ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TESIS Oleh YUNAN 067018070/EP S C N PA A S K O L A H E A S A R JA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh YUNAN 067018070/EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN INDONESIA Nama Mahasiswa : Yunan Nomor Pokok : 067018070 Program Studi : Ekonomi Pembangunan YANG EKONOMI Menyetujui Komisi Pembimbing (Irsad Lubis, M.Soc.Sc.Ph.D) Ketua (Kasyful Mahalli, S.E, M.Si) Anggota Ketua Program Studi Direktur, (Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc) Tanggal lulus: 12 September 2009 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Telah diuji pada Tanggal : 12 September 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si 2. Dr. Murni Daulay, M.Si 3. Dr. Rahmanta, M.Si 4. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 PERNYATAAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, September 2009 Yunan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series, 1988 – 2007, yaitu data kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah, jumlah tenaga kerja dan PDB Indonesia. Data tersebut diperoleh dari Departemen Keuangan, BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99 persen atau α=1 %, dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 98,46 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat secara signifikan dengan meningkatnya kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan nilai ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah, jumlah tenaga kerja. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 ABSTRACT Economic growth represent the economics problem in the term and is influenced by various factor. This research is objected to analyse the influence of banking credit, export, government spending, and labour to economic growth of Indonesia The analysis uses Ordinary Least Square (OLS) method. Secondary of time series data of 1988 – 2007, are applied. The result of research indicate that the banking credit, export, government spending, and labour had a significant effect to economic growth of Indonesia at α=1 %, with a coefficient of determinant (R2) 98,46 percents. Partially, this study showed that the banking credit, government spending, and labour to had a significant and positively effect on economic growth of Indonesia. This means that economic growth of Indonesia will progressively with increasing the banking credit, government spending, and labour. While exporting value has unsignificant and positive effect to economic growth of Indonesia. Keywords: Economic growth, banking credit, export value, government spending, labour. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 KATA PENGANTAR Penelitian yang dituangkan dalam bentuk tesis ini merupakan tugas akhir yang harus disajikan dalam rangka menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Dengan mengambil judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dalam waktu yang telah ditetapkan berkat bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan khususnya Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji dengan kesabarannya telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan arahan. Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga sesuai dengan syarat dan tatacara yang telah ditentukan. Untuk itu penulis dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang tulus kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B., M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai pembanding yang telah memotivasi dan memberikan arahan dalam penyusunan tesis ini. 3. Bapak Irsad Lubis, SE,M.Soc.Sc.Ph.D sebagai Ketua Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, sebagai Anggota Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si dan Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si, sebagai Pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran perbaikan dalam penyusunan tesis ini. 6. Bapak, Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 8. Kepada orang-orang tercinta penulis dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, motivasi, semangat, saran dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 9. Rekan-Rekan Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kesilapan penulis selama ini.. Medan, Agustus 2009 Penulis, Yunan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 RIWAYAT HIDUP 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Tempat/ Tanggal Lahir Pekerjaan Agama Nama Istri Anak : Yunan : Mandasip / PALUTA, 12 September 1969 : Pegawai BUMN : Islam : Sri Ridhayanti Harahap, SKM, M.Kes. : 1. Islahsifa Yunaini Siregar 2. Salsabila Yunaini Siregar 3. Fakhrusy Hassan Siregar 4. Akhsanul Amal Siregar 7. Nama Orang Tua : Ayah : Alm. H. Wan Purba Siregar Ibu : Alm. Hj. Nariman Harahap 8. Nama Mertua : Ayah : H. Muhammad Ramli Salim Harahap Ibu : Nurlela Siagian 9. Pendidikan : a. SD Negeri Mandasip : Lulus Tahun 1983 b. SMP Negeri 2 Gunung Tua : Lulus Tahun 1986 c. SMA Al-Azhar Medan : Lulus Tahun 1990 d. Sarjana Pertanian UISU Medan : Lulus Tahun 1994 e. Sekolah Pascasarjana USU : Lulus Tahun 2009 10. Pekerjaan : Tahun 1996 – sekarang, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................................... i ABSTRACT .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR............................................................................................. iii RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. v DAFTAR ISI............................................................................................................ vi DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR............................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN......................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8 2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi........................................................ 8 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia................................................. 14 2.3. Kredit Perbankan .......................................................................... 19 2.4. Ekspor .......................................................................................... 22 2.5. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi.................................................. 23 2.6. Teori Konsumsi............................................................................ 25 2.6.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes ........................... 25 2.6.2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman) .......................................... 28 2.6.3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup.............. 29 2.6.4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif .... 30 2.7. Kesempatan Kerja ........................................................................ 31 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 2.7.1. Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi................ 31 2.7.2. Kesempatan Kerja dan Upah ............................................ 32 2.8. Penelitian Sebelumnya ............................................................... 34 2.9. Kerangka Konseptual ................................................................. 38 2.10. Hipotesis Penelitian.................................................................... 38 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 39 3.1. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 39 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 39 3.3. Model Analisis ............................................................................. 39 3.4. Metode Analisis ........................................................................... 40 3.5. Uji Kesesuaian ............................................................................. 41 3.6. Definisi Operasional..................................................................... 41 3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ............................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 44 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................... 44 4.2. Penyaluran Kredit............................................................................ 48 4.3. Volume Ekspor................................................................................ 51 4.4. Pengeluaran Pemerintah.................................................................. 53 4.5. Tenaga Kerja ................................................................................... 56 4.6. Analisis Estimasi............................................................................. 58 4.6.1. Uji Kesesuaian (Goodness of fit)......................................... 58 4.6.2. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 63 4.7. Pembahasan .................................................................................... 65 4.7.1. Jumlah Kredit ...................................................................... 65 4.7.2. Volume Ekspor ................................................................... 67 4.7.3. Pengeluaran Pemerintah...................................................... 69 4.7.4. Jumlah Tenaga Kerja .......................................................... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 72 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 72 5.2. Saran................................................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 73 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 DAFTAR TABEL Nomor Judul 1.1 Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan, Tahun 1988 – 2007 ......................................................................................... 2 4.1. Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan, Tahun 1985 – 2007 ........................................................................................ 45 4.2. Perkembangan Jumlah Kredit Berdasarkan Sektor Usaha, Tahun 1985 – 2007 ......................................................................................... 49 4.3. Perkembangan Volume Ekspor Indonesia, Tahun 1985 – 2007 ......... 52 4.4. Halaman Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Indonesia Tahun 1985 – 2007 ..................................................................................................... 54 4.5. Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 1985 – 2007 .............. 57 4.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................................................. 59 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas................................................................... 64 4.8. Hasil Uji Autokorelasi dengan LM Test.............................................. 65 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1. Kurva Konsumsi (Dornbuch, et,al,2001:195) ......................................... 27 2.2. Hubungan Tingkat Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja ................... 33 2.3. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia............................................................. 38 4.1. Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1985 – 2007................................ 46 4.2. Perkembangan Jumlah Kredit di Indonesia, Tahun 1985 – 2007............. 50 4.3. Perkembangan Total Ekspor Indonesia, Tahun 1985 – 2007................... 53 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Indonesia, Tahun 1985 – 2007 .......................................................................................................... 55 4.5. Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia, Tahun 1985 – 2007.................. 58 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1. Data Penelitian ............................................................................................. 78 2. Input Data Analisis....................................................................................... 79 3. Analisis OLS ............................................................................................... 80 4. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 80 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 DAFTAR SINGKATAN APC APS BI BMPK BPS CAR MPC MPS NPL OLS PAD PDRB PJPT RR UU = = = = = = = = = = = = = = = Average Propensity to Consume Average Propensity to Save Bank Indonesia Batas Minimum Pemberian Kredit Badan Pusat Statistik Capital Adequacy Ratio Marginal Propensity to Consume Marginal Propensity to Save Non Performing Loan Ordinary Least Square Pendapatan Asli Daerah Produk Domestik Regional Bruto Pembangunan Jangka Panjang Tahap Rate Return Undang-undang Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan ini. Proses pertumbuhan ekonomi tersebut dinamakan sebagai Modern Economic Growth. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada 1 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Tabel 1.1 Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan, Tahun 1988 – 2007 Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata PDB (Milyar Rp.) 819.960,60 882.393,80 948.213,50 1.014.760,50 1.083.350,60 1.156.505,30 1.244.467,60 1.347.040,90 1.451.727,90 1.518.293,60 1.317.245,10 1.325.352,10 1.389.770,20 1.443.014,60 1.504.380,60 1.572.159,30 1.656.757,54 1.750.656,10 1.846.654,90 1.901.147,50 Peningkatan (%) 7,61 7,46 7,02 6,76 6,75 7,61 8,24 7,77 4,59 -13,24 0,62 4,86 3,83 4,25 4,51 5,38 5,67 5,48 2,95 4,64 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1988-1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu minus 13,24 %, hal ini disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. dampak pada Pada tahun 1999-2003 perekonomian Indonesia baru dapat tumbuh lagi walaupun pertumbuhannya tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka yang tertinggi, yakni sebesar 8,24 %. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US Dolar (Bank Indonesia, 2003). Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,24 %. Kemudian, pada tahuntahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia relatif lebih lambat. Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan tahun 2001, berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 sebesar 4,25 %, dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,83 %, Sedangkan pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,51 %. Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil selama 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas, relatif rendah. Dalam situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada 2003 masih mengalami kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus transaksi berjalan selama 2003 (Bank Indonesia, 2003). Namun, dengan perkembangan perekonomian yang dicapai saat ini, Indonesia masih harus menghadapi permasalahan yang mungkin juga dialami negara lain, khususnya negara sedang berkembang, yang sedang melaksanakan pembangunan. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan dana dalam jumlah yang besar. Salah satu sumber pendanaan tersebut adalah kredit bank. Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi dan sebagainya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga ditunjang oleh faktor non ekonomi, seperti Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik, dan kelembagaan dari negara tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu pengkajian ilmiah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam hal ini faktor-faktor yang dianalisis adalah kredit perbankan, ekspor, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja. Penggunaan variabel ini didasarkan pada Kuznets dalam Tambunan (2001a), bahwa perubahan struktur ekonomi didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat dan penawaran agregat. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh kredit perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh nilai ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 4. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menganalisis pengaruh kredit perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh nilai ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 3. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2. Sebagai bahan informasi bagi dunia perbankan, perdagangan ekspor – impor, dalam hubungannya pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Sebagai informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 4. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999). Teori pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) Teori-teori klasik, mencakup teori pertumbuhan Adam Smith, David Richard, dan Arthur Lewis. Perbedaan teori Lewis dengan teori-teori Klasik Smith dan Ricardo terletak pada penekanan oleh Lewis pada aspek dualisme perekonomian, yaitu adanya sektor modern dan sektor tradisional, yang masingmasing memiliki ciri-ciri ekonomi khusus. (2) Teori-teori modern, yang mencakup empat sub golongan, yaitu: a. Teori pertumbuhan yang tumbuh dari teori makro Keynes (Keynesian). Dalam hal ini termasuk teori pertumbuhan Harrod-Domar, Kaldor. b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik, diawali terutama oleh teori Robert Solow dan Trevor Swan. c. Teori pertumbuhan optimum 8 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Teori ini bertujuan mencari jalur pertumbuhan yang paling baik (optimum) bagi suatu perekonomian. Termasuk dalam hal ini teori Dalil Emas dan Teori Jalan Raya. d. Teori pertumbuhan dengan uang Teori ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan Neo Klasik, tetapi dengan tambahan adanya uang di dalam perekonomian sebagai alat penyimpan kekayaan. Teori pokoknya berawal dari karya James Tobin. Dalam hal ini diambil satu teori pertumbuhan ekonomi, yaitu teori pertumbuhan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori jangka panjang. HarrodDomar melihat pengaruh investasi (I) dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut Harrod-Domar, pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, I menambah stok kapital, misalnya pabrikpabrik, jalan-jalan). Jadi I = ΔK, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Hal ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat. Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital masyarakat (K) meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (QP). QP Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 adalah output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital yang ada. Hubungan antara K dan QP digambarkan sebagai: QP = hK ..............................................................................................(2.1) dimana h, menunjukkan berapa unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit kapital. Koefisien ini diberi nama out-put capital ratio, dan kebalikannya, yaitu 1/h adalah capital-output ratio. Hubungan antara K dan QP adalah proporsional, apabila K naik dua kali lipat maka QP juga naik dua kali lipat. Jadi apabila dalam satu tahun ada investasi sebesar I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan bertambah sebesar ΔK = I. Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan meningkatkan output potensial sebesar: ΔQP = h ΔK = hI hK ..........................................................................(2.2) Semakin besar I, semakin besar tambahan out potensial. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan bertujuan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dengan tidak menghabiskan sumber daya alam. Teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan konsep pembangunan, dimana hal ini dibahas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan dan berusaha menganalisa secara kritikal dengan melihat kesesuaiannya dalam konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun berbagai pendapat mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha dapat menjelaskan penyebab tidak terlaksananya pembangunan dalam sebuah negara. Pada tahap awal, Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 pendapatan per kapita menjadi alat ukur utama bagi pembangunan. Namun sesuai dengan perubahan waktu, aspek pembangunan manusia dan pembangunan sumber daya alam semakin ditekankan. Pembangunan sumber daya alam melihat kepada aspek manfaat kepada generasi akan datang melalui kebijakan masa kini. Oleh karena itu konsep pembangunan dan pertumbuhan tidak ditafsirkan dari perspektif ekonomi semata-mata, namun meliputi berbagai disiplin seperti pendidikan, perindustrian dan kebijakan (Idris dan Dan, 2004). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi, karena penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah terus, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa didapat lewat peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau produk domestik bruto (PDB) setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB yang berarti juga penambahan pendapatan nasional (Tambunan, 2001a). Pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dalam nilai absolut dan nilai relatif (persentase). Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah, misalnya PDB tahun 2000 tumbuh Rp. 2 triliun dibandingkan PDB tahun 1999. Sedangkan pertumbuhan dalam persentase dapat dihitung dengan cara sederhana, sebagai berikut (Tambunan, 2001b). ΔPDB(t) = [PDB(t) – PDB(t-1) / PDB(t-1)] x 100 % …………….. (2.3) Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 dimana ΔPDB(t) = pertumbuhan ekonomi tahun (t) tertentu dalam nilai absolut, t-1 = tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun, menggunakan rumus sebagai berikut: ⎡⎛ tn ⎞ ⎤ r = ⎢⎜⎜ n −1 ⎟⎟ − 1⎥ x 100% ⎢⎣⎝ t 0 ⎠ ⎥⎦ …………………………………….(2.4) atau dengan compounding factor : tn = t0(1 + r)n-1 ……………………………………………(2.5) dimana r = laju pertumbuhan PDB rata-rata per tahun, n = jumlah tahun (misalnya untuk periode 1990-an, n = 10), tn = tahun akhir periode, t0 = tahun awal periode, (1 + r)n-1 menggambarkan compound factor. Menurut Tambunan (2001 b), pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya dapat dinyatakan dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil (nyata) berdasarkan harga konstan. Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan yang merata. Kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi tersebut dapat tercipta melalui bekerjanya pasar secara efisien. Mekanisme pasar akan bekerja secara efisien apabila tersedia tata aturan dan hukum-hukum pasar yang dilaksanakan dengan baik. Ketersediaan tata aturan dan hukum tersebut mengundang peran para pembuat undang-undang (parlemen) dan pelaksana undang-undang (pemerintah). Selain itu, Pemerintah termasuk bank sentral menyusun kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan perkembangan untuk lebih cepat merealisasikan tujuan-tujuan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 yang diinginkan dalam koridor undang-undang/peraturan yang sudah dijalankan. Atas dasar itu, Pemerintah melalui kebijakan makroekonomi, investasi, perdagangan, pelaksanaan hukum serta perundang-undangan mempunyai peranan penting dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi bekerjanya pasar secara optimal. Demikian pula halnya bank sentral yang menetapkan kebijakan moneter, sebagai salah satu elemen kebijakan makroekonomi mempunyai peranan penting dalam penciptaan kondisi bagi bekerjanya mekanisme pasar yang efisien (Abdullah, 2003). Implikasi dari kebijakan fiskal pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi masih banyak diperdebatkan baik dari sisi teori maupun studi empirisnya yang juga masih terus berkembang. Pada awalnya yang lebih diperhatikan adalah kuantitas pengeluaran pemerintah, namun pada tahap selanjutnya aspek-aspek lain dari kebijakan fiskal pemerintah tersebut dirasa perlu pula untuk diamati. Selain efektifitas atau efisiensi dari pengeluaran pemerintah baik besarannya (size) dan alokasi sektoralnya, dampak dari cara pemerintah dalam membiayai pengeluarannya terhadap pertumbuhan ekonomi juga merupakan area studi yang menarik (Gunadi, 2004). Seperti disebutkan oleh Aschauer (2000), persoalan kebijakan fiskal pemerintah mencakup “how much you have”, “how you pay for it” dan “how you use it”. Selain cross-countries studies seperti Baffes dan Shah (1998), Dessus dan Herrera (2000), Aschauer (2000), Gupta et al. (2002), hubungan antara kebijakan fiskal dengan pertumbuhan ekonomi pada tingkat daerah di suatu negara juga telah mendapatkan perhatian. Hal terakhir ini misalnya studi Rappaport (1999) dengan kasus Amerika Serikat, Bergstrom (1998) dengan kasus Swedia, Lall dan Yilmaz (2000) dengan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 kasus Amerika Serikat. Brata dan Arifin (2003) juga telah mencoba menganalisis aspek fiskal pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi di Indonesia. Namun, seperti juga kecenderungan studi-studi yang telah dikemukakan di atas, aspek fiskal yang diamati belum mencakup sisi penerimaan maupun komposisinya tetapi baru pada sisi pengeluaran khususnya pengeluaran pembangunan sebagai proksi dari investasi sektor publik lokal. Sementara itu aspek penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu isu krusial bagi Indonesia. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah tahun 1999, pemerintah daerah baik tingkat propinsi (Dati I) maupun kabupaten/kota (Dati II) lebih banyak tergantung pada pemerintah pusat (Kuncoro, 1995). Dalam hal ini, andil subsidi dari pemerintah pusat dalam struktur penerimaan pemerintah daerah sangat tinggi, jauh melebihi Penerimaan Asli Daerah (PAD). 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hampir enam puluh (60) tahun bangsa Indonesia melakukan pembangunan ekonomi, selama itu pula pertumbuhan ekonomi mengalami pasang surut. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat terkait dengan fluktuasi stabilitas sosial, politik dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai absolut maupun relatif. Secara absolut berarti dilihat dari perubahan PDB tahun lalu dengan tahun sekarang. Misalnya PDB tahun 2004 tumbuh Rp 3 triliun dari tahun 2003. Untuk mempermudah penggambaran, masa pertumbuhan ekonomi dipilah menjadi tiga (3), yaitu masa orde lama, orde baru dan masa reformasi. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Masa Orde Lama Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomoian Indonesia memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan. Pada periode tahun 1950-an Indonesia menerapkan model guidance development dalam pengelolaan ekonomi, dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam mengatur pertumbuhan ekonomi (pembangunan semesta berencana). Model ini tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi, sosial, politik dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan secara bersama-sama dan simultan. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun 1965 (Tambunan: 2001). Masa Orde Baru Belajar dari kegagalan Orde Lama, Orde Baru sejak awal tahun 1970 menerapkan planned economy dengan pola Growth First then Distribution of Wealth. Planned economy yang dianut Indonesia merujuk pada pertumbuhan perekonomian dengan pola kemajuan perekonomian suatu masyarakat melalui beberapa tahapan, sehingga pada masa itu pemerintah mengenalkan adanya Pembangunan Jangka Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Panjang Tahap I (PJPT I), dan PJPT II. Pembangunan jangka panjang juga dimasyarakatkan dengan nama Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), program ini menunjukkan keberhasilan, terutama dilihat dari indikator makro ekonomi, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pertumbuhan pendapatan yang tinggi, tingkat inflasi yang rendah, kestabilan nilai tukar rupiah, rendahnya tingkat pengangguran dan perbaikan sarana perekonomian. Tahapan model pembangunan Rostow tampak jelas pada tahapan-tahapan pelita di Indonesia selama PJPT I. Tahap pertama adalah mengubah pola ekonomi traditional yang berbasis pertanian tradisional, dimana penguasaan teknologi masyarakat sangat rendah, sehingga mayoritas produksi adalah barang-barang pertanian dan bahan mentah menuju pola ekonomi industri (industrial economy), di mana kegiatan ekonomi bertumpu pada industri. Ciri utama pada tahap ini adalah, pertama struktur masyarakat berjenjang, penguasaan teknologi sangat terbatas, penguasaan sumberdaya yang dipengaruhi oleh hubungan darah/keluarga dan produk utama adalah pertanian. Tahap kedua adalah precondition untuk take-off (tinggal landas), mempunyai beberapa indikator. Sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan dan penting, kegiatan perekonomian mulai bergerak dinamis, sektor industri, jasa dan lembaga keuangan mulai berkembang. Tahap kedua ini tahap yang sangat krusial, karena menyiapkan prasarat untuk tinggal landas. Prasarat yang harus disiapkan untuk lepas landas meliputi: Pertama, perbaikan infrastruktur, terutama jalan raya, Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 pelabuhan, rel kereta api, lapangan terbang. Pada tahap ini pertumbuhan pendapatan tinggi dan diikuti dengan menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi meningkat tajam, capital-labor ratio semakin meningkat, share industri dalam pertumbuhan ekonomi semakin besar (bahkan mulai menggeser peranan sektor pertanian). Tahap ketiga adalah initiating take-off, di mana dalam tahap ini peran pemerintah mulai berkurang. Porsi pembangunan mulai diserahkan kepada swasta. Pemerintah lebih bersifat pendorong, melalui peraturan dan kestabilan politik. Beberapa indikator utama dalam tahap ini adalah pertama, terjadinya perubahan teknologi dalam pengelolaan baik sektor industri maupun pertanian. Ratio capital to labor semakin meningkat. Kedua, peran penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi semakin tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dari peran swasta domestik maupun negara. Selanjutnya, growth model bertumpu pada akumulasi kapital melalui pasar modal. Ini berarti peran rakyat dalam pembangunan mulai diaktifkan, terutama dalam akumulasi modal melalui transaksi di pasar modal. Tahap keempat adalah take-off. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang paling menentukan dalam proses pembangunan ekonomi. Tinggal landas menurut Kuncoro (2000) diartikan sebagai tiga (3) kondisi yang saling terkait, yaitu: (1) Kenaikan laju investasi produktif antara 5 – 10 persen dari pendapatan nasional, (2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan tinggi (3) Adanya kerangka politik, sosial dan institusional yang jelas, yang dapat mendorong ekspansi di sektor modern. Ciri lain pada tahap ini terletak Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 pada peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi hanyalah sebagai fasilitator, bukan lagi inisiator. Peran swasta sangat tinggi dalam pembangunan, mekanisme pasar mulai diperkenalkan dan local currency memasuki perdagangan internasional. Tahap kelima adalah tahap konsumsi tinggi. Pada tahap akhir perkembangan perekonomian Rostow ini akan ditandai adanya migrasi besar-besaran penduduk kota ke daerah pinggiran kota. Masyarakat mulai timbul kesadaran bahwa kesejahteraan bukan masalah individu, yang hanya dipecahkan dengan konsumsi individu, namun kesejahteraan merupakan kebutuhan bersama. Meskipun pertumbuhan ekonomi masa orde baru cukup tinggi, dimana pertumbuhan ekonomi tertinggi pernah mencapai 8 persen (Tambunan: 2001) dan pendapatan perkapita mencapai US$ 1.100 (Pratama Mandala : 2003), namun angka kemiskinan di Indonesia masih tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan pada pertumbuhan pendapatan nasional, ternyata hanya dinikmati golongan masarakat tertentu saja. Pembangunan ekonomi model Growth First then Distribution of Wealth ternyata menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi pada masyarakat. Dengan berakhirnya PJPT I diharapkan Indonesia sudah mencapai tahap take-off, namun kondisi empirik menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil pembangunan ekonomi tidak dirasakan secara merata oleh masyarakat, sehingga perekonomian menjadi rapuh. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde baru adalah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 (Tambunan, 2001b). Masa Reformasi Pada masa reformasi perekonomian Indonesia memasuki masa sulit, bahkan sampai saat ini kegiatan perekonomian belum tumbuh normal seperti masa sebelum Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 krisis. Krisis ekonomi yang diawali tahun 1997 telah berdampak luas pada semua aspek kehidupan masyarakat, sehingga memicu instabilitas pada bidang sosial, politik dan keamanan. Kondisi ini memicu timbulnya kekacauan dalam kegiatan perekonomian dan laju inflasi yang semakin tinggi. Begitu beratnya kondisi perekonomian Indonesia sehingga terpuruk di mata internasional. Pertumbuhan ekonomi menjadi negatif, pendapatan perkapita sebelum krisis mencapai US$ 1.100 pada tahun 1999 merosot menjadi US$ 580 (Tambunan, 2001a). Demikian juga dengan nilai kurs rupiah yang sempat menyentuh nilai tertinggi Rp 17.500 per US$ 1. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kepercayaan masyarakat dalam negeri maupun internasional terhadap perekonomian Indonesia, sehingga aktivitas di pasar modal didominasi oleh aktivitas jual, bukan pembelian. Setelah tahun 2000 perekonomian mulai recovery sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai positif. Sektor-sektor perekonomian yang sebelumnya tumbuh negatif, sudah berkembang menjadi positif. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 3 sampai 4 persen. 2.3. Kredit Perbankan Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Khusus untuk dunia usaha, dana yang diberikan oleh bank adalah dalam bentuk kredit. Jumlah permintaan kredit pada suatu bank dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi debitur maupun dari sisi Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 kreditur (perbankan) itu sendiri. Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi oleh adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Sedangkan dari sisi perbankan, permintaan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suku bunga kredit, batas maksimum kredit, SBI, kebijakan-kebijakan pemerintah dan pelayanan bank itu sendiri kepada nasabahnya. Berdasarkan data Bank Indonesia (2005), nilai kredit yang diberikan bank umum sejak tahun 2000 hingga tahun 2004 mengalami peningkatan setiap tahun. Nilai kredit yang diberikan bank umum pada tahun 2000 sebesar Rp. 861.905 miliar dan meningkat setiap tahun menjadi Rp. 1.794.190 miliar pada tahun 2004. Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang. Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha, dimana dalam menjalankan usahanya pihak manajeman berusaha untuk memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui kredit. Menurut Pasal 1 butir 11 UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Kredit adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa keuntungan atau bunga yang diperoleh dari pemberi kredit untuk memelihara kelangsungan usaha dan memperluas usahanya (Tohar, 2000). Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), alasan permintaan kredit adalah: permintaan transaksi, yaitu kebutuhan alat tukar yang diterima oleh umum untuk membeli barang dan membayar tagihan, dan sebagai tambahan, yaitu sebagai aset atau penyimpan nilai. Permintaan kredit tersebut dipengaruhi suku bunga (biaya untuk memegang uang), dimana semakin tinggi biaya (suku bunga kredit) maka permintaan kredit (uang) menurun. Permintaan uang untuk tujuan kredit, menurut Keynes (dalam Nusantara dan Azis, 2002) ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan kredit. Alasannya, apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang (opportunity cost) makin kecil. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin besar keinginan masyarakat untuk meminjam kredit. Pada umumnya alasan orang meminjam kredit adalah untuk investasi, modal kerja, maupun untuk konsumsi. Namun dari sisi perbankan, kredit yang lebih banyak diberikan adalah kredit investasi dan modal kerja. Aktivitas perekonomian, khususnya sektor usaha dapat bergerak dengan adanya kredit dari bank. Para pelaku usaha lebih mengandalkan bantuan kredit untuk invetasi maupun untuk modal kerja dibandingkan dengan modal sendiri. Oleh karena itu peranan kredit bank dalam dunia usaha sangat penting, karena sebagian besar kegiatan usaha didanai oleh kredit Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 bank. Walaupun kegiatan usaha membutuhkan kredit, namun tinggi rendahnya permintaan kredit oleh dunia usaha tersebut terutama dipengaruhi oleh suku bunga kredit. 2.4. Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 1984). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro & Smith, 2004). Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisispasi ke dalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro & Smith, 2004). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). 2.5. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(Dumairy, 1996). Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : C = a + bY .....................................................................................(2.6) Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposabel dengan konsumsi dan pendapatan diposabel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = ΔC ..........................................................................................(2.7) ΔYd Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = C ..............................................................................................(2.8) Yd Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPS = ΔS ..........................................................................................(2.9) ΔYd Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Sukirno, 2003) : APS = S .............................................................................................(2.10) Yd 2.6. Teori Konsumsi 2.6.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Keynes percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang orang miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai (Mankiw, 2003) : C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1 .............................................. (2.11) Keterangan : C = konsumsi Y = pendapatan disposebel C = konstanta Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 c = kecenderungan mengkonsumsi marginal C C=Y saving E a + bY Cg disaving C Yeq Y Gambar 2.1. Kurva Konsumsi (Dornbusch, et.al, 2001: 195) Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes (Reksoprayitno, 2000) : 1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. 2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income. 3. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. 4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. 2.6.2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman) Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : 1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. 2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991). 2.6.3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 1991). 2.6.4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif James Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) menggunakan dua asumsi yaitu: 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998). 2.7. Kesempatan Kerja 2.7.1. Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Tolok ukur kemajuan ekonomi, meliputi pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi pembayaran luar negri (Makmun, 2004). Secara nasional data menunjukkan bahwa lumpuhnya ekonomi wilayah industri di perkotaan menyebabkan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi wilayah pedesaan dan meningkatnya pengangguran sebagai akibat meningkatnya migran pulang ke desa. Menurunnya laju perekonomian di desa dan bertambahnya jumlah tenaga kerja di desa serta meningkatnya harga konsumsi dan biaya produksi di bidang pertanian jelas akan mengurangi kapasitas produksi pertanian yang dihasilkan. Pemberian kemudahan modal pemerintah untuk pengembangan sektor UKM akan mampu mengatasi levelling off (penurunan tingkat kemampuan) dan meningkatkan keuntungan. Pengembangan agribisnis dan agroindustri di pedesaan juga akan mampu meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesempatan kerja penduduk sehingga akan meningkatkan agregat supply. Menurut Makmun dan Yasin (2003), pergeseran agregat supply, secara teoritis dapat diturunkan dari fungsi produksi agregat dan keseimbangan pasar tenaga kerja, yang secara matematis ditulis: Y = f ( N, T, SDM, INF) ............................................................ (2.12) Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Dimana : Y = produksi N = tenaga kerja T = teknologi SDM = sumber daya manusia INF = infrastruktur 2.7.2. Kesempatan Kerja dan Upah Dalam perekonomian pasar-bebas tradisional, ciri-ciri utamanya antara lain adalah penonjolan kedaulatan konsumen, utilitas atau kepuasan individual, dan prinsip maksimalisasi keuntungan, persaingan sempurna dan efisiensi ekonomi dengan produsen dan konsumen yang atomistik. produsen dan konsumen yang atomistik maksudnya tidak ada satu pun produsen atau konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan cukup besar untuk mendikte harga-harga input maupun output produksi. Tingkat penyerapan tenaga kerja dan harganya (yakni tingkat upah), ditentukan secara bersamaan atau sekaligus oleh segenap harga output dan faktorfaktor produksi (di luar tenaga kerja), dalam suatu perekonomian yang beroperasi melalui perimbangan kekuatan permintaan dan penawaran (Todaro, 2000). Produsen meminta lebih banyak tenaga kerja sepanjang nilai produk marjinal yang akan dihasilkan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja melebihi biayanya (tingkat upah). Dengan asumsi bahwa hukum produk marjinal yang semakin menurun berlaku dan harga produk ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar, maka nilai Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 produk marjinal tenaga kerja tersebut akan memiliki kemiringan yang negatif atau mengarah dari bawah ke atas (Gambar 2.2). Hal ini berarti tenaga kerja yang direkrut selanjutnya oleh pihak pengusaha atau produsen akan mendapat tingkat upah yang lebih rendah daripada tenaga kerja sebelumnya. Pada sisi penawaran, setiap individu diasumsikan selalu berpegang pada prinsip maksimalisasi kepuasan. Kenaikan tingkat upah akan setara dengan kenaikan harga bersantai (biaya oportunitas). Seandainya tingkat upah mengalami kenaikan, maka penawaran tenaga kerja, yakni para pekerja itu sendiri akan meningkat. Motivasi kerja mereka bertambah karena adanya iming-iming upah yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Korelasi tersebut ditunjukkan oleh kemiringan positif (mengarah dari bawah ke atas) atas kurva penawaran tenaga kerja yang juga termuat dalam Gambar 2.2. Tingkat upah W2 DL F G SL We W1 DL SL Le Penyerapan tenaga kerja Sumber: Todaro, 2000 Gambar 2.2. Hubungan Tingkat Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Gambar 2.2. memperlihatkan bahwa hanya satu titik yang melambangkan tingkat upah ekuilibrium, yaitu We, jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan oleh individu (pasar tenaga kerja) sama besarnya dengan yang diminta oleh pengusaha. Pada tingkat upah yang lebih tinggi, seperti pada W2, penawaran tenaga kerja melebihi permintaan sehingga persaingan di antara individu dalam memperebutkan pekerjaan akan mendorong turunnya tingkat upah mendekati atau tepat pada titik ekuilibriumnya. Sebaliknya, pada upah yang lebih rendah (W1), jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan sendirinya akan melebih kuantitas penawaran yang ada sehingga terjadilah persaingan di antara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga kerja, sehingga hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat pada titik ekuilibrium. Pada titik We jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu mendatar atau horisontal adalah sebesar Le. Secara definitif, pada titik Le inilah tercipta kesempatan atau penyerapan tenaga kerja secara penuh (full employement). Artinya pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, sehingga sama sekali tidak terdapat pengangguran. 2.8. Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian Hakim, Kusmiarso, et.al. (2000) menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan yang rendah kepada dunia usaha merupakan salah satu persoalan yang turut berperan dalam lambatnya proses pemulihan perekonomian nasional. Ketentuan atau kebijakan yang paling menghambat bank untuk Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 menyalurkan kredit berturut dari yang paling tinggi adalah CAR, kemudian batas minimum pemberian kredit (BMPK) dan rate return (RR). Hasil penelitian Lihan dan Yogi (2003) menunjukkan bahwa, peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB di Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat Jung dan Marshall (1985) yang mengemukakan sebagian besar negara-negara berkembang tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Temuan ini, juga sejalan dengan pendapat Sritua Arief (1993) yang menyatakan jika sektor ekspor ini masih tergantung pada input impor maka pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah nyata. Faktor yang berpengaruh nyata dalam penelitian ini adalah ekspor dikurangi dengan impor tahun sebelumnya. Lee (2005), menjelaskan secara apriori setidaknya terdapat dua kemungkinan hubungan antara variabel-variabel keuangan dan variabel-variabel riil. Perkembangan sektor keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kenaikan permintaan terhadap produk-produk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar keuangan dan kredit. Dengan demikian, perkembangan mendalilkan sektor jika keuangan perkembangan merupakan sektor demand-following. keuangan merupakan Teori lain, determinan perkembangan ekonomi. Hipotesis supply leading ini menunjukkan kausalitas berasal dari perkembangan keuangan ke arah pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor keuangan merupakan necessary condition but not sufficient untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang sustainable. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Hasil penelitian Hamoraon (2005) menunjukkan bahwa konsumsi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 1960 – 2002. Konstribusi konsumsi terhadap pendapatan nasional sebesar 0,6973 yang berarti tingkat konsumsi Indonesia lebih dari 2/3 pendapatan nasional. Sedangkan MPC Indonesia adalah 0,74089 menunjukkan bahwa setiap kali terjadi kenaikan pendapatan US$ 1 akan menyebabkan pertambahan konsumsi sebesar US$ 0,741. Purbadharmaja (2006) melakukan penelitian untuk mengidentifikasikan dan menganalisis variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi PDRB Propinsi Bali dan menginterpretasikan implikasi variabel-variabel ekonomi yang memberikan kontribusi utama terhadap PDRB Propinsi Bali. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa data deret waktu dari tahun 1999 sampai dengan 2002. Data deret waktu diuji kestasioneritasnya dengan menggunakan autocorrelation fuction metode correlogram. Setelah itu dilakukan uji analisis faktor metode principal component analisys (PCA) untuk membentuk satu set variabel ortogonal yang bebas autokorelasi dan multikolinieritas. Dari variabel yang terbentuk lewat PCA kemudian dilihat bentuk model regresi bergandanya dengan melakukan uji mckinnon-white and davidson (MWD) apakah model berbentuk linier atau log linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel ekonomi yang berpotensi mempengaruhi PDRB Propinsi Bali diidentifikasikan sebagai variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, jumlah kredit modal kerja, ekspor netto, nilai hasil Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 produksi pertanian, investasi swasta domestik, investasi swasta asing, jumlah angkatan kerja, dan jumlah wisatawan asing. Setelah melewati metode PCA dan MWD diperoleh model berbentuk linier dengan hasil menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap PDRB adalah variabel pengeluaran dengan nilai t statistik sebesar 19,79 (signifikan), sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi PDRB secara nyata adalah variabel investasi dengan nilai t statistik sebesar 0,75 (nonsignifikan). Variabel investasi tidak signifikan terhadap PDRB disebabkan oleh investasi yang dilakukan di Bali tidak efisien. Interpretasi terhadap implikasi variabel ekonomi dalam model menunjukkan bahwa variabel ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Propinsi Bali adalah nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya pola pikir dollar minded dalam masyarakat di Bali. Pengeluaran konsumsi pemerintah daerah yang tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan keuangan pemerintah daerah pada pemerintah pusat. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 2.9. Kerangka Konseptual Kredit Perbankan Nilai Ekspor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pengeluaran Pemerintah Jumlah Tenaga Kerja Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2.10. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Kredit perbankan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus. 2. Nilai ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus. 3. Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus. 4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ceteris paribus. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu 1985 – 2007. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianalisis adalah kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja. 3.2. Jenis Dan Sumber Data Adapun yang menjadi data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dapat diperoleh dari berbagai instansi yang terkait yaitu Bank Indonesia, BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Data yang dibutuhkan untuk menjadi bahan penelitian ini adalah jumlah kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah, jumlah tenaga kerja, serta pertumbuhan ekonomi yang diproxy dengan PDB. 3.3. Model Analisis Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia maka dilakukan analisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Sebagai variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah PDB Indonesia, variabel bebasnya (independent variable) adalah jumlah kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja. 39 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dianalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut: PE = f(KR, EX, PP, TK) ...........................................................................(3.1) Menurut Gujarati (2004), bahwa dalam perekonomian, ketergantungan dependent variabel terhadap independent variabel jarang terjadi secara linear, akan tetapi membutuhkan selang waktu. Oleh karena itu fungsi matematis di atas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma. Dengan demikian spesifikasi model yang akan dijadikan sebagai model penelitian adalah sebagai berikut: LogPE = a0 + a1 LogKR + a2 LogEX + a3 LogPP + a4 LogTK + μ .....(3.2) Dimana: PE = pertumbuhan ekonomi Indonesia, diproxy dengan PDB (Rp.) KR = kredit perbankan (Rp.) EX = nilai eskpor (Rp.) PP = pengeluaran pemerintah(Rp.) TK = jumlah tenaga kerja (orang) a0 = intercept (konstanta) a1,a2,a3,a4 = koefisien regresi μ = kesalahan pengganggu 3.4. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 sebagai alat analisis yang digunakan dalam mengolah data tersebut adalah Program Eviews versi 4.1 3.5. Uji Kesesuaian 1. R2 (coefficient determinant), untuk melihat kekuatan variabel bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable). 2. Overall test (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 3. Partial test (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 3.6. Definisi Operasional Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan perihal batasan operasional sebagai berikut: a. Pertumbunan ekonomi yaitu tingkat petumbuhan ekonomi Indonesia diproxy dengan PDB atas dasar harga konstan (dalam Rp.). b. Kredit perbankan yaitu jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan dalam satu tahun, diukur dalam rupiah. c. Nilai ekspor yaitu nilai ekspor barang-barang dari Indonesia, dihitung dalam rupiah. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 d. Pengeluaran pemerintah yaitu pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan rutin dan pembangunan, dihitung dalam rupiah. e. Tenaga kerja adalah banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja di Indonesia, diukur dalam satuan orang. 3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Penelitian ini juga mungkin tidak terlepas dengan modal regresi bias yang terjadi secara statistik yang dapat mengganggu model yang telah ditentukan. Dalam penghitungan regresi mungkin akan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu maka perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik (Gujarati, 2004). Dalam penelitian asumsi klasik yang diuji terdiri dari: a. Multikolinieritas Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut multikolinieritas sempurna. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu : 1) Variasi besar (dari taksiran OLS) 2) Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar, maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar). Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 3) Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana bias tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar, maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan. 4) R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test. 5) Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi. b. Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Dalam konteks regresi, model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi atau penggunaan. Dengan menggunakan lambang µ secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan melalui uji Lagrange Multiplier Test (LM Test), yaitu dengan membandingkan nilai X² hitung dengan X² tabel, dengan kriteria penilaian sebagai berikut : 1. Jika nilai X²hitung > X²tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan, ditolak. 2. Jika nilai X²hitung < X²tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan, tidak dapat ditolak. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gambaran tingkat perkembangan ekonomi terjadi. Pertumbuhan ekonomi secara rinci dari tahun ke tahun, disajikan melalui Product Domestic Bruto (PDB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha secara berkala. Jika terjadi pertumbuhan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu. Sebaliknya apabila menunjukkan negatif, hal ini menunjukkan terjadinya penurunan perekonomian dibandingkan dengan tahun lalu. Perkembangan PDB Indonesia sejak tahun 1985 – 2007 atas dasar harga konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 4.1. Selama periode 1985 – 2007 PDB Indonesia mengalami peningkatan rata-rata 4,89 persen per tahun. Peningkatan PDB yang paling tinggi terjadi pada tahun 1993 (8,50 persen), dan yang paling rendah adalah pada tahun 1998 (-13,13 persen). Kondisi ini disebabkan penurunan sumbangan sektor industri, perdagangan, hotel dan restoran sebagai efek krisis yang masih terjadi di Indonesia. 44 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Tabel 4.1. Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan, Tahun 1985 – 2007 Tahun PDB (Milyar Rp.) Peningkatan (%) 1985 701.259,8 - 1986 742.461,6 5,88 1987 779.032,2 4,93 1988 824.064,1 5,78 1989 885.519,4 7,46 1990 949.641,1 7,24 1991 1.018.062,6 7,20 1992 1.061.248,0 4,24 1993 1.151.490,2 8,50 1994 1.238.312,3 7,54 1995 1.340.101,6 8,22 1996 1.444.873,3 7,82 1997 1.512.780,9 4,70 1998 1.314.202,0 -13,13 1999 1.324.599,0 0,79 2000 1.389.770,2 4,92 2001 1.442.984,6 3,83 2002 1.504.380,6 4,25 2003 1.577.171,3 4,84 2004 1.656.516,8 5,03 2005 1.750.815,2 5,69 2006 1.847.292,9 5,51 2007 1.963.974,3 6,32 Rata-rata Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2008 4,89 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 2.500.000 PDB (Milyar Rp) 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 0 Gambar 4.1. Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1985 – 2007 Pada tahun 2007, perkembangan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,32 persen, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2006 yang lalu. Pada tahun 2007 keadaan ekonomi Indonesia, pada umumnya semakin lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dapat diketahui dari peningkatan aktivitas sektor riil. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1985 – 2007 menunjukkan peningkatan setiap tahun, kecuali tahun 1998 sebagai akibat dari krisis ekonomi yang terjadi mulai tahun 1997. Hingga saat terjadinya krisis ekonomi (hingga tahun 1997), dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat secara fluktuatif, dimana peningkatan yang terbesar terjadi pada tahun 1993 sebesar 8,50 %, dan yang Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 paling rendah pada tahun 1997 sebesar 4,70 %. Selama periode tahun 1985 – 1997 fluktuasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong rendah, (diilustrasikan sebesar 8,50 – 4,70 % = 3,8 %). Sebagai dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998 mengalami penurunan sebesar 13,13 %. Selanjutnya setelah krisis ekonomi pada periode 1999 – 2007, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil, dengan pertumbuhan antara 0,79 – 6,32 %, yang berarti fluktuasinya cukup rendah, yaitu 6,32 – 0,79 = 5,53 %), yang berarti cukup stabil. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia, dilihat dari stabilnya pertumbuhan ekonomi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil pada kondisi sebelum krisis ekonomi dibandingkan setelah krisis ekonomi karena salah satu indikator baiknya pertumbuhan ekonomi adalah stabilitas pertumbuhan ekonomi tersebut, bukan besarnya laju pertumbuhan ekonomi dimaksud. Secara sektoral, seluruh sektor ekonomi akan mencatat pertumbuhan ekonomi. Sektor industri pengolahan diperkirakan memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor lainnya yang memberikan sumbangan besar adalah perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan kegiatan di sektor industri pengolahan ini mengikuti faktor musimannya yang meningkat pesat dalam rangka mengantisipasi meningkatnya permintaan. Sejalan dengan peningkatan di sektor industri tersebut, kegiatan di sektor perdagangan dan sektor pengangkutan yang merupakan mata rantai dari proses Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 produksi-distribusi konsumen akhir diperkirakan juga akan mencatat pertumbuhan yang tinggi (Bank Indonesia, 2003). Peningkatan kontribusi industri pengolahan menunjukkan bahwa industri pengolahan menunjukkan peningkatan, dimana dengan peningkatan aktivitas tersebut, kebutuhan modal kerja akan semakin meningkat. 4.2. Penyaluran Kredit Kredit merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk sektor riil. Kredit yang disalurkan oleh perbankan terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan sektor usaha yang dilayani, jenis kredit terdiri dari: kredit sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor perindustrian, sektor jasa, dan sektor lain-lain. Perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan berdasarkan sektor usaha tersebut disajikan pada Tabel 4.2. Perkembangan penyaluran kredit di Indonesia menunjukkan dua fase. Fase pertama adalah periode tahun 1985 s/d 1998, dimana pada fase tersebut dapat dilihat bahwa penyaluran kredit mengalami peningkatan dengan laju yang cenderung tetap. Kemudian fase 1999 s/d 2007, dimana dapat dilihat bahwa penyaluran kredit mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun 1985 s/d 1998. Fase tersebut dipisahkan oleh kejadian pada tahun 1998 – 1999, dimana pada periode tesebut terjadi penurunan penyaluran kredit yang sangat besar. Hal ini merupakan dampak krisis ekonomi yang masih belum teratasi dengan baik, sehingga sektor riil banyak yang terpuruk. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Tabel 4.2. Perkembangan Jumlah Kredit Berdasarkan Sektor Usaha, Tahun 1985 – 2007 Jumlah Kredit (Milyar Rp.) Tahun Jasa Lainlain Total Peningkatan (%) Pertanian Tambang Industri Dagang 1985 1.656 258 7.069 7.214 4.047 1.210 21.454 1986 2.097 394 8.839 8.329 4.130 2.156 25.945 20,93 1987 2.630 372 10.508 10.065 5.151 3.143 31.869 22,83 1988 3.572 424 13.994 13.682 6.917 3.667 42.256 32,59 1989 5.214 456 17.654 19.342 9.600 6.709 58.975 39,57 1990 6.884 570 25.002 27.267 14.943 11.197 85.863 45,59 1991 8.465 743 33.131 33.049 20.066 17.371 112.825 31,40 1992 10.281 762 37.289 32.944 25.870 15.772 122.918 8,95 1993 12.057 777 51.432 37.794 35.824 12.387 150.271 22,25 1994 13.860 799 60.211 44.372 50.806 18.832 188.880 25,69 1995 15.525 913 72.088 54.224 66.584 25.277 234.611 24,21 1996 17.630 1.693 78.850 70.586 91.655 32.507 292.921 24,85 1997 26.002 5.316 111.679 82.264 113.569 39.304 378.134 29,09 1998 39.308 5.909 171.668 96.364 139.124 35.053 487.426 28,90 1999 23.777 3.697 84.259 43.288 43.161 26.951 225.133 -53,81 2000 19.503 6.680 106.782 44.099 44.316 47.620 269.000 19,48 2001 20.863 7.440 116.525 48.450 49.061 65.255 307.594 14,35 2002 22.332 6.095 121.035 65.978 60.983 88.987 365.410 18,80 2003 24.307 5.061 123.125 84.257 89.129 112.063 437.942 19,85 2004 32.376 7.730 143.603 111.035 107.858 150.946 553.548 26,40 2005 36.678 7.873 169.678 134.108 134.943 206.389 689.669 24,59 2006 45.003 13.896 182.432 162.396 157.638 225.771 787.136 14,13 2007 55.905 25.340 203.808 215.670 212.441 281.947 995.111 26,42 Rata-rata Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2008. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 - 21,23 1.200.000 Total Kredit (Milyar Rp.) 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 0 Gambar 4.2. Perkembangan Jumlah Kredit di Indonesia, Tahun 1985 – 2007 Penyaluran kredit menunjukkan fluktuasi setiap tahun. Pada periode 1985 s/d 1998 peningkatan penyaluran kredit yang paling tinggi terjadi pada tahun 1990 sebesar 45,59 % dan yang paling rendah adalah pada tahun 1992 yaitu sebesar 8,95 %. Pada tahun 1999 terjadi penurunan penyaluran kredit sebesar 53,81 %. Selanjutnya pada periode tahun 1999 s/d 2007, peningkatan penyaluran kredit yang paling tinggi adalah pada tahun 2007, yaitu sebesar 26,42 %, dan peningkatan penyaluran kredit yang paling rendah terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 14,13 %. Berdasarkan jenis kredit yang disalurkan pada tahun 2007, dapat diketahui bahwa kredit yang paling banyak disalurkan adalah pada sektor lain-lain, yaitu Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 sebesar 28,33 % dari total penyaluran kredit, kemudian pada sektor perdagangan (21,67 %), sektor jasa-jasa (21,35 %), dan sektor perindustrian (20,48 %), sedangkan yang paling rendah adalah pada sektor pertambangan dan pertanian, yaitu masingmasing 2,55 % dan 5,62 %. 4.3. Volume Ekspor Volume ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor Indonesia terdiri dari dua jenis yang utama, yaitu migas dan non migas. Perkembangan total ekspor Indonesia atas dasar harga konstan tahun 2000 sejak tahun 1985 s/d 2007 disajikan pada Tabel 4.3. Berdasarkan data perkembangan volume ekspor tersebut di atas, diketahui bahwa perkembangan volume ekspor Indonesia hingga tahun 1998 menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Namun pada tahun 1999, volume ekspor Indonesia menurun hingga 31,80 % dari tahun 1998 sebagai dampak dari krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 yang juga belum menunjukkan perbaikan. Seiring dengan berbagai program perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah, maka sejak tahun 2000, volume ekspor mulai menunjukkan peningkatan, walaupun masih bergerak dengan sangat lambat hingga tahun 2003. Bahkan pada tahun 2002, volume ekspor menunjukkan penurunan sebesar 1,22 %. Namun sejak tahun 2004, dimana kondisi perekonomian Indonesia sudah semakin membaik dan stabil, volume ekspor mengalami peningkatkan yang cukup cepat hingga tahun 2007. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Tabel 4.3. Perkembangan Volume Ekspor Indonesia, Tahun 1985 – 2007 Tahun Ekspor (Miliar Rp) Peningkatan (%) 1985 197.545,20 - 1986 227.596,50 15,21 1987 260.879,20 14,62 1988 263.622,30 1,05 1989 291.161,50 10,45 1990 292.474,80 0,45 1991 364.182,90 24,52 1992 402.035,80 10,39 1993 428.605,20 6,61 1994 475.428,60 10,92 1995 512.137,20 7,72 1996 550.854,90 7,56 1997 593.821,40 7,80 1998 660.229,50 11,18 1999 450.243,60 -31,80 2000 569.490,30 26,48 2001 573.163,40 0,64 2002 566.188,40 -1,22 2003 599.516,40 5,89 2004 680.620,90 13,53 2005 791.995,90 16,36 2006 864.503,50 9,16 2007 938.397,71 8,55 Rata-rata 8,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2008. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 1.000.000 900.000 Total Ekspor (Miliar Rp) 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 0 Gambar 4.3. Perkembangan Total Ekspor Indonesia, Tahun 1985 – 2007 4.4. Pengeluaran Pemerintah Pemerintah sebagai institusi yang melakukan berbagai aktivitas juga merupakan konsumen bagi barang dan jasa di dalam negeri. Pengeluaran pemerintah berbentuk pembelanjaan pemerintah, baik dalam bentuk rutin maupun untuk pembangunan. Pengeluaran pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dalam menjalan roda pemerintahan dan pembangunan. Dalam hal ini, pengeluaran rutin adalah pembelanjaan untuk membiaya kegiatan-kegiatan rutin seperti gaji pegawai. Sedangkan pengeluaran pembangunan adalah pembelanjaan untuk membiaya pembangunan yang sedang dilakukan dalam upaya meningkatkan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 kesejahteraan masyarakat. Perkembangan pengeluaran pemerintah atas dasar harga konstan tahun 2000 sejak tahun 1985 s/d 2007 adalah sebagai berikut: Tabel 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Indonesia Tahun 1985 – 2007 Tahun Pengeluaran (Miliar Rp) 1985 65.806,4 - 1986 67.636,9 2,78 1987 67.522,7 -0,17 1988 72.635,7 7,57 1989 80.254,8 10,49 1990 82.831,1 3,21 1991 88.652,6 7,03 1992 93.822,0 5,83 1993 93.900,3 0,08 1994 96.064,7 2,30 1995 97.352,2 1,34 1996 99.973,9 2,69 1997 100.035,1 0,06 1998 84.658,1 -15,37 1999 85.246,4 0,69 2000 90.779,7 6,49 2001 97.645,0 7,56 2002 110.333,6 12,99 2003 121.404,1 10,03 2004 126.248,6 3,99 2005 134.625,6 6,64 2006 147.563,7 9,61 2007 155.354,3 5,28 Rata-rata Peningkatan (%) 4,14 Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2008. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 180.000 Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 0 Gambar 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Indonesia, Tahun 1985 – 2007 Pada periode tahun 1985 s/d 1997, secara umum pengeluaran pemerintah Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup stabil setiap tahun, walaupun terjadi penurunan sebesar 0,17 % pada tahun 1987 dan peningkatan yang cukup besar pada tahun 1989 sebesar 10, 49 %. Selanjutnya pada tahun 1998, pengeluaran pemerintah menunjukkan penurunan sebesar 15,37 % dari kondisi tahun sebelumnya. Hal ini merupakan dampak dari krisis ekonomi tahun 1997 yang menyebabkan pemerintah mengalami keterbatasan dalam meningkatkan pengeluaran. Sejak tahun 1999, pengeluaran pemerintah mulai menunjukkan peningkatan kembali sebesar 0,69 % dan terus mengalami peningkatan setiap tahun hingga tahun Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 2007 dengan laju peningkatan yang lebih cepat dari periode tahun 1985 s/d 1997. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi yang semakin kondusif, sehingga pemerintah dapat melakukan berbagai kegiatan pembangunan dan rutin. 4.5. Tenaga Kerja Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertambahan angkatan kerja, lebih-lebih bagi negara berkembang, terutama Indonesia, dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Ada beberapa faktor mengapa hal tersebut lebih menonjol atau penting bagi negara berkembang. Pertama, pertumbuhan penduduk di negara berkembang cenderung tinggi, sehingga cenderung melebihi pertumbuhan kapital. Kedua, demografi profil lebih muda, sehingga lebih banyak penduduk yang masuk ke lapangan kerja. Ketiga, struktur industri di negara berkembang, yang cenderung mempunyai tingkat diversifikasi kegiatan ekonomi rendah, serta tingkat keterampilan penduduk yang belum memadai, membuat usaha penciptaan lapangan kerja menjadi semakin kompleks. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga perusahaan memandang tenaga kerja sebagai suatu investasi dan banyak perusahaan yang memberikan pendidikan kepada karyawannya sebagai wujud kapitalisasi tenaga kerja. Perkembangan tenaga kerja Indonesia sejak tahun 1985 s/d 2007 adalah sebagai berikut: Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Tabel 4.5. Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 1985 – 2007 Tahun Tenaga Kerja (Orang) 1985 62.458.000 - 1986 68.750.000 10,07 1987 70.811.000 3,00 1988 72.922.000 2,98 1989 73.400.000 0,66 1990 75.900.000 3,41 1991 76.423.000 0,69 1992 78.518.000 2,74 1993 79.200.000 0,87 1994 82.039.000 3,58 1995 80.110.000 -2,35 1996 85.702.000 6,98 1997 86.951.000 1,46 1998 87.672.000 0,83 1999 88.817.000 1,31 2000 89.839.000 1,15 2001 91.407.000 1,75 2002 91.648.000 0,26 2003 90.784.000 -0,94 2004 93.722.036 3,24 2005 93.958.387 0,25 2006 95.456.935 1,59 2007 99.930.217 4,69 Rata-rata Peningkatan (%) 2,19 Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2008. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 120,00 Tenaga Kerja ( Juta Orang) 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 0,00 Gambar 4.5. Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia, Tahun 1985 – 2007 Jumlah tenaga kerja di Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahun, kecuali tahun 1995, dan 2003. Rata-rata peningkatan jumlah tenaga kerja adalah 2,19 persen. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia rata-rata 2,2 persen per tahun (BPS, 2005). 4.6. Analisis Estimasi 4.6.1. Uji Kesesuaian (Goodness of Fit) Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square (OLS) untuk data time series 23 tahun dengan menggunakan Program EViews 4.1. Analisis regresi Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data yang disajikan pada Lampiran 2, sedangkan hasil analisis regresi (print out) disajikan pada Lampiran 3. Tabel 4.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia LogPE = -0,915 + 0,126 LogKR + 0,093 LogEX + 0,219 LogPP + 0,596 LogTK Std.Er. : (0,063) (0,151) (0,088) (0,290) t-stat : (2,006)* (0,615)ns (2,477)** (2,056)* R2 : 0,9846 F-stat : 288,596*** Prob : 0,000 Sumber : Lampiran 3. Ket. : ns = non signifikan * = signifikan pada α 10 %. ** = signifikan pada α 5 %. Dari masing-masing variabel dependent (variabel terikat) dan variabel independent (variabel bebas) yang disertakan dalam model estimasi pada Tabel 4.6 di atas, diperoleh koefisien determinasi (R²) sebesar 0,9846 berarti secara keseluruhan variabel, yaitu kredit, ekspor, pengeluaran pemerintah, dan tenaga kerja mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 98,46 persen selama kurun waktu yang diteliti. Sedangkan sisanya sebesar 1,54 persen, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. Bila dilihat secara bersama-sama (serentak) dari masing-masing variabel bebasnya berarti kredit, ekspor, pengeluaran pemerintah, dan tenaga kerja mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 pada tingkat keyakinan 99 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-statistik sebesar 288,596 > F-tabel (4:18) sebesar 4,58 pada α 1 %. Berdasarkan uji t-statistik (uji secara parsial), dapat diketahui bahwa variabel kredit, pengeluaran pemerintah, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan ekspor tidak berpengaruh signifikan. Berikut ini hasil uji t dari masing-masing variabel bebas. a. Kredit Hasil estimasi menunjukkan bahwa kredit berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat penyaluran kredit, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi kredit sebesar 0,126 berarti bahwa setiap penyaluran kredit sebesar 1 persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,126 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, kredit bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut diketahui bahwa pengaruh kredit terhadap pertumbuhan ekonomi tergolong rendah. Hal ini berhubungan dengan kebijakan penyaluran kredit perbankan yang lebih pendapatan yang berarti lebih mengutamakan kredit dengan potensi pendapatan yang terjamin dan lebih tinggi. Kebijakan ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi risiko kredit bermasalah. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 2,006 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 10 % = 1,743). Hal ini berarti bahwa variabel kredit berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. b. Volume Ekspor Hasil estimasi menunjukkan bahwa volume ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat volume ekspor, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi volume ekspor sebesar 0,093 berarti bahwa setiap volume ekspor sebesar 1 persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,093 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, volume ekspor bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 0,615 yang lebih kecil dibandingkan t-tabel (α 10 % = 1,743). Hal ini berarti bahwa variabel volume ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. c. Pengeluaran Pemerintah Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran pemerintah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi pengeluaran pemerintah sebesar 0,219 berarti bahwa setiap peningkatan pengeluaran pemerintah Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 sebesar 1 persen, akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,219 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran pemerintah bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut diketahui bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi tergolong rendah. Pengeluaran pemerintah untuk tahun berjalan, khususnya untuk pembangunan hanya memberikan dampak pada tahun-tahun selanjutnya, karena manfaat yang diperoleh publik dari pembangunan tersebut lebih besar setelah pembangunan selesai. Pada tahun berjalan, pengeluaran pemerintah lebih mempengaruhi pajak. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 2,477 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 5 % = 2,101). Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. d. Tenaga Kerja Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah tenaga kerja, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi jumlah tenaga kerja sebesar 0,596 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen, maka Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,596 persen, ceteris paribus. Jumlah tenaga kerja bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut diketahui bahwa pengaruh tenaga kerja lebih dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan kredit dan pengeluaran pemerintah. Hal ini terutama disebabkan karena tenaga kerja berhubungan dengan tiga komponen yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu pajak, konsumsi dan tabungan. Selain itu, tenaga kerja mempunyai andil yang cukup besar dalam menggerakkan sektor riil, karena pada umumnya aktivitas usaha di Indonesia masih usaha yang bersifat pada karya. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 2,056 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 10 % = 1,743). Hal ini berarti bahwa variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 4.6.2. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas dalam model estimasi dilakukan dengan melihat R2 yang dihasilkan dari estimasi model. Kriteria keputusan sebagai berikut : Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 2. Jika nilai R2y.x < R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak. 3. Jika nilai R2y.x > R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan ditolak. Hasil dari uji koefisien regresi secara parsial disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas Nilai R2 Variabel LogPE = f(LogKR, LogEX, LogPP, LogTK) (Model 1) 0,9846 LogKR = f (LogEX, LogPP, LogTK) (Model 2) 0,9284 LogEX = f (LogKR, LogPP, LogTK) (Model 3) 0,9197 LogPP = f (LogEX, LogKR, LogTK) (Model 4) 0,8240 LogTK = f(LogPP, LogEX, LogKR) (Model 5) 0,9371 Sumber : Data diolah (Lampiran 4). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) regresi parsial Model 1 lebih besar dari nilai koefisien determinasi regresi Model 2 s/d Model 2. Karena nilai koefisien regresi uji parsial tidak ada yang lebih besar dari nilai koefisien regresi model 1, maka dapat disimpulkan bahwa pada model tersebut tidak ditemukan masalah multikolinieritas. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 b. Autokorelasi Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier Test (LM test). Berikut ini hasil dari uji Lagrange Multiplier Test (LM test) sebagaimana ditampilkan pada tabel. Tabel 4.8. Hasil Uji Autokorelasi dengan LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.381710 1.047439 Probability Probability 0.688746 0.592313 Sumber: Lampiran 3. Hasil uji LM test di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai X2hitung (Obs*Rsquared) = 1,0474 dengan probability 0,5923 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi tidak dapat ditolak. Artinya dalam model yang diestimasi tersebut tidak mengandung korelasi serial (autokorelasi) antar faktor pengganggu (error term). 4.7. Pembahasan 4.7.1. Jumlah Kredit Dari hasil estimasi diketahui bahwa jumlah kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penyaluran kredit bertujuan untuk membiayai sektor riil dan juga membiayai pembangunan. Dengan demikian, ketersediaan dana untuk sektor riil akan meningkatkan kegiatan ekonomi sektor riil Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Demikian juga dengan ketersediaan dana untuk pembangunan akan semakin meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, bahwa peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan berhubungan secara langsung dengan aktivitas perekonomian, sehingga penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hakim, Kusmiarso, et.al. (2000) bahwa pertumbuhan kredit perbankan yang rendah kepada dunia usaha merupakan salah satu persoalan yang turut berperan dalam lambatnya proses pemulihan perekonomian nasional. Hasil ini juga sesuai dengan Retnadi (2007), yang mengatakan bahwa penyaluran kredit bank mempunyai porsi yang cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat kaitan antara kontribusi per sektor ekonomi terhadap produk domestik bruto (PDB) dengan porsi kerdit yang disalurkan menurut sektor ekonomi, tampak tidak terdapat sinkronisasi Karena arah penyaluran kredit bank kurang sejalan dengan sektor yang dominan dalam pembentukan PDB, maka cukup beralasan apabila pertumbuhan ekonomi kita tidak dapat mencapai angka yang ditargetkan. Berdasarkan data BI (2008), kontribusi kredit konsumer terhadap komposisi kredit cenderung semakin membesar dibandingkan kredit lainnya. Hal ini sejalan dengan komposisi PDB Indonesia yang masih didominasi dan didorong oleh pertumbuhan konsumsi. Kredit konsumer tidak hanya ekspansif namun juga cenderung kualitasnya membaik, ditunjukkan oleh kolektibiliti yang relatif rendah. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Pertumbuhan kredit konsumer cukup baik serta dengan kolektibiliti yang relatif terjaga. Kondisi yang cukup meyakinkan adalah pada 2005 dimana NPL total kredit perbankan meningkat secara signifikan (juga dampak dari kebijakan PBI No. 7/2/2005 tentang penyeragaman kolektibiliti), sedangkan NPL kredit konsumer relatif stabil bahkan jauh dibawah NPL jenis kredit lainnya. Artinya, kredit konsumer relatif tidak terlalu sensitif dengan peningkatan inflasi dan BI rate pada 2005. Menurut Retnadi (2007), ada tiga fakor eksternal bank yang diperkirakan akan mempengaruhi pola penyaluran kredit bank di semester II tahun 2006. Ketiga variabel tersebut adalah kondisi suku bunga (BI rate) yang masih relatif tinggi yang saat ini masih sebesar 12,75%, uphoria pemberantasan KKN di bank BUMN, dan adanya imbauan pemerintah kepada perbankan untuk membiayai proyek infrastruktur, perkebunan, dan energi. Walaupun dua variabel terakhir lebih banyak ditujukan untuk bank BUMN, namun mengingat porsi penyaluran kredit bank BUMN yang masih sekitar 40% dari seluruh kredit perbankan, maka kedua variabel tersebut tampaknya tidak dapat diabaikan. 4.7.2. Volume Ekspor Dari hasil estimasi diketahui bahwa volume ekspor berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berhubungan dengan volume impor, dimana adanya volume ekspor juga akan dikurangi oleh volum impor. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lihan, dan Yogi (2003) bahwa peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 PDRB di Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat Jung dan Marshall (1985) yang mengemukakan sebagian besar negara-negara berkembang tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Temuan ini, juga sejalan dengan pendapat Arief (1993) yang menyatakan jika sektor ekspor ini masih tergantung pada input impor maka pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah nyata. Faktor yang berpengaruh nyata dalam penelitian ini adalah ekspor dikurangi dengan impor tahun sebelumnya. Hasil peneltian yang menonjol menunjukkan bahwa pengganda dampak yang ditimbulkan oleh ekspor sektor minyak umi terhadap produk nasional bruto selama periode yang diselidiki adalah 1,2876, yang jauh lebih kecil kalau dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh ekspor sektor non minyak bumi yang besarnya 3,0930. Sebab utama dari hal ini ialah bahwa ekspor sektor non minyak bumi mempunyai efek yang lebih tingg terhadap konsumsi, investasi dan pajak. Selanjutnya penelitian sejenis untuk runtun waktu yang berbeda, yaitu untuk periode tahun 1970-1996 dilakukan oleh Adirinekso (2000), menunjukkan bahwa ekspor migas selama periode penelitian memberikan pengaruh yang cukup besar bagi produk nasional bruto dibandingkan dengan ekspor nonmigas. Menurut Hastiadi (2009), kontribusi ekspor netto dalam pembentukan PDB mengalami kenaikan pada tahun 2006 menjadi 5,40 persen. Namun, pada tahun 2007 kontribusi ekspor netto turun menjadi hanya 4,10 persen. Dan sejak tahun 2007 hingga triwulan ketiga 2008 kontribusi ekspor netto sebagai penopang PDB terus mengalami penurunan. Pada triwulan ketiga 2008, kontribusi ekspor netto, bahkan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 tercatat berkontraksi atau tumbuh negatif sebesar 0,10 persen. Memburuknya ekspor netto tersebut merupakan gambaran bahwa telah terjadi perlambatan kinerja di sektor riil. 4.7.3. Pengeluaran Pemerintah Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah bertujuan agar pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung sebagaimana direncanakan. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan bertujuan agar roda perekonomian dapat berkembangan dengan semakin meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah secara langsung dapat mempengaruhi perekonomian suatu daerah dan memberikan efek pengganda Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Putri (2005), bahwa pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah, dan investasi swasta memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, baik secara parsial maupun simultan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pengeluaran pemerintah merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang paling besar diantara variabel lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia selama periode penelitian. Menurut Suprapto dan Ahniar (2008), bahwa pengeluaran pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga tahun ini dibandingkan Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 dengan triwulan yang sama tahun lalu. Selain pengeluaran pemerintah, sumber pertumbuhan juga ditopang oleh pertumbuhan ekspor sebesar 14,3 persen, investasi 12 persen dan konsumsi rumah tangga. Menurut Wijaya (2000) bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai efek pengganda (multiplier effect) dan merangsang kenaikan pendapatan nasional yang lebih besar daripada pembayaran dalam jumlah yang sama. Pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan serta produksi secara berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) karena ia menaikkan permintaan agregatif didasarkan pada anggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidaklah pada proyek-proyek yang menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta. Karena pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebenarnya bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana yang bermanfaat dan memudahkan bagi investor dalam melakukan investasi. Oleh karena itu investasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah tidak secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat melalui pendapatan dan kesempatan kerja, tetapi memberikan sarana dan prasarana bagi kelancaran investasi oleh pihak swasta. Investasi pihak swasta inilah yang secara langsung berdampak terhadap perekonomian masyarakat karena akan memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang cukup lama kepada masyarakat. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 4.7.4. Jumlah Tenaga Kerja Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil temuan Zuhri (1999) di Jawa Tengah, bahwa tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada jangka panjang. Pengaruh signifikan dari tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan posisi tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang menggerakkan perekonomian di daerah. Selain sebagai faktor produksi, tenaga kerja produktif juga merupakan sumber penerimaan daerah dan sektor pajak dan merupakan konsumen. Hasil analisis yang dilakukan oleh Tambunan menunjukkan bahwa elastisitas kesempatan kerja tidak pernah lebih dari 0,50, ini berarti penambahan PDB hanya mampu menambah kesempatan kerja 0,50 unit. Menurut Makmun dan Yasin (2003), pertumbuhan ekonomi yang negatif selama tahun 1998 dan 1999, sangat mempengaruhi penciptaan lapangan kerja. Dampak krisis moneter sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang mempunyai elastisitas kesempatan kerja yang tinggi, yaitu sektor konstruksi, jasa dan transportasi/ komunikasi. Krisis moneter yang hampir terjadi di semua negara berakibat permintaan akan barang dan jasa mengalami penurunan yang sangat tajam. Turunnya permintaan berdampak aktivitas perusahaan mengalami stagnasi atau penurunan atau bahkan menghentikan produksinya. Bersamaan dengan itu penawaran tenaga kerja mengalami peningkatan, yaitu baik yang disebabkan karena penambahan penduduk maupun dari tenaga kerja yang terpaksa menganggur, karena turunya aktivitas produksi. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab terdahulu maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kredit perbankan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dengan demikian jika penyaluran kredit oleh perbankan semakin meningkat, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. 2. Nilai ekspor berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah. 4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja. 5.2. Saran 1. Jumlah tenaga kerja memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu disarankan agar pemerintah Indonesia untuk dapat memanfaatkan dan meningkatkan potensi tenaga kerja 72 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Indonesia yang tersedia untuk lebih efektif dan efisien sehingga lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Dianggap perlu untuk mengkaji kembali penelitian ini (atas masalah yang sama) dengan menggunakan metode pendekatan, serta konsep peninjauan yang berbeda seperti konsumsi pemerintah dan investasi agar dapat dilakukan studi komparasi dan mendukung temuan-temuan baru. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Burhanuddin, 2003. Strategi Kebijakan Moneter bagi Perkembangan Ekonomi Yang Berkelanjutan, Jakarta: BANK INDONESIA. Adirinekso, G. Dampak Ekspor Sektor Migas dan Nonmigas Terhadap Produk Nasional Bruto dan Komponennya [Kasus Indonesia Tahun 1970-1996]. Paper Ekonometrika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok, 2000. Arief, Sritua, 1993. Pemikiran Pembangunan dan Kebijaksanaan Ekonomi. Lembaga Riset Pembangunan, Jakarta Aschauer, D. A, 2000. Public Capital and Economic Growth: Issues of Quantity, Finance, and Efficiency. Economic Development and Cultural Change 48 (2): 391-406. Bank Indonesia, 2003. Bank Sentral Republik Indonesia : Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. Bank Indonesia, 2005. Financial Statistics : Statistik Ekonomi & Keuangan Indonesia, [email protected]. Bank Indonesia, 2008. Modal Kerja Investasi Konsumsi Total. Economic Review No. 212, Juni. Boediono, 1999, Ekonomi Moneter, Edisi 3, Yogyakarta: BPFE. Brata, A. G., dan Z. Arifin, 2003. Alokasi Investasi Sektor Publik dan Pengaruhnya Terhadap Konvergensi Ekonomi Regional di Indonesia. Media Ekonomi 13 (20): 59-71. Dessus, S., dan R. Herrera, 2000. Public Capital and Growth Revisited: A Panel Data Assessment. Economic Development and Cultural Change 48 (2): 407-418. Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia, Cetakan Kelima, Jakarta: Erlangga. Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. 74 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Gupta, S., B. Clements, E. Baldacci, dan C. Mulas-Granados, 2002. Expenditure Composition, Fiscal Adjustment, and Growth. IMF Working Paper 02/77. Hamoraon, Haroni Doli, 2005. Analisis Kausalitas Konsumsi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tesis, Medan: Sekolah Pascasarjana USU. Hastiadi, Fithra Faisal, 2009. Memperkuat Basis Pertumbuhan Ekonomi, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta. Idris, Nor Aini Haji & Ab. Razak Dan, 2004. Teori Perkembangan & Pembangunan Ekonomi. Bangi: Penerbit UKM, ISBN 967-942-516-9. Jhingan M.L, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerjemah : D. Guritno, Edisi Pertama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jung dan Marshall. 1985. The Process of Industrial Development and Alternative Development Strategies. Princeton University Press, Princeton, N.J. Kuncoro, M., 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan Ketergantungan. Prisma 4: 3-17. Lall, Somik V., dan Serdar Yilmaz, 2000. Regional Economic Convergence: Do Policy Instruments Make a Difference. The Institute of Public Policy, George Mason University. Lee, Jennifer, March 2005. .Financial Intermediation and Economic Growth Evidence from Canada. Eastern Economic Association, New York, http://www.fordham.edu/images/Undergraduate/economics/Finance+and+Gro wth.pdf > Lihan, Irham Dan Yogi, 2003. Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Jurnal Ekonomi & Bisnis No. 1, Jilid 8. Makmun dan Akhmad Yasin, 2003. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDB Sektor Pertanian. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 3 September. Mangkoesoebroto, Guritno, 1998. Teori Ekonomi Makro, Yogyakarta: STIE YKPN. Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Purbadharmaja, Ida Bagus Putu, 2006. Implikasi Variabel Pengeluaran Dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali, Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 1 Tahun 2006. Putri, Ratih Dwimbantari, 2005. Pengaruh Pengeluran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia Periode 1996 – 2003. Tesis, Universitas Air Langga, Surabaya. Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, edisi keempat, lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rappaport, J., 1999. Local Growth Empirics. CID Working Paper No. 23, Juli 1999. Reksoprayitno, Soediyono, 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan Nasional), Edisi Kelima. Cetakan Kedua, Yogyakarta: Liberty. Retnadi, Djoko, 2007. Perilaku Penyaluran Kredit Bank. The Indonesia Economic Intelligence. www.iei.or.id. Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D, 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Sukirno, Sadono, 2003. Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suparmoko, M, 1991. Pengantar Ekonomika Makro, Yogyakarta: BPFE. Suprapto, Hadi dan Nur Farida Ahniar, 2008. Konsumsi Pemerintah Tumbuh Tertinggi. PT. Visi Media Asia - News & Community Portal. Tambunan, Tulus, 2001a. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia. ________, 2001b. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori dan Penemuan Empiris. Jakarta: Salemba Empat. Todaro, Michael, P. dan Stephen C. Smith, 2004, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga. Tohar, M, 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Yogyakarta: Kanisius. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Zuhri, Abidin Achmad, 1999. Pengaruh Investasi PMA dan PMDN Serta Kesempatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Lampiran 1. Data Penelitian Tahun PDB ADHK 2000 (Milyar Rp.) Total Kredit (Milyar Rp.) Ekspor ADHK 2000 (Milyar Rp.) Pengeluaran Pemerintah ADHK (Milyar Rp.) TK (orang) 1985 701.259,8 21.454 197.545,20 65.806,4 62.458.000 1986 742.461,6 25.945 227.596,50 67.636,9 68.750.000 1987 779.032,2 31.869 260.879,20 67.522,7 70.811.000 1988 824.064,1 42.256 263.622,30 72.635,7 72.922.000 1989 885.519,4 58.975 291.161,50 80.254,8 73.400.000 1990 949.641,1 85.863 292.474,80 82.831,1 75.900.000 1991 1.018.062,6 112.825 364.182,90 88.652,6 76.423.000 1992 1.061.248,0 122.918 402.035,80 93.822,0 78.518.000 1993 1.151.490,2 150.271 428.605,20 93.900,3 79.200.000 1994 1.238.312,3 188.880 475.428,60 96.064,7 82.039.000 1995 1.340.101,6 234.611 512.137,20 97.352,2 80.110.000 1996 1.444.873,3 292.921 550.854,90 99.973,9 85.702.000 1997 1.512.780,9 378.134 593.821,40 100.035,1 86.951.000 1998 1.314.202,0 487.426 660.229,50 84.658,1 87.672.000 1999 1.324.599,0 225.133 450.243,60 85.246,4 88.817.000 2000 1.389.770,2 269.000 569.490,30 90.779,7 89.839.000 2001 1.442.984,6 307.594 573.163,40 97.645,0 91.407.000 2002 1.504.380,6 365.410 566.188,40 110.333,6 91.648.000 2003 1.577.171,3 437.942 599.516,40 121.404,1 90.784.000 2004 1.656.516,8 553.548 680.620,90 126.248,6 93.722.036 2005 1.750.815,2 689.669 791.995,90 134.625,6 93.958.387 2006 1.847.292,9 787.136 864.503,50 147.563,7 95.456.935 2007 1.963.974,3 995.111 938.397,71 155.354,3 99.930.217 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Lampiran 2. Input Data Analisis ============================================================== obs PE K EX PP CS TK ============================================================== 1985 5.845879 4.331508 5.295666 4.818268 5.589038 7.795588 1986 5.870674 4.414054 5.357166 4.830184 5.598441 7.837273 1987 5.891555 4.503368 5.416439 4.829450 5.612563 7.850101 1988 5.915961 4.625888 5.420982 4.861150 5.629089 7.862859 1989 5.947198 4.770668 5.464134 4.904471 5.646751 7.865696 1990 5.977560 4.933806 5.466088 4.918193 5.687653 7.880242 1991 6.007774 5.052405 5.561320 4.947691 5.718259 7.883224 1992 6.025817 5.089615 5.604265 4.972305 5.730481 7.894969 1993 6.061260 5.176875 5.632057 4.972667 5.755085 7.898725 1994 6.092830 5.276186 5.677085 4.982564 5.809569 7.914020 1995 6.127138 5.370348 5.709386 4.988346 5.861047 7.903687 1996 6.159830 5.466751 5.741037 4.999887 5.901337 7.932991 1997 6.179776 5.577646 5.773656 5.000152 5.934038 7.939275 1998 6.118662 5.687909 5.819695 4.927669 5.906388 7.942861 1999 6.122084 5.352439 5.653448 4.930676 5.926057 7.948496 2000 6.142943 5.429752 5.755486 4.957989 5.932879 7.953465 2001 6.159262 5.487978 5.758278 4.989650 5.947796 7.960979 2002 6.177358 5.562780 5.752961 5.042708 5.964142 7.962123 2003 6.197879 5.641417 5.777801 5.084233 5.980727 7.958009 2004 6.219196 5.743155 5.832905 5.101227 6.001781 7.971842 2005 6.243240 5.838641 5.898723 5.129128 6.018619 7.972936 2006 6.266536 5.896050 5.936767 5.168980 6.032187 7.979807 2007 6.293136 5.997872 5.972387 5.191323 6.053353 7.999697 ============================================================== Keterangan: PE = log. PDB K = log. kredit perbankan EX = log. nilai eskpor PP = log. pengeluaran pemerintah TK = log. tenaga kerja Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Lampiran 3. Analisis OLS LogPE = b0 + b1 LogKr + b2 Log Ex + b3 Log PP + b4 Log TK + ε Dependent Variable: PE Method: Least Squares Date: 05/26/09 Time: 09:17 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Kr EX PP TK C 0.126398 0.093087 0.218785 0.596254 -0.915269 0.063019 0.151364 0.088314 0.290039 2.174679 2.005715 0.614986 2.477364 2.055770 -0.420875 0.0602 0.5463 0.0234 0.0546 0.6788 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.984647 0.981235 0.017950 0.005799 62.64767 1.584911 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 6.088850 0.131032 -5.012841 -4.765994 288.5958 0.000000 Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinieritas Dependent Variable: K Method: Least Squares Date: 06/23/09 Time: 09:19 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX PP TK C 1.978143 0.144398 1.847765 -21.28330 0.312546 0.319788 0.967034 6.231692 6.329134 0.451542 1.910755 -3.415332 0.0000 0.6567 0.0712 0.0029 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.928420 0.928178 0.065344 0.081127 32.30759 1.131438 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 5.270744 0.484181 -2.461530 -2.264053 396.2962 0.000000 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/23/09 Time: 09:21 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. K PP TK C 0.342888 0.115854 0.190252 1.773606 0.054176 0.131188 0.437426 3.270845 6.329134 0.883118 0.434934 0.542247 0.0000 0.3882 0.6685 0.5940 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.919768 0.917913 0.027205 0.014062 52.46144 1.523953 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 5.664249 0.188318 -4.214038 -4.016561 345.0471 0.000000 Dependent Variable: PP Method: Least Squares Date: 06/23/09 Time: 09:21 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX K TK C 0.340331 0.073527 -0.112185 3.553380 0.385375 0.162835 0.753005 5.590113 0.883118 0.451542 -0.148983 0.635654 0.3882 0.6567 0.8831 0.5326 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.824065 0.796285 0.046628 0.041310 40.06917 0.576364 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 4.980387 0.103309 -3.136450 -2.938972 29.66474 0.000000 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Dependent Variable: TK Method: Least Squares Date: 06/23/09 Time: 09:22 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PP EX K C -0.010401 0.051816 0.087232 7.216303 0.069814 0.119135 0.045653 0.466972 -0.148983 0.434934 1.910755 15.45340 0.8831 0.6685 0.0712 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.937146 0.927221 0.014198 0.003830 67.41894 1.192152 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 7.917777 0.052628 -5.514690 -5.317213 94.42885 0.000000 2. Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.381710 1.047439 Probability Probability 0.688746 0.592313 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/23/09 Time: 09:22 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. K EX PP TK C RESID(-1) RESID(-2) 0.003596 -0.048063 0.041099 0.052254 -0.365309 0.228039 0.083942 0.067915 0.173911 0.103582 0.308992 2.292717 0.292848 0.270998 0.052955 -0.276366 0.396782 0.169110 -0.159334 0.778692 0.309751 0.9584 0.7858 0.6968 0.8678 0.8754 0.4475 0.7607 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.045541 -0.312381 0.018600 0.005535 63.18369 1.790250 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 2.17E-15 0.016236 -4.885538 -4.539953 0.127237 0.991098 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009 Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009