PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle

advertisement
PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK
DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DENGAN METODE
DIFUSI DISK DAN SUMURAN TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus aureus
Laporan penelitian diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
EKO PRAYOGA
NIM : 110103000059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H/2013
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia.
Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.
Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaikbaiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya.
Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam kepintaran, serta keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang berjudul
―Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi
Disk dan Metode Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus‖,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR.
(hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd. dan dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGk, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dr. Lucky Briallintina,
M.Biomed dan dr. Lady Koesoema, SpKk sebagai dosen pembimbing riset penulis, yang
telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan riset ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Bacok dan Mba Novi selaku
laboran beserta OB yang telah membantu penulis dalam penelitian di laboratorium.
Ucapan terima kasih sebesar besarnya juga penulis ucapkan untuk kedua orang tua
tercinta Ibunda Maslihat, Ayahanda Saiful Anwar yang telah memberikan motivasi serta
kasih sayang yang berlebih terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama penulis
melakukan penelitian ini.
v
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin, serta Tim Pengelola Beasiswa Santri Jadi Dokter yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk menyelesaikan studi Pendidikan Dokter di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dan tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman satu seperjuangan
riset Tenia Alfitri, Angga Maulana Ibrahim, dan untuk teman seangkatan PSPD 2010,
semoga kita semua menjadi makhluk mulia dunia akhirat dan dapat menggunakan ilmu yang
telah kita peroleh ke dalam jalan Allah SWT.
Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan Penelitian
ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Sesungguhnya kesempurnaan hanya lah milik
Allah SWT dan kesalahan pasti datangnya dari penulis. Karena itu tidak menutup
kemungkinan jika dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan laporan
penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 12 September 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Eko Prayoga. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbandingan Efek Ekstrak Daun
Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Metode uji antibakteri dibagi menjadi difusi, dilusi dan difusi dilusi. Metode difusi disk dan
sumuran merupakan metode difusi, yang menggunakan media padat. Banyak penelitian yang
menggunakan metode difusi disk, metode sumuran masih jarang digunakan untuk penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua metode tersebut berdasarkan diameter
zona hambat. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun sirih karena daun sirih sudah banyak
dilakukan penelitian lain dan terbukti memiliki daya antibakteri. Bakteri yang digunakan
adalah Staphylococcus aureus, karena bakteri ini mudah berkembang biak namun tidak
mudah terkontaminasi. Pada penelitian ini menggunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan
100%. Data dari penelitian ini dianalisa menggunakan SPSS 16, dengan uji one way anova
kemudian dilakukan Uji T Penelitian ini membuktikan bahwa dengan metode sumuran lebih
besar zona hambat nya.
Kata kunci: Difusi disk, sumuran, ekstrak daun sirih
ABSTRACT
Eko Prayoga. Medical Education Department. Comparison Effect of Betel Leaf Extract
(Piper betle L.) With Method Diffusion disk and Method Hole Cup Towards The
Growth Staphylococcus aureus.
Many kind of method anti bacterial test, such as diffusion and dilution. Method diffusion
disk is the most method use for research. The aim of this study is to see what the most
effective between method diffusion disk and hole cup. Bactery used in this study is
Staphylococcus aureus, because this bacteria easy to grow up but not easy to contaminate
from other bacteria. This study use extract of piper betle leaf, because this plant have benefit
for antibacterial and use concentration 25%, 50%, 75%, and 100%. All of data in this study
will be analized uses SPSS 16, with hypothesis test one way anova and then T-test. This
study prove that method hole cup it‘s more effective because the higher concentrate, the
diameter will be high.
Keywords: disc diffusion, hole cup, extract of piper betle leaf
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................
Halaman
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
ABSTRAK .........................................................................................................
vii
ABSTRACT .......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. .......
xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................
3
1.3 Hipotesis ........................................................................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................................
3
1.4.1 Tujuan Umum ..........................................................................
3
1.4.2 Tujuan Khusus .........................................................................
3
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
5
2.1 Landasan Teori................................................................................................
5
2.1.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) .....................................
5
2.1.2 Staphylococcus Aureus ....................................................................
6
2.1.3 Mekanisme Anti Bakteri ..................................................................
7
2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri ............................................................. 8
2.2 Kerangka Konsep ................................................................................................. 11
2.3 Definisi Operasional ........................................................................................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 12
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................. 12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 12
viii
3.3 Bahan yang Diuji ................................................................................................ 12
3.4 Sampel Bakteri ..................................................................................................... 12
3.5 Identifikasi Variabel............................................................................................. 12
3.5.1 Variabel Bebas ........................................................................................... 12
3.5.2 Variabel Terikat ........................................................................................ 12
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................... 13
3.6.1 Alat Penelitian ............................................................................................. 13
3.6.2 Bahan Penelitian ......................................................................................... 13
3.7 Alur Penelitian ..................................................................................................... 14
3.8 Cara Kerja Penelitian ........................................................................................... 15
3.8.1 Tahap Persiapan .......................................................................................... 15
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan .................................................................. 15
3.8.1.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau..................................... 15
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle.L) ........................ 15
3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi ............................................... 15
3.8.1.5 Regenerasi Bakteri ............................................................................. 16
3.8.2 Tahap Pengujian ........................................................................................ 16
3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Dengan Difusi Disk .......... 16
3.8.2.2 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Dengan Sumuran............... 16
3.9 Analisis Data
.................................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 18
4.1 Hasil Ekstrak Sirih Hijau Dengan Metode Difusi................................................ 18
4.2 Disk Hasil Ekstrak Sirih Hijau Dengan Metode Sumuran................................... 19
4.3 Pembahasan.......................................................................................................... 21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 23
5.1 Simpulan .............................................................................................................. 23
5.2 Saran .................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24
LAMPIRAN.............................................................................................................. 26
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ....................
Halaman
9
Tabel 4.1.
Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji One way anova ........
28
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Daun Sirih Hijau ........................................................................... 5
Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram S.aureus .................................................. 6
Gambar 4.1
Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan metode sumuran ................. 18
Gambar 4.2
Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan metode difusi disk .............. 20
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.2
Kerangka Konsep ..........................................................................
11
Bagan 3.7
Alur Penelitian...............................................................................
14
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Surat Hasil Determinasi Tanaman................................................. 26
Lampiran 2
Surat Pengujian Ekstraksi Tanaman .............................................. 27
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik .......................................................................... 28
Lampiran 4
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 32
Lampiran 5
Daftar Riwayat Hidup ................................................................... 33
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini sudah banyak antibiotik yang resisten terhadap bakteri. Sebagai
alternatif, telah banyak obat-obatan herbal yang digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit. Contoh tanaman yang sering dijadikan sebagai obat tradisional adalah daun
sirih, daun pepaya, daun sirsak, daun gambir, dan lain-lain.1
Untuk membuktikan adanya efek antibakteri dari tanaman itu terhadap bakteri
tertentu, perlu dilakukan uji antibakteri.2 Dari uji antibakteri ini, dapat dilihat apakah
terdapat efek antibakteri di tanaman tersebut, kemudian kita juga dapat menentukan kadar
hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). 3
Metode uji antibakteri dibagi menjadi dua, yaitu dengan difusi dan dilusi. Metode
difusi kemudian dibagi lagi menjadi metode disk, sumuran, dan parit. Sedangkan metode
dilusi dibagi menjadi broth dilution dan agar dilution.4 Yang membedakan dua macam
metode ini adalah berdasarkan media nya. Biasa nya metode difusi menggunakan medium
padat, sedangkan pada dilusi digunakan medium cair.5
Dari beberapa metode tersebut, metode yang sering digunakan dalam penelitian
adalah dengan menggunakan metode difusi disk. Metode disk ini termasuk ke dalam
metode difusi karena menggunakan medium yang padat. Selain metode disk, masih ada
metode sumuran dan metode parit yang termasuk metode difusi.6 Tujuan dari ketiga
metode ini adalah untuk mengamati diameter zona hambat terhadap bakteri uji.6,7
Metode sumuran jarang digunakan untuk melakukan penelitian karena sulitnya proses
perlakuan, namun berdasarkan banyak teori, hasil dari metode sumuran akan lebih mudah
terlihat dan lebih menampakan hasil yang nyata.8
Menjadi suatu hal yang menarik untuk membandingkan 2 metode ini dengan melihat
efek dari tanaman herbal. Salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan
masyarakat serta di percaya masyarakat dapat menyembuhkan banyak penyakit yaitu
tanaman daun sirih.9 Tanaman sirih ini yang mempunyai khasiat dalam mengobati
1
2
penyakit adalah dari daun nya, baik itu ekstrak nya atau dari air daun tersebut.10 Daun
sirih dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain untuk sariawan,
mimisan, bau badan, batuk, keputihan, sakit kepala, gusi bengkak, dan radang
tenggorokan. 11
Efek daun sirih dapat menyembuhkan beberapa penyakit diatas,disebabkan karena
dalam daun sirih mengandung minyak atsiri 1-4,2% yang terdiri dari hidroksikavikol,
kavikol, kavibetol,metal eugenol, karvakol, terpena, seskuiterpena, fenilpropana, tannin,
enzim diastasae 0,8-1,8%, enzim katalase, gula, pati,vitamin A, B dan C.12
Penelitian mengenai efek dari daun sirih ini telah banyak dilakukan. Contoh nya
penelitan yag telah dilakukan oleh Anang Hermawan (2007), penelitian ini menunjukan
bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan menggunakan pelarut DMSO (Dimethil sulfoxide)
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.13 Penelitian yang juga
mendukung ke arah tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Suliantari (2008)
menunjukan bahwa ekstrak daun sirih dengan menggunakan pelarut etanol yang
menggunakan metode dilusi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. 14
Penelitian lain yang mendukung juga ada penelitian yang telah dilakukan Wahyu
Susilowati (2001) menyatakan uji bakteri terhadap Streptococcus alpha menggunakan
ekstrak biji alpukat secara invitro dengan teknik sumuran menggunakan konsentrasi 2,5%
; 5% ; 10% ; 20% dan 40%, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar diameter zona
hambat yang dihasilkan. Pada penelitian yang telah dilakukan Sudayana (2006) melakukan
perbandingan uji cakram disk dan metode dilusi menggunakan ekstrak daun sirih hijau
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, kedua metode ini memiliki hasil yang berbeda
dan tujuan yang berbeda. Metode difusi didapatkan hasil berupa diameter zona hambat
bakteri terhadap antibakteri sedangkan metode dilusi didapatkan hasil berupa konsentrasi
hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM).3,4
Alasan penulis membandingkan metode difusi disk dan sumuran, karena kedua metode
ini termasuk kategori difusi dan memiliki hasil yang sama, yaitu dengan cara menghitung
zona hambat bakteri terhadap antibakteri yang di uji, hanya saja cara kerja yang memiliki
perbedaan. Dan kedua metode ini merupakan metode yang cukup sering digunakan untuk
penelitian, namun masih sedikit penelitian yang membandingkan antara kedua metode ini.
3
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan masalah
penelitian, yaitu :
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah terdapat pengaruh aktifitas antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus?
1.2.2 Bagaimana perbandingan efek antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau (Piper betle
L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus berdasarkan metode difusi
disk dan sumuran?
1.3 Hipotesis
1.3.1 Terdapat pengaruh antara aktivitas antibakteri dari ekstrak daun sirih hijau terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
1.3.2 Efek antibakteri dari ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus lebih terlihat dengan menggunakan metode sumuran.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktifitas anti bakteri dengan
menggunakan metode sumuran jauh lebih jelas di bandingkan metode difusi disk
pada Ekstrak daun sirih hijau terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui besar konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
2. membandingkan besar konsentrasi 25%,50%,75%,dan 100% berdasarkan metode
difusi disk dan sumuran.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai
manfaat dari ekstrak daun sirih hijau sebagai anti bakteri dalam menghambat
pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
4
1.5.2 Bagi Masyarakat
Ekstrak daun sirih hijau yang selama ini di percaya dapat mengobati penyakit,
dengan ada nya penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan manfaat ekstrak
daun sirih hijau sebagai anti bakteri dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus.
1.5.3 Bagi Institusi
Penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa dengan metode sumuran ternyata
dapat dilakukan lebih mudah dan dapat memberikan hasil yang lebih jelas dan
lebih besar diameter zona hambat nya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Daun Sirih (Piper Betle L.)
Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari famili Piperaceae.15 Sirih
banyak tumbuh subur di wilayah Asia Pasifik hingga Afrika Timur. Tanaman daun sirih ini
merupakan tanaman merambat yang panjang nya bisa mencapai 15 m.15,16 Daun sirih
memiliki batang yang berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, berbuku-buku,beralur dan
merupakan tempat keluarnya akar. Tanaman ini memiliki daun yang tunggal, bulat panjang,
pangkal nya mempunyai bentuk jantung, ujung meruncing sedangkan tepi daun nya rata. 17
Permukaan nya halus,memiliki bentuk pertulangan yang menyirip. Panjang daun nya sekitar
5-8 cm, lebar 2-5 cm.18
Gbr 2.1 Daun sirih hijau
Sumber : dokumen pribadi
Tanaman ini dapat diperbanyak dengan menggunakan stek sulur, yaitu stek diambil
dari sulur yang tumbuh dibagian ujung atas yang panjang nya 40cm-50 cm. Untuk
memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan
pengairan yang baik.19
5
6
Daun Sirih di setiap daun nya mengandung 1-4,2% minyak atsiri,mengandung
hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, estradiol, eugenol, metal-eugenol, karvakrol, terpeneba,
seskuiterpena, fenil propane, tannin; diastase 0,8%-1,8%, gula; pati.20
Tanaman daun sirih ini dapat digunakan untuk obat sakit kulit, obat bisul, hidung
berdarah, radang selaput lender mata, trachoma, bau mulut, keputihan, gigi goyah, gusi
bengkak, radang tenggorokan, encok, jantung berdebar-debar, kepala pusing, terlalu banyak
keluar air susu, batuk kering, demam nifas, sariawan. Getah nya dapat juga digunakan untuk
menghentikan gusi berdarah, sakit gigi, obat kumur, mengurangi produksi air susu yang
berlebihan.21
2.1.2 Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah
anggur, non motil, tidak membentuk spora, dapat tumbuh pada berbagai media pada suasana
aerob dan memproduksi katalase yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
(20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,
berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Bakteri ini dapat memfermentasikan
beberapa karbohidrat dan dapat menghasilkan pigmen yang berwarna, tidak larut dalam air.22
Gbr 2.2 S.aureus dengan pewarnaan Gram
Sumber : slide kuliah mikrobiologi
7
Sistematika Staphylococus aureus adalah sebagai berikut22 :
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik.
Antigen ini merupakan kompleks peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat
fagositosis dan bagian ini yang diserang bakteriofaga. Selain itu Staphylococcus aureus juga
bersifat lisogenik yaitu mengandung faga yang tidak berpengaruh pada dirinya sendiri, tetapi
menyebabkan lisis pada anggota dari spesies sama. S.aureus merupakan kuman patogen yang
bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk koagulase, mencairkan gelatin, membentuk
pigmen kuning emas. Staphylococcus aureus umumnya dapat memfermentasi manitol dan
menghemolisis sel darah merah.. Setiap jaringan ataupun organ tubuh dapat terinfeksi dan
menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan lokal, nekrosis,
dan pembentukan abses. Pada penyebaran ke bagian tubuh lain melewati pembuluh getah
bening dan pembuluh darah. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai
berupa suatu piemia yang fatal, serta keracunan makanan, dan toxic shock syndrome.
Umumnya bakteri ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik. 23
2.1.3 Mekanisme Antibakteri
Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khusus nya bakteri patogen yang
dapat merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi jenis mikroba lain. Obat yang dapat
digunakan untuk membasmi mikroba memiliki ketentuan yaitu harus memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk
mikroba tapi tidak toksik untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, dibagi menjadi 2
yaitu : 24
1. Antibakteri yang mempunyai sifat menghambat pertumbuhan bakteri (aktivitas
bakteriostatik)
2. Antibakteri yang mempunyai sifat membunuh bakteri (aktivitas bakterisid)
8
Dalam menghambat pertumbuhan bakteri ataupun membunuhnya, terdapat kadar
minimal. Kadar minimal tersebut masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu dapat meningkat aktivitasnya
dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi
kadar hambat minimal (KHM). 24
2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri
Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan populasi mikroorganisme
terhadap agen antimikroba. Salah satu manfaat dari uji antimikroba adalah diperolehnya satu
system pengobatan yang efektif dan efisien. Penentuan setiap kepekaan kuman terhadap suatu
obat adalah dengan menentukan kadar obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman in vitro. Beberapa cara pengujian antibakteri adalah sebagai berikut :
a. Metode Difusi
Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari
zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji.
Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidak nya zona hambatan yang
akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi.23 Pada
metode ini dapat dilakukan dengan 3 cara,yaitu :
1) Cara Cakram (Disc)
Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan
kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada cara ini,
digunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai
tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian
diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian
diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi
optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati
setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37oC. Hasil pengamatan yang
diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling
kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri.24
Menurut
greenwood
(1995)
efektifitas
diklasifikasikan pada tabel berikut :
10
suatu
zat
antibakteri
bisa
9
Diameter zona terang
Respon hambatan pertumbuhan
>20 mm
Kuat
16-20 mm
Sedang
10-15 mm
Lemah
<10 mm
Tidak ada
Metode cakram disk atau cakram kertas ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan
relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang
terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi
serta ketebalan medium.24,25 Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka
hasil dari metode cakram disk biasanya sulit untuk diintepretasikan. Selain itu,
metode cakram disk ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang
pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat. 25
2) Cara Parit (ditch)
Suatu lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
sebidang parit. Parit tersebut berisi zat antimikroba, kemdian diinkubasi
pada waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji. Hasil
pengamatan yang akan diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang
akan terbentuk di sekitar parit.25
3) Cara Sumuran (hole/cup)
Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemdian
setiap lubang itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan
waktu yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan
melihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling lubang.25
b. Metode Dilusi
Pada metode ini dilakukan dengan mencampurkan zat antimikroba dan media
agar, yang kemudian diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan
diperoleh berupa tumbuh atau tidaknya mikroba didalam media. Aktivitas zat
10
antimikroba ditentukan dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM) yang
merupakan konsentrasi terkecil dari zat antimikroba uji yang masih memberikan efek
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji.26 Metode ini terdiri atas dua cara,
yaitu:
1) Pengenceran Serial dalam tabung
Pengujian dilakukan dengan menggunakan sederetan tabung reaksi yang diisi
dengan inokculum kuman dan larutan antibakteri dalam berbagai konsentrasi. Zat
yang akan diuji aktivitas bakterinya diencerkan sesuai serial dalam media
cair,kemudian diinokulasikan dengan kuman dan diinkubasi pada waktu dan suhu
yang sesuai dengan mikroba uji. Aktivitas zat ditentukan sebagai kadar hambat
minimal (KHM).26
2) Penipisan Lempeng Agar
Zat antibakteri diencerkan dalam media agar dan kemudian dituangkan kedalam
cawan petri. Setelah agar membeku, diinokulasikan kuman kemudian diinkubasi
pada waktu dan suhu tertentu. Konsentrasi terendah dari larutan zat antibakteri
yang masih memberikan hambatan terhadap pertumbuhan kuman ditetapkan
sebagai konsentrasi Hambat Minimal (KHM).26
c. Metode difusi dan dilusi
E-test atau biasa disebut juga dengan tes epsilometer adalah metode tes dimana huruf
‗E‘ dalam nama E-test menunjukan simbol epsilon (). E-test merupakan metode kuantitatif
untuk uji antimikroba. Metode ini termasuk gabungan antara metode dilusi dari antibakteri
dan metode difusi antibakteri kedalam media. Metode ini dilakukan dengan menggunakan
strip plastic yang sudah mengandung agen antibakteri dengan konsentrasi terendah sampai
konsentrasi tertinggi diletakan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme.
Hambatan pertumbuhan mikroorganisme bisa diamati dengan adanya area jernih di sekitar
strip tersebut. 27
E-test dapat digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) untuk
bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Streptococcus ß-hemolitik, Neisseria gonorrhoeae,
Haemophilus sp. dan bakteri anaerob. Dapat juga digunakan untuk bakteri Gram negative
seperti Pseudomonas sp. dan Burkholderia pseudomallei.27
11
2.2 Kerangka Konsep
Ekstrak daun sirih hijau dengan berbagai konsentrasi
Biakan Bakteri Staphylococcus Aureus
Pertumbuhan Bakteri Normal
Pertumbuhan Bakteri Terhambat
2.3 Definisi Operasional
No.
Variebel
Definisi Operasional Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1.
Zona hambat
Zona terang di
Diameter zona
numerik
S.aureus
sekitar cakram pada
terang(clear
media agar darah
zone)
Penggaris
yang telah ditanami
S. aureus
2.
3.
4.
5.
Konsentrasi
Ekstrak sirih hijau
Mikro pipet
ekstrak sirih
dengan konsentrasi
sesuai dengan
hijau
25%, 50%, 75%,
konsentrasi
100%
pada tiap tabung
Mikro pipet
Jumlah ekstrak
Konsentrasi
Ekstrak sirih merah
ekstrak sirih
dengan konsentrasi
sesuai dengan
merah
25%, 50%, 75%,
konsentrasi
100%
pada tiap tabung
Larutan
Larutan kontrol
kontrol
negatif berupa etanol
berisi etanol
negatif
96%
96%
Kontrol
Kontrol positif
positif
berupa kertas cakram
berisi antibiotik
berisi antibiotik
amoksilin
amoksilin
Mikro pipet
Jumlah ekstrak
Tidak ada
Cakram uji
Cakram uji
Kategorik
Kategorik
Kategorik
Kategorik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental membandingkan metode uji
antibakteri disc diffusion dan metode uji antibakteri sumuran dalam melihat efek ekstrak daun
sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai bulan Agustus 2013 di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Cibinong, sedangkan proses ekstraksi daun sirih hijau (Piper betle L.)
dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
3.3 Bahan yang Diuji
Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) yang telah dideterminasi oleh LIPI Bogor dan
diekstraksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
3.4 Sampel Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media Mueller-Hinton Agar (MHA),
dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel Bebas
Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan
100%.
3.5.2 Variabel Terikat
1. Staphylococcus aures di media Mueller-Hinton Agar
2. Metode difusi disk
3. Metode sumuran
4. Larutan etanol 96% sebagai kontrol negative
5. Disk amoksisilin sebagai kontrol positif
12
13
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

tabung reaksi

swab kapas

mikro pipet

pengukur waktu

vortex

inkubator

bunsen

cakram uji kosong

korek api

label

ose

alat tulis

spatula besi

kamera

cawan petri

laminar air flow

tabung durham,

tisu

penggaris

pinset

rak tabung

mikropipet

timbangan

shaker

autoclave

baki
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

alkohol

media Mueller-hinton
Agar

ekstrak daun sirih hijau

aquades steril

pelarut etanol 96%

biakan Staphylococcus
aureus

cakram amoksilin

cakram uji kosong

spiritus
13
14
3.7 Alur Penelitian

Kultur bakteri Staphylococcus
 Mueller Hinton
aureus di media
Agar

Pembuataninoculum, 1 ose
S.aureus ke dalam larutan NaCl


NaCl dan Staphylococcus
aureus divortex
 agar homogen

Kekeruhan distandarisasi

dengan menggunakan
larutan
standarisasi konsentrasi 0,5
Mac Farland
Bakteri di usapkan
ke media

Mueller Hinton Agar dengan

swab kapas steril
Disc diletakkan di media
Mueller Hinton Agar yang telah
ditanami Staphylococcus aureus
Pembuatan konsentrasi ekstrak sirih hijau
konsentrasi 25%,505,75% dan 100%
Konsentrasi ekstrak diberi larutan etanol
96% kemudian divortex dengan tujuan
agar homogen.
Konsentrasi ekstrak yang telah homogen
kemudian dipindahkan ke cawan petri
Rendam blank disc ke dalam
konsentrasi ekstrak homogen
dalam cawan petri
kontrol positif
disc amoksilin
Rendam blank
disc ke dalam
etanol 96% di
dalam cawan
petri
Dibuat lubang di
Mueller Hinton Agar
Inkubasi selama 24 jam
Hitung diameter zona terang di
sekeliling disc dan tentukan
potensi antibakteri
Di setiap lubang diisi dengan
konsentrasi ekstrak daun
sirih hijau, kontrol positif
dan negatif
Pembuatan
kontrol negatif
15
3.8 Cara Kerja Penelitian 23
3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat dan bahan (hanya aquades) yang akan digunakan disterilisasi di
dalam autoclave selama 15 menit pada suhu sebesar 121°C dengan
mengatur tekanan sebesar 1,5 atm setelah sebelumnya dicuci bersih,
dikeringkan dan dibungkus dengan kertas.Sterilisasi untuk alat Laminar air
flow dengan cara menyalakan sinar UV selama 15 menit kemudian
semprotkan dengan alkohol lalu keringkan dengan tissue.
3.8.1.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau
Daun sirih hijau diperoleh dari tanaman milik warga di daerah Ciputat yang
homogen sebanyak 1000 gram. Kemudian dilakukan determinasi di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong yang bertujuan untuk
memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman
sirih hijau dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada
pada tanaman sirih terhadap kepustakaan dan dibuktikan di bidang Botani
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi.

Sebanyak 1000 gram daun sirih hijau dicuci bersih terlebih dahulu

dikeringkan, diremas dan dihaluskan sampai menjadi serbuk.

Serbuk lalu direndam dalam etanol 96% selama 3x24 jam, melalui
penyaringan filtrat sirih hijau ini didapatkan.

Kemudian semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan
dengan
rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh
ekstrak kental sebanyak 116,3 gram.
3.8.1.4. Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi
Variable yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 4 variabel, kontrol
negative berupa etanol, variasi konsentrasi ekstrak sirih hijau 25%, 50%,
75%, 100% dengan menggunakan pelarut etanol, serta kontrol positif berupa
16
cakram amoksilin yang merupakan antibiotic spectrum luas sehingga tepat
untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun negatif.
3.8.1.5. Kultur Bakteri
Pembuatan stok
bakteri
ini
dilakukan untuk
memperbanyak dan
meremajakan bakteri, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni
bakteri Staphylococcus aureus ke dalam Mueller-Hinton Agar, kemudian
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam di dalam inkubator.
3.8.2. Tahap Pengujian
3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri dengan Difusi Disk

Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri
Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
larutan NaCl.

dihomogenkan
menggunakan
vortex
dan
kekeruhannya
distandarisasi dengan konsentrasi 0.5 Mc Farland sehingga jumlah
bakteri memenuhi standarisasi untuk uji kepekaan yaitu: 105–108/ml.

Kemudian larutan bakteri yang telah distandarisasi tadi, dioleskan
pada media pertumbuhan Mueller-Hinton Agar.

Cakram uji kosong yang telah direndam selama 15 menit di dalam
masing-masing stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau tadi
diletakkan di atas permukaan agar secara higienis di dalam laminar
air flow.

Lalu media yang telah kita buat tadi, diinkubasi ke dalam inkubator
dengan suhu 37°C selama 24 jam, keesokan harinya diukur diameter
zona terang (clear zone) yang terbentuk dengan menggunakan
penggaris.
3.8.2.2 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri dengan Sumuran

Bakteri yang diencerkan dengan mencampur 1 ose suspensi bakteri
Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
larutan NaCl dan telah di standarisasi sesuai konsentrasi 0,5 Mc
Farland

Bakteri tadi di oleskan ke dalam MHA.
17

Buat lubang di media MHA yang telah diinokulasikan bakteri
menggunakan tabung yang diameter nya disesuaikan seperti cakram
disk

Kemudian masukan stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau
menggunakan mikropipet ke dalam setiap lubang di media MHA

Diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam

Amati dan ukur diameter zona terang (clear zone) yang terbentuk di
sekitar lubang dengan menggunakan penggaris.
3.9 Analisis Data
Data hasil penelitian efek ekstrak daun sirih pada Staphylococcus aureus dianalisis
menggunakan dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada perbedaan
efektifitas yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang mengandung kontrol negatif,
berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan kontrol positif
dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Data pada penelitian ini berupa variable numerik lebih dari
2 kelompok tidak berpasangan sehingga menggunakan uji One Way ANOVA jika distribusi
normal. Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan uji nonparametrik yakni Uji
Kruskall-Wallis. Kemudian untuk membandingkan, menggunakan Uji T untuk melihat
perbandingan antara metode difusi disk dan sumuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dengan metode difusi disk
Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus untuk
konsentrasi 25% memiliki nilai mean sebesar 15.000 dengan standar deviasi sebesar 0.000,
konsentrasi 50% memiliki nilai mean sebesar 17.6667 dengan standar deviasi sebesar 0.57735,
konsentrasi 75% memiliki nilai mean sebesar 19.6667 dengan standar deviasi sebesar 0.57735
dan konsentrasi 100% memiliki nilai mean sebesar 21.3333 dengan standar deviasi sebesar
1.15470.
Gbr 4.1 Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan difusi disk
4.2 Hasil dengan metode sumuran
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, dapat dilihat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus untuk konsentrasi 25% memiliki nilai mean sebesar 25.3333 dengan standar deviasi
18
19
sebesar 1.15470, konsentrasi 50% memiliki nilai mean sebesar 26.6667 dengan standar
deviasi sebesar 0.57735, konsentrasi 75% memiliki nilai mean sebesar 28.3333 dengan standar
deviasi sebesar 2.30940 dan konsentrasi 100% memiliki nilai mean sebesar 31.0000 dengan
standar deviasi sebesar 2.64575.
Besaran konsentrasi 100% memiliki nilai rata-rata paling tinggi dibandingkan ketiga
konsentrasi lainnya, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah pada besaran konsentrasi 25%.
Nilai rata-rata dari ke empat konsentrasi tersebut cukup bervariatif. Untuk membuktikan bahwa
pada keempat konsentrasi tersebut memiliki perbedaan rata-rata antara satu dengan yang lainnya,
maka dilakukan pengujian hipotesis yaitu dengan menggunakan One Way ANOVA.
Berdasarkan hasil diatas dapat dilakukan Uji T, kemudian didapatkan bahwa nilai
signifikansi dari uji T adalah sebesar 0.000 yang bernilai kurang dari 0.05, sehingga keputusan
adalah tolak H0. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan aktifitas bakteri yang signifikan
antara metode difusi dan sumuran. Hasil di atas menunjukan bahwa rata-rata aktifitas bakteri
dengan metode difusi lebih rendah dibandingkan dengan metode sumuran, yaitu untuk metode
difusi sebesar 18.4167 sedangkan untuk metode sumuran sebesar 27.8333. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode sumuran lebih baik dibandingkan dengan
metode difusi.
20
Gbr 4.2 Hasil efek ekstrak sirih hijau dengan sumuran
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata diameter zona hambat
35
30
25
20
15
10
5
0
difusi disk
sumuran
Column1
25%
15
25,3
50%
17,6
26,6
difusi disk
75%
19,6
28,3
sumuran
Diagram 4.1 rata-rata diameter zona hambat
100%
21,3
31
amoksisilin
33,3
34
21
4.3 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, ada beberapa perbedaan antara metode
difusi disk dan metode sumuran. Dalam penyiapan alat dan bahan,Pengerjaan, dan Hasil yang
diperoleh, untuk alat pada metode sumuran lebih sulit diperoleh dibandingkan dengan metode
disk yang hanya menggunakan cakram. Karena pada metode sumuran tidak menggunakan
cakram melainkan pada metode sumuran, harus menggunakan suatu alat khusus untuk melubangi
media agar nya. Alat untuk membuat lubang pada media agar ini bisa menggunakan tabung
durham yang ukuran diameter nya sama dengan diameter cakram disk tapi pada kenyataan nya
diameter dari tabung Durham banyak yang tidak sesuai dengan cakram disk,jadi untuk mengatasi
hal tersebut saya berinisiatif mencari tabung yang diameter nya sama dengan diameter cakram
disk. Akhirnya saya menemukan tabung yang diameter nya sama,yaitu menggunakan tabung
bekas minyak wangi. Setelah itu saya cocokan diameter cakram disk dan tabung tersebut dan
hasil nya sama,jadi tabung tersebut dapat saya gunakan dalam melakukan penelitian ini.
Pada pengerjaan yang saya lakukan untuk membandingkan metode disk dan sumuran
saya perlakukan sama,tapi yang membedakan nya adalah kalau sumuran pada media agar MHA
di buat lubang seperti sumur sedangkan pada disk tidak dibuat lubang. Pada hasil pengamatan di
dapatkan berupa diameter zona hambat, dengan metode sumuran diameter zona hambat lebih
besar daripada metode difusi disk. Hal ini terjadi karena banyak faktor dan teori, pada metode
sumuran ekstrak langsung di masukan ke setiap lubang maka efek untuk menghambat bakteri
menjadi lebih kuat. Sedangkan pada metode difusi disk, cakram disk harus direndam di dalam
cawan petri yang berisi ekstrak daun sirih dan pelarut etanol,lalu cakram diletakan di atas agar
MHA.
22
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Seila (2012)
yang menyatakan ekstrak daun sirih hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Hal ini terjadi karena pada ekstrak daun sirih hijau mempunyai
komponen minyak atsiri sebagai antibakteri. Di dalam minyak atsiri terdapat senyawa fenol dan
turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri Kavikol adalah salah satu turunan dari
senyawa fenol dan memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dari fenol. Fenol berfungsi
untuk mengganggu struktur tiga dimensi protein dan kemudian menjadi struktur acak tanpa
kerusakan pada struktur keranka kovalen.13 Perbedaan dinding pada bakteri gram positif dan
negatif menyebabkan bakteri gram positif lebih mudah dirusak karena dinding pada bakteri gram
positif lebih tipis, sehingga hasil diameter zona hambat yang dihasilkan lebih besar.9
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Wahyu
Susilowati (1997) menyatakan bahwa dengan menggunakan metode sumuran dapat
menghasilkan diameter zona hambat yang besar. Dan di perkuat dalam penelitian dari novel
kojong dkk. Hal ini terjadi karena pada metode sumuran terjadi proses osmolaritas dari
konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi dari metode difusi disk. Pada metode sumuran, setiap
lubang diisi dengan konsentrasi ekstrak maka osmolaritas terjadi lebih menyeluruh dan lebih
homogen serta konsentrasi ekstrak yang dihasilkan lebih tinggi dan lebih kuat untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.16
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis stastik dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelian ini
dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok
konsentrasi, yaitu pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) 25%,
50%, 75%, 100% serta kontrol positif amoksilin.
2. Metode sumuran menghasilkan diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus lebih besar daripada metode disk diffusion, konsentrasi 25%
dengan rata-rata diameter 25,3 cm ; konsentrasi 50% dengan rata-rata diameter 26,6
cm; konsentrasi 75% dengan rata-rata diameter 28,3 cm; konsentrasi 100% dengan
rata-rata diameter 31 cm.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang Perbandingan efek ekstrak daun sirih hijau
(Piper betle L.) dengan metode difusi disk dan sumuran terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, maka disarankan bila akan dilakukan penelitian selanjutnya:
1. Untuk melakukan uji perbandingan pada metode yang lain, selain metode difusi disk
dan sumuran
2. Untuk melakukan uji perbandingan metode sumuran dan difusi disk dengan
menggunakan ekstrak dari tumbuhan lain dan bakteri yang lain.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kayser. Color atlas of medical microbiology. Thieme. 2005
2.Arthur. LB. Procedur for testing in agar media Dalam: Antibiotic in Laboratory Medicine.
Williams and Wilkins, Baltimore. 1980. hal. 1-22
3. Greenwood. Antibiotic susceptibility (sensitivity) test, antimicrobial and chemotherapy. USA:
Mc Graw Hill Company. 1995
4. Arthur. LB. Procedur for testing in agar media Dalam: Antibiotic in Laboratory Medicine.
Williams and Wilkins, Baltimore. 1980. hal. 1-22
5. Brunton, L. Laurance. Lazo, John S. Parker, Keith L. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutic 11th edition. USA : Mc Graw –Hill. 2005.
6.
Kusmayati dan Agustini, N. W. R. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga
(Porphyridium cruentum). Biodiversitas. 2007. 8(1) : 48-53.
7. Gan Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : Departemen farmakologi
dan terapeutik fakultas kedokteran universitas Indonesia. 2007.
8. Warsa, V.C. Kokus Positif Gram. Dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran UI. Jakarta : Binarupa Aksara.1994.
9. Syamsu Hidayat, S. S. dan Hutapea, J. R. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta
:Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Jakarta. 1997
10. Hariana, Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta : Penebar Swadaya. 2007.
Hal 86-87
11. Damayanti R, Mulyono. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih : Obat Mujarab dari Masa ke
Masa. Jakarta : Agro Media Pustaka. 2005.
12. Kumar, Nikhil. Misra, Pragya. Dube, Anuradha. Piper betle Linn. a maligned Pan-Asiatic
plant with an array of pharmacological activities and prospects for drug discovery. Current
Science. Vol. 99, No. 7. 2010. hal. 922-932
13. Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode
Difusi Disk. Skripsi : Universitas Erlangga. 2007.
25
14. Suliantari. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap
Bakteri Patogen Pangan. Tesis : Institut Pertanian Bogor. 2008
15. Hoque, Mahfuzul. Ratilla, Shemona. et al. Antibacterial Activity of Ethanol Extract of Betel
Leaf (Piper betle L.) Against Some Food Borne Pathogens. Bangladesh J Microbiol. Volume
28, Number 2 : 2011. hal. 58-63.
16. Dalimarth, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indoneia, jilid 4. Jakarta : puspa swara. 2006.
17. Sastroamidjojo, S. A. Obat Asli Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat. 2001. Hal : 102.
18. Darwis S. N. Potensi Sirih (Piper betle L.) Sebagai Tanaman Obat. Bogor: Warta
Tumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah. Vol. 1 No. 1.
Halaman 9-11.2005.
19. Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi 2. Jakarta: Departemen Kehutanan, 2006 :
950
20. A. Duke, James. Handbook of medicinal herbs, second edition. London : CRC press. 2002.
hal. 73
21. Burt, sara. Essential oils: their antibacterial properties and potential applications in foods—a
review. Elsevier : International Journal of Food Microbiology 94. 2004. hal. 223-253.
22. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.
23. Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical
th
Microbiology. 24 Ed. USA : Mc Graw Hill. 2007 ; 224 – 7
24. Pelczar, M.J., E.S.Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia. 1988.
25. Bonang G. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
1992.
26. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008. Hal 22-42, 188-189.
26
27
28
Sumuran
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
konsentrasi 25%
3
24.00
26.00
25.3333
1.15470
1.333
konsentrasi 50%
3
26.00
27.00
26.6667
.57735
.333
konsentrasi 75%
3
27.00
31.00
28.3333
2.30940
5.333
konsentrasi 100%
3
29.00
34.00
31.0000
2.64575
7.000
Valid N (listwise)
3
Uji Anova
a) Difusi
Test of Homogeneity of Variances
Konsentrasi
Levene Statistic
df1
7.111
df2
3
Sig.
8
.012
ANOVA
Konsentrasi
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
66.917
3
22.306
4.000
8
.500
70.917
11
F
44.611
Sig.
.000
29
Multiple Comparisons
Konsentrasi
Tamhane
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 50%
-2.66667
.33333
.088
-6.2564
.9231
Konsentrasi 75%
-4.66667
*
.33333
.030
-8.2564
-1.0769
Konsentrasi 100%
-6.33333
.66667
.064
-13.5128
.8462
Konsentrasi 25%
2.66667
.33333
.088
-.9231
6.2564
Konsentrasi 75%
-2.00000
.47140
.077
-4.2730
.2730
Konsentrasi 100%
-3.66667
.74536
.097
-8.3735
1.0402
Konsentrasi 25%
4.66667
*
.33333
.030
1.0769
8.2564
Konsentrasi 50%
2.00000
.47140
.077
-.2730
4.2730
Konsentrasi 100%
-1.66667
.74536
.513
-6.3735
3.0402
Konsentrasi 25%
6.33333
.66667
.064
-.8462
13.5128
Konsentrasi 50%
3.66667
.74536
.097
-1.0402
8.3735
Konsentrasi 75%
1.66667
.74536
.513
-3.0402
6.3735
Konsentrasi 50%
Konsentrasi 75%
Konsentrasi 100%
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
a) Sumuran
Test of Homogeneity of Variances
Konsentrasi
Levene Statistic
3.639
df1
df2
3
Sig.
8
.064
Upper Bound
30
ANOVA
Konsentrasi
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
53.667
3
17.889
Within Groups
28.000
8
3.500
Total
81.667
11
Sig.
5.111
.029
Multiple Comparisons
Konsentrasi
Tukey HSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 50%
-1.33333
1.52753
.819
-6.2250
3.5583
Konsentrasi 75%
-3.00000
1.52753
.277
-7.8917
1.8917
Konsentrasi 100%
-5.66667
*
1.52753
.025
-10.5583
-.7750
Konsentrasi 25%
1.33333
1.52753
.819
-3.5583
6.2250
Konsentrasi 75%
-1.66667
1.52753
.704
-6.5583
3.2250
Konsentrasi 100%
-4.33333
1.52753
.084
-9.2250
.5583
Konsentrasi 25%
3.00000
1.52753
.277
-1.8917
7.8917
Konsentrasi 50%
1.66667
1.52753
.704
-3.2250
6.5583
Konsentrasi 100%
-2.66667
1.52753
.363
-7.5583
2.2250
Konsentrasi 25%
5.66667
*
1.52753
.025
.7750
10.5583
Konsentrasi 50%
4.33333
1.52753
.084
-.5583
9.2250
Konsentrasi 75%
2.66667
1.52753
.363
-2.2250
7.5583
Konsentrasi 50%
Konsentrasi 75%
Konsentrasi 100%
(I-J)
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
31
Uji Independent T-test
Group Statistics
Jenis
Metode
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Difusi
12
18.4167
2.53909
.73297
Sumuran
12
27.8333
2.72475
.78657
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F
Metod Equal variances
e
Sig.
.002
.963
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
22
.000
-9.41667
1.07514
-11.64638
-7.18695
-8.759 21.891
.000
-9.41667
1.07514
-11.64702
-7.18631
-8.759
assumed
Equal variances not
assumed
32
Lampiran (Alat dan Bahan)
Inkubator
Vortex
Laminar AirFlow
Alat steril
33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Eko prayoga
Tempat, Tanggal Lahir
: Sekayu, 16 Januari1990
Alamat
: Jl. Merdeka 3 No. 410 sekayu,palembang
Email
: [email protected]
No.Telpon
: 085692955642
Riwayat Pendidikan

1996 – 2002
: SDN 11 Pagi Jakarta Barat

2002 – 2005
: SMPN 69 Jakarta Barat

2005 – 2008
: MAN Model Sekayu

2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Download