BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.1 Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk pada dasarnya erat kaitannya dengan perilaku konsumen. Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.2 Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penetuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen itu (1) proses pengambilan keputusan, dan (2) kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa ekonomis.3 1 Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen edisi ketujuh, ( Jakarta : Indeks, 2008 ) hlm 485 2 John C.Mowen/Michael Minor , Perilaku Konsumen Jilid I (Jakarta : Erlangga, 2002) hlm 6 3 Basu Swastha Dharmmesta, Hani Handoko, Manajemen Pemasaran analisis Perilaku Konsumen edisi Pertama (Yogyakrta : BPFE-Yogyakarta, 2014) hlm 10 13 14 a. Proses Keputusan Pembelian Para pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi para pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai cara konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus, pemasar harus mengindentifikasi orang yang membuat keputusan pembelian, jenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian4 1) Peran Pembelian Orang mudah mengidentifikasi pembeli banyak produk. Meskipun demikian, para pemasar harus berhati-hati dalam menetapkan keputusan pembidikan, karena peran pembelian selalu berubah. Kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian, yaitu5 : a) Pencetus : Orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa. b) Pemberi Pengaruh : Orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan. c) Pengambil Keputusan : orang yang megambil keputusan mengenai setiap komponen keputusan pembelian. d) Pembeli : Orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya. hlm 220 4 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi kesebelas jilid 1, (Jakarta : Indeks, 2005) 5 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi kesebelas jilid 1… hlm 221 15 e) Pemakai : Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tertentu. 2) Perilaku Pembelian Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantung pada jenis keputusan pembelian. Henry Assael membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antar merek, yaitu6 : a) Perilaku pembelian yang rumit Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat. Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan besar antar merek. b) Perilaku pembelian Pengurang Ketidaknyamanan Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian, namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan beresiko jika konsumen 6 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi kesebelas jilid 1… hlm 221-222 16 menemukan perbedaan kecil dia mungkin akan membeli semata-mata berdasarkan harga dan kenyamanan. c) Perilaku Pembelian Karena kebiasaan Banyak produk dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaan antar merek yang signifikan. Para konsumen memiliki sedikit keterlibatan pada jenis produk itu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. d) Perilaku pembelian yang mencari variasi Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan peralihan merek. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan-tanggapan. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Empat 17 proses psikologis penting tersebut yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori.7 Pertama, motivasi. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan cukup mampu mendorong seseorang bertindak.8 Kedua, persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Orang mengalami sangat banyak persepsi setiap hari. Kebanyakan orang dapat dibanjiri lebih dari 1500 iklan perhari.9 Ketiga, Pembelajaran. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian perilaku manusia adalah hasil belajar. Teori pembelajaran mengajarkan para pemasar bahwa mereka dapat membangun permintaan atas produk dengan mengaitkannya pada dorongan yang kuat, menggunakan isyarat yang memberikan pendorong atau motivasi dan memberikan pengukuran yang positif.10 Keempat, memori. Semua informasi dan pengalaman yang dihadapi orang ketika mereka mengarungi hidup dapat berakhir 7 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12, ( Jakarta : Indeks, 2007) hlm 226 8 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12…hlm 227 9 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12…hlm 228 10 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12...hlm 230 18 dalam memori jangka panjang. Encording memori merujuk pada bagaimana informasi masuk ke dalam memori.11 b. Tahap-tahap proses pengambilan keputusan Pemasar perlu mengetahui kebutuhan spesifik konsumen yang akan dipuaskannya serta bagaimana menerjemahkan kebutuhan itu ke dalam kriteria pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu produk yang mencangkup sejumlah tahapan yang biasanya dilalui konsumen ketika akan melalui pembelian. Konsumen melalui lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu : pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.12 Skema 2.1 Tahapan dalam Proses Pengambilan Keputusan oleh konsumen Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Evaluasi Pasca Pembelian Sumber : Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12, hlm 235 1) Pengenalan Masalah Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan konsumen adalah pengenalan masalah yang terjadi ketika konsumen melihat suatu masalah yang menimbulkan kebutuhan dan ia termotivasi untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhannya itu. Proses 11 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12… hlm 231 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 85 12 19 dimulai ketika motif (kebutuhan yang belum terpuaskan) menimbulkan ketegangan di dalam diri. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan biogenik yang terangsang dari dalam ( misalnya, orang yang terangsang kebutuhannya biogeniknya akan merasa lapar, haus dan lain sebagainya) atau kebutuhan yang terpendam tidak terlihat sampai ia terangsang dari luar seperti terangsang iklan atau melihat suatu produk.13 Penyebab pengenalan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut14 : a) Persediaan habis/berkurang b) Ketidakpuasan c) Kebutuhan Baru d) Keinginan e) Hubungan produk f) Peran pemasar g) Produk baru 2) Pencarian Informasi Tahap kedua dari proses keputusan pembelian oleh konsumen adalah pencarian informasi. Ketika konsumen melihat adanya masalah atau kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan melalui pembelian suatu produk, maka mereka mulai mencari informasi yang dibutuhkan untuk 13 William J Stanton & Y.Lamarto, Prinsip Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, 1984 ) hlm 164 14 Morissan,MA, 2010, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 87-89 20 membuat keputusan pembelian. Konsumen yang tergugah akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak atas produk yang dapat memenuhi kebutuhannya. Kita dapat membagi informasi ke dalam dua tingkat. Situasi pencarian internal yang lebih ringan dinamakan “perhatian yang menguat”. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk. Jika pencarian internal masih belum memberikan informasi yang cukup, maka konsumen akan mencari tambahan informasi melalui pencarian eksternal yaitu mencari informasi secara aktif. Dalam hal ini, yang harus menjadi perhatian utama pemasar adalah mengetahui sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh setiap sumber terhadap keputusan pembelian.15 Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu : a) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan. b) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko. c) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. d) Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. 15 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu...hlm 93-94 21 Perhatian asosiasi merek yang kemungkinan diciptakan oleh kampanye iklan di media televisi, mencirikan bagaimana para konsumen bisa mengolah iklan tersebut, antara lain16 : a) Beberapa konsumen hampir tidak memperhatikan iklan, sehingga jumlah pengolahan yang dicurahkan untuk iklan sangat rendah dan mengakibatkan lemah atau tidak adanya asosiasi merek. b) Iklan dapat menarik perhatian konsumen, yang mengakibatkan pengolahan yang memadai. Namun, konsumen ini bisa menghabiskan banyak sekali waktunya selama berlangsungnya iklan itu. c) Kelompok konsumen lain bisa tidak hanya memerhatikan iklan, melainkan bisa berfikir tentang bagaimana mereka mendapatkan kesan yang salah dari merek yang diiklankan. 3) Evaluasi alternatif Setelah konsumen mendapatkan informasi yang diperolehnya selama tahap pencarian informasi, maka tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi alternatif. Konsumen harus mengevaluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadaka pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencangkup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merek. Konsumen juga memakai pendapat para 16 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12, ( Jakarta : Indeks, 2007) hlm 232 22 anggota keluarganya dan kelompok acuan lainnya untuk dipakai sebagai tuntunan dalam melakukan evaluasi.17 Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen : pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.18 4) Keputusan Pembelian Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif, konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli. Jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merek, harga, toko, warna dan lain sebagainya. Pengambilan keputusan oleh konsumen pada dasarnya berbeda-beda yang bergantung pada jenis produk yang akan dibeli. 5) Evaluasi Pasca Pembelian Proses keputusan konsumen tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan 17 William J Stanton & Y.Lamarto, Prinsip Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, 1984 ), hlm 164-165 18 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 101 23 pemakaian produk pasca pembelian. Kepuasan membeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Kepuasan terjadi ketika harapan konsumen dapat dipenuhi oleh produk bersangkutan atau bahkan melebihi, ketidakpuasan terjadi ketika kinerja produk berada di bawah harapan.19 c. Struktur Keputusan Membeli Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat beberapa keputusan terlebih dahulu. Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan sejumlah keputusan.20 Setiap keputusan membeli mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen-komponen tersebut adalah : 1) Keputusan tentang jenis produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. 2) Keputusan tentang bentuk produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli produk tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya. 19 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 118 20 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi kesebelas jilid 1, ( Jakarta : Indeks, 2005) hlm 228 24 3) Keputusan tentang merek Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. 4) Keputusan tentang penjualnya Keputusan harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli. 5) Keputusan tentang jumlah produk Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. 6) Keputusan tentang waktu pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. 7) Keputusan tentang cara pembayaran Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Dalam suatu pembelian barang, keputusan yang harus diambil tidak selalu berurutan seperti di muka. Pada situasi pembelian seperti penyelesaian masalah ekstensif, keputusan yang diambil dapat bermula dari keputusan tentang penjual karena penjual dapat membantu merumuskan perbedaan-perbedaan di antara bentuk-bentuk dan merek 25 produk. Ia juga dapat mengambil keputusan tentang saat dan kuantitas secara lebih awal.21 2. Iklan Media Televisi a. Pengertian Iklan Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of nonpersonal communication about an organizaion, product, service, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi non personal mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Adapun maksud “dibayar” pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata ‘nonpersonal’ suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan. Karena itu, sebelum pesan iklan dikirimkan, pemasang iklan harus betul-betul mempertimbangkan bagaimana audiensis akan menginterpretassikan dan memberikan respons terhadap pesan iklan dimaksud.22 21 Basu Swastha Dharmmesta, Hani Handoko, Manajemen Pemasaran analisis Perilaku Konsumen edisi Pertama (Yogyakrta : BPFE-Yogyakarta, 2014) hlm 102-104 22 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 17. 26 Periklanan adalah satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif terhadap pembeli dan masyarakat yang ditargetkan. Periklanan terdiri dari bentuk-bentuk komunikasi non-personal yang dilakukan lewat media bayaran dengan sponsor yang jelas.23 Ada beberapa alasan perusahaan atau pemasang iklan memilih iklan di media massa untuk mempromosikan produknya yaitu iklan di media massa dinilai efisien dari segi biaya untuk mencapai audiensi dalam jumlah yang besar, iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan, keuntungan lain dari iklan melalui media massa adalah kemampuannya untuk menarik perhatian konsumen terutama produk yang iklannnya popular atau sangat dikenal masyarakat.24 b. Tujuan periklanan Tujuan iklan bisa dikelompokkan menjadi tiga macam : untuk menyampaikan informasi, untuk membujuk atau untuk mengingatkan. 1) Iklan informasi secara panjang lebar menerangkan produk dalam tahap rintisan suatu produk untuk menciptakan permintaan pokok atas kategori produk tertentu. 2) Iklan Persuasif (membujuk) menjadi penting dalam persaingan, dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang 23 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran ,Analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian jilid 2 (Jakarta : Erlangga,1988), hlm 279 24 Morissan, MA, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, ( Jakarta : Kencana, 2010) hlm 18-19 27 selektif akan merek tertentu. Kebanyakan iklan termasuk dalam kategori ini. 3) Iklan pengingat sangat penting dalam tahap dewasa suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut.25 Untuk menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu membangkitkan dan mempertahankan konsumen akan produk yang ditawarkan memerlukan adanya daya tarik bagi audiens sasaran. Daya tarik iklan sangat penting karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan audiens.26 Terdapat beberapa tipe pesan iklan yang ditampilkan untuk menimbulkan daya tarik rasional, sehingga mendapat perhatian dari konsumen yang selanjutnya konsumen memproses pesan tersebut, diantaranya27 : a) Actual, berhubungan dengan pengambilan keputusan high involvement, yaitu penerima pesan dimotivasi untuk dapat memproses informasi. b) Potongan kehidupan c) Demonstrasi d) Iklan perbandingan 25 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian jilid 2...hlm 281-282 26 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, ( Jakarta : Kencana, 2008), hlm 254 27 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran …hlm 254 28 c. Pemilihan Media Iklan Media penyampaian pesan iklan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai kepada kelompok audiens yang diinginkan. Oleh karena itu, memilih media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran akan sampai atau tidak. Pemilihan media iklan harus didasarkan pada tujuan penyampaian pesan. Pertama, pemasar harus menentukan sikap target audiens yang akan dituju, misalnya berdasarkan kelompok geografis, demografis seperti umur, pendidikan dan lain-lain. Kedua, pemasar perlu melihat kapan iklan akan ditayangkan atau disampaikan kepada target audiens. Ketiga, durasi tayangan iklan. Pemilihan media untuk menyampaikan pesan iklan memerlukan banyak pertimbangan. Pemilihan media bisa didasarkan atas keterlibatan konsumen dalam proses pembelian terhadap produk yang ditawarkan, kelompok pendengar, radio, penonton televisi, pembaca surat kabar, pembaca majalah, jangkauan media dan biaya. 28 d. Kekuatan Iklan Media Televisi Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masingmasing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Sehingga iklan tampak begitu hidup 28 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, ( Jakarta : Kencana, 2008), hlm 254-255 29 dan nyata. Informasi televisi bisa dilihat, didengar dan gambar yag bergerak, menarik untuk ditonton dan jangkauannya luas.29 Televisi mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya yang mencangkup : 30 1) Daya jangkau luas, penetrasi dewasa ini sudah sangat luas, khususnya televisi yang bersiaran secara nasional. Harga pesawat televisi yang semakin murah dan daya jangkau siaran yang semakin luas menyebabkan banyak orang sudah dapat menikmati siaran televisi. Daya jangkau siaran yang luas ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke wilayah suatu negara. 2) Selectivitas dan Fleksibilitas. Televisi sering di kritik sebagai media yan tidak seletif dalam menjangkau audiensinya sehingga sering dianggap sebagai media yang lebih cocok untuk produk konsumsi massal. Televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen audiensi yang khusus atau tertentu. Namun, sebenarnya televisi dapat menjangkau audiensi tertentu tersebut karena adanya vaiasi komposisi audiensi sebagai hasil dari isi program, waktu siaran, dan cakupan geografis siaran televisi 29 Nugroho J. Setiadi, Perilau Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan PenelitianPemasaran (Jakarta : Kencana, 2008) hlm 255 30 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 240. 30 3) Fokus perhatian. Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audiensi pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audiensi tidak menekan remote controlnya untuk melihat program stasiun televisi lain, maka ia harus menyaksikan tayangan iklan televisi itu satu persatu. 4) Kreativitas dan Efek. Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukkan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. Iklan yang disiarkan televisi dapat menggunakan kekuatan personalitas manusia untuk mempromosikan produknya. 5) Prestise. Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. 6) Waktu tertentu. Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu-waktu tertentu ketika pembeli potesialnya berada di depan televisi. Dengan demikian, pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat target konsumen mereka tidak menonton televisi.31 e. Kelemahan Iklan Media Televisi Disamping mempunyai banyak kelebihan, media televisi juga mempunyai beberapa kelemahan-kelemahan dibandingkan dengan media promosi yang lain, diantaranya : 31 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu ...hlm 240-243 31 1) Biaya Mahal, walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien dalam menjangkau audiensi dalam jumah besar nammun televisi merupakan media paling mahal untuk beriklan. 2) Informasi terbatas, dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30 detik dalam sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap. 3) Selektivitas terbatas, walaupun televisi menyediakan selektivitas audiensi melalui program-program yang ditayangkan dan juga melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang paling tepat bagi pemasang iklan yang ingin membidik konsumen yang sangat khusus atau spesifik jumlahnya relatif sedikit. 4) Penghindaran, kelemahan lain siaran iklan televisi adalah kecenderungan audiensi untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan. Penelitian menunjukkan bahwa audiensi televisi mengunakan kesempatan penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain. 5) Tempat Terbatas, tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam program.32 32 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu...hlm 244-246 32 3. Harga a. Pengertian Harga Dalam teori ekonomi, bahwa harga (price), nilai (value) dan manfaat (utility) merupakan konsep yang saling berkaitan. Manfaat (utility) adalah atribut sebuah item/barang yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan keinginan. Nilai adalah ukuran kuantitatif bobot sebuah produk yang dapat dipertukarkan dengan produk lain. Kegunaan adalah atribut dari sebuah item yang memberikan tingkat kepuasan tertentu pada konsumen.33 Harga adalah nilai yang disebutkan dalam rupiah dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.34 Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayannya.35 Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki, menggunakan produk atau jasa tersebut.36 Variabel harga dalam bauran pemasaran mengacu pada apa yang harus diberikan konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang biasanya menggunakan nilai uang. Harga suatu produk tidak saja 33 Danang Sunyoto, Teori, kuesioner & analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013) hlm 15 34 William J Stanton & Y.Lamarto, Prinsip Pemasaran, (Erlangga : Jakarta, 1984 ) hlm 307-308 35 Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta : Liberty, 2008) hlm 241 36 Philip Kotler, Prinsip-prinsip Pemasaran, ( Jakarta : Erlangga, 1979 ) hlm 439 33 ditentukan oleh biaya produksi namun juga faktor-faktor lain, seperti tingkat permintaan terhadap produk bersangkutan, tingkat persaingan terhadap produk bersangkutan, tingkat persaingan, serta persepsi konsumen terhadap produk.37 b. Penetapan harga Penetapan harga merupakan suatu masalah ketika perusahaan harus menetukan harga untuk pertama kali. Hal ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika ia memperkenalkan produk lamanya ke saluran ditribusi baru atau ke daerah geografis baru, dan ketika ia melakukan tender memasuki suatu tawaran kontrak kerja yang baru. Perusahaan haruslah mempertimbangkan banyak faktor dalam menyusun kebijakan menetapkan harganya. Enam langkah prosedur untuk emnetukan harga diantaranya :38 1) Memilih sasaran harga Perusahaan pertama-tama harus memutuskan apa yang ingin ia capai dengan suatu produk tertentu. Jika perusahaan tersebut telah memilih pasar sasaran dan penentuan posisi pasarnya dengan cermat maka strategi bauran pemasarannya termasuk harga, akan cukup mudah. 2) Menentukan permintaan 3) Memperkirakan Harga 37 Morissan,MA, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 78 38 Thamrin Abdullah, Manajemen Pemasaran, ( Jakarta : Raja Grafindo, 2012 ) hlm 171 34 4) Menganalisis Harga dan penawaran pesaing 5) Memilih metode penetapan harga 6) Memilih Harga akhir c. Tujuan Penetapan Harga Banyak yang menganggap penetapan harga (pricing) sebagai kunci kegiatan dari sistem perdagangan bebas kapitalis. Harga pasar sebuah produk mempengaruhi upah, sewa, bunga dan laba. Artinya, harga sebuah produk mempengaruhi biaya faktor-faktor produksi, tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Dalam peranannya sebagai penentu alokasi sumber-sumber langka, harga menetukan apa yang akan diproduksi (penawaran) dan siapa yang akan memperoleh berapa banyak barang atau jasa yang diproduksi. Penetapan harga semakin terasa pentingnya pada masa inflasi dan resesi, seperti apa yang sedang kita rasakan sekarang. Kepercayaan konsumen terhadap ekonomi, psikologi konsumen dan perilaku beli konsumen ditentukan terutama oleh irama harga, turun-naiknya harga pada saat tertentu. Reaksi terhadap harga atau kebijakan penetapan harga (pricing policies) seringkali memicu timbulnya kritik terhadap sistem perdagangan bebas dan masyarakat menuntut agar sistem perekonomian seperti ini lebih dibatasi.39 39 306 William J Stanton & Y.Lamarto, Prinsip Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, 1984 ) hlm 35 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga Dalam proses penetapan harga, ada beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi keputusan akhir. Faktor-faktor kunci yang perlu diperhatikan manajemen adalah40 : 1) Permintaan Produk 2) Target Pangsa pasar 3) Reaksi Pesaing 4) Penggunaan Strategi Penetapan Harga, penetrasi atau saingan 5) Bagian lain dari bauran pemasaran 6) Biaya untuk memproduksi produk. 4. Religiusitas a. Pengertian Agama Kata agama berasal dari bahasa Sanskrit a yang berarti tidak dan gam yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia. Ternyata agama mempunyai sifat seperti itu. Selain bagi orang-orang tertentu, agama selalu menjadi pola hidup manusia. Kata religi berasal dari bahasa latin, rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca.41 Agama merupakan suatu aturan yang menyangkut cara-cara bertingkah laku, berperasaan dan berkeyakinan secara khusus. Setidaknya agama menyangkut ke-ilahi-an. Maksudnya, 40 41 hlm 10 William J Stanton & Y.Lamarto, Prinsip Pemasaran…hlm 315 Dedi Supriyadi & Mustofa Hasan, Filsafat agama, ( Bandung : Pustaka Setia : 2012) 36 agama menyangkut manusia dan lingkungannya.42 Sedangkan kata religi mengandung makna berhati-hati. Sikap berhati-hati ini disebabkan dalam religi terdapat norma dan aturan yang ketat.43 Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya itu berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).44 Kesadaran beragama merupakan dasar dan arah dari kesiapan seseorang mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang datang dari dunia luar. Semua tingkah laku dalam kehidupannya seperti berpolitik, berekonomi, berkeluarga, bertani, berdagang dan sebagainya diwarnai oleh kesadaran beragama. Dan kesadaran beragama ini tidak hanya melandasi tingkah laku yang nampak saja, tetapi juga mewarnai sikap, pemikiran, I’tikad, niat dan lain sebagainya.45 Menurut G.W. Allport, bahwa karakteristik orang yang telah matang beragamanya apabila telah memiliki 6 ciri khusus, yaitu : (1) diferensiasi yang baik, (2) motivasi kehidupan beragama yang dinamis, (3) pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif, (4) 42 43 hlm 10 44 Ramayulis, Psikologi Agama, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2013), hlm 5 Dedi Supriyadi & Mustofa Hasan, Filsafat agama, ( Bandung : Pustaka Setia : 2012) Djamaludin Ancok & fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi Islam atas problemproblem psikologi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm 76 45 Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama, ( Yogyakarta : Sukses Offset, 2013) hlm 167 37 pandangan hidup yang komprehensif, (5) pandangan hidup yang integral, (6) semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan.46 b. Dimensi - dimensi Religiuistas Pembagian aspek-aspek dimensi religiusitas menurut Glock dan Stark merupakan teori yang paling banyak digunakan dalam penelitian-penelitian. Menurut Glock dan Stark, terdapat lima macam dimensi keberagaman.47, yaitu : a) Dimensi Keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. b) Dimensi praktik agama. Dimensi ini mencangkup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktikpraktik keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting, yaitu48 : (1) Ritual yaitu dimana seseorang yang religius akan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diperintahkan oleh agama yang diyakininya dengan melaksanakannya sesuai ajaran yang telah ditetapkan. 46 Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama…hlm 167 Djamaludin Ancok & fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami…hlm 77-78 48 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, ( Jakarta : AR-Ruzz Media, 2011) hlm 169 47 38 (2) Ketaatan yaitu dimana seseorang yang secara batiniah mempunyai ketetapan untuk selalu menjalankan aturan yang telah ditetapkan. c) Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaanperasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang. d) Dimesi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. e) Dimensi pengalaman atau konsekuensi. Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi.dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. praktik, 39 c. Perspektif Islam tentang Religiusitas Islam menyuruh umatnya untuk beragama secara menyeluruh. Allah SWT berfirman dalam QS Al-baqarah : 208, yang berbunyi : ِ َّ ِ َالش ْيط ِ السل ِْم َكافَّةً وََل تَتَّبِعوا ُخطُو َّ ات ان ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ِّ آمنُوا ا ْد ُخلُوا فِي ُ َ َ ين َ َ يَا أَيُّ َها الذ ُمبِين “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. Setiap muslim baik dalam berfikir maupun bertindak diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun, diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah.49 Dalam Ima Amaliah,et al Islam merupakan ajaran yang mengatur kehidupan dalam semua dimensi, baik akidah, akhlak dan syariah. Ajaran Islam bersifat universal dan komprehensif mencakup seluruh aspek kehidupan tidak hanya ibadah tetapi juga muamalah. Di dalam memenuhi konsumsi manusia harus mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, karena keduanya memiliki landasan yang sangat berbeda.50 49 Djamaludin Ancok & fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami... hlm 79 Ima Amaliah et al, Laporan hasil Penelitian : Relevansi nilai Religiusitas Islam dalam berkonsumsi dengan Kebahagiaan (Bandung : Fakultas Ekonomi Islam dan Bisnis, Universitas Islam Bandung, 2015) hlm 115 50 40 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Religiusitas Religiusitas timbul bukan karena dorongan alami, melainkan dorongan yang tercipta karena tuntutan perilaku. Menurut Freud, religiusitas seseorang timbul karena reaksi manusia atas ketakutannya sendiri. Lebih lanjut ditegaskan juga bahwa religiusitas seseorang semata-mata karena didorong oleh keinginan untuk menghindari keadaan berbahaya yang akan menimpanya dan memberi rasa aman bagi dirinya sendiri. Sedangkan Rahmat berpandangan bahwa religiusitas terbentuk melalui dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal didasarkan pada pengaruh dari dalam diri manusia itu sendiri, yang pada dasarnya dalam diri manusia itu sendiri terdapat potensi untuk beragama, hal ini didasarkan karena manusia merupakan homo religious. Potensi tersebut termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal timbul dari luar diri individu, seperti karena rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah.51 Religiusitas berkembang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, akan tetapi terbentuk 51 Djamaludin Ancok & fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi Islam atas problemproblem psikologi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm 71 41 dari berbagai unsur kejiwaan (afektif, kognitif, konatif). Thoules, mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi religiusitas yaitu52 : 1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial) ini mencangkup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi social, tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. 2) Berbagai pengalaman yang dialami oleh seseorang membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti : keindahaln, keselarasan dan kebaikan di dunia lain(faktor alamiah) seperti menjalain hubungan yang baik pada sesama dengan saling tolong menolong, adanya konflik moral (faktor moral) seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan, dan pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif) seperti perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Tuhan. 3) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpnuhi terutama terhadap kebutuhan keagamaan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian. 4) Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu. 52 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung : Sinar Baru, 2001) hlm 31 42 B. Tinjauan Pustaka Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul 1. Pengaruh Iklan Televisi dan Harga terhadap Keputusan Pembelian sabun lux (Survei pada pengunjung Mega Bekasi Hypermall) 2. Peneliti dan tahun Penelitian Setyo Ferry Wibowo & Maya Puspita Karimah (2012) Analisis Pengaruh Aprilyana Iklan Media Televisi Saputri tahun terhadap Keputusan 2009 Pembelian Konsumen pada Provider Simpati Pede Hasil Penelitian Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Iklan televisi dan harga memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian dengan nilai signifikansi 0,000 dan R2 (R Pendekatan penelitian Kuantitatif dengan analisis regresi linier Berganda Variablel iklan media televisi dan harga sebagai variabel independen serta keputusan pembelian sebagai variabel dependen sama. Variabel X1 sama yaitu Iklan Media Televisi. Tidak terdapat variabel Religiusitas dan teknik pengambilan sampel menggunakan teori Roscoe Tidak terdapat variable harga dan Religiusitas. Menggunakan analisis regresi sederhana. square) sebesar 0,145 atau 14,5%. Variabel iklan media TV terhadap keputusan pembelian konsumen berpengaruh secara signifikan dengan keputusan pembelian konsumen pada provider SimpatiPeDe. Pendekatan Penelitian Kuantitatif dengan menggunakan Analisis regresi sederhana 3 4 43 Pengaruh Kualitas Yuliana Dwi Hasil penelitian ini menunjukkan Pendekatan Variabel iklan , Tidak terdapat Layanan, Harga dan Frasetya bahwa dalam analisis regresi penelitian harga dan variabel iklan Kartu Seluler Samba tahun berganda didapatkan bahwa Kuantitatif keputusan religiusitas. Indosat terhadap 2012 Kualitas Layanan (X1), Harga dengan analisis pembelian sama. Keputusan (X2), dan Iklan (X3) mempunyai regresi linier Serta menggunakan Pembelian pengaruh signifikan terhadap Berganda alat analisis regresi Konsumen (Studi Keputusan Pembelian, sedangkan berganda pada mahasiswa uji regresi dengan nilai selisih Strata 1 Jurusan mutlak menunjukkan interaksi Manajemen X1_X3 dan interaksi X2_X3 tidak Universitas signifikan yang berarti Iklan tidak Brawijaya Malang) memperkuat pengaruh Kualitas Layanan maupun Harga terhadap Keputusan Pembelian. Analisis Pengaruh Febby Indra Hasil penelitian menunjukkan Analisis data Menggunakan Tidak terdapat Religiusitas pasien Firmansyah bahwa seluruh dimensi religiusitas kualitatif dan variabel religiusitas variabel iklan terhadap Keputusan tahun 2010 berpengaruh positif signifikan kuantitaf dengan dan menggunakan media televisi, menggunakan Jasa terhadap keputusan penggunaan analisis regresi alat analisis regresi harga dan Kesehatan (studi jasa. linier berganda. linier berganda keputusan pada pasien RSU Dalam penelitian dengan metode pembelian. PKU ini data pengumpulan data Teknik Muhammadiyah dikumpulkan berupa kuisisoner, sampling Roemani Semarang melalui metode menggunakan kuesioner purposive 5 Islamic Branding, Muhammad Religiusitas dan Nasrullah Keputusan tahun 2015 Konsumen terhadap Produk 6 Aspek Religiusitas Dwiwiyati dalam Keputusan Astogini, Pembelian Produk Wahyudin, terhadap 100 orang responden dengan metode accidental sampling. Data penelitian berasal dari kuesioner yang dibuat dengan skala Likert dan dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa Islamic branding memiliki pengaruh kontribusi terhadap keputusan konsumen pada sebuah produk. keputusan konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Islamic branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk membeli sebuah produk. Hasil regresi linier berganda dengan religiusitas sebagai variabel moderating memperlemah hubungan antara variabel Islamic branding dengan keputusan konsumen. Berdasarkan Uji F dan Uji t yang Pendekatan dilakukan penelitian dalam penelitian ini, diketahui Kuantitatif 44 sampling. Menggunakan variabel religiusitas sebagai variabel moderator dan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan metode pengumpulan data berupa kuisisoner, Tidak terdapat variabel iklan media televisi, harga. Menggunakan teknik sampling acak Variabel Tidak terdapat religiusitas dan variabel iklan variabel keputusan media televisi Halal (Studi tentang Siti Zulaikha labelisasi halal pada Wulandari produk makanan dan tahun 2011 minuman kemasan) 7 Religiusitas dan Perilaku Investor muslim di pasar modal 8. Analisis Pengaruh bahwa Aspek dengan analisis pembelian sama. Religiusitas tidak berpengaruh regresi linier Metode penentuan terhadap Berganda sampel yaitu keputusan pembelian produk purposive sampling halal. dan pemilihan sampel dilakukan secara accidental sampling Rinda Asytuti Praktek keagamaan (ibadah ritual) Metode penelitian Terdapat variabel tahun 2009 yang dilakukan oleh seseorang kualitatif. Sumber religiusitas. ternyata tidak selalu sebanding data primer dengan perilaku investasi di pasar diperoleh melalui modal. Motif mencari keuntungan wawancara dan rasionalitas ekonomi langsung dan data merupakan motif terbesar yang sekunder dari dapat mempengaruhi perilaku buku dan literatur investasi investor. yang lain. Rakhmaniar Variabel persepsi harga paling Menggunakan Terdapat dan harga. 45 variabel Tidak terdapat variabel iklan media televisi, harga dan keputusan pembelian. Metode penelitiannya adalah kualitatif. Pendekatan lain yaitu dengan pendekatan fenomenologis variabel Tidak terdapat 9. Iklan, Merek, dan Persepsi harga terhadap keputusan Pembelian rokok gudang garam (studi pada konsumen rokok gudang garam di kota Semarang) Pengaruh Religiusitas Masyarakat Kota Pekalongan terhadap Keputusan Menggunakan Perbankan Syariah Nurul Kharista tahun 2014 berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian rokok gudang garam. Kedua variabel iklan dan ketiga variabel merek. Artinya tiga variabel dianggap penting ketika membeli produk gudang garam. Nur Khofifah Religiusitas mempunyai pengaruh tahun 2012 yang positif dan signifikan terhadap keputusan menggunakan perbankan syariah. analisis regresi linier berganda dan teknik sampling menggunakan accidental sampling. Menggunakan analisis regresi linier sederhana, dengan menggunakan metode cluster/area sampling iklan dan harga sebagai variabel independen dan variabel keputusan pembelian sebagai variabel dependen. 46 variabel merek serta metode pengambilan sampelnya meggunakan teknik accidental sampling. 47 C. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir digunakan untuk memudahkan proses berpikir. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independent dan satu variabel dependent, yaitu variabel Iklan media televisi, harga, dan religiusitas sebagai variabel independent yang merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel dependent yaitu keputusan pembelian. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut : Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir H1 Iklan Media Televisi (X1) H2 Harga (X2) H3 Religiusitas (X3) Keputusan Pembelian (Y) H4 1. Hubungan Iklan media televisi dengan Keputusan pembelian Tujuan iklan bagi suatu barang yaitu untuk memberikan kesadaraan pada pembeli tentang adanya produk tersebut, mendorong distribusi merek baru dan menunjukkan kepada pembeli dengan alasan bagi pembelian produk tersebut.53 Menurut Apriyana (2009) Iklan ditujukan 53 untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta : Liberty, 2008) hlm 369 48 kepercayaan, sikap, pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek, tujuan periklanan ini bermuara pada upaya untuk dapat mempengaruhi konsumen agar memberikan reaksi dan melakukan suatu tindakan seperti memutuskan dalam membeli sebuah produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Jefkins (1997) seperti yang dikutip Made (2010) bahwa Iklan visual dapat menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen begitu melihat produk akan segera teringat akan suatu merek tersebut.54 Hal ini diperkuat oleh Apriyana (2009) semakin sering iklan ditayangkan atau semakin sering iklan tersebut di tonton oleh masyarakat maka semakin besar pula motivasi masyarakat untuk melakukan tindakan keputusan dalam membeli produk tersebut. Dalam jurnal yang ditulis oleh Setyo dan Maya (2012) berjudul Pengaruh Iklan Media Televisi dan Harga terhadap keputusan Pembelian sabun Lux (Survei pada Pengunjung Mega Bekasi Hypermall) menegaskan bahwa terdapat berpengaruh yang signifikan antara iklan televisi terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik iklan televisi maka semakin tinggi keputusan pembelian. 2. Hubungan Harga dengan Keputusan Pembelian Interaksi yang terjadi antara harga dan pembelian disebut dengan hukum permintaan yang semakin menurun (low of diminishing demand) yaitu jika harga barang naik, jumlah yang diminta akan semakin kecil. 54 Made Novandri SN, Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Iklan terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha pada Harpindo Jaya Cabang Ngaliyan, Skripsi sarjana fakultas Ekonomi Semarang : Universitas Diponegoro 49 Sebaliknya, jika harga barang diturunkan, maka jumlah yang diminta akan semakin besar.55 Menurut Kotler dan Astrong (2004) harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal penting yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Menurut Yusup (2011) Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. 3. Hubungan Religiusitas dengan Keputusan Pembelian Menurut Dwiwiyati, et.al (2011) bahwa Keberagaman atau religiusitas adalah sesuatu yang amat penting dalam kehidupan manusia. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Nashori (2002) seperti yang dikutip oleh Siska (2012) bahwa Religiusitas dalam hal ini dimaksudkan sebagai kebaragamaan, yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa mantap pelaksanaan ibadah dan 55 Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta : Liberty, 2008) hlm 139 50 kaidah, dan sebarapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.56 Menurut Delener (1990) dalam penelitiannya Esso dan Dibb (2004) seperti yang dikutip oleh Nasrullah (2015) menyatakan bahwa religiusitas adalah salah satu faktor pendorong penting dan dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Hal ini didasari atas keputusan konsumen untuk membeli produk tergantung pada kadar keimanan mereka.57 D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasrakan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan massalah penelitian, belum jawaban yang empirik.58 Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur apakah menerima atau menolak hipotesis dinamakan uji hipotesis59. 56 Siska Zurtha Farida, Pengaruh Religiusitas terhadap Motivasi berjilbab (Studi pada Siswi Kelas X di SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011-2012). Skripsi sarjana Pendidikan Islam, Salatiga : STAIN Salatiga. 57 Muhammad Nasrullah, Laporan hasil Penelitian : Islamic Branding, religiusitas dan Keputusan Konsumen terhadap Produk ( Pekalongan : P3M STAIN Pekalongan, 2015) hlm 82 58 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif, kualitatif dan R & D, (Bandung :Alfabeta,2012) ,hlm 64 59 Sudjana, Metode Statistika, Ed. Rev,Cetakan 6,(Bandung : Tarsito,2001), hlm.219 51 Dari hasil kajian teori yang dilakukan oleh penulis melalui studi pustaka dan berdasarkan penelitian terdahulu yang sejenis maka, peneliti mengajukan beberapa hipotesis dalam penelitian ini, antara lain: 1. Ho1 = Tidak ada pengaruh signifikan dari Iklan media televisi terhadap keputusan pembelian rokok Ha1 = Ada pengaruh signifikan dari Iklan media televisi terhadap keputusan pembelian rokok 2. Ho2 = Tidak ada pengaruh signifikan dari harga terhadap keputusan pembelian rokok Ha2 = Ada pengaruh signifikan dari harga terhadap keputusan pembelian rokok 3. Ho3 = Tidak ada pengaruh signifikan dari religiusitas terhadap keputusan pembelian rokok Ha3 = Ada pengaruh signifikan dari religiusitas terhadap keputusan pembelian rokok. 4. Ho5 = Tidak ada pengaruh signifikan dari iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian rokok. Ha5 = Ada pengaruh signifikan dari iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian rokok.