Analisis Pengaruh Kebijakan Utang, Profitabilitas, Likuiditas

advertisement
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UTANG,
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KESEMPATAN
INVESTASI, DAN JENIS INDUSTRI TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN
Ivan Widhyasmoro
Linda Ariany Mahastanti
Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
Abstract: Dividen policy is the decision of company management whether
profits are reinvested to the in retained earnings, or distributed to
shareholders in dividends. There are several factors that could be expeted to
effect the dividend policy, including the company’s debt policy, profitability,
liquidity of the company, investment opportunities of company, and types of
industrial companies. This research aims to determine whether these factors
affect the payment of dividends. This research uses panel data regression
analysis model to analyze the data and using a sample of 70 companies listed
on Bursa Efek Indonesia (BEI).
This result indicate that the variable liquidity, investment opportunity
and type of industry do not affect dividend policy. Debt policy and profitability
variables are variables that affect dividend policy.
Keyworrds: debt policy, profitability, liquidity, investment opportunities,
industry type, dividend policy
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Pembayaran dividen merupakan salah satu elemen yang menarik banyak
pihak seperti pemegang saham, kreditur, investor, maupun pihak-pihak lain yang
memerlukan informasi penting dari data keuangan perusahaan. Pada akhir-akhir
tahun ini, kebijakan pembayaran dividen untuk setiap jenis perusahaan pun
mengalami fluktuasi dalam pembayaran dividennya, bahkan ada yang sama sekali
1
tidak melakukan pembayaran dividen. Kebijakan dividen merupakan suatu
keputusan dari perusahaan apakah laba yang diperoleh diinvestasikan kembali
dalam bentuk laba ditahan, atau dibagikan langsung kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen. Tetapi pada kejadian yang sebenarnya, perusahaan banyak
mengalami penurunan dalam pembagian dividen bahkan ada yang tidak
mengeluarkan dividen sama sekali dalam beberapa tahun. Ini dapat dilihat dari
laporan keuangan beberapa perusahaan hal ini dapat dikarenakan seperti
perusahaan mengalami penurunan profitabilitas sehingga diputuskan untuk
mengurangi jumlah pembagian dividen, seperti yang terlihat di laporan keuangan
PT Tripolypta Indonesia Tbk tahun 2010 (lihat di lampiran 5) yang mengalami
penurunan profitabilitas sehingga harus mengurangi jumlah dividen yang
dibagikan dari tahun sebelumnya, atau sama sekali tidak mengeluarkan dividen
untuk dibagikan karena langsung dijadikan dalam bentuk laba ditahan. Ada juga
kejadian yang dialami oleh PT Champion Pasifik Indonesia Tbk pada tahun 2010
(lihat di lampiran 6), ketika mengalami peningkatan profitabilitas dari tahun
sebelumnya justru perusahaan tersebut memilih untuk tidak membagikan dividen
sama sekali. Selain itu ada pula perusahaan yang mengalami profitabilitas rendah
akan tetapi justru membagikan dividen yang tinggi, hal ini dikarenakan untuk
membuat investor tertarik karena investor menyukai dividen yang tinggi.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tentang kebijakan dividen.
Peneliti-peneliti terdahulu sudah menyimpulkan bahwa kebijakan utang,
profitabilitas,
likuiditas,
dan
kesempatan
investasi
secara
signifikan
mempengaruhi kebijakan dividen (Nuringsih, 2005; Prabawa, 2006; Suharli,
2007; Dewi, 2008; Puspita 2009; Tarigan dan Sigiharto, 2010; dan Sari, 2010).
Pada tingkat penggunaan utang yang tinggi, perusahaan cenderung membagikan
dividen yang rendah, dengan keputusan ini perusahaan masih memiliki laba
ditahan yang digunakan untuk menutup utang (Nuringsih, 2005).
Kebijakan
dividen dapat juga berhubungan dengan kesempatan investasi. Salah satu
persamaan antara kebijakan dividen dan keputusan investasi adalah keduanya
sama-sama bersumber dari laba perusahaan. Laba perusahaan akan dipergunakan
2
untuk membayar dividen kepada para pemegang saham dan sisanya akan ditahan
sebagai laba ditahan (retained earnings) yang akan digunakan untuk investasi
perusahaan yang nantinya akan berguna untuk pertumbuhan perusahaan pada
masa yang akan datang. Sebagian besar pembayaran dividen dilakukan dengan
kas dari perusahaan tersebut sehingga likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan pembayaran dividen. Likuiditas perusahaan merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen karena dividen merupakan
arus kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas menyeluruh dari
perusahaan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen (Van Horne,
1998, hal 37 dalam Prabawa, 2006). Apabila perusahaan tidak likuid maka hal ini
akan mempengaruhi pembayaran dividen.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian-penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nuringsih, 2005; Prabawa, 2006; Suharli, 2007;
Dewi, 2008; Puspita, 2009; Tarigan dan Sigiharto 2010; dan Sari, 2010. Adapun
pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) dalam penelitian
ini menambah variabel baru yaitu jenis industri, karena setiap jenis sektor industri
perusahaan masing-masing membagikan dividen yang berbeda-beda. Bursa Efek
Indonesia (BEI) mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan ke dalam beberapa
sektor industri bedasarkan kegiatan operasionalnya dan juga perkembangan
saham-saham perusahaan, karena harga saham dipengaruhi oleh kondisi industri
yang bersangkutan. Pengelompokkan perusahaan tersebut dapat melihat risiko
perusahaan, melalui persaingan, atau proses operasi perusahaannya (Yohana,
2009). Misalnya, risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus
yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan
dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan.
Dengan proses tersebut risiko perusahaan memiliki utang yang tinggi menjadi
besar.
Dari sektor-sektor industri tersebut ada juga dapat terlihat perusahaan yang
harga sahamnya relatif stabil dan ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Saham yang mempunyai harga tinggi bisa saja menjadi tidak berharga dalam
3
waktu singkat. Dengan memperhatikan hal ini, jelas risiko yang dialami juga
cukup besar. Oleh karena itu dengan tingkat risiko yang besar seperti itu, investor
berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi juga, salah satunya
dalam bentuk dividen.
Dividen bisa juga menjadi sebuah sinyal kepada investor. Apabila perusahaan
tersebut membagikan dividen yang lebih tinggi dapat menunjukan bahwa kondisi
perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik dan bisa memberikan keuntungan
pada masa mendatang walaupun sebenarnya kondisi perusahaan memiliki risiko
industri yang cukup tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Modigilani dan Miller
dalam Atmaja LS (2003) dengan ”signalling theory”-nya yang menyatakan
bahwa kenaikan dividen biasanya merupakan suatu ”sinyal” kepada investor
bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
mendatang. Maka dari itu peneliti tertarik apakah pengklasifikasian industri
tersebut berpengaruh terhadap pembagian hasil keuntungan atau dividen kepada
para pemegang saham; (2) Pengambilan data penelitian-penelitian sebelumnya
hanya menggunakan sampel beberapa perusahaan saja, dalam penelitian kali ini
peneliti ingin mencoba sampel dengan mengambil data seluruh perusahaan yang
listing di BEI yang membagikan dividen, keculali perusahaan yang berada di
sektor keuangan karena pada laporan keuangan sektor industri keuangan memiliki
tipikal yaang jauh berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada sektor industri
lainnya; (3) Teknik analisis yang digunakan juga berbeda dari penelitianpenelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi data
panel, yaitu gabungan dari data time series (antar waktu), yakni periode 20092010; dan cross section (antar individu atau antar ruang), yakni diteliti bedasarkan
perusahaan beserta dengan pengklasifikasian jenis industrinya yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Persoalan Penelitian
Bedasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan di
atas, maka persoalan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4
1. Apakah kebijakan utang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?
2. Apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?
3. Apakah likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?
4. Apakah kesempatan investasi mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?
5. Apakah jenis industri mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?
Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbang saran dan informasi tambahan pengetahuan terutama
dalam hal pengambilan kebijakan dividen yang harus dilakukan manajemen
perusahaan yang terkait dengan variabel kebijakan utang, profitabilitas,
kesempatan investasi, likuiditas dan jenis industri.
2. Memberikan masukan dan tambahan bahan pertimbangan bagi investor untuk
menentukan pilihan dan strategi investasi pada suatu perusahaan baik itu
untuk semua jenis perusahaan.
Landasan Teori dan Perumusan Masalah
Teori Kebijakan Dividen
Dividen dapat diartikan sebagai pembagian laba kepada para pemegang
saham perusahaan sebanding dengan jumlah sahan yang dipegang oleh masingmasing pemilik (Stice et al, 2005 dalam Suharli, 2004). Dividen merupakan
kompensasi yang diterima oleh pemegang saham (Hanafi, 2004). Ada sejumlah
faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembayaran dividen. Faktor-faktor
tersebut saling mempengaruhi untuk menentukan kebijakan dividen yang optimal
bagi perusahaan. Bringham dan Weston (1990:198-2010) dan Atmaja, LS
(2003:285-287) mengkaji beberapa kebijakan dividen :
a) Teori ”The Bird in the Hand”
Gordon dan Litner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan
naik jika Dividen Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka
5
menerima dividen daripada capital gain (Atmaja LS 2003:287). Jadi investor
memandang keuntungan yang di dapat dari pembayaran dividen lebih pasti
daripada keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham (capital gain).
b) Teori ”Signaling Hypotesis”
Modigilani dan Miller dalam Atmaja LS (2003) berpendapat bahwa suatu
kenaikan dividen biasanya merupakan suatu ”sinyal” kepada investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
mendatang, sebaliknya suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen dibawah
kenaikan normal (biasanya) diyakini invstor sebagai suatu sinyal bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang.
c) Teori Residual Dividen
Teori ini menyatakan, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah
semua investasi yang telah menguntungkan telah habis didanai. Para investor
lebih menyukai jika perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan
lagi, dibandingkan jika keuntungan itu diberikan berupa dividen (Widayanti,
2009). Jadi teori ini menjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan kepada pihak
investor merupakan dana sisa (residu) dari kegiatan-kegiatan investasi yang telah
didanai.
Jadi dalam penelitian ini menggunakan rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio) sehingga dalam penelitian ini memfokuskan kepada foktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi dividen. Proksi dividen dalam penelitian ini
menggunakan DPR, yaitu Dividen dibagi dengan Earning After Tax.
Teori Keagenan
Manajer dan pemegang saham merupakan orang yang berbeda. Manajer
dipandang sebagai agen dari pemilik atau pemegang saham (Widayanti, 2009).
Seringkali managemen dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda
dan bertentangan sehingga dapat terjadi konflik di dalamnya. Kebijakan dividen
terkait dengan hubungan antara manajer dengan pemegang saham yang memiliki
6
kepentingan berbeda diantaranya manajer menghendaki pembagian dividen kecil
karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk membayar utang
perusahaan yang tinggi, atau perusahaan membutuhkan dana yang besar juga
untuk mendanai kegiatan investasinya, sementara para pemegang saham
menghendaki pembagian dividen yang besar. Perbedaan antara kepentingan
pemilik atau pemegang saham dan kepentingan manajer tersebut menimbulkan
apa yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem) (Widayanti, 2009).
Kebijakan Utang
Rasio manajemen utang adalah seberapa jauh perusahaan menggunakan
pendanaan melalui utang, atau pengungkit keuangan (financial laverage)
(Bringham dan Houston, 2004:101). Financial laverage menunjukan proporsi atas
penggunaan utang untuk membiayai investasinya (Sartono RA, 2001:120). Rasio
total utang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio utang (debt
ratio), akan mengukur persentase dari dana yang diberikan para kreditur
(Bringham dan Houston, 2004:103). Semakin tinggi rasio hutang ini menunjukan
bahwa sebagian aktivitas operasi perusahaan didanai dari pinjaman utang. Oleh
karena itu ketergantungan perusahaan kepada pihak eksternal (kreditur) juga
tinggi yang mengakibatkan biaya utang (biaya bunga) yang harus diberikan
kepada kreditur juga semakin besar. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
profitabilitasnya.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono RA,
2001:122). Puspita (2009) menyatakan Return On Asset adalah tingkat
keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya yang diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax)
terhadap total asetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka
menghasilkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian rasio ini yang nantinya
7
dipakai oleh investor atau pemegang saham untuk melihat keuntungan yang akan
diterima, baik yang secara langsung dibagikan dalam bentuk dividen, ataupun
keuntungan tersebut diinvestasikan lagi ke dalam perusahaan dalam bentuk laba
ditahan.
Likuiditas
Aktiva liquid (liquid asset) adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu
pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas
dengan menggunakan harga pasar yang berlaku (Bringham dan Houston,
2004:95). Aktiva-aktiva liquid tersebut dapat dianalisis untuk dapat memberikan
sebuah ukuran likuiditas yang cepat dan mudah untuk digunakan, yaitu dengan
menganalisis rasio dengan menghubungkan jumlah kas dengan aktiva lancar
lainnya dengan kewajiban lancar.
Posisi likuiditas dapat mempengaruhi dalam pembagian dividen, karena
dividen merupakan salah satu arus kas keluar (cash outflow), jadi semakin tinggi
posisi likuiditas perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan membayar
dividen.
Kesempatan Investasi
Apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan
cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi
(Suharli, 2007). Dana yang didapat dari profit perusahaan akan digunakan untuk
mendanai kegiatan investasi yang menguntungkan daripada dibagikan dalam
bentuk dividen. Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi
yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan
adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Sari, 2010). Proksi IOS yang digunakan
dalam penelitian ini adalah market to book value of asset ratio. Proksi ini dipilih
karena nilai pasar mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan kesempatan
investasi di masa yang akan datang (Tjandra, 2005 dalam Sari, 2010).
8
Jenis Industri
Profil perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang
mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan jadi luas pengungkapan
dalam laporan tahunan mungkin tidak sama untuk semua sektor ekonomi (Erdanu,
2010). Perusahaan-perusahaan publik yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) diklasifikasikan menurut sektor industri yang telah ditetapkan oleh BEI.
Istilah industri sering diidentifikasikan sebagai kegiatan ekonomi manusia
yang mengolah barang mentah (bahan baku) menjadi barang setengah jadi atau
barang mentah menjadi barang jadi. Menurut Ruhimat dan Mustar (2008) industri
dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang
sifatnya produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Perusahaan-perusahaan publik yang tercatat di dalam Bursa Efek Jakarta (BEI)
diklasifikasikan menurut sektor industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut
dengan Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA). JASICA indeks tahun
2010 mengelompokan perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam sembilan sektor
industri, yaitu (1) Sektor Pertanian (Agriculture); (2) Sektor Pertambangan
(Mining); (3) Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemicals);
(4) Sektor Aneka Industri (Miscellaneous Industry); (5) Sektor Industri Barang
Konsumsi (Consumer Goods Industry); (6) Sektor Properti dan Real Estate
(Property and Real Estate); (7) Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
(Infrastucture, Utilities and Transportation); (8) Sektor Keuangan (Finence); dan
yang terakhir, (9) Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi (Trade, Service, and
Investment). Dalam penelitian ini tidak dimasukan perusahaan sektor keuangan
karena laporan keuangan perusahaan dari jenis industri keuangan memiliki
karakteristik yang berbeda dari perusahaan-perusahaan di sektor industri lainnya.
Jadi dalam penelitian ini hanya menggunakan delapan jenis industri saja.
9
Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Kebijakan Utang terhadap Kebijakan Dividen
Dalam penelitian Nuringsih (2005), menunjukan bahwa penggunaan utang
yang tinggi, perusahaan cenderung membayar dividen rendah, dengan keputusan
ini perusahaan masih memiliki laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan
menutup utang. Kebijakan dividen rendah berdampak positif bagi pihak kreditur
karena kepentingan mereka diperhatikan karena sebagian laba yang diperolah
digunakan untuk melaksanakan kewajibannya kepada kreditur. Sebaliknya,
perusahaan dengan utang rendah pembagian dividen kepada pemegang saham
cenderung lebih tinggi karena perusahaan memiliki beban bunga yang kecil
sehingga laba perusahaan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham. Bedasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah:
H1:
Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Profitabilitas terhadap kebijakan dividen
Menurut Puspita (2009) profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap
kebijakan dividen karena peningkatan profitabilitas (ROA) disebabkan laba yang
dihasilkan berupa earning after tax juga mengalami kenaikan, sehingga
perusahaan yang memiliki laba yang besar akan menentukan kebijakan dividen
kepada pemegang saham yang lebih besar. Profitabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh
perusahaan, oleh karena itu dividen dibagikan lebih besar apabila perusahaan
memperoleh keuntungan yang besar juga. Jadi semakin besar keuntungan yang
diperoleh maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Bedasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
H2:
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
10
Likuiditas terhadap kebijakan dividen
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
banyak keputusan dividen karena dividen merupakan arus kas keluar maka
semakin besar posisi kas dan likuiditas menyeluruh dari perusahaan semakin besar
kemampuannya untuk membayar dividen (Van Horne, 1998, hlm.37 dalam
Prabawa, 2006). Apabila perusahaan tidak likuid maka hal ini akan
mempengaruhi pembayaran dividen kepada pemegang saham. Berdasarkan dari
uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H3:
Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen
Dalam penelitian Suharli (2010) kesempatan investasi berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan apabila kondisi perusahaan
sedang memiliki kesempatan investasi yang baik maka setiap dana yang tersedia
di perusahaan akan cenderung digunakan untuk mendanai kegiatan investasi
tersebut daripada dibagikan untuk pembayaran dividen kepada pihak investor.
Bedasarkan uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah seperti berikut:
H4:
Kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Jenis Industri terhadap Kebijakan Dividen
Bedasarkan teori yang diuraikan sebelumnya, bahwa pengelompokan industri
bedasarkan dengan kegiatan operasionalnya, dan juga perkembangan sahamsaham perusahaan, karena harga saham dipengaruhi oleh kondisi industri yang
bersangkutan. Pengelompokkan perusahaan tersebut dapat melihat risiko
perusahaan, melalui persaingan, atau proses operasi perusahaannya (Yohana,
2009). Misalnya, risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus
yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan
dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan.
Dengan proses tersebut risiko perusahaan memiliki utang yang tinggi menjadi
besar. Dari sektor-sektor industri tersebut ada juga dapat terlihat perusahaan yang
harga sahamnya relatif stabil dan ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Saham yang mempunyai harga tinggi bisa saja menjadi tidak berharga dalam
11
waktu singkat. Dengan memperhatikan hal ini, jelas risiko yang dialami juga
cukup besar. Oleh karena itu dengan tingkat risiko yang besar seperti itu, investor
berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi juga, salah satunya
dalam bentuk dividen. Jadi hipotesis yang dapat ditarik adalah :
H5:
Jenis Industri berpengaruh terhadap kebijakan dividen
Gambar 1
Model Penelitian untuk menduga pengaruh kebijakan utang, profabilitas,
likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri terhadap kebijakan
dividen.
Kebijakan Utang
Profitabilitas
Likuiditas
Kebijakan Dividen
Kesempatan
Investasi
Jenis Industri
12
Metodelogi Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan tentang jenis dan sumber data,
penentuan
populasi beserta teknik pengambilan sampelnya, variabel penelitian dan
pengukurannya, dan teknik analisisnya.
Jenis dan Sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan
tahunan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2010 serta data dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode
2010. Dalam rangka penulisan skripsi ini, periode waktu yang digunakan untuk
pengamatan selama 2 tahun berturut-turut.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 dalam Guntur,
2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
yang terdaftar di BEI sesuai dengan pengklasifikasian BEI periode 2009-2010
kecuali perusahaan-perusahaan yang berada di sektor keuangan. Sampel
merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan
memiliki karakteristik yang sama dengan populasi (Sekaran, 2003 dalam Sari,
2010). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive
sampling untuk mewakili populasi. Sampel yang didapatkan harus memenuhi
kriteria yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan 2 tahun berturut-turut,
yaitu tahun tahun 2009 sampai dengan 2010
2. Perusahaan yang membagikan dividen berturut-turut pada periode 20092010
3. Perusahaan yang memiliki informasi keuangan (ROA, total asset lancar,
total utang lancar, kapitalisasi pasar, jumlah saham yang beredar dan
closing price) pada periode 2009-2010.
13
Pengukuran variabel
Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Proksi
yang digunakan adalah Dividen Payout Ratio (DPR), kerena dividen yang
dimaksud adalah bagian dari laba bersih yang diberikan perusahaan kepada para
pemegang saham (Suharli, 2007, dan Sari, 2010)
Dividen Payout Ratio (DPR) =
Variabel independen
Dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel independen, baik
berpengaruh secara positif maupun negatif. Variabel-variabel tersebut adalah,
kebijakan utang, profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi dan jenis industri,
yang diproksikan dengan “Debt to Asset Ratio (DAR)” untuk kebijakan utang,
“Return on Aset (ROA)” untuk profitabilitas, “Cash Ratio” untuk likuiditas,
“Market to Book Value Asset (MBVA)” untuk kesempatan investasi, dan untuk
variabel jenis industri di-coding dengan menggunakan kode jenis industrinya
sesuai dengan pengklasifikasian oleh BEI. Berikut ini adalah perhitungan dari
proksi variabel-variabel tersebut:
DAR
=
ROA
=
Cash Ratio
=
MBVA
=
Keterangan :
14
Nilai Pasar
(Total Aset – Total Ekuitas) + (jumlah saham yang beredar
=
x closing price)
Nilai Buku Aset
=
Total Aset
Teknik Analisis
Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan regresi data panel, yaitu
gabungan dari data time series (antar waktu) dan cross section (antar individu atau
antar ruang), sehingga regresi dengan menggunakan data panel disebut dengan
model regresi data panel (Gujarati, 2003). Dalam penelitian ini pengolahan data
menggunakan software Limdep. Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang
diajukan mengenai hubungan variabel dependen yang diwakili oleh rasio
pembayaran dividen dan variabel independen yang diwakili kebijakan utang,
profitabilitas, posisi likuiditas, kesempatan investasi dan jenis industri dengan
menggunakan beberapa pengujian yang dikemukakan dengan model regresi data
panel. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian statistik deskriptif dan regresi
data panel dengan sebelumnya melakukan uji Hausman untuk menentukan tehnik
fixed effect atau random effect yang digunakan untuk menguji regresinya.
Adapun model persamaan yang digunakan dan akan diuji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
DPR =
+
DAR +
ROA +
Cash Ratio +
MBVA +
JENIS + e
Analisis Dan Pembahasan
Gambaran umum objek penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Berdasarkan kriteria
sampel yang dikumpulkan maka diperoleh 70 perusahaan yang memenuhi kriteria.
Pada penelitian ini, data diperoleh berdasarkan pada tahun penelitiaan bukan
bedasarkan jumlah perusahaan.
15
Pada tabel ini di bawah ini disajikan hasil seleksi sampel dengan metode
purposive sampling, yaitu :
Tabel 1. Seleksi Sampel
Keterangan
Jumlah awal perusahaan listing BEI
Jumlah
431
Pelanggaran kriteria 1:
Perusahaan tidak mengeluarkan laporan keuangan selama 2 tahun
berturut-turut, yaitu tahun 2009 sampai dengan 2010
7
Pelanggaran kriteria 2:
Perusahaan tidak membagikan dividen berturut-turut pada periode
2009-2010
282
Pelanggaran kriteria 3:
Perusahaan tidak memiliki salah satu informasi keuangan (ROA,
Current Ratio, DAR, total aset, total ekuitas, jumlah saham yang
72
beredar dan closing price (perusahaan di sektor keuangan)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
70
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Pembahasan
Penelitian ini menguji hipotesis yang dikemukakan dengan model analisis
regresi data panel. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian Statistik Deskriptif,
dan uji Hausman untuk menentukan apakah yang dipakai tehnik fixed effect atau
random effect.
16
Tabel 2
Pengujian statistik Deskriptif
Variabel
Mean
Std. Dev.
Minimum
Maximum
Cases
DPR
0.38
0.31
0.001
1.51
140
DAR
0.41
0.18
0.009
0.89
140
ROA
0.12
0.10
0.008
0.82
140
CR
2.79
3.15
0.17
27.20
140
MBVA
2.58
3.13
0.38
18.51
140
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 140 sampel data, yaitu dari 70 data observasi perusahaan
selama dua tahun. Tabel di atas juga menunjukan bahwa rata-rata masing-masing
variabel-variabel menunjukan angka positif. Dari 140 sampel tersebut dapat
diketahui variabel dividen (DPR) mempunyai mean 0.38 dan standar deviasi
sebesar 0.31. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata perusahaan sampel
membagikan dividen pada tingkatan yang cukup tinggi yaitu 38% dari laba yang
dimiliki, padahal rata-rata profitabilitas (ROA) sampel perusahaan hanya sebesar
12%. Nilai minimum DPR yaitu 0,1% yaitu pada PT Multi Bintang Indonesia
Tbk, sedangkan nilai maksimumnya 151% yaitu dialami oleh PT GoodYear
Indonesia Tbk. Profitabilitas terendah didapat dari PT Sumi Kabel Indonesia Tbk,
yaitu hanya sebesar 0.8%, sedangakan profitabilitas tertinggi didapat dari PT
Petrosa Tbk yaitu mencapai 82%.
Variabel kebijakan utang (DAR) memiliki nilai rata-rata 0.41 dan standar
deviasi sebesar 0.41. Hal ini menunjukan bahwa satu utang perusahaan akan
ditanggung oleh aset sebesar 0.41. Ini menunjukan bahwa sampel perusahaan
mempunyai rata-rata tingkat utang yang cukup tinggi, yaitu sebesar 41%. Dilihat
dari rata-rata ketiga variabel, yaitu DPR, ROA, dan DAR, menunjukan bahwa
walaupun rata-rata perusahaan memiliki tingkat utang yang lebih tinggi dari
profitabilitasnya, perusahaan mampu juga memberikan dividen pada tingkat yang
17
cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa perushaan ingin memberikan sinyal
kepada investor walaupun perusahaan tersebut memiliki tingkat hutang yang
cukup tinggi, tetapi perusahaan tersebut masih layak untuk diinvestasikan karena
masih dapat memberikan tingkat pengembalian yang cukup besar. Nilai
maksimum DAR perusahaan sebesar 89% yang dialami oleh PT Multi Bintang
Indonesia Tbk, yang menunjukan bahwa aset PT Multi Bintang Indonesia Tbk
sebagian besar didapat karena melakukan pinjaman yaitu sebasar 89%, terlihat
pada laporan keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2009
(lihat
lampiran 8) yang memilki total aset sebesar Rp. 993.465 juta tetapi memiliti total
utang sebesar Rp. 888.122 juta. Nilai minimum DAR dialami oleh PT Sampoerna
Agro Tbk yaitu sebesar 0.9%.
Variabel likuiditas (CR) memiliki nilai rata-rata 2.79 dan standar deviasi
sebesar 3.15. Hal ini menunjukan bahwa variabel CR memiliki sebaran yang
cukup besar karena standar deviasi lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Ratarata perusahaan memiliki nilai likuiditas sebesar 2.79 kali, yang artinya bahwa
setiap utang lancar dapat dibiayai oleh aset lancar sebanyak 2.79 kali. Pada PT
Gudang Garam Tbk, memiliki nilai maksimum yang tinggi, yaitu sebesar 27.2
kali, dan CR tingkat minimum didapat pada PT Duta Graha Indah Tbk, yaitu
sebesar 0.17 kali.
Variabel kesempatan Investasi (MBVA) memiliki nilai rata-rata 2.58 dan
standar deviasi sebesar 3.13. Hal ini juga menunjukan bahwa variabel MBVA
memiliki sebaran yang cukup besar karena standar deviasi lebih besar daripada
nilai rata-ratanya. Rata-rata perusahaan memiliki kesempatan investasi sebesar
2.58 kali, yang berarti harga pasar lebih besar 2.58 kali daripada nilai buku
asetnya. Untuk nilai minimum variabel MBVA perusahaan sampel sebesar 0.38
(PT Colorpak Indonesia Tbk) dan nilai maksimumnya sebesar 18.51 (PT
Perusahaan Gas Negara Persero).
Untuk variabel jenis industri, informasi tentang sampel dapat dilihat dari
tabel berikut:
18
Tabel 3
Jumlah Sampel Jenis Industri
Kode
Jenis
Jenis Industri
1
Pertanian
2
Pertambangan
3
Industri Dasar dan Kimia
4
Aneka Industri
5
Industri Barang Konsumsi
6
Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
7
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
8
Perdagangan Jasa dan Investasi
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Jumlah
perusahaan
Jumlah yang
membagikan
dividen
Persentase
21
30
64
48
35
61
29
71
3
5
16
14
16
9
2
5
14.29%
16.67%
25.00%
29.17%
45.71%
14.75%
6.90%
7.04%
Dari tabel di atas menunjukan bahwa angka 1 (satu) sampai dengan 8
(delapan) pada kolom kode jenis industri (JENIS) menunjukan klasifikasi sektor
industri dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis-jenis industri tersebut diberi kode
angka 1 sampai dengan 9 sebagai berikut secara berurutan adalah: (1) Pertanian;
(2) Pertambangan; (3) Industri Dasar dan Kimia; (4) Aneka Industri; (5) Industri
Barang Konsumsi; (6) Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan; (7)
Infrastruksur, Utilitas dan Transportasi; serta (8) Perdagangan, jasa dan Investasi.
Untuk sektor keuangan tidak dimasukan ke dalam penelitian karena ada beberapa
faktor yang kurang informatif dalam pengolahan data penelitian ini. Seperti di
dalam laporan keuangan perusahaan sektor keuangan tidak mengklasifikasikan
nilai aset lancar dan aset tetap, sehingga dalam perhitungan current ratio-nya
tidak bisa dilakukan. Dari tabel di atas juga menunjukan bahwa jenis industri yang
memiliki proporsi paling banyak mengeluarkan dividen selama 2 (dua) tahun
berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan 2010 adalah dari jenis industri
Barang Konsumsi, yaitu sama-sama sebesar 45.71% atau 16 perusahaan dari 35
perusahaan yang membagikan dividen dalam kurun waktu tersebut, sedangkan
yang paling sedikit membagikan dividen selama kurun waktu 2009-2010 adalah
dari jenis industri Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, yaitu hanya 6.9% dari
19
total perusahaan yang berada pada sektor industri Infrastruktur, Utilitas, dan
Transportasi.
Pengujian hipotesis
Dalam pengujian hipotesis ini DAR, ROA, CR MBVA, dan JENIS
sebagai variabel bebas (independent variable) dan DPR sebagai variabel terikat
(dependent variable). Untuk menentukan tehnik analisis regresi data panel
memakai tehnik fixed effect atau random effect, maka dilakukan uji Hausman
(dapat dilihat dilampiran). Hasil uji Hausman untuk mengetahui tehnik yang
digunakan, yaitu sebagai berikut :
Ho : Random Effect
Ha : Fixed Effect
Hasil pengujian Hausman menghasilkan nilai P-Value = 0.163906 yang
artinya, p-value>α, Ho diterima (lihat di lampiran 5), jadi dalam pemilihan tehnik
analisis regresi dalam pengujian ini digunakan tehnik random effect. Rangkuman
hasil data dengan tehnik random effect ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Data Panel 2009-2010 (Random effect)
Variabel Koefisiensi
Standard Error
b/St.Er.
P[|Z|>z]
Mean of X
DAR
-0.391
0.168
-3.097
0.020*
0.413
ROA
0.547
0.278
1.966
0.049*
0.129
CR
-0.003
0.008
-0.412
0.680
2.796
MBVA
0.0003
0.009
0.042
0.966
2.586
JENIS
0.013
0.017
0.797
0.425
4.428
keterangan: * Signifikan 5% (P-value < 0.05)
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Bedasarkan tabel diatas, maka uji regresi data panel dari perusahaan sampel
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
Hasil analisis untuk menduga pengaruh yaitu kebijakan dividen yang
diproksikan oleh DAR terhadap kebijakan dividen yang diproksikan oleh DPR.
20
H1 dalam penelitian ini diterima karena DAR memiliki nilai signifikansi lebih
kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan memiliki nilai koefisiensi negatif. Hasil
yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu Nuringsih (2005),
Dewi (2008), dan Sari (2010) yang menyebutkan bahwa DAR mempengaruhi
DPR secara signifikan. Hal ini menunjukan bahwa apabila perusahaan memiliki
tingkat utang yang tinggi maka dana yang dimiliki perusahaan akan digunakan
untuk pembayaran kewajiban kepada kreditur terlebih dahulu daripada digunakan
untuk pembayaran dividen kepada pihak investor.
Bedasarkan tabel hasil analisis tersebut, pengujian
dilakukan terhadap
profitabilitas (ROA) diperoleh nilai signifikan lebih kecil dari nilai signifikansi
0.05 dan memiliki nilai koefisien positif. Dengan demikian hipotesis H2 dalam
penelitian ini diterima. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen. Hal ini dikarenakan bahwa profitabilitas (ROA) yang baik bisa
membayar dividen atau meningkatkan dividen. ROA mengalami peningkatan
karena laba yang dihasilkan (earning after tax) juga mengalami kenaikan, dengan
begitu aliran kas yang masuk ke perusahaan juga mengalami peningkatan
sehingga dana untuk mensejahterakan para pemegang saham melalui dividen juga
meningkat, jadi perusahaan yang memiliki profitabilitas atau aliran kas yang baik
bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal sebaliknya akan terjadi
jika aliran kas atau profitabilitasnya tidak baik. Hasil analisis ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki
yang tercermin dari ROA menunjukan pengaruh positif terhadap kebijakan
dividen (Puspita, 2009).
Hasil pengolahan data juga menunjukan bahwa likuiditas perusahaan yang
diproksikan oleh current ratio tidak memiliki nilai signifikan lebih besar dari nilai
signifikansi 0.05, yang menunjukan bahwa hipotesis ditolak, artinya tidak ada
pengaruh positif dan signifikan dari likuiditas terhadap dividen payout ratio.
Current ratio menunjukan bahwa seberapa besar utang jangka pendek perusahaan
dapat dijamin dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Investor ingin
menginvestasikan sebagian dananya dengan mengharapkan keuntungan yang
21
didapat dalam jangka waktu yang panjang. Maka dari itu hal yang diperhatikan
investor tidak hanya dengan kemampuan perusahaan membayar utang jangka
pendeknya, melainkan kewajiban jangka panjangnya tentu juga menjadi perhatian
bagi para investor. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Tarigan dan Sigiharto
(2010) yang menyebutkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan current ratio
tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal ini
mengindikasikan bahwa current ratio tidak dipertimbangkan dalam kebijakan
manajemen mengeluarkan dividen.
Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap variabel kesempatan investasi
yang diproksikan dengan Market to Book Value Asset. Dari hasil perhitungan
analisis regresi data panelnya dapat diperoleh bahwa nilai signifikan lebih besar
dari nilai signifikansi 0.05, yang berarti bahwa veriabel kesempatan investasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, maka H4 ditolak. Secara
umum perusahaan sampel adalah perusahaan yang mapan yang sudah beroperasi
dalam kurun waktu yang lama, sehingga walaupun perusahaan memiliki
kesempatan investasi yang besar, perusahaan tidak akan mengubah atau
mengurangi proporsi pembagian dividen karena telah memiliki banyak cadangan
laba ditahan (retained earning). Hasil ini sesuai dengan penelitian Sari (2010)
yang menyebutkan bahwa kesempatan investasi tidak berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen.
Variabel jenis industri ternyata tidak memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap dividen payout ratio yang ditunjukan pada hasil analisis regresi data
panel memiliki nilai signifikan diatas nilai signifikansi 0.05. Hal ini disebabkan
karena variabel jenis industri diukur hanya bedasarkan kode jenis industri saja,
tidak diklasifikasikan bedasarkan risiko atau hal-hal lain yang mempengaruhi
masing-masing jenis industri tersebut. Variabel jenis industri ini diuji secara
langsung tanpa memperhatikan variabel perantaranya yang mungkin bisa menjadi
faktor pendukung dalam pengklasifikasian jenis industri oleh BEI, seperti risiko
atau kondisi pasar dari masing-masing industri tersebut. Inilah yang mungkin
membuat hasil regresinya menjadi tidak signifikan.
22
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
terhadap permasalahan penelitian yang diajukan dengan sampel penelitian,
dimana jumlah sampel yang digunakan yaitu 70 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia namun bukan perusahaan jenis industri perbankan dan
keuangan lainnya, maka dapat ditarik kesimpulan:

Variabel kebijakan utang (DAR) berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen (dividen payout ratio). Hal ini membuktukan bahwa
apabila perusahaan memiliki utang yang tinggi cenderung akan
membagikan dividen yang rendah karena perusahaan memiliki beban
bunga yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh diprioritaskan
kepada pihak kreditur daripada kesejahteraan pemegang saham.

Variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan dapat membayar
dividen yang lebih besar karena mengalami peningkatan profitabilitas
perusahaan.

Variabel likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri sama-sama
tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Ini
menunjukan bahwa likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri
tidak menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam mengambil
kebijakan pembayaran dividen.
Keterbatasan dan Saran
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel jenis industri diukur
hanya dengan menggunakan kode masing-masing jenis industri saja, tidak
menggunakan variabel perantaranya yang menjadi dasar pengklasifikasian jenis
23
industri tersebut. Untuk penelitian dengan variabel jenis industri selanjutnya diuji
dengan menggunakan variabel perantaranya, seperti risiko masing-masing
industri, kondisi pasar masing-masing industri dan lain sebagainya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Maulana Setya. “Hubungan Biaya Keagenan, Resiko Pasar dan
Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia: 2010
Atmaja, Lukas Setia. 2003. “Manajemen Keuangan” Edisi Revisi dilengkapi
soal-jawab. Yogyakarta: ANDI
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F, 2001. “Manajemen Keuangan” Edisi
ke-8 Terjemahan, Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. “Manajemen Keuangan” Edisi
ke-9 Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. “Dasar-dasar Manajemen
Keuangan” Edisi ke-10 Terjemahan. Salemba Empat: Jakarta
Dewi, Christianty Sisca, “Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Konstitusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen” Jurnal Bisnis Dan
Akuntansi Vol. 10, No. I , April 2008, 47 – 58
Guzarati, Damodar N. 2003. “Basics Econometrics”. Fourth Edition. New York:
Mc Graw Hill.
Nuringsih, Kartika “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”
Jurnal Akuntansi Keuangan Indonesia, 2005
Puspita, Fira. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Payout Ratio” Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro:
2009
Ruhimat, Mamat, dkk. 2008. “Persiapan UN Geografi SMA/MA” Bandung:
Grafindo Media Pratama
Sari, Ratih Fitria, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Utang,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Kebijakan
Dividen”
Investasi
dan
Kesempatan
Fakultas
Ekonomi
Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2010
Sartono, R. Agus. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” Edisi 4.
BPFE-UGM: Yogyakarta
Suharli, Michell, “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai
Variabel Penguat” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei
2007: 9-17
Tarigan, Immi Fiska dan Sugiharto, Toto, “Influence of ROI, Cash Ratio,
Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA) and Earnings Pershare on
Dividend Policy (House/Dividend Payout Ratio). Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma: 2010
Warnida, Denny Yohana, “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Klasifikasi
Industri, Pertumbuhan Dan Risiko Terhadap Leverage Perusahaan
Publik Di Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang:
2009
Wahidahwati, 2002, ”Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts: Analisis
Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial. Penerimaan
Risiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividend”,
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi V, Hal: 601-625
Widayanti, Rita, dkk. 2009. “Manajemen Keuangan” Edisi ke-2. Salatiga:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
www.idx.co.id
http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/daftar-perusahaan-publik-terbuka-tbkemiten-bei-bursa-efek-indonesia/
http://www.duniainvestasi.com/bei/
http://pedagangsaham.com/index.php?option=com_content&view=article&id=104&Ite
mid=21
Download