Propuna
1-Butuna
1-Pentuna
1-Heksuna
1-Heptuna
1-Oktuna
1-Nonuna
1-Dekuna
RumusMolekul
C2H2
C3H4
C4H6
C5H8
C6H10
C7H12
C8H14
C9H16
C10H18
Rumus struktur
CH CH
CH C-CH3
CH C-CH2-CH3
CH C-CH2-CH2-CH3
CH C-CH2-CH2-CH2-CH3
CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH= C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
CH = C-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
Tata nama alkuna yaitu: 1) rantai induk diambil rantai karbon terpanjang yang
mengandung ikatan rangkap tiga. Ikatan rangkap tiga diberi nomor sekecil mungkin,
2) rantai cabang diberi nomor menyesuaikan nomor ikatan rangkap tiga. Contoh: CH
= C-CH-(CH3)2 (2-metil-1-butana), CH3–C = C–C–(CH3)3 (4,4-dimetil-2-pentuna).
Sifat-sifat alkuna yaitu : 1) titik didih alkuna mirip dengan alkana dan alkena.
Semakin bertambah jumlah atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya makin
tinggi, 2) alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2, halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) dan
asam halida (HX = HF, HCl, HBr, HI) (Harnanto dan Ruminten, 2009: 157).
Alkuna merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap
tiga (– C = C –). Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. Tata nama alkuna yaitu
aturan pemberian nama alkuna sama dengan alkena, hanya diakhiri -una. Contoh:
29
HC = C – CH3 → 1–propuna. Sifat fisika alkuna sama dengan alkana dan alkena.
Alkuna juga sedikit larut dalam air. Sifat kimia alkuna adalah : a) oksidasi.
Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, alkuna jika dibakar sempurna akan
menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh: C3H4 + 4O2 → 3CO2 + 2H2O, b) adisi H2.
Alkuna mengalami dua kali adisi oleh H2 untuk menghasilkan alkana. Contoh : HC
C – CH3 + H2 → H2C = CH – CH3 + H2 → H3C – CH2 – CH3 (propuna menjadi
propena, kemudian menjadi propana), 3) adisi halogen HC
C – CH3 + Cl2 → HCCl
= CCl – CH3 + Cl2 → HC (Cl)2 – C (Cl)2 – CH3 (1-propuna menjadi 1,2-dikloropropena,menjadi 1,1,2,2-tetrakloro-propana) (Setyawati, 2009: 153).
Isomer adalah dua senyawa atau lebih yang mempunyai rumus kimia sama
tetapi mempunyai struktur yang berbeda. Secara garis besar isomer dibagi menjadi
dua, yaitu: 1) isomer struktur. Isomer struktur dapat dikelompokkan menjadi: a)
isomer kerangka. Isomer kerangka adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus
molekul sama tetapi kerangkanya berbeda. Contoh pada alkana adalah butana (C4H10)
yaitu CH3 – CH2 – CH2 – CH3 (n-butana), CH3 – CH – (CH3)2 (2 – metil propana).
Contoh pada alkena adalah pentena (C5H10) yaitu CH2=CH–(CH2)2–CH3 (1–pentena),
CH2=CH)2 – (CH3)2 (3–metil–1–butena), CH2 =C–CH2 –(CH3)2 (2–metil–1–butena).
Contoh pada alkuna adalah pentuna (C5H8) yaitu CH = C–(CH2)2–CH3 (1–pentuna),
CH–C
C–CH2–CH3 (2–pentuna), CH
C – CH–(CH3)2 (2–metil–1 butuna), b)
isomer posisi. Isomer posisi adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul
sama tetapi posisi gugus fungsinya berbeda. Contoh pada alkena adalah butena
(C4H8) yaitu CH2=CH–CH2–CH3 (1-butena), CH3–CH=CH–CH3 (2-butena) dan
30
contoh pada alkuna adalah butuna (C4H6) yaitu CH = C-CH2-CH3 (1-butuna), CH3–
C
C – CH3 (2-butuna), b) isomer gugus fungsi. Isomer gugus fungsi adalah
senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi gugusfungsinya
berbeda. Contoh pada alkuna dan alkadiena yaitu CH = C–CH3 (propuna), CH2 = C =
CH2 (1,2-propadiena), 2) isomer geometri. Isomer geometri adalah senyawa-senyawa
yang mempunyai rumus molekul sama tetapi struktur ruangnya berbeda. Contoh pada
alkena mempunyai 2 isomer geometri yaitu cis dan trans, contohnya yaitu cis-2butena dan trans-2-butena (Harnanto danRuminten, 2009 : 159).
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian menggunakan model word square sebelumnya sudah pernah
dilakukan oleh Mela Sriyana Dewi, yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Word Square Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Siswa Pada
Pokok Bahasan Koloid Di Kelas Xi Sman 4 Pekanbaru, dan menunjukkan hasil yang
positif yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 4
Pekanbaru pada pokok bahasan koloid (Dewi dkk, 2012).
Penerapan Model Belajar word square juga pernah dilakukan oleh Eka
Wijana dengan judul Penerapan Model Belajar Word Square Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika, dan menunjukkan hasil yang
positif yaitu dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Wijana 2011)
Penerapan metode word square juga penah dilakukan oleh Komariah dengan
judul Penerapan Metode Word Square Dan Talking Stick Dalam Pembelajaran
31
Ibadah Muamalah Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas Viii B Smp
Muhammadiyah 2 Kalasan, dan menunjukkan peningkatan keaktifan peserta didik
kelas VIII B SMP Muhammadiyah 2 Kalasan. Peningkatan keaktifan peserta didik
terlihat pada perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru, berani bertanya dan
mengungkapkan pendapat antusias dalam mengerjakan tugas, kemauan menjawab
pertanyaan, mencatat materi pelajaran dan merasa nyaman dalam proses
pembelajaran. Keaktifan pesrta didik dilihat dari hasil angket pada observasi awal
sebesar 48,89%, pada siklus I keaktifan peserta didik menjadi 57,98, pada siklus II
mengalami peningkatan lagi menjadi 63,39%, dan pada siklus III menjadi 75,97%
(Komariyah, 2011: 43).
Adapun penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian yang
sebelumnya. Dimana perbedaannya yaitu penelitian ini ber judul Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Word Square
Pada Materi Hidrokarbon Di Kelas X SMA Tridharma Gorontalo. Sedangkan
persamaannya hanya terletak pada penggunaan model pembelajaran word square.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah diuraikan diatas,
hipotesis tindakan dalam penelitian ini “jika diterapkan model pembelajaran
kooperatif word square, maka hasil belajar hidrokarbon siswa kelas X SMA
Tridharma Gorontalo dapat ditingkatkan”.
32
2.6 Indikator Kinerja
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:
1. Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru
dan siswa telah mencapai 70% atau labih kategori yang baik dan sangat baik,
maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil.
2. Minimal 75% siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai 70 ke atas atau
sama dengan 70 ( Sesuai Krteria Ketuntasan Minimum SMA Tridharma
Gorontalo) dengan daya serap rata-rata 70% maka tindakan dinyatakan berhasil.
Download