432 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 4 MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Oleh Putri Ardianti Feratinia [email protected] Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Wasitohadi [email protected] Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Hasil belajar matematika rendah karena siswa kurang aktif dan antusias saat pembelajaran. Selain itu, metode pembelajaran bersifat konvensional, yaitu guru menjadi pusat perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian ini (1) mendeskripsikan langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL, (2) meningkatkan hasil belajar Matematika menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dan masing-masing siklus terdiri 3 pertemuan. Model yang diacu adalah model Kemmis dan Mc Taggart, terdiri dari empat tahap yakni perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), serta refleksi (reflection). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD dengan jumlah 29 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis deskripsi komparatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika adalah: mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi, menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah; 2) Penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu, Ambarawa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal, presentase ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 48%, nilai ratarata 63,1 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Pada siklus I, presentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 52%, nilai rata-rata 66,5 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Kemudian pada siklus II, presentase ketuntasan hasil belajar siswa semakin meningkat menjadi 83%, nilai rata-rata 70,51 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik melalui model Putri Ardianti Feratinia | 433 pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Penelitian Tindakan Kelas, Hasil Belajar PENDAHULUAN Pendidikan memiliki prinsip ide pengertian tentang kebutuhan dasar manusia, proses pengembangan potensi diri dan proses pemberdayaan dimensi diri. Gagasan ini menunjukkan bahwa istilah pendidikan merupakan sebuah proses perubahan. Adapun ciri-ciri proses mengedepankan tahapan dan urutan dalam mencapai tujuan. Hubungan antara proses dan perubahan dalam pendidikan terlihat pada kemajuan pencapaian hasilnya. Tahapan proses ini dalam kenyataannya berdinamika. Mengingat yang terlibat di dalamnya adalah guru dan siswa. Perubahan bertahap pada pendidikan merupakan kombinasi hubungan yang saling mengisi antara guru dan murid. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagaimana ciri pendidikan di atas, maka pencapaian hasil pendidikan pada tataran praktis membutuhkan upaya-upaya sistematis dalam mengarahkan sumber daya menuju pada nilai idealnya. Yaitu berkembangnya potensi peserta didik, menjadi manusia seutuhnya. Namun hal ini bukanlah usaha yang mudah untuk meraihnya. Komponen sistem pendidikan berisi aspek manusia maupun non manusia yang membutuhkan kecermatan dalam pengendalian proses belajar. Keduanya berdinamika sesuai tahapan proses sedemikian sehingga memunculkan beberapa kesenjangan antara praktek dan teorinya. Pada gilirannya jika ketidaksesuaian ini tidak segera ditemukan jalan tengahnya maka tahapan proses tersebut menjadi unsur kendala dalam pencapaian nilai ideal pendidikan. Menurut Yasin (2012: 3) komponen pembelajaran antara lain: guru, siswa (peserta didik), kurikulum, metode, sarana dan media serta komponen lainnya yang diperlukan. Unsur ini berisi tentang pilar pendidikan atau pembelajaran. Yaitu proses mengajar yang mampu menginisiasi proses belajar siswa. Salah satu pilar proses pembelajaran disebutkan sebagai metode belajar. Materi dapat diterima dengan baik oleh siswa jika metode yang diterapkan di dalam kelas tepat sasaran. Kenyataannya, penerapan ini dipengaruhi beberapa faktor yang menguatkan dan melemahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Contohnya kecenderungan guru pada proses pembelajaran menggunakan metode konvensional, sehingga menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Hal ini jelas melemahkan pencapaian hasil pembelajaran karena siswa menjadi kurang 434 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 antusias dan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sebagai dampak ikutannya peserta didik mencapai hasil belajar yang rendah jika diukur menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Matematika mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Namun, Matematika sering dianggap membosankan dan kurang menarik. Sebab, materi Matematika berupa materi perhitungan yang harus siswa kuasai dalam hal menghitung dan menalar. Kesulitan ini dapat dilihat dari nilai Matematika yang belum memuaskan serta minat belajar siswa yang kurang ketika proses pembelajaran berlangsung. Menurut teori Piaget (dalam Titikusumawati, 2014: 30), usia SD (7-12 tahun) berada pada tahap operasional konkrit. Artinya siswa belum berpikir formal, mereka masih membutuhkan media atau perantara untuk menghubungkan pemikiran yang abstrak menjadi pemikiran yang lebih konkrit. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang, mengenai pembelajaran Matematika, guru masih menggunakan metode tanya jawab dan ceramah dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran tersebut tidak disajikan dalam masalah yang sesuai dengan situasi, siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran, dan konsep Matematika sering disampaikan secara informatif. Hal tersebut akan memberikan dampak terhadap penalaran siswa yang tidak berkembang sebagaimana mestinya. Terdapat enam puluh lima metode pembelajaran yang efektif dan inovatif yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya model PBL (Problem Based Learning). PBL adalah metode instruksional yang menantang siswa agar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata masalah ini digunakan untuk mengingatkan rasa keingintahuan serta kemampuan analitis dan inisiatif atas materi pelajaran (Amir 2009: 21). Identifikasi masalah yang ditemukan peneliti ketika proses pembelajaran matematika, antara lain: (1) Siswa kurang antusias dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran (2) Hasil belajar matematika siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang khususnya pada materi bilangan pecahan masih rendah. (3) Metode yang digunakan oleh guru untuk mengajar masih menggunakan metode ceramah. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang? 2. Apakah penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang? Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Putri Ardianti Feratinia | 435 2. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. KAJIAN PUSTAKA Hasil belajar didapat siswa setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009: 5). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang ada pada diri siswa dalam 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, serta psikomotor. Aspek kognitif yang diwujudkan pada pemahaman pengetahuan, afektif yang digambarkan dengan sikap siswa, sedangkan ranah psikomotor diwujudkan pada aspek keterampilan atau skill. Sementara itu, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Menurut Dalyono (2007: 55-60) faktor tersebut yakni faktor intern yang meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat motivasi dan cara belajar. Sedangkan dari faktor eksternal yakni keluarga, masyarakat, sekolah dan lingkungan sekitar. Pembelajaran menggunakan model PBL, berbasis kepada orientasi permasalahan. Menurut Nata (2009:243), masalah sebagai titik tolak pembahasan yang untuk dianalisis dan disintesis. Sedangkan Arend (2008:41) menyatakan sifat masalah ini autentik dan bermakna, berfungsi sebagai batu lompatan untuk investigasi dan penyelidikan. Adapun Amir (2009:12) membuat ciri-ciri model pembelajaran PBL sebagai berikut:(1) pembelajaran diawali dengan pemberian masalah.(2) siswa berkelompok secara aktif merumuskan masalah dan (3) mempelajari dan mencari sendiri materi yang berhubungan dengan masalah serta melaporkan solusinya. Selain itu, Suprijono (2010:73) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah mempunyai 5 (lima) fase perkembangan yaitu: (1) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.(2) mengorganisasikan siswa untuk meneliti. (3) membantu investigasi mandiri dan kelompok.(4) mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit. (5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Adapun PBL juga memiliki kelebihan diantaranya: 1) Fokus ke bermakna, bukan fakta; 2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif; 3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan; 4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok; 5)Pengembangan sikap self-motivated; 6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator; serta 7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Semester 2 tahun ajaran 2016-2017. Beralamat di Desa Jambu, 436 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 dengan jumlah 29 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2017. Alasan peneliti memilih kelas tersebut sebagai subjek penelitian adalah berdasarkan hasil observasi awal pada pembelajaran matematika tentang bilangan pecahan, hasil belajar siswa kelas 4 masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya pada materi bilangan pecahan. Selanjutnya, data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut; 1. Peristiwa Proses Pembelajaran, Data yang dihimpun ialah data tentang pelaksanaan pembelajaran matematika khususnya materi bilangan pecahan di kelas 4 SDN Jambu 01 baik pratindakan (survei awal) maupun pasca tindakan. 2. Guru dan Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01, berupa data proses belajar mengajar matematika bilangan pecahan dan data tes serta observasi proses belajar hingga tuntas. 3. Dokumen, Data yang dihimpun meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran matematika bilangan pecahan, hasil tes siswa, dan hasil observasi. Sementara itu, validitas data diperoleh melalui observasi langsung terhadap proses pembelajaran yang mengutamakan pengamatan terhadap guru dan siswa. Selain itu, data diperoleh dari hasil analisis dokumen berupa hasil tes yang dikerjakan siswa. Sedangkan uji validitas instrumen penelitian melalui perhitungan r Product Moment, dan uji reliabilitas nya menggunakan SPSS versi 24 for Windows. Data yang diperoleh kemudian akan dibandingkan dengan indikator kinerja. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran PBL sudah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa atau belum. Indikator kinerja itu sendiri merupakan harapan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang didasarkan pada kenaikan nilai rata-rata siswa satu kelas dari siklus I ke siklus II. Penggunaan PBL dalam penelitian ini dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika 80% dari jumlah siswa mendapat nilai ≥ KKM yakni 65. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Di mulai dari kondisi awal, dimana ketuntasan belajar siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang sebelum diterapkan model pembelajaran PBL pada pelajaran Matematika. Pada kondisi ini, guru masih menerapkan model pembelajaran ceramah atau konvensional, sehingga siswa kurang aktif, bosan dan mengantuk dalam mengikuti pelajaran. Hal tersebut mengakibatkan ketuntasan hasil belajar siswa rendah karena siswa tidak memahami apa yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan tahap observasi awal yang telah dilakukan, penulis memperoleh data berupa 52% siswa yang tidak memenuhi KKM yakni 65. Sedangkan pencapaian nilai rata-rata hasil belajar matematika hanya 63,1;dengan nilai maksimal 80 dan terendah 50. Berikut ini data nilai hasil belajar siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu pada kondisi awal: Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 Putri Ardianti Feratinia | 437 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Semarang Pada Kondisi Awal No Interval Nilai Siswa Frekuensi Presentase 1. 50-54 6 21% 2. 55-59 0 0% 3. 60-64 9 31% 4. 65-69 0 0% 5. 70-74 13 45% 6. 75-79 0 0% ≥ 80 7. 1 3% Jumlah 29 100% Rata-Rata 63,1 Nilai Maksimal 80 Nilai Minimal 50 Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) Tabel 2. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang pada Kondisi Awal No Ketuntasan Nilai Frekuensi Presentase 1. Tuntas ≥ 65 14 48% 2. Belum Tuntas < 65 15 52% Jumlah 29 100% Sumber: Data Penelitian diolah (2017) Setelah memaparkan keadaan kondisi awal hasil belajar siswa, berikut ini penulis memaparkan pelaksanaan tindakan yang dimulai dari siklus I. Pelaksanaan siklus I dengan kompetensi dasar 6.1 menjelaskan arti pecahan dan urutannya yang dilakukan melalui empat tahap yang meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), serta refleksi (reflection). Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa hal yang direncanakan oleh peneliti, antara lain: 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran PBL. 2. Menentukan waktu pelaksanaan tindakan pertemuan pertama siklus I yaitu pada hari Senin tanggal 17 April 2017 pada jam pelajaran ke 1 dan 2. 3. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti buku dan media belajar lainnya. 4. Menyiapkan lembar observasi untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran PBL berlangsung. Setelah melalui tahapan perencanaan, tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama. Pertemuan pertama siklus I dilakukan hari Senin tanggal 17 April 2017 pada jam pelajaran ke 1 dan 2 yang dihadiri oleh: (1) peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di SDN 438 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Jambu 01 Kecamatan Jambu ; (2) kolaborator, ialah orang yang berkolaborasi dengan peneliti bertindak sebagai observer yang bertugas mengamati jalannya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang bertugas mengajar mata pelajaran matematika tentang bilangan pecahan. Pada kegiatan awal yang dilakukan adalah melakukan kegiatan seperti yang telah dirancang dalam RPP meliputi membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, do’a bersama, mengabsen kehadiran siswa (pada pertemuan pertama ini semua siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu dapat hadir), mengkondisikan siswa agar siap untuk belajar dengan cara mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Yaitu menanyakan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan guru kelas. Selain itu peneliti sebagai guru juga menyampaikan tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan pembelajaran selesai. Kegiatan inti dibagi menjadi 3 yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru mengorientasikan siswa pada masalah. Yaitu, guru menggali pengetahuan awal siswa, dengan mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kemungkinan masalah yang bisa terjadi terkait dengan materi pelajaran. Selain itu, guru meminta serta membimbing siswa untuk mencari solusi pemecahan masalah dari masalah yang ditemukan bersama. Kemudian, guru mulai menerangkan materi pelajaran tentang mengenal arti pecahan dan letak pecahan pada garis bilangan. Kegiatan elaborasi, guru memasuki tahapan kedua, ketiga dan keempat dalam fase PBL. Tahapan tersebut yakni (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu investigasi mandiri dan kelompok; dan (4) mengembangkan dan mempresentasikan. Dalam fase kedua PBL, guru membagi siswa kedalam 6 kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Setelah kelompok terbentuk, guru menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Setelah semua siswa siap dan mengerti, guru membagikan LKS (lembar kerja siswa) kepada setiap kelompok yang berisi masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kemudian, setiap kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Memasuki fase ketiga, guru membantu siswa dalam kelompok untuk menemukan solusi dari permasalahan yang disajikan memalui LKS (lembar kerja siswa). Guru berkeliling dan melihat satu persatu pekerjaan siswa dalam kelompok dan memberikan kesempatan bertanya apabila ada siswa yang tidak paham mengenai materi yang disajikan dalam permasalahan tersebut. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru meminta dan membantu siswa untuk menyusun laporan hasil diskusinya. Fase keempat dalam PBL yakni mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Dalam fase keempat ini, guru meminta siswa perwakilan dari kelompok diminta untuk maju membacakan hasil laporan yang telah disusun dalam kelompok. Setelah siswa selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya. Putri Ardianti Feratinia | 439 Kegiatan konfirmasi, guru memasuki tahapan terakhir dalam PBL yakni tahap menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Pada kegiatan ini, guru mengkonfirmasi kepada siswa apakah di antara siswa masih ada yang belum paham mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu, guru juga memberi penguatan terhadap kelompok yang menyajikan hasil diskusi. Memasuki tahapan dalam kegiatan inti yang terakhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada hari ini. Kegiatan penutup, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti pada hari tersebut. Setelah itu guru bersama siswa membuat rangkuman mengenai materi yang telah dipelajari pada hari itu. Selesai merangkum materi pelajaran, guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan terakhir yakni guru menutup kegiatan belajar dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam penutup. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, juga dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran PBL berlangsung. Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan penelitian dengan menggunakan instrumen yang dirancang oleh peneliti. Selanjutnya, hasil dari pelaksanaan observasi akan dijadikan sebagai bahan refleksi. Refleksi merupakan aktivitas mengkaji dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang dilakukan dan didasarkan data yang terkumpul pada kegiatan observasi atau pengamatan. Melalui refleksi, evaluasi akan ditemukan kelemahan dan kelebihan yang masih ada pada tindakan yang telah dilakukan untuk kemudian dijadikan dasar penyempurnaan rencana tindakan pertemuan atau siklus berikutnya. Pada refleksi pertemuan pertama siklus I ditemukan beberapa kelemahan dan kelebihan sebagai berikut: 1. Guru dengan menerapkan model PBL dalam kegiatan pembelajaran sudah cukup baik, selain itu guru juga telah melaksanakan pembelajaran sesuai urutan model PBL. Namun masih ada beberapa aspek yang harus lebih ditingkatkan lagi seperti mengajukan apersepsi, menggali pengetahuan awal siswa. Sebab guru di awal pembelajaran kurang maksimal dan terkesan terburu-buru dalam menyampaikan apersepsi dan menggali pengetahuan awal siswa. Selain itu beberapa aspek yang harus ditingkatkan adalah meminta siswa untuk mencari solusi, membantu siswa dalam menyiapkan laporan, memberikan umpan balik serta memberikan tindak lanjut. 2. Siswa dengan mengikuti pembelajaran model PBL sudah menunjukkan keaktifan. Selain itu, siswa juga tampak senang dalam belajar secara berkelompok. Namun di sisi lain perlu adanya peningkatan pada aspek, seperti siswa bingung dalam menjawab apersepsi dari guru. Selanjutnya dalam membuat laporan, masih ditemukan siswa yang kebingungan dan pada saat membuat rangkuman masih ada siswa yang ribut sendiri dengan teman sebangkunya. 440 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Saran dari guru kelas 4 atau observer kepada peneliti yang bertindak sebagai guru adalah untuk lebih tenang dalam melakukan pengajaran kepada siswa, sehingga dalam menyampaikan segala sesuatu, akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Sementara itu, data hasil siklus I diperoleh perkembangan kemajuan sebagai berikut: a) Pengamatan aktivitas guru dan siswa menunjukkan bahwa skor rata-rata aktivitas guru 76 berkategori baik dan aktivitas siswa pada skor rata-rata 48 (Baik). Tabel 3. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan Pertama dan Kedua Siklus I Guru Siswa Pertemuan Total Skor (Kategori) Total Skor (Kategori) Pertama 73 (baik) 44 (baik) Kedua 79 (baik) 52 (baik) Rata-Rata Skor 76 (baik) 48 (baik) (Kategori) Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) b) Hasil belajar Matematika siswa dengan nilai rata-rata 66,5 ;nilai maksimal 90 dan nilai minimal 50. Tabel 4. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Pada Siklus I No Interval Frekuensi Presentase 1. 50-56 8 28% 2. 57-63 6 21% 3. 64-70 4 14% 4. 71-77 4 14% 5. 78-84 4 14% 6. 85-91 3 10% Jumlah 29 100% Rata-Rata 66,5 Nilai Max 90 Nilai Min 50 Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) c) Hasil ketuntasan belajar matematika siswa menunjukkan 15 peserta didik berhasil menuntaskan belajarnya atau 52 % dari populasi kelas. Tabel 5. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang pada Siklus I Putri Ardianti Feratinia | 441 No 1. 2. Ketuntasan Nilai Tuntas ≥ 65 Belum Tuntas < 65 Jumlah Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) Frekuensi 15 14 29 Presentase 52% 48% 100% Karena pelaksanaan tindakan pada siklus I belum memenuhi indikator kinerja, maka pelaksanaan tindakan akan dilanjutkan pada siklus II untuk dapat memperoleh hasil belajar pada taraf yang lebih baik. Pelaksanaan siklus II dengan kompetensi dasar 6.3 menjumlahkan pecahan yang dilakukan melalui empat tahap meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), serta refleksi (reflection).Siklus II direncanakan berlangsung tiga kali pertemuan. Untuk pertemuan ketiga dikhususkan hanya kegiatan tes untuk siswa. Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa hal yang direncanakan oleh peneliti, antara lain: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL siklus II, menentukan waktu pelaksanaan tindakan pertemuan pertama siklus II, Kamis 20 April 2017 pada jam pelajaran ke 5 dan 6 serta pertemuan kedua Jum’at 21 April 2017 jam pelajaran ke-3 dan 4.Selain itu, menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti buku dan media belajar lainnya, menyiapkan lembar observasi untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa . Pertemuan pertama dan kedua siklus II dilakukan hari Kamis 20 April 2017 (Jam ke- 5 dan 6) dan Jum’at 21 April 2017 (Jam ke 3-4 ) yang dihadiri oleh: (1) peneliti 2) kolaborator,. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang bertugas mengajar mata pelajaran matematika tentang bilangan pecahan melalui model pembelajaran PBL. Pada kegiatan awal meliputi: mengucapkan salam, meminta ketua kelas berdo’a bersama, menanyakan kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siap untuk belajar dan melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan eksplorasi tahap 1 PBL yakni mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini, mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan dipelajari. Melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kemungkinan masalah yang bisa terjadi terkait dengan materi pelajaran. Membimbing siswa untuk mencari solusi pemecahan masalah dari masalah yang ditemukan bersama. Menerangkan materi pelajaran tentang mengenal arti pecahan dan letak pecahan pada garis bilangan. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Kegiatan elaborasi, guru memasuki tahapan kedua, ketiga dan keempat dalam fase PBL. Tahapan tersebut yakni (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu investigasi mandiri dan kelompok; dan (4) mengembangkan dan mempresentasikan. Dalam tahap kedua PBL, guru membagi siswa kedalam 6 kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Membagikan LKS (lembar kerja siswa) kepada setiap kelompok yang berisi masalah yang berkaitan dengan materi 442 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 pelajaran. Setiap kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Memasuki fase ketiga dalam model PBL, guru membantu siswa dalam kelompok untuk menemukan solusi dari permasalahan yang disajikan memalui LKS (lembar kerja siswa). Guru berkeliling dan melihat satu persatu pekerjaan siswa dalam kelompok dan memberikan kesempatan bertanya apabila ada siswa yang tidak paham mengenai materi yang disajikan dalam permasalahan tersebut. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru meminta dan membantu siswa untuk menyusun laporan hasil diskusinya. Fase keempat dalam PBL yakni mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Meminta perwakilan dari kelompok untuk maju membacakan hasil laporan yang telah disusun dalam kelompok. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya. Kegiatan konfirmasi, yakni tahap menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Mengkonfirmasi kepada siswa apakah di antara siswa masih ada yang belum paham mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Memberi penguatan terhadap kelompok yang menyajikan hasil diskusi. Memasuki tahapan dalam kegiatan inti yang terakhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada hari ini. Kegiatan penutup, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti pada hari tersebut. Membuat rangkuman mengenai materi yang telah dipelajari pada hari itu. Menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan terakhir yakni guru menutup kegiatan belajar dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam penutup. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, juga dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran PBL berlangsung. Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan penelitian dengan menggunakan instrumen yang dirancang oleh peneliti. Selanjutnya, hasil dari pelaksanaan observasi siklus II ini juga akan dijadikan sebagai bahan refleksi. Pada refleksi pertemuan kedua siklus II ditemukan beberapa kelebihan sebagai berikut: guru semakin memantapkan keahliannya dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL, guru nampak sangat mudah dalam menyampaikan materi pelajaran ,secara keseluruhan siswa sangat aktif dan fokus terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa semakin percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, keberanian siswa bertanya maupun menanggapi hasil diskusi dari kelompok sudah sangat meyakinkan. Pada siklus II terdapat perkembangan kemajuan pembelajaran sebagai berikut: a) Pengamatan aktivitas guru dan siswa menunjukkan bahwa skor rata-rata aktivitas guru 99,5 berkategori sangat baik dan aktivitas siswa pada skor ratarata 64,5 (Sangat Baik). Tabel 6. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan Pertama dan Kedua Siklus II Putri Ardianti Feratinia | 443 Pertemuan Guru Total Skor (Kategori) 94 (Sangat baik) 105 (Sangat baik) Pertama Kedua Rata-Rata Skor 99,5 (Sangat baik) (Kategori) Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) b) Siswa Total Skor (Kategori) 60 (Sangat baik) 69 (Sangat baik) 64,5 (Sangat baik) Hasil belajar Matematika siswa dengan nilai rata-rata 70,5 ;nilai maksimal 90 dan nilai minimal 55. Tabel 7. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Kabupaten Semarang Pada Siklus II No Interval Frekuensi Presentase 1. 55-60 7 24% 2. 61-66 7 24% 3. 67-72 3 10% 4. 73-78 2 7% 5. 79-84 7 24% 6. 85-90 3 10% Jumlah 29 100% Rata-Rata 70,512 Nilai Max 90 Nilai Min 55 Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) c) Hasil ketuntasan belajar matematika siswa menunjukkan 24 peserta didik berhasil menuntaskan belajarnya atau 83 % dari populasi kelas. Tabel 8. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang pada Siklus II No Ketuntasan Nilai Frekuensi Presentase 1. Tuntas ≥ 65 24 83% 2. Belum Tuntas < 65 5 17% Jumlah 29 100% Sumber: Hasil Penelitian diolah (2017) Kondisi awal, menunjukkan ketuntasan hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, terbukti dari 14 siswa dinyatakan tuntas hasil belajarnya dengan presentase 48% dari populasi 29 siswa. Penyebabnya adalah cara guru dalam mengajar masih menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan siswa pasif 444 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 dan bosan karena pembelajaran yang monoton sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Setelah adanya tindakan kelas menggunakan metode PBL pada siklus I dan II, maka terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar matematika sebagai berikut : tuntas sebanyak 15 siswa dengan presentase sebanyak 52% pada siklus I, sebanyak 24 siswa dengan presentase ketuntasan 83% pada siklus II. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimatus Zahro (2014), yang membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, hasil pengamatan pada aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran di setiap siklusnya juga menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatan aktivitas guru dan siswa tersebut dapat dilihat dari skor dan kategori yang diperoleh keduanya dalam setiap siklus. Guru, mendapat skor 76 pada siklus I dan masuk dalam kategori baik. Kemudian pada siklus II, aktivitas guru mendapat skor 99,5 yang berarti aktivitas guru dalam pembelajaran sangat baik. Sedangkan siswa, dalam pembelajaran siklus I mendapat skor 48 (baik) dan dalam pembelajaran siklus II aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Yaitu, 64,5 masuk dalam kategori sangat baik. Fakta tersebut, menginformasikan bahwa model PBL, dapat membantu siswa lebih fokus terhadap makna dari materi pelajaran. Temuan ini menunjukkan Pertama pembelajaran yang bermakna dapat diperoleh siswa dengan cara melibatkan lingkungan belajar, dikarenakan selain memperoleh ilmu pengetahuan secara langsung dari guru, siswa juga mempunyai keleluasaan memahami pembelajaran dengan cara kooperatif melalui interaksi sosial. Kedua, siswa mempunyai kesempatan untuk belajar berfikir lebih kreatif dan efektif untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Ketiga, pembelajaran PBL juga dapat mengembangkan motivasi dalam diri siswa, maka siswa akan lebih merasa nyaman dan senang dalam belajar, karena siswa dengan tingkat motivasi belajar yang rendah akan cenderung bosan mengikuti pelajaran. Keempat PBL dalam kelas juga dapat membantu siswa untuk lebih aktif dan positif. Yaitu siswa dapat mengisi kekurangan dari siswa lain dan saling membantu dalam suatu kelompok tersebut. Sehingga, beberapa temuan tersebut dapat melengkapi penelitian yang pernah dilakukan oleh Rahardiyan Bayu Hananto (2014) dan Hunaidah (2016). Penelitian terdahulu ini juga membuktikan bahwa, penerapan PBL dalam pembelajaran dapat membantu siswa untuk lebih fokus dan berpikir kreatif. Implikasi model PBL pada pembelajaran Matematika kelas 4 SD ini menunjukkan: (1) penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL sesuai sintak, mampu membuat siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang lebih aktif dan mempunyai motivasi tinggi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Sebagaimana juga dijelaskan pada penelitian Fatimatus Zahro (2014). (2) penerapan langkahlangkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL sesuai sintak, dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Sejalan dengan penelitian Rahardiyan Bayu Hananto (2014) dan Hunaidah (2016). Putri Ardianti Feratinia | 445 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang adalah: mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi, menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. 2. Penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Saran penulis berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa yang berkemampuan akademis lebih, disarankan supaya berbagi pengetahuan dengan rekannya yang lain dalam hal kerja kelompok. 2. Bagi Guru Mempertahankan kelebihan yang didapat dan meningkatkan kompetensinya dalam menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL. 3. Bagi Kepala Sekolah Memberikan pengarahan kepada guru untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengisi celah kesenjangan yang masih terdapat dalam penerapan langkahlangkah pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL dan mempertahankan kelebihan yang terdapat dalam penelitian ini serta lebih meningkatkan hasil belajar siswa kepada taraf yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi pendidikan melalui problem based learning. Bagaimana pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Anni, Catharina, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arends, Richard. I. (2008). Belajar untuk mengajar. Edisi ke tujuh alih bahasa oleh helly prayitno dan sri mulyantani prayitnodari judul learning to teach. Seven edition. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Fatimatuz Zahro. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Perkalian dan Pembagian melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 446 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 IV SD 3 Ngembalrejo. Kudus: FKIP Univertitas Muria Kudus. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rahardiyan Bayu Hananto. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas VII A Semerster Genap SMP Negeri 02 Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015. Sardiman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Bandung, Rajawali Pers Salehuddin Yasin. 2012. Metode Belajar dan Pembelajaran yang Efektif. Jurnal Adabiyah. Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. . 2010.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.