BAB III METODE PENELITIAN A Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan dan perangkaian AY perangkat keras (hardware) maupun pembuatan perangkat lunak (software). Dimana perangkat lunak tersebut akan diintregasikan ke perangkat keras agar dapat bekerja untuk menjalankan perangkat keras. Perancangan perangkat keras AB dan perangkat lunak dilakukan dengan metode penelitian yang didasarkan pada studi keputusan berupa data – data literature dari masing – masing komponen, Perancangan sebuah R informasi dari internet dan konsep – konsep teoritis dari buku – buku penunjang. perangkat keras diperlukan sebelum proses SU perangkaian perangkat keras. Perancangan ini berguna supaya pengerjaan tahapan selanjutnya dapat dilakukan dengan lancar. Proses tahapan ini meliputi tahap perangkat keras, perangkat lunak dan penggabungan perangkat keras dan lunak. O sistem: M Berikut perancangan perangkat keras, arsitektur dan perangkat lunak 3.1. Perancangan Perangkat Keras IK Perancangan blok diagram perangkat keras pada sistem Rancang Bangun ST Prototipe Pasteurisasi Susu, secara garis besar digambarkan pada Gambar 3.1. 48 49 Mikrokontroler ATMega32 Push Botton Start Push Botton Mode B LCD (Metode Pasteurisasi HTST) Relay Kipas Fan Kipas Sirkulasi ULN2803 Relay Heater Heater Relay Pompa Isi Air Pompa Isi Air Relay Pompa Buang Air Pompa Buang Air Relay Pompa Isi Susu Pompa Isi Susu Relay Pompa Susu Pompa Susu A (Metode Pasteurisasi LTLT) Sensor LM35 AB Push Botton Mode A Sensor Level Air AY Sensor Level Susu Relay Motor Motor Pengaduk R Gambar 3.1. Blok diagram keseluruhan system SU Dari Gambar 3.1. dapat dilihat bahwa sistem secara keseluruhan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai Input - an tombol push button yaitu “Start”, mode “A” dan Mode “B”, sensor – sensor yaitu sensor level air untuk mendeteksi air M dipenampungan pemanasan air, sensor ketinggian susu di penampungan pemanasan susu dan sensor LM35 untuk temperatur, sedangkan untuk Output O yaitu LCD, relay untuk Heater, pompa untuk mengisi air, isi susu dan IK pembuangan air, pomp untuk menyedot susu, motor DC sebagai motor pengaduk susu dan sebagai otak dari Input dan Output tersebut digunakan mikrokontroler ST ATMega32 yang berfungsi untuk mengatur jalannya system Input dan Output, dengan tujuan agar dapat menstabilkan proses pasteurisasi dan tidak melebihi batas maksimal ataupun minimal dari temperatur pemanasan yang ditentukan setiap metode pasteurisasi yang digunakan. Pada Minimum system ATmega32 terdapat beberapa rangkaian pendukung yaitu rangkaian reset dan rangkaian oscillator. Pada rangkaian reset menggunakan 50 manual reset. Pada rangkaian oscillator menggunakan komponen kristal 8000000MHz sebagai clk (clock). 3.1.1. Rangkaian Microcontroller A Pada proyek akhir ini dibuat piranti pengendali menggunakan AY Microcontroller keluaran AVR, yaitu ATmega32. Untuk mengaktifkan atau menjalankan microcontroller ini diperlukan rangkaian minimum system. AB Rangkaian minimum system tersebut terdiri rangkaian reset, rangkaian oscillator, rangkaian power supply dan rangkaian sistem microcontroller. Rangkaian minimum system microcontroller R A. SU Untuk menjalankan microcontroller dibutuhkan sebuah rangkaian minimum agar microcontroller tersebut dapat bekerja dengan baik. Rangkaian minimum microcontroller terdiri dari rangkaian reset dan rangkaian oscillator. M Reset pada microcontroler ATmega32 terjadi dengan adanya logika high “1” selama dua cycle pada kaki RST pada microcontroller ATmega32. Setelah O kondisi pin RST kembali low, maka microcontroller akan menjalankan program IK dari alamat 0000H. Dalam hal ini reset yang digunakan adalah manual reset. Pada pin VCC diberi masukan tegangan operasi berkisar antara 4,5 volt ST sampai dengan 5,5 volt. Pin RST mendapat Input dari manual reset. Rangkaian minimum system dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut: 51 12V U1 2 1 1 VIN D VOUT N G LM7805 CON2 C2 2200uf 0 2 D N G 3 330 78R33 VIN VOUT l tro D n o N C G 5 LED 6 3.5V 4 0 PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 1 2 3 4 5 6 J3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 CON5 9 0 0 5V C3 30pf J5 Y1 C48.0000mhz 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 30pf 0 ATMega32 PB0/(XCK/T0) PB1/(T1) PB2/(INT2/AIN0) PB3/(OC0/AIN1) PB4/(SS) PB5/(MOSI) PB6/(MISO) PB7/(SCK) RESET VCC GND XTAL2 XTAL1 PD0/(RXD) PD1/(TXD) PD2/(INT0) PD3/(INT1) PD4/(OC1B) PD5/(OC1A) PD6/(ICP) PA0/(ADC0) PA1/(ADC1) PA3/(ADC3) PA2/(ADC2) PA4/(ADC4) PA5/(ADC5) PA6/(ADC6) PA7/(ADC7) 40 39 38 37 36 35 34 33 5V PA0 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 AREF GND AVCC PC7/(TOSC2) PC6/(TOSC1) PC5/(TDI) PC4/(TDO) PC3/(TMS) PC2/(TCK) PC1/(SDA) PC0/(SCL) PD7/(OC2) 32 31 30 2 3 R7 0.1 Vr +VS GND 2 L1 J7 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 CON5 0 CON8 VR1 10K 1 10uH 1 J4 PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0 29 28 27 26 25 24 23 22 21 CON8 5V D1 R1 C2 47uf 16v 3 C1 1000uf CON6 PD0 PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6 PD7 5V (Adaptor) 2 +VS Vr J6 J2 MOSI MISO SCK RESET 1 A 5V 5V 2 5V J8 AY J9 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 CON5 CON8 R3 C7 10k 10uf SW3 AB 0 R4 100 SW PUSHBUTTON <Title> R Title Size A Date: Document Number <Doc> Tuesday , July 30, 2013 1 of 1 SU Gambar 3.2. Rangkaian Minimum System Rev <Rev Code> Sheet Pin XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin oscillator bagi microcontroller M ATmega32. Pin XTAL1 befungsi sebagai Input dan XTAL2 sebagai Output oscillator. Oscillator ini bisa berasal dari kristal atau dari keramik resonator. O Seperti yang sudah terlihat di atas, pin XTAL1 dan XTAL2 dihubungkan dengan IK komponen XTAL sebesar 8000000 MHz. Pada proyek akhir ini dibuat rangkaian oscillator internal yang terbuat dari kristal. Nilai C1 dan C2 masing-masing 33 ST pF. 52 B. Perancangan Interface I/O Rangkaian I/O dari microcontroller mempunyai kontrol direksi yang tiap bitnya dapat dikonfigurasikan secara individual, maka dalam perancangan I/O yang digunakan ada yang berupa operasi port ada pula yang dikonfigurasi tiap bit 1. AY ada pada masing-masing port yang terdapat pada microcontroller : A I/O. Berikut ini akan diberikan konfigurasi dari I/O microcontroller tiap bit yang Port A 2. AB Port A digunakan untuk Input Sensor Temperatur LM35. Port B Port B digunakan untuk Input Sensor Level Air, Kipas dan Push Button. Port C R 3. 4. SU Port C digunakan untuk Output LCD. Port D Port D digunakan untuk Output Relay dan Push Button. M Untuk perancangan interface Input dan Output pada microcontroller yang lebih mendetil dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah : ST IK O Tabel 3.1. Perancangan interface Input/Output Port PortA.0 PortB.1 Port B.2 Port B.3 Port B.4 PortB.5 Port B.6 PortC.0 PortC.1 PortC.2 PortC.3 PortC.4 PortC.5 Alokasi Port pada Hardware Input LM35 Input Level Air Batas Atas A Input Level Air Batas Bawah A Input Level Air Batas Atas B Push Button Mode B Input Level Air Batas Bawah B Relay Kipas D7 LCD D6 LCD D5 LCD D4 LCD C. EN LCD RS LCD Push Button Mode Start Push Button Mode A Pin 8 ULN2803 (relay pomp susu) Pin 7 ULN2803 (relay motor) Pin 6 ULN2803 (relay isi air) Pin 5 ULN2803 (relay buang air) Pin 4 ULN2803 (relay isi susu) Pin 3 ULN2803 (relay Heater) AY PortC.6 PortC.7 PortD.0 PortD.1 PortD.2 PortD.3 PortD.4 PortD.5 PortD.6 PortD.7 A 53 Program Downloader AB Untuk melakukan proses downloading program dalam format .HEX dari komputer ke dalam memory program internal microcontroller, penulis R menggunakan kabel downloader dengan interface USB. USB Downloader adalah sebuah alat sederhana yang bisa penulis gunakan untuk berkomunikasi pertukaran SU data, dari komputer ke mikrokontroller ataupun sebaliknya dengan menggunakan ST IK O M jalur data port USB. Dimana Gambar dan Skematiknya sebagai berikut : Gambar 3.3 Gambar USB Downloader AB AY A 54 Gambar 3.4 : Skematik USB Downloader (Sumber : http://www.fischl.de/usbasp/) R USB Downloader merupakan downloader yang komponen utamanya SU adalah mikrokontroler atmega8 yang digunakan sebagai protokol komunikasi serial berdasarkan program (firmware) yang telah kita tanamkan terlebih dahulu ke chip atmega8. Firmware disini didefinisikan sebagai suatu program atau M perangkat lunak (biasanya berupa file dengan ekstensi *hex ) yang ditanamkan pada memory non volatile (biasanya dalam mikrokontroler atmega8 pada memori O flash atau EEPROM) dan tidak dapat diubah (permanen) kecuali ada perubahan IK fisik dari hardware. Firmware tersebut digunakan sebagai bentuk protocol atau tugas khusus yang akan dijalankan dalam hal ini pada USBASP digunakan ST sebagai protokol komunikasi serial SPI (serial programming interface ) antara PC dan mikrokontroler target. Sedangkan untuk konektor downloader pada microcontroller ATmega32 dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut: 55 5V R12 10k J5 1 2 3 4 5 6 SCK MOSI RST MISO Downloader D. AY A Gambar 3.5. Konektor Downloader pada Microcontroller ATmega32 Rangkaian Reset AB Reset pada microcontroler ATmega32 terjadi dengan adanya logika high “1” selama dua cycle pada kaki RST pada microcontroller ATmega32. Setelah kondisi pin RST kembali low, maka microcontroller akan menjalankan program R dari alamat 0000H. Dalam hal ini reset yang digunakan adalah manual reset. SU Rangkaian reset dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut : 5V N O T T U B H S U P W S SW3 C7 10uf R4 100 0 Gambar 3.6. Rangkaian Reset IK O M R3 10k ST E. Rangkaian Oscillator Pin XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin oscillator bagi microcontroller ATmega32. Pin XTAL1 befungsi sebagai Input dan XTAL2 sebagai Output oscillator. Oscillator ini bisa berasal dari kristal atau dari keramik resonator. Rangkaian oscillator dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut: A 56 AY Gambar 3.7. Rangkaian Oscillator Pada proyek akhir ini dibuat rangkaian oscillator internal yang terbuat AB dari kristal. Nilai C1 dan C2 masing-masing 33 pF. R 3.1.2. Rangkaian Pendukung. Pada proyek ini menggunakan beberapa komponen pendukung untuk SU membantu kinerja Input dan Output. Komponen pendukung ini memiliki rangkaian dan penjelasan sebagai berikut : Regulator M A. O Pada bagian regulator untuk proyek ini menggunakan 2 komponen regulator yaitu regulator untuk keluaran 5v dan 3,3v dimana dalam proyek ini IK menggunakan IC 7805 dan IC 78R33 dimana pengunaannya untuk menstabilkan tegangan dengan keluaran 5v dengan regulator 7805 dan tegangan keluaran 3,3v ST dengan regulator 78R33. 1. Rangkaian Regulator Output 5v IC7805A Rangkaian ini berfungsi untuk Catu daya. Catu daya merupakan pendukung utama bekerjanya suatu sistem. Catu daya yang biasa digunakan untuk menyuplai tegangan sebesar 5 Volt adalah catu daya DC yang 57 memiliki keluaran +5 volt. Catu daya ini digunakan untuk mensuplay tegangan sebesar 5 volt. IC 7805 (IC regulator) digunakan untuk menstabilkan tegangan searah. Kapasitor digunakan untuk mengurangi tegangan kejut saat pertama kali saklar catu daya dihidupkan. Sehingga keluaran IC regulator 7805 stabil sebesar 5 VIN OUT 1 D N G 7805 (REGULATOR 5V) C8 C 4 1N4002 C9 C 0 Output Minimum Sy stem DC 5v AB Input 2 R Adaptor DC12 v D2 6 AY U3 2 A volt DC. Rangkaian regulator terlihat pada gambar dibawah ini. 2. SU Gambar 3.8. Rangkaian Regulator 5v Rangkaian Regulator Output 3,3v IC78R33 Rangkaian ini memiliki fungsi sama dengan rangkaian diatas, namun M untuk fungsinya berbeda, rangkaian regulator ini berfungsi untuk mensuplay tegangan 3.3v untuk penggunaan alat pomp air elektrik…..(Gambar dapat dilihat IK O pada lampiran Skematik) ST B. Rangkaian ULN2803 Rangkaian ULN2803 disini memiliki fungsi untuk driver dari relay dimana pada proyek ini menggunakan 8 buah relay dengan memfokuskan 6 buah relay utama untuk fungsi penting dalam proses pasteurisasi diantaranya relay untuk Heater, relay pompa air elektrik 3.3v untuk susu, relay pomp susu, relay pomp pengisi air, relay pomp air pembuangan dan relay motor. 58 U1 J4 PC0 PC1 PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Atmega 32 J5 IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7 IN8 OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 OUT5 OUT6 OUT7 OUT8 GND VCC 18 17 16 15 14 13 12 11 1 2 3 4 5 6 7 8 10 ULN2803 0 8 Relay VCC AY C. A Gambar 3.9. Rangkaian ULN2803 Power Supply 12V 10A dan Adaptor 5V Pada perancangan alat ini dibutuhkan Power Supply dengan Ampere yang AB cukup besar dikarenakan lonjakan tegangan yang tidak stabil pada saat beberapa alat yang bekerja secara bersamaan. Digunakannya power suppy dan adaptor R bertujuan agar supplay tegangan 5V tidak mengganggu tegangan yang 12 V, dihadapi SU tetapi pada dasarnya tidak seperti itu, akan tetapi dalam kasus permasalahan yang memerlukan penggunaan adaptor dan power supply untuk ST IK O M memaksimalkan kinerja dari alat. Gambar 3.10. (A) adaptor 5v. (B) power supply 12v 3.1.3. Rangkaian Input Pada proyek ini terdapat rangkaian Input yaitu sensor temperature dan sensor Level air Optocoupler dimana masing – masing komponen memiliki fungsi 59 yang berbeda – beda untuk menunjang kinerja alat dalam proyek ini. Dimana penjelasan dan rangkaiannya sebagai berikut : A. Rangkaian Input Sensor Temperatur LM35 A Rangkaian Input sensor temperatur LM35 memiliki fungsi untuk AY mengetahuin temperatur yang terdapat pada ruang yang dipanasi pada proyek ini. Rangkaian Input LM35 menggunakan ADC yang telah terdapat pada AB mikrokontroler. Sensor LM35 ini terhubung pada pin A(0) pada mikrokontroler, yang didalamnya telah terdapat ADC(0), dimana Output tegangan keluaran sangat berubah - ubah berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai R pengubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien SU sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV, dengan tegangan catu daya yang digunakan adalah 5V, dengan mensetting keluaran Vref sebesar 1V dimaksudkan agar M kenaikan temperatur tidaklah secara cepat sehingga menjadi tidak akurat. Gambar ST IK O rangkaian Sensor Temperatur LM35 dapat dilihat pada gambar 3.12. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 LM35 1 GRD T U O V 0 ATMega32 PB0/(XCK/T0) PB1/(T1) PB2/(INT2/AIN0) PB3/(OC0/AIN1) PB4/(SS) PB5/(MOSI) PB6/(MISO) PB7/(SCK) RESET VCC GND PA0/(ADC0) PA1/(ADC1) PA3/(ADC3) PA2/(ADC2) PA4/(ADC4) PA5/(ADC5) PA6/(ADC6) PA7/(ADC7) 40 39 38 37 36 35 34 33 AVCC PD0/(RXD) PD1/(TXD) PD2/(INT0) PD3/(INT1) PD4/(OC1B) PD5/(OC1A) PD6/(ICP) 5V VIN 3 2 VR1 10K AREF GND 32 31 0.1 XTAL2 XTAL1 U4 PC7/(TOSC2) PC6/(TOSC1) PC5/(TDI) PC4/(TDO) PC3/(TMS) PC2/(TCK) PC1/(SDA) PC0/(SCL) PD7/(OC2) 30 2 3 Vr +VS GND 1 R7 2 L1 29 28 27 26 25 24 23 22 21 Gambar 3.11. Rangkaian LM35 10uH 1 60 Untuk mengetahui setiap kenaikan tersebut dibutuhkan pembanding yang teruji keakuratannya, dimana digunakan suatu alat pembanding untuk mendapatkan nilai temperature yang sesuai, agar proses pasteurisasi dapat persentase error pada sistem ini yaitu HasilPengu kuran NilaiAkura si x100% NilaiAkura si AY % Error Keterangan : : Nilai yang terukur pada sistem (temperatur AB 1. Hasil Pengukuran A berjalan dengan baik. Dengan demikian didapatkan rumus untuk menentukan sistem oC). : Nilai yang terukur pada alat ukur (temperatur R 2. Nilai Akurasi B. SU thermometer oC). Rangkaian Input Sensor Level Air M Rangkaian sensor level air ini menggunakan jenis sensor yang menyerupai pelampung atau jenis float switch water level dimana salah satu ujungnya dialiri O tegangan catu daya 5v dan dilengkapi dengan rangkaian pull-up yang difungsikan IK agar nilai Output yang keluar agar memiliki nilai 0 atau 1, dimana prinsip kerja alat ini yaitu, saat sensor level air bernilai 1 apabila switch akan terdorong oleh air ST yang naik ke permukaan dan tersentuh ujung katup pada sensor maka pin akan High atau kondisi “open” dan begitu sebaliknya akan bernilai “0” apabila menjauh dari katup atas dengan kondisi “close” atau low. Gambar 3.12 Rangkaian Level Air. AB AY A 61 Push Button Mini switch. C. R Gambar 3.12. Rangkaian Level Air. SU Push Button disini memiliki fungsi untuk memfungsikan alat dan untuk pemilihan mode pasteurisasi yang diinginkan user. Prinsip kerja Push Button adalah memiliki fungsi sama seperti saklar push-on yaitu akan terhubung pada M saat katupnya ditekan pada batas penekanan tertentu yang telah ditentukan dan ST IK O akan memutus saat – saat katup tidak ditekan. 1 1 1 SW1 SW2 SW3 C5 IC2 ATMega32 2 SW PUSHBUTTON 2 SW PUSHBUTTON 2 5V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 0 1 PB0/(XCK/T0) C PB1/(T1) C V PB2/(INT2/AIN0) PB3/(OC0/AIN1) PB4/(SS) PB5/(MOSI) PB6/(MISO) PB7/(SCK) XTAL2 AREF AVCC 14 15 16 17 18 19 20 21 40 39 38 37 36 35 34 33 RESET SW PUSHBUTTON 13 0 100uf PA0/(ADC0) PA1/(ADC1) PA3/(ADC3) PA2/(ADC2) PA4/(ADC4) PA5/(ADC5) PA6/(ADC6) PA7/(ADC7) 32 30 1 1 1 3 0 Gambar 3.13. Rangkaian Push Button. 5V C6 0 XTAL1 PD0/(RXD) PC7/(TOSC2) PD1/(TXD) PC6/(TOSC1) PD2/(INT0) PC5/(TDI) PD3/(INT1) PC4/(TDO) PD4/(OC1B) PC3/(TMS) PD5/(OC1A) PC2/(TCK) PD6/(ICP) D D PC1/(SDA) PD7/(OC2) N N PC0/(SCL) G G 5V 29 28 27 26 25 24 23 22 0.1uf 62 3.1.4. Rangkaian Output A. Modul Display (LCD) Modul display merupakan modul yang berfungsi untuk menampilkan menu, intruksi – intruksi program yang akan dijalankan, informasi waktu dan A temperatur saat proses pasteurisasi dilakukan yang dikirim oleh mikrokontroler. AY Informasi tersebut ditampilkan pada sebuah LCD 16 x 2. 5V C5 PA0/(ADC0) PA1/(ADC1) PA3/(ADC3) PA2/(ADC2) PA4/(ADC4) PA5/(ADC5) PA6/(ADC6) PA7/(ADC7) 14 15 16 17 18 19 20 21 40 39 38 37 36 35 34 33 RESET R1 AREF 10k 32 3 2 30 5V 0.1uf XTAL1 PD0/(RXD) PC7/(TOSC2) PD1/(TXD) PC6/(TOSC1) PD2/(INT0) PC5/(TDI) PD3/(INT1) PC4/(TDO) PD4/(OC1B) PC3/(TMS) PD5/(OC1A) PC2/(TCK) PD6/(ICP) D D PC1/(SDA) PD7/(OC2) N N PC0/(SCL) GG C6 0 + - 6 0 107 2 RS D1 EN DIODE D4 D5 D6 D7 C6 J2A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 6 1 X 2 D C L 0.1uf M 1 1 1 3 29 28 27 26 25 24 23 22 0 RESISTOR TAPPED 3 1 5V XTAL2 AVCC 13 0 100uf R 9 12 0 1 PB0/(XCK/T0) C PB1/(T1) C V PB2/(INT2/AIN0) PB3/(OC0/AIN1) PB4/(SS) PB5/(MOSI) PB6/(MISO) PB7/(SCK) SU 1 2 3 4 5 6 7 8 AB IC2 ATMega32 0 O Gambar 3.14 Rangkaian LCD Relay Motor IK B. Motor DC digunakan sebagai pengaduk cairan susu agar cairan susu ST didalam tabung pemanas cepat mencapai titik temperatur panas yang di inginkan. Motor yang digunakan menggunakan tegangan 12v dan arus 1A. untuk menjalankan motor DC ini memerlukan perantara antara mikrokontroler dan motor driver. Dimana sebagai driver motor digunakan relay seperti yang dijelaskan diatas sehingga memenuhi tegangan dan arus motor. 63 U1 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 PC0 PC1 PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 9 Atmega 32 IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7 IN8 OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 OUT5 OUT6 OUT7 OUT8 GND VCC 18 17 16 15 14 13 12 11 10 K1 ULN2803 VCC 0 4 M1 3 5 AY 12v 6 5v A J4 1 2 RELAY DPST 0 AB MOTOR AC Gambar 3.15 Rangkaian Motor DC. R Kecepatan motor DC yang dikontrol dengan rangkaian diatas akan memiliki torsi maksimum dan kecepatan masimum. Pada rangkaian interface SU antara motor DC dengan mikrokontroler seperti pada rangkaian diatas, data kontrol motor DC dari mikrokontroler diberikan ke driver ULN2803 untuk menggerakan relay yang pada akhirnya relai ON dan motor DC mendapat supply O M tegangan melalui kontaktor relay. C. Relay Kipas IK Kipas digunakan sebagai prototype pendingin ruangan yang dipanaskan, ST yang difungsikan sebagai pendingin ruangan apabila panas yang dihasilkan kompor melebihi temperatur yang diinginkan maka kipas akan menyala sampai temperatur ruangan tersebut sesuai yang diinginkan. 64 5V C5 IC2 ATMega32 18 17 16 15 14 13 12 11 10 PB1 PB2 PB3 PB5 PB6 RESET 12V 2 - MG1 Kipas 12 V A 1 1 + A NC1 COM1 NO1 MG2 Kipas 12 V 3 1 Q1 30pf BC557 XTAL2 AREF 8.0000mhz PD0 PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6 PD7 0 + Relay _DPDT_nb PA0/(ADC0) PA1/(ADC1) PA3/(ADC3) PA2/(ADC2) PA4/(ADC4) PA5/(ADC5) PA6/(ADC6) PA7/(ADC7) AVCC 13 14 15 16 17 18 19 20 21 0 100uf PA0 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 40 39 38 37 36 35 34 33 RESET Y1 C4 2 9 12 30pf U5 NC2 COM2 NO2 - + C3 R5 2k 0 1 PB0/(XCK/T0) C PB1/(T1) C V PB2/(INT2/AIN0) PB3/(OC0/AIN1) PB4/(SS) PB5/(MOSI) PB6/(MISO) PB7/(SCK) XTAL1 PD0/(RXD) PC7/(TOSC2) PD1/(TXD) PC6/(TOSC1) PD2/(INT0) PC5/(TDI) PD3/(INT1) PC4/(TDO) PD4/(OC1B) PC3/(TMS) PD5/(OC1A) PC2/(TCK) PD6/(ICP) D D PC1/(SDA) PD7/(OC2) N N PC0/(SCL) GG 32 30 5V 5V C6 0 29 28 27 26 25 24 23 22 0.1uf PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0 AY R-Pack 1 2 3 4 5 6 7 8 A R2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 3 2 0 0 AB Gambar 3.16 Rangkaian Relay Kipas. Prinsip kerja kipas ini menggunakan prinsip logika high dan low pada pin R mikrokontroler digunakan untuk trigger pada rangkaian transistor (Transistor SU BC557) sebagai saklar. Logika high akan dijadikan bias maju untuk pin basis transistor sehingga transistor aktif ketika kaki colektor dan emitter dibias maju. Untuk menghasilkan kondisi on / off seperti saklar, transistor dioperasikan pada M salah satu titik kerja, yaitu titik saturasi dan cut-off. Saat nilai saturasi, transistor akan seperti sebuah saklar yang tertutup (on) sehingga arus dapat mengalir ke O kolektor menuju emitor. Sedangkan pada kondisi cut-off, transistor seperti sebuah IK saklar terbuka (off) sehingga tidak ada arus yang mengalir ke emitor. Jadi saat logika high atau bernilai 5 v maka relay akan aktif dan kipas akan berputar dan ST jika logika low atau bernilai 0 v maka relay non-aktif dan kipas akan berhenti. D. Relay Pomp Air Input dan Output Relay pompa air ini sistem kerjanya sama seperti sama seperti pada kinerja motor DC diatas menggunakan ULN2803 sebagai driver untuk 65 menjalankan pompa. Dimana pada rangkaian interface antara pompa air dengan mikrokontroler seperti pada gambar 3.17 gambar rangkaian relay pompa air, data kontrol pompa air dari mikrokontroler diberikan ke driver ULN2803 untuk menggerakan relay yang pada akhirnya relai ON dan pompa air mendapat supply A tegangan melalui kontaktor relay. Pompa akan ON apabila arus tegangan 5 v AY masuk dan berlogika high atau bernilai 1 dan pompa akan OFF dengan kondisi sebaliknya. U1 PC0 PC1 PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Atmega 32 IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7 IN8 GND ULN2803 0 OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 OUT5 OUT6 OUT7 OUT8 VCC 18 17 16 15 14 13 12 11 AB J4 10 K2 4 VCC 4 3 6 RELAY DPST R6 R SU C P o m p a In p u t A ir 3 5 1 2 R C10 K2 6 5 1 2 P o m p a In p u t A ir C10 C 5v RELAY DPST R6 R AC 220v GRD P o m p a O u tp u t A ir P o m p a O u tp u t A ir E. M Gambar 3.17 Rangkaian Pompa Air input dan Air Output Relay Pomp Susu Input dan Output O Untuk pompa susu pada gambar 3.18 dibawah, cara kerjanya hamper IK sama dengan pompa air, hanya saja yang sebagi pembeda disini adalah pompa Output susu, pompa Output susu disini menggunakan alat pompa sedot air pada ST gallon air minum kemasan. Dimana pada dasarnya menggunakan baterai yang mengkonsumsi daya 3.5v sehingga untuk mengaktifkanya memerlukan suplay daya 3.5 v dari regulator 3.5v sesuai pada gambar 3.9 rangkaian regulator diatas. 66 U1 PC0 PC1 PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7 IN8 9 Atmega 32 OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 OUT5 OUT6 OUT7 OUT8 GND VCC ULN2803 18 17 16 15 14 13 12 11 5v 10 VCC 0 4 K3 6 3.5v 1 2 3 4 5 6 K2 3 5 1 2 RELAY DPST RELAY DPST C10 R6 R C A J4 AC 220v AY GRD P P oo mm p a ap OO uu t t p up t u t SS uu s s uu P o m p a In p u t S u s u AB Gambar 3.18. Rangkaian Susu Input dan Susu Output Heater F. P o m p a In p u t S u s u R Rangkain Heater sama seperti rangkaian – rangkaian lainnya hanya saja daalam penggunaannya disini menggunakan 4 Heater untuk melakukan proses SU pemanasan, 4 Heater tersebut di parallel ke dalam 1 relay dimana relay yang digunakan yaitu relay 16A. Masing – masing Heater memiliki daya 150 Watt sehingga dapat ditotal menjadi 600 Watt, U1 M J4 PC0 PC1 PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 1 2 3 4 5 6 7 8 O 8 7 6 5 4 3 2 1 IK Atmega 32 OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 OUT5 OUT6 OUT7 OUT8 GND VCC ULN2803 18 17 16 15 14 13 12 11 4 6 1 2 AC 220v 10 K5 3 5 12v RELAY DPST VCC C11 C ST 0 9 IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7 IN8 Gambar 3.19. Rangkaian Heater. R6 R GRD P o w e r H e a te r P o w e r H e a te r 67 3.2. Perancangan Arsitektur Sistem Perancangan arsitektur sistem dalam hal ini adalah maket untuk komponen – komponen elektronika, dimana terbuat dari besi sebagai kerangka utama, acrilik sebagai penutup atas, papan kayu sebagai alas, dan mika sebagai ST IK O M SU R AB AY A penutup luar yang dirancang seperti gambar 3.20. Gambar 3.20 Arsitektur Sistem. 68 F D H I B K AB J AY C A E G A R Gambar 3.21 Sistem Keseluruhan. A. Board Utama B. Heater C. Panci Pemanas Air (Terdapat Sensor Ketinggian Air) D. M SU Keterangan : Panci Pemanas Susu (Terdapat Sensor Ketinggian Susu dan Sensor O Temperatur LM35) Motor Pengaduk IK E. Pompa Penyedot (Output susu) G. Kipas Sirkulasi H. Penampung Susu (Terdapat Pompa input susu) I. Penampung Air (Terdapat Pompa input air) J. Penampung Susu K. Power Suppy dan Adaptor. ST F. 69 3.3. Perancangan Perangkat Lunak Perancangan perangkat lunak bertujuan untuk memperoleh, menampilkan data temperatur dan waktu untuk pemodelan Pasteurisasi yang digunakan. Perancangan perangkat lunak terbagi dalam beberapa device sistem antara lain : A program baca level air, program baca temperatur, program hitung pemodelan AY pasteurisasi, program dispay LCD, dan program untuk penggerak komponen – komponen pembantu lainnya seperti, motor pengaduk, Heater (pemanas), kipas AB sirkulasi, pompa penyedot susu, pompa untuk mengeluarkan air, pompa mengisi air dan pompa mengisi susu. Diagram alir perangkat lunak secara umum dapat ST IK O M SU R dilihat pada Gambar 3.22. berikut. R AB AY A 70 SU Gambar 3.22 Diagram alir program secara umum. Pada gambar di atas merupakan pembacaan diagram alir program keseluruhan M secara umum, dimana saat awal pembacaan, program akan melakukan inisialisasi fungsi –fungsi awal yang telah dibuat. Dimana saat sistem melakukan inisialisasi, O sistem melakukan pengecekan seluruh perintah yang akan dijalankan seperti timer, IK interupsi, port – port yang digunakan dan yang lainnya diakhiri dengan mendisplay perintah “system init” “waiting prosses.”. Pada saat pengecekan awal ST sistem terjadi, dilakukan pengecekan dengan menjalankan fungsi dari kontrol level air dan kontrol level susu, dimana saat kontrol level air pada sensor level air bagian bawah dan kontrol level susu pada sensor level susu bawah yang terdapat pada ruang pemanasan berlogika “1” atau “open” maka sistem akan menjalankan perintah dengan display “mengkosongkan ruang” dengan penyesuaian komponen Output untuk pengosongan ruang pemanasan yaitu pompa air keluar dan pompa 71 susu keluar akan aktif hingga sensor mendeteksi bahwa air dan susu benar – benar kosong. Jika sudah sensor tidak mendeteksi cairan yang ada dalam tabung atau berlogika “0” atau “close” maka dilanjutkan dengan mendisplay perintah “start 2 continue”. Dengan mendisplay perintah “start”, dimaksudkan agar user A melakukan penekanan tombol “start”. Jika tombol “start” tidak ditekan sistem AY akan menunggu hingga terjadi penekanan “fstart == 0”, dan sebaliknya jika dilakukan penekanan maka sistem akan membaca penekanan tombol start “fstart AB == 1” dengan perintah selanjutnya yaitu pengisian ruang pemanasan air dengan dispalay “air masuk” dan disesuaikan dengan Output dari pompa air masuk akan aktif, selanjutnya mengisi air pada ruang pemanasan air dan menunggu hingga R sensor level air atas mendeteksi kondisi “open” atau “1” dengan mendisplay SU kondisi “air penuh” disesuaikan dengan pompa air masuk akan berhenti mengisi dan dilanjutkan dengan mendisplay “pilih mode” dengan diaktifkannya timer tombol “start” selama 5 menit, ketika salah satu tombol mode mendapat inputan M penekanan, maka setiap inputan tombol mode akan menjalankan masing – masing prosesnya seperti proses (mode A) dan proses (mode B) dengan dimulainya O proses pemanasan. IK Apabila salah satu tombol mode tidak ditekan makan sistem akan kembali melakukan ke proses awal dimana akan terjadi pengosongan ruang dengan ST aktifnya pompa air keluar dan menunggu kondisi sensor level air bawah bernilai “0” atau “close” yang disesuaikan dengan berhentinya pompa air keluar dan mendisplay “start 2 continue”. 72 3.3.1. Program Mikrokontroler A. Program Tombol. Diagram alir untuk mengetahui input penekanan tombol untuk M SU R AB AY diinginkan user, dapat dilihat pada gambar 3.23. berikut. A melakukan proses menjalankan alat dan memilih mode pasteurisasi yang O Gambar 3.23. Diagram alir pembacaan input penekanan tombol. IK Pada gambar 3.23. Diagram alir pembacaan input penekanan tombol ST dimulai dengan inputan dari sensor level susu bawah dan level air bawah, dikondisikan jika dalam media penampungan untuk pemanasan terdapat susu dan air makan dikosongkan terlebih dahulu. Setelah itu tombol “Start” akan berfungsi. Setelah penekanan tombol “Start”, pompa akan aktif untuk mengisi media penampungan untuk pemanasan hingga level air atas menerima inputan. timer tombol “Start” akan aktif selama 5 menit. Apabila salah satu tombol mode “A” 73 atau mode “B” ditekan maka tombol “Start” akan disable dan proses selanjutnya berlangsung, dan apabila tombol mode tidak ditekan selama 5 menit maka air akan keluar kembali dan proses kembali ke awal. Berikut potongan program program bisa dilihat di halaman R lampiran ) Program Mode A dan Mode B SU B. AY AB system_init(); while (1) { if (fstart == 0) { if (cek_tombol_start() == 1) { lcd_clear(); lcd_putsf("Air Masuk"); control_level_air(1); while(level_air_atas != 0); control_level_air(0); } ………….. (lanjutan A pembacaan tombol yaitu : Diagram alir untuk mengetahui mode mana yang akan diinputkan user ST IK O M dapar dilihat pada gambar 3.24 berikut. AB AY A 74 R Gambar 3.24. Diagram Alir Mode A dan Mode B. SU Pada gambar 3.24 Diagram Alir Mode A dan Mode B diproses melalui penekanan tombol mode oleh user sendiri sesuai kebutuhan waktu pasteurisasi yang diinginkan. Dimana untuk tombol Mode A waktu yang di sediakan untuk M Mode pasteurisasi jenis LTLT (Low Temperature Long Time) dengan waktu pasteurisasi selama 30 menit temperatur 600C - 630C dan untuk tombol Mode B O dengan mode pasteurisasi jenis HTST (High Temperatur Short Time) dengan IK waktu pasteurisasi selama 15 detik temperatur 710C - 750C. berikut potongan ST program pembacaan tombol Mode A dan Mode B. #define TIMER_MODE_A 1800 // 30 MENIT #define TIMER_MODE_B 15 // 15 DETIK void proses(u8 mode) { u16 lama_proses; float temp_ruang, temp_mulai_proses, temp_min, temp_max; // --- PEMILIHAN MODE --lcd_clear(); if (mode == MODE_A) 75 lcd_putsf("MODE A BEGIN!"); lama_proses = TIMER_MODE_A; temp_ruang = TEMPERATUR_RUANG_A; temp_mulai_proses = TEMPERATUR_MULAI_PROSES_A; temp_min = TEMPERATUR_MIN_A; temp_max = TEMPERATUR_MAX_A; } else { AY ………….. (lanjutan program bisa dilihat di halaman lampiran ) Program Pompa Air. R C. AB } lcd_putsf("MODE B BEGIN!"); lama_proses = TIMER_MODE_B; temp_ruang = TEMPERATUR_RUANG_B; temp_mulai_proses = TEMPERATUR_MULAI_PROSES_B; temp_min = TEMPERATUR_MIN_B; temp_max = TEMPERATUR_MAX_B; A { SU Diagram alir untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan pompa air masuk dan keluar, dimana diagram alirnya dapat dilihat pada gambar 3.25. sebagai ST IK O M berikut. Gambar 3.25. Diagram alir Pompa air. 76 Pada gambar 3.25. Diagram alir Pompa air, menunjukkan bahwa proses kinerja pompa air, pada case (0) posisi pompa air non-aktif berarti pompa tidak mendapat inputan untuk melakukan proses. Sedangkan case (1) pompa air masuk akan aktif, dan case (2) pompa air keluar akan aktif. Berikut potongan program AB void control_level_air(u8 mode_control) { switch (mode_control) { // stop pompa air case 0 : { pompa_air_out = 0; pompa_air_in = 0; break; } ………….. (lanjutan program bisa dilihat AY A pembacaan pompa air sebagai berikut: R Program Pompa Susu. SU D. di halaman lampiran ) Program alir pompa susu berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan pompa susu masuk dan keluar, dimana diagram alirnya dapat dilihat pada ST IK O M gambar 3.26. sebagai berikut. Gambar 3.26. Diagram Alir Pompa Susu. 77 Pada gambar 3.26. Diagram Alir Pompa Susu proses kinerjanya sama seperti pompa air diatas, dimana untuk case (0) menonaktifkan pompa susu input maupun Output, case(1) mengaktifkan pompa susu masuk, dan case (2) mengaktifkan pompa susu keluar. Berikut potongan program pembacaan diagram di halaman lampiran ) Program Pembacaan Temperatur. R E. AB AY void control_level_susu(u8 mode_control) { switch (mode_control) { case 0 : { pompa_susu_out = 0; pompa_susu_in = 0; } ………….. (lanjutan program bisa dilihat A alir pompa susu sebagai berikut : SU Diagram alir untuk pembacaan temperatur yang berdasarkan inputan sensor temperatur LM35 dengan Output temperatur “C” (cencius) terdapat pada ST IK O M gambar 3.27. Gambar 3.27. Diagram Alir Pembacaan Temperatur. Pada gambar 3.27. Diagram Alir Pembacaan Temperatur menunjukkan bahwa apabila sensor mendapat input temperatur maka outpunya akan masuk ke 78 ADC, dimana nilai ADC sama dengan Read ADC. Nilai ADC merupakan data digital yang telah dihasilkan dari konversi ADC. Untuk mendapatkan nilai dari temperatur maka ((float) nilai adc * 102)/1023 dimana nilai dari 102oC itu didapat dari nilai vref yang telah di setting 1000mV atau nilai maksimal dan nilai minimal A 0mV 2oC. Saat proses pembacaan temperatur aktif atau enable nilai temperatur potongan program dari pembacaan temperatur. AY akan ditampilkan dengan nilai temperatur dengan satuan celcius. Berikut F. (lanjutan program bisa dilihat di halaman lampiran ) SU }………….. R AB float cek_temperatur(const u8 enable, const u8 baris, const u8 kolom) { int nilai_adc = read_adc(0); s8 str[6]; float temperatur = ((float)nilai_adc * 102)/1023; Program Kipas. Diagram alir kipas merupakan pembacaan input dari sensor temperatur, ST IK O M menghasilkan Output kipas dapat dilihat pada gambar 3.28. Gambar 3.28. Diagram Alir Kipas. 79 Pada gambar 3.28. Diagram Alir Kipas diatas, kipas akan non-aktif apabila kurang dari temperatur minimal dan temperatur control yang sudah di setting. Maka Power kompor = 1, berarti heater dalam kondisi memanaskan. Apabila sebaliknya kipas akan aktif, jika melebihi temperatur maksimal dan tidak sesuai dengan A temperatur control maka Power kompor = 0 dimana Power kompor = 0 itu AY berfungsi untuk menon-aktifkan kompor. Potongan program sebagai berikut. ST IK O M SU R AB void control_temperatur(const u8 enable, const u8 baris, const u8 kolom, float t_min, float t_max) { float temp = cek_temperatur(enable,baris,kolom); if (temp <= t_min && ftemp_control) { Power_kompor(0); kipas = 1; ftemp_control = 0; } }………….. (lanjutan program bisa dilihat di halaman lampiran )