Determinan Praktik Hubungan Seksual Pranikah Pada Remaja di

advertisement
Determinan Praktik Hubungan Seksual Pranikah Pada Remaja di Salah Satu SMA di Kabupaten
Indramayu
Tutin Marlia
Akper Saifuddin Zuhri Indramayu
Abstrak
Praktik Hubungan seksual pranikah pada
remaja dapat mengakibatkan kehamilan
tidak diinginkan, penyakit menular seksual,
infeksi organ reproduksi dan yang paling
berbahaya adalah tindakan aborsi yang
tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan praktik hubungan seksual pra nikah
pada remaja. penelitian kuantitatif ini
dilakukan dengan menggunakan metode
survey
dengan
rancangan
non
eksperimental. Data dikumpulkan dengan
cara cross sectional. Penelitian ini
dilakukan disalah satu SMA di Indramayu
yang melibatkan 236 responden. Tehnik
pengambilan sampel menggunakan acak
sistematis. Hasil penelitian mendapatkan
16.9% responden
sudah
melakukan
hubungan seksual pra nikah. Faktor jenis
kelamin, besarnya uang saku, kepemilikan
televisi, terpapar pornografi, pengaruh
teman sebaya dan ketaatan beragama
mempunyai (P <0.05) berhubungan dengan
perilaku hubungan seksual pra nikah.
Faktor yang paling berhubungan adalah
pengaruh teman sebaya (P 0.001).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diharapkan adanya upaya-upaya yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti
orang tua, sekolah, dinas pendidikan, dinas
kesehatan dan lain-lain sebagai upaya
pencegahan terjadinya hubungan seksual
pra nikah.
Pendahuluan
Remaja merupakan generasi muda
penerus bangsa. Maju dan mundurnya suatu
bangsa tidak akan lepas dari peranan para
generasi muda. Masa remaja merupakan
masa transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa, pada masa ini banyak hal
yang berubah pada remaja baik secara fisik,
biologis,
psikologis
maupun
sosial.
Perubahan- perubahan tersebut tidak luput
dari munculnya beberapa masalah sebagai
bentuk tuntutan penyesuaian.
Berdasarkan data profil remaja
BKKBN tahun 2011 didapatkan bahwa hasil
sensus penduduk tahun 2010 menunjukan
jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.6
juta jiwa. 63.4 juta diantaranya adalah
remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak
32.164.436 jiwa (50.70%) dan perempuan
sebanyak 31.279.012 jiwa (49.30%). Dilihat
dari besarnya angka tersebut maka remaja
(usia 10-24 tahun) memerlukan perhatian
yang serius dari berbagai pihak mengingat
mereka termasuk dalam usia sekolah dan
usia kerja (usia produktif). Apabila tidak
dipersiapkan dengan baik maka remaja akan
berisiko terhadap perilaku-perilaku yang
menyimpang diantaranya seks pranikah.
Remaja memiliki dua nilai yaitu nilai
harapan (idealisme) dan kemampuan.
Apabila kedua nilai tersebut tidak terjadi
keselarasan maka akan muncul bentukbentuk frustasi. Bentuk frustasi ini pada
gilirannya akan merangsang generasi muda
untuk
melakukan
tindakan-tindakan
abnormal (menyimpang). Dari sudut
pandang kesehatan, tindakan menyimpang
yang akan mengkhawatirkan adalah masalah
yang berkaitan dengan seks bebas
(unprotected
sexuality),
penyebaran
penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah
atau kehamilan yang tidak dikehendaki
(adolecent
unwanted
pragnancy)
di
kalangan remaja. Masalah-masalah yang
disebut terakhir ini dapat menimbulkan
masalah-masalah sertaan lainnya yaitu
aborsi dan pernikahan usia muda
(Laksmiwati, 2003).
Hasil kajian BKKBN tahun 2010
mengatakan bahwa rata-rata dari 100 remaja
di wilayah Jabodetabek, sekitar 54% pernah
melakukan hubungan seksual pranikah.
Kejadian seks pranikah di Surabaya
mencapai 47%, di Bandung dan Medan
52%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja
berefek pada kasus infeksi penularan
HIV/AIDS yang cenderung berkembang di
Indonesia. Fenomena seks bebas ditemukan
pada kelompok remaja sekolah maupun di
kelompok remaja yang kuliah, hal ini sejalan
dengan pernyataan bahwa mahasiswi di
Yogyakarta dari 1.660 responden sekitar
37%
mengaku
sudah
kehilangan
kegadisannya. Terjadi kehamilan rata-rata
17% per tahun (kehamilan yang tidak
diinginkan), sebagian dari jumlah tersebut
bermuara pada praktik aborsi. Grafik aborsi
di Indonesia termasuk katagori cukup tinggi
dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai
2,4 juta jiwa.
Terdapat hubungan yang bermakna
antara pacaran dengan perilaku seksual
pranikah; faktor lain yang mempengaruhi
perilaku seksual pranikah diantaranya adalah
usia pubertas seseorang sampai dengan
menikah diperpanjang, adanya kesempatan
untuk melakukan perilaku seksual pranikah,
paparan media massa tentang seks,
kurangnya informasi/ pengetahuan tentang
seks, komunikasi yang kurang efektif
dengan orang tua, akses alat kontrasepsi
yang tersedia bebas dan kurangnya
pemahaman etika moral dan agama, remaja
laki-laki
lebih
menyetujui
dalam
menentukan dan melakukan perilaku seksual
pranikah. daripada remaja wanita (Setiawan
& Nurhidayah, 2008).
Saleha (2010), mengatakan bahwa
tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan remaja tentang seksualitas
dengan perilaku seksual pra nikah pada
remaja. Hal ini menunjukan bahwa perilaku
seks pra nikah bukan hanya dipengaruhi
oleh pengetahuan
tentang perilaku
seksualitas saja, tetapi dipengaruhi juga oleh
faktor lain diantaranya kontrol orang tua,
agama, norma budaya dan media informasi.
Lingkungan keluarga merupakan salah satu
faktor yang paling berpengaruh terhadap
perilaku seksual remaja.
Remaja yang hidup dalam keluarga
besar, remaja yang menjadi yatim piatu dan
remaja dalam keluarga transisi mempunyai
risiko yang signifikan dalam melakukan seks
pranikah begitupula dengan keluarga yang
menganut poligami. Hubungan antara orang
tua dan anak yang lebih kuat dan kontrol
yang baik dari orang tua terhadap anak dapat
menurunkan risiko terjadinya hubungan seks
pra nikah (Dimbuene dan Defo, 2011).
Seks pranikah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, faktor agama merupakan
salah satu faktor yang tidak bisa
diremehkan. Agama mempunyai standar
untuk menilai dan membimbing umatnya
serta
mempunyai fungsi kontrol sosial
sehingga umat beragama diharapkan
bertindak dengan cara-cara yang sesuai
dengan norma-norma tertentu (Gyimah et
all, 2013).
Faktor jenis kelamin, besarnya uang
saku, keterpaparan pornografi, mempunyai
berhubungan yang signifikan dengan praktik
hubungan seksual pra nikah, dan Faktor
yang paling mendominasi adalah pengaruh
keterpaparan pornografi (Marlia, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu
Bidang Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR) periode Januari sampai dengan
Oktober 2014 didapatkan data tentang
kasus-kasus yang berhubungan dengan
perilaku seksual remaja dan akibat yang
ditimbulkan, diantaranya yaitu perilaku
seksual pranikah sejumlah 589, persalinan
34, abortus 66, kehamilan tidak diinginkan
(KTD) 73, infeksi menular seksual 235,
HIV/AIDS 19 (DinKes Indramayu).
Berdasarkan data tersebut diatas
bahwa banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya hubungan seksual pra nikah pada
remaja dan begitu banyak dampak yang
ditimbulkan karena hal tersebut sehingga
perlu adanya upaya-upaya pencegahan
maupun penanganan bagi yang sudah terjadi
dari berbagai pihak, dengan melihat uraian
tersebut sehingga penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Determinan Praktik Hubungan Seksual
Pranikah pada Remaja di Salah Satu SMA di
Kabupaten Indramayu Tahun 2015”.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode
survey non eksperimental, data dikumpulkan
secara cross sectional. Kerangka konsep
dalam penelitian ini dengan mengadopsi
model precede dari Green bahwa faktor
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama
yaitu predisposing factors, enabling factors
.
dan
reinforcing factor (Green dalam
Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah
kelas X dan XI yang berjumlah 607. Tehnik
hitung sampel dengan menggunakan
proporsi binomunal dan menghasilkan 236
sampel, sedangkan tehnik pengambilan
sampel menggunakan sistem random acak
sistematis. Pengambilan data dilakukan
secara langsung dari responden (data primer)
dan
instrumen
pengumpulan
data
menggunakan kuisioner.
Terdapat 8 variabel yang diteliti
dalam penelitian ini, diantaranya dari faktor
pendorong/predisposing
factor
adalah
pendidikan orang tua dan pekerjaan orang
tua, dari faktor pemungkin/enabling factor
yaitu kepemilikan kendaraan, tempat
tinggal, kepemilikan televisi atau computer,
sedangkan dari faktor penguat/reinforcing
factor adalah pengaruh teman sebaya,
aktivitas keagamaan dan peran sekolah.
Analisa data menggunakan univariat,
bivariat (menggunakan uji chi square) dan
analisis multivariat menggunakan uji regresi
logistik ganda.
Hasil
Penelitian ini mengenai Determinan
Praktik Hubungan Seksual Pranikah pada
Remaja di Salah Satu SMA di Kabupaten
Indramayu Tahun 2015”.
Berikut ini adalah analisis hasil
penelitian yang ditampilkan dalam bentuk
tabel yang menggambarkan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel,
hubungan antar variabel dan variabel yang
paling
mempengaruhi
a. Analisis Univariat
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Variabel Dependen dan Independen
Variabel
Praktik Hubungan Seksual Pra nikah
Tidak melakukan
Melakukan
Tempat Tinggal
Kos
Tidak kos
Pendidikan Orang Tua
Tinggi
Rendah
Pekerjaan Orang Tua
Formal
Informal
Kepemilikan Kendaraan
Tidak punya
Punya
Kepemilikan Tv/Computer
Tidak punya
Punya
Pengaruh Teman Sebaya
Tidak ada
Ada
Ketaatan Beragama
Taat
Tidak Taat
Peran Sekolah
Ada
Tidak ada
n (%)
196 (83.1)
40 (16.9)
209 (88.6)
27 (11.4)
39 (16.5)
197 (83.5)
96 (40.7)
140 (59.3)
92 (39.0)
144 (61.0)
92 (39.0)
144 (61.0)
142 (60.2)
94 (39.8)
90 (38.1)
146 (61.9)
196 (81.3)
40 (16.9)
b. Analisis Bivariat
Tabel 1.2
Analisi Bivariat Variabel Dependen dan Independen
Variabel
Tempat Tinggal
Kos
Tidak kos
Pendidikan Orang Tua
Tinggi
Rendah
Pekerjaan Orang Tua
Formal
Informal
Kepemilikan Kendaraan
Tidak punya
Punya
Kepemilikan Tv/Computer
Tidak punya
Punya
Pengaruh Teman Sebaya
Tidak ada
Ada
Ketaatan Beragama
Taat
Tidak Taat
Peran Sekolah
Ada
Tidak ada
Praktik Hubungan Seksual
Melakukan
Tidak
Melakukan
N
%
N
%
Total
N
%
P
value
OR
95% CI
0.166 –
2.032
37
3
17.7
11.1
172
24
82.3
88.9
209
27
100
100
0.557
0.581
6
34
15.4
17.3
33
163
84.6
82.7
36
197
100
100
0.959
1.147
0.446 –
2.958
19
21
19.8
15.0
77
119
80.2
85.0
96
140
100
100
0.431
0.715
0.361 –
1.417
8
32
8.7
22.2
84
112
91.3
77.8
92
144
100
100
0.012
3.000
1.315 –
6.844
8
32
8.7
22.2
84
112
91.3
77.8
92
144
100
100
0.012
3.000
1.315 –
6.844
11
29
7.7
30.9
131
65
92.3
69.1
142
94
100
100
0.000
5.313
2.497 –
11.305
9
31
10.0
21.2
81
115
90.0
78.8
90
146
100
100
0.040
2.426
1.096 –
5.371
29
11
14.8
27.5
167
29
85.2
72.5
196
40
100
100
0.085
2.184
0.983 –
4.853
c. Analisis Multivariat
Tabel 1.3
Analisis Multivariat Variabel Dependen dan Variabel Independen
Variabel
Pengaruh teman sebaya
Kepemilikan kendaraan
Nilai p
Nilai OR
CI 95%
0.000
0.013
5.248
2.936
2.441-11.282
1.250-6.896
Pembahasan
1. Praktik hubungan seksual pranikah
Berdasarkan hasil penelitian yang ada
disajikan pada tabel 1.1 dapat dijelaskan
bahwa responden yang sudah melakukan
hubungan seksual berjumlah (16.9%) dan
yang tidak melakukan sejumlah (83.1%).
Dorongan atau hasrat seksual sudah ada
dalam diri remaja dimana pada masa remaja
ini alat-alat reproduksi mereka memang
mulai berfungsi. Kematangan fungsi
reproduksi/seksualitas terkadang tidak selalu
diimbangi dengan kematangan mental
remaja. Remaja diharapkan memahami
perilaku yang dilakukan dan dapat
mempertanggungjawabkan
risiko
dari
perilaku yang dilakukannya. Tingkat
kematangan remaja dalam pengambilan
keputusan juga belum matang, ditambah
rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginginan
untuk memenuhi hasrat seksualnya karena
sudah
berfungsinya
hormone-hormon
reproduksi sehingga mengalahkan norma,
agama serta kontrol diri untuk tidak
melakukan hubungan seksual.
Dampak
hubungan
seksual
yang
dilakukan oleh remaja seperti kehamilan
tidak diinginkan yang bisa menimbulkan
efek baik secara fisik, psikologis maupun
sosial dan melibatkan bukan hanya dirinya
sendiri namun keluarga dan masyarakat
tentunya merupakan hal yang perlu
dipahami oleh remaja. Selain itu penularan
penyakit akibat hubungan seksual juga dapat
terjadi sehingga remaja haruslah berpikir
panjang bila hendak melakukan hal tersebut.
2. Tempat tinggal
Hasil uji statistik menghasilkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara
tempat tinggal responden dengan praktik
hubungan seksual pranikah. Tempat tinggal
dan kontrol lingkungan merupakan faktor
yang tidak kalah penting yang dapat
diprediksi sebagai determinan hubungan
seksual. Siswa yang tinggal bersama dengan
orang tua mendapatkan pengawasan dan
bimbingan penuh dari orang tua maupun
sanak saudaranya. Siswa yang tinggal
ditempat kos cenderung untuk bebas dan
pengawasan dan bimbingan orang tuanya
kurang.
Namun dalam penelitian ini siswa yang
tinggal dengan orang tua justru banyak yang
melakukan hubungan seksual dibandingkan
dengan siswa yang tinggal ditempat kos. Hal
ini mungkin disebabkan karena jumlah siswa
yang tinggal dirumah lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah siswa yang
tinggal ditempat kos. Kemungkinan yang
lain diantaranya karena orang tua yang
kurang memberikan
bimbingan dan
pengawasan serta perhatian kepada anaknya,
apalagi jika orang tuanya bekerja disektor
informal yang jam kerjanya tidak menetap,
sehingga disaat dirumah tidak ada orang tua
kesempatan tersebut digunakan oleh remaja
untuk
melakukan
hubungan
seks
dirumahnya.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh lestari, dkk 2014, bahwa
remaja yang status tempat tinggalnya selama
sekolah adalah kost dapat melakukan
perilaku seks pranikah yang beresiko lebih
tinggi dibandingkan perilaku seks pranikah
beresiko rendah. Sedangkan status tempat
tinggalnya selama sekolah adalah tidak kost
(tinggal bersama orang tua/ sanak saudara)
melakukan perilaku seks pranikah lebih
rendah.
Begitupula data hasil Sexual Behavior
Survey Indonesia 2011, tempat kos dan
asrama menempati peringkat pertama (74
persen) sebagai tempat anak muda
melakukan hubungan seksual pranikah,
disusul dengan hotel atau motel (68 persen),
serta rumah sendiri (43 persen) dan rumah
pacar (29 persen) yang bila dijadikan satu
kategori rumah mencapai 72 persen (DKT
Indonesia).
Berdasarkan uraian tersebut remaja yang
tinggal dengan orang tua maupun yang kost
sama-sama
memerlukan
pengawasan,
kontrol sosial dalam hal ini akan bermanfaat
sekali terhadap pencegahan seks pra nikah.
3. Pendidikan orang tua
Hasil uji statistik disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi praktik hubungan
seksual pra nikah dengan tingkat pendidikan
orang tua responden tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pendidikan
orang tua responden dengan praktik
hubungan seksual pra nikah. Dari hasil
analisis diatas walaupun tidak ada hubungan
antara tingkat pendidika orang tua dengan
praktik hubungan seksual pra nikah namun
bisa kita lihat bahwa untuk siswa yang
mempunyai orang tua dengan tingkat
pendidikan rendah lebih banyak melakukan
praktik hubungan seksual jika dibandingkan
sengan
siswa
yang
orang
tuanya
berpendidikan tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Alfiani dkk, 2013 bahwa
orang tua berpengaruh positif terhadap per
ilaku seksual yang dilakukan oleh remaja,
maka pendidikan seks harus diberikan sejak
dini agar perilaku anak tersebut kedepannya
tidak berlanjut kearah negatif.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan itu sangat penting, jika orang tua
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
tentunya
diharapkan
mengetahui
perkembangan dan perubahan-perubahan
yang terjadi saat anaknya memasuki masa
remaja. Pendidikan seks sejak dini yang
sesuai dengan usia anak juga diharapkan
mampu diberikan oleh orang tua tanpa
memandang bahwa pendidikan seks itu tabu
jika diberikan oleh orang tua, hal seperti ini
diharapkan anak-anak bisa mendapatkan
pendidikan seks dari orang atau yang tepat
sehingga remaja tidak mencari kepuasan
informasi dari sumber yang lain yang belum
tentu kebenarannya.
4. Pekerjaan orang tua
Hasil uji statistik disimpulkan tidak ada
hubungan antara pekerjaan orang tua
responden dengan praktik hubungan seksual
pra nikah. Hasil penelitian diatas dapat
dianalisis
bahwa
perbedaan
jumlah
responden
yang
melakukan
praktik
hubungan seksual antara responden yang
orang tuanya bekerja disektor formal dengan
responden yang orang tuanya bekerja di
sektor informal sangat rendah.
Pekerjaan
orang
tua
akan
menggambarkan status sosial maupun
ekonomi, begitu juga tingkat kesibukan
orang tua dalam membagi waktu dan
perhatian antara pekerjaan maupun keluarga.
Setiap pekerjaan mempunyai risiko masingmasing.
Orang tua yang bekerja di sektor formal
tentunya mempunyai jam kerja yang pasti,
namun jika ada tuntutan yang tinggi dari
tempatnya bekerja tentunya hal ini dapat
pula menyita waktu untuk keluarga.
Sedangkan orang tua yang bekerja disektor
informal mempunyai jam kerja yang tidak
pasti namun hal inipun tidak menjamin,
sehingga keseimbangan orang tua dalam
membagi waktu, perhatian dan kontrol
kepada remaja sangat diperlukan dalam hal
ini.
Dari uraian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa orang tua yang bekerja
disektor in formal harus lebih baik lagi
membagi waktu, bimbingan, pengawasan
dan kasih sayang sebagai salah satu upaya
pencegahahan seks pra nikah.
5.
Kepemilikan kendaraan
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan
antara
ketersediaan fasilitas sepeda motor dengan
praktik hubungan seksual pra nikah. Remaja
yang memiliki kendaraan
mempunyai
peluang 3 kali untuk melakukan hubungan
seksual pra nikah dibandingkan dengan
remaja yang tidak mempunyai kendaraan.
Sumber daya yang dimilki oleh remaja
seperti halnya kepemilikan kendaraan
merupakan peluang bagi remaja untuk pergi
ke tempat-tempat yang mereka inginkan
bersama dengan teman-teman maupun
pacar, dengan kemudahan –kemudahan
tersebut merupakan faktor risiko bagi remaja
untuk melakukan tindakan yang tidak
terpuji.
Berdaarkan hasil observasi peneliti,
setelah pulang sekolah banyak dari remaja di
tempat penelitian tersebut tidak langsung
pulang kerumah, melainkan mereka singgah
ditempat-tempat yang menjadi favorit
mereka bersama teman-teman maupun
pacarnya. Seperti halnya dilokasi Hutan
Kayu Putih yang letaknya tidak jauh dari
lokasi penelitian ini sering dijumpai remaja
sedang berpacaran diatas kendaraannya dan
masih menggunakan seragam sekolah.
6.
Kepemilikan televisi
Berdasarkan hasil analisis dapat
dijelaskan bahwa ada hubungan yang
signifikan
antara ketersediaan fasilitas
televisi dengan praktik hubungan seksual pra
nikah. Responden yang mempunyai televisi
mempunyai peluang 3 kali untuk melakukan
praktik hubungan seksual pra nikah
dibandingkan dengan responden yang tidak
memiliki televisi.
Televisi merupakan salah satu media
masa yang hampir semua keluarga punya
dan setiap hari ditonton. Media masa dalam
hal ini memiliki tugas utama untuk
menyampaikan
informasi
kepada
masyarakat, diantaranya memuat pesanpesan yang bersifat sugesti yang dapat
mempengaruhi sikap maupun perilaku
masyarakat diantaranya remaja.
Tayangan yang ada ditelevisi tidak
semuanya positif, adapula tayangantayangan yang tidak mendidik yang
mungkin saja dikonsumsi oleh remaja
bahkan anak-anak yang tidak sesuai dengan
usianya. Seperti halnya tayangan-tayangan
yang berbau seksualitas yang ditampilkan
tanpa sensor, film-film orang dewasa yang
dapat ditonton oleh siapa saja. Kondisi
seperti ini perlu sekali peran orang tua untuk
dapat memantau anak-anaknya pada saat
menonton televisi untuk menghindari anakanak menonton tayangan yang tidak
mendidik.
7.
Pengaruh teman sebaya
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dihasilkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengaruh peran teman
sebaya dengan praktik hubungan seksual pra
nikah. Responden yang mendapatkan
pengaruh dari teman sebaya mempunyai
peluang 5.313 kali untuk melakukan
hubungan seksual pra nikah dibandingkan
dengan responden yang tidak ada pengaruh
dari teman sebaya.
Manusia adalah mahluk sosial, selama
hidupnya manusia akan terus membutuhkan
orang lain. Perkembangan sosial masa
remaja sangat erat kaitannya dengan
pergaulan bersama teman-temannya. Remaja
akan mencari teman yang menurut dia sesuai
dengan hatinya dan merasa nyaman jika
sedang berkumpul. Remaja akan berinteraksi
baik dengan teman sejenis maupun dengan
lawan jenis. Saat mereka berkumpul mereka
bisa membicarakan hal apa saja yang
menurut mereka menarik termasuk tentang
hubungan seksual.
Sejalan dengan
penelitian yang
dilakukan oleh Dien (2007) bahwa peran
teman sebaya mempengaruhi perilaku seks
remaja. Hal ini juga dapat dicetuskan karena
remaja lebih banyak menghabiskan waktu
dengan teman sebayanya.
Pada
remaja
kedekatan
dengan
kelompok atau peergroup sangat tinggi dan
intens. Apalagi remaja yang kehidupan
keluarganya tidak kondusif sehingga akan
mencari kepuasan diluar rumah diantaranya
dengan teman. Pengaruh teman seringkali
membuat individu mengikuti perilaku yang
dilakukan oleh peergroupnya salah satunya
adalah melakukan hubungan seksual pra
nikah.
Sejalan dengan pendapat BKKBN, 2010,
bahwa ada tiga faktor besar yang paling
mempengaruhi remaja untuk melakukan
praktik hubungan seksual diantaranya yaitu
teman
sebaya
(mempunyai
pacar),
mempunyai teman yang setuju dengan
hubungan seksual pra nikah dan mempunyai
teman yang mempengaruhi atau mendorong
untuk melakukan praktik hubungan seksual
pra nikah.
8.
Ketaatan beragama
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dapat dijelaskan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara ketaatan
beragama dengan praktik hubungan seksual
pra nikah Peran sekolah. Responden yang
tidak taat beragama mempunyai peluang
2.246 kali untuk melakukan hubungan
seksual pra nikah dibandingkan dengan
responden yang taat beragama.
Agama merubakan dasar bagi seseorang
dalam menjalani fungsi kehidupan. Agama
mengikat umatnya dalam aturan-aturan serta
kewajiban yang harus jalankan dalam upaya
menjalin hubungan antara individu dengan
Tuhannya. Hal ini bukan hanya pengetahuan
tentang keagamaan saja yang
harus
dipahami oleh seseorang namun lebih jauh
lagi tentang keimanan. Keimanan bukan
hanya dikatakan namun harus diaplikasikan
kedalam kegiatan sehari-hari individu.
Keimanan seseorang kadang bertambah,
kadang stabil dan kadang pula berkurang.
Remaja yang dalam perkembangannya
mengalami perubahan berbagai aspek perlu
sekali dilakukan upaya-upaya intervensi
keagamaan untuk menjaga mereka dari
perbuatan-perbuatan yang melanggar agama.
Upaya kegiatan keagamaan bisa dilakukan
oleh keluarga, sekolah maupun kegiatan
majlis ta’lim. Dengan kegiatan-kegiatan
tersebut selain pemahaman keagamaan
remaja
bertambah
diharapkan
juga
keimanannya bisa membentengi dirinya dari
nafsu yang akan merugikan dikemudian
hari.
Semakin tinggi pemahaman dan
ketaatan seseorang dalam menjalankan
religiusitasnya maka diharapkan semakin
terarah sikap dan perilakunya untuk
menjalankan perintah agama dan menjauhi
larangan agama seperti halnya praktik
hubungan seksual pra nikah.
Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Irmawaty, 2013, bahwa Semakin
rendah religiusitas maka semakin tinggi
intensitas perilaku seksual pranikah yang
dilakukan remaja.
Hal ini sejalan pula dengan penelitian
yang dilakukan Darmasih, 2009 bahwa ada
pengaruh pemahaman tingkat agama
terhadap perilaku seks pra nikah pada
remaja SMA di Surakarta. Semakin baik
pemahaman tingkat agama, maka perilaku
seks pra nikah remaja semakin baik dan
sebaliknya. Alasan melakukan hubungan
seksual pra nikah adalah rendahnya tingkat
keagamaan.
9.
Peran Sekolah
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dapat diketahui bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara peran
sekolah dengan praktik hubungan seksual
pra nikah.
Sebagian
besar
waktu
remaja
dihabiskan disekolah untuk belajar dan
berinteraksi dengan lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan wadah yang paling tepat
untuk bisa membantu siswanya membentuk
sikap, karakter dan kepribadian yang sehat.
Guru merupakan orang tua saat siswa ada
disekolah sehingga peran guru sangat
diperlukan sekali untuk membantu siswanya
agar
mempunyai
pengetahuan
yang
memadai dalam hal ini tentang kesehatan
reproduksi melalui pelajaran yang terkait
seperti biologi, selain itu diharapkan siswa
selalu menjaga sikap,perilakunya terutama
berhubungan dengan seksualitas.
Peranan sekolah dalam pengawasan
siswanya tentang perilaku seksualitas dalam
penelitian ini cukup bagus, berdasarkan
observasi disekolah tersebut guru BK dan
kesiswaan bekerjasama dengan wali kelas
sangat tanggap terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh siswanya. Disekolah juga
sudah terbentuk Duta Kesehatan Reproduksi
namun kegiatannya belum berjalan.
Salah satu aturan yang sudah jelas dan
diterapkan disekolah ini adalah apabila ada
siwa yang melakukan pelanggaran asusila
maupun kriminal termasuk mengalami
kehamilan di luar nikah maka siswa yang
bersangkutan akan dikeluarkan dari sekolah.
10. Faktor yang paling mempengaruhi
praktik hubungan seksual pranikah
Berdasarkan hasil uji multivariat
didapatkan hasil bahwa faktor yang
paling mempengaruhi pada praktik
hubungan seksual pra nikah pada remaja
dalam penelitian ini adalah pengaruh
teman sebaya dengan nilai p 0.000 dan
OR 5.248, artinya responden yang
mendapatkan pengaruh dari teman
sebaya memiliki kemungkinan untuk
melakukan praktik hubungan seksual
pranikah 5 kali dibandingkan dengan
responden yang tidak ada pengaruh dari
temansebaya.
Simpulan dan Saran
Simpulan
1. Penelitian ini menemukan 16,9% remaja
telah melakukan praktik hubungan
seksual pra nikah
2. Dari berbagai variabel yang diteliti
didapatkan hasil:
a. Kepemilikan Televisi dan kepemilikan
kendaraan
yang termasuk faktor
pemungkin/enabling
berhubungan
dengan praktik hubungan seksual pra
nikah
b. Pengaruh teman sebaya dan ketaatan
beragama yang merupakan factor
penguat juga berhubungan dengan
praktik hubungan seksual pra nikah
3. Pengaruh peran teman sebaya adalah
variabel yang paling berhubungan dengan
praktik hubungan seksual pra nikah.
Saran
1.
2.
Perlu adanya upaya-upaya yang harus
dilakukan oleh berbagai pihak untuk
menangani maraknya praktik hubungan
seksual pra nikah yang dilakukan
remaja
Peran orang tua, sekolah, lembaga
keagamaan dan lembaga pemerintahan
3.
dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk
turut ambil bagian untuk melakukan
pembinaan-pembinaan pada remaja.
Perlunya dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan sampel yang lebih banyak
dan wilayah yang lebih luas sehingga
dapat didapatkan hasil yang lebih baik.
Daftar Pustaka
1. Alfiani dkk, 2013, Perilaku Seksual
dan Faktor Determinannya di SMA
Se-Kota Semarang, Indonesian of
Journal Guidance and Conceling:
Theory And Aplication,
http//journal.unnes.ac.id/sju/index.ph
p/jbk
2. Darmasih,R, 2009, Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Seks
Pranikah Pada Remaja SMA di
Surakarta, Universitas Surakarta
3. Dimbuene and Defo (2011), Family
Environment and Premarital
Intercourse in Bandjoun (West
Cameroon), http://eresources.pnri.go.id/library.php?id=0
0001
4. Dien P, 2007, Pengaruh Teman
Sebaya Terhadap Perilaku Seks
Bebas, Tesis, Program Studi
Magister FKM USU Medan
5. Gyimah et all (2013), Religion,
Religiosity And Premarital Sexual
Attitude Of Young People In The
Informal Settlements Of Nairobi,
Kenya, Journal of Biosocial Science
45.1 (Jan 2013): 13-29.
http//e.resources…rary.php?id=0000
1
6. Irmawati, Leni, 2013, Perilaku
Seksual Pranikah Pada Mahasiswa,
Jurnal Kesehatan Masyarakat
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
kemas
7. Laksmiwati IAA (2003)
Transformasi Sosial dan Perilaku
Reproduksi Remaja.
http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=13333&val=929&titl
e=inas
8. Lestari dkk, 2014, Faktor-Faktor
yang Berhubungan Dengan Perilaku
Seks Pranikah Pada Mahasiswa
Unnes, Unnes Journal Of Public
Health,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
hp/ujph
9. Notoatmodjo, S,2010, Promosi
Kesehatan Teori & Aplikasi, Jakarta,
Rineka Cipta
10. Saleha Ina (2010), Hubungan tingkat
pengetahuan tentang perilaku seks
dengan perilaku seks pra nikah pada
siswa SMPN 5 Depok,
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/gre
en/dataIdentifier.jsp?id=20276761
11. Setiawan R, Nurhidayah S (2008),
Pengaruh Pacaran Terhadap
Perilaku Seks Pranikah,
http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=94974&val=1228
12. BKKBN, 2010 Menyiapkan
Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja, Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak-hak Reproduksi,
BKKBN, Jakarta
13. BKKBN, 2011, Kajian Profil
Penduduk Remaja (10-24 tahun),
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan, BKKBN, Seri 1 no.
6
14. Bidang Kesehatan Reproduksi
Remaja, 2014 Laporan Bulanan,
Dinas Kesehatan Kabupaten
Indramayu
15. BKKBN. 2010. Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi
Remaja. Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak-hak Reproduksi.
Jakarta.
16. Marlia Tutin, 2015, Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Praktik
Hubungan Seksual Pranikah Pada
Remaja di Salah Satu SMA di
Indramayu, Prosiding Seminar
Nasional Penelitian dan PKM
Kesehatan, Unisba, Vol 1. N0 1.
Download