USULAN PENELITIAN UPACARA NGEREBEG DI PURA PUSEH DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) IHDN DENPASAR Ketua Peneliti I NYOMAN ALIT SUPANDI S.Ag,.M.Pd.H NIDEN: 2404088501 Anggota I MADE ARSA WIGUNA KADEK IRMA JULIANTINI INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR 2017 i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga usulan penelitian dengan judul “Upacara Ngerebeg Di Pura Puseh Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar prspektif pendidikan agama hindu”. Dapat terlaksana sebagaai mana mestinya Penulis menyadari usulan penelitian ini masih sangat sederhana. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis baik secara material maupun spiritual. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk kesempurnaan penelitian ini. Sebagai akhir kata semoga usulan proposal peneliti ini dapat memberi manfaat positif bagi masyarakat umumnya dan peneliti khususnya. Denpasar, 3 Januari 2017 Peneliti ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan proposal usulan penelitian ini yang berjudul Upacara Ngerebeg Di Pura Puseh Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar prspektif pendidikan agama hindu, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya ataupun pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Denpasar, 3 Januari 2017 I Nyoman Alit Supandi iii ABSTRAK Umat Hindu di Bali tidak terlepas dari pengaruh budaya yang ada sehingga berbagai upacara Yajña yang merupakan ritual sehari-hari bagi umat Hindu semakin hari semakin marak dilakukan, begitu pula mengenai upacara Ngerebeg yang dilaksanakan di Desa Adat Batubulan, yang diikuti oleh warganya dengan antusias dalam melaksanakan upacara tersebut. Keberadaan upacara Ngerebeg yang sudah berlangsung lama upacara Ngerebeg ini sangat unik bagaimana sesuunan atau bisa juga disebut petapakan mengelilingi pura puseh, sebelum mengelilingi pura puseh para pemangku ngaturan piuning jumblahnya lumanyan banyak Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memiliki beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 2. Nilaai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 3. Fungsi apa sajakah yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Tujuan penelitian ini adalah penelitian ingin memberikan pemahaman yang jelas tentang upacara Ngerebeg. Sehingga tetap Eksis dan tetap melestarikan dan turut mengembangkan budaya Bali. Dalam hal ini upacara Ngerebeg merupakan salah satu produk dari kebudayaan Bali yang sangat dipengaruhi dan dijiwai oleh Agama Hindu yang tetap diwarisi. manfaat penelitian ini adalah Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk lebih mengetahui Upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan. bermanfaat bagi masyarakat Hindu pada umumnya, khususnya masyarakat Batubulan supaya upacara Ngerebeg tetap dilaksanakan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan kepada masyarakat dalam melaksanakan Upacara Ngerebeg. dan Bermanfaat bagi para generasi muda agar memahami prosesi yang mendalam sehingga dapat meningkatkan Sraddha dan Bhakti kepada Tuhan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, ada beberapa teori untuk mengkaji yaitu sebagai berikut: 1. Teori Religi, 2. Teori Nilai, 3. Teori Fungsional Struktural. Adapun tknik Pengumpulan data melalui: Teknik Observasi, Teknik Wawancara, Teknik Kepustakaan, Teknik Dokumentasi, Teknik Analisis Data, Teknik Penyajian Hasil Penelitian. iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii PERNYATAAN ........................................................................................ iii ABSTRAK……………………………………………………………….. iv DAFTAR ISI .............................................................................................. v BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 7 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 7 1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 8 1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................... 8 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................. 8 KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 9 2.1 Kajian Pustaka ...................................................................... 9 2.2 Konsep ................................................................................... 11 2.2.1 Upacara Ngerebeg ............................................................. 12 2.2.2 Pura Puseh .......................................................................... 13 2.2.3 Perspektif Pendidikan Agama Hindu ................................ 14 2.3 Teori ..................................................................................... 16 BAB II v 2.3.1 Teori Religi ....................................................................... 16 2.3.2 Teori Nilai ......................................................................... 17 2.3.3 Teori Fungsional Struktural .............................................. 19 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 22 3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 22 3.2 Lokasi Penelitian ................................................................... 23 3.3 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 24 3.3.1 Jenis Data ........................................................................... 24 3.3.2 Sumber Data ..................................................................... 24 3.4 Objek dan Subjek Penelitian ................................................ 25 3.5 Penentuan Informan ............................................................. 26 3.6 Tehnik Pengumpulan Data ................................................... 27 3.6.1 Teknik Observasi ............................................................... 27 3.6.2 Teknik Wawancara ............................................................ 28 3.6.3 Studi Dokumentasi ............................................................ 28 3.6.4 Studi Dukumentasi ............................................................ 28 3.7 Metode Analisis Data ........................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA vi vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri dibandingkan dengan pulau-pulau yang ada di Indonesia, sehingga mengakibatkan banyak para wisatawan datang ke Bali, untuk menikmati keindahan Pulaunya, Agama, budaya dan adat. Agama Hindu memiliki ajaran secara garis besar ruang lingkupnya meliputi suatu upacara keagamaan, upacara ritual yang dilaksanakan oleh umat Hindu sangat erat kaitannya dengan suatu tradisi yang terdapat disuatu daerah, upacara tersebut merupakan salah satu bagian dari Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa, Susila dan Upacara. Upacara memiliki arti “mendekati”. Secara inti upacara agama merupakan aktifitas manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada sesama dalam bentuk saling menghargai sesuai swadarmaning masing-masing, dekat kepada alam lingkungan dalam wujud menjaga kelestarian alam dan yang paling utama rasa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa (Tim, 2000:112). Menurut Wiana (2007:42) Upacara adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “mendekati”. Di samping itu juga berarti “penghormatan”. Inti upacara agama dalam tattwa memang suatu aktifitas yang mendekatkan manusia dan alam lingkungannya dengan sesamanya dan dengan Tuhannya. Sebelum dapat mendekatkan diri kepada-Nya, hendaknya terlebih dahulu dapat menciptakan keseimbangan dan keselarasan serta keharmonisan dalam diri, agar dapat mewujudkan keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa (Wijayananda, 2004:49). 1 Ajaran tattwa dalam agama Hindu diimplementasikan ke dalam konsep keyakinan melalui ajaran Panca Sradha. (Suardana, 2010:7) manusia adalah mahluk yang serba ingin tahu. la ingin mengetahui setiap sebab dari suatu akibat. Ia ingin mengetahui mencari kebenaran hakiki, mengetahui sebab-sebab yang menyakinkan. Panca sradha terdiri dari lima pembagian yaitu : (1) Widhi Sradha yaitu keyakinan umat Hindu akan adanya Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, (2) Atman Sradha artinya keyakinan umat Hindu akan adanya roh atau atman sebagai unsur pemberi jiwa pada semua mahluk, (3) Karma Phala Sradha yaitu kepercayaan bahwa setiap perbuatan membawa hasil sehingga terjadinya hubungan sebab akibat, (4) Purnarbawa Sradha artinya umat Hindu berkeyakinan bahwa kehidupan didunia ini mengalami reinkarnasi atau kehidupan yang berulang-ulang, (5) Moksa Sradha yaitu keyakinan umat Hindu akan adanya kelepasan yang merupakan tujuan tertinggi dalam ajaran agama Hindu. Ajaran Susila adalah ajaran yang menitik beratkan kepada tata aturan dalam bertingkah laku yang tertuang dalam konsep Tri Kaya Parisudha adapun pembagian adalah (1) Manacika Parisuda yaitu berpikir yang suci, (2) Wacika Parisudha yaitu berkata yang benar, (3) Kayika Parisudha yaitu berbuat yang benar. Ajaran Upacara diimplementasikan dalam konsep panca yadnya. Adapun bentukbentuk yadnya yaitu ada yadnya dalam bentuk ibadah yang dilakukan dengan ritual dan yadnya dalam bentuk tindakan yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Yadnya dalam bentuk ibadah dalam keyakinan agama Hindu dilakukan dengan melakukan Panca Yadnya yaitu lima jenis ritual dalam keyakinan umat Hindu yang terdiri dari Dewa Yadnya, Pitra Yadva. Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya. Dewa Yadnya berarti (persembahan suci ditunjukkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dan para dewa serta segala manifestasinya). Pitra Yadnya berarti (persembahan suci 2 kehadapan pitra atau roh leluhur dan termasuk kepada orang tua yang masih hidup). Dari pada itu putra-putri harus tetap menghormati orang tua, karena kita berhutang budi kepadanya. Orang tua meninggal kita masih mempunyai kepercayaan dengan adanya roh masih hidup setelah badan kasar tak bergerak dan terbentang kaku, mempunyai Upacara yang khas dalam penyelenggaraan jazad seseorang yang berpulang yang disebut pitra yadnya, yang disesuaikan dengan tingkat dan kedudukan seseorang “Desa-Kala-Patra dan Nista-Madya-Utama" (Purwita 1992 : 19 - 35). Rsi Yadnya berarti persembahan suci kepada Brahmana atau para Rsi atas jasa beliau dalam membina umat dan mengembangkan ajaran agama. Manusa Yadnya adalah (persembahan suci kehadapan sesama).Tujuan melaksanakan korban suci ini untuk pembersihan lahir dan batin.Pembersihan lahir batin ini dilakukan setiap hari, setiap saat, dan berkelanjutan sehingga atman dapat menunggal dengan parama atman. Bhuta Yadnya adalah (persembahan suci yang ditunjukkan pada bhuta kala).Tujuannya persembahan suci itu adalah untuk memelihara, menyucikan dan nyupat kehidupan manusia. Disamping itu adapun tujuan upacara bhuta Yadnya adalah untuk memohon kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) agar Beliau memberi kekuatan lahir batin, juga untuk menyucikan dan menetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang disebut bhuta kala tersebut sehingga dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia. Segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Hindu khususnya di Bali tidak pernah lepas dari ketiga kerangka dasar tersebut. Pencerminan dari ketiga kerangka dasar ini dapat dilihat dari upacara dan upakara yang sering dilaksanakan di masyarakat sebagai perwujudan Sraddha dan Bhakti mereka kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sampai pada saat ini masyarakat Hindu masih melaksanakan upacara Agama sesuai dengan tradisi dan warisan dari nenek moyang. Nilai-nilai spiritual Yajña yang bersifat universal dikemas dengan budaya lokal 3 dengan perkembangan jaman yang ada, hal ini menandakan bahwa upacara Agama Hindu memiliki dimensi yang sangat komplit (Wiana, 2004: 22). Sehingga pemahaman terhadap aspekaspek sebuah Agama dapat dilihat pada pelaksanaan upacara yang bersangkutan. Demikian juga yang dilakukan oleh umat Hindu di Desa Adat batubulan bahwa mereka melaksanakan Yajña dengan tulus ikhlas yang dilakukan secara terstruktur dan berlangsung secara turun temurun seperti pelaksanaan upacara Ngerebeg ini merupakan suatu upacara ritual yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Upacara Ngerebeg juga merupakan upacara Yajña yang sangat dipengaruhi oleh Desa, Kala, Patra masyarakat setempat. Kaitannya dengan Tri Hita Karana upacara Ngerebeg merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia serta antara manusia dengan kekuatan lainnya atau alam semesta ini. Dengan begitu antusiasnya warga dalam melaksanakan upacara Ngerebeg Berdasarkan yadnya penelitian direalisasikan praktek kehidupan syukur kepada Ida anugrah yang telah 2001:5) Menjelaskan pada ajaran upakara, yang makna utama. dan Sang upacara selalu Hyang Ngerebeg, diwarnai Widhi pada pelaksanaan kegiatan upacara wujud Pelaksanaan tujuan memfokuskan dilimpahkan Suatu dalam peneliti dalam sehari-hari Weda. baik ke ini dari kecil upacara upacara Wasa, (sederhana), yang bhuta di dalam sebagai wujud segala manusia agama upacara Hindu Yajna, atas upacara hendaknya Umat upacara umat dalam kepada berkah dan di bumi. (Sudharta, agama Hindu bersumber Hindu selalu menengah dibarengi disertai (madya), dengan dilaksanakannya, dengan maupun memahami karena suatu upacara dan upakara adalah sebagai wujud dari pengejawantahan dari tattwa yang bersumber dari ajaran agama Hindu, maka dari itu suatu upakara atau bebantenan hendaknya harus 4 mengacu pada sastra-sastra agama (Ngurah, 2005:30-31). Kejadian dimasyarakat khususnya di desa Batubulan tidak ada yang berani tidak melaksanakan upacara Ngerebeg, inipun harus dilaksanakan karena masyarakat memiliki kepercayaan bahwa pretima atau sesuunan memiliki kekuatan sehingga masyarakat memiliki sujud dan bhakti dengan melaksanakan upacara Ngerebeg. Memang Kebudayaan tidak bisa dipisahkan dengan agama Hindu. Ajaran agama Hindu memegang peranan penting dalam kehidupan seni dan budaya, di mana ajaran agama sebagai nafasnya seni budaya, sehingga melahirkan seni budaya yang sosial relegius. Praktek-praktek agama memberi warna dan sekaligus mendorong perkembangan seni budaya. Kebudayaan sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akanterwujud dengan melaksanakan persembahan suci yang tulus iklas (Ngurah, Dkk.2006:99). Kalau kita cermati dimasyarakat Batubulan memang benar masyarakat tetap melaksanakan upacara Ngerebeg dengan hati yang tulus ikhlas. Keunikan pada saat upacara ini adalah pretime atau sesuunan mengelilingi wilayah Pura Puseh sebanyak tiga kali, dan pengiring pratime saling bersorak surai dan diiringi dengan tetabuhan beleganjur yang sangat banyak, bahkan disini bukan satu sesuunan melainkan banyak sesuunan, masing-masing banjar yang berjumblah enam belas banjar khususnya desa batubulan semua sesuunan berkumpul di depan nataran pura Puseh. sebelum mengelilingi pura kurang lebih ada delapan pemangku yang ngaturan piunung di depan petapakan atau sesunan, Ini yang menjadi peneliti untuk tertarik melaksanakan suatu penelitian dengan judul “Upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar (Perspektip Pendidikan Agama Hindu)”. 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar? 2. Nilaai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar? 3. Fungsi apa sajakah yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh DesaBatubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian harus memiliki suatu tujuan tertentu, dan untuk memberikan kejelasan arah yang akan dicapai dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini peneliti memiliki dua tujuan antara lain diuraikan sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ingin memberikan pemahaman yang jelas tentang upacara Ngerebeg yang dilaksanakan masyarakat di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Sehingga tetap Eksis dan tetap melestarikan dan turut mengembangkan budaya Bali. Dalam hal ini upacara Ngerebeg merupakan salah satu produk dari kebudayaan Bali yang sangat dipengaruhi dan dijiwai oleh Agama Hindu yang tetap diwarisi. 6 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman secara lebih mendalam mengenai upacara Ngerebeg yaitu: 1. Untuk mengetahui prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan. 2. Untuk mengetahui Nilai pendidikan yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan. 3. Untuk mengetahui fungsi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan 1.4 Manfaat Penelitian Setiap kegiatan tertentu ada manfaat atau guna yang ingin dicapai, sehubungan dengan hal ini maka penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan atau manfaat bagi yang membacanya baik secara teoretis maupun secara praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Adapun secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan penulis dibidang agama Hindu yang berkaitan dengan Upacara ngerebeg, dan diharapkan menjadi salah satu kontribusi akademis di IHDN Denpasar. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perkembangan pendidikan Agam Hindu sehingga tetap lestari atau eksis dalam suatu perkembangan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk lebih mengetahui Upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan. 2. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Hindu pada umumnya, khususnya 7 masyarakat Batubulan supaya upacara Ngerebeg tetap dilaksanakan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan kepada masyarakat dalam melaksanakan Upacara Ngerebeg. 3. Sebagai bahan informasi serta pedoman yang praktis bagi Umat Hindu dalam melaksanakan ajaran Agama Hindu yang baik dan benar dan melaksanakan upacara Ngerebeg dengan rasa tulus ikhlas. 4. Bermanfaat bagi kalangan akademis sebagai salah satu sumber acuan yang terkait di dalam penelitian selanjutnya dan Bermanfaat bagi para generasi muda agar memahami prosesi yang mendalam sehingga dapat meningkatkan Sraddha dan Bhakti kepada Tuhan. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan Peneliti ini peneliti menggunakan beberapa kajian pustaka yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan dan sudah tentu dalam penjelasan pustaka tersebut dapat memberikan pemahaman dan dijadikan sebagai referensi. Oleh karena itu kajian pustaka dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mempelajari, memahami, mengutip, pandangan, dan lain sebagainya. Kajian pustaka merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang mendeskripsikan hasil kajian pustaka dan hasil pemikiran peneliti mengenai suatu permasalahan yang memuat beberapa gagasan yang berkaitan yang harus didukung oleh data kepustakaan. Data kepustakaan ini sangat penting karena selain sebagai pendukung, juga untuk meminimalisir kemungkinaan terjadi kesamaan kajian dalam penelitian. Selain itu, bahwa kajian pustaka meliputi pengidentifikasi secara sistematis, penemuan analisis dokumendokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Gay dalam Suprayoga dan Tabroni 2001:130). Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini adalah: Noviyanti (2009) dalam skripsinya ”Upacara Ngerebeg di Desa Sengkiding Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung”, dilaksanakan setiap dua tahun sekali merupakan upacara yang bertujuan untuk menyeimbangkan keharmonisan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit, serta mengusir kekuatan jahat dan negatif lainnya, serta menetralisir malapetaka akibat gangguan Bhuta Kala dihaturkan berupa segehan agung, ayam sambleh, tetabuhan tuak arak serta memerankan Ida Bhatara atau Sesuunan yang berupa Rangda, dalam proses pelaksanaan. Fungsi upacara Ngerebeg dalam bidang keagamaan adalah untuk memohon keselamatan Bhuana Agung 9 dan Bhuana Alit. Penelitian ini mempunyai kesamaan fungsi untuk menetralisir kekuatan jahat yang mengganggu ketentraman hidup manusia. Perbedaan penelitian Noviyanti dengan penelitian ini terletak pada ngerebeg dalam penelitian noviyanti selama 2 tahun sekali, sedangangkan dalam penelitian ini setiap satu tahun setiap Purnamaning Sasih Kapat. disamping itu dalam prosesinya pun beda. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap Fungsi upacara Ngerebeg. Edianto (2011) dalam skripsinya yang berjudul ”Komunikasi Persuasif Dalam Pelaksanaan Upacara Ngerebeg di Desa Luwus Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan”. Dijelaskan bahwa upacara Ngerebeg ini dilaksanakan pada Sasih Kapitu, yang diawali dengan masa persiapan oleh masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan matur piuning di Pura Puseh dan sesuunan diiringi keliling Desa Luwus dengan membawa sarana pengrebegan berupa api atau obor, kentongan atau kulkul dengan mengeluarkan suara bising dan berakhir di perbatasan Desa Luwus. Persamaannya terletak pada pelaksanaan upacara ngerebeg sama sama mengeluarkan suara yang keras. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah penelitian Edianto membawa sarana pengrebegan berupa api atau obor, kentongan atau kulkul dengan mengeluarkan suara bising dan berakhir di perbatasan Desa Luwus. Sedangangkan penelitian ini mengelilingi pure Puseh sebanyak tiga kali, yang dikelilingi oleh sesuunan, Krame, beleganjur,dan berakhir di pura puseh. Desi ( 2015) dalam skripsinya yang berjudul Upacara Ngerebeg di pura puseh desa adat jempeng kecamatan abiansemal kabupaten badung Perspektif Teologi Hindu. Bentuk upacara Ngerebeg di Desa Adat Jempeng menggunakan beberapa sarana seperti: daun, buah, hewan, api, air dan sebagainya, yang dipimpin oleh jro mangku dan dilaksanakan di Pura Puseh yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali purnamaning sasih kapat. Prosesinya dimulai dari 10 persiapan (mengumpulkan dan membuat sarana), tahap puncak dengan melaksanakan upacara Ngerebeg, diikuti dengan tarian baris tumbak, sekeha deha mepayas, mendet geni. Fungsi upacara Ngerebeg di Desa Adat Jempeng yaitu; 1. Fungsi Religius, 2. Fungsi Estetika 3. Fungsi Gotong Royong, 4. Fungsi Etika, 5. Fungsi Sraddha dan Bhakti, 6. Fungsi Pelestarian Budaya. Makna teologi yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Adat Jempeng yakni terdapat konsep pemujaan Saguna Brahman dan Nirguna Brahman. Perbedaan penelitian Desi terhadap penelitian ini adalah penelitian desi menggunakan tarian baris tumbak, sekeha deha mepayas, mendet geni. Sedangkan penelitian ini tidak menggunakan, persamaannya adalah sama-sama pada jenis upacaranya sebagai penyomia Bhuta Kala yaitu dengan menetralisirkana, kontribusinya terhadap estetika, Gotongroyong. 2.2 Konsep Konsep merupakan salah satu syarat yang harus ada di dalam kegiatan penelitian atau karya ilmiah. Hal itu disebabkan konsep mampu mengantarkan sejumlah variabel terhadap topik yang diteliti. Tujuannya agar variabel dalam judul yang akan diteliti tidak menyimpang dari kegiatan penelitian. Konsep merupakan terminologi teknis berkaitan dengan judul penelitian dan masalah yang dihadapi. Konsep merupakan teori-teori baku yang digunakan sebagai landasan dasar di dalam menjawab semua permasalahan yang diajukan (Gulo, 2002:8). Menurut Kamus Bahasa Indonesia konsep berarti suatu rancangan dalam menulis sesuatu (Tim Penyusun, 2012: 725). Konsep akan digunakan sebagai teori dasar bahwa konsep berfungsi untuk menyederhanakan arti atau pemikiran tentang ide-ide maupun gejala sosial yang digunakan agar orang lain membaca dan memahami maksud dari pada penelitian. Karena konsep merupakan unsur pokok dari penelitian, maka penentuan dan perincian konsep ini dianggap sangat penting agar persoalan-persoalan utamanya tidak menjadi kabur. Konsep yang terpilih 11 perlu ditegaskan, agar tidak terjadi salah pengertian mengenai konsep tersebut (Narbuko dan Achmadi, 2007: 140). Menurut Sudarminta (2002: 87) menyatakan bahwa konsep adalah suatu medium yang menghubungkan subjek penahu dan objek yang diketahui, pikiran dan kenyataan. Maksudnya konsep dijadikan sebagai perantara untuk mengenal, memahami dan menyebut suatu objek. Konsep dapat dimengerti dari sisi subjek maupun dari sisi objeknya. Bila dari sisi subjek, suatu konsep adalah kegiatan merumuskan dalam pikiran atau menggolonggolongkan. Sedangkan dari sisi objek, suatu konsep adalah isi kegiatan tersebut artinya apa makna konsep tersebut. Adapun konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.2.1 Upacara Ngerebeg Berdasarkan Manawa Dharmasastra V.40 disebutkan osadhyah pacawo wriksastir yancah paksinastatha, yajnartham nidhanam praptah prapnu wantyutsritih punah. Bahwa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang digunakan dalam upacara agama dalam penjelmaannya yang akan datang akan meningkat dalam kualitas yang lebih tinggi. Sesungguhnya dalam pengamalan ajaran Hindu sudah disiapkan banyak pilihan mengamalkan agama Hindu yang terkenal fleksibel. Menurut Kamus Sanskerta-Indonesia dijelaskan bahwa kata upacara berasal dari kata ”upa” berarti berhubungan dan ”cara” yang artinya bergerak (Tim Penyusun, 2006: 110). Sedangkan menurut Wiana (2004: 38) upacara adalah sebuah kata-kata yang berasal dari bahasa ”Sanskerta” yang artinya”mendekati”. Di samping mendekati juga berarti ”penghormatan”. Karena upacara agama memang merupakan suatu aktivitas yang mendekatkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. (Mas Putra, 1982: 6)Untuk mewujudkan banyak sedikitnya upakara serta banten yang terdapat dalam suatu upacara Yajña, dalam ajaran Hindu dikenal dengan istilah nista, madya, dan utama. 12 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upacara adalah serangkaian kegiatan atau tindakan atau gerakan serta pelaksanaan-pelaksanaan upacara yang dilakukan menurut adat dan kebiasaan masyarakat setempat atau sesuai dengan sastra agama. Sanjaya, (2010: 11) kata ”Ngerebeg” berasal dari kata ”gerebeg” yang berarti geledah. Secara etimologi juga kata Ngerebeg itu berasal dari kata ”gerebeg” yang artinya melakukan upacara besar, kemudian dalam Bahasa Balinya mendapat ”anusuara” sehingga menjadi Ngerebeg. (Wojowasisto, 1977: 96) Istilah Ngerebeg berasal dari bahasa Jawa Kuno dari akar kata ”grebeg” yang berarti kelompokan, bunyi keras, bising dan berisik. Sedangkan kalau kita kaitkan dengan ngerebeg di pura puseh desa batubulan adalah upacara yang dilaksanakan di pura puseh menggunakan sesuunan, beleganjur dan pengiring mengeluarkan suara sorak gemurai yang sangat keras dalam upacara Ngerebeg. 2.2.2 Pura Puseh Pura Puseh merupakan tempat berstananya Dewa Wisnu sebagai Dewa Pemelihara dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dengan saktinya Dewi Sri atau Laksmi. (Sanjaya, 2010: 5) Kata Pura berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari urat kata ”pur” yang berarti kota atau benteng, artinya tempat yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk mengadakan kontak dengan kekuatan suci. Tempat khusus ini di Bali disebut dengan nama Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya dan roh suci leluhur. Sedangkan Puseh berasal dari kata puser yang berarti pusat, kata pusat disini mengandung makna sebagai pusatnya kesejahteraan dunia yang mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia (Sanjaya, 2010: 10). Kalau kita kaitkan dalam penelitian ini pura puseh yang dimaksud adalah Pura Khayangan Tiga, sabagai pemelihara yang dipuja dewa wisnu sebagai manipestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa. 13 2.2.3 Perspektif Pendidikan Agama Hindu Dalam kamus Bahasa Indonesia perspektif dapat diartikan cara pandang, Perspektif juga sebuah persepsi yang meliputi baik perolehan pengetahuan melalui panca indera maupun dengn pikiran. Sejak tahap-tahap pertama filsafat hingga sekarang ini masalah persepsi mendapat perhatian. Istilah perspektif berasal dari bahasa Inggris "perspective” yang artinya sebenarnya (kamus Inggris-Indonesia, 2005:286). Kata perspectif juga mengandung beberapa pengertian lain yaitu : (1) gambaran posisi relatif, ukuran dan jarak dari objek pada suatu permukaan (2) satu segi pandang atau kerangka refrensi, dari mana bagian atau unsur-unsur dari objek atau masalah dapat dilihat hingga tercapai keuntungan pemahaman yang lebih baik, atau bisa membentuk suatu organisasi yang lebih baik. (Kamus Psikologi, 2009 : 364). Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan suatu bangsa, serta dapat menjamin suatu perkembangan dan keberlangsungan suatu bangsa yang bersangkutan, pendidikan merupakan upaya untuk memperluas dan memperdalam cakrawala pengetahuan dalam rangka membantu nilai, sikap dan prilaku peserta didik. Menurut GBHN (2000:52) dikemukakan pengertian pendidikan adalah usaha untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia, menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah,2009:1). 14 Agama berasal dari bahasa Sanskrit. Ada yang berpendapat bahwa kata itu terdiri dari dua kata. A berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab suci. Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain: religion, religio, religie, dll (Bakhtiar.2009:10) Pendidikan agama Hindu merupakan usaha sadar dilakukan oleh umat Hindu untuk menjunjung tinggi akan adanya sesuatu yang langgeng dan menganggap bahwa seluruh umat manusia adalah merupakan suatu keluarga besaar yang mempunyai satu tujuan yakni kembali kepada asalnya, dengan jalan mengutamakan kebenaran sebagai suatu pedoman dalam mengarungi kehidupan ini. Pendidikan agama Hindu diharapkan dapat dipakai sebagai obor dalam menerangi kegelapan umat Hindu di dalam mengarungi kehidupannya. Agama Hindu merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan yang kekal dalam keadaan bersatunya Atman dengan Brahman, ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam kitab suci Weda yaitu : Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma yang artinya tujuan beragama untuk mencapai Moksa dan Jagadhita. Moksa yang berarti kebebasan roh dari ikatan duniawi atau kelepasan, manunggalnya Atman dengan Brahman, dan Jagadhita yaitu kesejahteraan. Kebahagiaan itu dapat ditempuh dengan beberapa jalan yang disebut catur marga serta melaksanakan yadnya dan menegakkan dharma. Berdasarkan penelitian ini perspektif pendidikan Agama Hindu yang dimaksud adalah bagaimana dalam penelitian ini, ditinjau, sudut pandang dalam pendidikan terkait dengan upacara Ngerebeg Agama Hindu yang dimaksud adalah suatu kepercayaan terkait dengan upacara yadnya kita persembahkan dengan jalan tulus iklas. 15 2.3 Teori Teori adalah seperangkat gagasan (konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain yang menunjukkan fenomena-fenomena yang sistematis dengan menetapkan hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena tersebut (Mardalis, 2008:44). Teori merupakan hal terpenting dalam memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian ilmiah. Teori dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara umum dibangun dengan data yang tersusun dalam satu sistem pemikiran sistematik, karena itu pengumpulan data dilakukan hanya setelah segala sesuatupun mengenai masalah penelitian telah selesai direncanakan (Narbuko dan Achmadi, 2007: 28). Teori menjadi suatu landasan kerangka alur pikir, mengolah data, menganalisa data dan membahasnya untuk menjadi suatu simpulan dalam penelitian sehingga dengan berlandaskan teori-teori tersebut penelitian diharapkan dapat dicapai dengan membedah permasalahannya. Berikut beberapa teori digunakan dalam penelitian: 2.3.1 Teori Religi Religi dapat dikatakan sebagai sebuah budaya, sebagian para teori Barat menyatakan agama (kepercayaan) atau sering disebut dengan religi diartikan sebagai suatu yang begitu individual dan bermacam-macam. Geertz dan Emile Durkheim menyatakan agama terdiri dari kepercayaan dan prilaku dalam suatu hal berhubungan dengan supernatural, wilayah kehidupan spiritual dan Illahi yang realitas walaupun kaum beriman tersebut tidak melihatnya. Tylor dan Frazer keduanya memilih untuk mendefinisikan agama sebagai istilah-istilah yang supernatural, demikian juga Mircea Eliade dengan konsepnya menyatakan bahwa agama tidak lepas dari 16 sesuatu yang sakral dan propan, agama sering berbicara tentang para dewa, leluhur dan pahlawan pembuat keajaiban (Pals, 2001 : 458-459). Religi adalah suatu sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat, dimana teori religi menurut Tylor yang terpenting menyebutkan bahwa perilaku manusia yang bersifat religi itu terjadi karena: 1. Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh. 2. Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan akal. 3. Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa dialami manusia dalam hidupnya. 4. Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam sekelilingnya. 5. Adanya getaran (yaitu emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga dari masyarakat. 6. Manusia menerima suatu firman dari Tuhan (Koentjaraningrat, 2002: 194-195). Menurut Koentjaraningrat dasar-dasar religi dibedakan menjadi lima komponen yang berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya, terdiri dari: 1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia di dorong untuk berperilaku keagamaan, 2. Sistem keyakinan atau kepercayaan dalam suatu religi berwujud gagasan manusia, 3. Sistem ritus atau upacara dalam suatu religi berwujud tindakan dan aktivitas manusia dalam melaksanakan kebaktiannya, 4. Ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan seperti tempat dan gedung pemujaan, 5. Umat agama atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan yang melaksanakan sistem ritus serta upacara itu (Koentjaraningrat, 2010: 80). Berdasarkan penjelasan tersebut, teori religi Koentjaraningrat di gunakan untuk mengkaji rumusan masalah yang pertama yaitu Bagaimana prosesi upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 2.3.2 Teori Nilai Nilai adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai di dalam 17 kehidupan.Konsepsi-konsepsi serupa itu biasanya luas dan kabur. Justru karena kabur atau irasional biasanya berakar dalam bagian emosional dari alam jiwa manusia (Koentjaraningrat, 2002: 20). Menilai berarti menimbang yaitu, kegiatan manusia yang berhubungan dengan sesuatu untuk selanjutnya mengambil suatu keputusan.Keputusan nilai dapat mengatakan baik, buruk, benar, salah, berguna atau tidak berguna yang berhubungan dengan cipta, rasa dan karsa jiwa manusia. Sehingga sesuatu itu akan mempunyai nilai apabila berguna, berharga, indah, baik, dan religius. Menurut Louis Kattsof dalam bukunya Elemen of Phylosophy, menyimpulkan bahwa nilai itu mempunyai 4 (empat) macam arti, antara lain : 1. Bernilai artinya berguna; 2. Merupakan nilai artinya baik dan benar atau indah; 3. Mengandung nilai artinya merupakan obyek atau keinginan atau sifat yang menimbulkan sikap setuju; dan 4. Memberi nilai artinya memutuskan bahwa sesuatu itu diinginkan atau menunjukan nilai (Bagus, 2005: 713). Sesuatu yang mempunyai nilai tidak hanya yang berwujud material atau benda saja tetapi juga yang tidak berwujud.Yang berwujud material penilaiannya lebih mudah dilakukan dengan menggunakan alat ukur seperti pengukuran berat (kg), panjang (km) dan isi (m3), sedangkan nilai-nilai kerohanian tidak dapat diukur dengan alat-alat tersebut. Nilai kerohanian hanya dapat dinilai dengan menggunakan hati nurani yang ditimbulkan oleh indra, akal, perasaan dan pikiran (keyakinan). Penilaian terhadap nilai kerohanian antara manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung dari situasi dan keadaan manusia bersangkutan. Bagi manusia nilai merupakan suatu alat untuk memotivasi disegala 18 bidang kehidupan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan manusia yang lain berbuat lain dari nilai manusia yang lain karena alasan yang lain pula. Jadi nilai sangat berperan sebagai dasar pedoman yang menentukan kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan sesuai dengan sifatnya. Teori nilai bagus dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji permasalahan yang ke dua yaitu Nilaai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Ngerebeg di Pura Puseh Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 2.3.3 Teori Fungsional Struktural Prinsip-prinsip fungsional dimana masyarakat sebagai unsur-unsur yang terintergrasi secara baik dan setiap unsur mempunyai fungsi serta memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan keutuhan suatu sistem teori ini secara khusus membahas hubungan antara kepribadian individual manusia, sistem sosial, serta sistem budaya. Tujuan teori ini agar seluruh sistem sosial tetap bertahan dan fungsi-fungsinya tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya (Suprayoga, 2001:96). Menurut Talcont Parsons Teori Fungsional Struktural dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditunjukkan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu. Agar tetap bertahan suatu sistem harus memiliki empat fungsi yakni: 1. Adaptation/Adaptasi, artinya sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 2. Goal attainment/ pencapaian tujuan, artinya sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utama. 3. Integration/integrasi, artinya sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, dan juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya. 4. Latensi/pemeliharaan pola, artinya sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki baik motivasi individual maupun pola-pola kultural lainnya (Koenjraningrat, 2010: 98). 19 Selanjutnya dari empat konsep tersebut Parsons menyusun secara terperinci dasar teorinya yang terdiri dari tujuh konsep. Teori-teori tersebut Menurut Talcott Parsons (dalam Nasikum 2012: 13-15) dipaparkan bahwa Teori Fungsionalisme Struktural ini dapat dikembangkan dengan anggapan dasar sebagai berikut: 1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain. 2. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. 3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental, sistem sosial cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis; menanggapi perubahan-perubahan yang akan datang dari luar dengan kecenderungan memelihara agar perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sebagai akibatnya hanya akan mencapai derajat yang minimal. 4. Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan dan penyimpangan- penyimpangan senantiasa terjadi, tetapi di dalam jangka yang panjang, keadaan tersebut pada akhirnya akan dapat teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian dan proses institusional. Dengan perkataan lain sekalipun integrasi sosial pada tingkatannya yang sempurna tidak akan pernah tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu. 5. Perubahan-perubahan dalam sistim sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan terjadi secara refolusioner. Perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya mengenai bentuk luar saja, sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan. 6. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar (extra sisremicchange) pertumbuhan melalui proses deferensiasi struktural dan fungsional; serta penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat. 7. Faktor yang paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus diantara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam masyarakat, demikian menurut pandangan fungsional struktural, selalu terdapat tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap nama sebagian besar anggota masyarakat menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar. Sistem nilai disebut tidak saja merupakan sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial akan sekaligus juga merupakan unsur yang menstabilisir sistem sosial budaya itu sendiri (Nasikum 2012: 13-15). 20 Teori fungsional struktural Suprayoga digunakan untuk mengkaji rumusan masalah yang ke tiga yaitu Fungsi apa sajakah yang terdapat dalam upacara Ngerebeg di Pura Puseh DesaBatubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 21 BAB III METODE PENELITIAN Suatu metode sangat penting dimiliki dalam penelitian, Kata metode secara harfiah dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam sebuah penelitian metode merupakan langkah yang sangat penting karena metode dapat menentukan salah benarnya proses suatu penelitian dan berhasil tidaknya sebuah penelitian (Raharjo, 2012:16). Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos berarti suatu jalan atau cara yang harus ditempuh, karena keberhasilan suatu penelitian dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Metode adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan yaitu meliputi kegiatankegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisa sampai menyusun laporan berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah (Narbuko, 2003:03). Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa metode penelitian merupakan cara untuk mengadakan penelitian sehingga kebenaran dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 3.1 Jenis Penelitian Jenis dan pendekatan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti merupakan faktor yang terpenting demi keberhasilan dan tidaknya sebuah penelitian. Menurut Moleong (2010: 6) penelitian kualitatif berakar dari latar belakang ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengadakan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk 22 memeriksa kebenaran data, dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah pihak peneliti dan subjek penelitian. Baswori (2002: 2) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat maupun organisasi tertentu dalam setting konteks yang dikaji dari sudut pandang yang utuh. Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian kualitatif sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang direncanakan, maka terlebih dahulu diperlukan adanya penjajakan dan penelitian lapangan. Dengan melakukan penjajakan ke lokasi, penelitian dapat memiliki gambaran umum tentang geografi, demografi, sejarah, adat istiadat, agama, pendidikan, kebiasaan-kebiasaan, mata pencaharian serta tokoh-tokoh masyarakat setempat (Moleong, 2003:88). Berdasarkan pendapat diatas upacara ngerebeg tegolong jenis penelitian kualitatif. 3.2 Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian ini didahului dengan pengamatan atau observasi. Lokasi penelitian sebagai sasaran yang digunakan sangat membantu dan menunjang memberikan informasi yang jelas agar data masalah baru dapat dirumuskan secara tegas. Lokasi penelitian adalah suatu areal dengan batas yang jelas agar tidak menimbulkan kekaburan dan ketidak jelasan daerah atau wilayah tertentu. informasi mudah dicari di dalam melakukan wawancara. Berkait dengan penelitian ini lokasi yang ditetapkan adalah di Pure Puseh, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 23 3.3 Jenis dan Sumber Data Data adalah bentuk jamak dari daftar. Data merupakan keteranganketerangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbul, kode dan lain-lain (Hasan, 2002 :82 ). 3.3.1 Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dihubungkan dengan katagorisasi, karakteristik, berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata (Ridwan, 2004:106). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, mengenai “Upacaran Ngerebeg”. Kualitatif adalah pendekatan yang bersifat menguraikan dengan jelas dan tidak memberikan ukuran yang berupa angka. Proses pengumpulan data atau informasi dalam penelitian kualitatif sebenarnya senantiasa membina rangkaian cerita, yang dapat memberi gambaran sebab akibat atau kasus-kasus dalam fenomena yang diteliti. 3.3.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya, maka sumber data disebut Responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang diajukan. Sumber data lainnya dalam penelitian kualitatif disebut informan. Jadi sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. 1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya Data primer juga disebut data asli. ( Hasan 2002 167 ) dalam penelitian ini yang termasuk dalam data primer adalah data hasil wawancara dengan subjek penelitian, seperti hasil wawancara dengan jero mangku 24 tokoh masyarakat di lingkungan Desa Batubulan. Informan-informan merupakan data yang pokok dalam penelitian kualitatif, mengingat penelitian yang dilakukan ini kemudian dikumpulkan bersumber dari hasil wawancara dari para informan yang telah ditentukan. 2) Data Sekunder Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian sebelunmya (Hasan, 2002:167). Dalam penelitian ini, yang termasuk kedalam data sekunder adalah buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dalam hal ini data diperoleh bersumber dari pustaka dan buku-buku yang relevan dengan masalah ini atau dengan penelitian ini. 3.4 Objek dan Subjek Penelitian Objek Penelitian adalah seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian, Juliansyah, (2011: 147). Sedangkan menurut Zuriah, (2007:168) objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data penelitian pada objek, semestinya menggunakan instrumen, instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data. Terkadang manusia (peneliti) sebagai instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, melakukan pengumpulan data penelitian, menilai kualitas data, dan membuat kesimpulan dari data-data yang diperoleh, begitu juga dengan hasil penelitian secara menyeluruh. Dalam penelitian ini objek penelitian adalah upacara Ngerebeg di Pura Puseh, Desa Batubulan. Subjek Penelitian adalah suatu anggota dari sampel, sebagaimana elemen anggota dari populasi. Sebelum ditentukan sampel, penelitian harus menetapkan populasi penelitian, (Juliansyah, 2011:147). Jadi dalam penelitian ini, Sampel yang dimaksud adalah para informan yang telah ditetapkan oleh peneliti yang dipercaya mampu memberikan informasi 25 terhadap Objek Penelitian. Adapun Subjek Penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu Pemangku, Tokoh Masyarakat, yang terkait serta yang dipandang memahami, mengetahui masalah yang diteliti. 3.5 Penentuan Informan Informan adalah orang-orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam melakukan penelitian sangat diperlukan seorang informan, dalam hal ini informan dapat memberikan informasi langsung dan memudahkan peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang banyak dengan waktu yang relatif singkat. Informan juga dapat dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, dan membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 2000:90). Menurut Arikunto, (2002:122) informan adalah orang yang memberikan informasi. Selain itu, informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan-keterangan atau sumber informasi, oleh karena itu diharapkan informan yang ditetapkan atau yang akan diambil adalah informan yang paten, sehingga mampu memberikan jawaban yang akurat sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara. Menurut Sugiyono, (2013:300) dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan adalah : 1) purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, 2) snowball sampling yaitu teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit namun lama-lama menjadi besar. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebab peneliti memilih sampel yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono, (dalam Kaelan, 2012:78) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel 26 sumber data dengan pertimbangan atau tujuan tertentu. Pertimbangan atau tujuan ini misalnya orang, informan atau responden tersebut yang dianggap paling tahu dan menguasai tentang apa yang akan diungkapkan dalam penelitian. Hal ini dapat dilakukan karena informan-informan yang dijadikan obyek penelitian memiliki otoritas dan kompetensi untuk memberikan informan data dan keterangan. jadi dalam penelitian ini penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukurnya. Teknik pengumpulan data adalah langkah yang penting dalam suatu penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mengumpulkan data dari sample penelitian dilakukan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Kalau pengambilan datanya cukup reliable dan valid maka datanya juga akan cukup reliable dan valid (Muhajir, 2002 165). Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode wawancara , dokumentasi dan metode kepustakaan. 3.6.1 Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data oleh peneliti dengan mencatat kejadian atau peristiwa melalui pengamatan langsung (Soehardi, 2001:96). Dalam penelitian ini mempergunakan observasi partisipan. Observasi partisipan adalah teknik pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek pengamatan. Dengan mengamati langsung serta terjun kelapangan, akan dapat memperoleh data akurat. 27 3.6.2 Wawancara wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2010: 135). Wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal atau dengan melakukan percakapan antara dua orang atau bahkan lebih. Manfaat wawancara dalam melakukan penelitian ini untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang berbagai aspek hidup (Nasution. 2002:144). Wawancara adalah percakapan langsung antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Wawancara sebagai metode untuk mendapatkan data, keterangan-keterangan, pendirian tentang pokok masalah sehingga hasil yang didapatkan mencangkup keseluruhan. Sedangkan wawancara mendalam dilakukan terhadap orang-orang yang dianggap tahu dan menguasai permasalahan yang hendak diteliti. Melalui wawancara peneliti memasuki alam pikiran orang lain, sehingga dapat memperoleh gambaran tentang objek masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini wawancara berfungsi sebagai deskriptip dan juga berfungsi sebagai eksploratif. Mewawancarai bukanlah hal yang mudah, hal ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai yang kondusif dan serius. Artinya bahwa wawancara dilaksanakan dengan sungguhsungguh, tidak main-main tetapi juga tidak kaku. Menjaga suasana yang kondusif penting untuk dijaga agar respondent mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur (Riduwan, 2000: 133). Dalam Penelitian yang dilakukan akan mengunakan teknik wawancara tak berstruktur. Adapun yang akan diwawancarai adalah, pemangku, tokoh 28 masyarakat, tukang banten dan masyarakat. 3.6.3 Studi Dokumentasi Sugiyono (2012: 240) mendefinisikan dokumen sebagai catatan sejarah yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, serta kebijakan. Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. (Iqbal, 2002:87) Dokumen yang digunakan dapat berupa variabel yang berupa catatan atau traskrip, buku surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan lain sebagainya Menurut Bungin (2001:153) menjelaskan bahwa kumpulan data disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, mikro film, disk, cd room hardisk dan sebagainya. Berdasarkan penelitian ini metode dokumentasi berupa foto-foto yang diambil pada saat melakukan penelitian. Adapun foto yang diambil dalam penelitian ini adalah pada saat prosesi upacara Ngerebeg. 3.6.4 Studi Kepustakaan Metode kepustakaan adalah metode yang dipergunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan segala macam data serta mengadakan pencatatan secara sistematis (Nawawi, 1993: 133). Berdasarkan penelitian ini, studi kepustakaan diperoleh dengan cara membaca buku, lontar, Skripsi, dan tulisan yang berkaitan dengan upacara ngerebeg yang sedang diteliti. 3.7 Metode Analisis Data Baswori (2002: 56) juga menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan 29 bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Riduwan (2004:106) menyatakan teknik pengolahan data merupakan suatu kegiatan yang terpenting dalam Prosedur kegiatan penelitian. Kekeliruan dalam mengambil analisis dan penghitungan akan berakibat fatal pada kesimpulan, generalisasi maupun interprestasi. Hal ini perlu dikaji secara mendalam hal-hal yang menyangkut pengolahan data, supaya bisa memilih dan menentukan secara tepat (accuracy) dalam pengolahan data. Menurut Patton dalam (Moleong, 2002:103), mengatakan bahwa analisis data adalah prosedur pengaturan urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, ketegori dan suatu uraian dasar. Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul nantinya diseleksi, diklarifikasi, dikomparasi dan dianalisis untuk memperoleh keaslian data. Berdasarkan pengamatan awal bahwa ada beberapa data yang dapat dipakai untuk membantu dan menunjang guna memberikan informasi yang jelas dalam penyajian hasil. 30 DAFTAR PUSTAKA Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Baswori, Hadjar. 2002. Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Grilia Indonesia. Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Iqbal, Hasan. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT.Gramedia. Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia. Moelong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mas Putra. 1982. Panca Yajña. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi. Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Gadjah Mada University Press. Nasikum. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories Of Religion. Jogyakarta: Qalam. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung : Alfa Beta. Sanjaya, Putu. 2010. Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suprayoga, Iman dan Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 2006. Kamus Besar Pustaka. Tim Penyusun, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Wiana, I Ketut. 2004. Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan. Surabaya: Paramita. Wijayananda, Ida Pandita Mpu, 2004. Makna Filsafat Upakara dan Upacara. Surabaya: Paramita. 31 Wojowasisto. 1977. Kamus Jawa Kuno Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Zuriah, Nurul. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 32