IJ-EPA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN INDONESIA - JEPANG IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia – Japan 1 Aziza R. Salam1, Sefiani Rayadiani2, dan Immanuel Lingga2 Peneliti, Calon Peneliti pada Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta, [email protected] 2 Naskah diterima : 6 Maret 2012 Disetujui diterbitkan : 8 Juni 2012 Abstrak Indonesia dan Jepang telah menandatangani perjanjian kerjasama Indonesia Jepang Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) pada tahun 2007. Untuk mewujudkan kesepakatan perdagangan bebas tersebut dan untuk menghindari adanya trade diversion sebagai dampak dari tarif preferensi, maka kedua negara mempersyaratkan Surat Keterangan Asal (SKA) untuk mensertifikasi asal barang yang diperdagangkan. Berdasarkan hasil analisa data statistik dan survey diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan SKA Form IJEPA ternyata relatif lebih rendah dibandingkan dengan kesepakatan perdagangan bebas lainnya yang telah ditandatangani dan diimpelementasikan di Indonesia. Ketidakoptimalan yang terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain: masih adanya penggunaan Form A dalam ekspor ke Jepang, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di berbagai IPSKA, keengganan pencantuman struktur biaya dalam SKA Form IJ-EPA, dan kurangnya sosialisasi mengenai fasilitas IJ-EPA. Dari segi perdagangan bilateral, kesepakatan perdagangan bebas IJ-EPA berdampak pada perubahan pola impor Indonesia dari Jepang dimana terdapat beberapa produk yang mengalami lonjakan, seperti produk Kendaraan Bermotor dan Mesin Disel. Sebaliknya, implementasi IJ-EPA tidak memiliki dampak yang berarti terhadap pola ekspor Indonesia ke Jepang. Kata kunci : Indonesia-Jepang, Perdagangan Bebas, Surat Keterangan Asal Abstract In 2007 Indonesia and Japan signed a partnership agreement of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA). In order to implement the IJ-EPA and to prevent trade diversion as an impact of tariff preferences, both governments required the Certificate of Origin (COO) scheme. This study elaborates the use of COO-IJ-EPA and the impact of IJ-EPA on bilateral trade performances between the two countries. According to data analysis and survey, it was found that the number of COO-IJ-EPA was the lowest compared to other free trade agreements. The low share of the COO-IJ-EPA was caused by the following factors: the use of Form A as an alternative choice in export activity, inadequate human resources at the institutions issuing COO, reluctance to disclose the production cost structure and the lack of socialization in regards with trade facilitation under IJ-EPA scheme. Bilateral agreement under IJ-EPA has also brought impact to the Indonesia’s import pattern with Japan. After the implementation of the agreement, Indonesia’s import for certain products increased significantly, such as importation of automotive products and diesel machines. On the contrary, the agreement did not have significant impact to Indonesia’s export pattern. Keywords : Indonesia-Japan, Free Trade, Certificate of Origin JEL Clasification : F13, F14 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 19 PENDAHULUAN merupakan perjanjian perdagangan Hubungan kerjasama Indonesia– bebas bilateral pertama yang dilakukan Jepang telah berjalan selama lebih oleh Indonesia, yang disahkan melalui dari 50 tahun, dimana bagi Indonesia, Peraturan Jepang merupakan negara mitra dagang 2008 tentang Pengesahan Agreement utama, baik dalam hal ekspor maupun Between The Republic of Indonesia impor. Jepang menempati peringkat and Japan for an Economic Partnership pertama dengan pangsa pasar 12,72% (Persetujuan antara Republik Indonesia sebagai negara tujuan ekspor non-migas dan Jepang mengenai Suatu Kemitraan Indonesia pada tahun 2010. Sementara Ekonomi) dan mulai berlaku efektif pada itu, pada tahun yang sama posisi Jepang tanggal 1 Juli 2008. sebagai negara asal produk impor non- Berdasarkan Presiden No. 36 Tahun data Direktorat migas menempati peringkat kedua setelah Fasilitasi Ekspor dan Impor Kementerian Republik Rakyat China (RRC) dengan Perdagangan, pangsa pasar 15,62%. Selain sebagai pemanfaatan Surat Keterangan Asal negara mitra dagang utama Indonesia, (SKA) Form IJ-EPA hanya sekitar 16% Jepang juga merupakan salah satu terhadap ekspor nonmigas Indonesia ke investor utama di Indonesia. Realisasi Jepang dengan nilai USD 2,9 juta dan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) total Form SKA IJ-EPA sebanyak 53.182 Jepang di Indonesia pada tahun 2010 lembar. mencapai USD 712,6 juta yang meliputi pertanyaan terhadap pemanfaatan IJ- 323 proyek (BPS, 2011 dan BKPM, 2011). EPA tersebut. Tulisan ini akan menjawab Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa dua permasalahan yaitu: 1) apa yang Jepang mempunyai peranan yang cukup menyebabkan rendahnya pemanfaaatan dominan dalam perekonomian Indonesia, SKA Form IJ-EPA? dan 2) bagaimana khususnya dampak terhadap pengembangan investasi di Indonesia. Dalam rangka Hal pada tersebut implementasi tahun 2010 menimbulkan kesepakatan perdagangan bebas IJ-EPA terhadap meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi yang lebih kinerja perdagangan Indonesia dan Jepang? komprehensif antara Indonesia dengan Jepang, Presiden RI Susilo Bambang TINJAUAN PUSTAKA Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang Komposisi, arah dan bentuk Shinzo Abe pada tanggal 20 Agustus perdagangan internasional atau kegiatan 2007 menyepakati adanya kemitraan perdagangan internasional suatu negara ekonomi antara dengan tidak terlepas dari segala tindakan Jepang melalui penandatanganan pemerintahnya, baik secara langsung Indonesia Indonesia-Japan Economic Partnership maupun Agreement (IJ-EPA). Kesepakatan ini perdagangan 20 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 tidak langsung. internasional Kebijakan memiliki implikasi yang sangat luas, tidak hanya tersebut memiliki keunggulan komparatif. dalam volume dan komposisi impor Pendukung dan ekspor, pola investasi dan arah bebas menekankan bahwa kebijakan pengembangan, kondisi perdagangan bebas akan mengarah persaingan, kondisi biaya, sikap pebisnis pada efisiensi dan akan meningkatkan dan wirausahawan, pola konsumsi, kesejahteraan nasional. tetapi juga dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kebijakan perdagangan Bank Indonesia (2008) memaparkan kebijakan perdagangan internasional beberapa sangat keputusan dagangan internasional yang umum kebijakan ekonomi suatu negara dan dipakai di berbagai negara, antara lain 1) kebijakan ini hanya salah satu bagian Tarif impor tidak lain merupakan instru- kebijakan makroekonomi yang harus men pajak yang dikenakan pemerintah dikombinasikan dan bersifat mendorong atas barang-barang impor, 2) Kuota pembangunan impor adalah instrumen pembatasan penting dalam perekonomian suatu instrumen kebijakan per- kuantitas barang yang dapat diimpor negara. interna- dalam kurun waktu tertentu, 3) Voluntary sional dapat ditujukan untuk melindungi/ Exports Restraints (VER) merupakan memproteksi industri baru di dalam negeri instrument pembatasan yang dikenakan yang sedang tumbuh (infant industry) dari pemerintah negara eksportir terhadap persaingan dengan barang-barang impor. kuantitas barang yang diekspor dalam Adapun tujuan kebijakan perdagangan jangka waktu tertentu, 4) Pajak (bea internasional proteksi keluar) ekspor adalah instrumen pajak adalah memaksimalkan produksi dalam yang dikenakan pada barang ekspor. negeri, memperluas lapangan kerja, Seperti halnya tarif impor, pajak ekspor memelihara tradisi nasional, menghindari dapat berupa pajak khusus ataupun resiko yang mungkin timbul jika hanya pajak ad valorem, 5) Subsidi merupakan tergantung pada satu komoditi atau satu kebijakan pemerintah untuk membantu negara. Proteksi dapat dilakukan dengan menutupi sebagian biaya produksi per unit penerapan berbagai instrumen kebijakan barang produksi dalam negeri, sehingga perdagangan internasional baik berupa produsen dalam negeri dapat menjual hambatan perdagangan tarif maupun barangnya lebih murah dan bisa bersaing non tarif. dengan barang impor, 6) Voluntary Import Kebijakan perdagangan yang bersifat Kebijakan perdagangan internasional Expansion (VIE) merupakan instrumen tidak hanya bersifat proteksi, tetapi kebijakan perdagangan internasional juga kebijakan yang lahir dari kesepakatan antara dua perdagangan bebas yang memungkinkan negara mitra dagang untuk meningkatkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam kuantitas impor tertentu yang berasal memproduksi barang di mana negara dari salah satu negara tersebut, dan upaya mendukung Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 21 7) Dumping, kebijakan perdagangan terjadinya trade diversion dan trade internasional untuk creation. Efek positif, yaitu trade creation mengadakan diskriminasi harga, yakni adalah terjadinya perdagangan akibat produsen menjual barang di luar negeri beralihnya konsumsi dari PDB yang lebih murah daripada di dalam negeri. bersifat high-cost ke produk impor Kekuatan monopoli di dalam negeri yang dari luar negeri yang bersifat low-cost; lebih besar dan terdapatnya hambatan dengan kata lain terjadi perdagangan yang cukup kuat menjadi persyaratan yang yang harus dipenuhi dalam kebijakan Namun demikian, perbedaan tarif yang dumping. diberlakukan yang Beberapa bertujuan intranegara untuk mitra mitra. dan non berkesimpulan mitra, merubah arah kecenderungan bahwa perdagangan bebas berimplikasi perdagangan sehingga menimbulkan positif yang efek negatif yaitu trade diversion, yang meningkatkan merujuk kepada perpindahan dari produk kesejahteraan, Lindert dan Kindleberger impor yang bersifat low-cost dari negara (1986) berpendapat bahwa perdagangan non anggota dengan produk impor yang bebas juga meningkatkan kuantitas bersifat high-cost dari negara mitra; perdagangan dunia dan efisiensi. Urata dengan kata lain terjadi perdagangan dan Kiyota (2005) menemukan bahwa yang menurun dengan negara non mitra. FTA di Asia Timur memberi pengaruh Trade diversion akan menurunkan efek positif pada ekonomi. Ekspor dengan kesejahteraan dengan daya saing tinggi akan meningkat. terjadinya perubahan orientasi suplai ke Dermoredjo, Wahida, dan Hutabarat sumber yang relatif lebih mahal. terlibat. studi mengikat bagi Di negara-negara samping sehubungan dengan (2007) menunjukkan penurunan subsidi Manfaat perdagangan bebas sangat ekspor di negara maju berdampak ditentukan oleh salah satu efek yang lebih pada peningkatan produksi pertanian dominan. Efek secara keseluruhan dapat Indonesia. hasil bersifat positif, negatif ataupun netral, studi yang secara umum memberikan tergantung dari besarnya magnitude dampak positif, Haryadi et.al (2008) dari trade creation dan trade diversion. memperlihatkan Perdagangan Berbeda dengan bahwa liberalisasi bebas akan perdagangan dengan cara menghapus menguntungkan semua hambatan perdagangan ber- terhadap trade creation lebih besar dampak dibandingkan dampaknya terhadap trade pada penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan apabila sangat dampaknya diversion. Australia-Selandia Baru. Penelitian pemanfaatan SKA atau Salah satu indikator untuk meng- Certificate of Origin (COO) oleh berbagai ukur dampak kerjasama perdagangan perusahaan di Jepang, khususnya terkait internasional adalah dengan melihat dengan 22 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 kesepakatan perdagangan bebas secara bilateral yang dilakukan di dalamnya pemahaman terhadap oleh Jepang dengan beberapa negara persyaratan, prosedur penerbitan dan mitranya (Malaysia, Meksiko, dan Chili) permasalahan rendahnya pemanfaatan telah dilakukan oleh Takahashi dan Urata SKA Form IJ-EPA. pada tahun 2010. Hasil studi Takahashi dan Urata (2010) memperlihatkan bahwa Data tingkat pemanfaatan berkisar 12,2% Studi ini mempergunakan dua jenis untuk Japan-Malaysia FTA dan hingga data, yakni data primer (data terkait 32,9% pemahaman pelaku usaha terhadap untuk Japan-Mexico FTA. Di samping itu, studi tersebut menemukan adanya beberapa kendala utama yang membatasi bebas IJ-EPA, tarif preferensi IJ-EPA dan pemanfaatan SKA dengan negara mitra pemahaman akan persyaratan prosedur FTA, yakni kecilnya perdagangan dengan penerbitan SKA Form IJ-EPA serta negara mitra FTA, kesulitan mendapatkan kendala apa yang menghambat dalam SKA yang dibutuhkan, dan kurangnya proses penerbitan SKA Form IJ-EPA) pengetahuan tentang FTA. Dari segi dan data sekunder terkait dengan data tarif preferensi, perbedaan tarif MFN ekspor impor, data realisasi investasi dan tarif preferensi sangat kecil. Studi Penanaman Modal Asing (PMA), dan tersebut juga menemukan karakteristik data pemanfaatan Surat Keterangan perusahaan yang menggunakan FTA, Asal (SKA). Data primer digunakan untuk yaitu menjawab perusahaan besar, memiliki kesepakatan penyebab perdagangan permasalahan keterikatan bisnis dengan negara mitra rendahnya pemanfaatan SKA Form IJ- FTA, dan perusahaan beroperasi dalam EPA. industri mesin transportasi. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara METODE PENELITIAN langsung dan penyebaran kuesioner ke Metode Analisis berbagai instansi terkait, asosiasi, dan Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan para pelaku usaha yang melakukan statistik kegiatan ekspor ke Jepang khususnya deskriptif. Metode ini digunakan untuk yang bergerak dalam industri Pengolahan memberikan gambaran dan analisis dan Pengawetan Ikan dan Biota Perairan dampak kesepakatan Lainnya, Cokelat dan Kembang Gula, perdagangan bebas IJ-EPA terhadap Garmen, Furnitur, dan Barang dari Plastik kinerja perdagangan Indonesia dan di Medan, Semarang, Denpasar, Manado, Jepang. Analisis deskriptif juga dilakukan Surabaya, dan Bandung. Adapun teknik untuk melihat tingkat pemahaman pelaku penarikan sampel dilakukan secara usaha terhadap adanya kesepakatan purposive sampling. implementasi perdagangan bebas IJ-EPA, termasuk Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 23 Sementara itu, data sekunder diper- lainnya yang telah ditandatangani dan oleh melalui pengumpulan data, dokumen, diimpelementasikan dan/atau publikasi resmi dari Badan Pusat dasarkan catatan Direktorat Fasilitasi Statistik, Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Ekspor dan Impor Direktorat Jenderal Impor Kementerian Perdagangan, World Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Integrated Trade Solution (WITS), dan Perdagangan (2011), pangsa nilai SKA berbagai sumber terkait lainnya guna Form IJ-EPA terhadap ekspor non-migas memberikan gambaran dan analisis Indonesia ke Jepang sepanjang tahun dampak 2008-2010 implementasi kesepakatan dan Indonesia. Ber- Januari-September perdagangan bebas IJ-EPA terhadap 2010/2011 cenderung fluktuatif. Pangsa kinerja perdagangan Indonesia dan nilai SKA Form IJ-EPA terhadap ekspor Jepang. non-migas Indonesia ke Jepang tahun 2008 sebesar 12,4%, terendah HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan pangsa nilai SKA Kendala Pemanfaatan SKA Form IJ- preferensi FTA lain terhadap ekspor EPA non-migasnya (misalnya, SKA Form AK Agar dapat memanfaatkan peng- (AK-FTA) sebesar 63,1%, SKA Form hapusan atau pengurangan tarif bea D/ASEAN Trade In Goods Agreement masuk baik di Indonesia maupun di (ASEAN AFTA) sebesar 40,5%, dan SKA Jepang, dalam setiap kegiatan ekspor Form E (AC-FTA) sebesar 23,2%) pada dan impor antara Indonesia dan Jepang tahun yang sama. Rendahnya pangsa harus dilengkapi dengan SKA preferensi SKA tersebut disebabkan oleh jangka Form IJ-EPA. Surat Keterangan Asal waktu pengimplementasian kesepakatan adalah diterbitkan perdagangan bebas IJ-EPA yang baru berdasarkan kesepakatan dalam per- berjalan selama enam bulan. Pada tahun janjian baik bilateral, regional, multilateral 2009 pangsa nilai SKA Form IJ-EPA dan unilateral. Dokumen SKA ini harus terhadap ekspor non-migas Indonesia ke disertakan pada waktu barang ekspor Jepang naik menjadi 20,7%, kemudian Indonesia akan memasuki wilayah Jepang turun menjadi 16% pada tahun 2010. atau sebaliknya barang ekpor Jepang Selama akan memasuki wilayah Indonesia, untuk 2011 pangsa nilai SKA Form IJ-EPA membuktikan bahwa barang tersebut terhadap ekspor non-migas Indonesia berasal, dihasilkan, dan atau diolah di ke Jepang sebesar 28,6%, sedangkan Indonesia atau di Jepang. pangsanya selama periode Januari- dokumen yang Seiring berjalannya waktu, peman- periode September 2011 Januari-September mencapai 15,4%. faatan SKA Form IJ-EPA ternyata relatif Meskipun pangsa nilai SKA Form IJ-EPA lebih rendah kesepakatan 24 dibandingkan dengan terhadap ekspor non-migas Indonesia ke perdagangan bebas Jepang periode Januari-September 2011 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan periode Januari-September 2010 hanya mencapai lainnya, pangsanya tetap lebih rendah USD 1,8 miliar menjadi sebesar USD 3,9 dibandingkan dengan pangsa nilai SKA miliar pada periode yang sama tahun tarif preferensi FTA lainnya. 2011. Hal ini mengindikasikan semakin Perkembangan pemanfaatan SKA banyaknya para eksportir Indonesia yang Form IJ-EPA dalam kegiatan ekspor memanfaatkan SKA Form IJ-EPA dan Indonesia tarif preferensi IJ-EPA dalam melakukan ke Jepang digambarkan dalam Gambar 1, yang menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pada ekspornya ke Jepang. Berdasarkan data-data tersebut, tahun pertama pelaksanaan IJ-EPA, tahun dapat diperoleh nilai rata-rata ekspor 2008, Indonesia telah mengeluarkan SKA 16.226 2008-2010. lembar SKA Form IJ-EPA. Form IJ-EPA Pada kurun tahun waktu pertama Kemudian terjadi peningkatan penerbitan kesepakatan perdagangan bebas IJ- SKA Form IJ-EPA pada tahun 2009 dan EPA diimplementasikan, rata-rata nilai 2010 masing-masing sebesar 185,2% ekspor ke Jepang per dokumen SKA dan 5% menjadi sebanyak 46.272 sekitar USD 105,1 ribu. Kemudian pada lembar dan 53.182 lembar. Penerbitan implementasi tahun berikutnya turun SKA Form IJ-EPA periode Januari- hampir mencapai 50%, menjadi sebesar September 43.580 USD 53,6 ribu per dokumen SKA Form lembar, melebihi jumlah penerbitan SKA IJ-EPA. Pada tahun 2010 nilai rata-rata Form IJ-EPA periode Januari-September ekspor per dokumen SKA Form IJ-EPA 2010 sebanyak 39.119 lembar. Dengan menjadi USD 54,1 ribu. 2011 mencapai kata lain, penerbitan SKA Form IJ-EPA Ditinjau dari jenis produk, periode Januari-September 2011 naik pemanfaatan SKA Form IJ-EPA selama sebesar 11,4% dibandingkan dengan tahun 2008-2010 didominasi oleh produk periode Januari-September 2010. Plastik dan Barang Plastik, Bahan Bakar Dari sisi nilai, terjadi juga peningkatan Mineral, Ikan dan Udang, Kayu dan nilai ekspor dengan menggunakan SKA Barang dari Kayu, Serat Staple Buatan, Form IJ-EPA. Nilai ekspor dengan Peralatan Elektrik dan Elektronik, Kimia penggunaan SKA Form IJ-EPA meningkat Organik, Katun, Furnitur, dan Aneka dari USD 1,7 miliar pada tahun 2008 Produk Kimia. Peralatan Elektrik dan menjadi USD 2,5 milliar pada tahun Elektronik tercatat memiliki pertumbuhan 2009 dan USD 2,9 milliar pada tahun tertinggi dalam nilai ekspor Indonesia ke 2010. Sementara itu nilai SKA Form IJ- Jepang berdasarkan pemanfaatan SKA EPA periode Januari-September 2011 preferensi pada tahun 2009 dibanding melonjak tajam sebesar 115,8% dari dengan tahun 2008 dengan nilai sebesar periode sebelumnya. Nilai ekspor dengan 216,1%, penggunaan SKA Form IJ-EPA periode Kimia memiliki pertumbuhan tertinggi sedangkan Aneka Produk Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 25 TOTAL AFTA AKFTA ACFTA IJEPA AIFTA 63.1 59.2 48.1 46.1 40.5 41.5 37.8 31.0 39.1 % 31.1 28.6 22.1 20.7 16.0 12.4 9.2 6.9 3.1 4.6 2007 2008 2009 2010 Jan-Sep2010 Jan-Sep 2011 Nilai SKA berdasarkan Tipe Preferensi FTA Total Jumlah SKA berdasarkan Tipe Preferensi FTA 35,000 250,000 30,000 200,000 25,000 US$ juta Total Jumlah SKA 150,000 100,000 50,000 20,000 15,000 10,000 - 5,000 (50,000) 2007 2008 2009 2010 Jan-Sep2010 Jan-Sep 2011 Perub. Jan-Sep 2011/2010 (%) - 2007 2008 2009 2010 Jan-Sep2010 Jan-Sep 2011 Perub. Jan-Sep 2011/2010 (%) Total 26,085 139,864 187,884 205,775 164,235 189,248 15.2 Total 1,907 15,884 13,106 19,867 13,138 28,790 119.1 AFTA 2,332 11,604 16,606 103,334 84033 83,524 -0.6 AFTA 1,360 9,434 6,417 8,710 6,094 9,680 58.8 AKFTA 4,262 22,937 27,210 28,622 23170 26,144 12.8 AKFTA 343 2,942 1,603 2,776 1,712 3,393 98.2 ACFTA 19,491 89,095 97,793 24,235 17913 26,580 48.4 ACFTA 204 1,804 2,607 5,287 3,520 6,875 95.3 IJEPA - 16,228 46,275 48,571 39119 43,580 11.4 IJEPA 0 1,705 2,479 2,642 1,811 3,909 115.8 AIFTA - - - 1,013 0 9,420 0.0 AIFTA 0 - 0.0 452 - 4,934 Gambar 1. Perkembangan Pemanfaatan Preferensi FTA Tahun 2007 – 2011 (Januari - September) Sumber: Dit. Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Kemendag (2010), diolah Puska Daglu, BP2KP, Kemendag, 2011. pada tahun 2010 dengan nilai sebesar Barang dari Plastik, industri Furnitur, dan 104,1%. industri Tekstil dan Produk Tekstil telah Berdasarkan hasil temuan lapangan melakukan kegiatan ekspor ke Jepang di daerah sampel, hampir tiga perempat selama lebih dari tiga tahun. Hal ini pelaku usaha yang bergerak di dalam mengindikasikan bahwa para responden industri Pengolahan dan Pengawetan tersebut telah melakukan ekspor ke Ikan dan Biota Perairan Lainnya, industri Jepang jauh sebelum disepakatinya Cokelat dan Kembang Gula, industri kesepakatan perdagangan bebas antara 26 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 Indonesia dengan Jepang melalui IJ-EPA diuraikan dalam Gambar 2, sebanyak yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 25,6% pelaku usaha tidak mengetahui Juli 2008. Sisanya adalah pelaku usaha tentang adanya tarif preferensi IJ-EPA yang melakukan kegiatan ekspor ke dan pemanfaatannya. Ketidaktahuan Jepang paska diberlakukannya IJ-EPA. tersebut disebabkan oleh ketidakpedulian Lebih dari setengah pelaku usaha yang para pelaku usaha sebagai eksportir akan diwawancarai telah mengetahui IJ-EPA manfaat tarif preferensi IJ-EPA. Manfaat sehingga sangat memahami kesepakatan keringanan tarif bea masuk preferensi tersebut, sedangkan sisanya hanya IJ-EPA justru lebih banyak dinikmati pernah mendengar dan tidak mengetahui oleh pihak pembeli atau importir dari tentang IJ-EPA. Dari segi pemahaman Jepang. akan tarif preferensi IJ-EPA sebagaimana 2.6 2.6 2.6 7.7 2.6 7.7 46.2 43.6 10.3 5.1 12.8 Tidak Menjawab 43.6 17.9 17.9 Pemahaman tentang Kesepakatan Perdagangan Bebas IJ-EPA Paham 15.4 25.6 23.1 Sangat Paham 12.8 Pemahaman Pemahaman tentang Tarif tentang Preferensi IJ-EPA Persyaratan dan Prosedur Penerbitan SKA Form IJ-EPA Tahu Pernah Mendengar Tidak Tahu Gambar 2. Pemahaman tentang Kesepakatan Perdagangan Bebas IJ-EPA, Tarif Preferensi IJ-EPA, dan Persyaratan dan Prosedur Penerbitan 50.00 18.00 SKA Form IJ-EPA 45.00 16.00 40.00 14.00 Sumber: Data Primer Kemendag (2011) diolah oleh Puska Daglu, BP2KP, Kemendag, 2011 35.00 Dari pelaku usaha yang menjadi 23,1% Laut (EMKL) dalam penerbitan SKA 10.00 mengetahui tentang persyaratan dan Form IJ-EPA. Alasan lainnya adalah 8.00 25.00 20.00 prosedur penerbitan SKA Form IJ-EPA. 15.00 responden Ketidaktahuan karena 10.00 mereka tersebut menggunakan jasa US$ Miliar sebanyak 12.00 Kapal perusahaan Ekspedisi Muatan tidak US$ Miliar responden 30.00 masih adanya importir dari Jepang 6.00 yang menginginkan penggunaan SKA 4.00 Form A dan tarif bea masuk untuk 2.00 5.00 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, -Juli 2012 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Neraca (RHS) 9.02 Ekspor 14.42 13.01 12.05 13.60 15.96 18.05 21.73 23.63 27.74 18.57 25.78 8.32 7.64 9.38 9.88 11.14 16.22 17.11 12.61 8.73 8.82 27 produk tertentu yang telah 0% sebelum lain keterbatasan sumber daya manusia diimplementasikannya (SDM) IJ-EPA. SKA yang terdapat di berbagai Form A adalah surat keterangan asal Instansi Penerbit SKA (IPSKA) (28,2%), non preferensi Generalized System of keengganan pencantuman struktur biaya Preferences (GSP). dalam SKA Form IJ-EPA (25,6%), dan 1 Penerbitan SKA Form IJ-EPA pemilihan kode HS yang sesuai (23,1%), membutuhkan waktu satu hari kerja dari dan kurangnya sosialisasi mengenai penerimaan berkas aplikasi penerbitan fasilitas IJ-EPA (20,5%). SKA Form IJ-EPA yang lengkap dengan Keterbatasan SDM yang memiliki biaya penggantian aplikasi SKA Form pemahaman tentang persyaratan dan IJ-EPA sebesar Rp. 5.000,-. Namun prosedur penerbitan SKA Form IJ- dalam prakteknya, biaya penerbitan EPA dan kompetensi dalam bidangnya SKA Form IJ-EPA beragam di berbagai menjadi suatu permasalahan tersendiri, daerah survei. Gambar 2. menunjukkan baik bagi IPSKA yang telah melakukan bahwa hanya sebesar 25,6% dari total otomasi secara online maupun IPSKA responden yang mengeluarkan biaya yang penerbitan SKA Form IJ-EPA sesuai SKA Form dengan (seperti ketentuan resmi sebesar masih melakukan penerbitan IJ-EPA secara Dinas manual Perindustrian dan Rp.5.000,-. Sementara sekitar 23,1% Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara, dikenakan biaya penerbitan SKA Form Dinas Perindustrian dan Perdagangan IJ-EPA sebesar Rp. 5.001 – Rp. 50.000, Kota Bitung, Dinas Perindustrian dan Rp. 50.001-Rp. 70.000 (2,6%), dan biaya Perdagangan sesuai dengan ketentuan perusahaan Sementara EMKL (5,1%). Sekitar 43,6% dari total biaya dalam SKA Form IJ-EPA menjadi responden tidak bersedia menjawab hambatan bagi sebagian pelaku usaha, mengenai pengenaan biaya penerbitan karena dengan pencantuman struktur SKA Form IJ-EPA. biaya Secara keseluruhan, dalam proses penerbitan SKA Form IJ-EPA menghadapi berbagai pencantuman berpengaruh Gianyar). struktur terhadap pajak yang harus mereka bayarkan ke negara. sekitar 64,1% dari pelaku usaha yang diwawancari akan Kabupaten Pemilihan kode HS yang sesuai untuk dicantumkan dalam aplikasi SKA kendala. Beberapa kendala utama yang Form IJ-EPA juga membingungkan dianggap menghambat dalam proses para pelaku usaha. Terkadang importir penerbitan SKA Form IJ-EPA, antara Jepang meminta para pelaku usaha 1 GSP ini adalah kerjasama non preferensi antara negara-negara maju dengan negara berkembang, dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan devisa dan mempercepat industrialisasi dan pertumbuhan negara-negara berkembang, dengan memberikan dan membuka peluang untuk memasarkan barang-barang yang dihasilkannya, sehingga barangbarang tersebut dapat bersaing dipasaran negara-negara maju. 28 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 untuk mencantumkan kode HS nasional dagangannya. Dari Gambar 4 terlihat Jepang dalam aplikasi SKA Form IJ- bahwa total perdagangan pada tahun EPA guna kepentingan tarif preferensi 2001 yang hanya sebesar USD 17,7 IJ-EPA. Adanya perbedaan dalam kode miliar telah meningkat menjadi USD HS nasional Indonesia (10 digit) dengan 42,75 kode HS nasional Jepang (9 digit) dan rata-rata mencapai 12,99% per tahun. perbedaan dalam uraian barang tidak Persentase pertumbuhan perdagangan dapat secara langsung dikonversikan Indonesia-Jepang ini adalah dua % lebih ke dalam HS nasional Jepang. Di tinggi daripada rata-rata pertumbuhan samping itu, keterbatasan pengetahuan perdagangan Jepang ke dunia. para responden dan petugas IPSKA miliar Pada sisi dengan neraca pertumbuhan perdagangan, menjadi penyebab lain dalam penentuan Indonesia selalu menikmati surplus kode HS yang tepat. Untuk mengatasi perdagangan permasalahan perbedaan kode HS dan yang pemilihan kode HS yang tepat, maka Jepang selalu mencatatkan surplus selama ini digunakan kode HS nasional perdagangannya ke dunia. Pada periode Indonesia dalam aplikasi SKA Form IJ- 2001-2010, EPA. Indonesia Minimnya sosialisasi nilainya dengan Jepang bervariasi, surplus dengan meskipun perdagangan Jepang tertinggi mengenai dicatat pada tahun 2007 mencapai fasilitas IJ-EPA dirasakan oleh 20,5% USD 17,11 miliar meskipun tren neraca responden yang menganggap sebagai perdagangan cenderung landai. Pada kendala penerbitan tahun 2006 terjadi lonjakan surplus SKA Form IJ-EPA di berbagai daerah. perdagangan yang meningkat sebesar Hal ini terkait dengan masih adanya 45% dibandingkan periode yang sama pelaku usaha yang tidak mengetahui tahun sebelumnya, naik dari USD keberadaaan kesepakatan perdagangan 11,14 miliar pada tahun 2005 menjadi bebas IJ-EPA, tarif preferensi IJ-EPA, dan USD16,22 miliar pada tahun 2006. dalam proses persyaratan serta prosedur penerbitan SKA. Berdasarkan pengelompokkan golongan barang, neraca perdagangan migas Indonesia-Jepang cenderung menun- Dampak Implementasi Kesepakatan jukkan peningkatan surplus selama kurun Perdagangan Bebas IJ-EPA terhadap waktu 2004-2010 sebagaimana yang Kinerja Perdagangan Indonesia dan ditunjukkan dalam Gambar 4. Surplus Jepang perdagangan migas tertinggi terjadi Pada nerja Jepang periode perdagangan menunjukan 2001-2010, Indonesia ki- pada tahun 2008 dengan nilai sebesar dan USD 13,7 milliar. Sementara itu, neraca kecenderungan (tren) peningkatan dalam nilai per- perdagangan non-migas Indonesia- Jepang tahun 2004-2010 cenderung Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 29 12.8 Pernah Mendengar Pemahaman Pemahaman tentang Tarif tentang Preferensi IJ-EPA Persyaratan dan Prosedur Penerbitan SKA Form IJ-EPA Tidak Tahu 50.00 18.00 45.00 16.00 40.00 14.00 US$ Miliar 35.00 12.00 30.00 10.00 25.00 8.00 20.00 6.00 15.00 10.00 4.00 5.00 2.00 - US$ Miliar Pemahaman tentang Kesepakatan Perdagangan Bebas IJ-EPA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Neraca (RHS) 9.02 8.32 7.64 9.38 9.88 11.14 16.22 17.11 12.61 8.73 8.82 Ekspor 14.42 13.01 12.05 13.60 15.96 18.05 21.73 23.63 27.74 18.57 25.78 Impor 5.40 Total Perdagangan 19.81 17.70 16.45 17.83 22.04 24.96 27.25 30.16 42.87 28.42 42.75 4.69 4.41 4.23 6.08 6.91 5.52 6.53 15.13 9.84 - 16.97 Gambar 3. Perdagangan Indonesia-Jepang Tahun 2001-2010 Sumber: World Bank (2011), diolah Puska Daglu, BP2KP 2011 fluktuatif, mengalami kenaikan dari tahun defisit perdagangan sebesar USD 1,1 2004 hingga mencapai puncaknya pada miliar dan kembali mengalami surplus tahun 2006. Kemudian terjadi penurunan perdagangan pada tahun 2009 yang hingga pada tahun 2008 mengalami selanjutnya defisit pada tahun 2010. 20.0 18.0 17.1 16.2 16.0 13.7 12.6 14.0 11.1 US$ Miliar 12.0 10.0 8.0 9.9 10.5 9.5 8.7 8.5 7.6 6.7 6.6 8.8 9.2 Migas 6.6 Non Migas 6.0 4.0 Total 2.3 2.7 2.2 2.0 0.0 -2.0 -0.4 -1.1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 4. Neraca Perdagangan Migas dan Non-migas Indonesia-Jepang Tahun 2004-2010 Sumber: BPS (2011), diolah Puska Daglu, BPPKP, Kemendag, 2011 30 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 Ditinjau dari perkembangan perdagangan migas Indonesia ekspor Indonesia Komposisi ekspor produk migas dan mendominasi hampir 100% dari total non-migas Indonesia ke Jepang memiliki perdagangan migas dengan Jepang. komposisi yang Surplus perdagangan Indonesia untuk sepanjang tahun migas tertinggi selama periode 2004- rata ekspor Indonesia ke Jepang pada 2010 terjadi pada tahun 2008 dengan periode 2005-2010, terdiri dari 56% nilai sebesar USD 13,7 miliar. produk non-migas (USD 12,2 miliar) dengan produk keuangan global (World Bank, 2011, Jepang, Meskipun ekspor diolah Puska Daglu, BP2KP, 2011). hampir berimbang 2004-2010. Rata- non-migas dan 44% produk migas (USD 9,4 miliar). Indonesia cenderung meningkat dari Rata-rata pertumbuhan ekspor non- tahun ke tahun selama periode 2004- migas selama tahun 2005-2010 cukup 2010, namun pada tahun 2008 dan 2010 bervariasi, dengan nilai sebesar 13,15% nilainya tidak dapat mengimbangi impor per tahunnya. Sementara, rata-rata non-migas Indonesia dari Jepang. Impor pertumbuhan ekspor migas Indonesia non-migas Indonesia dari Jepang pada ke Jepang periode 2005-2010 sebesar tahun 2008 meningkat lebih dari dua kali 9,21% per tahun. lipat dari tahun sebelumnya sedangkan ekspornya hanya mampu tumbuh 5%. Kenaikan ekspor migas Indonesia ke Jepang lebih disebabkan oleh kenaikan harga migas di pasar dunia, di mana Perkembangan Ekspor Indonesia ke volume Jepang tren menurun. Ekspor produk migas Rata-rata pertumbuhan ekspor Indonesia memiliki ekspor Indonesia didominasi oleh ekspor gas Indonesia ke Jepang pada tahun 2001- terutama (hampir 100% adalah Liquid 2010 sebesar 7,85% per tahun. Meskipun Natural Gas (LNG)) dengan rata-rata imbas krisis keuangan global pada pangsa ekspor gas Indonesia ke Jepang pertengahan tahun 2008 menurunkan mencapai 60 % dari total ekspor produk ekspor secara dramatis di tahun 2009 migas Indonesia ke Jepang. dengan nilai sebesar USD 9,17 Miliar Berdasarkan sektor, ekspor produk (33%). Pada tahun 2010 ekspor Indonesia non-migas Indonesia ke Jepang di- mengalami pemulihan meskipun tidak dominasi oleh ekspor produk industri. sebesar nilai ekspor sebelum krisis Pada global terjadi, di mana ekspor Indonesia pangsa ekspor produk industri sebesar ke Jepang naik sebesar 38% (USD 68,38% dari total ekspor non-migas, 7,21 Miliar). Selama periode 2001-2010 tetapi pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi industri pada tahun 2010 sebesar 38% yang dengan pertumbuhan ekspor dari sektor menunjukkan pemulihan akibat krisis tambang. tahun 2005-2010 rata-rata secara umum pangsa produk cenderung menurun diikuti Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 31 Adapun produk industri Indonesia Tembaga, Nikel dan Batubara, di mana yang paling banyak diekspor ke Jepang produk-produk pada tahun 2010, antara lain Mate bahan baku untuk industri Metalurgi di Nikel, TSNR 20, produk Tembaga Jepang. yang sudah produk Wiring dimurnikan, Alumunium, Harness Kendaraan Perkembangan Impor Indonesia dari Jepang Bermotor, Kertas tanpa Serat, Ban untuk Kendaraan merupakan Plywood, Printer-copier, untuk tersebut Pelek impor Indonesia naik sebesar 20,1% per dan Penutup untuk Otomotif, Produk tahun, meskipun pada tahun 2000-2003 Perabotan Kayu Lainnya (Furnitur) dan impor Indonesia dari Jepang menunjukan Sak dan Kantong (termasuk cone) dari penurunan nilai impor. Pertumbuhan Polimer Etilena (Barang dari Plastik). impor Indonesia dalam satu dekade Berdasarkan Bermotor, Pada periode 2001-2010 rata-rata (2011), tersebut cenderung fluktuatif. Pada tahun ekspor produk hasil pertanian tertinggi 2008 Indonesia mencatat lonjakan impor ke Jepang tertinggi pada tahun 2010 dari Jepang, di mana impor Indonesia berasal dari produk Udang Kecil dan tumbuh sebesar 131% (USD 8,6 Miliar) Udang USD dibandingkan dengan tahun 2007 (World 303 juta. Ekspor tersebut merupakan Bank, 2011 diolah Puska Daglu, BP2KP, 68% dari total ekspor hasil pertanian 2011). Biasa, data yaitu BPS sebesar Indonesia. Selain itu, ekspor hasil laut Lebih dari 99 % impor Indonesia dari seperti Ikan Tuna, Skip Jack, Sardines, Jepang merupakan produk non-migas. Teripang, Mutiara Alam, Rumput Laut, Pada tahun 2004-2010 impor non-migas juga merupakan porsi yang penting Indonesia dari Jepang tumbuh secara dalam fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan menyusun ekspor produk pertanian ke Jepang. 30% per tahunnya. Mayoritas impor Untuk ekspor produk pertambangan migas Indonesia dari Jepang sepanjang menunjukkan tren peningkatan, akibat periode 2006-2010 adalah hasil minyak dari bumi dengan rata-rata pertumbuhan peningkatan harga komoditas tambang di dunia dan peningkatan sebesar 9,23%. volume ekspor. Ekspor hasil tambang Impor non-migas Indonesia dari Indonesia ke Jepang antara lain Bijih Jepang Tembaga dan Konsentratnya (49%), oleh produk industri dengan rata-rata Batubara untuk bahan bakar (24%), pertumbuhan sebesar 30,6% selama Batubara lainnya (23%), Bijih Nikel periode 2006-2010 dan pertumbuhan (1,7%) dan Batubara Antrasit (0.14%). tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar Ekspor produk tambang ke Jepang 128,8%. Peningkatan impor produk sangat terkonsentrasi pada Mineral industri pada tahun tersebut disumbang 32 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 hampir 100 % didominasi oleh kenaikan impor produk Tali Sepatu Bermotor pos tarif 87.01 hingga 87.05, Boot, Pipa Bor Belum Jadi (green pipe) Bagian yang Cocok untuk Penggunaan dengan yield strength < 75.000 Psi dan Terpisah atau dengan Mesin pos tarif Ujungnya Belum Dikerjakan, Bagian dari 84.07 Motor > 1,5 kW tapi tidak lebih dari 75 Elektronik kW, Bagian Dari Decoder, dan Display Digital, Panel Datar (termasuk Luminescence, Bermotor Lainnya terutama Dirancang Plasma, dan Teknologi Lainnya (HS 10 untuk digit). yang dimaksud pos 87.02) termasuk atau 84.08, dan dan Sirkuit Terpadu Microassemblies: Mobil dan Pengangkutan Kendaraan Orang (selain Pada tahun 2010 sebagian impor Station Wagon dan Mobil Balap dengan produk industri Indonesia dari Jepang Kapasitas Silinder > 1.500 cc. Pasca merupakan produk Kendaraan Bermotor implementasi IJ-EPA beberapa produk dalam Tidak Jepang mengalami peningkatan ekspor Lengkap (incompletely knocked down, ke Indonesia. Adapun produk-produk IKD) dari pos 8704 dengan 5 ton < yang melonjak dalam ekspor Jepang Massa Total <=24 ton, Damper dirancang ke untuk penggunaan bukan di jalan raya yang Tidak Terspesifikasi, Kendaraan dengan massa total > 24 ton: Lain-lain, Bermotor untuk Pengangkutan Barang Sekop mekanik, eksavator dan shovel di luar pos tarf 8704.10 dengan CI Mesin loader: Mesin yang berputar 360º diatas Piston Pembakaran Internal (Diesel/Semi bangunan, Kendaraan Bermotor Selain Diesel) Massa Total > 20 ton, Gear Box Sedan dengan Sistem Gardan Tunggal dan Bagiannya dari Kendaraan Bermotor (4 x 2) IKD, dan Keadaan Terbongkar dari pos tarif 87.01-87.05, Bagian yang Tidak Lengkap (incompletely knocked Cocok down, IKD) dengan Massa Total > 24 Terutama dengan Mesin dari pos tarif ton (HS 10 Digit). 84.26/84.29/84.30 (di luar pos tarif Keadaan Terbongkar Indonesia, untuk yakni Produk-produk Digunakan Tersendiri/ 8431.41-8431.43), dan Sirkuit Terpadu Pola Ekspor dan Impor Indonesia- Elektronik Lainnya selain Pengeras Jepang Pasca Implementasi Kese- Suara/Memori/Prosesor dan Kontroler. pakatan Perdagangan Bebas IJ-EPA Dari sisi Jepang, penerapan ke- Khusus produk yang tergolong ke dalam kategori industri manufaktur sepakatan perdagangan bebas IJ-EPA berdasarkan ISIC Revision 3 dengan menyebabkan perubahan pola ekspor HS 6 digit, pada tahun 2007 ekspor Jepang ke Indonesia (impor Indonesia Jepang ke Indonesia didominasi oleh dari Jepang). Sebelum dilaksanakannya produk kesepakatan perdagangan bebas IJ- Pengangkutan Barang di luar pos EPA, ekspor utama Jepang ke Indonesia tarf 8704.10 dengan CI Mesin Piston berupa Bagian dan Aksesoris Kendaraan Pembakaran Kendaraan Bermotor Internal untuk (Diesel/Semi Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 33 Diesel) Massa Total > 20 ton, Dumpers yang dirancang untuk Komposisi impor produk industri Penggunaan manufaktur Jepang dari Indonesia tidak Jalan Tol, Mesin dengan Suprastrukur menunjukkan suatu pola perubahan, di Bergulir 360°, Gear Box dan Bagiannya mana hal ini sama halnya yang terjadi dari Kendaraan Bermotor dari pos tarif pada impor utama Jepang dari Indonesia 87.01-87.05, dan Bagian dan Aksesoris secara umum. Produk-produk industri Kendaraan Bermotor pos tarif 87.01 manufaktur yang diimpor Jepang dari hingga 87.05. Produk-produk tersebut Indonesia berasal dari industri logam merupakan kebutuhan industri kendaraan dasar bukan besi; industri pengolahan bermotor (otomotif) dan industri mesin minyak bumi; industri lembaran veneer, untuk pertambangan, penggalian dan produsen kayu lapis, laminboard, partikel konstruksi dalam negeri. papan dan panel lainnya; dan industri Setelah IJ-EPA diterapkan, ekspor produk industri manufaktur Jepang ke pengolahan dan pengawetan ikan dan biota perairan lainnya. Indonesia tidak menunjukkan perubahan Dari sisi Indonesia, sebagaimana pola. Produk-produk industri manufaktur telah yang mendominasi ekspor Jepang ke ekspor Indonesia masih tetap sama. Produk- Indonesia ke Jepang tidak menunjukkan produk yang dihasilkan oleh industri besi perubahan pola ekspor baik sebelum dan baja; industri kendaraan bermotor; maupun sesudah IJ-EPA diterapkan. industri bagian dan aksesoris kendaraan Sebagian besar ekspor produk industri bermotor dan mesinnya; industri untuk manufaktur Indonesia ke Jepang berupa mesin penggalian, Mate Nikel, Technically Specified Natural dan konstruksi; dan industri logam Rubber (TSNR), Tembaga yang sudah dasar bukan besi adalah mayoritas dimurnikan, Plywood, Alumunium bukan ekspor Jepang ke Indonesia setelah paduan, dan Mesin Cetak Offset yang diterapkannya IJ-EPA. diproduksi oleh industri logam dasar pertambangan, Berdasarkan produk sebelumnya, industri bahwa manufaktur impor bukan besi; industri pengolahan minyak (ekspor bumi; industri lembaran veneer, produsen Indonesia ke Jepang) baik sebelum kayu lapis, laminboard, partikel papan dan maupun sesudah diterapkannya IJ-EPA panel lainnya; dan industri pengolahan tidak menunjukkan perubahan pola. dan pengawetan ikan dan biota perairan Impor Jepang dari Indonesia masih lainnya. Pangsa terbesar impor produk tetap didominasi oleh produk Natural industri manufaktur Indonesia dari Jepang Gas, Liquefied (HS 2711.11), Copper merupakan Ores & Concentrates (HS 2603.00), kendaraan bermotor dan alat berat. dan Bituminous Coal, Whether /Not Beberapa produk yang dihasilkan oleh Pulverised (HS 2701.12). industri komponen kendaraan bermotor Jepang 34 dari komposisi, dibahas Indonesia Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 produk-produk industri dan industri besi-baja Jepang mengalami peningkatan yang cukup tajam dalam impor Indonesia dari Jepang. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Pemanfaatan Surat Keterangan Asal (SKA) Form IJ-EPA sebagai salah satu kelengkapan dokumen mengalami peningkatan setiap tahunnya selama periode 2008-2010. Produk plastik dan barang plastik, ikan dan udang, dan kayu adalah beberapa produk yang dominan dalam pemanfaatan SKA Form IJ-EPA. Pemanfaatan SKA Form IJ-EPA di beberapa daerah telah menunjukkan kinerja yang optimal, namun juga ada beberapa daerah lainnya yang kinerjanya tidak optimal. Ketidakoptimalan yang terjadi dikarenakan masih adanya penggunaan Form A dalam ekspor ke Jepang. Prosedur dan jangka waktu penerbitan SKA Form IJ-EPA, baik di IPSKA yang telah otomasi maupun sedang dalam proses otomasi, telah seragam. Namun, tidak demikian halnya dalam biaya penerbitan SKA Form IJEPA yang masih beragam di beberapa daerah. Selain itu, terdapat beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh para eksportir dalam proses penerbitan SKA Form IJ-EPA, antara lain keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di berbagai IPSKA, keenganan pencantuman struktur biaya dalam SKA Form IJ-EPA, pemilihan kode HS yang sesuai, dan kurangnya sosialisasi mengenai fasilitas IJ-EPA. Dari segi perdagangan bilateral, kesepakatan perdagangan bebas IJ-EPA berdampak pada perubahan pola impor Indonesia dari Jepang dimana terdapat beberapa produk yang mengalami lonjakan yang signifikan, sebagai contoh adalah produk Kendaraan Bermotor untuk Pengangkutan Barang di luar pos tarif 8704.10 dengan CI Mesin Piston Pembakaran Internal (Diesel/Semi Diesel) Massa Total > 20 ton. Dari segi ekspor, implementasi IJEPA tidak memiliki dampak terhadap perubahan pola ekspor Indonesia ke Jepang. Sosialisasi, seminar, penyebaran brosur dan pamflet, dan publikasi melalui link tertentu dalam situs website instansiinstansi yang terkait untuk mengedukasi dan menyebarluaskan informasi yang terintegrasi tentang IJ-EPA, prosedur penerbitan SKA Form IJ-EPA dan tarif preferensi IJ-EPA merupakan metode penyebarluasan informasi yang dapat dilaksanakann guna meningkatkan efektivitas pemanfaatan SKA dan tarif preferensi. Di samping itu, peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan kapasitas fasilitas infrastruktur yang memadai di berbagai instansi penerbit SKA guna mendukung proses penerbitan SKA sangat diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2011). Data Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Jepang di Indonesia. Badan Pusat Statistik. (2011). Data Ekspor dan Impor periode 20012010. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012 35 Bank Indonesia. (2008). Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Editor: Arifin, Sjamsul; Djaafara, Rizal A; Budiman, Aida S. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. IPB. Diunduh tanggal 27 April 2011 dari http://haryadikamal. wordpress.com/2010/07/23/ dampak-penghapusan-hambatanperdagangan-sektor-pertanianterhadap-kinerja-ekonomi-negaramaju-dan-berkembang/ Dermoredjo, SK., Wahida, Hutabarat, dan Budiman. (2007). Analisis Dampak Penurunan Subsidi Ekspor Negara Maju terhadap Produksi Pertanian Indonesia. Prosiding Seminar Nasional “Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat” 2007. Penyunting: Kedi Suradisastra, Yusmichad Yusdja, Budiman Hutabarat. Bogor: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Lindert, PH and Kindleberger, Charles P. (1986). International Economics, 8th Edition. Homewood, IL: RD Irwin. Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. (2010). Rules of Origin (ROO) dan Certificate of Origin (COO) Dalam Rangka FTA yang Dikuti oleh Indonesia. Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. (2010). Kebijakan Umum Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA). Haryadi, O., Mangara Tambunan, dan Achsani, Noer Azam. (2008). Dampak Penghapusan Hambatan Perdagangan Sektor Pertanian terhadap Kinerja Ekonomi Negara Maju dan Berkembang. Makalah disampaikan dalam Seminar Sekolah Pascasarjana 36 Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, BPPKP Kementerian Perdagangan. (2011). Kajian Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Terhadap Daya Saing Produk Manufaktur Indonesia. Urata, S. dan Kiyota, Kozo. (2005). The Impacts of an East Asia FTA on Foreign Trade in East Asia. International Trade in East Asia, NBER-East Asia Seminar on Economics (Conference September 5-7), 2003, Volume 14. Editors: Ito, Takatoshi., and Rose, Andrew K. Chicago: University of Chicago Press. Diunduh tanggal 20 Mei 2011 dari http://www.nber.org/ chapters/c0195. Takahashi, K dan Urata, Shujiro. (2010). On The Use of FTAs by Japanese Firms: Further Evidence. Business and Politics 12 (1). doi:10.2202/1469--3569.1310. Diunduh tanggal 5 mei 2011 dari http://www.uq.edu.au/isaasiapacific/ content/MarkManger2-3.pdf). World Bank. (2011). World Integrated Trade System (WITS). Diunduh tanggal 6 April 2011dari https://wits. worldbank.org/WITS/WITS/. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012