MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAPADAMATERI PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARANTHINK PAIR AND SHARE (TPS) DANSNOWBALL THROWING DI KELAS V SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013 SDN BERINGIN BARITO KUALA Sulaiman & Irminy Norbaity Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat E-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setting penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Beringin Barito Kuala pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 18 orang yaitu terdiri dari 9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan tes hasil belajar sedangkan data kualitatif diambil dengan cara mengobservasi siswa pada saat proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat menjadi 94,45% kategori sangat aktif pada siklus II. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I 75% menjadi 94,44% pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model Think Pair And Share (TPS) dan Snowball Throwing mampu meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS), Snowball Throwing. satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguasaan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Proses pembelajaran matematika hendaknya menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dan dapat diterapkan dalam kehidpan sehari-hari. Memiliki rasa ingin tahu dan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika.Juga menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat anak didik dalam menerima pelajaran matematika. Menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan peserta didik tidak merasa takut dan bosan. Seperti yang kita ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan memang diharapkan dapat berjalan dengan baik dan tersapatnya pemerataan pendidikan dimana didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum pendidikan, kualitas pendidikan, pendekatan dan metode pembelajaran di sekolah.Tetapi pada kenyataannya yang terjadi semua itu tidak sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik dan masih banyak pola lama yang digunakan PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003). Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek),dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu, agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya (Ihsan, 2010:5). Jadi pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Perubahan tingkah laku disini diharapkan dapat berdampak kepada arah yang positif dimana kemampuan orang akan meningkat Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting, di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Menurut Indriyanto (Azerina, 2013:2) struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap 57 Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014 dalam pembelajaran seperti mengajar belum menggunakan metode mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat lebih aktif dan ikut berpartisipasi secara proaktif dalam kegiatan pembelajaran.Keadaan seperti ini sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. Siswa seharusnya dituntut untuk mengkonstruksi, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta dapat mengungkapkan dalam bahasa sendiri tentang apa yang diterima dan diolah selama pembelajaran berlangsung. Kemudian masihbanyak pola pengajaran yang terkesan otoriter atau kurang bersahabat sehingga siswa merasa bosan dan kurang semangat dalam pembelajaran. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana berpikir logis, analisis, dan sistematis. Sejauh ini matematika selalu dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami, sehingga kurang diminati sebagian besar siswa karena cenderung teoritik dan hanya terfokus pada buku pegangan saja (Fathani, 2009:10).Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas, sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep dan logaritme. 2) Menggunakan pengenalan sifat penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang modelmatematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013:190).Jadi matematika itu sangat penting, untuk itun perlu diberikan pembelajaran matematika agar siswa dapat menguasai mata pelajaran matematika. Tetapi kenyataannya berdasarkan wawancara dengan Guru kelas V sekolah dasar negeri yang terdapat diBeringin Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Dimana siswa mengalami kesulitan memahami materi matematika pada perbandingan dan skala. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru pengajar mata pelajaran matematika di SDN Beringin menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas V SDN Beringin masih rendah dan terlihat kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika, kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.Keadaan ini menyebabkan hasil belajar mereka baik secara individual maupun secara klasikal masih rendah.Tingkat keberhasilan belajar siswa diukur dengan menggunakan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Pada mata pelajaran matematika tingkat keberhasilan secara individual siswa dikatakan tuntas dalam belajarnya jika memperoleh nilai ≥ 65, secara klasikal suatu kelas dikatakan tuntas jika 80% dari jumlah siswa yang mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dapat memperoleh nilai ≥ 65. Atas dasar inilah maka memerlukan perbaikan pada pembelajaran matematika terutama pada perbandingan dan skala. Proses belajar mengajar matematika diSDN Beringin pada saat pembelajaran berlangsung, siswa pasif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa kurang bersemangat, kurang memperhatikan, kurangnya interaksi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga menjadi membosankan. Selain itu pembelajaran hanya dilakukan satu arah, selain itu siswa belajar secara abstrak dan selama proses pembelajaran berlangsung jarang menggunakan media pembelajaran. Apabila masalah ini tidak dipecahkan maka siswa kelas V akan sukar untuk mengikuti materi pelajaran berikutnya, siswa akan tetap menjadi pasif, siswa tidak bisa memenuhi KKM dan siswa tidak mengikuti proses tahapan perkembangan intelektualnya. Berdasarkan alasan tersebut maka hal ini yang dapat dilakukan seorang guru adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar dengan mengunakan model pembelajaran alternatif yaitu model Think Pair and Share (TPS) dan Snowball Throwwing merupakan model pembelajaran alternatif yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas V SDN Beringin Barito Kuala pada materi perbandingan dan skala. Menurut Roger, dkk (Huda,2013:29) “Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang terorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya”. Menurut Septriana dkk, think pair and share adalah pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain (Nuraini, 2011:19). Model pembelajaran Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas dan 58 Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014 menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok (Suminarto, 2010:37). Model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing merupakan sebuah model yang membantu berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan minat siswa belajar serta menunjukkan partisipasi kepada orang lain karena model ini menekankan pada proses pembelajaran kelompok dan ketanggapan menerima pesan dari orang lain.Adapun langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing adalah sebagai berikut : (1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan guru (thinking), (3) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (satu kelompok 2 orang) dan mengutarakan persepsi masing-masing tentang apa yang telah disampaikan guru (pairing), (4) Guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya (sharing), (5) Guru melengkapi materi yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan kembali pokok permasalahan yang harus dipahami, (6) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. (7) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit, (8) Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, (9) Evaluasi. Pembelajaran matematika menggunakan Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, menemukan masalah dan keterampilan intelektual, memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain melalui lempar tangkap bola salju.Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perbandingan dan skala melalui model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing di kelas V semester II tahun ajaran 2012/2013 SDN Beringin Barito Kuala”. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam mempelajari materi perbandingan dan skala dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing di kelas V SDN Beringin Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala? (2) Apakah dengan penerapan model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi perbandingan dan skala di kelas V SDN Beringin Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala? METODOLOGI Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan kinerja peneliti sebagai tenaga pendidik sedangkan kuantitatif digunakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa.Jenis penelitiannya adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian ini ada empat tahapan sederhana menurut beberapa para ahli mengenai model penelitian tindakan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, dkk, 2011 : 16). Dari ke empat tahapan penelitian tersebut akan terbentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan secara berurutan dan akan kembali dilakukan siklus ke selanjutnya seperti semula. Jadi satu siklus adalah tahap penyusunan sampai refleksi, dan refleksi disini merupakan bahan evaluasi bagi tindakan yang harus dilakukan guru selanjutnya. Penelitian ini dilakukan di SDN Beringin Kabupaten Barito Kualapada mata pelajaran Matematika kelas V di semester II tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 9 orang laki-laki. Jenis data yang disajikan pada penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. (1) data kuantitatif berupa data yang diperoleh dari nilai hasil belajar siswa dari nilai tugas. (2) data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, berupa hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dengan menggunakan lembar observasi. Instrument untuk pengukuran ini berupa tes secara tertulis berisi tentang soal-soal mengenai perbandingan dan skala. Indikator keberhasilan (1) indikator keberhasilan untuk masing-masing aspek aktivitas siswa apabila dilihat berdasarkan rata-rata kelas dapat mencapai skor ≥ 81 dengan kategori sangat aktif.dan apabila dilihat secara klasikal mencapai ≥ 81% siswa berada pada kategori aktif dan sangat aktif. (2) indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila dalam proses pembelajaran berhasil memperoleh nilai 65 ke atas ≥ 80%. HASIL DAN PEMBAHASAN Pilihan strategi dalam pembelajaran menjadi sangat penting ketika guru menyiapkan proses pembelajaran. Pembelajaran yang bermutu tentunya memberikan dampak yang baik bagi peserta didik sehingga pembelajaran itu akan terekam dalam waktu yang lama. Keberhasilan pembelajaran 59 Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014 disebabkan guru memotivasi siswa untuk aktif dan ikut serta dalam mempresentasikan hasil diskusi karena perhatian dan motivasi itu sangatlah penting seperti menurut Gage dan Berliner (Dimyati dan Modjono,2009:42) perhatian dan motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak akan mungkin terjadi belajar. Pada aktivitas siswa berdasarkan hasil pengamatan pada aktivitas siswa dalam belajar yang dalam tiap pertemuan selalu terjadi peningkatan. Peningkatan ini terjadi dikarenakan adanya upaya perbaikan di dalam pembelajaran oleh guru setelah melakukan refleksi pada tiapakhir siklus.meningkatnya aktivitas siswa ini karena mereka sudah memahami bagaimana proses pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing sehingga mereka menjadi lebih aktif pada tiap kalipertemuan. Aktivitas siswa yang terus meningkat yaitu siswa sudah bisa bekerja sama dengan temannya dalam diskusi kelompok, siswa juga sudah menguasai konsep materi yang diajarkan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat serta siswa dapat bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Seperti dilaporkan penelitian tindakan kelas ini menentukan hasil terjadinya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing. Untuk memperjelas hasil dari aktivitas siswa pada siklus I hingga siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan.siklus I pertemuan 1 sebesar 56% dengan kriteria cukup aktif meningkat menjadi pertemuan 2 sebesar 66,67% dengan kriteria cukup aktif. Kemudian pada siklus II pertemuan 1 sebesar 83,33% dan meningkat lagi pada pertemuan 2 sebesar 94,45% pada kategori sangat aktif ternyata mencapai indikator keberhasilan yakni masingmasing aspek aktivitas siswa ≥ 81 untuk rata-rata kelas dan secara klasikal sudah mencapai indikator keberhasilan yakni apabila siswa berkategori aktif dan sangat aktif ≥ 81%. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan social (Daryanto, dkk, 2012: 241-242). Peningkatan aktivitas siswa melalui model kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing menjadi hal baru bagi para siswa untuk belajar dengan senang dan bersemangat karena mereka dapat bekerja berkelompok, berdiskusi, dan ketanggapan menerima pesan dari orang lain. Sehingga pembelajaran dengan model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing ini akan mendorong siswa untuk aktif dalam belajar. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2012:13).Pada hasil belajar siswa, berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I dan II dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan ketuntasan.Hal ini dapat diketahui dari ketuntasan individu siswa yang memperoleh nilai dengan KKM ≥ 65.Pada siklus I pertemuan I nilai rata-rata kelas siswa adalah 58,89, meningkat pada pertemuan 2 menjadi 71,11 dan mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 1 yaitu nilai rata-rata siswa menjadi 73,33, kemudian pada pertemuan 2 meningkat menjadi 84,44. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang oleh guru sudah tuntas. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model Think Pair Share (TPS) dan Snowball Throwing ini akan tercipta suatu kondisi dimana siswa dapat termotivasi untuk memahami materi pelajaran, siswa dapat berpikir kritis dan saling bertukar pikiran, serta siswa dapat tanggap dalam menerima pesan/informasi dari orang lain. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Beringin Kabupaten Barito Kuala dapat disimpulkan sebagai berikut : Aktivitas siswa kelas V SDN Beringin barito Kuala dalam mempelajari mata pelajaran matematika mengenai materi perbandingan dan skala dengan pendekatan kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan Snowball Throwing mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada awal siklus I dengan kriteria cukup aktif menjadi sangat aktif pada akhir siklus II. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenai materi perbandingan dan skala di kelas V SDN Beringin Barito Kuala. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan klasikal pada awal siklus I sebesar 71,11% menjadi 94,44% pada akhir siklus II. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diajukan yaitu sebagai berikut : Bagi guru, diharapkan hasil penelitian mengenai pendekatan kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan Snowball Throwing ini dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran 60 Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014 yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, khususnya dalam pelajaran matematika. Bagi kepala sekolah, diharapkan memberikan dukungan penuh kepada guru untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan Snowball Throwing pada pelajaran matematika guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi peneliti, hendaknya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dengan sebaik-baiknya dan dapat menerapkan hasil temuan yang diperoleh untuk kepentingan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar.Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: FKIP PGSD UNLAM. Dimyati., & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fathani, A.H. (2009). Matematika Hakikat & Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Saminanto, 2010.Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail Media Group. Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: kencana Prenada Media Group. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. (2003). Yogyakarta: Delphi DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Renika Cipta. Azerina, W. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan ContextualTeaching Ana Learning (CTL) melalui Pemanfaatan Media pada Pembelajaran Konsep Pecahan Kelas IV Semester 2 di SDN Pasayangan Selatan . 61 Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 1, Januari 2014 62