USULAN PENELITIAN UPACARA NGEREBEG DI

advertisement
USULAN PENELITIAN
UPACARA NGEREBEG DI PURA PUSEH
DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI
KABUPATEN GIANYAR
(Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
IHDN DENPASAR
Ketua Peneliti
I NYOMAN ALIT SUPANDI S.Ag,.M.Pd.H
NIDEN: 2404088501
Anggota
I MADE ARSA WIGUNA
KADEK IRMA JULIANTINI
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga usulan penelitian dengan judul “Upacara Ngerebeg Di Pura
Puseh Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar prspektif pendidikan
agama hindu”. Dapat terlaksana sebagaai mana mestinya
Penulis menyadari usulan penelitian ini masih sangat sederhana. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis baik secara material maupun
spiritual. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca untuk kesempurnaan penelitian ini.
Sebagai akhir kata semoga usulan proposal peneliti ini dapat memberi
manfaat positif bagi masyarakat umumnya dan peneliti khususnya.
Denpasar, 3 Januari 2017
Peneliti
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan proposal usulan penelitian
ini yang berjudul Upacara Ngerebeg Di Pura Puseh Desa Batubulan Kecamatan
Sukawati Kabupaten Gianyar prspektif pendidikan agama hindu, tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya ataupun pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Denpasar, 3 Januari 2017
I Nyoman Alit Supandi
iii
ABSTRAK
Umat Hindu di Bali tidak terlepas dari pengaruh budaya yang ada sehingga
berbagai upacara Yajña yang merupakan ritual sehari-hari bagi umat Hindu semakin hari
semakin marak dilakukan, begitu pula mengenai upacara Ngerebeg yang dilaksanakan di
Desa Adat Batubulan, yang diikuti oleh warganya dengan antusias dalam melaksanakan
upacara tersebut. Keberadaan upacara Ngerebeg yang sudah berlangsung lama upacara
Ngerebeg ini sangat unik bagaimana sesuunan atau bisa juga disebut petapakan
mengelilingi pura puseh, sebelum mengelilingi pura puseh para pemangku ngaturan
piuning jumblahnya lumanyan banyak
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
peneliti memiliki beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana prosesi upacara Ngerebeg di Pura
Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 2. Nilaai pendidikan
apa sajakah yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa
Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 3. Fungsi apa sajakah yang
terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar. Tujuan penelitian ini adalah penelitian ingin memberikan
pemahaman yang jelas tentang upacara Ngerebeg. Sehingga tetap Eksis dan tetap
melestarikan dan turut mengembangkan budaya Bali. Dalam hal ini upacara Ngerebeg
merupakan salah satu produk dari kebudayaan Bali yang sangat dipengaruhi dan dijiwai
oleh Agama Hindu yang tetap diwarisi. manfaat penelitian ini adalah Hasil penelitian ini
bermanfaat bagi peneliti untuk lebih mengetahui Upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa
Batubulan. bermanfaat bagi masyarakat Hindu pada umumnya, khususnya masyarakat
Batubulan supaya upacara Ngerebeg tetap dilaksanakan dan diharapkan dapat
memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan kepada masyarakat dalam
melaksanakan Upacara Ngerebeg. dan Bermanfaat bagi para generasi muda agar
memahami prosesi yang mendalam sehingga dapat meningkatkan Sraddha dan Bhakti
kepada Tuhan.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, ada beberapa teori untuk mengkaji yaitu
sebagai berikut: 1. Teori Religi, 2. Teori Nilai, 3. Teori Fungsional Struktural. Adapun
tknik Pengumpulan data melalui: Teknik Observasi, Teknik Wawancara, Teknik
Kepustakaan, Teknik Dokumentasi, Teknik Analisis Data, Teknik Penyajian Hasil
Penelitian.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
PERNYATAAN ........................................................................................
iii
ABSTRAK………………………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
BAB 1
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................
7
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................
7
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................
8
1.4.1 Manfaat Teoretis ...............................................................
8
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................
8
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................
9
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................
9
2.2 Konsep ...................................................................................
11
2.2.1 Upacara Ngerebeg .............................................................
12
2.2.2 Pura Puseh ..........................................................................
13
2.2.3 Perspektif Pendidikan Agama Hindu ................................
14
2.3 Teori .....................................................................................
16
BAB II
v
2.3.1 Teori Religi .......................................................................
16
2.3.2 Teori Nilai .........................................................................
17
2.3.3 Teori Fungsional Struktural ..............................................
19
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................
22
3.1 Jenis Penelitian .....................................................................
22
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................
23
3.3 Jenis dan Sumber Data .........................................................
24
3.3.1 Jenis Data ...........................................................................
24
3.3.2 Sumber Data .....................................................................
24
3.4 Objek dan Subjek Penelitian ................................................
25
3.5 Penentuan Informan .............................................................
26
3.6 Tehnik Pengumpulan Data ...................................................
27
3.6.1 Teknik Observasi ...............................................................
27
3.6.2 Teknik Wawancara ............................................................
28
3.6.3 Studi Dokumentasi ............................................................
28
3.6.4 Studi Dukumentasi ............................................................
28
3.7 Metode Analisis Data ...........................................................
29
DAFTAR PUSTAKA
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bali memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri dibandingkan dengan pulau-pulau yang
ada di Indonesia, sehingga mengakibatkan banyak para wisatawan datang ke Bali, untuk
menikmati keindahan Pulaunya, Agama, budaya dan adat. Agama Hindu memiliki ajaran secara
garis besar ruang lingkupnya meliputi suatu upacara keagamaan, upacara ritual yang
dilaksanakan oleh umat Hindu sangat erat kaitannya dengan suatu tradisi yang terdapat disuatu
daerah, upacara tersebut merupakan salah satu bagian dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu
yaitu Tattwa, Susila dan Upacara.
Upacara memiliki arti “mendekati”. Secara inti upacara agama merupakan aktifitas
manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada sesama dalam bentuk saling menghargai
sesuai swadarmaning masing-masing, dekat kepada alam lingkungan dalam wujud menjaga
kelestarian alam dan yang paling utama rasa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa (Tim,
2000:112). Menurut Wiana (2007:42) Upacara adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti “mendekati”. Di samping itu juga berarti “penghormatan”. Inti upacara
agama dalam tattwa memang suatu aktifitas yang mendekatkan manusia dan alam lingkungannya
dengan sesamanya dan dengan Tuhannya. Sebelum dapat mendekatkan diri kepada-Nya,
hendaknya terlebih dahulu dapat menciptakan keseimbangan dan keselarasan serta keharmonisan
dalam diri, agar dapat mewujudkan keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa (Wijayananda,
2004:49).
1
Ajaran tattwa dalam agama Hindu diimplementasikan ke dalam konsep keyakinan
melalui ajaran Panca Sradha. (Suardana, 2010:7) manusia adalah mahluk yang serba ingin tahu.
la ingin mengetahui setiap sebab dari suatu akibat. Ia ingin mengetahui mencari kebenaran
hakiki, mengetahui sebab-sebab yang menyakinkan. Panca sradha terdiri dari lima pembagian
yaitu : (1) Widhi Sradha yaitu keyakinan umat Hindu akan adanya Tuhan atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, (2) Atman Sradha artinya keyakinan umat Hindu akan adanya roh atau atman
sebagai unsur pemberi jiwa pada semua mahluk, (3) Karma Phala Sradha yaitu kepercayaan
bahwa setiap perbuatan membawa hasil sehingga terjadinya hubungan sebab akibat, (4)
Purnarbawa Sradha artinya umat Hindu berkeyakinan bahwa kehidupan didunia ini mengalami
reinkarnasi atau kehidupan yang berulang-ulang, (5) Moksa Sradha yaitu keyakinan umat Hindu
akan adanya kelepasan yang merupakan tujuan tertinggi dalam ajaran agama Hindu.
Ajaran Susila adalah ajaran yang menitik beratkan kepada tata aturan dalam bertingkah
laku yang tertuang dalam konsep Tri Kaya Parisudha adapun pembagian adalah (1)
Manacika Parisuda yaitu berpikir yang suci, (2) Wacika Parisudha yaitu berkata yang benar,
(3) Kayika Parisudha yaitu berbuat yang benar.
Ajaran Upacara diimplementasikan dalam konsep panca yadnya. Adapun bentukbentuk yadnya yaitu ada yadnya dalam bentuk ibadah yang dilakukan dengan ritual dan yadnya
dalam bentuk tindakan yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Yadnya dalam bentuk
ibadah dalam keyakinan agama Hindu dilakukan dengan melakukan Panca Yadnya yaitu lima
jenis ritual dalam keyakinan umat Hindu yang terdiri dari Dewa Yadnya, Pitra Yadva. Rsi
Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya.
Dewa Yadnya berarti (persembahan suci ditunjukkan kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa dan para dewa serta segala manifestasinya). Pitra Yadnya berarti (persembahan suci
2
kehadapan pitra atau roh leluhur dan termasuk kepada orang tua yang masih hidup). Dari pada
itu putra-putri harus tetap menghormati orang tua, karena kita berhutang budi kepadanya. Orang
tua meninggal kita masih mempunyai kepercayaan dengan adanya roh masih hidup setelah
badan kasar tak bergerak dan terbentang kaku, mempunyai Upacara yang khas dalam
penyelenggaraan jazad seseorang yang berpulang yang disebut pitra yadnya, yang disesuaikan
dengan tingkat dan kedudukan seseorang “Desa-Kala-Patra dan Nista-Madya-Utama" (Purwita
1992 : 19 - 35). Rsi Yadnya berarti persembahan suci kepada Brahmana atau para Rsi atas jasa
beliau dalam membina umat dan mengembangkan ajaran agama. Manusa Yadnya adalah
(persembahan suci kehadapan sesama).Tujuan melaksanakan korban suci ini untuk
pembersihan lahir dan batin.Pembersihan lahir batin ini dilakukan setiap hari, setiap saat,
dan berkelanjutan sehingga atman dapat menunggal dengan parama atman. Bhuta Yadnya
adalah (persembahan suci yang ditunjukkan pada bhuta kala).Tujuannya persembahan suci itu
adalah untuk memelihara, menyucikan dan nyupat kehidupan manusia. Disamping itu adapun
tujuan upacara bhuta Yadnya adalah untuk memohon kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) agar Beliau memberi kekuatan lahir batin, juga untuk menyucikan
dan menetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang disebut bhuta kala tersebut
sehingga dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia.
Segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Hindu khususnya di Bali tidak pernah
lepas dari ketiga kerangka dasar tersebut. Pencerminan dari ketiga kerangka dasar ini dapat
dilihat dari upacara dan upakara yang sering dilaksanakan di masyarakat sebagai perwujudan
Sraddha dan Bhakti mereka kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sampai pada saat ini
masyarakat Hindu masih melaksanakan upacara Agama sesuai dengan tradisi dan warisan dari
nenek moyang. Nilai-nilai spiritual Yajña yang bersifat universal dikemas dengan budaya lokal
3
dengan perkembangan jaman yang ada, hal ini menandakan bahwa upacara Agama Hindu
memiliki dimensi yang sangat komplit (Wiana, 2004: 22). Sehingga pemahaman terhadap aspekaspek sebuah Agama dapat dilihat pada pelaksanaan upacara yang bersangkutan.
Demikian juga yang dilakukan oleh umat Hindu di Desa Adat batubulan bahwa mereka
melaksanakan Yajña dengan tulus ikhlas yang dilakukan secara terstruktur dan berlangsung
secara turun temurun seperti pelaksanaan upacara Ngerebeg ini merupakan suatu upacara ritual
yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Upacara Ngerebeg juga merupakan upacara Yajña
yang sangat dipengaruhi oleh Desa, Kala, Patra masyarakat setempat. Kaitannya dengan Tri
Hita Karana upacara Ngerebeg merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan
Tuhan, antara sesama manusia serta antara manusia dengan kekuatan lainnya atau alam semesta
ini. Dengan begitu antusiasnya warga dalam melaksanakan upacara Ngerebeg
Berdasarkan
yadnya
penelitian
direalisasikan
praktek
kehidupan
syukur
kepada
Ida
anugrah
yang
telah
2001:5)
Menjelaskan
pada
ajaran
upakara,
yang
makna
utama.
dan
Sang
upacara
selalu
Hyang
Ngerebeg,
diwarnai
Widhi
pada
pelaksanaan
kegiatan
upacara
wujud
Pelaksanaan
tujuan
memfokuskan
dilimpahkan
Suatu
dalam
peneliti
dalam
sehari-hari
Weda.
baik
ke
ini
dari
kecil
upacara
upacara
Wasa,
(sederhana),
yang
bhuta
di
dalam
sebagai
wujud
segala
manusia
agama
upacara
Hindu
Yajna,
atas
upacara
hendaknya
Umat
upacara
umat
dalam
kepada
berkah
dan
di
bumi.
(Sudharta,
agama
Hindu
bersumber
Hindu
selalu
menengah
dibarengi
disertai
(madya),
dengan
dilaksanakannya,
dengan
maupun
memahami
karena
suatu
upacara dan upakara adalah sebagai wujud dari pengejawantahan dari tattwa yang bersumber
dari ajaran agama Hindu, maka dari itu suatu upakara atau bebantenan hendaknya harus
4
mengacu pada sastra-sastra agama (Ngurah, 2005:30-31).
Kejadian dimasyarakat khususnya di desa Batubulan tidak ada yang berani tidak
melaksanakan upacara Ngerebeg, inipun harus dilaksanakan karena masyarakat memiliki
kepercayaan bahwa pretima atau sesuunan memiliki kekuatan sehingga masyarakat memiliki
sujud dan bhakti dengan melaksanakan upacara Ngerebeg. Memang Kebudayaan tidak bisa
dipisahkan dengan agama Hindu. Ajaran agama Hindu memegang peranan penting dalam
kehidupan seni dan budaya, di mana ajaran agama sebagai nafasnya seni budaya, sehingga
melahirkan seni budaya yang sosial relegius. Praktek-praktek agama memberi warna dan
sekaligus mendorong perkembangan seni budaya. Kebudayaan sesungguhnya menjunjung tinggi
nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab
kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis
dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akanterwujud dengan melaksanakan
persembahan suci yang tulus iklas (Ngurah, Dkk.2006:99).
Kalau kita cermati dimasyarakat Batubulan memang benar masyarakat tetap
melaksanakan upacara Ngerebeg dengan hati yang tulus ikhlas. Keunikan pada saat upacara
ini adalah pretime atau sesuunan mengelilingi wilayah Pura Puseh sebanyak tiga kali, dan
pengiring pratime saling bersorak surai dan diiringi dengan tetabuhan beleganjur yang sangat
banyak, bahkan disini bukan satu sesuunan melainkan banyak sesuunan, masing-masing banjar
yang berjumblah enam belas banjar khususnya desa batubulan semua sesuunan berkumpul di
depan nataran pura Puseh. sebelum mengelilingi pura kurang lebih ada delapan pemangku yang
ngaturan piunung di depan petapakan atau sesunan, Ini yang menjadi peneliti untuk tertarik
melaksanakan suatu penelitian dengan judul “Upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan
Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar (Perspektip Pendidikan Agama Hindu)”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar?
2. Nilaai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg di
Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar?
3. Fungsi apa sajakah yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh DesaBatubulan,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar?
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki suatu tujuan tertentu, dan untuk memberikan kejelasan
arah yang akan dicapai dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini peneliti memiliki dua tujuan
antara lain diuraikan sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ingin memberikan pemahaman yang jelas tentang upacara
Ngerebeg yang dilaksanakan masyarakat di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar. Sehingga tetap Eksis dan tetap melestarikan dan turut mengembangkan budaya Bali.
Dalam hal ini upacara Ngerebeg merupakan salah satu produk dari kebudayaan Bali yang sangat
dipengaruhi dan dijiwai oleh Agama Hindu yang tetap diwarisi.
6
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman
secara lebih mendalam mengenai upacara Ngerebeg yaitu:
1. Untuk mengetahui prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan.
2. Untuk mengetahui Nilai pendidikan yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg
di Pura Puseh Desa Batubulan.
3. Untuk mengetahui fungsi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan tertentu ada manfaat atau guna yang ingin dicapai, sehubungan dengan
hal ini maka penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan atau manfaat bagi yang membacanya
baik secara teoretis maupun secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Adapun secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan
pengetahuan penulis dibidang agama Hindu yang berkaitan dengan Upacara ngerebeg, dan
diharapkan menjadi salah satu kontribusi akademis di IHDN Denpasar. Disamping itu
penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perkembangan pendidikan Agam Hindu
sehingga tetap lestari atau eksis dalam suatu perkembangan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk lebih mengetahui Upacara
Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan.
2.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Hindu pada umumnya, khususnya
7
masyarakat Batubulan supaya upacara Ngerebeg tetap dilaksanakan dan diharapkan
dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan kepada masyarakat dalam
melaksanakan Upacara Ngerebeg.
3.
Sebagai bahan informasi serta pedoman yang praktis bagi Umat Hindu dalam
melaksanakan ajaran Agama Hindu yang baik dan benar dan melaksanakan
upacara Ngerebeg dengan rasa tulus ikhlas.
4.
Bermanfaat bagi kalangan akademis sebagai salah satu sumber acuan yang terkait di
dalam penelitian selanjutnya dan Bermanfaat bagi para generasi muda agar
memahami prosesi yang mendalam sehingga dapat meningkatkan Sraddha dan
Bhakti kepada Tuhan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan Peneliti ini
peneliti menggunakan beberapa kajian pustaka yang ada
hubungannya dengan penelitian yang dilakukan dan sudah tentu dalam penjelasan pustaka
tersebut dapat memberikan pemahaman dan dijadikan sebagai referensi. Oleh karena itu kajian
pustaka dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mempelajari, memahami, mengutip, pandangan,
dan lain sebagainya. Kajian pustaka merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan
yang mendeskripsikan hasil kajian pustaka dan hasil pemikiran peneliti mengenai suatu
permasalahan yang memuat beberapa gagasan yang berkaitan yang harus didukung oleh data
kepustakaan. Data kepustakaan ini sangat penting karena selain sebagai pendukung, juga
untuk meminimalisir kemungkinaan terjadi kesamaan kajian dalam penelitian. Selain itu,
bahwa kajian pustaka meliputi pengidentifikasi secara sistematis, penemuan analisis
dokumendokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Gay
dalam Suprayoga dan Tabroni 2001:130). Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini adalah:
Noviyanti (2009) dalam skripsinya ”Upacara Ngerebeg di Desa Sengkiding Kecamatan
Banjarangkan Kabupaten Klungkung”, dilaksanakan setiap dua tahun sekali merupakan upacara
yang bertujuan untuk menyeimbangkan keharmonisan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit,
serta mengusir kekuatan jahat dan negatif lainnya, serta menetralisir malapetaka akibat gangguan
Bhuta Kala dihaturkan berupa segehan agung, ayam sambleh, tetabuhan tuak arak serta
memerankan Ida Bhatara atau Sesuunan yang berupa Rangda, dalam proses pelaksanaan. Fungsi
upacara Ngerebeg dalam bidang keagamaan adalah untuk memohon keselamatan Bhuana Agung
9
dan Bhuana Alit. Penelitian ini mempunyai kesamaan fungsi untuk menetralisir kekuatan jahat
yang mengganggu ketentraman hidup manusia. Perbedaan penelitian Noviyanti dengan
penelitian ini terletak pada ngerebeg dalam penelitian noviyanti selama 2 tahun sekali,
sedangangkan dalam penelitian ini setiap satu tahun setiap Purnamaning Sasih Kapat. disamping
itu dalam prosesinya pun beda. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap Fungsi
upacara Ngerebeg.
Edianto (2011) dalam skripsinya yang berjudul ”Komunikasi Persuasif Dalam
Pelaksanaan Upacara Ngerebeg di Desa Luwus Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan”.
Dijelaskan bahwa upacara Ngerebeg ini dilaksanakan pada Sasih Kapitu, yang diawali dengan
masa persiapan oleh masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan matur piuning di Pura Puseh dan
sesuunan diiringi keliling Desa Luwus dengan membawa sarana pengrebegan berupa api atau
obor, kentongan atau kulkul dengan mengeluarkan suara bising dan berakhir di perbatasan Desa
Luwus. Persamaannya terletak pada pelaksanaan upacara ngerebeg sama sama mengeluarkan
suara yang keras. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah penelitian Edianto membawa sarana
pengrebegan berupa api atau obor, kentongan atau kulkul dengan mengeluarkan suara bising dan
berakhir di perbatasan Desa Luwus. Sedangangkan penelitian ini mengelilingi pure Puseh
sebanyak tiga kali, yang dikelilingi oleh sesuunan, Krame, beleganjur,dan berakhir di pura
puseh.
Desi ( 2015) dalam skripsinya yang berjudul Upacara Ngerebeg di pura puseh desa adat
jempeng kecamatan abiansemal kabupaten badung Perspektif Teologi Hindu. Bentuk upacara
Ngerebeg di Desa Adat Jempeng menggunakan beberapa sarana seperti: daun, buah, hewan, api,
air dan sebagainya, yang dipimpin oleh jro mangku dan dilaksanakan di Pura Puseh yang
dilaksanakan setiap satu tahun sekali purnamaning sasih kapat. Prosesinya dimulai dari
10
persiapan (mengumpulkan dan membuat sarana), tahap puncak dengan melaksanakan upacara
Ngerebeg, diikuti dengan tarian baris tumbak, sekeha deha mepayas, mendet geni. Fungsi
upacara Ngerebeg di Desa Adat Jempeng yaitu; 1. Fungsi Religius, 2. Fungsi Estetika 3. Fungsi
Gotong Royong, 4. Fungsi Etika, 5. Fungsi Sraddha dan Bhakti, 6. Fungsi Pelestarian Budaya.
Makna teologi yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Adat Jempeng yakni
terdapat konsep pemujaan Saguna Brahman dan Nirguna Brahman. Perbedaan penelitian Desi
terhadap penelitian ini adalah penelitian desi menggunakan tarian baris tumbak, sekeha deha
mepayas, mendet geni. Sedangkan penelitian ini tidak menggunakan, persamaannya adalah
sama-sama pada jenis upacaranya sebagai penyomia Bhuta Kala yaitu dengan menetralisirkana,
kontribusinya terhadap estetika, Gotongroyong.
2.2 Konsep
Konsep merupakan salah satu syarat yang harus ada di dalam kegiatan penelitian atau
karya ilmiah. Hal itu disebabkan konsep mampu mengantarkan sejumlah variabel terhadap topik
yang diteliti. Tujuannya agar variabel dalam judul yang akan diteliti tidak menyimpang dari
kegiatan penelitian. Konsep merupakan terminologi teknis berkaitan dengan judul penelitian dan
masalah yang dihadapi. Konsep merupakan teori-teori baku yang digunakan sebagai landasan
dasar di dalam menjawab semua permasalahan yang diajukan (Gulo, 2002:8).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia konsep berarti suatu rancangan dalam menulis sesuatu
(Tim Penyusun, 2012: 725). Konsep akan digunakan sebagai teori dasar bahwa konsep berfungsi
untuk menyederhanakan arti atau pemikiran tentang ide-ide maupun gejala sosial yang
digunakan agar orang lain membaca dan memahami maksud dari pada penelitian. Karena konsep
merupakan unsur pokok dari penelitian, maka penentuan dan perincian konsep ini dianggap
sangat penting agar persoalan-persoalan utamanya tidak menjadi kabur. Konsep yang terpilih
11
perlu ditegaskan, agar tidak terjadi salah pengertian mengenai konsep tersebut (Narbuko dan
Achmadi, 2007: 140).
Menurut Sudarminta (2002: 87) menyatakan bahwa konsep adalah suatu medium
yang menghubungkan subjek penahu dan objek yang diketahui, pikiran dan kenyataan.
Maksudnya konsep dijadikan sebagai perantara untuk mengenal, memahami dan menyebut
suatu objek. Konsep dapat dimengerti dari sisi subjek maupun dari sisi objeknya. Bila dari sisi
subjek, suatu konsep adalah kegiatan merumuskan dalam pikiran atau menggolonggolongkan. Sedangkan dari sisi objek, suatu konsep adalah isi kegiatan tersebut artinya apa
makna konsep tersebut. Adapun konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.2.1 Upacara Ngerebeg
Berdasarkan Manawa Dharmasastra V.40 disebutkan osadhyah pacawo wriksastir
yancah paksinastatha, yajnartham nidhanam praptah prapnu wantyutsritih punah. Bahwa
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang digunakan dalam upacara agama dalam penjelmaannya yang
akan datang akan meningkat dalam kualitas yang lebih tinggi. Sesungguhnya dalam
pengamalan ajaran Hindu sudah disiapkan banyak pilihan mengamalkan agama Hindu yang
terkenal fleksibel. Menurut Kamus Sanskerta-Indonesia dijelaskan bahwa kata upacara berasal
dari kata ”upa” berarti berhubungan dan ”cara” yang artinya bergerak (Tim Penyusun, 2006:
110). Sedangkan menurut Wiana (2004: 38) upacara adalah sebuah kata-kata yang berasal dari
bahasa
”Sanskerta”
yang
artinya”mendekati”.
Di
samping
mendekati
juga
berarti
”penghormatan”. Karena upacara agama memang merupakan suatu aktivitas yang mendekatkan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. (Mas
Putra, 1982: 6)Untuk mewujudkan banyak sedikitnya upakara serta banten yang terdapat dalam
suatu upacara Yajña, dalam ajaran Hindu dikenal dengan istilah nista, madya, dan utama.
12
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upacara adalah serangkaian kegiatan
atau tindakan atau gerakan serta pelaksanaan-pelaksanaan upacara yang dilakukan menurut adat
dan kebiasaan masyarakat setempat atau sesuai dengan sastra agama.
Sanjaya, (2010: 11) kata ”Ngerebeg” berasal dari kata ”gerebeg” yang berarti geledah.
Secara etimologi juga kata Ngerebeg itu berasal dari kata ”gerebeg” yang artinya melakukan
upacara besar, kemudian dalam Bahasa Balinya mendapat ”anusuara” sehingga menjadi
Ngerebeg. (Wojowasisto, 1977: 96) Istilah Ngerebeg berasal dari bahasa Jawa Kuno dari akar
kata ”grebeg” yang berarti kelompokan, bunyi keras, bising dan berisik. Sedangkan kalau kita
kaitkan dengan ngerebeg di pura puseh desa batubulan adalah upacara yang dilaksanakan di pura
puseh menggunakan sesuunan, beleganjur dan pengiring mengeluarkan suara sorak gemurai
yang sangat keras dalam upacara Ngerebeg.
2.2.2 Pura Puseh
Pura Puseh merupakan tempat berstananya Dewa Wisnu sebagai Dewa Pemelihara dari
ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dengan saktinya Dewi Sri atau
Laksmi. (Sanjaya, 2010: 5) Kata Pura berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari urat kata ”pur”
yang berarti kota atau benteng, artinya tempat yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk
mengadakan kontak dengan kekuatan suci. Tempat khusus ini di Bali disebut dengan nama Pura
yang berfungsi sebagai tempat suci untuk pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasinya dan roh suci leluhur. Sedangkan Puseh berasal dari kata puser yang berarti pusat,
kata pusat disini mengandung makna sebagai pusatnya kesejahteraan dunia yang mendatangkan
kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia (Sanjaya, 2010: 10). Kalau kita kaitkan
dalam penelitian ini pura puseh yang dimaksud adalah Pura Khayangan Tiga, sabagai pemelihara
yang dipuja dewa wisnu sebagai manipestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa.
13
2.2.3 Perspektif Pendidikan Agama Hindu
Dalam kamus Bahasa Indonesia perspektif dapat diartikan cara pandang, Perspektif juga
sebuah persepsi yang meliputi baik perolehan pengetahuan melalui panca indera maupun dengn
pikiran. Sejak tahap-tahap pertama filsafat hingga sekarang ini masalah persepsi mendapat
perhatian. Istilah perspektif berasal dari bahasa Inggris "perspective” yang artinya sebenarnya
(kamus Inggris-Indonesia, 2005:286). Kata perspectif juga mengandung beberapa pengertian lain
yaitu : (1) gambaran posisi relatif, ukuran dan jarak dari objek pada suatu permukaan (2) satu
segi pandang atau kerangka refrensi, dari mana bagian atau unsur-unsur dari objek atau masalah
dapat dilihat hingga tercapai keuntungan pemahaman yang lebih baik, atau bisa membentuk
suatu organisasi yang lebih baik. (Kamus Psikologi, 2009 : 364).
Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan suatu bangsa, serta dapat menjamin
suatu perkembangan dan keberlangsungan suatu bangsa yang bersangkutan, pendidikan
merupakan upaya untuk memperluas dan memperdalam cakrawala pengetahuan dalam rangka
membantu nilai, sikap dan prilaku peserta didik. Menurut GBHN (2000:52) dikemukakan
pengertian pendidikan adalah usaha untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia, menuju terciptanya
manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Istilah
pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah,2009:1).
14
Agama berasal dari bahasa Sanskrit. Ada yang berpendapat bahwa kata itu terdiri dari
dua kata. A berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat;
diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain
mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu
kitab suci. Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain: religion, religio,
religie, dll (Bakhtiar.2009:10)
Pendidikan agama Hindu merupakan usaha sadar dilakukan oleh umat Hindu untuk
menjunjung tinggi akan adanya sesuatu yang langgeng dan menganggap bahwa seluruh umat
manusia adalah merupakan suatu keluarga besaar yang mempunyai satu tujuan yakni kembali
kepada asalnya, dengan jalan mengutamakan kebenaran sebagai suatu pedoman dalam
mengarungi kehidupan ini. Pendidikan agama Hindu diharapkan dapat dipakai sebagai obor
dalam menerangi kegelapan umat Hindu di dalam mengarungi kehidupannya. Agama Hindu
merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan yang kekal dalam keadaan bersatunya Atman
dengan Brahman, ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam kitab suci Weda yaitu :
Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma yang artinya tujuan beragama untuk mencapai Moksa
dan Jagadhita. Moksa yang berarti kebebasan roh dari ikatan duniawi atau kelepasan,
manunggalnya Atman dengan Brahman, dan Jagadhita yaitu kesejahteraan. Kebahagiaan itu
dapat ditempuh dengan beberapa jalan yang disebut catur marga serta melaksanakan yadnya dan
menegakkan dharma.
Berdasarkan penelitian ini perspektif pendidikan Agama Hindu yang dimaksud adalah
bagaimana dalam penelitian ini, ditinjau, sudut pandang dalam pendidikan terkait dengan
upacara Ngerebeg Agama Hindu yang dimaksud adalah suatu kepercayaan terkait dengan
upacara yadnya kita persembahkan dengan jalan tulus iklas.
15
2.3 Teori
Teori adalah seperangkat gagasan (konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi
yang berhubungan satu sama lain yang menunjukkan fenomena-fenomena yang sistematis
dengan menetapkan hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena tersebut (Mardalis, 2008:44). Teori merupakan hal
terpenting dalam memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian ilmiah. Teori dibutuhkan
sebagai pegangan pokok secara umum dibangun dengan data yang tersusun dalam satu sistem
pemikiran sistematik, karena itu pengumpulan data dilakukan hanya setelah segala sesuatupun
mengenai masalah penelitian telah selesai direncanakan (Narbuko dan Achmadi, 2007: 28).
Teori menjadi suatu landasan kerangka alur pikir, mengolah data, menganalisa data dan
membahasnya untuk menjadi suatu simpulan dalam penelitian sehingga dengan berlandaskan
teori-teori tersebut penelitian diharapkan dapat dicapai dengan membedah permasalahannya.
Berikut beberapa teori digunakan dalam penelitian:
2.3.1 Teori Religi
Religi dapat dikatakan sebagai sebuah budaya, sebagian para teori Barat menyatakan
agama (kepercayaan) atau sering disebut dengan religi diartikan sebagai suatu yang begitu
individual dan bermacam-macam. Geertz dan Emile Durkheim menyatakan agama terdiri dari
kepercayaan dan prilaku dalam suatu hal berhubungan dengan supernatural, wilayah kehidupan
spiritual dan Illahi yang realitas walaupun kaum beriman tersebut tidak melihatnya. Tylor dan
Frazer keduanya memilih untuk mendefinisikan agama sebagai istilah-istilah yang supernatural,
demikian juga Mircea Eliade dengan konsepnya menyatakan bahwa agama tidak lepas dari
16
sesuatu yang sakral dan propan, agama sering berbicara tentang para dewa, leluhur dan pahlawan
pembuat keajaiban (Pals,
2001 : 458-459).
Religi adalah suatu sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat, dimana teori religi
menurut Tylor yang terpenting menyebutkan bahwa perilaku manusia yang bersifat religi itu
terjadi karena:
1. Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.
2. Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan akal.
3. Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa dialami manusia
dalam hidupnya.
4. Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam sekelilingnya.
5. Adanya getaran (yaitu emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai
warga dari masyarakat.
6. Manusia menerima suatu firman dari Tuhan (Koentjaraningrat, 2002: 194-195).
Menurut Koentjaraningrat dasar-dasar religi dibedakan menjadi lima komponen yang
berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya, terdiri dari: 1. Emosi keagamaan yang
menyebabkan manusia di dorong untuk berperilaku keagamaan,
2. Sistem keyakinan atau
kepercayaan dalam suatu religi berwujud gagasan manusia, 3. Sistem ritus atau upacara dalam
suatu religi berwujud tindakan dan aktivitas manusia dalam melaksanakan kebaktiannya, 4. Ritus
dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan seperti tempat
dan gedung pemujaan, 5. Umat agama atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan
yang melaksanakan sistem ritus serta upacara itu (Koentjaraningrat, 2010: 80).
Berdasarkan penjelasan tersebut, teori religi Koentjaraningrat di gunakan untuk mengkaji
rumusan masalah yang pertama yaitu Bagaimana prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa
Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
2.3.2 Teori Nilai
Nilai adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai di dalam
17
kehidupan.Konsepsi-konsepsi serupa itu biasanya luas dan kabur. Justru karena kabur atau
irasional
biasanya
berakar
dalam
bagian
emosional
dari
alam
jiwa
manusia
(Koentjaraningrat, 2002: 20). Menilai berarti menimbang yaitu, kegiatan manusia yang
berhubungan dengan sesuatu untuk selanjutnya mengambil suatu keputusan.Keputusan nilai
dapat mengatakan baik, buruk, benar, salah, berguna atau tidak berguna yang berhubungan
dengan cipta, rasa dan karsa jiwa manusia. Sehingga sesuatu itu akan mempunyai nilai apabila
berguna, berharga, indah, baik, dan religius.
Menurut Louis Kattsof dalam bukunya Elemen of Phylosophy, menyimpulkan bahwa
nilai itu mempunyai 4 (empat) macam arti, antara lain :
1. Bernilai artinya berguna;
2. Merupakan nilai artinya baik dan benar atau indah;
3.
Mengandung nilai artinya merupakan obyek atau keinginan atau sifat yang
menimbulkan sikap setuju; dan
4. Memberi nilai artinya memutuskan bahwa sesuatu itu diinginkan atau
menunjukan nilai (Bagus, 2005: 713).
Sesuatu yang mempunyai nilai tidak hanya yang berwujud material atau benda saja
tetapi juga yang tidak berwujud.Yang berwujud material penilaiannya lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan alat ukur seperti pengukuran berat (kg), panjang (km) dan isi
(m3), sedangkan nilai-nilai kerohanian tidak dapat diukur dengan alat-alat tersebut.
Nilai kerohanian hanya dapat dinilai dengan menggunakan hati nurani yang ditimbulkan
oleh indra, akal, perasaan dan pikiran (keyakinan). Penilaian terhadap nilai kerohanian antara
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung dari situasi dan keadaan
manusia bersangkutan. Bagi manusia nilai merupakan suatu alat untuk memotivasi disegala
18
bidang kehidupan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan manusia yang lain berbuat lain dari
nilai manusia yang lain karena alasan yang lain pula. Jadi nilai sangat berperan sebagai dasar
pedoman yang menentukan kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan sesuai
dengan sifatnya. Teori nilai bagus dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji
permasalahan yang ke dua yaitu Nilaai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam
pelaksanaan upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar.
2.3.3 Teori Fungsional Struktural
Prinsip-prinsip fungsional dimana masyarakat sebagai unsur-unsur yang terintergrasi
secara baik dan setiap unsur mempunyai fungsi serta memberikan kontribusi terhadap
pemeliharaan keutuhan suatu sistem teori ini secara khusus membahas hubungan antara
kepribadian individual manusia, sistem sosial, serta sistem budaya. Tujuan teori ini agar
seluruh sistem sosial tetap bertahan dan fungsi-fungsinya tetap dapat berjalan sebagaimana
mestinya (Suprayoga, 2001:96).
Menurut Talcont Parsons Teori Fungsional Struktural dimulai dengan empat fungsi
penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditunjukkan
kearah pemenuhan kebutuhan tertentu. Agar tetap bertahan suatu sistem harus memiliki empat
fungsi yakni:
1. Adaptation/Adaptasi, artinya sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
2. Goal attainment/ pencapaian tujuan, artinya sebuah sistem harus mendefinisikan dan
mencapai tujuan utama.
3. Integration/integrasi, artinya sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya, dan juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting
lainnya.
4. Latensi/pemeliharaan pola, artinya sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaiki baik motivasi individual maupun pola-pola kultural lainnya (Koenjraningrat,
2010: 98).
19
Selanjutnya dari empat konsep tersebut Parsons menyusun secara terperinci dasar
teorinya yang terdiri dari tujuh konsep. Teori-teori tersebut Menurut Talcott Parsons (dalam
Nasikum 2012: 13-15) dipaparkan bahwa Teori Fungsionalisme Struktural ini dapat
dikembangkan dengan anggapan dasar sebagai berikut:
1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.
2. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah
bersifat ganda dan timbal balik.
3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental,
sistem sosial cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis; menanggapi
perubahan-perubahan yang akan datang dari luar dengan kecenderungan memelihara agar
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sebagai akibatnya hanya akan mencapai
derajat yang minimal.
4. Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan dan penyimpangan- penyimpangan senantiasa
terjadi, tetapi di dalam jangka yang panjang, keadaan tersebut pada akhirnya akan dapat
teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian dan proses institusional.
Dengan perkataan lain sekalipun integrasi sosial pada tingkatannya yang sempurna tidak
akan pernah tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu.
5. Perubahan-perubahan dalam sistim sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui
penyesuaian-penyesuaian dan terjadi secara refolusioner. Perubahan-perubahan yang terjadi
secara drastis pada umumnya hanya mengenai bentuk luar saja, sedangkan unsur-unsur
sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan.
6. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam
kemungkinan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap
perubahan-perubahan yang datang dari luar (extra sisremicchange) pertumbuhan melalui
proses deferensiasi struktural dan fungsional; serta penemuan-penemuan baru oleh anggota
masyarakat.
7. Faktor yang paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah
konsensus diantara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
Di dalam masyarakat, demikian menurut pandangan fungsional struktural, selalu terdapat
tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap nama sebagian besar anggota masyarakat
menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar. Sistem nilai disebut
tidak saja merupakan sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial akan
sekaligus juga merupakan unsur yang menstabilisir sistem sosial budaya itu sendiri
(Nasikum 2012: 13-15).
20
Teori fungsional struktural Suprayoga digunakan untuk mengkaji rumusan masalah
yang ke tiga yaitu Fungsi apa sajakah yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura
Puseh DesaBatubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu metode sangat penting dimiliki dalam penelitian, Kata metode secara harfiah
dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam sebuah penelitian metode merupakan
langkah yang sangat penting karena metode dapat menentukan salah benarnya proses suatu
penelitian dan berhasil tidaknya sebuah penelitian (Raharjo, 2012:16). Metode berasal dari
bahasa Yunani yaitu methodos berarti suatu jalan atau cara yang harus ditempuh, karena
keberhasilan suatu penelitian dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Metode adalah suatu
cabang ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan yaitu meliputi kegiatankegiatan
mencari,
mencatat,
merumuskan,
menganalisa
sampai
menyusun
laporan
berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah (Narbuko, 2003:03). Berdasarkan
uraian diatas dapat dipahami bahwa metode penelitian merupakan cara untuk mengadakan
penelitian sehingga kebenaran dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti merupakan faktor
yang terpenting demi keberhasilan dan tidaknya sebuah penelitian. Menurut Moleong (2010:
6) penelitian kualitatif berakar dari latar belakang ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan
manusia sebagai alat penelitian, mengadakan analisis data secara induktif, lebih mementingkan
proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
22
memeriksa kebenaran data, dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah pihak peneliti dan
subjek penelitian.
Baswori (2002: 2) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati
dari suatu individu, kelompok masyarakat maupun organisasi tertentu dalam setting konteks
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian kualitatif sebelum melakukan
penelitian dengan menggunakan metode yang direncanakan, maka terlebih dahulu diperlukan
adanya penjajakan dan penelitian lapangan. Dengan melakukan penjajakan ke lokasi,
penelitian dapat memiliki gambaran umum tentang geografi, demografi, sejarah, adat istiadat,
agama, pendidikan, kebiasaan-kebiasaan, mata pencaharian serta tokoh-tokoh masyarakat
setempat (Moleong, 2003:88). Berdasarkan pendapat diatas upacara ngerebeg tegolong jenis
penelitian kualitatif.
3.2
Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian ini didahului dengan pengamatan atau observasi. Lokasi
penelitian sebagai sasaran yang digunakan sangat membantu dan menunjang memberikan
informasi yang jelas agar data masalah baru dapat dirumuskan secara tegas. Lokasi penelitian
adalah suatu areal dengan batas yang jelas agar tidak menimbulkan kekaburan dan ketidak
jelasan daerah atau wilayah tertentu. informasi mudah dicari di dalam melakukan
wawancara. Berkait dengan penelitian ini lokasi yang ditetapkan adalah di Pure Puseh, Desa
Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
23
3.3
Jenis dan Sumber Data
Data adalah bentuk jamak dari daftar. Data merupakan keteranganketerangan tentang
suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau
suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbul, kode dan lain-lain (Hasan, 2002 :82 ).
3.3.1
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dihubungkan dengan
katagorisasi, karakteristik, berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata (Ridwan, 2004:106).
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, mengenai
“Upacaran Ngerebeg”. Kualitatif adalah pendekatan yang bersifat menguraikan dengan jelas dan
tidak memberikan ukuran yang berupa angka. Proses pengumpulan data atau informasi dalam
penelitian kualitatif sebenarnya senantiasa membina rangkaian cerita, yang dapat memberi
gambaran sebab akibat atau kasus-kasus dalam fenomena yang diteliti.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
peneliti menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya, maka sumber data disebut
Responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang
diajukan. Sumber data lainnya dalam penelitian kualitatif disebut informan. Jadi sumber data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh
orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya Data primer juga
disebut data asli. ( Hasan 2002 167 ) dalam penelitian ini yang termasuk dalam data primer adalah
data hasil wawancara dengan subjek penelitian, seperti hasil wawancara dengan jero mangku
24
tokoh masyarakat di lingkungan Desa Batubulan. Informan-informan merupakan data yang
pokok dalam penelitian kualitatif, mengingat penelitian yang dilakukan ini kemudian
dikumpulkan bersumber dari hasil wawancara dari para informan yang telah ditentukan.
2) Data Sekunder
Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian
sebelunmya (Hasan, 2002:167). Dalam penelitian ini, yang termasuk kedalam data sekunder
adalah buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dalam hal ini data
diperoleh bersumber dari pustaka dan buku-buku yang relevan dengan masalah ini atau dengan
penelitian ini.
3.4
Objek dan Subjek Penelitian
Objek Penelitian adalah seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang
menjadi sasaran penelitian, Juliansyah, (2011: 147). Sedangkan menurut Zuriah, (2007:168)
objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data penelitian pada objek, semestinya
menggunakan instrumen, instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data.
Terkadang manusia (peneliti) sebagai instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
melakukan pengumpulan data penelitian, menilai kualitas data, dan membuat kesimpulan dari
data-data yang diperoleh, begitu juga dengan hasil penelitian secara menyeluruh. Dalam
penelitian ini objek penelitian adalah upacara Ngerebeg di Pura Puseh, Desa Batubulan.
Subjek Penelitian adalah suatu anggota dari sampel, sebagaimana elemen anggota dari
populasi. Sebelum ditentukan sampel, penelitian harus menetapkan populasi penelitian,
(Juliansyah, 2011:147). Jadi dalam penelitian ini, Sampel yang dimaksud adalah para
informan yang telah ditetapkan oleh peneliti yang dipercaya mampu memberikan informasi
25
terhadap Objek Penelitian. Adapun Subjek Penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu
Pemangku, Tokoh Masyarakat, yang terkait serta yang dipandang memahami, mengetahui
masalah yang diteliti.
3.5
Penentuan Informan
Informan adalah orang-orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam melakukan penelitian sangat diperlukan
seorang informan, dalam hal ini informan dapat memberikan informasi langsung dan
memudahkan peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang banyak dengan waktu yang
relatif singkat. Informan juga dapat dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, dan
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 2000:90).
Menurut Arikunto, (2002:122) informan adalah orang yang memberikan informasi.
Selain itu, informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan-keterangan atau sumber
informasi, oleh karena itu diharapkan informan yang ditetapkan atau yang akan diambil adalah
informan yang paten, sehingga mampu memberikan jawaban yang akurat sesuai dengan
pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara.
Menurut Sugiyono, (2013:300) dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering
digunakan adalah : 1) purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu, 2) snowball sampling yaitu teknik pengambilan sumber data yang pada
awalnya jumlahnya sedikit namun lama-lama menjadi besar.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebab peneliti memilih sampel
yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti. Menurut
Sugiyono, (dalam Kaelan, 2012:78) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
26
sumber data dengan pertimbangan atau tujuan tertentu. Pertimbangan atau tujuan ini misalnya
orang, informan atau responden tersebut yang dianggap paling tahu dan menguasai tentang apa
yang akan diungkapkan dalam penelitian.
Hal ini dapat dilakukan karena informan-informan yang dijadikan obyek penelitian
memiliki otoritas dan kompetensi untuk memberikan informan data dan keterangan. jadi
dalam penelitian ini penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling.
3.6
Teknik Pengumpulan Data
Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukurnya.
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang penting dalam suatu penelitian, karena tujuan
dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mengumpulkan data dari sample penelitian
dilakukan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Kalau pengambilan datanya cukup reliable
dan valid maka datanya juga akan cukup reliable dan valid (Muhajir, 2002 165). Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode
wawancara , dokumentasi dan metode kepustakaan.
3.6.1 Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data oleh peneliti dengan mencatat
kejadian atau peristiwa melalui pengamatan langsung (Soehardi, 2001:96). Dalam penelitian ini
mempergunakan observasi partisipan. Observasi partisipan adalah teknik pengumpulan data
melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan
serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek pengamatan. Dengan mengamati langsung serta
terjun kelapangan, akan dapat memperoleh data akurat.
27
3.6.2 Wawancara
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2010: 135). Wawancara merupakan bentuk
komunikasi verbal atau dengan melakukan percakapan antara dua orang atau bahkan lebih.
Manfaat wawancara dalam melakukan penelitian ini untuk mengungkapkan kenyataan hidup,
apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang berbagai aspek hidup (Nasution.
2002:144). Wawancara adalah percakapan langsung antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Wawancara sebagai metode untuk mendapatkan data, keterangan-keterangan,
pendirian tentang pokok masalah sehingga hasil yang didapatkan mencangkup keseluruhan.
Sedangkan wawancara mendalam dilakukan terhadap orang-orang yang dianggap tahu dan
menguasai permasalahan yang hendak diteliti.
Melalui wawancara peneliti memasuki alam pikiran orang lain, sehingga dapat
memperoleh gambaran tentang objek masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini wawancara
berfungsi sebagai deskriptip dan juga berfungsi sebagai eksploratif. Mewawancarai
bukanlah hal yang mudah, hal ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai
yang kondusif dan serius. Artinya bahwa wawancara dilaksanakan dengan sungguhsungguh, tidak main-main tetapi juga tidak kaku. Menjaga suasana yang kondusif penting untuk
dijaga agar respondent mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara
jujur (Riduwan, 2000: 133). Dalam Penelitian yang dilakukan akan mengunakan teknik
wawancara tak berstruktur. Adapun yang akan diwawancarai adalah, pemangku, tokoh
28
masyarakat, tukang banten dan masyarakat.
3.6.3 Studi Dokumentasi
Sugiyono (2012: 240) mendefinisikan dokumen sebagai catatan sejarah yang sudah
berlalu. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,
biografi, peraturan, serta kebijakan. Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. (Iqbal,
2002:87) Dokumen yang digunakan dapat berupa variabel yang berupa catatan atau traskrip,
buku surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan lain sebagainya
Menurut Bungin (2001:153) menjelaskan bahwa kumpulan data disebut dokumen
dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, mikro film, disk, cd room hardisk dan
sebagainya. Berdasarkan penelitian ini metode dokumentasi berupa foto-foto yang diambil pada
saat melakukan penelitian. Adapun foto yang diambil dalam penelitian ini adalah pada saat
prosesi upacara Ngerebeg.
3.6.4 Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah metode yang dipergunakan untuk memperoleh data yang
dilakukan dengan jalan mengumpulkan segala macam data serta mengadakan pencatatan secara
sistematis (Nawawi, 1993: 133). Berdasarkan penelitian ini, studi kepustakaan diperoleh
dengan cara membaca buku, lontar, Skripsi, dan tulisan yang berkaitan dengan upacara
ngerebeg yang sedang diteliti.
3.7
Metode Analisis Data
Baswori (2002: 56) juga menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
29
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Riduwan (2004:106) menyatakan teknik pengolahan data merupakan suatu kegiatan
yang terpenting dalam Prosedur kegiatan penelitian. Kekeliruan dalam mengambil analisis dan
penghitungan akan berakibat fatal pada kesimpulan, generalisasi maupun interprestasi. Hal ini
perlu dikaji secara mendalam hal-hal yang menyangkut pengolahan data, supaya bisa
memilih dan menentukan secara tepat (accuracy) dalam pengolahan data.
Menurut Patton dalam (Moleong, 2002:103), mengatakan bahwa analisis data adalah
prosedur pengaturan urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, ketegori dan
suatu uraian dasar. Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul nantinya diseleksi,
diklarifikasi, dikomparasi dan dianalisis untuk memperoleh keaslian data. Berdasarkan
pengamatan awal bahwa ada beberapa data yang dapat dipakai untuk membantu dan menunjang
guna memberikan informasi yang jelas dalam penyajian hasil.
30
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Baswori, Hadjar. 2002. Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Grilia Indonesia.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Iqbal, Hasan. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT.Gramedia.
Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Moelong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Mas Putra. 1982. Panca Yajña. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Gadjah Mada University
Press.
Nasikum. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories Of Religion. Jogyakarta: Qalam.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung : Alfa Beta.
Sanjaya, Putu. 2010. Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suprayoga, Iman dan Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 2006. Kamus Besar Pustaka.
Tim Penyusun, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum.
Wiana, I Ketut. 2004. Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan. Surabaya: Paramita.
Wijayananda, Ida Pandita Mpu, 2004. Makna Filsafat Upakara dan Upacara. Surabaya:
Paramita.
31
Wojowasisto. 1977. Kamus Jawa Kuno Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zuriah, Nurul. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
32
Download