gambaran tingkat beban kerja dan stres kerja perawat di ruang

advertisement
GAMBARAN TINGKAT BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PERAWAT
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
Dadang Kusbiantoro
ABSTRAK
Bekerja di Ruang ICU membutuhkan kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat, hal ini
merupakan beban kerja dan salah satu sumber stress kerja di Ruang ICU.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat beban kerja dan stres kerja,
mengidentifikasi tingkat beban kerja dan mengidentifikasi tingkat stres kerja perawat Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan metode sampling jenuh.
Sampel penelitian ini adalah 14 orang perawat. Data khusus dan data karakteristik responden
dikumpulkan dari checklist.
Hasil penelitian dari 14 responden didapatkan bahwa 7 responden (50%) mengalami beban kerja
berat, 7 responden (50%) mengalami beban kerja sedang dan tidak satupun responden yang
mengalami beban kerja ringan. Sedangkan untuk tingkat stres kerja dari 14 responden didapatkan
10 responden (71,43%) mengalami stres ringan, 3 responden (21,43%) mengalami stres sedang dan
1 responden (7,14%) mengalami stres berat.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perlu penambahan tenaga keperawatan di Ruang ICU
sesuai jumlah dan kondisi pasien, perawat yang bekerja di Ruang ICU perlu mengikuti pendidikan
dan pelatihan mengenai keperawatan ICU, dan perawat perlu menggunakan manajemen stres untuk
menghadapi stressor.
Kata Kunci : Beban Kerja Perawat ICU, Stres Kerja Perawat ICU.
1. PENDAHULUAN
Klien yang dirawat di Ruang Intensive Care
Unit (ICU) bervariasi keadaan klinisnya akan
tetapi pada dasarnya mengalami disfungsi
satu macam organ atau lebih, terutama
gangguan fungsi nafas dan sirkulasi. Klien
dapat berasal dari kamar operasi, unit gawat
darurat (UGD), ruangan lain di rumah sakit
atau rujukan dari rumah sakit lain (Diklat
Rumah Sakit PHC Surabaya, 2007).
Diperlukan perawat yang sudah mendapatkan
pendidikan khusus, dan memerlukan dedikasi
dan motivasi yang tinggi bagi perawat yang
bekerja di ruang ICU. Para perawat tersebut
harus bisa melakukan interprestasi keadaan
klien, mendeteksi berbagai perubahan
fisiologis yang dapat mengancam jiwa, serta
dapat bertindak mandiri untuk menangani
kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum
dokter datang. Tugas dan tanggung jawab
perawat di ruang ICU cukup berat, baik
terhadap klien, keluarga dan dokter. Karena
itu diperlukan kesiapan mental, fisik,
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi
(Diklat Rumah Sakit PHC Surabaya, 2007).
Bekerja di ruang ICU membutuhkan
kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap
saat (Nur’aini, 2004). Hal ini dikarenakan
kondisi pasien di ruang ICU kritis, di mana
pasien merupakan pasien dengan tingkat
ketergantungan total sehingga membutuhkan
bantuan pada semua atau hampir semua
kebutuhan. Pasien harus selalu diobservasi
setiap jam bahkan lebih sering lagi. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan stres kerja di
ruang ICU. Perawat juga harus sanggup
mengatasi stres karena dalam dunia
Dadang Kusbiantoro STIKES Muhammadiyah Lamongan
SURYA
26
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
keperawatan
tidak
boleh
melakukan
kekeliruan sedikitpun. Dalam pekerjaannya,
perawat harus dapat menyesuaikan diri agar
dapat melaksanakan pekerjanya tanpa
mengorbankan mutu pekerjanya (Sri Inawati,
2006).
Data dari Ruang ICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan didapatkan rerata
penggunaan tempat tidur (Bed Occupation
Rate) sebesar 57,14% (4 pasien). Jenis
penyakit yang dirawat di Ruang ICU Rumah
Sakit Muhammadiyah antara lain : dengue
haimorhagic fever atau DHF, acut lung odem
atau ALO, Infark Miokard Akut atau IMA,
Sepsis, Tetanus, Eklamsi, dengue shock
syndrome atau DSS, Observasi konvulsi,
dikompensasi kordis. Tenaga keperawatan di
Ruang ICU Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan terdiri dari 13 orang termasuk
kepala ruangan. Dengan pembagian shift pagi
4 orang, siang 3 orang, malam 3 orang dan
libur 2 orang. Dari data tersebut sebenarnya
diperlukan 4 perawat shift pagi, 4 perawat
shift siang dan 4 perawat shift malam.
Berdasarkan survei awal tanggal 28 Februari
2008 pada 5 perawat yang bertugas di Ruang
ICU
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan
didapatkan
perawat
yang
merasakan pekerjaan di Ruang ICU sebagai
beban kerja berat sebesar 60% atau 3
perawat, beban kerja sedang sebesar 20%
atau 1
perawat, dan beban kerja ringan
sebesar 20% atau 1 perawat. Perawat tidak
ada yang mengalami stres kerja berat, stres
kerja sedang sebesar 40% atau 2 perawat, dan
stres kerja ringan sebesar 60% atau 3
perawat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya stres kerja perawat ruang ICU
antara lain : kelebihan beban kerja, jumlah
dan tingkat ketergantungan pasien, tuntutan
pelayanan menjadi perawat professional,
tingkat pendidikan, pengalaman sebelumnya
dengan stres, kepribadian perawat dan
mekanisme koping (Potter dan Perry, 2005).
Tugas dan tanggung jawab atau beban kerja
perawat ICU cukup kompleks, antara lain :
melakukan observasi pasien secara ketat,
banyaknya dan beragamnya pekerjaan yang
harus dilakukan demi keselamatan pasien,
perawat juga harus melakukan kontak
SURYA
langsung dengan pasien secara terus menerus
selama jam kerja, dan lain sebagainya
(Nursalam, 2003). Beban kerja akan menjadi
stressor bagi perawat, dimana semakin berat
beban kerja maka akan semakin besar stress
yang dialami perawat.
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada
jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien (Nursalam, 2002). Semakin tinggi
jumlah dan tingkat ketergantungan pasien
maka semakin besar stressor bagi perawat.
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan
profesional
bersifat
humanistik,
menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi kepada kebutuhan objektif klien,
mengacu
pada
standar
profesional
keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat
dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar atau rasional dan
baik atau etikal (Nursalam, 2002). Hal ini
tentu saja merupakan stressor yang cukup
besar bagi perawat.
Tingkat
pendidikan
juga
dapat
mempengaruhi respons tubuh terhadap
stressor. Perawat yang bekerja di ruang ICU
memerlukan pendidikan khusus. Sebagai
perawat
professional
dengan
tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk
bisa menjadi panutan bagi tim kerja
keperawatan sehingga semakin tinggi
pendidikan
semakin
besar
tanggung
jawabnya (Nursalam, 2002).
Pengalaman juga dapat mempengaruhi
respons tubuh terhadap stressor yang
dimiliki. Semakin banyak stressor dan
pengalaman yang dialami dan mampu
menghadapinya, maka semakin baik dalam
mengatasinya sehingga kemampuan adaptif
akan semakin baik pula (A. Azis Alimul
Hidayat, 2007). Namun bila stressor yang
banyak tidak mampu dihadapi
akan
menyebabkan stres. Oleh sebab itu bila
perawat yang bertugas di ruang ICU belum
berpengalaman tentu tingkat stresnya akan
lebih tinggi daripada perawat yang
berpengalaman lebih lama.
Tipe kepribadian seseorang juga dapat
mempengaruhi respons terhadap stressor.
27
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Apabila seseorang memiliki tipe kepribadian
A, maka lebih rentan terkena stres
dibandingkan tipe kepribadian B. Tipe
kepribadian A memiliki ciri ambisius,
agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah
tegang, mudah tersinggung, mudah marah,
memiliki kewaspadaan yang berlebihan,
bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu,
pandai berorganisasi dan memimpin atau
memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila
ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah,
tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur
pikirannya ke pekerjaan. Sedangkan tipe
kepribadian B memiliki ciri tidak agresif
ambisinya wajar, penyabar, senang, tidak
mudah tersinggung, tidak mudah marah, cara
bicara tidak tergesa, perilaku tidak interaktif,
lebih suka kerja sama, mudah bergaul dan
lainnya atau merupakan kebalikan dari tipe
kepribadian A (A. Aziz Alimul Hidayat,
2007).
Mekanisme koping juga dapat mempengaruhi
respons terhadap stressor. Jika menerima
situasi dengan adekuat dan melalui koping
yang lebih sesuai maka kita bisa
mengantisipasi dan menguraikan situasi
tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G.
Bare, 2002). Namun bila pola koping tidak
efektif maka akan terjadi stres kerja bagi
perawat.
Stres dapat mengganggu cara seseorang
dalam mencerap realitas, menyelesaikan
masalah, berfikir secara umum; dan
hubungan seseorang dan rasa memiliki.
Selain itu, stres dapat mengganggu
pandangan umum seseorang terhadap hidup,
sikap yang ditujukan pada orang yang
disayangi, dan status kesehatan (Potter dan
Perry, 2005). Stres pekerjaan seringkali
berdampak pada penurunan perhatian pada
orang dengan siapa kita bekerja, keletihan
fisik dan emosional (Potter dan Perry, 2005).
Apabila stres tidak ditanggulangi atau
dikelola dengan baik, maka akan berdampak
lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan
atau terserang penyakit (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2007).
Untuk mencegah stres kerja pada perawat
ruang ICU bisa dilakukan dengan cara
menerapkan manajemen stress yang bisa
dilakukan dengan pengaturan diet dan nutrisi,
SURYA
istirahat dan tidur, olah raga dan latihan
teratur,
berhenti
merokok,
tidak
mengkonsumsi minuman keras, dan lainnya
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2007). Selain itu
sistem pendukung juga bisa digunakan
dengan melibatkan berbagai pihak seperti
keluarga, teman dan instansi rumah sakit
misal dengan pemberian reward yang sesuai
dengan beban kerja, penambahan tenaga
perawat sesuai dengan kebutuhan dan
penggunaan alat yang canggih.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode
penelitian
merupakan
cara
bagaimana penelitian dilakukan yang
meliputi desain, kerangka kerja, teknik
sampling, identifikasi variabel, definisi
operasional, cara pengumpulan data, analisa
data, keterbatasan dan masalah etika (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2003).
Pada bab ini akan disajikan: (1) Desain
penelitian (2) Waktu dan Lokasi Penelitian
(3) Kerangka Kerja (4) Populasi, Sampel,
Sampling, (5) Identifikasi Variabel (6)
Definisi Operasional (7) Pengumpulan Data,
Pengolahan Data, Teknik Analisa Data (8)
Etika Penelitian (9) Keterbatasan.
Desain penelitian merupakan hasil akhir
suatu keputusan yang dibuat oleh peneliti
berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan. Desain penelitian
adalah suatu yang sangat penting dalam
penelitian
yang
memungkinkan
pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang
bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil
penelitian. Desain penelitian dapat digunakan
sebagai suatu strategi dalam mengidentifikasi
permasalahan penelitian dan juga dapat
mengidentifikasi
struktur
penelitian
(Nursalam, 2003).
Desain penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama membuat
gambaran tentang suatu keadaan obyek
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005). Dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui
gambaran tingkat beban kerja dan stres kerja
perawat di Ruang ICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan.
28
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil
pengumpulan data, yang diperoleh sejak
tanggal 15 Mei 2008 sampai 24 Mei 2008
sesuai tujuan yang ditetapkan.
Penyajian dimulai dari data umum yang
berisi tentang gambaran umum lokasi
penelitian dan karakteristik responden. Data
khusus disajikan berdasarkan variabel yang
diukur yaitu beban kerja dan stres kerja
perawat di Ruang ICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan.
pasien post operasi, tetanus, ekslamsia,
dengue shock syndrome atau DSS, observasi
konfulsi, observasi dyspnoe, dekompensasi
kordis, CVA bleeding atau cerebro vaskuler
accident, atrial fibrasi atau AF, cronik kidney
disease atau CKD, krisis tyroid, syok
irreversible, dehidrasi berat, pre eksklamsia
berat atau PEB chest paint, pneumonia,
bronchopneumonia dan fraktur vertebra
cervical. Pada Bulan Mei 2008 sepuluh besar
penyakit yang di rawat adalah Tetanus
sebanyak 5 kasus, acut lung odem sebanyak 4
kasus, bronchopneumoni sebanyak 4 kasus,
Infark Miokard akut sebanyak 3 kasus,
pneumonia sebanyak 3 kasus, dengue
haimorhagic fever sebanyak 3 kasus, chest
paint sebanyak 3 kasus, observasi kejang
sebanyak 3 kasus, eklamsi sebanyak 2 kasus
dan decompensasi cordis sebanyak 2 kasus.
Lama rawat inap rata-rata pasien di Ruang
ICU
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan adalah 2 sampai 3 hari dan ratarata penggunaan tempat tidur (Bed
Occupation Rate) sebesar 57,14% (4 pasien).
Peralatan di Ruang ICU ini terdiri
dari pasien monitor, defibrilator ventilator,
syringe pump, infusion pump, nebulizer,
suction pump, matras dekubitus, lampu
tindakan, oltel oksigen sentral, flow meter
oksigen, jackson resse dewasa, ambubag
reservoir dewasa dan anak, laryngoscope
dewasa dan anak, magic forcep dewasa dan
anak, tromol, instrument set (bedah minor),
korentang dan tempatnya, erkameter 3000,
stetoskop dewasa dan anak, masker
sederhana dewasa dan anak, mayo 2/3/4/5
2/2/2/2, tongue spatel, flashlight.
Sistem organisasi Ruang ICU Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan yaitu
sistem organisasi semi. Pada sistem ini maka
ICU dikelola oleh suatu tim ICU, sehingga
semua tindakan atau rencana tindakan harus
sepengetahuan dan disetujui oleh tim
tersebut.
Tenaga keperawatan di Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
terdiri dari 14 orang termasuk kepala
ruangan. Dengan pembagian shift pagi 4
orang, siang 3 orang, malam 3 orang dan
libur 2 orang. Setelah shift malam selama 4
hari kemudian libur selama 2 hari.
3. HASIL PENELITIAN
1. Data Umum
1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan merupakan salah satu rumah sakit
swasta di Kabupaten Lamongan, yang
terletak di jalan Jaksa Agung Suprapto 76
Lamongan. Rumah sakit ini dikelola oleh
Yayasan Muhammadiyah. Rumah Sakit ini
terdiri dari 7 Unit rawat inap diantaranya
Ruang Marwah, Ruang Shofa, Ruang Rudho
atau Ruang Neonatus, Recovery Room,
Ruang ICU/ICCU/NICU, dan Ruang
Multazam. Rumah sakit ini juga dilengkapi
15 unit rawat jalan yang terdiri dari Poli
Umum, Poli Bedah Umum, Poli Urologi, Poli
Bedah Tulang, Poli Bedah Saraf, Poli Saraf,
Poli Paru, Poli Mata, Poli Rehabilitasi Medis,
Poli Kandungan, Poli Psikiatri, Poli Gigi,
Poli Telinga Hidung Tenggorokan atau Poli
THT, Poli Jantung, dan Poli Alternatif; dan
juga layanan 24 jam yang terdiri dari kamar
operasi, farmasi, IGD dan dokter jaga,
Radiologi dan CT-Scan, laboratorium,
layanan kerohanian, medical check up,
pemulasaraan jenazah, dan home care.
Pada penelitian ini lokasi yang digunakan
adalah Ruang ICU yang terletak di pojok
timur
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan, sebelah barat berbatasan dengan
Ruang IGD, sebelah utara berbatasan dengan
Ruang Marwah dan halaman, sebelah selatan
berbatasan dengan halaman depan.
Jenis penyakit yang dirawat di Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
antara lain DHF atau dengue haimorhagic
fever, acut lung odem atau ALO, infark
miokard akut atau IMA, sepsis, stabilisasi
SURYA
29
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Sedangkan tenaga medisnya terdiri dari 2
dokter spesialis anestesi dan 1 dokter umum
sebagai dokter jaga.
3)
Distribusi Pelatihan yang Diikuti
Responden
7%
1.2 Karakteristik Responden
1)
Distribusi Usia Responden
43%
50%
Pelatihan perawat ICU
PPGD
Tidak pelatihan
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Gambar 4.3 Distribusi Pelatihan yang Diikuti
Responden di Ruang ICU Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan
Bulan Mei 2008
`
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Gambar 4.1
Distribusi Usia Responden di
Ruang ICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan
Bulan Mei 2008
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui
bahwa sebagian responden tidak mengikuti
pelatihan mengenai keperawatan ICU dan
Pelatihan PPGD sebanyak 7 orang (50%).
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat
diketahui bahwa sebagian besar usia
responden antara 26 – 30 tahun sebanyak 5
orang (35,71%).
2)
Distribusi Pendidikan Responden
4)
Distribusi Masa Kerja Reponden di
Rumah Sakit Muhammadiyah
SPK
D3 Keperawatan
S1 Keperawatan
Sumber : Data primer
2008
Gambar 4.2
penelitian
tahun
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Gambar 4.4
Distribusi
Pendidikan
Responden di Ruang ICU
Rumah
Sakit
Muhammadiyah Lamongan
Bulan Mei 2008
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui
bahwa
hampir
sebagian
responden
mempunyai masa kerja di Rumah Sakit
Muhammadiyah
selama 6 – 10 tahun
sebanyak 6 orang (42,83%).
Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui
bahwa
semua
responden
tingkat
pendidikannya D3 Keperawatan sebanyak 14
orang (100%).
SURYA
Distribusi
Masa
Kerja
Responden di Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan
Bulan Mei 2008
30
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Muhammadiyah Lamongan
Bulan Mei 2008
Berdasarkan Gambar 4.5
diketuhui bahwa sebagian responden
mempunyai masa kerja di Ruang ICU Rumah
Sakit Muhammadiyah selama 1-5 tahun
sebanyak 7 orang (50%).
5)
Distribusi Masa Kerja Responden di
Ruang ICU Rumah Sakit Muhammadiyah
2. Data Khusus
Pada bagian ini akan disajikan hasil
tabulasi dari variabel yang diukur yaitu data
responden berdasarkan beban kerja dan stres
kerja perawat Ruang ICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan.
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Gambar 4.5
Distribusi
Masa
Kerja
Responden di Ruang ICU
Rumah
Sakit
2.1 Penilaian Beban Kerja Perawat ICU
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Beban Kerja Pada Perawat di Ruang
ICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Bulan Mei 2008
responden merasa banyaknya pekerjaan yang
harus dilakukan demi keselamatan pasien
sebagai beban kerja sedang sebanyak 5 orang
(35,71%); hampir sebagian responden merasa
beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien sebagai
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Berdasarkan tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa hampir sebagian responden
menyatakan melakukan observasi pasien
secara ketat sebagai beban kerja ringan
sebanyak 5 orang (35,71%); hampir sebagian
SURYA
31
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
menyatakan setiap saat dihadapkan pada
keputusan yang tepat sebagai beban kerja
berat sebanyak 6 orang (42,86%); lebih dari
sebagian responden menyatakan tanggung
jawab dalam melaksanakan perawatan pasien
ICU sebagai beban kerja berat sebanyak 8
orang (57,14%); lebih dari sebagian
responden
menyatakan
setiap
saat
menghadapi pasien dengan karakteristik tidak
berdaya, koma dan kondisi terminal sebagai
beban kerja berat sebanyak 8 responden
(57,14%). Sedangkan untuk tugas pemberian
obat-obatan yang diberikan secara intensif
sebagian responden menyatakan sebagai
beban kerja sedang sebanyak 6 orang
(42,86%) dan hampir sebagian responden
menyatakan tindakan penyelamatan pasien
sebagai beban kerja berat sebanyak 5 orang
(35,71%).
beban kerja ringan sebanyak 6 orang
(42,86%); hampir sebagian responden merasa
kontak langsung perawat dengan klien di
ruang ICU secara terus menerus selama jam
kerja sebagai beban kerja ringan sebanyak 6
orang (42,86%); lebih dari sebagian
responden merasa kurangnya tenaga perawat
ICU dibanding dengan pasien kritis sebagai
beban kerja berat sebanyak 10 orang
(71,43%); hampir sebagian responden
menyatakan pengetahuan yang dimiliki
responden tidak mengimbangi sulitnya
pekerjaan di ICU sebagai beban kerja berat
sebanyak 6 orang (42,86%).
Untuk harapan pimpinan rumah sakit
terhadap pelayanan yang berkualitas dan
tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
sebagian responden menyatakan kedua jenis
beban kerja itu sebagai beban kerja berat
sebanyak 7 orang (50%).
Dari hasil penelitian juga dapat
diketahui bahwa hampir sebagian responden
2.2 Penilaian Stres Kerja
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Pada Perawat di Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Bulan Mei 2008
Jumlah dan Prosentase
No
Pernyataan
1
2
Sakit kepala
Berkeringat
dingin
Jantung berdebar
mual
Sakit perut / nyeri
ulu hati
Sesak nafas
Otot kaku / kaku
leher
Mulut kering
Gangguan
penglihatan
Gangguan tidur
Nyeri tidak
spesifik
Gatal tidak
spesifik
Diare
Telapak tangan
berkeringat
Telapak tangan
dingin
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SURYA
Selalu
Kadangkadang
Sering
Tidak
pernah
Total
%
0
1
0%
7,14%
4
1
28,57%
7,14%
7
6
50%
3 21,43%
42,86% 6 42,86%
14
14
100,00%
100,00%
0
1
1
0%
7,14%
7,14%
2
2
2
14,29%
14,29%
14,29%
7
5
5
50%
5 35,71%
35,71% 6 42,86%
35,71% 6 42,86%
14
14
14
100,00%
100,00%
100,00%
1
1
7,14%
7,14%
1
3
7,14%
21,43%
2
5
14,29% 10 71,43%
35,71% 3 21,43%
14
14
100,00%
100,00%
0
1
0%
7,14%
4
3
28,57%
21,43%
9
4
64,29% 1 7,14%
28,57% 6 42,86%
14
14
100,00%
100,00%
0
1
0%
7,14%
5
3
35,71%
21,43%
5
3
35,71% 4 28,57%
21,43% 7
50%
14
14
100,00%
100,00%
1
7,14%
2
14,29%
2
14,29% 9 64,29%
14
100,00%
1
0
7,14%
0%
1
4
7,14%
28,57%
5
3
35,71% 7
21,43% 7
14
14
100,00%
100,00%
0
0%
3
21,43%
6
42,86% 5 35,71%
14
100,00%
32
50%
50%
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Jumlah dan Prosentase
No
Pernyataan
16 Frekuensi
pernafasan
meningkat
17 Denyut nadi
meningkat
18 Cemas / takut
19 Tertekan
20 Menyalahkan diri
sendiri
21 Hilang harapan
22 Merasa bodoh
23 Tidak cocok
dengan pekerjaan
24 Curiga
25 Hilang
konsentrasi
26 Mudah lupa
27 Tidak cukup
waktu
28 Menghindar dari
masalah
29 Berganti-ganti
rencana
30 Berfikir hal kecil
terlalu detail
31 Ketegangan
berinteraksi
dengan sejawat
32 Ketegangan
berinteraksi
dengan tim
kesehatan
33 Mudah
tersinggung
34 Mudah marah
35 Menarik diri
dengan sejawat
36 Menarik diri
dengan tim
kesehatan
37 Tidak suka
dengan pekerjaan
38 Kecewa terhadap
hasil kerja
39 Jenuh
40 Tergantung orang
lain
41 Hilang minat
42 Lambat berespon
43 Makan berlebihan
SURYA
Selalu
Kadangkadang
Sering
Tidak
pernah
Total
%
1
7,14%
2
14,29%
6
42,86% 5 35,71%
14
100,00%
0
0%
3
21,43%
8
57,14% 3 21,43%
14
100,00%
0
1
1
0%
7,14%
7,14%
6
1
0
42,86%
7,14%
0%
6 42,86% 2 14,29%
7
50%
5 35,71%
10 71,43% 3 21,43%
14
14
14
100,00%
100,00%
100,00%
1
1
1
7,14%
7,14%
7,14%
2
3
0
14,29%
21,43%
0%
4 28,57% 7
50%
10 71,43% 0
0%
2 14,29% 11 78,57%
14
14
14
100,00%
100,00%
100,00%
1
0
7,14%
0%
0
3
0%
21,43%
0
9
0%
13 92,86%
64,29% 2 14,29%
14
14
100,00%
100,00%
0
1
0%
7,14%
4
1
28,57%
7,14%
8 57,14% 2 14,29%
11 78,57% 1 7,14%
14
14
100,00%
100,00%
1
7,14%
0
0%
2
14,29% 11 78,57%
14
100,00%
0
0%
2
14,29%
8
57,14% 4 28,57%
14
100,00%
0
0%
3
21,43%
7
14
100,00%
1
7,14%
0
0%
6
42,86% 7
14
100,00%
0
0%
2
14,29%
9
64,29% 3 21,43%
14
100,00%
0
0%
3
21,43%
3
21,43% 8 57,14%
14
100,00%
2
1
14,29%
7,14%
2
0
14,29%
0%
3
1
21,43% 7
50%
7,14% 12 85,71%
14
14
100,00%
100,00%
1
7,14%
0
0%
2
14,29% 11 78,57%
14
100,00%
1
7,14%
0
0%
3
21,43% 10 71,43%
14
100,00%
0
0%
1
7,14%
11 78,57% 2 14,29%
14
100,00%
0
1
0%
7,14%
1
2
7,14%
14,29%
10 71,43% 3 21,43%
8 57,14% 3 21,43%
14
14
100,00%
100,00%
0
0
0
0%
0%
0%
1
1
1
7,14%
7,14%
7,14%
6
9
1
14
14
14
100,00%
100,00%
100,00%
33
50%
6 42,86%
50%
42,86% 7
50%
64,29% 4 28,57%
7,14% 12 85,71%
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Jumlah dan Prosentase
No
Pernyataan
44 Hilang nafsu
makan
45 Perubahan
merokok/minuma
n keras
46 Bingung
47 Putus asa
48 Penurunan
produktivitas
49 Kepuasan
terhadap
pekerjaan
50 Meninggalkan
kerja
Selalu
50%
Tidak
pernah
Total
%
3 21,43%
14
100,00%
0
0%
4
28,57%
7
1
7,14%
0
0%
1
7,14% 12 85,71%
14
100,00%
0
1
0
0%
7,14%
0%
2
0
1
14,29%
0%
7,14%
5
2
9
35,71% 5 35,71%
14,29% 11 78,57%
64,29% 4 28,57%
14
14
14
100,00%
100,00%
100,00%
0
0%
6
42,86%
5
35,71% 3 21,43%
14
100,00%
1
7,14%
0
0%
3
21,43% 10 71,43%
14
100,00%
(57,14%), kadang-kadang merasa tidak
cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
sebanyak 11 orang (78,57%), tidak pernah
menghindar dari masalah sebanyak 11 orang
(78,57%), kadang-kadang berganti-ganti
rencana sebanyak 8 orang (57,14%), kadangkadang mengalami ketegangan dalam
berinteraksi dengan teman sejawat sebanyak
9 orang (64,29%), tidak pernah mudah
tersinggung sebanyak 8 orang (57,14%),
tidak pernah menarik diri atau menolak
berinteraksi dengan teman sejawat sebanyak
12 orang (85,71%),tidak pernah menarik diri
atau menolak berinteraksi dengan tim
kesehatan sebanyak 11 orang (78,57%), tidak
pernah merasa tidak suka dengan pekerjaan
sebanyak 10 orang (71,43%), kadang-kadang
kecewa terhadap hasil pekerjaan sebanyak 11
orang (78,57%), kadang-kadang merasa
jenuh dalam bekerja sebanyak 10 orang
(71,43%), kadang-kadang merasa tergantung
dengan orang lain sebanyak 8 orang
(57,14%), kadang-kadang merasa lambat
terhadap situasi yang membahayakan
sebanyak 9 orang
(64,29%), tidak pernah makan
secara berlebihan sebanyak 12 orang
(85,71%), tidak pernah mengalami perubahan
kesukaan merokok atau minuman keras
sebanyak 12 orang (85,71%), tidak pernah
putus asa dalam pekerjaan sebanyak 11 orang
(78,57%),
tidak
pernah
mengalami
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Berdasarkan tabel 4.2 dapat
diketahui bahwa hampir sebagian responden
yang sering mengalami sakit kepala sebanyak
4 responden (28,57%). Hampir sebagian
responden yang tidak pernah berkeringat
dingin sebanyak 6 orang (42,86%), tidak
pernah merasa jantung berdebar saat bekerja
5 orang (35,71%), tidak pernah merasa mual
saat bekerja sebanyak 6 orang (42,86%),dan
yang tidak pernah merasa sakit perut atau
nyeri ulu hati saat bekerja sebanyak 6 orang
(42,86%).
Adapun
dari hasil penelitian
didapatkan lebih dari sebagian responden
yang tidak pernah merasa sesak nafas saat
bekerja sebanyak 10 orang (71,43%),
kadang-kadang
merasa mulut
kering
sebanyak 9 orang (64,29%), tidak pernah
merasa gatal yang tidak spesifik sebanyak 9
orang (64,29%), kadang-kadang merasa
denyut nadi meningkat sebanyak 8 orang
(57,14%), kadang-kadang menyalahkan diri
sendiri sebanyak 10 orang (71,43%), kadangkadang merasa bodoh sebanyak 10 orang
(71,43%), tidak pernah merasa tidak cocok
dengan pekerjaan sebanyak 11 orang
(78,57%), tidak pernah curiga dengan orang
lain membicarakan dirinya sebanyak 13
orang (92,86%), kadang-kadang kehilangan
konsentrasi sebanyak 9 orang (64,29%),
kadang-kadang mudah lupa sebanyak 8 orang
SURYA
Kadangkadang
Sering
34
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Berdasarkan
tabel
4.3
dapat
diketahui bahwa sebagian tingkat beban kerja
perawat di Ruang ICU Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan adalah beban
kerja berat sebanyak 7 orang (50%) dan
sebagian tingkat beban kerja sedang
sebanyak 7 orang (50%).
penurunan produktivitas kerja sebanyak 9
orang (64,29%), dan tidak pernah
meninggalkan kerja sebanyak 10 orang
(71,43%).
Berdasarkan hasil penelitian
juga ditunjukkan bahwa hampir sebagian
responden kadang-kadang merasa otot kaku
saat atau setelah sebanyak 5 orang (35,71%),
tidak pernah merasa ada gangguan
penglihatan saat bekerja sebanyak 6 orang
(42,86%), sering merasa ada gangguan tidur
sebanyak 5 orang (35,71%), kadang-kadang
telapak tangan dingin sebanyak 6 orang
(42,86%), kadang-kadang merasa frekuensi
pernafasan meningkat sebanyak 6 orang
(42,86%), sering merasa cemas dan takut
sebanyak 6 orang (42,86%), sering berfikir
hal-hal kecil terlalu detail sebanyak 6 orang
(42,86%),
kadang-kadang
mengalami
ketegangan dalam berinteraksi dengan tim
kesehatan lain sebanyak 6 orang (42,86%),
kadang-kadang bingung dalam menghadapi
pekerjaan sebanyak 5 orang (35,71%), sering
puas terhadap pekerjaan sebanyak 6 orang
(42,86%).
Sebagian responden dalam
penelitian ini menyatakan tidak pernah
merasa nyeri tidak spesifik, tidak pernah
diare saat atau setelah bekerja, tidak pernah
merasa telapak tangan berkeringat, kadangkadang merasa tertekan karena pekerjaan,
tidak pernah hilang harapan, tidak pernah
merasa tidak tertarik terhadap minat yang
disukai, kadang-kadang kehilangan nafsu
makan sebanyak 7 orang (50%).
2.4 Tingkat Stres Kerja
Tabel 4.4 Distribusi
Responden
Berdasarkan Tingkat Stres Kerja
Pada Perawat di Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan Bulan Mei 2008
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Berdasarkan
tabel
4.4
dapat
diketahui bahwa lebih dari sebagian tingkat
stres kerja perawat di Ruang ICU Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan mengalami
stres ringan sebanyak 10 orang (71,43%).
4. Pembahasan
a. Tingkat Beban Kerja Perawat di Ruang
ICU
Perawat
merupakan
tenaga
profesional di bidang perawatan kesehatan
yang terlibat dalam kegiatan perawatan.
Perawat bertanggung jawab untuk perawatan,
perlindungan, dan pemulihan orang yang
luka atau pasien penderita penyakit akut atau
kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat,
dan penanganan keadaan gawat darurat yang
mengancam nyawa dalam berbagai jenis
perawatan kesehatan. Perawat juga terlibat
dalam riset medis dan perawatan serta
menjalankan beragam fungsi non-klinis yang
diperlukan untuk melaksanakan fungsi
perawatan kesehatan (M. Siswanto, 2007).
Perawat merupakan salah satu unsur vital
dalam rumah sakit. Perawat, dokter, dan
pasien merupakan satu kesatuan yang paling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan.
Tanpa perawat tugas dokter akan semakin
berat dalam menangani pasien. Tanpa
perawat, kesejahteraan pasien juga terabaikan
karena perawat adalah penjalin kontak
2.3 Tingkat Beban Kerja
Tabel 4.3 Distribusi
Responden
Berdasarkan Tingkat Beban
Kerja Pada Perawat di Ruang
ICU
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan
Bulan Mei 2008
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
SURYA
35
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
pertama dan terlama dengan pasien
mengingat
pelayanan
keperawatan
berlangsung terus menerus selama 24 jam
sehari (Setiyo Purwanto, 2008).
Pada suatu pelayanan professional,
jumlah tenaga yang diperlukan tergantung
pada jumlah dan derajat ketergantungan
pasien (Nursalam, 2002). Perawat yang
bekerja di Ruang ICU diperlukan perawat
yang sudah mendapatkan pendidikan khusus,
dan memerlukan dedikasi dan motivasi yang
tinggi. Tugas dan tanggung jawab perawat di
Ruang ICU cukup berat, baik terhadap
pasien, keluarga dan dokter karena itu
diperlukan
kesiapan
mental,
fisik
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi.
Berdasarkan
hasil
penelitian
ditunjukkan bahwa sebagian dari responden
menyatakan tugas dan tanggung jawab
perawat di Ruang ICU sebagai beban kerja
berat sebanyak 7 orang (50%), sebagian
merasakan sebagai beban kerja sedang
sebanyak 7 orang (50%) dan tidak ada yang
merasakan sebagai beban kerja ringan. Hal
ini dikarenakan tugas dan tanggung jawab
perawat di Ruang ICU cukup berat. Dari
hasil penelitian diketahui Tugas dan
tanggung jawab yang terbanyak dinyatakan
responden sebagai beban kerja berat adalah
kurangnya tenaga perawat ICU dibanding
dengan pasien kritis, tanggung jawab dalam
melaksanakan perawatan pasien di ICU,
kondisi pasien, harapan pimpinan rumah
sakit terhadap pelayanan yang berkualitas,
tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien,
pengambilan keputusan yang tepat dan
pengetahuan dan keterampilan yang tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di
ICU.
Perawat yang bekerja di Ruang ICU
memerlukan pendidikan khusus. Sebagai
perawat
professional
dengan
tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk
bisa menjadi panutan bagi tim kerja
keperawatan sehingga semakin tinggi
pendidikan
semakin
besar
tanggung
jawabnya (Nursalam, 2002). Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan semua responden
berpendidikan D3 Keperawatan, dan hampir
sebagian responden yang sudah mengikuti
pendidikan
dan
pelatihan
mengenai
SURYA
keperawatan ICU. Perawat yang sudah
mengikuti pelatihan akan mempunyai tingkat
beban kerja lebih tinggi karena tugas dan
tanggung jawabnya akan lebih besar.
Menurut Ilyas (2004) dikutip Wandy
(2007) salah satu permasalahan yang sering
muncul di suatu rumah sakit adalah beban
kerja perawat yang tidak seimbang.
Walaupun seringkali manajer sulit untuk
mengetahui kualitas beban kerja tersebut
karena lebih mendasarkan pada keluhan yang
bersifat subyektif. Biasanya situasi tersebut
diawali dari tahap perencanaan kebutuhan
tenaga perawat yang tidak sesuai dengan
kapasitas kerja suatu instansi pelayanan. Hal
ini sangat beresiko bagi kualitas pelayanan
yang diberikan oleh perawat karena apabila
beban kerja tinggi maka ketelitian dan
keamanan kerja menjadi menurun (FergusonPare (2004) dikutip Wandy, 2007).
Begitupun untuk tugas tambahan yang
perawat kerjakan, jumlah pasien yang harus
dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan
pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang
ia gunakan untuk mengerjakan tugasnya
sesuai dengan jam kerja yang berlangsung
tiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang
dapat membantu perawat menyelesaikan
kerjanya dengan baik sangat mempengaruhi
beban kerja perawat.
Semakin banyaknya tugas tambahan
maka akan memperbesar beban kerja
perawat. Banyaknya tugas tambahan yang
harus dikerjakan oleh seorang perawat dapat
mengganggu penampilan kerja dari perawat
tersebut (Wandy, 2007).
Waktu kerja adalah waktu produktif
yang digunakan oleh perawat untuk
mengerjakan semua tugas pokoknya (Wandy,
2007). Perawat yang bekerja di Ruang ICU
harus melakukan observasi pasien secara
ketat, kontak langsung dengan pasien secara
terus menerus, banyaknya pekerjaan yang
harus dilakukan dan beragamnya jenis
pekerjaan. Hal ini tentu saja akan menambah
waktu kerja. Semakin lama waktu kerja yang
dimiliki oleh seorang perawat maka akan
menambah tinggi beban kerja perawat
tersebut.
Di Ruang ICU lebih dari sebagian
perawat
menyatakan beban kerjanya
36
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
berlebih, hal ini dikarenakan oleh kondisi
pasien yang ditanganinya adalah pasien yang
memerlukan penanganan secara total (total
care) dimana pasien tersebut merupakan
pasien yang seluruh kebutuhannya harus
dipenuhi oleh perawat sehingga dalam
penanganannya memerlukan waktu ekstra.
Waktu kerja seseorang menentukan efesiensi
dan produktifitasnya. Apabila waktu kerja
yang harus ditanggung oleh perawat melebihi
dari kapasitasnya maka akan berdampak
buruk bagi produktifitas perawat tersebut.
Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan dan tidak disertai efisiensi yang
tinggi biasanya memperlihatkan penurunan
produktifitas serta kecenderungan untuk
timbulnya
kelelahan,
penyakit
dan
kecelakaan (Moenir (1995) dikutip Wandy,
2007).
Harapan pimpinan rumah sakit
terhadap pelayanan yang berkualitas dan
tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
juga merupakan beban kerja berat bagi
perawat hal ini dapat diketahui dari hasil
penelitian bahwa sebagian responden
menyatakan hal tersebut sebagai beban kerja
berat.
Fasilitas merupakan alat atau sarana
yang
dibutuhkan
seseorang
dalam
melaksanakan suatu kegiatan (Wandy, 2007).
Fasilitas
sangat
diperlukan
dalam
melaksanakan suatu kegiatan, kelengkapan
fasilitas sangat mempengaruhi beban kerja
seseorang dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya. Hal ini menunjukkan
bahwa kelengkapan fasilitas rumah sakit
sangat membatu meringankan beban kerja
seorang perawat. Semakin lengkap fasilitas
untuk menunjang kerja para perawat maka
akan semakin membantu meringankan beban
kerja perawat tersebut dan demikian
sebaliknya semakin minim peralatan atau
fasilitas di suatu rumah sakit maka akan
semakin menambah beban kerja tenaga
kesehatan di rumah sakit tersebut.
Kelengkapan fasilitas juga harus didukung
oleh pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh perawat sehingga mampu
mengimbangi sulitnya pekerjaan di ICU.
Apabila perawat di Ruang ICU tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
SURYA
tinggi maka akan menjadi beban kerja yang
berat karena pekerjaan di ICU sangat sulit
dengan berbagai fasilitas yang memerlukan
keterampilan dan pengetahuan untuk
mengoperasikannya dan juga kondisi pasien
di Ruang ICU yang kritis sehingga
memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat.
b. Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang
ICU
Stres kerja adalah perasaan tertekan
yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaan, yang disebabkan oleh stressor
yang datang dari lingkungan kerja seperti
factor lingkungan, organisasi dan individu
(Bahrul Ilmi, 2003). Pada tabel 4.4 dapat
diketahui hasil penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari sebagian perawat Ruang
ICU
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan mengalami stres ringan sebanyak
10 responden (71,43%), sebagian kecil
mengalami stres sedang sebanyak 3
responden (21,43%) dan sebagian kecil
mengalami stres berat sebanyak 1 orang
(7,14%). Dari data tersebut menunjukkan
bahwa masih ada perawat yang mengalami
stres berat. Hal ini dikarenakan reaksi
terhadap stressor yang berkaitan dengan
pekerjaan bergantung pada kepribadian
perawat, status kesehatan, pengalaman
sebelumnya dengan stres, dan mekanisme
koping (Potter dan Perry, 2005).
Pada Gambar 4.1 diketahui bahwa
sebagian besar responden berusia 26 – 30
tahun dan hampir sebagian responden berusia
20 – 25 tahun. Dimana pada usia 20 – 30
tahun yang biasa disebut masa dewasa muda
ini merupakan masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional (Harold
Kaplan, 1998: 272). Dari hasil penelitian
sebagian kecil responden menyatakan selalu
merasa cemas atau takut, merasa tertekan
karena pekerjaan, menyalahkan diri sendiri,
hilang harapan, merasa bodoh, merasa tidak
cocok dengan pekerjaan, dan sering bingung
dalam menghadapi pekerjaan. Pernyataan
tersebut merupakan indikator emosional dan
perilaku stres.
Tingkat pendidikan dan pelatihan
yang pernah diikuti perawat juga sangat
mempengaruhi respon terhadap stressor.
37
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
bahwa semua responden berpendidikan D3
Keperawatan dan sebagian responden sudah
mengikuti pelatihan perawat ICU dan
pelatihan PPGD. Karena masih ada sebagian
perawat ICU yang belum mengikuti pelatihan
maka pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki masih kurang. Tingkat pengetahuan
dan keterampilan yang kurang itu maka akan
menjadi stressor bagi perawat yang lain
karena akan menambah beban pada perawat
yang lain. Semakin tinggi pendidikan maka
akan semakin besar tanggung jawabnya
sehingga semakin tinggi stresnya.
Tipe kepribadian seseorang dapat
mempengaruhi respons terhadap stressor.
Apabila
seseorang
mempunyai
tipe
kepribadian A, maka rentan terkena stres
dibandingkan tipe kepribadian B (A. Aziz
Alimul H, 2007).
Kondisi kesehatan juga sangat
mempengaruhi respon terhadap stres. Ketika
terjadi stres, seseorang menggunakan energi
fisiologis dan psikologis untuk berespon dan
mengadaptasi (Potter dan Perry, 2007).
Dengan kondisi kesehatan yang optimal
maka seseorang akan memiliki energi yang
lebih banyak untuk menghadapi stressor
dibandingkan seseorang yang dalam kondisi
sakit. Untuk itu perawat harus selalu menjaga
kondisi kesehatan fisiknya agar tidak mudah
terjadi stres kerja.
Pengalaman
juga
dapat
mempengaruhi respons tubuh terhadap
stressor yang dimiliki. Semakin banyak
stressor dan pengalaman yang dialami dan
mampu menghadapinya, maka semakin baik
dalam mengatasinya sehingga kemampuan
adaptif akan semakin baik pula (A. Aziz
Alimul H, 2007). Berdasarkan hasil
penelitian ditunjukkan bahwa hampir
sebagian responden mempunyai masa kerja
di rumah sakit selama 6 – 10 tahun dan
sebagian responden mempunyai masa kerja
di Ruang ICU selama 1 – 5 tahun. Dengan
masa kerja di Ruang ICU yang relative masih
baru perawat belum mempunyai pengalaman
yang cukup dan belum beradaptasi terhadap
stressor yang ada di lingkungan kerja.
Namun apabila semakin lama masa kerja
maka semakin banyak pengalaman yang
SURYA
dimiliki sehingga akan lebih beradaptasi
terhadap stressor.
Faktor yang tidak kalah penting
dalam reaksi terhadap stressor yang berkaitan
dengan pekerjaan adalah manajemen stres.
Tinggi rendahnya tingkat stres lebih
tergantung pada manajemen stress. Tidak ada
satu pun manajemen stres kerja yang lebih
baik untuk mengatasi stres, tetapi yang
terbaik adalah kombinasi dari beberapa
teknik manajemen stres kerja. Yang meliputi
: minta bantuan orang lain, olah raga dan
latihan teratur, refresing, relaksasi, berpikir
positif, diet dan nutrisi seimbang,
menggunakan rasa humor, berhenti merokok,
tidak mengkonsumsi minuman keras,
pengaturan berat badan, pengaturan waktu,
terapi
psikofarmaka,
terapi
somatic,
psikoterapi, terapi psikoreligius (Bahrul Ilmi,
2003).Manajemen stres yang lain adalah
dengan cara meningkatkan strategi koping
yaitu koping yang berfokus pada emosi dan
koping yang berfokus pada masalah (A. Aziz
Alimul H, 2007).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan mengenai tingkat beban
kerja dan stres kerja perawat di Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
5.1.1 Sebagian perawat di Ruang ICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
mempunyai gambaran tingkat beban kerja
berat dan sebagian mempunyai gambaran
tingkat beban kerja sedang.
5.1.2 Lebih dari sebagian perawat Ruang
ICU
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan mempunyai gambaran tingkat
stres kerja ringan.
2. Saran
Sesuai
dengan
hasil
penelitian, maka peneliti mengajukan saran
sebagai berikut :
5.2.1 Bagi Perawat di Ruang ICU
1)
Mengenal sedini mungkin ciri dari
stress kerja berat, sedang dan ringan sehingga
manajemen stres dapat lebih efektif.
38
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
2)
Menggunakan teknik manajemen
stres yang tepat dan sesuai dengan pilihan
Dorlan (1998). Kamus Saku Kedokteran.
Edisi 25. Jakarta :EGC.
Harold Kaplan (1998). Sinopsis Psikiatri
Edisi III. Jakarta : Bina Rupa Aksara
5.2.2 Bagi Organisasi atau Rumah Sakit
1)
Membuat suatu wadah dengan
program mengatasi stres di tempat kerja,
seperti “ Community Club “.
2)
Menambah tenaga keperawatan di
Ruang ICU sesuai dengan jumlah pasien dan
tingkat ketergantungan pasien.
3)
Memberikan reward yang sesuai
dengan beban kerja
4)
Mengirim tenaga keperawatan untuk
mengikuti pelatihan perawat ICU
5.2.3 Peneliti Berikutnya
Perlu dicari hubungan antara beban
kerja dan stress kerja perawat di Ruang ICU.
Iyus Yosep (2007). Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama.
Nur’aini
(2007).
Aktivitas
Program
Intervensi Pengendalian Stres Kerja
Perawat dalam Upaya Meningkatkan
Mutu Pelayanan Keperawatan di
Unit Perawatan Intensive Rumah
sakit Haji Medan. Program Studi
Magister Kesehatan masyarakat
Program Megister Kesehatan Kerja
Program Pasca Sarjana, Universitas
Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat (2003). Riset
Keperawatan dan Teknik Penelitian
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba
Medika.
___________________ (2007). Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika.
________ (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
____________________ (2007). Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter dan Perry (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta : EGC.
A. Munandar, Sunyoto (2001). Psikologi
Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
PPNI (2005). Buku Panduan Organisasi
Profesi Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI). Surabaya.
Bahrul Ilmi (2003). Pengaruh Stress Kerja
terhadap
Prestasi
Kerja.
www//http:adln.lib.unair.ac.id.
Rab, Tabrani (2007). Agenda Gawat Darurat
(Critical Care). Bandung:PT.
Alumni.
Diklat Rumah Sakit PHC Surabaya (2007).
Materi Pelatihan Perawat ICU
(Intensive Care Unit). Surabaya :
RSPS.
Setiyo Purwanto (2008). Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Rumah Sakit.
www//http: setiyo.blogspot.com
SURYA
39
Vol. 1, No, 1, September 2008
Gambaran Tingkat Beban Kerja Dan Stres Kerja Perawat Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS
Muhammadiyah Lamongan
Siswanto (2007). Hari Keperawatan Sedunia.
www//http:inna-ppni.or.id.
Stuart dan Sundeen, (1998). Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Soekidjo Notoatmodjo (2005). Metodologi
Penelitian kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Revisi-Jakarta : Rineka Cipta.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare
(2002). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Wandy (2007). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Beban Kerja
Perawat di Unit Rawat Inap RSJ
Dadi Makasar Tahun 2006.
www//http://irwandykapalawi.wordp
ress.com
Sri Inawati (2006). Mengapa Perawat
dibutuhkan ?.
www//http:kaltengpos.com
Weller, Barbara F. (2005). Kamus Saku
Perawat. Edisi 22. Jakarta : EGC.
SURYA
40
Vol. 1, No, 1, September 2008
Download