ESSAY STUDY EXCURSIE PERBEDAAN ETNIS DAN KEBHINEKAAN DALAM ANGGOTA MASYARAKAT LAMONGAN NAMA : NUR ARISKA NUGRAHANI FAKULTAS / JURUSAN : KEDOKTERAN GIGI/ PEND.DOKTER GIGI NIM : 021211131007 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012/2013 1 A. Judul Perbedaan etnis dan kebhinekaan dalam anggota masyarakat lamongan B. Pengantar Masyarakat indonesia pada umumnya adalah masyarakat bhineka , dimana pada masingmasing individu terdapat perbedaan , perbedaan itu bisa berasal dari budaya, etnisitas dan keagamaan. Tetapi walaupun begitu banyak perbedaan yang ada , sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia menaruh toleransi yang tinggi terhadap sesama warga negara indonesia atau masyarakat yang ada di sekitar kita. Negara Indonesia sendiri, mempunyai banyak suku,ras, adat istiadat yang berbeda, berarti dalam suatu negara tidak ada dalam satu golongan saja , tetapi berbagai golongan. Kita juga mempunyai ideologi pancasila yang menggambarkan bahwa pancasila ini sebagai tempat untuk membina berbagai keragaman yang ada di indonesia ini. Untuk menjawab tantangan global yang semakin hari semakin menantang dengan adanya keberagaman perbedaan yang ada, kami hijrah ke Lamongan untuk melihat dan berbagi informasi tentang keberagaman seperti agama, suku/etnis dan budaya. Tentu saja banyak hal perbedaannya. Maka di lamongan ini kami akan mengunjungi tempat yang bisa menjadi contoh keberagaman yang ada , namun mereka tetap rukun dan punya toleransi yang tinggi terhadap sesama masyarakat sekitar. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Kantor Bupati lamongan “Sabha Dhaksa Adiyaksa“ , Desa Balun (bukan desa balon) / biasa disebut sebagai Desa Pancasila Kecamatan Turi kabupaten Lamongan dan Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Disana kita akan belajar masyarakat bhineka yang benar-benar terjadi dan saling menghormati dan saling menjaga kerukunan antar umat beragama , etnis yang berbeda dan budayanya pun berbeda. Hal ini ditujukan agar para mahasiswa dapat belajar dengan mereka, karena mereka juga mengganggap bahwa mahasiswa ini adalah suatu perombak yang dibutuhkan dan mempunyai peran yang penting terhadap majunya bangsa indonesia. C. Konsep Pokok Berdasarkan dari temanya ini tentang kehinekaan , etnisitas , gaya hidup dan solidaritas sosial terbuka , maka akan diangkat konsep pokok yaitu bahwa setiap manusia itu punya karakter tersendiri khususnya dalam bidang etnis, agama dan budaya, sehingga perbedaan ini akan mempunyai pengaruh terhadap kerukunan hidup dan persatuan masyarakat yang rumahnya berdampingan ataupun dalam sebuah desa. 2 D. Pembahasan , merefleksikan pengalaman empiris yang didapatnya 1. Kantor Bupati Lamongan atau Pendopo Lamongan Bupati Lamongan menyambut kami saat tiba di Pendopo , kita disambut dengan meriah walaupun kita hanya seorang mahasiswa baru sehingga kita juga merasa bangga manjadi mahasiswa universitas Airlangga . Hal yang paling berkesan dalam hal ini adalah tentang pembacaan deklarasinya terasa jantung ini berdegup kencang, dengan pembacaan yang seperti itu. Lalu diteruskan dengan pidato dari direktur kemahasiswaan tentang kebhinekaan dan menyarankan bahwa harus saling menghormati dan menghargai sesama mahasiswa universitas airlangga. Diteruskan dengan pidato bupati lamongan bahwa intinya di Lamongan ini ada salah satu wali songo yang bernama sunan drajat ini yang membawa dampak sangat baik bagi masyarakat lamongan selama bertahun-tahun hingga sampai sekarang, melalui itu semua pertumbuhan ekonomi pada saat sekarang ini terus naik ke atas hingga mencapai kelas menengah atas. Lalu diteruskandengan berkumpul bersama kelompok yang tidak se-fakultas, pertama rasanya aneh tapi lama kelamaan menyenangkan juga. 2. Studi Lapang di Balai Desa “Pancasila” Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi dan hanya mempunyai jarak 4 kilometer dari kota Lamongan. Desa Balun merupakan daerah yang terletak di dataran rendah yang banyak terdapat tambak dan bonorowo sehingga masuk daerah yang rawan banjir seperti umumnya daerah lain di kabupaten Lamongan. Desa Balun juga dibelah oleh sebuah sungai yang bermuara di Bengawan Solo. Desa ini dinamakan desa Balun dikarenakan di mana kata Balun berasal dari nama “Mbah Alun” seorang tokoh yang mengabdi dan berperan besar terhadap terbentuknya desa balun sejak tahun 1600-an. Mbah Alun yang dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau Mbah Sin Arih konon adalah Raja Blambangan bernama Bedande Sakte Bhreau Arih yang bergelar Raja Tawang Alun I yang lahir di Lumajang tahun 1574. Dia merupakan anak dari Minak Lumpat yang menurut buku babat sembar adalah keturunan Lembu Miruda dari Majapahit (Brawijaya). Mbah Alun belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri IV (Sunan Prapen). Selesai mengaji beliau kembali ke tempat asalnya untuk menyiarkan agama Islam sebelum diangkat menjadi Raja Blambangan. Selama pemerintahannya (tahun 1633-1639) Blambangan mendapatkan serangan dari Mataram dan Belanda hingga kedaton Blambangan hancur. Saat itu Sunan tawang Alun melarikan diri ke arah barat menuju Brondong untuk mencari perlindungan dari anaknya yaitu Ki Lanang Dhangiran (Sunan Brondong), lalu diberi 3 tempat di desa kuno bernama Candipari (kini menjadi desa Balun) untuk bersembunyi dari kejaran musuh. Disinilah Sunan Tawang Alun I mulai mengajar mengaji dan menyiarkan ajaran Islam sampai wafat Tahun 1654 berusia 80 tahun sebagai seorang Waliyullah. Sebab menyembunyikan identitasnya sebagai Raja, maka beliau dikenal sebagai seorang ulama dengan sebutan Raden Alun atau Sin Arih. Sunan Tawang Alun I sebagai ulama hasil gemblengan Pesantren Giri Kedaton ini menguasai ilmu Laduni, Fiqh, Tafsir, Syariat dan Tasawuf. Sehingga dalam dirinya dikenal tegas, kesatria, cerdas, Alim, Arif, persuatif, dan yang terkenal adalah sifat toleransinya terhadap orang lain, terhadap budaya lokal dan toleransinya terhadap agama lain. Desa tempat makam Mbah Alun ini kemudian disebut Desa Mbah Alun dan kini Menjadi Desa Balun, Kecamatan Turi. Pasca G 30S PKI tepatnya tahun 1967 Kristen dan Hindu mulai masuk dan berkembang di Desa Balun. Berawal dari adanya pembersihan pada orang-orang yang terlibat dengan PKI termasuk para pamong desa yang diduga terlibat. Akibatnya terjadi kekosongan kepala desa dan perangkatnya. Maka untuk menjaga dan menjalankan pemerintahan desa ditunjuklah seorang prajurit untuk menjadi pejabat sementara di desa Balun. Prajurit tersebut bernama Pak Batih yang beragama Kristen. Dari sinilah Kristen mulai dapat pengikut, kemudian pak Batih mengambil teman dan pendeta untuk membabtis para pemeluk baru. Karena sikap keterbukaan dan toleransi yang tinggi dalam masyarakat Balun maka penetrasi Kristen tidak menimbulkan gejolak. Disamping itu kristen tidak melakukan dakwah dengan ancaman atau kekerasan. Pada tahun yang sama yakni 1967 juga masuk pembawa agama Hindu yang datang dari desa sebelah yaitu Plosowayuh. Adapun tokoh sesepuh Hindu adalah bapak Tahardono Sasmito. Agama hindu inipun tidak membawa gejolak pada masyarakat umumnya. Masuknya seseorang pada agama baru lebih pada awalnya lebih disebabkan oleh ketertarikan pribadi tanpa ada paksaan. Sebagai agama pendatang di desa Balun, Kristen dan Hindu berkembang secara perlahan-lahan. Mulai melakukan sembahyang di rumah tokoh-tokoh agama mereka, kemudian pertambahan pemeluk baru dan dengan semangat swadaya yang tinggi mulai membangun tempat ibadah sederhana dan setelah melewati tahap-tahap perkembangan sampai akhirnya berdirilah Gereja dan Pura yang megah. Desa Balun ini merupakan Desa Pancasila. Study excursie ini bermakna bahwa pembelajaran tentang Desa Balun ini agar kitasebagai mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan di desa-desa lainnya seperti Desa Balun. Desa Balun ini juga selain disebut Desa Pancasila juga merupakan desa yang mempunyai kebhinekaan yang tinggi, dimana Desa Balun ini didalamnya terdapat 3 pemeluk agama yaitu Kristen, Islam dan Hindu. 4 Walaupun mayoritas Islam namun mereka melaksanakan gotong royong dan sebagainya itu tanpa memandang bulu. Mereka tidak mempermasalahkan itu. Di Desa ini pula juga ada 3 tempat ibadah (pura, masjid dan gereja) yang tidak jauh juga , hanya terpisahkan oleh lapangan. Warga Desa Balun sangat mengutamakan kerukunan antar warga. Ditekankan lagi bahwa ada toleransi yang ada di desa Balun ini tidak dibuat-buat, tetapi toleransi yang mengalir seperti air. Agama Islam menghormati apabila agama hindu sedang beribadat begitu pula dengan agama hindu. Sebagai contohnya, pas waktuagama Hindu merayakan Hari Nyepi,maka salon yang ada di speaker suaranya tidak akan mengganggu pemeluk agama hindu. Toleransi beragama di desa Balun sangat baik. Warga desa Balun bisa rukun dikarenakan kerukunan ini tidak lepas dari pengawasan Kepala Desa , tokoh-tokoh agama , yang sangat berperan aktif. Namun yang paling berperan ini adalah budaya. Sehingga orang yang merdeka ini adalah orang yang mampu bekerja sama dengan orang lain tanpa membedakan orang lain (menghidupkan orang lain dalam kebangsaan). 3. Pondok Pesantren Sunan Drajat , Paciran, Lamongan Ponpes yang terletak di Desa Banjaranyar, Kecamatan Paciran, ini mengasuh sekitar 10 ribu santri dari tingkat ibtidaiah (SD), sanawiah (SMP), aliah (SMA), hingga perguruan tinggi. Menurut penuturan Sekjen Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kholid Syeirozi, banyak ponpes di Jawa Timur mengalami penurunan jumlah santri, tetapi tidak untuk Pesantren Sunan Drajat. "Jumlah santri di pesantren ini terus meningkat tiap tahunnya. Ini berbeda dengan pondok-pondok lainnya di Jawa Timur yang mengalami penurunan jumlah santri," tutur Kholid. Hal yang menarik dari Ponpes Sunan Drajat ialah kemandirian perekonomian ponpes yang ditopang oleh berbagai usaha. Memang, KH Abdul Ghofur berpendapat kemandirian ekonomi ponpes harus diutamakan. Selain itu, bersama para siswa SMK Sunan Drajat, ponpes juga memproduksi garam. Usaha itu dijalankan bekerja sama dengan sebuah universitas dan pemerintah daerah. Salah satu siswa SMK Sunan Drajat, Imam Nusulul, mengatakan mereka mendapat ilmu dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar mereka yang berlokasi di tepi pantai. Salah satu usaha perekonomian Ponpes Sunan Drajat yang juga menarik ialah produksi jamu atau ekstrak buah mengkudu. Usaha itu berangkat dari sebuah penelitian yang membuktikan sari buah mengkudu memiliki kandungan vitamin C yang besar dan bisa menurunkan kandungan zat berbahaya dalam paha ayam impor. Hasil penelitian itu mendapat apresiasi positif dari negara. Pada 2006 silam pengasuh Ponpes Sunan Drajat dianugerahi penghargaan Kalpataru oleh Presiden di Istana Negara. 5 Dalam produksinya, satu kuintal mengkudu bisa menghasilkan 30 liter sari mengkudu. Semua proses produksi dilakukan oleh para santri. Pemasaran jamu herbal yang diberi label Sari Mengkudu Sunan itu dilakukan di sejumlah daerah melalui jaringan pengasuh pesantren mulai dari Surabaya hingga Jakarta. Sesampai di pondok pesantren ini kita disambut oleh para penghuni pondok pesantren secara langsung, lalu menuju kamar masing-masing dan beristirahat sebentar, dimana kita kebagian sekamar dengan anak dari fakultas keperawatan , mereka ini pada awalnya bersikap dengan tidak menyenangkan dengan kita, tetapi lama kelamaan kita dapat menyesuaikan dengan mereka. Disinilah saya pribadi merasa kebhinekaan saya benar-benar teruji , kita itu berasal dari universitas yang sama tetapi berasal dari Fakultas yang berbeda. Mereka punya karakter masing-masing yang berbeda, prinsip juga berbeda sehingga kami juga saling menghormati dan menghargai antar teman ini. Lalu malamnya wawancara para pengurus yang ada tentang pondok pesantren itu, kami berbincang-bincang dengan mereka , dan tanyatanya, contohnya seperti ini, hal baru yang saya alami adalah bahwa yang masuk dalam ponpes sunan drajat ini akan lebih condong ke NU bukan ke muhammadiyah, lalu juga ada , setiap anak yang mondok di ponpes ini harus mengikuti semua peraturan yang ada, jika ada yang melanggar ,pertama akan diberi peringatan lalu seterusnya hingga sanksi yang lebih tinggi jika peringatan itu tidak berpengaruh terhadap dirinya. Lalu pada ponpes ini juga ada usaha ynag dilakukan oleh mahasiswa seperti perakitan handphone dan perakitan komputer, juga ada produk air minum yang diberi nama “AIDRAT” . Masih banyak yang lainnya juga usaha-usahanya. Paginya kita berjalan-berjalan ke luar ponpes menuju ke Makam sunan drajat lewat perkampungan , dekat dengan rumahnya tanteku. Kita jalan-jalan terasa senang sekali bersama anak–anak FKG dan teman-teman fakultas lain. Kita juga dapat ilmu disana , kita bisa mendoakan sunan drajat dan berziaroh disana sehingga kita juga nambah wawasan dan pengetahuan selama disana.Juga mengerti tentang pendalaman tentang Islam selama di pondok pesantren. E. Simpulan dan Saran Kesimpulan yang saya dapatkan dari study excursie itu adalah bahwa kita sebagai bangsa indonesia, kita itu harus sadar dengan semua perbedaan yang ada disini terutama dalam lingkungan kampus, sehingga kesadaran kita akan hal ini akan membawa damapak yang sangat baik bagi kita semua. Kita juga dapat menyesuaikan diri dengan siapapun tanpa pandang bulu, bisa saling menghormati dan saling menghargai antar perbedaan yang ada. 6 Saran saya selama study excursie adalah kegiatan yang dilakukan ini seharusnya dapat mewawancarai orang-orang sekitar yang ada di desa Balun, sehingga kita bisa merasakan hal yang berbeda tidak hanya mendengar dari tokoh-tokoh yang penting di masyarakat dan mengantisipasi keramaian antar mahasiswa. F. Daftar Pustaka http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/study-excursie-universitas-airlangga-2012/ Fadeli, SH., Lamongan, Bupati Lamongan. Drs. Koko Srimulyo, M.Si., Surabaya, Direktur Kemahasiswaan Unair. Suwito dan Sumitro, Lamongan , tokoh agama islam. Drs. Adi Wijono, Lamongan, tokoh agama hindu. Sutrisno, Lamongan, tokoh agama kristen. KH. Abdul Ghofur, Paciran, pengasuh ponpes “Sunan Drajat” Paciran Lamongan. 7