Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengendalian Internal
2.1.1. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2002), terdapat konsep dasar dari pengendalian
internal, diantaranya :
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengendalian juga merupakan suatu rangkaian tindakan dan
menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari
infrastuktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan
hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh
orang dari setiap jenjang organisasi.
3. Pengendalian intern ditunjukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Menurut tugiman (1995) mendefinisikan pengendalian internal sebagai
berikut :
“ suatu fungsi penilaian independen dalam organisasi dengan tujuan
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang
dilaksanakan”
8
9
Sedangkan menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO)
pada tahun 1992 yang dikutip oleh Mulyadi (2002) pengendalian internal adalah:
“Suatu proses yang dijalankan oleh top manajemen sampai staf
operasional, yang dirancang untuk memberikan jaminan akan
tercapainya tujuan organisasi.”
Kemudian menurut Baridwan (2004) pengertian pengendalian intern
dalam arti yang luas adalah:
“Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua caracara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan didalam
perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik
perusahaan, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu
menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan
lebih dahulu”.
Warren, Reeve dan fees (2005) mendefinisikan pengendalian internal
sebagai berikut:
“Internal Control are the policies and procedures that protect assets
from misuse, ensure that business information are accurate, and ensure
that laws and regulations are being followed”
Pengertian
diatas
dapat
diartikan
bahwa
pengendalian
internal
adalah
pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar bahwa :
a. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha
b. Informasi bisnis akurat
c. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang dijalankan oleh organisasi demi tercapainya
10
tujuan organisasi tersebut. Sistem pengendalian internalnya sendiri dapat berupa
kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.
Komponen-komponen ini saling mempengaruhi untuk menjamin tercapainya
tujuan organisasi.
2.1.2. Komponen Pengendalian Internal
Terdapat lima komponen pengendalian internal menurut Arens, Elder
dan Beasley (2008) yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian (control environment) menekankan pentingnya
nilai etika, disiplin, integritas, budaya organisasi dan keteladanan dalam
pengendalian organisasi.
Lingkungan pengendalian dalam suatu perusahaan (organisasi) terdiri dari
berbagai faktor yaitu :
a.
Integritas dan Nilai-nilai Etika
Adalah produk dari standar tingkah laku dan etis suatu organisasi
bagaimana mereka mengkomunikasikan dan diperkuat dalam praktik.
Mereka meliputi tindakan manajemen untuk memindahkan atau
mengurangi insentif dan godaan yang mungkin membuat karyawan
untuk terlibat dalam hal tidak jujur, tidak sah, atau tindakan tidak
pantas.
b.
Komitmen terhadap Kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas yang mendefinisikan pekerjaan individual.
11
Komitmen untuk kompetensi meliputi pertimbangan manajemen akan
tingkat kompetensi untuk pekerjaan khusus dan bagaimana tingkat
tersebut diterjemahkan ke dalam keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan.
c.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan bentuk tanggung jawab dan
otoritas yang ada, dengan mengetahui bentuk organisasi maka dapat
dilihat bentuk tanggung jawab yang diterapkan.
d.
Perumusan Kewenangan dan Tanggung Jawab
Merupakan kelanjutan dari pengembangan struktur organisasi. Hal ini
menyangkut bagaimana dan kepada siapa tanggung jawab diberikan.
Adanya perumusan kewenangan dan tanggung jawab akan membuat
individu mengetahui (1) bagaimana tindakannya berkaitan dengan
pihak lain dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, dan (2) untuk
hal apa masing masing individu harus bertanggung jawab. Selain itu
organisasi menyusun suatu deskripsi jabatan yang menggambarkan
dengan jelas tugas-tugas spesifik masing-masing jabatan dan
hubungan pelaporannya.
e.
Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Konsep dasar pengendalian intern ialah dipengaruhi dan dilaksanakan
oleh manusia. Oleh karena itu efektif tidaknya struktur pengendalian
internal akan sangat bergantung kepada kebijakan dan praktik tentang
sumber daya manusia yang dianut yang akan menentukan apakah
12
personel organisasi mempunyai integritas yang diharapkan, nilai-nilai
etika dan kompetensi. Praktik-praktik yang sehat mengenai hal ini
menyangkut kebijakan rekrutmen yang baik.
2. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian terdiri atas kebijakan dan prosedur yang diperlukan
untuk meredam risiko dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pada dasarnya
aktivitas pengendalian menekankan pentingnya sinkronisasi semua
kegiatan secara efektif dan tindakan meminimalisasi risiko dari rangkaian
kegiatan. Aktivitas pengendalian yang dikategorikan ke dalam kebijakan
dan prosedur menyangkut:
a. Tinjauan Pelaksanaan Kerja (performance reviews)
Aktivitas pengendalian intern dilaksanakan dengan melaksanakan
tinjauan pelaksanaan kerja, yaitu dengan cara membandingkan antara
pelaksanaan kerja sebenarnya dengan anggaran, peramalan dan periode
tinjauan kerja sebelumnya, serta analisis dan tindakan koreksi yang
telah dilaksanakan.
b. Pengelolaan Informasi (information processing)
Berbagai tindakan pengendalian dilaksanakan dengan memeriksa
tingkat keakuratan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi.
c. Pengendalian Fisik (physical controls)
Aktivitas pengendalian ini dilaksanakan terhadap fisik atas aktiva
untuk menjaga aktiva dari perbedaan perhitungan antara catatan dan
hasil perhitungan fisik, menghindari pencurian aktiva.
13
d. Pemisahan Tugas (segregation of duties)
Tujuan utama pemisahan tugas adalah untuk menghindari timbulnya
kesalahan yang disengaja
3. Penilaian Risiko
Menekankan pentingnya mengukur dan menghadapi risiko yang signifikan
untuk meminimalisasi kerugian bagi organisasi
4. Informasi dan Komunikasi
Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman dan pertukaran informasi
yang jelas tentang peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan
struktur pengendalian internal.
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan (monitoring) adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur
pengendalian internal. Hal itu menyangkut tentang rancangan dan
pelaksanaan operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap
periode waktu tertentu. Pemantauan bisa terjadi atas aktivitas yang sedang
berlangsung. Sebagai contoh, masalah mengenai keterlambatan turunnya
dana kegiatan ekstrakulikuler. Pemantauan juga bisa dilakukan dengan
penilaian akhir periode. Sebagai contoh pengawas sekolah biasanya dapat
menilai pengendalian internal dari laporan kinerja tiap unit kegiatan
ekstrakulikuler.
2.1.3. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan
terhadap lingkungan dan sistem pengendalian yang telah diciptakan oleh
14
organisasi untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan tertentu sudah dapat
tercapai.
Secara umum prosedur pengendalian dapat dikelompokan ke dalam
prosedur sebagai berikut:
1. Otorisasi yang semestinya atas kegiatan yang dilaksanakan
2. Perancangan dan penggunaan dokumen yang memadai untuk membantu
pencatatan akan transaksi atau peristiwa
2.1.4. Aplikasi Pengendalian Internal dalam Sekolah
Pengendalian internal dilakukan oleh seluruh anggota dalam struktural
sekolah dimulai dari Kepala Sekolah, Pembantu Kepala Sekolah (Wakil Kepala
Sekolah), Guru-Guru, Tenaga Administrasi, Komite Sekolah, dan Siswa/i.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh bagian dari sekolah dimulai dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Guru-Guru, Tenaga Administrasi dan Komite Sekolah ikut
merencanakan dan menyusun penyaluran anggaran dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
2. Selain merencanakan dan menyusun anggaran BOS seluruh bagian
sekolah juga dapat saling mengawasi terlaksananya seluruh kebijakan dan
peraturan.
3. Selain dari butir pertama dan kedua pihak sekolah melakukan pembukuan
dan tidak berkeberatan untuk dilakukannya audit oleh lembaga yang
berwenang terhadap seluruh dana yang dikelola oleh sekolah.
15
2.2.
Dana
2.2.1. Pengertian Dana
Penggunaan istilah dana bagi organisasi nirlaba dan institusi pemerintahan
berbeda berbeda dengan istilah dana yang sering digunakan oleh entitas swasta.
Bagi perusahaan komersial dana adalah bagian dari aktivanya yang dicadangkan
karena akan digunakan atau dialokasikan untuk tujuan tertentu. Sedangkan untuk
organisasi nirlaba dan instasi pemerintahan dana adalah suatu entitas akuntansi
tersendiri seperti yang dinyatakan oleh Freeman (2003) yang dikutip oleh
Nordiawan (2007):
“ …a fund in the government and non-profit accounting sense is a selfcontained accounting entity with its own asset, liability, revenue,
expense, and fund balance or other equity accounts.”
Menurut Govermental Accounting Standards Boards (GASB) yang
dikutip oleh Nordiawan (2007) definisi dana adalah sebagai berikut:
“A fund a fiscal and accounting entry with a self-balancing set of
accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances, and changes therein,
which are segregated for the purpose of carrying on specific activities or
altaining certain objectives in accordances with special regulation,
restrictions or limitations.”
Dengan demikian yang diartikan dengan dana berbeda dengan kas atau
dana sumber lainnya bersifat sempit, karena dana mencakup:
1. Kesatuan fiskal dan akuntansi yang berdiri sendiri
2. Terdapat sekumpulan rekening (set of accounts) untuk mencatat mutasi
kas atau sumber-sumber lainnya yang bersifat saling berimbang dengan
16
melakukan pencatatan terhadap semua transaksi, baik harta, hutang,
modal, pendapatan, dan pengeluaran.
3. Mempunyai tujuan penggunaan tertentu
4. Ada ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang mengatur bagi
pembentukan dana dan penggunaannya serta pembatas-batasannya.
2.2.2. Penggolongan Dana
Menurut Nordiawan (2007) dari kesatuan dana dana yang dimiliki oleh
sektor publik, dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1.
Dana yang bisa dibelanjakan (expendable fund) dana yang disediakan
untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (unexpendable fund), dana yang
dipisahkan
untuk
aktivitas-aktivitas
yang
bersifat
bisnis,sebagai
pendukung expendable fund.
2.3.
Bantuan Operasional Sekolah
Berikut ini dijelaskan ini mulai dari pengertian Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) sampai dengan tata tertib yang di terbitkan oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Petunjuk
Teknis Penggunaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Dana Bantuan
Operasional Sekolah Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 69 tahun 2009
17
2.3.1. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009,
standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian
dari keseluruhan dan pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan
kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional
Pendidikan.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
2.3.2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun
yang bermutu.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan
SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah,
kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah
bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan
SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan
nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih;
18
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
2.3.3. Sasaran Program dan Besar Bantuan
Sasaran
program
BOS
adalah
semua
sekolah
SD/SDLB
dan
SMP/SMPLB/SMPT, termasuk SD-SMP Satu Atap (SATAP) dan Tempat
Kegiatan Belajar Mandiri (TKB Mandiri) yang diselenggarakan oleh masyarakat,
baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Besar biaya satuan
BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung berdasarkan jumlah
siswa dengan ketentuan:
1. SD/SDLB
: Rp 580.000,-/siswa/tahun
2. SMP/SMPLB/SMPT/SATAP : Rp 710.000,-/siswa/tahun
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaiutu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, Oktober-Desember. Pada tahun
anggaran 2013, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode
Januari sampai dengan Desember 2013, yaitu Triwulan I dan II tahun
anggaran 2013 tahun ajaran 2012/2013 dan Triwulan III dan IV tahun
anggaran 2013 tahun ajaran 2013/2014.
2.3.4. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah
Sekolah-sekolah yang mendapat dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) adalah sebagai berikut:
19
1. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT negeri wajib
menerima dana BOS;
2. Semua sekolah swasta yang telah memiliki izin operasi dan tidak
dikembangkan menjadi bertaraf internasional wajib menerima dana BOS.
Sekolah swasta yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua
siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan
pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut;
3. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT negeri dilarang
melakukan pungutan kepada orang tua/wali siswa;
4. Untuk
SD/SDLB
swasta
dan
SMP/SMPLB/SMPT
swasta,
yang
mendapatkan bantuan pemerintah dan/atau pemerintah daerah pada tahun
ajaran berjalan, dapat memungut biaya pendidikan yang digunakanhanya
untuk memenuhi kekurangan biaya investasi dan biaya operasi;
5. Semua sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah;
6. Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperbolehkan memungut dana dari
orang tua siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya investasi
dan biaya operasi yang diperoleh dari pemerintah dan/atau pemerintah
daerah dengan persetujuan pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan
Komite Sekolah;
7. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali
siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya yang diperlukan
oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uang dan/atau barang/jasa yang
20
bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan
jumlah maupun jangka waktu pemberiannya;
8. Pemda harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang
dilakukan
oleh
sekolah
dan
sumbangan
yang
diterima
dari
masyarakat/orang tua/wali siswa tersebut mengikuti prinsip nirlaba dan
dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas;
9. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan
oleh sekolah apabila sekolah melanggar peraturan perundang-undangan
dan dinilai meresahkan masyarakat.
2.3.5. Program Bantuan Operasional Sekolah dan Wajib Belajar 9 Tahun
yang Bermutu
Meskipun tujuan utama program BOS adalah untuk pemerataan dan
perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
Melalui program BOS yang terkait pendidikan dasar 9 tahun, setiap pengelola
program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan
dasar 9 tahun yang bermutu;
2. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada siswa miskin putus
sekolah karena alasan finansial seperti tidak mampu membeli baju
seragam/alat tulis sekolah dan biaya lainnya;
3. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapat melanjutkan ke
tingkat SMP;
21
4. Kepala sekolah SD/SDLB menjamin semua siswa yang akan lulus dapat
melanjutkan ke SMP/SMPLB;
5. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
6. Kepala sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
7. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah.
Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat ikhlas, tidak
terikat
waktu
dan
tidak
ditetapkan
jumlahnya,
serta
tidak
mendiskriminasikan mereka yang tidak memberikan sumbangan.
2.3.6.
Program Bantuan Operasional Sekolah dan Manajemen Berbasis
Sekolah
Dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana diterima oleh
sekolah secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan Komite
Sekolah dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang secara umum bertujuan
untuk memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, pemberian
fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya sekolah, dan
mendorong partisipasi warga sekolah juga masyarakat untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.
Melalui
program
BOS
warga
sekolah
diharapkan
mengembangkan sekolah dengan memperlihatkan hal-hal berikut:
dapat
lebih
22
1. Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan dan akuntabel.
2. Sekolah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4
tahunan.
3. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS
merupakan bagian integral dari RKAS tersebut.
4. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan
pendidik setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan
disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/kota (untuk sekolah negeri)
atau yayasan (untuk sekolah swasta).
2.3.7. Tugas dan Tanggung Jawab Sekolah
Dalam penyaluran penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
sekolah mempunyai beberapa tugas dan tanggung jawab, yaitu sebagai berikut:
1. Mengisi dan menyerahkan Laporan Kerja Individu Sekolah (LKIS) ke
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
2. Melaporkan perubahan data jumlah siswa setiap triwulan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
3. Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada
4. Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan
5. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan tidak boleh dibiayai oleh
dana BOS di papan pengumuman sekolah
23
6. Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan
rencana penggunaan dana BOS di papan pengumuman sekolah yang
ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara, dan Komite Sekolah
7. Membuat laporan triwulanan penggunaan dana BOS dalam barang/jasa
yang dibeli oleh sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah,
Bendahara dan Ketua Komite Sekolah
8. Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.
2.3.8. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus didasarkan
pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Kepala Sekolah, Dewan Guru,
dan Komite Sekolah. Dana BOS harus didaftar sebagai salah satu sumber
penerimaan di samping dana yang diperoleh dari Pemerintah Daerah atau sumber
lain yang sah. Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah
menggunakan dana tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pembelian atau pengadaan buku teks pelajaran. Jenis buku yang dibeli
untuk Sekolah Dasar (SD) adalah satu buku, yaitu Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan, sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 2 buku yaitu (a) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
dan (b) Seni Budaya dan Keterampilan. Jika buku yang dimaksud belum
ada disekolah atau belum mencukupi jumlah siswa, maka sekolah wajib
membeli sebanyak jumlah siswa. Jika jumlah buku telah terpenuhi satu
siswa satu buku, baik yang telah dibeli dari dana Bantuan Operasional
24
Sekolah (BOS) maupun dari Pemerintah Daerah, maka sekolah tidak harus
menggunakan dana BOS untuk pembelian buku tersebut. Selain daripada
itu, dana BOS juga boleh untuk membeli buku teks pelajaran lainnya yang
belum mencukupi sejumlah siswa.
2. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu
biaya pendaftaran, pengadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan
pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan, serta
kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya
untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka
penerimaan siswa baru)
3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan,
pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja,
pramuka, palang merah remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan
sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam
pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa atau guru dalam rangka
mengikuti lomba, membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya
pendaftaran mengikuti lomba)
4. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa (misalnya pengadaan soal, honor koreksi ujian dan
honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa)
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil,
spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,
25
langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk
kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor.
6. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet,
termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar
sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika
sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di
sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset
7. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecatan, perbaikan atap bocor,
perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan lantai
ubin/keramik, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan
honorer.
9. Pengembangan profesi guru seperti pelatihan. Khusus untuk sekolah yang
memperoleh hibah pengembangan atau sejenisnya pada tahun anggaran
yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk hal yang
sama.
10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi
masalah biaya transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis,
dapat juga membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang
inventaris sekolah (misalnya sepeda)
11. Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK termasuk
tinta printer, CD dan flash disk), surat-menyurat, insentif bagi bendahara
dalam rangka penyusunan laporan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
26
dan biaya Transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di
Bank/PT.Pos
12. Pembelian komputer dan printer untuk kegiatan belajar siswa masingmasing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran
13. Bila seluruh komponen 1 s.d 12 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari
BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat
digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik,
peralatan UKS dan mebeler sekolah.
2.3.9. Larangan Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Menurut Petunjuk Teknis Penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2013) penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah tidak
diperkenankan untuk:
1. Disimpan dengan maksud dibungakan
2. Dipinjamkan kepada pihak lain;
3. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS);
4. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan
biaya besar, misalnya studi banding, tur studi (karya wisata) dan
sejenisnya;
5. Membayar
iuran
kegiatan
yang
diselenggarakan
oleh
UPTD
Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya, kecuali
untukmenanggung biaya siswa/guru yang ikut serta dalam kegiatan
tersebut;
27
6. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;
7. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/siswa untuk kepentingan
pribadi (bukan inventaris sekolah), kecuali untuk siswa penerima BSM;
8. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat;
9. Membangun gedung/ruangan baru;
10. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran;
11. Menanamkan saham;
12. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah
pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar;
13. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi
sekolah, misalnya membiayai iuran dalam rangka perayaan hari besar
nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan;
14. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/
pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang
diselenggarakan
lembaga
di
luar
SKPD
Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2.3.10. Tata Tertib Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Tata tertib pengelolaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
adalah sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa
2. Mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara transparan
dan bertanggung jawab
28
3. Mengumumkan hasil pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh
sekolah di papan pengumuman sekolah yang harus ditandatangani oleh
Komite Sekolah
4. Menginformasikan secara tertulis rekapitulasi penerimaan dan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada orang tua siswa setiap
semester bersamaan dengan pertemuan orang tua siswa setiap semester
pada saat penerimaan raport.
5. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana
yang dikelola oleh sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari
sumber lain
6. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada peserta
didik di sekolah yang bersangkutan.
Apabila sekolah tersebut melanggar ketentuan atau tata tertib yang telah
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian
Pendidikan Nasional maka sekolah tersebut akan mendapatkan sanksi, sanksi
terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan Negara dan/atau
sekolah dan/atau siswa akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang.
Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam
berbagai bentuk, misalnya:
1. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undangundang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi
kerja).
29
2. Penerapan
tuntutan
pembendaharaan
dan
ganti
rugi,
yaitu
pengembalian dana BOS yang terbukti disalahgunakan kepada satuan
pendidikan atau ke kas Negara.
3. Penerapan proses hukum yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan
dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan
penyimpangan dana BOS.
4. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan
pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada
Kabupaten/Kota, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan
secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi,
kelompok, atau golongan.
2.4.
Prestasi Sekolah
Prestasi sekolah dapat diartikan kemampuan sekolah yang telah dicapai
dan dapat diukur. Prestasi sekolah dapat dibagi menjadi dua,yaitu:
1. Prestasi akademik, yang dapat diukur dengan melihat prestasi akademik
siswa serta ranking sekolah dan juga kenaikan cluster dari sekolah itu
sendiri
2. Prestasi non-akademik, yang dapat diukur dengan adanya pencapaian
kejuaran dan kreatifitas siswa diluar akademik serta pencapaian sekolah
dari aktivitas lainnya serta penghargaan yang diberikan kepada sekolah itu
sendiri.
30
2.5.
Kerangka Pemikiran
2.5.1. Keterkaitan Pengendalian Internal atas Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dengan Prestasi Sekolah
Dalam keterkaitan pengendalian internal atas dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dengan prestasi sekolah tidak lepas dari tugas dan tanggung jawab
sekolah dalam pelaksanaannya serta penggunaan dana BOS itu sendiri. Apabila
dikaji kembali pelaksanaan yang dijalankan sudah dijalankan dengan baik serta
penggunaan dana BOS dengan tepat sasaran akan berdampak pada terpenuhinya
segala kebututan sekolah dan memberikan pengaruh langsung terhadap seluruh
kegiatan di dalam sekolah tersebut baik dari sarana prasarana, kegiatan belajar
mengajar, kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainya yang di danai oleh dana
BOS tersebut.
Kewajiban untuk menempuh pendidikan minimal pendidikan dasar (SDSMP) yang biasa disebut wajib belajar 9 tahun membuat setiap warga negara yang
berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Wajib belajar 9 tahun tidak
dengan mudah dapat dilaksanakan karena masih banyaknya warga negara yang
masih berada di bawah garis kemiskinan. Agar wajib belajar ini dapat terlaksana
bagi seluruh warga negara maka pemerintah mulai bulan Juli 2005 memulai
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimaksudkan membantu biaya
operasional agar seluruh warga negara dapar mendapatkan pendidikan dasar tanpa
dipungut biaya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 69 Tahun 2009,
standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk
31
membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian
dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan
kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional
Pendidikan. Bantuan Operasional sekolah adalah :
“Program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan
biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana
program wajib belajar”
Menurut Kusno dan Suib (2013) menyatakan Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) adalah suatu kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi kebijakan dalam perluasan dan pemerataan akses pendidikan,
khususnya dalam mendukung program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar
Dikdas) sembilan tahun. BOS merupakan implementasi dari Undang Undang
Nomor 20 tahun 2003 pasal 34 ayat 2 yang menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya serta wajib belajar merupakan tanggung
jawab Negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dari pemerintah
daerah dan masyarakat.
Sedangkan menurut Latief (2010) menyatakan BOS adalah dana dari
pemerintah pusat untuk memenuhi semua kebutuhan sekolah. Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) tersebut tidak dapat dengan mudah digunakan karena
masih banyaknya penyimpangan yang terjadi dari mulai penyampaian ke Dinas
Pendidikan sampai dengan penyampaian ke sekolah-sekolah, tidak hanya itu saja
masih banyak sekolah-sekolah yang tidak transparan dalam menjelaskan dana
32
BOS yang ada, sehingga dibutuhkan pengendalian internal sekolah terhadap dana
tersebut, agar dana tersebut dapat berguna bagi peningkatan prestasi sekolah baik
bidang akademik maupun non-akademik.
Seperti yang terjadi pada 2009, di Gunungkidul, Bantul, dan Magelang,
dana BOS diselewengkan. Sebagaimana temuan Badan Pemeriksaan Keuangan
(BPK) RI, 2009, di Gunungkidul BOS disalurkan secara tidak tepat di 12 sekolah
dasar (SD) dan 13 sekolah menengah pertama (SMP). Menurut Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) 2009 BPK itu, terdapat 48 sekolah yang sampai hati
melakukan pungutan liar (pungli) terhadap siswa. Pungutan itu dibedakan menjadi
iuran rutin bulanan menyerupai SPP dan iuran sukarela yang dikenakan
berdasarkan kebutuhan sekolah dengan model pembayaran diangsur. Ironisnya,
jumlah nominal iuran itu tidak membedakan antara siswa dari kalangan miskin
dan golongan mampu, alias pukul rata.
Berdasarkan pengakuan para siswa, sekolah berdalih terpaksa menarik
sumbangan dan pungutan lantaran dana BOS tidak mencukupi pembiayaan
pendidikan. Pengakuan sekolah itu tentu saja sangat kontras. Pasalnya, untuk
daerah Gunungkidul, selain memperoleh BOS yang bersumber dari pemerintah
pusat pada 2008, pemerintah kabupaten (pemkab) setempat juga telah
memberikan subsidi pendidikan senilai Rp80.000 hingga Rp180.000/siswa/tahun.
Contoh manipulasi lain adalah kuitansi percetakan soal ujian sekolah di
bengkel AC mobil oleh SDN 012 RSBI Rawamangun. SPJ dana BOS sekolah ini
ternyata menggunakan meterai yang belum berlaku. Bahkan lebih parah lagi, BPK
tidak menemukan adanya SPJ dana BOS 2008 karena hilang tak tentu rimbanya.
33
Secara umum, berdasarkan audit BPK atas pengelolaan dana BOS tahun anggaran
2007 dan semester I 2008 pada 3.237 sekolah sampel di 33 provinsi, ditemukan
nilai penyimpangan dana BOS lebih kurang Rp28 miliar. Penyimpangan terjadi
pada 2.054 atau 63,5% dari total sampel sekolah itu. Rata-rata penyimpangan
setiap sekolah mencapai Rp13,6 juta. Penyimpangan dana BOS yang terungkap
antara lain dalam insentif guru PNS.
Dapat disimpulkan bahwa akibat kurangnya pengendalian internal yang
memadai dan pengawas dari berbagai komponen komponen di dalamnya seperti
kepala sekolah, komite sekolah, guru-guru, tata usaha, dan seluruh bagian yang
beperan serta dalam dana bos tersebut terdapat banyak sekali penyelewengan dan
penyalahgunaan penggunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan
berimbas pada kemajuan pendidikan di Indonesia dan khususnya pada sekolah
yang melakukan penyelewengan yang berdampak pada pertasi sekolah tersebut
dan tidak tercapainya tujuan BOS itu sendiri
Pengendalian Internal sendiri menurut Dithisari dan Nasution (2008)
dalam jurnalnya adalah :
”suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya suatu organisasi. Pengendalian internal
berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi adanyan
penggelapan dan melindungi sumber daya organisasi baik berwujud
maupun yang tidak berwujud”
Sedangkan menurut Rahmawati (2009) pengendalian internal merupakan
sistem dan prosedur yang digunakan perusahaan atau organisasi untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang diinginkan.
34
Berdasarkan
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
penggunaan dana bantuan Operasional Sekolah (BOS) dibutuhkan pengendalian
internal dari sekolah, karena pengendalian internal sekolah yang baik akan
membuat penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah menjadi lebih terarah,
lebih terawasi, dan lebih jelas dalam pemakaiannya, sehingga akan membantu dan
meningkatkan prestasi sekolah baik akademik maupun non akademik.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati (2009),
pengendalian internal secara signifikan berperan terhadap pengaturan penerimaan
dan pengeluaran kas dana pensiun PT.Taspen. Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis yaitu dari objek yang diteliti. Objek yang diteliti
dalam penelitian sebelumnya adalah penelitian pada penerimaan dan pengeluaran
kas dana pensiun sedangkan objek yang diteliti oleh penulis adalah penelitian
pada penggunaan dana BOS, disamping itu tempat surveynya pun berbeda jika
penulis terdahulu mengadakan penelitian di PT.Taspen (Persero) Cabang
Surakarta sedangkan penelitian yang akan dilakukan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 36 untuk melihat pengendalian internalnya.
35
Dari uraian diatas maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran
yaitu sebagai berikut (Gambar 1.1):
Wajib Belajar 9 Tahun
UU. No.20 Tahun 2003
Program BOS
Penyimpangand dalam
penggunaan dana BOS
Mewajibkan adanya
pengendalian internal pada
penggunaan dana BOS
Lingkungan
pengendalian
pada
penggunaan
dana BOS
Penilaian
risiko pada
penggunaan
dana BOS
Aktivitas
pengendalian
pada
penggunaan
dana BOS
Informasi dan
komunikasi
pada
penggunaan
dana BOS
Tujuan sekolah yaitu
tercapainya prestasi
sekolah yang baik
Hipotesis
Gambar 1.1
Bagan Kerangka Pemikiran
Pemantauan
pada
penggunaan
dana BOS
36
2.6
Hipotesis Penelitian
H0
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan adanya
pengendalian internal penggunaan dana bantuan operasional
sekolah terhadap prestasi sekolah
H1
: Terdapat pengaruh yang signifikan dengan adanya pengendalian
internal penggunaan dana bantuan operasional sekolah terhadap
prestasi sekolah
Download