PERBEDAAN MINAT KUNJUNGAN ULANG ANTENATAL CARE PADA PASIEN BPJS DAN NON BPJS DI POLIKANDUNGAN RSUD UNGARAN Nur Faizah Ulfah1), Cahyaningrum2), Adil Zulkarnaen3) Program Studi D IV BidanPendidik, STIKes Ngudi waluyo Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo Email : [email protected] Abstrack Minat Konsumen memakai jasa dari pemberi jasa yang sama sangat dipengaruhi oleh pengalaman kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan sebelumnya. Jika jasa yang dialami memenuhi dan melebihi harapan, maka kualitas pelayanan akan dikatan baik dan memuaskan sehingga mereka berminat menggunakan jasa itu kembali. Sedangkan faktor yang memengaruhi kunjungan seseorang yaitu mutu produk, kualitas pelayanan, biaya, harga, SDM,tempat dan proses.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS dan Non BPJS di polikandungan RSUD Ungaran. Rancangan penelitian ini adalah analitik komparasi. Pengambilan sampelnya menggunakan total sampling. Populasinya adalah seluruh ibu hamil yang melakukan antenatal care dipolikandungan RSUD Ungaran. Sampel adalah ibu hamil trimester III yang melakukan kunjungan antenatal care pada tahun 2015. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariate dengan Man Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS dan Non BPJS (mandiri) dengan hasil nilai signifikan (Pvalue) sebesar 0,000 dimana nilai kurang dari α <0,05. Keywords: minat kunjungan ulang,antenatal care, BPJS, mandiri 182 | PENDAHULUAN Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk senantiasa menjaga kesehatan. Kebutuhan ini juga menjadikan manusia merasa perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Organisasi penyedia layanankesehatansepertirumahsakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter merupakan wujud penyediaan sumber daya dibidang kesehatan.. (Kemenkes RI dalam Muninjaya 2011). Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke 58 tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada mereka terhadap risiko keuangan.WHA ke 58 mengeluarkan resolusi yang menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial. ( Kemenkes, 2011). Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H ayat 3 dan pasal 34 ayat 2, dan diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 yang kemudian digant dengan UU 36 tahun 2009 tentangKesehatan. Dalam UU 36 tahun 2009 ditegaskanbahwasetiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setia porang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. (Tunggal, 2014). Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jamina sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayaniantara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. (Suparti, 2015). Undang-Undang No. 24 tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiriatas BPJS Kesehatandan BPJS Ketenaga kerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diselengarakan oleh BPJS kesehatan yang akan di impelementasikan pada 1 januari 2014. Secara opersional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam peraturan pemerintah dan | 183 peraturan presiden, antara lain: peraturan pemerintah No. 101 tahun 2012 tentang penerima bantuan iuran (PBI), peraturan Presiden No.12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan dan petajalan (Roadmap jaminan kesehatan Nasional). (Yustisia, 2014). Dalam kebijakan pemerintah kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, bila ibu hamil yang kehamilan memiliki resiko tinggi maka harus diperhatikan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun bila normal maka cukup 4 kali yaitu K1 yaitu sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan sampai 12 minggu, K2 yaitu sekali kunjungan selama kehamilan 13-27 minggu, K3 dan K4 yaitu sebanyak dua kali kunjungan selama usia kehamilan diatas 28-40 minggu . (Sarwono, 2009). Dari studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Ungaran didapatkan data minat kunjungan ulang pasien di poliklinik kandungan pada bulan juni sebanyak 283 ibu hamil trimester III yang melakukan antenatal care, sedangkan yang minat melakukan kunjungan ulang antenatal care yang baik (≥1x selama trimester III) sebanyak 92 pasien, sedangkan yang melakukan kunjungan ulang antenatal care yang kurang baik (< 1x selama trimester III) sebanyak 191 pasien. Pasien selama melakukan pemeriksaan baik itu yang pertama kali atau melakukan kunjungan ulan gada yang menggunakan jaminan yang diberikan oleh pemerintah yaitu BPJS dan ada juga yang non BPJS (mandiri). Tujuan Penelitian ini adalah terdiri dari :Tujuan Umum yaitu Untuk mengetahui perbedaan minat kunjungan 184 | ulang antenatal care pada pasien BPJS dan non BPJS di poli kandungan RSUD Ungaran, Tujuan Khusus yaitu: Mengetahui minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS di poli kandungan, Mengetahui minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien non BPJS di poli kandungan, Mengetahui perbedaan minat kunjungan ulang antenatal care terhadap program BPJS dan non BPJS pada poli kandungan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik komparasi yaitu mengadakan perbandingan kondisi yang berada di dua tempat, apakah kondisi tersebut sama, atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan kondisi mana yang lebih baik, Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di di RSUD Ungaran ruangan poli kandungan.Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di RSUD Ungaran.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sasaran ibu hamil trimester III yang 283 ibu hamil trimester III yang berkunjung pada tahun 2015 di poli kandungan RSUD Ungaran, sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien ibu hamil pada trimester III yang melakukan kunjungan pada tahun 2015 sebanyak 283 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampling jenuh Data yang sudah dilakukan pengolahan kemudian dianalisa secara bertahap sesuai Analisis Univariat dan Bivariat. Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui proporsi dari masing-masing variabel penelitian, yaitu variabel bebas yang terdiri dari Pasien BPJS dan Non BPJS. Data untuk hasil analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2010). Analisis Bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer. Teknik analisa yang digunakan untuk membuktikan apakah hipotesa diterima atau ditolak dengan menggunakan : man whithney U test HASIL DAN PEMBAHASAN Univariat minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS Tabel 1 Distribusi Responden minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS di poli kandungan RSUD Ungaran Jaminan Kesehatan pasien BPJS Baik Frekuensi Kurang Jumlah Persentase (%) 31 33.7 158 82.7 189 100.0 minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien Non BPJS Tabel 2 minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien Non BPJS di poli kandungan RSUD Ungaran No. 1. Minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien Non BPJS Baik Frekuensi Persentase (%) 61 66.3 2. Kurang 33 17.3 Jumlah 84 100.0 Bivariat perbedaan minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS dan Non BPJS Tabel 3 Perbedaan Minat Kunjungan Ulang Antenatal Care pada Pasien BPJS dan Non BPJS di Polikandungan RSUD Ungaran Minat kunjungan ulang BPJS Minat Kunjungan ulang Non BPJS N Mean Rank Z p value 189 94 164.79 96.18 8.188 0,000 Gambaran minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS Minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS yaitu paling banyak kategori kurang minat melakukan antenatal care yaitu sebanyak 158 responden (82.7%), dan paling sedikit yaitu kategori baik sebanyak 31 responden (33.7%). Menurut Suhendro (2014) faktor yang memengaruhi kunjungan seseorang yaitu mutu produk, kualitas pelayanan, biaya, harga, sumber daya manusia, tempat dan proses.Tetapi di Poli Kandungan RSUD Ungaran yang memengaruhi kurang minat dalam melakukan kunjungan ulang antental care adalah ke banyak pasien rujukan dari bidan atau puskesmas. Gambaran minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien Non BPJS Dari hasil penelitian diperoleh bahwa minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien Non BPJS yaitu paling | 185 banyakkategori baik 61 (66,3%) dan untuk yang minat kunjungan ulang antenatal care kategori kurang 33 (11,7%). Menurut Suhendro (2014) faktor yang memengaruhi kunjungan seseorang yaitu mutu produk, kualitas pelayanan, biaya, harga, sumberdaya manusia, tempat dan proses. Tetapi di poli kandungan RSUD Ungaran yang memengaruhi baik minat dalam melakukan kunjungan ulang antenatal care pasien Non BPJS adalah sudah mengetahui akan pentingnya melakukan antenatal care. Perbedaan Minat Kunjungan Ulang Antenatal Care pada Psien BPJS dan Non BPJS Minat kunjungan ulang pasien antenatal care yang memakai BPJS yaitu sebanyak 189 pasien, dipoli kandungan RSUD Ungaran terdapat pasien yang melakukan minat kunjungan ulang antenatal care yang memakai BPJS dalam kategori baik yaitu sebnayak 31 pasien (melakukan kunjungan ulang≥ 1x selama trimester III), sedangkan yang kurang baik yaitu 158 pasien (melakukan kunjungan ulang>1x selama trimester III). Minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS Dimana pasien melakukan kunjungan yang bukan pertama dan sudah pernah melakukan kunjungan pada tempat yang sama untuk memeriksakan kehamilannya yang biayanya sudah dijamin oleh pemerintah. Di polikandungan RSUD Ungaran tidak membeda-bedakan pasien BPJS dan non BPJS baik dibagian administrasi, pendaftaran, apotik, maupun pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan, dan kebanyakan pasien dirumah sakit ini pasien rujukan dari puskesmas atau bidan. 186 | Minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien Non BPJS (mandiri) yaitu dimana pasien melakukan kunjungan ulang bukan yang pertama kali dan sudah pernah melakukan pemeriksaan pada tempat yang sama untuk memeriksaan kehamilannya dengan biaya sendiri. Dimana setiap kali memeriksakan kehamilannya harus mengeluarkan uang sesuai dengan kebutuhannya. Karena mereka akan sadar dan mengetahui akan manfaat melakukan antenatal care walupun dengan biaya sendiri sehingga mereka sadar akan pentingnya melakukan antental care karena akan baik bagi kandungannya maupun bayi, dan mengetahui kondisi Rahim ibu, dan jenis kelamin, sehingga apabila mengalami faktor resiko, bahaya atau patologi maka rencana tindakan bisa dimulai dari awal trimester III sehingga ia melakukan minat kunjungan ulang rutin. KESIMPULAN Sebagian dari responden memiliki minat kunjungan ulang pada pasien BPJS Yang kurang, yaitu sebanyak 158 responden (82.7%). Sebagian dari responden memiliki minat kunjungan ulang pada pasien Non BPJS bekerja yang baik yaitu sebanyak 61 (66,3%). Ada perbedaan minat kunjungan ulang antenatal care pada pasien BPJS dan Non BPJS dipoli kandungan RSUD Ungaran(p = 0,000). REFERENSI Depkes RI. Undang-Undang tentang system jaminan social Nomor 40 tahun 2004. Depkes RI. Undang-undang tentang badan penyelenggara jaminan social Nomor 24 tahun 2011. Depkes RI. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No.1 tahun 2014, tentang kepesertaan. Depkes RI.2008. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).Jakarta: Depkes. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Jaminan Kesehatan kesehatan persalinan (JAMPERSAL).Jakarta. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/1988 tentang rumah sakit. Pedoman Pelayanan Prima Keputusan direksi PT Askes (Persero) Nomor 466/KEP/1205. Pedoman administrasi Pelayanan Kesehatan Sosial Keputusan direksi PT Askes (Persero) Nomor 21/kep/0109. peraturan pemerintah No. 101 tahun 2012 tentang penerima bantuan iuran (PBI). peraturan Presiden No.12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan dan peta jalan (Roadmap jaminan kesehatan Nasional). peraturan Undang-undang RI Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Saryono, 2010. Metodologi penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004. Tentang system jaminan social Nasional, pasal 5 ayat (1) dan pasal 52. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang fungsi rumah sakit dalam Undangundang No.44 tahun 2009. | 187