Penderita Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular

advertisement
Penderita Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual �����
Unit
Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2005–2007
(Genital Herpes in Division of Sexually Transmitted Infection – Outpatient
Clinic Dr. Soetomo General Hospital 2005–2007)
Andri Catur Jatmiko, Firdausi Nurharini, Dian Kencana Dewi, Dwi Murtiastutik
Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya
ABSTRAK
Latar Belakang: Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual, yang disebabkan Virus Herpes Simpleks (VHS) terutama
VHS tipe 2. Gejala klinis khas, berupa vesikel berkelompok, dasar eritema, biasanya rekuren. Tujuan: mengetahui gambaran
umum infeksi herpes genitalis di Divisi IMS Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
periode tahun 2005-2007 (3 tahun). Metode: Penelitian retrospektif dengan melihat catatan medik penderita herpes genitalis
di Divisi PMS Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama Januari 2005 sampai
Desember 2007 (3 tahun). Hasil: Jumlah penderita baru herpes genitalis mengalami peningkatan, rasio wanita dibanding pria
adalah 1,96:1. Umur terbanyak penderita adalah 25–34 tahun, terutama sudah menikah. Banyak didapatkan pada ibu rumah
tangga. Pasangan seksual terbanyak adalah suami/istri penderita sendiri. Waktu coitus suspectus terbanyak 1–7 hari. Keluhan
��������
utama terbanyak adalah nyeri. Bentuk lesi terbanyak adalah erosi. Sifat lesi terbanyak adalah multipel. Diagnosis terbanyak
adalah herpes genitalis primer. Komplikasi tersering adalah infeksi sekunder dan kandidiasis vulvovaginalis. Pengobatan
terbanyak adalah terapi tunggal asiklovir oral (43,4%). Penyuluhan terbanyak mengenai anjuran kontrol ulang (81,6%). Follow
up terbanyak: kontrol 1 kali (53%). Kesimpulan: Terdapat peningkatan jumlah penderita herpes genitalis. Usia terbanyak yang
terinfeksi adalah kelompok usia produktif.
Kata kunci: infeksi herpes genitalis, rekurensi, nyeri
ABSTRACT
Background: Genital herpes infection was sexual transmitted disease, caused by herpes simplex virus (HSV) specially type 2
HSV. Virus have ability to be reactivated lead recurrent infection. Various number of recurency. Characteristic of clinical sign is
group vesicles, based eritematous macule and recurrent. Purpose: to determine the pattern of genital herpes patients at Sexual
Transmitted Disease Division Dermato-Venereology outpatient clinic RSUD Dr. Soetomo Surabaya for 3 years, since January
2005 until December 2007. Methods: Retrospective study. Result: Genital herpes infection showing increase case, women
were more than man, ratio 1,96:1. Most patient were 25–34 years of age. Married women were more than single. Time of coitus
suspectus were 1–7 days. Most chief complain were pain. Erotion was most clinical lesion. Most of management treatment were
single oral acyclovir. Advice in education and information were revisited patient in outpatient clinic. Conclusion: increase of
genital herpes case. Most of age affected were productive age group.
Key words: genital herpes infection, recurency,pain
Alamat korespondensi: Andri Catur Jatmiko, e-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Herpes genitalis merupakan penyakit menular
seksual dengan prevalensi yang tinggi di berbagai
negara dan penyebab terbanyak penyakit ulkus
genitalis. Infeksi herpes genitalis adalah infeksi
genitalia yang disebabkan oleh Virus herpes simpleks
Pengarang Utama 5 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP
(SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990)
102
(VHS) terutama VHS tipe 2. Dapat juga disebabkan
oleh VHS tipe 1 pada 10–40% kasus. Sebagian besar
terjadi setelah kontak seksual secara orogenital.1
VHS merupakan sekelompok virus yang termasuk
dalam famili Herpesviridae, mempunyai kemampuan
untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes
Artikel Asli������������������������������������������������������������������������������
Penderita Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2005–2007
setelah infeksi primer. Virus
�������������������������������
tersebut tetap mempunyai
kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali
sehingga dapat terjadi infeksi yang berulang. 1,2Ada
dua macam tipe VHS yang dapat menyebabkan herpes
genitalis, yaitu VHS tipe 1 dan VHS tipe 2. VHS
tipe 1 lebih sering berhubungan dengan kelainan
oral, dan VHS tipe 2 berhubungan dengan kelainan
genitalia. Kedua tipe VHS berada atau berdiam diri
dalam ganglion saraf sensoris setelah terjadi infeksi
primer. Virus ini tidak memproduksi protein virus
selama masa laten.3,4 Masa inkubasi infeksi VHS
umumnya berkisar antara 3–7 hari tetapi dapat juga
lebih lama. Bentuk lesi genitalia dapat berupa vesikel,
pustule, dan ulkus eritematosus, sembuh dalam waktu
2–3 minggu. Pada laki-laki umumnya terdapat pada
gland penis atau preputium, sedangkan pada wanita
bisa terdapat pada vulva, perineum, bokong, vagina
maupun serviks.1,2 Gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat
rekuren.2 Manifestasi klinis herpes genitalis dapat
dibedakan antara episode pertama (episode primer)
dan episode kekambuhan (episode rekuren). Angka
kekambuhan bervariasi antara satu individu dengan
individu yang lain, infeksi oleh karena VHS tipe 2
sekitar 16 kali lebih sering dibanding infeksi genital
oleh karena VHS tipe 1 dan terjadi sekitar 3 sampai
4 kali pertahun.1 Gejala klinis lokal herpes genitalis
berupa nyeri, gatal, disuria, discharge vagina dan
uretra serta nyeri kelenjar inguinal. Gejala sistemik
umumnya berupa demam, nyeri kepala, malaise,
dan myalgia. Diagnosis klinis infeksi herpes
genitalis bila ditemukan kelompok vesikel multipel
berukuran sama, timbulnya lama dan sifatnya sama
dan nyeri. Infeksi herpes genitalis juga dibedakan
dengan penyebab lain ulkus genital seperti ulkus
yang disebabkan Treponema pallidum, walaupun dapat
terjadi koinfeksi antara keduanya. 3 Pemeriksaan
laboratorium untuk membantu diagnosis herpes
genitalis antara lain Tzank smear, isolasi virus, deteksi
DNA VHS dengan PCR, deteksi antigen VHS secara
enzyme immunoassay (EIA) dan peningkatan titer
antibodi anti-VHS pada serum, yang bermanfaat
pada episode pertama infeksi. Pengobatan herpes
genitalis secara umum dibagi 3 bagian yaitu:
(1) pengobatan profilaksis; (2) pengobatan non
spesifik; (3) pengobatan spesifik. Prognosis herpes
genitalis akan lebih baik bila dilakukan pengobatan
secara dini sehingga penyakit berlangsung lebih
singkat dan rekurensi lebih jarang. Tujuan dari
penelitian retrospektif ini adalah untuk mengetahui
gambaran umum kasus herpes genitalis di Divisi IMS
Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya perioder tahun 2005–2007
(3 tahun). Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran umum dan melakukan
evaluasi penegakan diagnosis serta penatalaksanaan
kasus-kasus herpes genitalis berdasar catatan medik
yang ada, sehingga dapat dilakukan perbaikan catatan
medik, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
herpes genitalis di masa yang akan datang.
METODE
Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan
melihat catatan medik penderita herpes genitalis di
Divisi IMS Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode
Januari 2005 sampai Desember 2007 (3 tahun).
HASIL
16705
(0,05%)
H. Genitalis
Divisi IMS
URJ Kulit & Kelamin
5860
4998
741
30
29
2005
5847
2899
(2,9%)
989
1086
24
2006
2007
83
TOTAL
Gambar 1. Distribusi penderita baru herpes genitalis
di Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
periode 2005–2007
Penderita herpes genitalis (HG) tercatat 83
penderita yang merupakan 0,49% dari seluruh
penderita.
Ulkus non spesifik
Bakteririal vagionosis
Bartholinitis
Kandidiasis Vulvo vaginal
UNS/IGNS
16
26
26
27
83
98
168
195
231
572
Gambar 2. Distribusi 10 Jenis PMS terbanyak di
Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
periode 2005–2007
Infeksi herpes genitalis menempati urutan ke-6
dari 10 penyakit terbanyak di Divisi IMS.
103
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Vol. 21 No. 2 Agustus 2009
Laki-laki
28 (33,7%)
Disangkal
4
Teman/Pacar
10
PSK
Perempuan
55 (66,3%)
26
Suami/Istri
Gambar 3. Distribusi jenis kelamin penderita baru
herpes genitalis di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Penderita wanita: 55 orang (66,2%) lebih banyak
daripada laki-laki: 28 orang (33,8%) atau dengan
rasio 1,96:1.
43
Gambar 6. Distribusi pasangan seksual penderita
baru herpes genitalis di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Pasangan seksual terbanyak adalah suami/istri
penderita sendiri: 43 orang (51,8%).
60 (72,3%)
55-64 tahun
6 (7,2%)
45-54 tahun
9 (10,8%)
35-44 tahun
17 (20,5%)
15 (18,1%)
6 (7,2%)
25-34 tahun
33 (39,8%)
1-7 hari
15- 14 t ahun
18 ( 2 1, 7%)
Gambar 4. Distribusi kelompok umur penderita
baru herpes genitalis di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Kelompok umur terbanyak terdapat pada
kelompok umur 25–34 tahun sebanyak 33 orang
(39,7%).
8-14 hari
> 14 hari
2 (2,4%)
tak tercantum
Gambar 7. Distribusi waktu coitus suspectus
penderita baru herpes genitalis di Divisi
IMS URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode
2005–2007.
Waktu coitus suspectus terbanyak adalah antara
1–7 hari: 60 penderita (72,3%).
9 (10,8%)
tanpa keluhan
0
Leukore
6 (7,2%)
7 (8,4%)
64
(77,1% )
gatal
7 (8,4%)
15 (18,1%)
19
(22,9% )
Kawin
Belum kawin
Gambar 5. Distribusi status perkawinan penderita
baru herpes genitalis di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya periode 2005–
2007.
104
Nyeri
41 (59,2%)
Gambar 8. Distribusi keluhan utama penderita
baru herpes genitalis di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Keluhan utama terbanyak adalah nyeri pada
45 penderita (54,2%).
dan kelamin
RSUD
Dr. Soetomo
Surabaya
periode
2005-2007
dan kelamin
RSUD
Dr. Soetomo
Surabaya
periode
2005-2007
Artikel Asli������������������������������������������������������������������������������
Penderita Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2005–2007
pa pul+E ro s i+v e s ik e l
pa pul+Ero s i+v e s ik e l
Ulk us + e ro s i
Ulk us + e ro s i
Ulk us
soliter dan
soliter soliter dan
nyeri tekan
soliter
7(8,4%)
nyeri3(3,6%)
tekan
4 ( 4 ,8 %)
4 ( 4 ,8 %)
6 ( 7 ,2 %)
7(8,4%)
6 ( 7 ,2 %)8 ( 9 ,6 %)
9 ( 10 ,8 %)
8 ( 9 ,6 %)
12 ( 14 ,5 %)
Ulk us
9 ( 10 ,8 %)
18 ( 2 1,7 %)
12 (14,5%)
2
0 %)
18 (251,7( 3%)
E ro s i
3(3,6%)
menggaung
menggaung
0%
0%
multipel
29(35%)
multipel dan
nyeri tekan
multipel
29(35%)
multipel dan
44(53%)
nyeri tekan
44(53%)
2 5 ( 3 0 %)
Ero s i
Gambar 9. Distribusi bentuk lesi herpes genitalis penderita baru di Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode
2005–2007.
dan kelamin
RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2005-2007
Bentuk lesi tunggal herpes genitalis terbanyak
adalah erosi, sebanyak 25 penderita (30%).
HG Rekuren
22 (26,5%)
60
HG Primer
61 (73,5%)
15
5
corpus/glans
penis
3
vulva
vagina/serviks tidak tercatat
Gambar 10. Distribusi lokasi lesi herpes genitalis
penderita baru di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Gambar 12. Distribusi diagnosis herpes genitalis
penderita baru di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Diagnosa terbanyak herpes genitalis adalah herpes
genitalis primer: 61 penderita (73,5%).
74
6
asiklovir+ doksisiklin
4
Asiklovir+HF+na. fusidat
asiklovir+ketokonazol
asiklovir+na fusidat+kompres PZ
15
9
11
asiklovir+eritromisin
8
asiklovir+as. Mef
asiklovir
Tzanks
sm ear
T.pallidum
U. ducreyi
2
3
4
28
36
VDRL/TPHA Tak diperiksa
Gambar 11. Distribusi pemeriksaan laboratorium
herpes genitalis penderita baru di
Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
periode 2005–2007.
Pemeriksaan Tzank smear pada 9 penderita (10,8%)
hasil positif pemeriksaan Tzank smear adalah 4 kasus
(4,8%).
Gambar 13. Distribusi pengobatan herpes genitalis
penderita baru di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya periode 2005–2007.
Pengobatan tunggal terbanyak adalah asiklovir
oral 200 mg, 5 kali sehari selama 7 hari, pada
36 penderita (43,4%).
105
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Vol. 21 No. 2 Agustus 2009
kondom (18,3%)
kontrol ulang
(59%)
pemrk. pasangan
(33,7%)
Gambar 14. Distribusi KIE pada penderita baru herpes
genitalis di Divisi IMS URJ Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya periode 2005–2007
Penyuluhan terbanyak adalah anjuran kontrol
ulang: 49 penderita (81,6%).
PEMBAHASAN
Insidensi herpes genitalis di Divisi PMS RSUD
Dr. Soetomo antara tahun 1997 sampai 2001 adalah
1,37% dari kunjungan Divisi IMS dan 0,17% dari
total kunjungan URJ Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. 6 Terdapat peningkatan
insiden herpes genitalis dan kunjungan penderita
baru di Divisi IMS RSUD Dr. Soetomo. Berbagai
kemungkinan penyebabnya antara lain masih
tingginya perilaku seksual yang tidak aman. Jenis
kelamin penderita baru selama kurun waktu 3 tahun
didapatkan penderita wanita 55 orang (66,2%) lebih
banyak daripada laki-laki 28 orang (33,8%) atau
dengan rasio 1,96:1. Hal ini mungkin disebabkan oleh
70–90% infeksi herpes genitalis episode pertama pada
wanita terdapat lesi herpetik pada serviks, yang sering
memberikan gejala yang ringan atau tanpa gejala.4,9
Kelompok umur terbanyak terdapat pada kelompok
umur 25–34 tahun sebanyak 33 orang (39,7%) dan
paling sedikit kelompok umur 55–64 tahun sebanyak
6 penderita (7,2%). Dari data tersebut hendaknya
diwaspadai peningkatan hubungan seksual yang
tidak aman, tanpa alat pengaman (kondom) yang
berakibat efek berantai berupa penularan pada
pasangan suami-istri.11 Pasangan seksual terbanyak
adalah suami/istri penderita sendiri, sebanyak
43 orang (51,8%), kemudian PSK, sebesar 26 orang
(31,3%), teman/pacar, sebesar 10 orang (12%) dan yang
tidak tercantum/disangkal, sebesar 4 orang (4,8%).
Menurut kepustakaan, wanita dengan seronegatif
mempunyai kecepatan lebih tinggi terkena infeksi
herpes genitalis daripada laki-laki. Sifat infeksi herpes
genitalis pada laki-laki yang lebih tinggi frekuensi
kekambuhannya, lebih ringan/tidak terdapatnya
106
keluhan menyebabkan lebih tingginya kecepatan
transmisi herpes genitalis terhadap pasangannya.
Keluhan utama yang menyebabkan penderita datang
berobat terbanyak adalah nyeri pada 45 penderita
(54,2%). Gejala herpes genitalis bisa juga asimtomatis
terutama bila lesi terjadi pada serviks. Pada suatu
penelitian retrospektif 50-70% infeksi herpes genitalis
adalah asimtomatis.2,4,8 Gejala sistemik muncul pada
awal penyakit biasanya mencapai puncak dalam
3–4 hari berikutnya. Selain itu gejala leukore ataupun
disuria juga tidak tercantum dalam catatan medik.
Gejala klinis herpes genitalis pada hari ke-1–6 adalah
timbulnya vesikel/pustul, pada hari ke-6–12 terjadi
ulserasi (wet ulcer), dan pada hari ke-12–20 lesi
menyembuh dan terbentuk krusta.1,4 Pada penelitian
ini bentuk lesi tunggal herpes genitalis terbanyak
adalah erosi, ������������������������������������
sebesar�����������������������������
25 penderita (30%). Hal itu
sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan erupsi
kulit herpes genitalis berupa gerombolan vesikel di
atas kulit yang kemerahan. Vesikel tersebut mudah
pecah dan menimbulkan erosi atau ulkus kecil yang
multipel. Sifat lesi yang terbanyak adalah multipel
ditemukan pada 44 penderita (53%). Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang menyebutkan lesi awal
adalah vesikel yang berkelompok dan mudah pecah
menimbulkan erosi multipel. Lokasi lesi tersering
herpes genitalis pada penelitian ini adalah pada
pria di daerah corpus/glans penis (6%) dan pada
wanita di daerah vulva (18,1%). Perlu diwaspadai lesi
daerah sekitar anus pada pasien pria, biasanya terjadi
oleh karena hubungan seksual secara anogenital
(homoseksual), sedangkan pada wanita lokasi
tersering adalah di vulva, jarang pada vagina, serviks
dan uretra. Prosedur penegakan diagnosis herpes
genitalis di Divisi IMS RSUD Dr. Soetomo adalah
berdasarkan gejala klinis dan bila masih ditemukan
vesikel dilakukan pemeriksaan Tzank smear. Pada
penelitian ini hasil positif pemeriksaan Tzank smear
adalah 4 kasus (8,2%) dari total pemeriksaan Tzank
smear, hasil negatif didapatkan pada 5 penderita. Pada
setiap penderita dengan ulkus genital, pemeriksaan
laboratorium rutin di Divisi IMS RSUD Dr. Soetomo
adalah: VDRL/TPHA, Treponema pallidum (Darkfield
microscopy), Unna ducreyi, WR/K. Pada penelitian ini
pemeriksaan yang paling banyak dilakukan adalah
T. pallidum (Darkfield Microscopy) yaitu 15 penderita
(18,1%), kemudian Unna ducreyi 11 penderita (13,3%),
VDRL/TPHA 8 penderita (9,6%), semuanya memberi
hasil negatif. Diagnosis terbanyak herpes genitalis
adalah herpes genitalis primer 61 penderita (73,5%)
dan herpes genitalis rekuren 22 penderita (26,5%).
Artikel Asli������������������������������������������������������������������������������
Penderita Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2005–2007
Menurut kepustakaan herpes genitalis primer yang
disebabkan VHS yaitu VHS tipe 2 90% menjadi
rekuren dalam satu tahun pertama infeksi dan
herpes genitalis yang disebabkan VHS tipe 1 60%
menjadi rekuren dalam satu tahun pertama infeksi.
Pria sedikit lebih sering kambuh daripada wanita
(dengan perbandingan 5:4). Lesi genitalia yang
nyeri dilaporkan lebih sering pada wanita (sekitar
60–90%) dan berlangsung lebih lama (rata-rata 5,9
hari), dibandingkan dengan pria 30–70%, lama rata-rata
3,9 hari. Faktor pencetus rekurensi antara lain trauma,
coitus berlebihan, demam, gangguan pencernaan, stres
emosi, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol,
obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid), dan pada
beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya.1,4,14
Berdasarkan pengobatan yang dilakukan, pengobatan
tunggal asiklovir oral 200 mg, 5 kali sehari selama
7 hari, pada 36 penderita (43,4%). Jumlah penderita
yang mendapatkan pengobatan asiklovir oral dengan
kombinasi obat-obatan lain (doksisiklin, eritromisin,
asam mefenamat, natrium fusidat, ketokonazole
dan doksisiklin) adalah 47 penderita (56,6%). Dari
data-data tersebut pengobatan dengan asiklovir oral
diberikan pada hampir semua penderita. Menurut
kepustakaan asiklovir adalah anti virus efektif pertama
yang dikembangkan untuk terapi herpes genitalis. Pada
infeksi herpes genitalis primer, asiklovir intravena
(5 mg/kg/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 5 dd
200 mg/hari selama 10–14 hari dan asiklovir topikal
5%, dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi
virus dan mempercepat penyembuhan. ����������������
Terapi sistemik
mencegah pembentukan lesi baru. Efek klinis asiklovir
pada infeksi episode awal adalah menurunkan demam
dan gejala konstitusional dalam 48 jam terapi inisial
dan menghilangkan gejala dengan cepat.1,4,15 Dari
penelitian ini penderita yang mendapat penyuluhan
terbanyak adalah anjuran kontrol ulang, sebanyak
49 penderita (81,6%).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
jumlah kunjungan penderita baru herpes genitalis
di Divisi IMS RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun
2005–2007 (3 tahun) mempunyai kecenderungan
mengalami peningkatan, wanita lebih banyak daripada
laki-laki dengan rasio 1,96:1. Umur terbanyak adalah
25–34 tahun, lebih banyak pada penderita yang sudah
menikah. Pasangan seksual terbanyak adalah suami/
istri penderita sendiri.Waktu coitus suspectus terbanyak
1–7 hari. Keluhan utama terbanyak adalah nyeri.
Bentuk lesi terbanyak adalah erosi. Sifat lesi terbanyak
adalah multipel. Pemeriksaan Tzank smear dilakukan
pada 9 penderita dengan hasil positif. Diagnosis
terbanyak adalah herpes genitalis primer. Pengobatan
terbanyak adalah terapi tunggal asiklovir oral (43,4%).
Penyuluhan yang disampaikan pada 72,3% penderita,
terbanyak mengenai anjuran kontrol ulang (81,6%).
Kunjungan ulang (follow up) terbanyak adalah kontrol
1 kali (53%), tidak kontrol (3,6%).
KEPUSTAKAAN
1. Marques AR, Straus SE. Herpes simplex. In:
�������������
Wolff K,
Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell,
editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 1873–85.
2. Daili SF, Judanarso J. Herpes genitalis. Dalam: Daili SF,
Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Penyakit Menular
Seksual. Jakarta: Balai Pnerbit FKUI; 1999. h. 110–21.
3. Murtiastutik D. Herpes simpleks genitalis. Dalam:
Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S.editors.
Buku Ajar Infeksi Seksual Menular. Surabaya:
Airlangga University Press; 2008. p. 149–57.
4. Corey L, Wald A. Genital Herpes. In: Holmes K, Mardh
PA, Sparling PF, editors. Sexually Transmitted Disease.
2nd New York: McGraw-Hill; 1990. p. 285–312.
5. Saenong RH, Djawad K, Amin S. Herpes genitalis.
Dalam: Amiruddin MD, editors. Penyakit Menular
Seksual. Makasar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin FK Universitas Hasanudin; 2004.
h. 179–98.
6. Syahputra E. Penelitian Herpes Genitalis di Divisi
Penyakit Menular Seksual URJ RSUD Dr. Soetomo
Surabaya periode 1997–2001 BIPKK 2002; 14(3):
209–21.
7. Parks G. Genital herpes. In: Nelson AL, Woodward
JA, editors. Sexually Transmitted Disease: A Practical
Guide For Primary Care. New York: Humana Press; 2002.
p. 47–70.
8. Daili SF, Makes WI. Infeksi Virus Herpes. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2002.
9. Corey L. Genital herpes: A Worldwidw Epidemic.
Available from: URL: www.medscape.com/viearticle.
Accessed on April 29 2008
10. Malkin JE. Epidemiology of genital herpes Simplex
virus infection in developed countries. London:
Cambridge Medical Publication; 2004.
11. Nail TG, Asha LK, Leelakumari PV. An epidemiological
study of sexually transmited disease. Indian J Dermatol
Veneorol Leprol. 2006; 66: 69–72.
12. Corey L. Epidemiology and natural history of genital
herpes. An on line Continuing Medical Education
Publication of the American Herpes Foundation.
13. Fatahzadeh M, Schwartz RA. Human herpes simplex
virus infection. J Am Acad Dermatol. 2007; 06:
737–49.
14. Beena N. A Retrospective study of the pattern of sexually
transmitted disease during a ten-year period. Indian
J Dermatol Veneorol Leprol 2005; 71(5): 333–37
15. Current Vews on the epidemiology of HSV. Available
From:URL: www.medscape.cm. Accssed on April 29
2008.
107
Download