Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Tindakan

advertisement
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Tindakan Pap
Smear Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Gonilan
Correlation Between Motivation of Early Cervix Cancer Detection with Pap Smear
Examination Behavior in Reproductive Age of Women in Gonilan District
Ajeng Novita Sari1)
Akademi Kebidanan Mamba’ul Ulum Surakarta1)
[email protected]
Abstract: Cervix cancer has become women’s health problem that should get serious concern.
In Indonesia, there are about 40-45 new cases emerged every day, and 20-25 women are die
from cervix cancer per day. It can be estimated that in every hour, a woman dies due to cervix
cancer. These supposed to be minimized by primary prevention that is Pap Smear or IVA Test.
The objective of this study is to know the correlation between motivation and Pap Smear test
behavior of Reproductive age women in Gonilan District. This study used quantitative
descriptive correlation with cross sectional method. The subjects are 50 reproductive age
women in Gonilan district. We used purposive sampling method to obtain the subjects. Data
collection were managed by using questionnaire and checklist, while data analysis used chisquare statistic test. The result shows that the majority of age joined in this study are 25-35
years’ old that is 46 women (92.0%); The respondent with Senior High School educational
background is 35 women (75.0%); and there were 23 women (46.0%) working in private sector.
The majority of reproductive age women, that is 27 people (54%), have not conducted for Pap
Smear examination yet. There is significant correlation between motivation of early cervix
cancer detection with behavior of doing Pap Smear test in reproductive age of women in
Gonilan district (p=0.005).
Keywords: motivation of early detection, pap smear examination
Abstrak: Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu
mendapat perhatian serius.Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 2025 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia
karena kanker serviks. Hal tersebut seharusnya dapat ditekan dengan melakukan upaya
pencegahan primer melalui pemeriksaan pap smear atau IVA. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur di
Wilayah Gonilan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif descriptif correlation dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di Wilayah Gonilan sebanyak 50
orang dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan checklist. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang
(92,0%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor
wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%).
Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang
(54,0%). Ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan
tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value
(0,005 < 0,05).
Kata kunci : motivasi deteksi dini, pap smear
I. PENDAHULUAN
Kanker leher rahim menjadi suatu
permasalahan kesehatan wanita yang
perlu mendapat perhatian serius. Kanker
leher rahim atau yang disebut dengan
kanker serviks adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim atau serviks
yaitu kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
masuk ke rahim yang terletak antara
uterus dengan liang sanggama (vagina)
(Zuliyanti, 2015).
Kanker Serviks merupakan jenis
kanker terbanyak yang ditemukan oleh
Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker
payudara. Menurut WHO sebanyak
490.000 perempuan didunia setiap tahun
didiagnosa terkena kanker serviks dan 80
% berada di negara berkembang termasuk
189
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus
baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang
perempuan karena kanker serviks. Di
Indonesia diperkirakan setiap hari muncul
40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal,
berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang
perempuan meninggal dunia karena
kanker serviks. Artinya Indonesia akan
kehilangan 600-750 orang perempuan
yang masih produktif setiap bulannya. Hal
ini mungkin ada kaitannya dengan, sekitar
sepertiga
dari
kasus-kasus
kanker
termasuk kanker serviks datang ketempat
pelayanan kesehatan pada stadium yang
sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah
menyebar ke organ-organ lain di seluruh
tubuh sehingga biaya pengobatan semakin
mahal dan angka kematian semakin tinggi
(Hakim, 2015).
Insiden kanker serviks sebenarnya
dapat ditekan dengan melakukan upaya
pencegahan primer seperti meningkatkan
atau intensifikasi kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menjalankan
pola hidup sehat, menghindari faktor risiko
terkena kanker, melakukan imunisasi
dengan vaksin HPV dan diikuti dengan
deteksi dini kanker serviks tersebut melalui
pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi
visual dengan menggunakan asam acetat).
Saat ini cakupan “screening” deteksi dini
kanker serviks di Indonesia melalui pap
smear dan IVA masih sangat rendah
(sekitar 5 %), padahal cakupan “screening”
yang efektif dalam menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian karena
kanker serviks adalah 85%. (Septadina,
2015)
Deteksi dini kanker serviks yang
dikenal umum adalah pap smear, yang
biasanya dilakukan di rumah sakit di
bagian laboratorium. Namun, ada pula
cara alternatif yakni metode IVA. IVA
merupakan pemeriksaan dengan cara
mengamati secara inspekulo serviks yang
telah dipulas dengan asam asetat atau
asam cuka (3-5%) selama 1 menit. Daerah
yang tidak normal akan berubah warna
dengan batas tegas yang menjadi putih
(acetowhite), yang mengindikasikan bahwa
serviks mungkin memiliki lesi pra kanker.
Program pemeriksaan atau screening yang
ideal dan optimal untuk kanker serviks
menurut WHO, sangat dianjurkan pada
setiap wanita dan dilakukan setiap 3 tahun
pada usia 25–60 tahun. Metode ini sudah
banyak digunakan di Puskesmas, BPS,
ataupun di Rumah Sakit. Metode inspeksi
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
lebih mudah, lebih sederhana, sehingga
skrining dapat dilakukan dengan cakupan
lebih luas dan diharapkan temuan kanker
servik dini akan bisa lebih banyak
(Samadi, 2010).
Pemeriksaan apusan Pap Smear saat
ini merupakan suatu keharusan bagi
wanita sebagai sarana pencegahan dan
deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan
ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap
wanita yang telah menikah sampai dengan
umur kurang lebih 65 tahun bila dalam dua
kali pemeriksaan apusan Pap terakhir
negatif dan tidak pernah mempunyai
riwayat hasil pemeriksaan abnormal
sebelumnya. Pap Test (Pap Smear)
merupakan pemeriksaan sitologik epitel
porsio dan endoservik uteri untuk
penentuan adanya perubahan praganas
maupun ganas di porsio atau servik uteri.
Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu
pemeriksaan dengan cara mengusap leher
rahim (scrapping) untuk mendapatkan selsel leher rahim kemudian diperiksa selselnya, agar dapat diketahui terjadinya
perubahan atau tidak (Lestadi, 2009).
Setiap wanita usia subur (WUS)
hendaknya termotivasi untuk melakukan
tes IVA. Motivasi sangat berhubungan erat
dengan bagaimana perilaku itu dimulai,
disokong, dikuatkan, diarahkan, dihentikan
dan reaksi subjektifitas macam apakah
yang timbul dalam organisasi ketika semua
berlangsung.
Motivasi
merupakan
keinginan untuk melakukan sesuatu dan
menentukan kemampuan bertindak untuk
memuaskan
kebutuhan
individu
(Robbins,2008).
Hal-hal
yang
mempengaruhi motivasi adalah faktor
phisik dan mental, faktor hereditas,
lingkungan, kematangan usia, faktor
intrinsik
seseorang
(pengetahuan,
pendidikan dan pekerjaan), fasilitas
(sarana dan prasarana), sosial budaya,
dan media yang digunakan. Faktor
lingkungan mempengaruhi motivasi karena
semua kondisi yang berasal dari internal
dan eksternal yang mempengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku
seseorang
dan
kelompok.
Sedangkan yang termasuk faktor intrinsik
yang
mempengaruhi
motivasi
yaitu
pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan
(Safa’ah, 2010).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti melalui wawancara terhadap 10
orang WUS di Wilayah Gonilan, diperoleh
hasil 7 responden (70,0%) yang tidak
190
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
melakukan papsmear karena merasa malu
dan
takut
untuk
diperiksa
dokter
sedangkan
serbanyak
3
(30,0%)
responden yang melakukan pemeriksaan
pap smear yang disebabkan oleh
keinginan diri sendiri untuk mengetahui
kesehatan dalam dirinya serta melihat dari
kasus tetangganya yang terdiagnosa
kanker serviks.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuantitatif
descriptif correlation dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian adalah
wanita usia subur di wilayah Gonilan
sebanyak 50 orang dengan teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan
data
menggunakan
kuesioner
dan
checklist. Selanjutnya peneliti melakukan
pengumpulan
data
kuisioner
dan
melakukan penghitungan skor. Data yang
telah terkumpul kemudian ditabulasi ke
dalam matriks pengumpulan data yang
telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan
kemudian dilakukan analisis data. Hasil
yang didapat kemudian dianalisis secara
bivariat dengan uji statistik Chi Square (p
≤0,05).
III. HASIL PENELITIAN
Hasi peneitian menenai karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik
f
%
Umur
< 20 tahun
0
0,0
20-35 tahun
46
92,0
36-49 tahun
4
8,0
Total
50
100
Pendidikan
f
%
SD
11
16,7
SMP
6
12.0
SMA
35
70.0
PT
9
18.0
Jumah
50
100
Pekerjaan
wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang
(46,0%).
Hasil motivasi wanita usia subur untuk
deteksi dini kanker serviks diperoleh hasil
pada tabel 2.
Tabel 2. Motivasi Wanita Usia Subur untuk
Deteksi Dini Kanker Serviks
Motivasi
f
%
Tinggi
20
40,0
Rendah
30
60,0
Total
50
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas motivasi wanita usia subur untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks
adalah rendah yaitu sebesar 30 orang
(60,0%).
Hasil tindakan wanita usia subur untuk
melakukan pap smear diperoleh hasil pada
tabel 3.
Tabel 3. Tindakan Wanita Usia Subur
untuk Melakukan Pap Smear
Tindakan
Melakukan Pap
f
%
Smear
Belum Pernah
27
54.0
Pernah
23
46.0
Total
50
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas wanita usia subur belum pernah
untuk melakukan pap smear yaitu sebesar
27 orang (54,0%).
Hasil chi square hubungan motivasi
deteksi dini kanker serviks dengan
tindakan untuk melakukan pap smear
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Chi Square Hubungan Motivasi
Deteksi Dini Kanker Serviks dengan
Tindakan untuk Melakukan Pap Smear
Motivasi
Deteksi
Dini
Kanker
Serviks
Rendah
Tinggi
Total
IRT
17
34.0
Wiraswasta
23
46.0
Swasta
7
14.0
PNS
3
6.0
Total
66
100.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas umur responden adalah 20-35
tahun sebanyak 46 orang (92,0%)dengan
tingkat pendidikan SMA sebanyak 35
responen (75,0%) dan bekerja di sektor
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
Tindakan Melakukan
Pap Semar
Belum
Pernah
Pernah
F
%
F
%
18,
21
42,0
9
0
1 28,
6
12,0
4
0
2
3 46,
27
54,0
.
0
0
2
7,
7
2
9
p
valu
e
0,00
5
Hasil uji Chi-Square menunjukkan p value
(0,005 < 0,05), berarti ada hubungan yang
bermakna antara motivasi deteksi dini
kanker
serviks
dengan
tindakan
melakukan pap smear pada wanita usia
subur di Wilayah Gonilan.
191
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
IV. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas umur responden adalah 20-35
tahun sebanyak 46 orang (92,0%).Umur
adalah lamanya hidup yang telah dilalui
oleh seseorang. Wanita usia subur
dianjurkan secara rutin melakukan skrining
kesehatan
secara
berkala.
Wanita
usiasubur
berumur
30-50
tahun
merupakan sasaran deteksi dini kanker
serviks dan payudara di Indonesia. Wanita
dengan rentang usia tersebutmenjadi
sasaran deteksi dini kanker serviks
mengingat kanker serviks invasifbiasanya
terjadi pada wanita berusia 30 sampai 50
tahun
(Otto,
2013).
Sumber
lain
menyebutkan bahwa umur rata-rata wanita
yang terserang kanker serviks adalah usia
50 tahun. (Yatim, 2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden mempunyai tingkat
pendidikan SMA sebanyak 35 responen
(75,0%). Seseorang yang berpendidikan
lebih
tinggi
akan
mempunyai
pengetahuanyang lebih luas dibandingkan
seseorang yang tingkat pendidikannya
lebih
rendah.Tingkat
pendidikan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pernah
atau
tidaknya
seseorang
melakukan pemeriksaan pap smear
merupakan salah satu cerminan perilaku
kesehatan wanita khususnya terhadap
kesehatan
reproduksi
(Notoatmodjo,
2010). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian
terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap motivasi
ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks
(Ningrum, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
responden adalah bekerja di sektor
wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang
(46,0%). Pekerjaan seseorang dapat
menentukan status sosial ekonominya.
Status sosial ekonomi merupakan tingkat
kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat
kemampuan
sosial
ekonomi
akan
menambah
tingkat
pengetahuan
seseorang dan memudahkan dirinya untuk
mencukupi
kebutuhannya
terhadap
kesehatan,
seperti
melakukan
pemeriksaan IVA (Soekanto, 2006). Hal ini
diperkuat dari hasil penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa status ekonomi
berpengaruh
terhadap
motivasi
ibu
mengikuti deteksi dini kanker serviks
(Ningrum, 2012).
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas motivasi wanita usia subur untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks
adalah rendah yaitu sebesar 30 orang
(60,0%). Deteksi dini kanker ialah usaha
untuk mengidentifikasi atau mengenali
penyakit atau kelainan yang secara klinis
belum jelas, dengan menggunakan tes
(uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu
yang dapat digunakan secara tepat untuk
membedakan
orang-orang
yang
kelihatannya sehat, benar-benar sehat,
dan yang tampak sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan (Rasjidi, 2008).
Rendahnya motivasi ibu ini dapat
disebabkan
karena
rendahnya
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang
kanker serviks. Hal ini terbukti dari hasil
penelitian terdahulu yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi
dini kanker serviks, hal ini berarti bahwa
motivasi akan tumbuh jika seseorang
mengetahui
dengan
baik
objek
motivasinya, termasuk motivasi dalam
mengikuti
pemeriksaan
pap
smear
(Ningrum, 2012).
Pada Tindakan wanita usia subur untuk
untuk melakukan pap smear ,hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
wanita usia subur belum pernah untuk
melakukan pap smear yaitu sebesar 27
orang (54,0%).Pap Smear merupakan
suatu metode untuk pemeriksaan sel
cairan dinding leher rahim dengan
mengunakan mikroskop, yang dilakukan
secara cepat, tidak sakit, dan dengan
biaya yang relatif terjangkau serta hasil
yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear
dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya proses infeksi, kelainan pra
kanker dan kanker di vagina dan serviks.
(Lestadi,2009). Hasil pemeriksaan pap
smear
dapat
menunjukkan
adanya
penyakit lain dalam vaginadan serviks,
diantaranya
yaitu
infeksi
Human
papillomavirus yang memiliki hubungan
yang kuat dengan kejadian kanker serviks.
Dengan diketahuinya penyakit atau
keabnormalan pada vagina atau serviks
dari hasil pemeriksaan papsmear, maka
dapat
dilakukan
pengobatan
yang
seksama sehingga akibat lebih lanjut
menjadi kanker serviks dapat dihindari.
Rendahnya tindakan untuk melakukan
pap smear di wilayah wilayah Gonilan
disebabkan
karena
kurangnya
pengetahuan atau informasi. Rendahnya
192
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
ini menurut peneliti disebabkan karena
promosi dan sosialisasi tentang masalah
deteksi dini kanker serviks oleh petugas
kesehatan ke masyarakat masih sangat
kurang. Peningkatan pengetahuan tidak
akan selalu menyebabkan perubahan
perilaku,
namun
memperlihatkan
hubungan yang positif antara kedua
variabel
tersebut
sehingga
jika
pengetahuan tinggi maka perilakunya
cenderung baik. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat memerlukan sarana dan
prasarana mendukung. Seperti halnya
pemeriksaan deteksi dini kanker leher
rahim dengan metode pap smear
memerlukan sarana prasarana seperti
tenaga
kesehatan
terlatih,
alat-alat
pemeriksaan dan lain-lain. Fasilitasfasilitas ini pada hakekatnya mendukung
atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hal ini
sesuai
dengan
penelitian
yang
menyatakan bahwa adanya hubungan
dukungan petugas kesehatan
dengan
deteksi dini kanker serviks melalui metode
pap smear. Hal ini berarti bahwa semakin
banyak
petugas
kesehatan
yang
memberikan dukungan terkait dengan
deteksi dini kanker serviks melalui metode
pap smear maka semakin banyak wanita
usia subur yang melakukan tindakan pap
smear (Damailia, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara
motivasi deteksi dini kanker serviks
dengan tindakan melakukan pap smear
pada wanita usia subur di Wilayah
Gonilan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian terdahulu yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara motivasi dengan tindakan pap
smear pada wanita usia subur. (Widiani,
2015).
Motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi
yaitu mendorong manusia untuk berbuat,
jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan
yang
akan
dikerjakan,
menentukan arah perbuatan, yakni ke arah
tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan yang sudah
direncanakan sebelumnya dan menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan
atau
dikerjakan
akan
memberikan
kepercayaan diri yang tinggi karena sudah
melakukan
proses
penyeleksian
(Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 9 orang (18,0%) mempunyai
motivasi deteksi dini kanker serviks yang
rendah tetapi pernah melakukan pap
smear. Hal ini disebabkan karena adanya
dukungan dari suami. Suami merupakan
orang terdekat dengan responden. Dalam
rumah tangga, perlakuan suami akan
mempengaruhi perilaku istri, dimana
dukungan suami terhadap tindakan pap
smear yang dilakukan istri adalah dengan
bersedia
mengantar
ke
layanan
kesehatan, dukungan dana, dan dukungan
persetujuan (Linadi, 2013). Hasil ini
diperkuat penelitian terdahulu yang
menunjukkan bahwa ada hubungan
dukungan
suami
dengan
perilaku
melakukan pemeriksaan IVA. (Kurniawati,
2015) Faktor yang paling dominan
berhubungan
dengan
perilaku
pemeriksaan pap smear pada wanita usia
subur (WUS) adalah faktor dukungan
sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini ibuibu yang melakukan pemeriksaan pap
smear
sebagian
besar
sudah
mendapatkan dukungan suami dengan
baik maupun cukup untuk melakukan
pemeriksaan pap smear (Salmah, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 6 orang (12,0%) mempunyai
motivasi deteksi dini kanker serviks yang
tinggi tetapi belum pernah melakukan pap
smear. Hal ini dapat disebabkan bahwa
adanya motivasi tetapi diiringi rasa malu
dan rasa takut untuk memeriksa organ
reproduksi
serviks
kepada
tenaga
kesehatan, faktor biaya khususnya pada
golongan ekonomi yang lemah, sumber
informasi dan fasilitas atau pelayanan
kesehatan yang masih minim untuk
melakukan pemeriksaan Pap smear.
Selain itu, faktor agama atau keyakinan
dan sosial budaya yang dianut wanita usia
subur juga mempengaruhi keputusannya
untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap
smear. (Ompusunggu, 2012)
Faktor penghambat lainnya adalah
faktor sosial budaya
dimana bahwa
anggota keluarga turun-temurun tidak
pernah melakukan pemeriksaan Pap
smear. Hal tersebut mengindikasikan
193
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
bahwa tanpa disadari kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota keluarga untuk
menuruti kebiasaan dalam keluarga untuk
tidak melakukan pemeriksaan Pap smear
sehingga pengaruh tersebut menyebabkan
mereka
tidak
ingin
melakukan
pemeriksaan Pap smear. Rasa malu dan
takut untuk melakukan pemeriksaan Pap
smear juga menjadi alasan mayoritas
responden dalam melakukan pemeriksaan
organ reproduksi serviksnya. Sejalan
dengan penelitian terdahulu bahwa faktor
sosial budaya yang diyakini responden
mempengaruhi
keputusannya
untuk
melakukan pemeriksaan Pap smear
(Nurhasanah, 2008).
V. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan maka dapat diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Mayoritas umur responden adalah
20-35 tahun sebanyak 46 orang
(92,0%) dengan tingkat pendidikan
SMA sebanyak 35 responen
(75,0%) dan bekerja di sektor
wiraswasta yaitu sebanyak 23
orang (46,0%).
2. Mayoritas motivasi wanita usia
subur untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks adalah rendah yaitu
sebesar 30 orang (60,0%).
3. Mayoritas wanita usia subur belum
pernah untuk melakukan pap smear
yaitu sebesar 27 orang (54,0%).
4. Ada hubungan yang bermakna
antara motivasi deteksi dini kanker
serviks dengan tindakan melakukan
pap smear pada wanita usia subur
di Wilayah Gonilan dengan p value
(0,005 < 0,05).
Sciences:
Basic
and
Research, 24(3),187-202.
Applied
Kurniawati,
I.
2015.
Pengaruh
Pengetahuan,
Motivasi
dan
Dukungan Suami Terhadap Perilaku
Pemeriksaan Iva Pada Kelompok
Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Kedungrejo. Tesis.
Program
Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Lestadi, J. 2009. Sitologi Pap Smear: Alat
Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim: Panduan
Dokter Umum dan Bidan. Jakarta:
EGC.
Linadi, KE. 2013. Dukungan Suami
Mendorong
Keikutsertaan
Pap
Smear Pasangan Usia Subur (PUS)
di Perumahan Pucang Gading
Semarang.
Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 4 (2), 61 – 71.
Ningrum, RS & Fajarsari, D. 2012. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ibu Mengikuti Deteksi Dini Kanker
Serviks Melalui Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) di
Kabupaten Banyumas Tahun 2012.
Purwokerto : Akademi Kebidanan
YLPP Purwokerto
Notoatmodjo,
S.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nurhasanah,
C.
2008.
Pengaruh
Karakteristik dan perilaku PUS
Terhadap Pemeriksaan Pap smear
di RSUZA Banda Aceh. Medan :
USU
DAFTAR PUSTAKA
Damailia, HT & Oktavia, TR. 2015. Faktor
-Faktor Determinan Deteksi Dini
Kanker Serviks Melalui Metode Pap
Smear Pada Pasangan Usia Subur
(PUS). Gaster : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 12 (2) , 99-106.
Hakim A, Buraerah, Salma, Ummu A,
Wahyu A, Ikhsan , et al. 2015.
Cervical Cancer and Its Impact on
Patients Quality of Life in Fatimah
and
Labuang
Baji
Hospitals,
Makassar. International Journal of
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
Ompusunggu, F & Bukit, EK. 2012.
Karakteristik, Hambatan Wanita
Usia Subur Melakukan Pap Smear
di Puskesmas Kedai Durian. Jurnal
Keperawatan Klinis,1,(1).
Otto, S. 2013. Buku Saku Keperawatan
Onkologi. Jakarta: EGC
Rasjidi, I. 2008. Manual Prakanker Serviks.
Jakarta: Sagung Seto.
194
ijmsbm.org
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017
Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge.
2008. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Safa’ah, N. 2010. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Motivasi
Wanita
Usia
Subur
Yang
Melakukan
Pemeriksaan
Iva
Dalam Upaya Deteksi Kanker
Serviks. Prodi S1 Keperawatan
STIKES NU Tuban.
Salmah, Rajab, Djulaeha. 2013. Faktor
Dominan
yang
Berhubungan
dengan Perilaku Pemeriksaan Pap
Smear Pada Wanita Usia Subur.
Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu
Kesehatan,1,(1),5-11.
Palembang). Jurnal Pengabdian
Sriwijaya.
Soekanto, S. 2006. Sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada.
Widiani, Runiari, Prapti, 2015. Hubungan
Motivasi Dengan Tindakan Pap
Smear Pada Wanita Usia Subur Di
Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat. Denpasar :
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu
Bernama
Kanker
Serviks.
Yogyakarta: Sinar Kejora.
Samadi, P. 2010. Yes,I Know Everything
About Kanker Serviks! Jakarta :
Tiga Kelana.
Yatim, F. 2010. Penyakit Kandungan.
Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Septadina, IS. 2015. Upaya Pencegahan
Kanker
Serviks
Melalui
Peningkatan
Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Wanita dan
Pemeriksaan
Metode
IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kenten
Zuliyanti, NI & Widiastuti. 2015. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Kanker
Serviks
Dengan
Motivasi
Pemeriksaan IVA di Puskesmas
Rowokele Kabupaten Kebumen.
Jurnal Komunikasi Kesehatan, (edisi
11) P3M Akbid Purworejo, 6, (2).
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
195
Download