Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi Prospeksi Endapan Mangan Di Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun - 2008 Oleh : Sukmana dan Yose Rizal Ramli Penyelidikan prospeksi endapan bijih mangan di wilayah Kabupaten Bima ini berlangsung di bagian timur daerah Bima, tindak lanjut penyelidikan ini didasari atas adanya anomali geokimia unsur mangan di beberapa wilayah ini,walaupun tidak begitu besar nilainya, tapi adanya indikasi inilah makanya penyelidikan ini dilakukan.. Penyelidikan di lakukan di Daerah Maria, Kecamatan Wawo, daerah Sari, Kecamatan Sape dan sebagian kecil daerah Kaowa kecamatan Lambitu yang merupakan lokasi keterdapatan endapan mangan berdasarkan literatur. Secara regional Kabupaten Bima merupakan bagian timur dari busur jalur magmatis Sunda Banda yang tersusun dari jenis batuan andesitik terutama kalk-alkalin yang dierupsi di lingkungan subaerial atau laut dangkal. Mineralisasi mangan berdasarkan hasil laboratorium dari kegiatan penyelidikan sebelumnya menunjukkan angka yang signifikan, dari conto yang dianalisis kadarnya cukup baik dan dari pengamatan mikroskopis teridentifikasi adalah pirolusit, psilomelan dan hydrous iron oxide yang merupakan hasil ubahan dari psilomelan, terdapat sebagai bijih mangan masif dan pada rongga terisi mineral gangue. Cebakan mangan tersebut tersebar di beberapa tempat yaitu didaerah Pela, Kecamatan Monta, Sambori, Kecamatan Lambitu dan Maria, Kecamatan Wawo serta daerah Campa, Kecamatan Manda Pangga, Kabupaten Bima merupakan daerah prospek yang perlu mendapat perhatian khusus karena secara geologi sebarannya cukup luas. Cebakan mangan di Pela mempunyai potensi relatif paling baik karena batuan induknya batugamping yang telah terubah jadi rhodonit yang kerap merupakan tipe endapan ekonomis. Secara administratif lokasi daerah prospeksi mangan termasuk wilayah Kecamatan Wawo, Sape dan sebagian kecil Kecamatan Lambitu, Kabupaten Bima dan berada pada jalan lintasan Sape – Bima antara kilometer 10 sampai dengan 32,. Secara geografis daerah ini terletak diantara 697.250 mE – 716.000 mE dan 9.060.000 mN – 9.044.250 mN atau antara 118° 47’ 33” – 118° 57’ 46” Bujur Timur dan – 8° 30’ 00” hingga – 8° 38’ 35” Lintang Selatan. (Gambar 1). Pencapaian daerah kerja dapat ditempuh dengan 2 (dua) jalur, yaitu: • Bandung Jakarta dengan kendaraan umum dan Jakarta– Surabaya-Denpasar dengan pesawat udara hingga Bima, kemudian dilanjutkan dengan kendaraan umum/darat ke lokasi daerah • 1 penyelidikan dengan mengunakan jalan provinsi dan jalan kabupaten. Bandung-Denpasar dengan kendaraan umum (angkutan darat), dilanjutkan dengan menggunakan pesawat udara dari Denpasar menuju Bima, selanjutnya dengan kendaraan umum/darat di lokasi daerah penyelidikan dengan menggunakan jalan provinsi dan jalan kabupaten. Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi Gambar1. Peta Lokasi Prospeksi Logam Mangan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Pengumpulan data Primer di lakukan di Daerah Maria, Kecamatan Wawo, daerah Sari, Kecamatan Sape dan sebagian kecil daerah Kaowa kecamatan Lambitu yang merupakan lokasi keterdapatan endapan mangan berdasarkan literatur. Selain itu juga dilakukan kegiatan kunjungan ke daerah lainnya yang diperkirakan merupakan lokasi keterdapatan mangan. Diantaranya ke Doro Janggi, Campa, Kecamatan Manda Pangga dan ke Kawuwu, Kecamatan Langkudu hingga ke Sambori Kecamatan Lambitu. Selain itu dilanjutkan ke Pela. Kecamatan Monta yang merupakan salah satu daerah kegiatan penambangan mangan yang sedang aktif. Kegiatan prospeksi endapan mangan meliputi : Pemetaan Geologi Peta dasar yang digunakan untuk pemetaan geologi adalah peta rupa bumi Lembar Komodo skala 1:25.000. Pemetaan dilakukan secara konvensional melalui pengamatan singkapan batuan di sepanjang lintasan searah aliran sungai, lintasan memotong punggungan dan sepanjang pinggir jalan di sekitar daerah prospek. Hal ini dimaksudkan untuk mengamati perubahan satuan batuan, jenis litologi dan gejala-gejala geologi lainnya. 1. Metoda Penyelidikan Metoda penyelidikan yang dilakukan meliputi pengumpulan data/informasi primer dan pengumpulan data dan informasi sekunder serta analisis laboratorium. Pengumpulan data primer dalam kegiatan ini merupakan kegiatan utama, yang merupakan pekerjaan lapangan dalam rangka penelitian keterdapatan endapan mangan di daerah tersebut. 1.1. Pengumpulan Data Sekunder Hal-hal yang dilakukan pada pengumpulan data sekunder adalah : • Mengumpulkan data potensi bahan galian mineral kabupaten dari daerah yang di selidiki pada instansi pemerintah dan perusahaan. • Mengambil data geologi maupun laporan-laporan tentang bahan galian yang terdapat dalam daerah inventarisasi dari Perpustakaan Pusat Sumber Daya Geologi • Mengumpulkan data produksi mangan yang sudah dilakukan di Kabupaten Bima. • Mengumpulkan data KP untuk komoditi mangan yang ada di Kabupaten Bima. 1.2. Pengumpulan Data Primer 2 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi ke arah timur membentuk busur kepulauan. Busur Banda terbentuk pada masa Kenozoikum, yang dilandasi oleh batuan gunungapi kalk alkalin dari busur dalam Banda yang masih aktif hingga sekarang. Busur tersebut sebagian besar terbentuk akibat penunjaman kerak Samudera Hindia ke arah utara. Sampai sekarang bentuk dari busur kepulauan tersebut masih mengalami perubahan bentuk karena masih adanya pergerakan Benua Australia ke utara (Audley – Charles, dkk., 1975; Crostella dan Powel, 1976) dengan zona penunjaman condong ke utara yang menumbuk busur kepulauan tersebut meliputi pula P. Flores bagian barat, Sumbawa Timur dan Kepulauan Alor. Pemetaan Ubahan dan Mineralisasi Kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan conto batuan yang telah mengalami ubahan dan mineralisasi secara “chip sampling” dari singkapan batuan maupun secara “grab sampling” dari bongkahan di sungai maupun di punggungan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memperkirakan batas-batas lateral zona ubahan serta jenis ubahan dan tipe mineralisasi yang kemungkinan terdapat pada batuan tersebut. Pada singkapan yang menarik dilakukan pengamatan rinci, pengukuran topografi sekala 1 : 10.000 dan dilakukan pemotretan atau dibuat sketsanya di lapangan. (Foto 1) 2.1. Stratigrafi Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sumbawa dan Bima sekala 1 : 250.000 (Ratman, N. dan A. Yasin, 1978) dalam Peta Geologi Lembar Komodo (Gambar.2). dan Peta Geologi Tinjau Sumbawa, NTB, sekala 1 : 250.000, (A. Sudradjat, 1975). Stratigrafi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi sembilan satuan batuan yang berumur antara Miosen Awal hingga Resen. Adapun urutan stratigrafi batuan tersebut dari tua ke muda adalah sebagai berikut: Batuan gunungapi Tua (Tlmv) Penyebaran satuan batuan ini meliputi beberapa bagian selatan daerah penyelidikan, merupakan daerah pegunungan terjal yang mengitari Teluk Bima di bagian selatan seperti Doro Derusi, Doro Parewa, Doro Sando dan Doro Dongomaro. Penyusun utama batuan Gunungapi tua ini adalah lava dan breksi berkomposisi andesit dan basal, mengandung sisipan tufa bersifat andesit dan batugamping hubem, umumnya berwarna kelabu kehitaman, hijau dan ungu pada sisipan tufanya, lava berstruktur bantal dan bersisipan rijang merah. Breksi pada umumnya Foto 1. Pengambilan conto bijih mangan lepas di daerah Kambilo, mangan nampak lepaslepas dan dibawahnya tersebar batuan volkanik 2. GEOLOGI UMUM Pulau Sumbawa merupakan bagian dari Busur Volkanik dalam kalk alkalin yang berumur Kenozoikum, yang sampai saat ini masih aktif. Busur tersebut terbentuk akibat penunjaman kerak Samudera Hindia ke arah utara. Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami perubahan di bagian timur karena tumbukan dengan tepi lempeng benua Australia – New Guinea. Secara tektonik, terbentuknya P. Sumbawa erat kaitannya dengan penunjaman Lempeng Hindia yang berarah utara–timurlaut di bawah daratan Sunda yang mulai menyebar dari P. Sumatra dan P. Jawa menerus 3 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi penyelidikan yaitu di sekitar Bukit Doro Saja dan sebelah baratlaut Teluk Woworada. Penyusun utama satuan batuan ini adalah batugamping berlapis berwarna kelabu, pejal mengandung sisipan-sisipan batugamping tufaan, batupasir kuarsa, tufa dan konglomerat terdapat di bagian bawah komponennya terdiri dari andesit terpropilitkan dan rijang merah. Batuan ini mengandung foramifera, koral dan moluska serta fosil-fosil lainnya yang menunjukkan umur Miosen Tengah (Darwin Kadar, 1974). Satuan ini ditutupi secara selaras oleh batugampimg tufaan (Tmpl), dan dialasi secara tak selaras oleh batuan gunungapi (Tlmv), mendatar beralih menjadi piroklastik kasar (Tmv) dan piroklastik halus (Tmdt). Urat-urat kuarsa dengan galena setempatsetempat terdapat dalam satuan batuan ini. Hasil gunung api tua (Qtv) Satuan batuan ini penyebarannya meliputi bagian utara daerah penyelidikan yang membentuk kerucut seperti Doro Dendan, Doro Lembuwu dan Doro Pukah yang terdapat di bagian barat Teluk Bima, sedangkan di bagian timurnya meliputi Doro Maria dan Doro Kuta. Penyusun satuan batuan ini terdiri dari perselingan breksi, lava dan tufa yang berkomposisi andesit dan basalt. Di daerah puncak Doro Lembuwu dan Doro Maria terdapat dinding kaldera dan dinding kawah lama. Batugamping koral (Ql) Sebarannya meliputi sepanjang pantai bagian utara daerah penyelidikan yang terdiri dari batugamping koral, sebagian kompak dan sebagian bersifat breksi, bagian bawah mengandung konglomerat, batupasir yang tidak begitu kompak dan lapisan pasir tipis magnetik. Komponen konglomerat terdiri dari andesit, andesit piroksin dan andesit berongga, sedangkan matriksnya berupa pasir. telah terubah oleh propilitisasi dan terkersikkan dan mengalami pemineralan, mengandung urat-urat kuarsa dan kalsit. Umur batuan ini diperkirakan Miosen Awal (Darwin Kadar, 1974). Batuan gunungapi (Tmv) Sebaran satuan ini pada umumnya menempati daerah di sekitar selatan dan timur Teluk Bima yaitu di sekitar Tente dan Doro Ngali. Batuan utama yang menyusun satuan ini adalah lava dan breksi yang berkomposisi dasit yang umumnya berwarna kelabu tua, pejal, dicirikan oleh komponen kuarsa berukuran 0,5 – 20 cm, mengandung sisipan-sisipan tufa gampingan. Di beberapa tempat telah terkersikkan. Secara stratigrafi kedudukannya sama dengan batugamping berlapis. Tufa dasitan (Tmdt) Sebaran batuan ini meliputi daerah di sekitar baratdaya daerah penyelidikan dan sebelah selatan Bima dan Waworada. Batuan penyusunnya adalah tufa dasitan berwarna kelabu, yang dicirikan oleh kuarsa berukuran 0,5 – 1 cm, pada umumnya berlapis dan sebagian pejal, mengandung sisipan-sisipan tufa hijau, tufa gampingan, batugamping dan batupasir tufaan secara setempat bersisipan breksi dan lava. Sebagian lava berkomposisi dasit dan sebagian lagi berkomposisi andesit. Berdasarkan kandungan fosilnya yang ditemukan pada sisipan batugamping menunjukkan umur Miosen Tengah (Darwin Kadar, 1974). Satuan ini secara setempat diterobos oleh batuan dasit yang menghasilkan urat-urat kuarsa setebal 1 – 20 cm, sebagian terkersikan dan pemineralan, lapisanlapisan oksida besi banyak dijumpai pada batuan yang mengalami pengersikkan. Batugamping berlapis (Tml) Daerah sebaran terdapat di sekitar selatan dan timur Kota Bima, bagian baratlaut dan selatan daerah 4 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi Pulau Sumbawa berdasarkan kerangka tektonik Indonesia termasuk dalam busur magmatik Neogen Sunda – Banda (J.C. Carlile dan A.H.G. Mitchelle, 1994) yang membujur mulai dari Pulau Sumatera – Jawa – Bali – Lombok – Sumbawa – Flores hingga ke Pulau Seram. Busur ini dibentuk oleh tumbukan beberapa lempeng disertai oleh penunjaman dan pembalikan arah penunjaman yang terjadi pada Oligosen. Kegiatan ini diperkirakan berhenti pada Pliosen (Hamilton, 1979) dan menyebabkan terbentuknya rangkaian gunungapi di Kepulauan Nusa Tenggara. Aluvium dan endapan pantai (Qa) Sebarannya meliputi bagian Teluk Bima yang cukup luas. Penyusunnya terdiri dari lumpur, pasir lepas, kerikil hingga bongkah yang diendapkan di sepanjang pantai, sungai dan delta. 2.2. Struktur Geologi Secara regional daerah Kabupaten Bima merupakan bagian timur dari busur jalur magmatis Sunda Banda yang tersusun dari jenis batuan andesitik terutama kalk-alkalin yang dierupsi di lingkungan subaerial atau laut dangkal. Busur ini sangat terkenal sebagai jalur mineralisasi logam emas dan tembaga yang membentang mulai dari ujung barat (Sumatera) hingga ujung timur (Nusa Tenggara Timur). Perkembangan struktur regional di daerah ini terkait dengan terjadinya kompresi yang relatif konstan pada Busur Banda. Struktur yang berkembang selama tunjaman di bawah kerak samudra tampaknya memiliki kesamaan arah dengan struktur yang berkembang setelah terjadinya tumbukan dengan Benua Australia. Struktur baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya ditafsirkan mempunyai pasangan dengan struktur/kelurusan barat-timur. Struktur-struktur yang berarah barattimur, pada awalnya berupa sesar yang memanjang dengan kemiringan ke arah selatan dan sesar naik. 3. HASIL PENYELIDIKAN Kegiatan yang dilakukan di lapangan antara lain melakukan beberapa lintasan pengamatan untuk meninjau keterdapatan endapan mangan, terutama di daerah-daerah yang telah diprediksikan adanya endapan mangan. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke beberapa daerah yang merupakan lokasi kegiatan penambangan, diantaranya PT. Indomining Karya Buana, yang telah memulai penambangan hingga tahun kedua. Sebelumnya di daerah ini beberapa perusahaan yang bergerak melakukan penambangan adalah PT. Alaska Dwipa Perdana, PT. Multindo Arya Prima dan PT. Aneka Tambang. Pada pengumpulan data primer ini telah dilakukan kegiatan utama yaitu prospeksi endapan mangan di daerah Kecamatan Wawo, Sape dan sebagian kecil Kecamatan Lambitu, yang merupakan kegiatan tindak lanjut hasil dari kegiatan eksplorasi geokimia sebelumnya. Selain itu juga dilakukan prospeksi di beberapa indikasi keterdapatan endapan mangan yang ada di luar daerah tersebut diatas. Diantaranya ke Doro Janggi, Campa, Kecamatan Manda Pangga dan ke Sambori Kecamatan Lambitu. Selain itu dilanjutkan ke Pela. Kecamatan Tinjauan tektonik dan geologi regional di daerah kepulauan Nusa Tenggara, maka sangat dimungkinkan terjadinya proses mineralisasi dan pembentukan cadangan, mulai dari deposit tembaga dan emas tipe porfiri dengan cadangan yang besar, atau uraturat emas epitermal dengan kadar tinggi, yang sering menjadi sasaran utama setiap eksplorasi. Kemungkinan adanya cadangan tersebut didukung oleh penemuan tambang tembaga di Batu Hijau (tipe ‘porphyry copper’) di bagian barat P. Sumbawa. 5 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi kerikil, hingga berukuran lebih dari 10 cm menyebar pipih, nampaknya mengelompok terdiri dari mangan sekunder. Diantaranya ada yang terdapat sebagai singkapan dan diusahakan diambil conto dengan cara “channelling” (BM/08/38/C dan BM/08/54/C). Petunjuk keterdapatan mangan lainnya dijumpai di lereng selatan dan nampaknya bersatu dengan keterdapatan urat kuarsa yang mengandung tembaga dan timbal yang pernah dieksplorasi sampai pemboran oleh PT. Bima Maruna Raya Mining dari tahun 1986 hingga tahun 1989. Selain itu juga telah dibuat puluhan parit dan sumur uji di daerah Sori Pesa, Maria. Monta yang merupakan salah satu daerah kegiatan penambangan mangan yang sedang aktif. Dari sejumlah conto tersebut dilakukan analisis kimia dan fisika mineral di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi, diantaranya 28 conto batuan untuk analisis kimia, untuk petrografi sebanyak 15 conto, untuk mineragrafi 9 conto dan 6 buah conto untuk analisis berat jenis. Lokasi pemercontohan untuk masing-masing daerah terlihat pada peta berikut ( Gambar 2 dan Gambar 3). Realisasi jumlah contoh lebih rendah dari yang direncanakan oleh karena kondisi geologi yang ada dilapangan ternyata singkapan bijih mangan tidak banyak ditemukan. 3.1. Geologi Daerah Penyelidikan Kondisi geologi daerah Kabupaten Bima cukup memungkinkan untuk terbentuknya cebakan mangan, sehingga di beberapa tempat sejak tahun 1995 aktifitas penambangan dan pengolahan mangan dijumpai di beberapa tempat. 3.1.1. Geologi Mangan daerah Maria Gambar 2. Peta Lokasi Conto di daerah lintasan Pengamatan Maria Kecamatan Wawo, Sape dan Lambitu, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat Lahan cebakan mangan di daerah Maria menempati perbukitan besar dan kecil, baik dalam kawasan hutan dan bekas ladang maupun ladang yang dipenuhi oleh tanaman masyarakat yang dominan berupa padi. Lokasi tersebut telah dilewati jalan-jalan setempat, sehingga memudahkan pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan membuat lintasan di setiap punggungan maupun di lereng terutama di jalan-jalan setapak yang telah dibuat masyarakat untuk mengetahui kemungkinan keterdapatan endapan mangan tersebut. Namun, pada lintasan-lintasan ini tidak dijumpai adanya endapan mangan yang baik, kecuali di beberapa tempat di lintasan tengah terdapat sebaran sekelompok “float” mangan berukuran Keterdapatan mangan ditunjukkan oleh adanya urat-urat yang berlainan arah dengan sistim urat utama, seperti ditunjukkan oleh urat utama (Rini) yang berarah N 355° E yang mengandung mineralisasi tembaga dan timbal, sementara yang mengandung mineralisasi mangan letaknya berbatasan dengan arah urat N 325°330° E. Mineral mangan tidak nampak dengan jelas apa sebagai pirolusit atau psilomelan tetapi hitam sebagai wad dalam lapukan, sebagaimana yang terlihat pada bekas galian disekitar puncak Bukit Kambilo ( Foto 2 ). Selain itu juga di kawasan perbukitan ini masih terdapat indikasi sebaran besi 6 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi singkapan 141.000 ppm Mn, tipe endapan sungai 1.990 ppm Mn dan 1. 370 ppm Mn. Perangkap mineralisasi mangan terdapat dalam batuan tufa berlapis yang tidak nampak ada gejala ubahan akibat proses alterasi, kadang setempat-setempat nampak mineral manganis sebagai “dote” mengelompok ( Foto 4 ). Dilapangan belum pernah ditemukan bijih mangan yang masif. Keterdapatan mangan sangat jarang dijumpai dan hanya mengelompok setempat-setempat. Untuk sementara genesa keterdapatannya dapat dikatakan sebagai tipe cebakan primer yang terbentuk syngenetik dengan perangkap batuan itu sendiri. Keterdapatan cebakan mangan di daerah ini, jika dilihat bentuk cebakan yang tidak menerus, berupa kantongkantong pengisi rongga dalam batuan tufa sehingga sulit untuk melakukan perhitungan sumber daya walaupun melalui pemboran yang sistematis. Kondisi seperti ini diduga cebakannya mempunyai potensi kecil. Cebakan mangan di daerah Pesa, Maria terkait dengan sistim urat kuarsa yang termineralisasi kalkopirit dan galena, secara genesa dapat dikelompokkan menjadi tipe cebakan primer terbentuk karena proses hidrotermal. Demikian pula cebakan mangan primer yang terjadi pada urat yang berlainan arah terjadi karena proses yang sama dicirikan oleh ‘thermal effect’ yang mengakibatkan terbentuknya mineral ubahan akibat fluida hidrothermal pada batuan samping sehingga terbentuk cebakan mangan pada batuan yang dilaluinya saat terjadi presipitasi. Proses ini terjadi pada fluida/cairan mengandung mangan jenuh sehingga pembentukan bijih membawa kadar yang tinggi. berupa bongkah bervariasi yang kadang nampak bermangan ( Foto 3 ). Endapan bongkahnya dijumpai di sekitar desa Sari-Boke, di perbukitan sebelah timur desa atau sebelah kanan jalan, dan bahkan ada robohannya yang ditemukan di pinggir jalan besar menuju ke arah Sape, Kecamatan Sape. Ukuran butir tersebar mulai dari bongkah dengan diameter 0,5 m sampai dengan diameter kurang lebih 2 m, dengan arah sebaran yang tidak jelas dan hanya setempat-setempat serta dalam jumlah sedikit. 3.1.2. Mineralisasi Prospek Maria terletak kurang lebih 10 km ke arah timur dari kota Bima dapat dicapai kurang lebih 30 menit dari Bima melalui jalan aspal yang baik yang menghubungkan BimaSape. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 30-45 menit ke daerah prospek. Dalam tubuh bijih mangan di daerah Maria nampaknya berkembang berupa lensa-lensa atau semacam percabangan cebakan mangan pada batuan tufa yang bertindak sebagai batuan induk tempat terperangkapnya bijih mangan tersebut. Sehingga dalam kasus ini lapisan tufa sebagai “hosted rock”, tempat kedudukan cebakan mangan. Selain itu di daerah ini menurut laporan dari PT. Indomining Karya Buana terdapat urat-urat kuarsa dengan mineralisasi logam-logam dasar dan logam mulia terbentuk pada zona sesar dengan arah utama utara-selatan dan dengan ketebalan 1 – 2 m hingga 50 m. Urat-urat kuarsa ini ada yang terjadi secara berulang kali “multiphase”, vuggy, colloform, berlapis hingga masif. Terdapat juga urat kuarsa dengan perlapisan colloform, dan uraturat klorit-kuarsa. Kegiatan eksplorasi pernah dilakukan oleh perusahaan sebelumnya di sebelah barat daerah prospek ini. Hasil analisis geokimia terbaik menunjukkan conto saprolit adalah 19.200 ppm Mn dan tipe 7 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi mangan disini sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Semula batuan tempat kedudukan mineralisasi mangan nampaknya tidak ada yang jelas, karena diatas bukit sedikit sekali dijumpai batuan. Akan tetapi dari float kandungan mangan yang diperoleh menunjukkan adanya batuan tufa. Lokasi tempat singkapan mangan dijumpai berdasarkan peta geologi yang dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi yang menempati endapan gunungapi tua (QTvm). Kelompok batuan ini terdiri dari perselingan breksi, lava dan tufa yang berkomposisi andesit dan basal . Berdasarkan pemeriksaan petrografi menunjukkan bahwa batuan terdiri dari andesit piroksin, andesit berongga, basal gelas, basal dan basal olivin. Topografi batuan gunung api tersebut membentuk beberapa kerucut yang terpisah satu sama lain. Gambar 3. Peta Geologi daerah Prospek Maria, Kecamatan Wawo, Sape dan Lambitu, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat Foto 2. Bekas galian lokasi keterdapatan mangan di sekitar puncak bukit Kambilo Foto 4. Kupasan jalan yang menunjukkan hubungan batuan breksi dan tufa berlapis yang mengandung butiran endapan mangan 3.1.3. Prospek dan Pemanfaatan Endapan Mangan Foto 3. Salah satu daerah sebaran mangan di sekitar punggungan bukit, di daerah Kambilo Lokasi keterdapatan cebakan mangan di Kabupaten Bima dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu cebakan mangan yang sedang ditambang dan cebakan mangan yang masih merupakan dalam tahap kegiatan eksplorasi. Cebakan mangan yang sedang ditambang dijumpai di Desa Pela, Kecamatan Berdasarkan hasil pemetaan geologi dan lintasan kompas geologi daerah keterdapatan mineralisasi mangan dijumpai mengelompok menempati rongga dalam tufa-tufa litik, berwarna putih sebagian kekuningan karena lapuk (Gambar 3). Kegiatan eksplorasi 8 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi Monta yang dikelola oleh PT. Indomining Karya Buana. Produksi mangan tahun 2008 hingga dengan triwulan 1 ini belum mendapat laporan. Lokasi cebakan mangan yang masih dalam tahap eksplorasi ditemukan di daerah Campa, kecamatan Manda Pangga, Sambori, kecamatan Lambitu, Maria, kecamatan Wawo dan Doro Janggi. Pemanfaatan bahan galian logam tidak terlepas dari kualitas, kuantitas dan aksesibilitas serta faktor lain seperti kondisi lingkungan. Hal ini menjadi perhatian penting apabila bahan galian tersebut nantinya akan dieksploitasi. Selain itu kendala dari pemanfaatan bahan galian ini adalah masih banyaknya penambangan yang dilakukan tidak berwawasan lingkungan, sehingga tidak memperdulikan keselamatan penambang sendiri dan faktor kelestarian wilayah. Mineralisasi yang ditemukan di daerah penyelidikan sesuai hasil lintasan kompas geologi dan pengamatan pada jalur-jalur lintasan di daerah cebakan bijih mangan yang tersebar diseluruh wilayah pengamatan didominasi wad dan pirolusit, psilomelan, sedikit sekali yang porous dan berongga-rongga. Namun demikian ketebalannya susah diamati dan setempat-setempat. Sedangkan untuk cebakan bijih Mangan yang ditemukan di daerah Pela diperkirakan cukup menarik untuk ditindaklanjuti, oleh karena potensinya cukup bagus, mempunyai sebaran primer cukup luas, dengan ketebalan diperkirakan ratarata lebih dari 1 meter yang dimensinya berukuran cukup besar . Umumnya dimensi kantong ini sangat beragam dan dengan kadar Mn berbeda-beda. Hal ini umum dialami oleh para pengusaha tambang mangan di Kabupaten Bima. Penggunaan mangan kebanyakan digunakan untuk tujuan metalurgi dan kimia masing-masing dalam industri besi baja dan industri baterai. Kebutuhan mangan negara Cina yang naik pesat untuk keperluan industri baja telah mendorong tingginya permintaan bijih mangan dari berbagai negara termasuk Indonesia. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi mangan, termasuk di daerah Kabupaten Bima. Kondisi geologinya yang memungkinkan terjadinya mineralisasi mangan tipe hidrotermal yang dijumpai pada beberapa satuan batuan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang belum ditunjang oleh hasil analisis laboratorium dapat disimpulkan, bahwa di Kabupaten Bima yang di prospeksi sumber daya mineralnya terutama mangan, memiliki potensi mineral mangan yang memungkinkan untuk ditindaklanjuti dan dikembangkan sebagai komoditi yang bisa diusahakan menjadi bahan galian unggulan daerah Bima dengan penambangan skala kecil. Sehingga nantinya diharapkan ada perusahaan baru yang bergerak di bidang pengelolaan dan penambangan mangan, selain PT. Indomining Karya Buana yang telah berhasil mengelola dan mengkaji keterdapatan mangan di daerah Bima dan telah berproduksi. Cebakan mangan tersebut tersebar di beberapa tempat yaitu didaerah Pela, Kecamatan Monta, Sambori, Kecamatan Lambitu dan Maria, Kecamatan Wawo serta daerah Campa, Kecamatan Manda Pangga, Kabupaten Bima merupakan daerah prospek yang perlu mendapat perhatian khusus karena secara geologi sebarannya cukup luas. Cebakan mangan di Pela mempunyai potensi relatif paling baik 9 Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non lapangan Tahun 2008, Pusat Sumber Daya Geologi karena batuan induknya batugamping yang telah terubah jadi rhodonit yang kerap merupakan tipe endapan ekonomis. PT. Sumbawa Timur Mining (199? ), Eksplorasi Geologi di Daerah Bima dan Sekitarnya Manurung, Y. dkk, 1996, Eksplorasi logam dasar, logam mulia, logam besi dan paduan besi di daerah Bima, Kabupaten Bima, P. Sumbawa 4.2. Saran Kegiatan eksplorasi sebagai tindak lanjut dari kegiatan prospeksi perlu dilakukan di daerah Pela untuk mendapatkan data potensi sumberdaya yang lebih baik, sehingga prospek pengembangan selanjutnya dapat ditentukan. Sudradjat A., 1975, Penyelidikan Geologi Tinjau Daerah Sumbawa, 1 : 250.000. PT. DAFTAR PUSTAKA Bandi, B, dkk, 1996, Eksplorasi logam dasar, logam mulia, logam besi dan paduan besi di daerah Sape, Kabupaten Bima, P. Sumbawa, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung Gurniwa. A. Dkk, 2003, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Geokimia Regional Sistematik Bagian Lembar Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Sembiring, G. dkk., 1999, Peta Sebaran Unsur Bahan Galian Kabupaten Bima (Bagian Timur) pada skala 1 : 100.000 Kusumadinata, K., 1964, Cebakan Pertambangan di Sumbawa dan Hematit di Wowo Nana, R. dan Aswan, Y., 1975, Pemetaan geologi pada daerah Lembar Komodo mencakup daerah Bima Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi Bali, NTB, NTT & Tim-Tim 10 Indomining Karya Buana (2004), Analisis Dampak Lingkungan (andal) Usaha Pertambangan Mangan di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jakarta.