ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Tindakan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Gonilan Correlation Between Motivation of Early Cervix Cancer Detection with Pap Smear Examination Behavior in Reproductive Age of Women in Gonilan District Ajeng Novita Sari1) Akademi Kebidanan Mamba’ul Ulum Surakarta1) [email protected] Abstract: Cervix cancer has become women’s health problem that should get serious concern. In Indonesia, there are about 40-45 new cases emerged every day, and 20-25 women are die from cervix cancer per day. It can be estimated that in every hour, a woman dies due to cervix cancer. These supposed to be minimized by primary prevention that is Pap Smear or IVA Test. The objective of this study is to know the correlation between motivation and Pap Smear test behavior of Reproductive age women in Gonilan District. This study used quantitative descriptive correlation with cross sectional method. The subjects are 50 reproductive age women in Gonilan district. We used purposive sampling method to obtain the subjects. Data collection were managed by using questionnaire and checklist, while data analysis used chisquare statistic test. The result shows that the majority of age joined in this study are 25-35 years’ old that is 46 women (92.0%); The respondent with Senior High School educational background is 35 women (75.0%); and there were 23 women (46.0%) working in private sector. The majority of reproductive age women, that is 27 people (54%), have not conducted for Pap Smear examination yet. There is significant correlation between motivation of early cervix cancer detection with behavior of doing Pap Smear test in reproductive age of women in Gonilan district (p=0.005). Keywords: motivation of early detection, pap smear examination Abstrak: Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius.Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 2025 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Hal tersebut seharusnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer melalui pemeriksaan pap smear atau IVA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif descriptif correlation dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di Wilayah Gonilan sebanyak 50 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan checklist. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). Ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value (0,005 < 0,05). Kata kunci : motivasi deteksi dini, pap smear I. PENDAHULUAN Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius. Kanker leher rahim atau yang disebut dengan kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yaitu kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) masuk ke rahim yang terletak antara uterus dengan liang sanggama (vagina) (Zuliyanti, 2015). Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO sebanyak 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80 % berada di negara berkembang termasuk 189 ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan, sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi (Hakim, 2015). Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan imunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat). Saat ini cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %), padahal cakupan “screening” yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker serviks adalah 85%. (Septadina, 2015) Deteksi dini kanker serviks yang dikenal umum adalah pap smear, yang biasanya dilakukan di rumah sakit di bagian laboratorium. Namun, ada pula cara alternatif yakni metode IVA. IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati secara inspekulo serviks yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) selama 1 menit. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas yang menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra kanker. Program pemeriksaan atau screening yang ideal dan optimal untuk kanker serviks menurut WHO, sangat dianjurkan pada setiap wanita dan dilakukan setiap 3 tahun pada usia 25–60 tahun. Metode ini sudah banyak digunakan di Puskesmas, BPS, ataupun di Rumah Sakit. Metode inspeksi ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) lebih mudah, lebih sederhana, sehingga skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas dan diharapkan temuan kanker servik dini akan bisa lebih banyak (Samadi, 2010). Pemeriksaan apusan Pap Smear saat ini merupakan suatu keharusan bagi wanita sebagai sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap wanita yang telah menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun bila dalam dua kali pemeriksaan apusan Pap terakhir negatif dan tidak pernah mempunyai riwayat hasil pemeriksaan abnormal sebelumnya. Pap Test (Pap Smear) merupakan pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri. Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan selsel leher rahim kemudian diperiksa selselnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak (Lestadi, 2009). Setiap wanita usia subur (WUS) hendaknya termotivasi untuk melakukan tes IVA. Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, disokong, dikuatkan, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektifitas macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua berlangsung. Motivasi merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu (Robbins,2008). Hal-hal yang mempengaruhi motivasi adalah faktor phisik dan mental, faktor hereditas, lingkungan, kematangan usia, faktor intrinsik seseorang (pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan), fasilitas (sarana dan prasarana), sosial budaya, dan media yang digunakan. Faktor lingkungan mempengaruhi motivasi karena semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang dan kelompok. Sedangkan yang termasuk faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi yaitu pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan (Safa’ah, 2010). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara terhadap 10 orang WUS di Wilayah Gonilan, diperoleh hasil 7 responden (70,0%) yang tidak 190 ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 melakukan papsmear karena merasa malu dan takut untuk diperiksa dokter sedangkan serbanyak 3 (30,0%) responden yang melakukan pemeriksaan pap smear yang disebabkan oleh keinginan diri sendiri untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya serta melihat dari kasus tetangganya yang terdiagnosa kanker serviks. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah kuantitatif descriptif correlation dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di wilayah Gonilan sebanyak 50 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan checklist. Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data kuisioner dan melakukan penghitungan skor. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis data. Hasil yang didapat kemudian dianalisis secara bivariat dengan uji statistik Chi Square (p ≤0,05). III. HASIL PENELITIAN Hasi peneitian menenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik f % Umur < 20 tahun 0 0,0 20-35 tahun 46 92,0 36-49 tahun 4 8,0 Total 50 100 Pendidikan f % SD 11 16,7 SMP 6 12.0 SMA 35 70.0 PT 9 18.0 Jumah 50 100 Pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). Hasil motivasi wanita usia subur untuk deteksi dini kanker serviks diperoleh hasil pada tabel 2. Tabel 2. Motivasi Wanita Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Motivasi f % Tinggi 20 40,0 Rendah 30 60,0 Total 50 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Hasil tindakan wanita usia subur untuk melakukan pap smear diperoleh hasil pada tabel 3. Tabel 3. Tindakan Wanita Usia Subur untuk Melakukan Pap Smear Tindakan Melakukan Pap f % Smear Belum Pernah 27 54.0 Pernah 23 46.0 Total 50 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). Hasil chi square hubungan motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan untuk melakukan pap smear dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Chi Square Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Tindakan untuk Melakukan Pap Smear Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Rendah Tinggi Total IRT 17 34.0 Wiraswasta 23 46.0 Swasta 7 14.0 PNS 3 6.0 Total 66 100.0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%)dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) Tindakan Melakukan Pap Semar Belum Pernah Pernah F % F % 18, 21 42,0 9 0 1 28, 6 12,0 4 0 2 3 46, 27 54,0 . 0 0 2 7, 7 2 9 p valu e 0,00 5 Hasil uji Chi-Square menunjukkan p value (0,005 < 0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. 191 ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 IV. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%).Umur adalah lamanya hidup yang telah dilalui oleh seseorang. Wanita usia subur dianjurkan secara rutin melakukan skrining kesehatan secara berkala. Wanita usiasubur berumur 30-50 tahun merupakan sasaran deteksi dini kanker serviks dan payudara di Indonesia. Wanita dengan rentang usia tersebutmenjadi sasaran deteksi dini kanker serviks mengingat kanker serviks invasifbiasanya terjadi pada wanita berusia 30 sampai 50 tahun (Otto, 2013). Sumber lain menyebutkan bahwa umur rata-rata wanita yang terserang kanker serviks adalah usia 50 tahun. (Yatim, 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%). Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuanyang lebih luas dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pernah atau tidaknya seseorang melakukan pemeriksaan pap smear merupakan salah satu cerminan perilaku kesehatan wanita khususnya terhadap kesehatan reproduksi (Notoatmodjo, 2010). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks (Ningrum, 2012). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). Pekerjaan seseorang dapat menentukan status sosial ekonominya. Status sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat kemampuan sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan seseorang dan memudahkan dirinya untuk mencukupi kebutuhannya terhadap kesehatan, seperti melakukan pemeriksaan IVA (Soekanto, 2006). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa status ekonomi berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks (Ningrum, 2012). ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mengidentifikasi atau mengenali penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2008). Rendahnya motivasi ibu ini dapat disebabkan karena rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang kanker serviks. Hal ini terbukti dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks, hal ini berarti bahwa motivasi akan tumbuh jika seseorang mengetahui dengan baik objek motivasinya, termasuk motivasi dalam mengikuti pemeriksaan pap smear (Ningrum, 2012). Pada Tindakan wanita usia subur untuk untuk melakukan pap smear ,hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%).Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya proses infeksi, kelainan pra kanker dan kanker di vagina dan serviks. (Lestadi,2009). Hasil pemeriksaan pap smear dapat menunjukkan adanya penyakit lain dalam vaginadan serviks, diantaranya yaitu infeksi Human papillomavirus yang memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian kanker serviks. Dengan diketahuinya penyakit atau keabnormalan pada vagina atau serviks dari hasil pemeriksaan papsmear, maka dapat dilakukan pengobatan yang seksama sehingga akibat lebih lanjut menjadi kanker serviks dapat dihindari. Rendahnya tindakan untuk melakukan pap smear di wilayah wilayah Gonilan disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau informasi. Rendahnya 192 ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 ini menurut peneliti disebabkan karena promosi dan sosialisasi tentang masalah deteksi dini kanker serviks oleh petugas kesehatan ke masyarakat masih sangat kurang. Peningkatan pengetahuan tidak akan selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun memperlihatkan hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut sehingga jika pengetahuan tinggi maka perilakunya cenderung baik. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana mendukung. Seperti halnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode pap smear memerlukan sarana prasarana seperti tenaga kesehatan terlatih, alat-alat pemeriksaan dan lain-lain. Fasilitasfasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa adanya hubungan dukungan petugas kesehatan dengan deteksi dini kanker serviks melalui metode pap smear. Hal ini berarti bahwa semakin banyak petugas kesehatan yang memberikan dukungan terkait dengan deteksi dini kanker serviks melalui metode pap smear maka semakin banyak wanita usia subur yang melakukan tindakan pap smear (Damailia, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur. (Widiani, 2015). Motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya dan menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (18,0%) mempunyai motivasi deteksi dini kanker serviks yang rendah tetapi pernah melakukan pap smear. Hal ini disebabkan karena adanya dukungan dari suami. Suami merupakan orang terdekat dengan responden. Dalam rumah tangga, perlakuan suami akan mempengaruhi perilaku istri, dimana dukungan suami terhadap tindakan pap smear yang dilakukan istri adalah dengan bersedia mengantar ke layanan kesehatan, dukungan dana, dan dukungan persetujuan (Linadi, 2013). Hasil ini diperkuat penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan perilaku melakukan pemeriksaan IVA. (Kurniawati, 2015) Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita usia subur (WUS) adalah faktor dukungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini ibuibu yang melakukan pemeriksaan pap smear sebagian besar sudah mendapatkan dukungan suami dengan baik maupun cukup untuk melakukan pemeriksaan pap smear (Salmah, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang (12,0%) mempunyai motivasi deteksi dini kanker serviks yang tinggi tetapi belum pernah melakukan pap smear. Hal ini dapat disebabkan bahwa adanya motivasi tetapi diiringi rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan Pap smear. Selain itu, faktor agama atau keyakinan dan sosial budaya yang dianut wanita usia subur juga mempengaruhi keputusannya untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear. (Ompusunggu, 2012) Faktor penghambat lainnya adalah faktor sosial budaya dimana bahwa anggota keluarga turun-temurun tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap smear. Hal tersebut mengindikasikan 193 ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 bahwa tanpa disadari kebudayaan telah mewarnai sikap anggota keluarga untuk menuruti kebiasaan dalam keluarga untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear sehingga pengaruh tersebut menyebabkan mereka tidak ingin melakukan pemeriksaan Pap smear. Rasa malu dan takut untuk melakukan pemeriksaan Pap smear juga menjadi alasan mayoritas responden dalam melakukan pemeriksaan organ reproduksi serviksnya. Sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa faktor sosial budaya yang diyakini responden mempengaruhi keputusannya untuk melakukan pemeriksaan Pap smear (Nurhasanah, 2008). V. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). 2. Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). 3. Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). 4. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value (0,005 < 0,05). Sciences: Basic and Research, 24(3),187-202. Applied Kurniawati, I. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Motivasi dan Dukungan Suami Terhadap Perilaku Pemeriksaan Iva Pada Kelompok Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kedungrejo. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Lestadi, J. 2009. Sitologi Pap Smear: Alat Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim: Panduan Dokter Umum dan Bidan. Jakarta: EGC. Linadi, KE. 2013. Dukungan Suami Mendorong Keikutsertaan Pap Smear Pasangan Usia Subur (PUS) di Perumahan Pucang Gading Semarang. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 4 (2), 61 – 71. Ningrum, RS & Fajarsari, D. 2012. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Mengikuti Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Kabupaten Banyumas Tahun 2012. Purwokerto : Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nurhasanah, C. 2008. Pengaruh Karakteristik dan perilaku PUS Terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Medan : USU DAFTAR PUSTAKA Damailia, HT & Oktavia, TR. 2015. Faktor -Faktor Determinan Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Pap Smear Pada Pasangan Usia Subur (PUS). Gaster : Jurnal Ilmu Kesehatan, 12 (2) , 99-106. Hakim A, Buraerah, Salma, Ummu A, Wahyu A, Ikhsan , et al. 2015. Cervical Cancer and Its Impact on Patients Quality of Life in Fatimah and Labuang Baji Hospitals, Makassar. International Journal of ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) Ompusunggu, F & Bukit, EK. 2012. Karakteristik, Hambatan Wanita Usia Subur Melakukan Pap Smear di Puskesmas Kedai Durian. Jurnal Keperawatan Klinis,1,(1). Otto, S. 2013. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC Rasjidi, I. 2008. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto. 194 ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017 Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Safa’ah, N. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Wanita Usia Subur Yang Melakukan Pemeriksaan Iva Dalam Upaya Deteksi Kanker Serviks. Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban. Salmah, Rajab, Djulaeha. 2013. Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan,1,(1),5-11. Palembang). Jurnal Pengabdian Sriwijaya. Soekanto, S. 2006. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Widiani, Runiari, Prapti, 2015. Hubungan Motivasi Dengan Tindakan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Denpasar : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora. Samadi, P. 2010. Yes,I Know Everything About Kanker Serviks! Jakarta : Tiga Kelana. Yatim, F. 2010. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Septadina, IS. 2015. Upaya Pencegahan Kanker Serviks Melalui Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Wanita dan Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja Puskesmas Kenten Zuliyanti, NI & Widiastuti. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks Dengan Motivasi Pemeriksaan IVA di Puskesmas Rowokele Kabupaten Kebumen. Jurnal Komunikasi Kesehatan, (edisi 11) P3M Akbid Purworejo, 6, (2). ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 195