artikel penelitian kompetitif penerapan media

advertisement
PROGRAM PENELITIAN KOMPETITIF FKIP
FKIPFKIFKIP
ARTIKEL PENELITIAN KOMPETITIF
PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN GEOSPASIAL
DAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI
Oleh:
Sarwono
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
1
PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN GEOSPASIAL
DAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI
Oleh:
Sarwono*
ABSTRACT
Sarwono, et al, THE APLICATION OF GEOSPACIAL INSTRUCTIONAL MEDIA
AND QUANTUM LEARNING MODEL TO IMPROVE LEARNING OUTCOMES
AND LEARNING MOTIVATION GEOGRAPHY, Surakarta: Teaching and Education
Science Faculty of Sebelas Maret University,
The purpose of this study was to determine: (1) empirical data with the use of geospatial
instructional media and quantum learning model can improve learning outcomes of
geography students in SMA Negeri 5 Surakarta. (2) empirical data with the use
of geospatial instructional media and quantum learning model can
improve students' motivation to learn geography in SMA Negeri 5 Surakarta
The method research Class Actions. Subjects were students in grade XI-IPS-2 as many
as 32 people. Sampling technique used was purposive. Data collection instrument in this
study were: Test essay results to learn geography , (b). Questionnaire to measure
the motivation to learn geography, (d). The questionnaire responses of students and
Sheet observations to measure the learning process. Performance indicators to be
achieved is in the classical student achievement reached 80%, with the KKM 69.
The results of study on the cycle I shows that the use of geospatial instructional media
and quantum learning model can improve student learning outcomes beyond
geography indicator of research success. This is shown in the results of student
learning over the KKM (69) which reached 96.87% and the students' motivation to
achieve 84.375%. The results of this study indicate that the use of geospatial instructional
media and quantum learning model can improve the learning outcomes and the
motivation to study geography class XI-PS-2 SMA Negeri 5 Surakarta on the Basic
Competence Analyzing Aspects of Population.
Kata kunci: media pembelajaran geospaial, model pembelajaran quantum, hasil belajar
geografi, motivasi belajar geografi.
PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan, meratakan dan membakukan mutu
pendidikan nasional pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan, yang
terdiri atas standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
*
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS E-mail: [email protected]
2
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan (Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat 1).
Selanjutnya dalam penjabaran lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terutama pasal 19 perihal standar
proses ayat 1 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sementara itu selama ini pembelajaran geografi di sekolah kurang
memenuhi apa yang disyaratkan dalam standar proses pendidikan nasional.
Pembelajaran geografi di sekolah kurang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sehingga
menjadikan mata pelajaran geografi menjadi bukan mata pelajaran yang utama di
depan para siswa. Hal ini disebabkan oleh kurang menarik dan menantang serta
memotivasi kreativitas dan aktivitas belajar siswa. Penyampaian mata pelajaran
geografi selama ini tidak menyenangkan siswa. Penerapan kurikulum baru yang
berorientasi pada penguasan kompetensi-kompetensi dasar menuntut guru dapat
mengaktifkan siswa dan menyenangkan siswa dalam proses belajarnya. Maka
diperlukan metode pembelajaran yang mengaktifkan dan menyenangkan.
Secara teoretis geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena-fenomena geosfer secara keruangan dan kelingkungan.
Sebagai ilmu keruangan geografi menganalisis dan menyajikan data hasil studinya
berupa data geospasial. Data geospasial berupa peta dan citra satelit menjadi
instrumen utama dalam mempelajari ilmu geografi. Fakta di lapangan di sekolah
guru sangat minim menggunakan peta maupun instrumen data geospasial lainnya.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh minimnya pengetahuan guru tentang
geospasial. Bahkan buku-buku pelajaran yang beredar dan dipakai siswa maupun
guru juga sangat minim menyajikan data geospasial. Minimnya pemakaian data
geospasial sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran geografi di
sekolah kemungkinan terjadi karena minimnya pengetahuan guru tentang data
geospasial. Untuk itu maka diperlukan penelitian tindakan kelas yang mampu
meluruskan karakteristik ilmu geografi dan pada gilirannya akan mempengaruhi
siswa dalam belajar geografi. Media pembelajaran geospasial menjadi solusi
umtuk memperbaiki kondisi belajar mengajar geografi utamanya dalam
meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar geografi.
Berdasarkan pemaparan kondisi pada bagian pendahuluan tersebut di atas,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian seperti berikut. (1) Apakah
penggunaan media pembelajaran geospasial dengan model pembelajaran kuantum
dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa di SMA Negeri 5 Surakarta? (2)
Apakah penggunaan media pembelajaran geospasial dengan model pembelajaran
kuantum dapat meningkatkan motivasi belajar geografi siswa di SMA Negeri 5
Surakarta?
3
Kajian teori variable-variabel dalam penelitian ini diuraikan seperti
berikut. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Miarso, 1984: 48). Media
pembelajaran geografi banyak terdapat di dalam internet baik yang berupa data,
peristiwa, gambar, foto, film berupa fenomena-fenomena geografi.
Geografi merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan yang tertua. Orangorang Yunani kuno yang hidup lebih dari 2.000 tahun yang lalu adalah salah satu
geograf pemula. Mereka memberikan nama geografi yang berarti menulis tentang
bumi. Gambaran tentang bumi, baik dalam kata maupun gambar sangatlah penting
pada masa lalu ketika para penjelajah, pembuat peta, ilmuwan, dan orang-orang
lain mempelajari wilayah-wilayah baru di dunia. Peta dan tulisan tentang perjalanan mereka membantu membuat jalur-jalur perdagangan dan memungkinkan orang
untuk melakukan perjalanan dan bertempat tinggal di banyak bagian di dunia.
Geospasial sebuah kata yang relatif asing bagi awam, tetapi amat penting
dan berarti dalam banyak aspek kehidupan. Geospasial dengan bentuk citra satelit
yang berisi data cauca amat berguna dalam transportasi baik transportasi udara
maupun transportasi laut sampai peran geospasial berupa citra satelit dan foto
udara kediaman Osama bin Laden yang diambil dan dianalis oleh badan Intelijen
Geospasial Nasional Amerika Serikat (NGA) berujung pada terbunuhnya Osama
bin Laden. Geospasial adalah ciri utama ilmu geografi dalam menyajikan data dan
analisis data geografi. Geografi sebagai ilmu yang mempelajari perbedaan dan
persamaan fenomena geosfer dengan pendekatan kelingkungan, kewilayahan dan
keruangan.
Data dan informasi geospasial dalam geografi diwujudkan berupa citra
satelit, foto udara dan peta. Terdapat ribuan peta sesuai tema yang melekat pada
peta. Peta yang menampilkan tema tertentu disebut peta tematik. Peta tematik
adalah suatu peta yang memperlihatkan informasi kualitatif dan atau kuantitatif
pada unsur tertentu. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail
topografi yang penting. Pada peta tematik keterangan disajikan dengan gambar,
memakai pernyataan dan simbol-simbol yang mempunyai tema tertentu atau
kumpulan dari tema-tema yang ada hubungannya antara satu dengan lainnya.
Model pembelajaran Quantum merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang dilakukan dengan adanya penggubahan bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar. Interaksi antar komponen
pendidikan akan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan
belajar yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya (De Porter,
Reardon, dan Singer-Nouri, 2005 : 5).
Dalam proses pembelajarannya, model quantum mendasarkan pada
pengkondisian kognisi dalam konteks dunia nyata. Anitah dan Noerhadi, (2003 :8)
pengkondisiannya dalam konteks dunia nyata diartikan bahwa: 1) Tugas tidak
terpisah-pisah, namun merupakan bagian dari konteks yang lebih luas, Guru berperan
menciptakan pemahaman yang menunjukkan konteks yang lebih luas, yang relevan
dengan masalah yang dihadapi, 2) keriilan konteks lebih banyak mengacu pada tugastugas pembelajar berdasarkan informasi dan lingkungan sekitar, 3) konteks
lingkungan sangat penting (baik di dalam kelas maupun lingkungan di luar kelas)
4
karena pengembangan lingkungan belajar mampu merangsang dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa dalam pembentukan pengertian dan konsep.
Pada dasarnya model quantum learning merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan secara luas, nyaman dan menyenangkan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa berperan aktif dalam
pembelajaran harus diciptakan suasana menggairahkan dengan menyajikan materi
pembelajaran yang bersifat menantang, mengesankan dan dapat menumbuhkan serta
meningkatkan daya kreatif. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran antara lain
dapat diwujudkan dalam bentuk diskusi, kerja kelompok dalam kegiatan pembahasan
materi pelajaran. Sikap guru kepada siswa adalah berusaha untuk memahami alur
berpikir siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, untuk
selanjutnya memberikan penguatan-penguatan yang diharapkan mampu
meningkatkan minat dan perhatian serta motivasi siswa.
pengertian hasil belajar menurut Masidjo (1995: 25) bahwa “Hasil belajar
merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh
program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, biasa
dinyatakan dengan nilai – nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Sedangkan
hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) adalah “kemampuan–kemampuan yang
dimiliki siswa setelah individu memperoleh pengalaman belajarnya”. Selanjutnya
Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Horward
Kingsley dalam Sudjana (2005: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan citacita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
beajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Berhasil tidaknya siswa dalam mencapai hasil belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah pertama, Faktor
internal: (1) Fisiologi, terdiri dari kondisi fisik dan kondisi panca indera; (2)
Psikologi, terdiri dari bakat, minat, kecerdasa, motivasi, kemampuan kognitif.
Kedua, Faktor eksternal: (1) Lingkungan, terdiri dari lingkungan alam dan sosial;
(2) Instrumental terdiri dari kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan
fasilitas, administrasi/manajemen. (Purwanto, 2002: 107)
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil
dari proses belajar mengajar, yang menurut Bloom terbagi menjadi 3 kemampuan,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom et al (1956: 18) membagi tingkat
kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam,
yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Pada penelitian ini, metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar geografi siswa pada Kompetensi Dasar (1) menganalisis fenomena biosfer
dan antroposfer.
Motivasi dikemukakan oleh Donald yang dikutip oleh Hamalik (1992:
173) “motivation is an energy change within the person characterzed by affective
arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah suatu perubahan energi di
5
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan motivasi adalah suatu
dorongan yang mengarahkan pada tingkah laku untuk mencapai kebutuhan atau
suatu tujuan. Sedangkan belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. (Slameto, 1995: 2). Menurut Morgan dikutip oleh Purwanto
(2002: 84) dalam buku introduction to psychology mengemukakan “belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sehingga dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri siswa
yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat latihan dan pengalaman
kegiatan sekaligus sebagai salah satu tujuannya. Seperti halnya yang dikemukakan
oleh Sardiman (2001: 73) “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai”.
Kerangka berpikir dapat dijelaskan seperti berikut, dalam belajar geografi
yang bersifat keruangan diperlukan sekali adanya media belajar geospasial. Dapat
diduga media pembelajaran goespasial dapat meningkatkan hasil belajar dan
motivasi belajar geografi siswa dalam mata pelajaran geografi. Demikian juga
dengan penggunaan model pembelajaran quantum yang aktif, kreatif dan
menyenangkan akan mampu meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar
geografi siswa SMA. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
pengaruh media pembelajaran geospasial dan model pembelajaran quantum
terhadap hasil belajar dan motivasi belajar geografi,
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini, yaitu siswa-siswi XI-IPS-2 Sekolah Menengah Atas
Negeri 5 Surakarta, Kelas XI-IPS-2 berjumlah 32 orang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: Angket tentang
motivasi belajar geografi siswa, dilakukan sesudah pemberian tindakan
pembelajaran. Angket ini bersifat terbuka dan tertutup. Angket terbuka berupa
tanggapan siswa tentang proses pembelajaran, sejumlah 5 pertanyaan terbuka dan
angket tertutup berbentuk skala frekuensi yang mengacu pada Skala Likert dengan
5 skala, pertanyaan/ pernyataan berjumlah 26, sehingga skor maksimal 130 dan
skor minimal 26. Angket terbuka dideskripsikan berdasarkan kesamaan jawaban.
Lembar pengamatan situasi kelas dan individu siswa selama proses pembelajaran.
Tes hasil belajar geografi dengan soal bentuk essay dilakukan sesudah pemberian
tindakan pembelajaran.
Data dari penelitian di lapangan diolah dan dianalisis menggunakan teknis
analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam Kusnandar (2008: 102) yang
dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila
6
terjadi peningkatan motivasi siswa ketika proses pembelajaran geografi
berlangsung, ditandai dengan peningkatan komponen motivasi belajar siswa
Sedangkan hasil belajar ditandai dengan peningkatan hasil belajar rata-rata kelas
baik secara individu maupun secara klasikal yang ditandai tercapainya batas
tuntas klasikal 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai >69 untuk tes pada
setiap akhir siklusnya. Pelaksanaan Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 3
kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3x 2x 45 menit. Pertemuan pertama dan
kedua akan membahas materi tentang Standar Kompetensi (1) menganalisis
fenomena biosfer dan antroposfer, kompetensi dasar (1.4) Menganalisis aspekaspek kependudukan. Oleh karena PTK adalah penelitian tindakan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas, fokus
PTK pada siswa atau proses belajar dan mengajar yang terjadi di kelas, dan
tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan
profesinya, maka teknik pengambilan sampel dengan proposive sampling,
diambil kelas yang bermasalah dalam hasil belajar dan motivasi belajar geografi
yang terendah. Berdasarkan studi awal di SMA Negeri 5 Surakarta kelas dengan
kondisi hasil belajar dan motivasi belajar geografi yang terendah kelas XI-IPS-2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada tindakan kelas Siklus I, guru kolaborasi bertindak sebagai guru
dan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati proses pembelajaran.
Hasil pengamatan proses pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut:
Respon siswa dalam pembelajaran: Lebih dari 50% siswa bersikap positif
terhadap proses pembelajaran; (2) Situasi pembelajaran: Lebih dari 50% siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran; (3) ada perubahan yang signifikan dalam
proses pembelajaran; dan (4) siswa mudah mengikuti proses pembelajaran
Hasil penelitian tentang respon siswa terhadap proses pembelajaran tindakan kelas
dengan menggunakan model pembelajaran quantum dan media pembelajaran
geospasial yang diperoleh lewat angket terbuka, dideskripsikan sepertii berikut.
Tentang hal baru proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
quantum dan media pembelajaran geospasial 28 (60%) siswa menyatakan ada
yang baru dan yang baru itu membantu penyerapan materi geografi (96,4% ). Hal
yang membantu penyerapan itu adalah media pembelajaran (63%), cara guru
mengajar (26%). Begitu pula respon siswa pada sesuatu yang menarik dslsm
pembelajaran geografi kali ini: 66 persen lebih menjawab media pembelajaran dan
sisanya menjawab cara guru mengajar (33%). Selanjutnya mengenai cara guru
mengajar siswa (77,78%) menyatakan mampu menambah motivasi belajar siswa.
Hal yang mampu memotivasi belajar siswa diurutkan dari ranking dari tertinggi ke
bawah, jawaban siswa adalah media pembelajaran, materi yang diajarkan, cara
guru mengajar, guru yang mengajar, dan tugas-tugas yang diberikan guru.
Setelah dilakukan tindakan Siklus 1, hasil belajar siswa pada mata pelajaran
geografi meningkat telah melampaui indikator keberhasilan penelitian tindakan
kelas yang ditentukan. Hasil belajar siswa kelas XI-IPS-2 pada mata pelajaran
geografi setelah Siklus 1 skor hasil belajar rata-rata 82, 31 dengan nilai terendah
7
60 dan tertinggi 97 dengan siswa yang belajar tuntas atau melampaui KKM 31
siswa atau 96,88 persen. Peningkatan hasil belajar geografi setelah tindakan kelas
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1 Perbandingan Skor Hasil Belajar Geografi Sebelum dan
Sesudah Tindakan
Nilai
Sebelum Tindakan
Setelah Tindakan
Tertinggi
89
97
Terendah
60
60
Rata-rata
73,47
82,31
Jumlah Siswa Tuntas
16 (50%)
31 (96,87%)
Hasil pengukuran motivasi belajar geografi siswa setelah tindakan Siklus 1
adalah menunjukkan skor terrentang antara 67 sampai dengan 121 dengan ratarata 102,06 (78,5% dari skor maksimal. Kategori tinggi dengan ketentuan skor
104 (lebih dari 80% dari skor maksimal teoretis= 130) sebanyak 18 siswa
(56,25%); Kategori sedang dengan ketentuan skor antara 103 sampai dengan 91
(lebih dari 70% dari skor maksimal teoretis= 130) sebanyak 9 siswa (28,125%).
Kategori rendah dengan ketentuan skor
90 (kurang dari 70% dari skor
maksimal teoretis= 90) sebanyak 5 siswa (15,625%). Secara rinci skor motivasi
belajar geografi disajikan dalam tabel berikut. Hal ini menunjukan dari 84 persen
motivasi belajar siswa melampaui skor 70 pada skala 100.
Hasil pengamatan dan pengukuran Siklus I menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini dengan indikator keberhasilan kinerja sudah memenuhi KKM hasil
belajar, yaitu 69, hanya seorang siswa yang belum melampaui KKM hasil belajar.
Motivasi belajar geografi siswa pun telah melampaui KKM. Analog dengan acuan
KKM hasil belajar geografi maka skor motivasi belajar juga telah melampaui
KKM. Hanya ada 5 (15%) siswa skor motivasinya di bawah 70 dengan skala 100.
Dengan hasil penelitian seperti ini maka tidak diperlukan tindakan siklus kedua.
Pembelajaran pada Siklus I telah berhasil karena hasil belajar dan motivasi
siswa telah mencapai indikator kinerja yang ditentukan. Hal ini menunjukan
bahwa penggunaan model pembelajaran quantum dan media pembelajaran
geospasial mampu meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar. Temuan
empirik ini didukung oleh temuan respon siswa terhada pembelajaran geografi
yang menyatakan bahwa hal baru yang berpengaruh pada penyerapan materi
geografi adalah media pembelajaran dan cara guru mengajar.
Perbandingan pencapaian indikator kinerja hasil belajar Siswa pada hasil
belajar awal (sebelum tindakan) menunjukkan hasil yang signifikan baik dari
kenaikan skor rata-rata maupun jumlah siswa yang melampaui KKM yang besar
persentasenya. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan model
pembelajaran quantum dan media pembelajaran geospasial sangat signifikan
terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI-IPS-2 SMA Negeri 5 Surakarta.
8
Demikian juga dari hasil angket motivasi elajar geografi menunjukan adanya
kenaikkan motivasi siswa dalam belajar geografi yang sinifikan baik dari skor
motivasi belajar yang dicapai secara individu maupun jumlah siswa yang
mencapai atau melampaui besaran skor motivasi belajar 70 persen dari skor
maksimal teoretis. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan model
pembelajaran quantum dan media pembelajaran geospasial sangat signifikan
terhadap motivasil belajar geografi siswa kelas XI-IPS-2 SMA Negeri 5
Surakarta. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kegiatan
pembelajaran geografi di SMA Negeri 5 Surakarta belum menggunakan model
pembelajaran aktif inovatif dan menggunakan media pembelajaran khususnya
media pembelajaran geospasial, baik berupa peta maupun citra satelit/ google
earth. Padahal media pembelajaran geospasial amat mudah dan gratis diunduh
dari internet. Hasil penelitian ini menimbulkan konsekuensi pada pembelajaran
geografi di sekolah khusunya SMA Negeri 5 Surakarta untuk
mengimplementasikan model pembelajaran aktif inovatif khususnya model
pembelajaran quantum dan media pembelajaran khususnya media pembelajaran
geospasial untuk mata pelajaran geografi.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian penggunaan model pembelajaran quantum dan media
pembelajaran geospasial pada siswa kelas XI IPS-2 SMA Negeri 5 Surakarta
Kompetensi Dasar Menganalisis aspek-aspek kependudukan dapat disimpulkan
seperti berikut:: (1) Penggunaan model pembelajaran quantum dan media
pembelajaran geospasial mampu meningkatkan motivasi belajar Geografi pada
Kompetensi Dasar Menganalisis Aspek-aspek Kependudukan pada siswa kelas
XI-IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012; dan (2) Penggunaan
model pembelajaran quantum dan media pembelajaran geospasial mampu
meningkatkan hasil belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis
Aspek-aspek Kependudukan pada siswa kelas XI-IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
Saran: Bagi guru diharapkan selalu menggunakan media pembelajaran
geospasial dalam membelajarkan geografi di sekolah. Geospasial merupakan ciri
utama geografi sebagai ilmu spasial (keruangan). Demikian juga, guru dapat
menggunakan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran geografi di
sekolah. Dengan model pembelajaran quantum siswa akan menemukan sendiri
dalam belajar. Hal ini sangat mendukung apabila penggunaan model
pembelajaran quantum disertai media pembelajaran spasial. Guru menyajikan peta
dan siswa diminta menemukan sendiri feomena-fenomena dan faktor-faktornya
serta keterkaitannya di dalam peta atau citra; Bagi siswa diharapkan dapat
mengaplikasikan model pembelajaran quantum dan media pembelajaran
geospasial ke dalam belajar mandiri. Quantum learning adalah bealajar aktif dan
menyenangkan dengan cara menemukan sendiri dan lebih baik disertai peta; Bagi
sekolah diharapkan dapat menfasilitasi guru dan siswa dengan sarana dan
prasarana sebagai konsekuensi logis akibat penggunaan model pembelajaran
quantum dan media pembelajaran spasial.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.(1993). Manajemen Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Bloom, Benjamin S. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objective, Handbook
I Cognitive Domain. New York: Longman Inc.
De Porter Bobbi, Reardon & Siger Nourie, (2005), Quantum Teaching, Bandung,
Kaifa
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Miarso, Yusufadi et al. (1986). Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV.
Rajawali.
Purwanto, Ngalim. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman, AM. (2005). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Karya.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial,
http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/assets/download/UU_IG/U
U%20NO%204%20THN%202011%20TENTANG%20INFORMASI%
20GEOSPASIAL.pdf. Diakses Minggu, 8 Mei 2011.
10
Download