(Malus sylvestris (L.) Mill)

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan
bagian penting dalam sektor pertanian, karena kebutuhan apel di Indonesia
memiliki permintaan pasar yang tinggi dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Upaya peningkatan produksi terus dilakukan, namun belum dapat sepenuhnya
dicukupi oleh petani apel lokal, sehingga harus diimpor dari luar negeri
(Subiyanto, 2007). Permasalah utama dalam budidaya apel salah satunya
adalah adanya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
pada tanaman. Permasalahan hama tanaman dipandang sebagai fenomena yang
berdiri sendiri dan dapat diatasi dengan aplikasi pestisida dengan alasan cepat
menurunkan populasi hama (Holb et al., 2012). Aplikasi pestisida yang
terjadwal tanpa memperhatikan adanya hama atau tidak merupakan tindakan
sabagai usaha yang preventif (Oka, 2005).
Penggunaan pestisida untuk menekan populasi hama dan penyakit
tanaman justru memberikan dampak negatif dengan terbunuh atau perginya
jenis serangga yang menguntungkan seperti polinator dan musuh alami pada
perkebunan apel karena sangat sensitif terhadap pestisida (Oka, 1991; Mates et
al., 2012). Keberadaan serangga polinator dan parasitoid sebagai bioindikator
untuk menentukan tingkat toksisitas pada kebun buah (Mates et al., 2012).
Sejak tahun 2006 populasi serangga polinator (lebah madu) mengalami
1
2
penurunan 26-36% tiap tahunnya yang disebabkan oleh penggunaan pestisida
di Amerika (Pilatic, 2012). Pestisida merupakan racun yang dapat
menyebabkan serangga hama menjadi resisten jika digunakan secara terus
menerus dan berlangsung waktu lama, selain itu pestisida dapat membunuh
serangga yang menguntungkan (Oka, 2005). Serangga yang bersifat
menguntungkan 26 kali lebih rentan daripada serangga potensi hama terhadap
aplikasi pestisida (Biddinger dan Rajotte, 2015).
Serangga merupakan kelompok organisme yang mendominansi di muka
bumi baik dari segi keanekaragaman dan kemelimpahan (Schowalter, 2011).
Secara antroposentris, dikategorikan menjadi serangga yang bersifat merugikan
dan menguntungkan. Serangga yang bersifat merugikan pada umumnya pada
kelompok herbivora yang merusak tanaman. Beberapa jenis serangga yang
berpotensi hama yang merusak tanaman apel yaitu Thrips sp. (Thysanoptera)
merusak bunga dan buah apel (Broughton et al., 2015), kumbang moncong
Anthonomus pomorum (Coleoptera: Curculionidae) merusak bunga dan tunas.
Cacopsyla mali (Hemiptera: Psyllidae) merusak tunas, bunga, dan daun. Kutu
daun Aphis sp. (Hemiptera: Aphididae) merusak tunas, daun, bunga, dan buah
(Boniecki et al., 2014). Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan hama
serius yang merusak buah apel (Schwarz, 2008). Kerusakan buah apel berupa
bekas tusukan titik hitam serta gugurnya buah sebelum mencapai kematangan
yang diinginkan, hal ini menyebabkan penurunan produksi baik secara kualitas
misalnya gugurnya buah yang belum matang maupun secara kuantitas buah
menjadi busuk (Dhilton et al., 2005).
3
Serangga yang menguntungkan antara lain kelompok musuh alami dan
polinator (Price et al., 2011). Serangga yang menguntungkan pada tanaman
apel yaitu serangga yang berperan sebagai polinator dan serangga yang
berperan sebagai musuh alami. Apel merupakan salah satu tanaman yang
penyerbukan dilakukan dengan bantuan polinator dan angin (Ashari, 2006;
Garratt et al., 2014). Keberadaann polinator seperti lebah madu Apis melifera
dapat meningkatkan hasil produksi buah 96% (Potts et al., 2010). Jenis
serangga yang berperan sebagai musuh alami yaitu serangga predator dan
parasitoid. Kelompok serangga yang berperan sebagai predator yaitu anggota
Famili Formicidae, Carabidae, Staphylinidae, Geocoridae, Cicindelidae, dan
Ordo Dermaptera (Mathews et al., 2004), sedangkan kelompok serangga yang
berperan sebagai parasitoid yaitu anggota Ordo Hymenoptera (wasp) (Mates et
al., 2012) dan anggota Ordo Diptera (Hadi, 2009). Kelompok serangga
omnivora disebut merugikan apabila bersifat pemakan tanaman, sedangkan
disebut menguntungkan bersifat predasi (Price et al., 2011).
Tulungrejo merupakan salah satu pusat produksi apel (Malus sylvestris)
di Batu, Jawa Timur. Hasil observasi dan wawancara pada salah satu petani
lahan yang digunakan budidaya apel di Tulungrejo memiliki luas 50 x 75 m²
dengan jumlah pohon 300 pohon pada tahun 2016 dengan umur tanaman 25
tahun. Sistem pengelolahan lahan dikerjakan secara konvensional dengan
penyemprotan pestisida dilakukan pagi hari 07.00 hingga 11.00 WIB secara
priodik pada fase bunga hingga buah akhir siap panen. Proses pemupukan
4
dengan pupuk organik yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia dengan sistem
penanaman monokultur.
Penurunan populasi serangga polinator dan musuh alami belum
sepenuhnya disadari oleh petani apel di Tulungrejo, Batu, Jawa Timur yang
selama ini masih menggunakan pestisida secara terus menerus untuk menekan
populasi serangga hama dan penyakit pada tiap fase perkembangan tanaman
apel dan tumbuhan liar (gulma) tanpa memperhatikan ada atau tidaknya
serangga hama. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan mengevaluasi
mengenai keanekaragaman, dominansi dan kemelimpahan jenis serangga pada
perkebunan apel di Tulungrejo, Batu, Jawa Timur.
B. Permasalahan
1. Bagaimana keanekaragaman dan dominansi jenis serangga pada tiap fase
perkembangan tanaman apel di perkebunan apel Tulungrejo, Batu, Jawa
Timur?
2. Bagaimana keanekaragaman dan kemelimpahan jenis serangga potensi
polinator, potensi musuh alami, dan potensi hama pada perkebunan apel di
Tulungrejo, Batu, Jawa Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Mengetahui keanekaragaman dan dominansi jenis serangga pada tiap fase
perkembangan tanaman apel di perkebunan apel Tulungrejo, Batu, Jawa
Timur.
5
2. Mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan jenis serangga potensi
polinator, potensi musuh alami, dan potensi hama pada perkebunan apel di
Tulungrejo, Batu, Jawa Timur.
Manfaat dari penelitian ini adalah data keanekarangan jenis serangga
yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan penelitian di bidang ekologi
serangga. Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada petani apel
yang di sekitar lokasi penelitian tentang nilai lebih mengenai pentingnnya
keberadaan serangga yang menguntungkan seperti polinator dan musuh
alami.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan di tanaman
apel dengan sistem pengelolaan dikerjakan secara konvensional di Tulungrejo,
Batu, Jawa Timur dengan luas area 75x50 m2, titik koordinat S 07º48,665’ E
112º31,506’ dengan ketinggian 1254 m dpl (diatas permukaan laut) dan waktu
penelitian yaitu pada bulan Februari–Mei 2016 pada waktu musim hujan.
Pengambilan sempel dilakukan pada perkebunan apel mulai dari pasca
perompesan, bunga awal, bunga akhir, buah awal, dan buah akhir. Serangga
yang diambil merupakan kelompok serangga imago Pterygota. Identifikasi
serangga berdasarkan karakteristik morfologinya dilakukan di Laboratorium
Entomologi Fakultas Biologi UGM dan Laboratorium Entomologi Bidang
Zoologi Puslit Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Cibinong,
Bogor, Jawa Barat.
Download