57 meningkatkan hasil belajar siswapadamateri

advertisement
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAPADAMATERI PERBANDINGAN DAN SKALA
MELALUI MODEL PEMBELAJARANTHINK PAIR AND SHARE (TPS) DANSNOWBALL
THROWING DI KELAS V SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013 SDN
BERINGIN BARITO KUALA
Sulaiman & Irminy Norbaity
Program Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Setting penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Beringin Barito
Kuala pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 18 orang yaitu terdiri dari
9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan tes hasil belajar sedangkan data kualitatif
diambil dengan cara mengobservasi siswa pada saat proses pembelajaran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat menjadi 94,45% kategori sangat aktif pada siklus
II. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I 75% menjadi 94,44% pada siklus
II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model Think Pair
And Share (TPS) dan Snowball Throwing mampu meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa
Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS), Snowball
Throwing.
satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan
beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum.
Dalam matematika, setiap konsep yang
abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi
penguasaan, agar mengendap dan bertahan lama
dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam
pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan
inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran
melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya
sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal
ini akan mudah dilupakan siswa.
Proses pembelajaran matematika hendaknya
menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dan
dapat diterapkan dalam kehidpan sehari-hari.
Memiliki rasa ingin tahu dan mampu memecahkan
masalah yang berkaitan dengan matematika.Juga
menciptakan suasana yang menyenangkan dan
membuat anak didik dalam menerima pelajaran
matematika. Menjadikan peserta didik lebih aktif
dalam proses pembelajaran, dan peserta didik tidak
merasa takut dan bosan.
Seperti yang kita ketahui bahwa pelaksanaan
pendidikan memang diharapkan dapat berjalan
dengan baik dan tersapatnya pemerataan pendidikan
dimana didukung oleh sarana dan prasarana
pendidikan,
kurikulum
pendidikan,
kualitas
pendidikan, pendekatan dan metode pembelajaran di
sekolah.Tetapi pada kenyataannya yang terjadi
semua itu tidak sepenuhnya dapat terlaksana dengan
baik dan masih banyak pola lama yang digunakan
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20
Tahun 2003). Menurut Ki Hajar Dewantara dalam
Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun
1930 menyebutkan bahwa pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek),dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak
boleh dipisahkan bagian-bagian itu, agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak-anak yang kita didik selaras
dengan dunianya (Ihsan, 2010:5). Jadi pendidikan
merupakan proses belajar mengajar yang dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Perubahan tingkah laku disini
diharapkan dapat berdampak kepada arah yang
positif dimana kemampuan orang akan meningkat
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga
dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting,
di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan
pembelajaran.
Menurut Indriyanto (Azerina, 2013:2) struktur
kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran.Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap
57
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014
dalam pembelajaran seperti mengajar belum
menggunakan metode mengajar yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk dapat lebih aktif dan
ikut berpartisipasi secara proaktif dalam kegiatan
pembelajaran.Keadaan seperti ini sangat mengurangi
tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. Siswa
seharusnya
dituntut
untuk
mengkonstruksi,
menemukan dan mengembangkan kemampuannya
serta dapat mengungkapkan dalam bahasa sendiri
tentang apa yang diterima dan diolah selama
pembelajaran berlangsung. Kemudian masihbanyak
pola pengajaran yang terkesan otoriter atau kurang
bersahabat sehingga siswa merasa bosan dan kurang
semangat dalam pembelajaran.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran
yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar,
selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga
merupakan sarana berpikir logis, analisis, dan
sistematis. Sejauh ini matematika selalu dipandang
sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami,
sehingga kurang diminati sebagian besar siswa
karena cenderung teoritik dan hanya terfokus pada
buku pegangan saja (Fathani, 2009:10).Tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dasar,
sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas, sebagai
berikut: 1) Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep dan logaritme. 2)
Menggunakan pengenalan sifat penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan
dan
pernyataan
matematika.
3)
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang modelmatematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang
diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
menjelaskan keadaan atau masalah. 5) Memiliki
sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013:190).Jadi
matematika itu sangat penting, untuk itun perlu
diberikan pembelajaran matematika agar siswa dapat
menguasai mata pelajaran matematika. Tetapi
kenyataannya berdasarkan wawancara dengan Guru
kelas V sekolah dasar negeri yang terdapat
diBeringin Kecamatan Alalak Kabupaten Barito
Kuala. Dimana siswa mengalami kesulitan
memahami materi matematika pada perbandingan
dan skala. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
dan wawancara dengan guru pengajar mata pelajaran
matematika di SDN Beringin menunjukkan bahwa
aktivitas belajar siswa kelas V SDN Beringin masih
rendah dan terlihat kurangnya minat belajar siswa
pada mata pelajaran matematika, kurangnya
keterlibatan
siswa
dalam
proses
pembelajaran.Keadaan ini menyebabkan hasil belajar
mereka baik secara individual maupun secara
klasikal masih rendah.Tingkat keberhasilan belajar
siswa diukur dengan menggunakan Kreteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah. Pada mata pelajaran matematika
tingkat keberhasilan secara individual siswa
dikatakan tuntas dalam belajarnya jika memperoleh
nilai ≥ 65, secara klasikal suatu kelas dikatakan
tuntas jika 80% dari jumlah siswa yang mengikuti
Proses Belajar Mengajar (PBM) dapat memperoleh
nilai ≥ 65. Atas dasar inilah maka memerlukan
perbaikan pada pembelajaran matematika terutama
pada perbandingan dan skala.
Proses belajar mengajar matematika diSDN
Beringin pada saat pembelajaran berlangsung, siswa
pasif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga
siswa kurang bersemangat, kurang memperhatikan,
kurangnya interaksi dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran sehingga menjadi membosankan.
Selain itu pembelajaran hanya dilakukan satu arah,
selain itu siswa belajar secara abstrak dan selama
proses
pembelajaran
berlangsung
jarang
menggunakan media pembelajaran.
Apabila masalah ini tidak dipecahkan maka
siswa kelas V akan sukar untuk mengikuti materi
pelajaran berikutnya, siswa akan tetap menjadi pasif,
siswa tidak bisa memenuhi KKM dan siswa tidak
mengikuti
proses
tahapan
perkembangan
intelektualnya.
Berdasarkan alasan tersebut maka hal ini yang
dapat dilakukan seorang guru adalah dengan
memperbaiki proses belajar mengajar dengan
mengunakan model pembelajaran alternatif yaitu
model Think Pair and Share (TPS) dan Snowball
Throwwing merupakan model
pembelajaran
alternatif yang tepat untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi dikelas V SDN Beringin Barito Kuala
pada materi perbandingan dan skala.
Menurut
Roger,
dkk
(Huda,2013:29)
“Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang terorganisir oleh satu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial diantara
kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya
setiap
pelajar
bertanggungjawab
atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan
pembelajaran
anggota-anggota
lainnya”. Menurut Septriana dkk, think pair and
share adalah pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan
bekerjasama dengan orang lain (Nuraini, 2011:19).
Model pembelajaran Snowball Throwing disebut
juga model pembelajaran gelundungan bola salju”.
Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih
tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam
bentuk bola salju yang terbuat dari kertas dan
58
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya
dalam satu kelompok (Suminarto, 2010:37).
Model Think Pair Share (TPS) dan Snowball
Throwing merupakan sebuah model yang membantu
berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan
berpikir dan minat siswa belajar serta menunjukkan
partisipasi kepada orang lain karena model ini
menekankan pada proses pembelajaran kelompok
dan ketanggapan menerima pesan dari orang
lain.Adapun langkah-langkah model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing
adalah sebagai berikut : (1) Guru menyampaikan inti
materi dan kompetensi yang ingin dicapai. (2)
Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi
yang disampaikan guru (thinking), (3) Peserta didik
diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (satu
kelompok 2 orang) dan mengutarakan persepsi
masing-masing tentang apa yang telah disampaikan
guru (pairing), (4) Guru memimpin pleno atau
diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya (sharing), (5) Guru melengkapi materi
yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan
kembali pokok permasalahan yang harus dipahami,
(6) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. (7) Kemudian
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti
bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama ± 15 menit, (8) Setelah siswa dapat satu bola/
satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, (9)
Evaluasi.
Pembelajaran matematika menggunakan Think
Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
menemukan masalah dan keterampilan intelektual,
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
menunjukkan partisipasi kepada orang lain melalui
lempar tangkap bola salju.Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti merasa perlu melaksanakan penelitian
tindakan kelas dengan judul : “Meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi perbandingan dan skala
melalui model Think Pair Share (TPS) dan Snowball
Throwing di kelas V semester II tahun ajaran
2012/2013 SDN Beringin Barito Kuala”.
Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
(1) Bagaimana aktivitas siswa dalam mempelajari
materi perbandingan dan skala dengan menggunakan
model Think Pair Share (TPS) dan Snowball
Throwing di kelas V SDN Beringin Kecamatan
Alalak Kabupaten Barito Kuala? (2) Apakah dengan
penerapan model Think Pair Share (TPS) dan
Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika materi
perbandingan dan skala di kelas V SDN Beringin
Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala?
METODOLOGI
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
pendekatan
kualitatif
dan
kuantitatif.Pendekatan kualitatif digunakan peneliti
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan
kinerja peneliti sebagai tenaga pendidik sedangkan
kuantitatif digunakan untuk memperbaiki hasil
belajar siswa.Jenis penelitiannya adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK).
Desain penelitian ini ada empat tahapan
sederhana menurut beberapa para ahli mengenai
model penelitian tindakan, yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto,
dkk, 2011 : 16).
Dari ke empat tahapan penelitian tersebut akan
terbentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan
secara berurutan dan akan kembali dilakukan siklus
ke selanjutnya seperti semula. Jadi satu siklus adalah
tahap penyusunan sampai refleksi, dan refleksi disini
merupakan bahan evaluasi bagi tindakan yang harus
dilakukan guru selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan di SDN Beringin
Kabupaten Barito Kualapada mata pelajaran
Matematika kelas V di semester II tahun ajaran
2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang
yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 9 orang
laki-laki.
Jenis data yang disajikan pada penelitian ini
berupa data kuantitatif dan data kualitatif. (1) data
kuantitatif berupa data yang diperoleh dari nilai hasil
belajar siswa dari nilai tugas. (2) data kualitatif
adalah data yang diperoleh dari hasil observasi,
berupa hasil pengamatan aktivitas siswa dalam
kegiatan belajar dengan menggunakan lembar
observasi. Instrument untuk pengukuran ini berupa
tes secara tertulis berisi tentang soal-soal mengenai
perbandingan dan skala.
Indikator
keberhasilan
(1)
indikator
keberhasilan untuk masing-masing aspek aktivitas
siswa apabila dilihat berdasarkan rata-rata kelas
dapat mencapai skor ≥ 81 dengan kategori sangat
aktif.dan apabila dilihat secara klasikal mencapai ≥
81% siswa berada pada kategori aktif dan sangat
aktif. (2) indikator keberhasilan penelitian ini adalah
apabila dalam proses pembelajaran berhasil
memperoleh nilai 65 ke atas ≥ 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pilihan strategi dalam pembelajaran menjadi
sangat penting ketika guru menyiapkan proses
pembelajaran. Pembelajaran yang bermutu tentunya
memberikan dampak yang baik bagi peserta didik
sehingga pembelajaran itu akan terekam dalam
waktu yang lama. Keberhasilan pembelajaran
59
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014
disebabkan guru memotivasi siswa untuk aktif dan
ikut serta dalam mempresentasikan hasil diskusi
karena perhatian dan motivasi itu sangatlah penting
seperti menurut Gage dan Berliner (Dimyati dan
Modjono,2009:42)
perhatian
dan
motivasi
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar, dari kajian teori belajar pengolahan
informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tak akan mungkin terjadi belajar.
Pada aktivitas siswa berdasarkan hasil
pengamatan pada aktivitas siswa dalam belajar yang
dalam tiap pertemuan selalu terjadi peningkatan.
Peningkatan ini terjadi dikarenakan adanya upaya
perbaikan di dalam pembelajaran oleh guru setelah
melakukan
refleksi
pada
tiapakhir
siklus.meningkatnya aktivitas siswa ini karena
mereka sudah memahami bagaimana proses
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Snowball
Throwing sehingga mereka menjadi lebih aktif pada
tiap kalipertemuan. Aktivitas siswa yang terus
meningkat yaitu siswa sudah bisa bekerja sama
dengan temannya dalam diskusi kelompok, siswa
juga sudah menguasai konsep materi yang diajarkan
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat serta
siswa dapat bersungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran.
Seperti dilaporkan penelitian tindakan kelas
ini menentukan hasil terjadinya peningkatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
model Think Pair Share (TPS) dan Snowball
Throwing. Untuk memperjelas hasil dari aktivitas
siswa pada siklus I hingga siklus II aktivitas siswa
mengalami peningkatan.siklus I pertemuan 1 sebesar
56% dengan kriteria cukup aktif meningkat menjadi
pertemuan 2 sebesar 66,67% dengan kriteria cukup
aktif. Kemudian pada siklus II pertemuan 1 sebesar
83,33% dan meningkat lagi pada pertemuan 2
sebesar 94,45% pada kategori sangat aktif ternyata
mencapai indikator keberhasilan yakni masingmasing aspek aktivitas siswa ≥ 81 untuk rata-rata
kelas dan secara klasikal sudah mencapai indikator
keberhasilan yakni apabila siswa berkategori aktif
dan sangat aktif ≥ 81%.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan social (Daryanto, dkk,
2012: 241-242).
Peningkatan aktivitas siswa melalui model
kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Snowball
Throwing menjadi hal baru bagi para siswa untuk
belajar dengan senang dan bersemangat karena
mereka dapat bekerja berkelompok, berdiskusi, dan
ketanggapan menerima pesan dari orang lain.
Sehingga pembelajaran dengan model Think Pair
Share (TPS) dan Snowball Throwing ini akan
mendorong siswa untuk aktif dalam belajar.
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian
dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan
tujuan khusus yang direncanakan.Dengan demikian,
tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah
merancang instrument yang dapat mengumpulkan
data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran (Sanjaya, 2012:13).Pada hasil belajar
siswa, berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I dan II
dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam
setiap
pertemuan
mengalami
peningkatan
ketuntasan.Hal ini dapat diketahui dari ketuntasan
individu siswa yang memperoleh nilai dengan KKM
≥ 65.Pada siklus I pertemuan I nilai rata-rata kelas
siswa adalah 58,89, meningkat pada pertemuan 2
menjadi 71,11 dan mengalami peningkatan pada
siklus II pertemuan 1 yaitu nilai rata-rata siswa
menjadi 73,33, kemudian pada pertemuan 2
meningkat menjadi 84,44. Maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran yang oleh guru sudah tuntas.
Dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran
menggunakan model Think Pair Share (TPS) dan
Snowball Throwing ini akan tercipta suatu kondisi
dimana siswa dapat termotivasi untuk memahami
materi pelajaran, siswa dapat berpikir kritis dan
saling bertukar pikiran, serta siswa dapat tanggap
dalam menerima pesan/informasi dari orang lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Beringin
Kabupaten Barito Kuala dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Aktivitas siswa kelas V SDN Beringin barito
Kuala dalam mempelajari mata pelajaran matematika
mengenai materi perbandingan dan skala dengan
pendekatan kooperatif tipe Think Pair and Share
(TPS) dan Snowball Throwing mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada awal siklus I
dengan kriteria cukup aktif menjadi sangat aktif pada
akhir siklus II.
Pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan kooperatif tipe Think Pair and Share
(TPS) dan Snowball Throwing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
mengenai materi perbandingan dan skala di kelas V
SDN Beringin Barito Kuala. Hal ini dapat dilihat
pada ketuntasan klasikal pada awal siklus I sebesar
71,11% menjadi 94,44% pada akhir siklus II.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran
yang diajukan yaitu sebagai berikut :
Bagi guru, diharapkan hasil penelitian
mengenai pendekatan kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS) dan Snowball Throwing ini dapat
dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran
60
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014
yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
siswa, khususnya dalam pelajaran matematika.
Bagi kepala sekolah, diharapkan memberikan
dukungan penuh kepada guru untuk menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe
Think Pair and Share (TPS) dan Snowball Throwing
pada pelajaran matematika guna meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Bagi peneliti, hendaknya dapat memanfaatkan
hasil penelitian ini dengan sebaik-baiknya dan dapat
menerapkan hasil temuan yang diperoleh untuk
kepentingan pendidikan dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan.
Kecamatan
Martapura
Kabupaten
Banjar.Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin:
FKIP PGSD UNLAM.
Dimyati., & Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathani, A.H. (2009). Matematika Hakikat & Logika.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Saminanto, 2010.Ayo Praktik Penelitian Tindakan
Kelas. Semarang: Rasail Media Group.
Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran
di Sekolah Dasar. Jakarta: kencana Prenada
Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan
Nasional. (2003). Yogyakarta: Delphi
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Renika Cipta.
Azerina, W. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa
dengan
Pendekatan
ContextualTeaching Ana Learning (CTL)
melalui
Pemanfaatan
Media
pada
Pembelajaran Konsep Pecahan Kelas IV
Semester 2 di SDN Pasayangan Selatan
.
61
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014
62
Download