analisis pengaruh jumlah penduduk, tabungan, dan investasi

advertisement
ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, TABUNGAN,
DAN INVESTASI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PER
KAPITA INDONESIA
Oleh :
Rudi Masniadi
Fakultas Ekonomi Universitas Cordova Nusa Tenggara Barat
E-mail/No. HP: [email protected]/Abstract
This research intent to know factor picture that regard to increase income / PDB per
capita at Indonesia. In theoretical study, factor that regard perkapita's income for
example population, savings and investment, as one is described in Model growth
Theory Solow Swan. analisis's tool that is utilized is with Analisis's approaching bifilar
Regression via methodics Ordinary Least Square (OLS). Of theory study and research
result can be concluded that up to period 1990 2008 available negative correlation
among propertied per capita with islandic growth, or gets to be said by resident growth
cause decrease to income per capita Indonesia resident. In the meantime, savingses
level variable (GDS) and investment (GDCF), even in little percentage give positiv's
influence to income per capita resident.
Keywords: Income / PDB Per Capita
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pendapatan/PDB per kapita di Indonesia. Dalam kajian teoritis, faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan perkapita antara lain jumlah penduduk, tabungan dan
investasi, seperti yang diuraikan dalam Teori Pertumbuhan Model Solow-Swan. Alat
analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan Analisis Regresi Berganda melalui
metode Ordinary Least Square (OLS). Dari kajian teori dan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa selama periode 1990-2008 terdapat korelasi negatif antara
pendapatan per kapita dengan pertumbuhan penduduk, atau dapat dikatakan
pertumbuhan penduduk menyebabkan penurunan terhadap pendapatan per kapita
penduduk Indonesia. Sementara itu, variabel tingkat tabungan (GDS) dan investasi
(GDCF), meskipun dalam persentase yang kecil memberikan pengaruh positiv terhadap
pendapatan per kapita penduduk.
Kata kunci : Pendapatan/PDB Per kapita
PENDAHULUAN
Kinerja
perekonomian
suatu
ekonomi di masyarakat. Perkembangan
negara umumnya diukur oleh beberapa
indikator-indikator ini tidak saja dapat
indikator
berpengaruh pada tingkat
ekonomi
mencerminkan
tingkat
yang
bisa
kegiatan
stabilitas
ekonomi, tetapi juga pada tingkat
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
kesejahteraan
keseluruhan.
masyarakat
Salah
satu
secara
indikator
melambatnya
pertumbuhan
ekonomi
global (FE UI, 2009).
ekonomi terpenting adalah pertumbuhan
Data-data
di
atas
ekonomi, yang untuk pencapaiannya
catatan
tidak saja dipengaruhi oleh tersedianya
Indonesia yang cukup membanggakan.
pembiayaan yang memadai, tetapi juga
Namun demikian, permasalahan yang
oleh masalah distribusi sumber daya
tidak boleh dilupakan adalah apakah
yang ada.
laju
Dilihat
ekonomi,
dari
pertumbuhan
secara
keseluruhan
perekonomian
Indonesia
prestasi
merupakan
makroekonomi
pertumbuhan
output
membanggakan
ini
yang
memiliki
kemampuan untuk bergerak lebih cepat
daripada
tingkat
pertumbuhan
menggambarkan kinerja yang cukup
penduduk. Dalam hal ini, indikator
menggembirakan selama periode tahun
pendapatan/PDB
2000-2008,
memberikan gambaran pendapatan dan
dengan
pertumbuhan
pencapaian
ekonomi
kapita
relatif
standar hidup rata-rata anggota individu
membaik. Bahkan sejak tahun 2004,
penduduk. PDB per kapita adalah
ekonomi
saham anggota individu dari populasi
Indonesia
pertumbuhan
memperlihatkan
ekonomi
berarti yaitu sekitar
yang
per
yang
cukup
terhadap
PDB
tahunan.
Secara
5,05 % persen,
matematis dihitung dengan membagi
pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi
PDB riil atau nominal dengan jumlah
Indonesia mencatat tingkatan yang lebih
penduduk per tahun.
tinggi lagi yaitu sekita 5,69 %. Dua
Pendapatan
perkapita
juga
tahun berikutnya, pada tahun 2006 dan
merupakan ukuran yang digunakan
2007, pertumbuhan ekonomi berturut-
untuk menggambarkan standar hidup
turut mencapai 5,51 % dan 6,28 %.
(standard of living). Negara yang
Kemudian pada tahun 2008 ekonomi
memiliki pendapatan perkapita yang
Indonesia
tumbuh
sekitar
6,1
%,
tinggi umumnya memiliki standar hidup
meskipun
berada
dalam
berbagai
(standard of living) yang juga tinggi.
tekanan dari sisi eksternal seperti
Perbedaan pendapatan mencerminkan
tingginya harga minyak bumi dan harga
perbedaan kualitas hidup, negara kaya
beberapa
(dicerminkan
komoditi
lainnya,
serta
oleh
pendapatan
per
kapita yang tinggi) memiliki kualitas
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
69
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
hidup yang lebih baik (dicerminkan
menandakan
oleh, antara lain, angka harapan hidup,
nasional (Madsen, 2006)
tingkat
kesehatan,
pendidikan)
dan
tingkat
dibandingkan
dengan
negara miskin (Mankiw, 2006).
pertumbuhan
Teori
ekonomi
pertumbuhan
neoklasik
dikembangkan oleh Robert M. Solow
(1970) dari Amerika Serikat dan T.W
Berdasarkan uraian di atas, maka
Swan (1956) dari Australia. Model
yang menjadi fokus kajian dalam
Solow-Swan
menggunakan
penelitian ini adalah apa saja faktor-
pertumbuhan
penduduk,
faktor
tingkat
modal/capital, kemajuan teknologi, dan
pendapatan perkapita dan sejauhmana
besarnya output yang saling berinteraksi
faktor-faktor tersebut mempengaruhi
(Tarigan, 2005).
yang
mempengaruhi
pendapatan perkapita.
Sebagai
dibahas
akumulasi
Menurut Mankiw dalam Oktavia
bahasan
tentang
unsur
awal,
kosep
akan
pendapatan
(2005),
faktor
utama
yang
mempengaruhi perbedaan standard of
perkapita dan selanjutnya akan dibahas
living
faktor-faktor
besar pendapatan per kapita) antara
yang
pendapatan
per
pendekatan
Model
mempengaruhi
kapita
melalui
Pertumbuhan
Solow-Swan.
(ditunjukkan oleh perbedaan
negara kaya dan negara miskin adalah
tingkat
produktivitas.
Produktivitas
mengacu pada jumlah barang dan jasa
PDB per kapita adalah saham
yang dapat dihasilkan oleh seorang
anggota individu dari populasi terhadap
pekerja dalam setiap jam. Dengan
PDB
matematis
demikian, suatu negara dapat menikmati
dihitung dengan membagi PDB riil atau
standard of living yang tinggi jika
nominal
penduduk
negara tersebut dapat memproduksi
pertahun. Pendapatan perkapita sering
barang dan jasa dalam jumlah yang
digunakan
besar.
tahunan.
dengan
Secara
jumlah
sebagai
tolak
ukur
kemakmuran dan tingkat pembangunan
sebuah
pendapatan
negara
semakin
perkapitanya,
besar
semakin
Model
dirancang
bagaimana
pertumbuhan
untuk
pertumbuhan
Solow
menunjukkan
persediaan
makmur negara tersebut. Peningkatan
modal, pertumbuhan angkatan kerja,
pendapatan/PDB
dan kemajuan teknologi berinteraksi
per
kapita
dalam perekonomian, serta bagaimana
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
70
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
pengaruhnya terhadap output barang
tabungan dan investasi) hanya cukup
dan
secara
untuk menutupi jumlah modal yang
ini,
susut karena depresiasi. Pada titik ini
pertumbuhan ekonomi jangka panjang
perekonomian akan berhenti tumbuh,
ditentukan secara exogen, atau dengan
karena diasumsikan bahwa tidak ada
kata lain ditentukan di luar model.
perkembangan
Model ini memprediksi bahwa pada
pertumbuhan tenaga kerja (Mankiw,
akhirnya
2006).
jasa
suatu
keseluruhan.
negara
Dalam
akan
model
terjadi
konvergensi
dalam perekonomian menuju kondisi
pertumbuhan
steady-state
yang
teknologi
atau
Mankiw dalam Oktavia (2005)
juga
menyebutkan
bahwa
jika
bergantung hanya pada perkembangan
diasumsikan terjadi pertumbuhan tenaga
teknologi
kerja (akibat pertumbuhan penduduk),
dan
pertumbuhan
tenaga
kerja. Dalam hal ini, kondisi steady-
pada
state
equilibrium
output akan melambat karena adanya
panjang
diminishing return dan perekonomian
menunjukkan
perekonomian
jangka
(Mankiw, 2006).
jangka
pendek,
pertumbuhan
akan mengalami konvergensi ke arah
Asumsi utama yang digunakan
tingkat pertumbuhan steady-state yang
dalam model Solow adalah bahwa
konstan (yaitu tidak ada pertumbuhan
modal mengalami diminishing returns.
ekonomi per kapita). Jadi, model Solow
Jika persediaan tenaga kerja dianggap
memprediksi
tetap,
modal
penduduk akan memengaruhi standard
akan
of living suatu negara yang dicerminkan
selalu lebih sedikit dari penambahan
dalam PDB per kapita. Negara-negara
sebelumnya,
produk
dengan pertumbuhan penduduk yang
marjinal modal (marginal product of
tinggi akan memiliki tingkat GDP per
capital)
kapita yang rendah,dan sebaliknya.
terhadap
dampak
akumulasi
penambahan
mencerminkan
yang kian
diasumsikan
output
tidak
Jika
pertumbuhan
ada
Model Solow diawali dari fungsi
atau
produksi Y/L = F(K/L) dan dituliskan
maka
sebagai y = f(k), dimana y = Y/L dan k
modal
= K/L. Fungsi produksi ini digambarkan
mengindikasikan bahwa pada satu titik,
dengan kurva oranye pada gambar
penambahan jumlah modal (melalui
(Grafik 1). Persamaan fungsi produksi
perkembangan
bahwa
menurun.
bahwa
teknologi
pertumbuhan
tenaga
kerja,
diminishing
return
pada
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
71
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
ini menunjukkan bahwa jumlah output
variabel berikut, Investasi (tabungan)
per pekerja (Y/L) adalah fungsi dari
per pekerja.
jumlah modal per pekerja (K/L). Fungsi
Pertumbuhan
penduduk:
produksi mengasumsikan diminishing
pertumbuhan
returns
menurunkan tingkat modal per pekerja,
terhadap
modal
yang
penduduk
dicerminkan dari kemiringan dari fungsi
Depresiasi:
produksi tersebut. Kemiringan fungsi
menurun karena penggunaan modal.
produksi
produk
Dalam kondisi steady-state, Δk harus
marjinal modal (marginal product of
sama dengan nol, sehingga: sf (k*) = (n
capital)
yang
+ ∂)k *, dengan k* adalah k pada
banyaknya
output
tambahan
yang
kondisi steady-state dan y* = f(k*),
dihasilkan
seorang
pekerja
ketika
Konsumsi pada kondisi steady-state
mendapatkan satu unit modal tambahan
menjadi c* = f (k*) − (n + ∂)k * Secara
(Mankiw,
grafis,
menggambarkan
2006).
menggambarkan
Oktavia
(2005)
persediaan
akan
model
modal
pertumbuhan
akan
Solow
menyebutkan bawa model Solow dapat
(tanpa perkembangan teknologi) dapat
dituliskan secara matematis sebagai
digambarkan seperti pada Gambar 1.
berikut (ibid: 204) :
Jika sy > (n+d)k, atau jika tingkat
Δk = sf (k) − (n + ∂ + g)k
tabungan lebih besar daripada tingkat
dengan:
pertumbuhan
y
= f(k) = F(K/L)
tingkat depresiasi (jika garis hijau
n
= tingkat pertumbuhan penduduk
berada di atas garis hitam pada gambar),
δ
= depresiasi
maka modal per pekerja (k) akan naik.
k
= modal per pekerja = K/L
Kondisi ini dikenal sebagai capital
y
= output per pekerja = Y/L
deepening. Sementara capital widening
s
= tingkat tabungan
merujuk
g
= tingkat perkembangan teknologi
meningkat pada tingkatan yang hanya
penduduk
pada kondisi
saat
modal
yang mengoptimalkan tenaga
cukup
kerja.
pertumbuhan penduduk dan depresiasi.
Pada
model
mengimbangi
tanpa
Kurva-kurva pada gambar di atas
perubahan
berpotongan di titik A, yaitu titik
modal per pekerja ditentukan oleh tiga
steady-state. Padakondisi steady-state,
perkembangan
Solow
untuk
ditambah
teknologi,
output per pekerja adalah konstan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
72
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
Namun demikian, output total tumbuh
dengan
kecepatan
sama
pertumbuhan penduduk, yaitu n.
dengan
Gambar 1. Model Pertumbuhan Solow (tanpa perkembangan teknologi)
Sisi sebelah kiri titik A, misalnya
yang menggambarkan naiknya tingkat
titik k1, menunjukkan tabungan per
tabungan. Tabungan per pekerja pada
pekerja yanglebih besar dibandingkan
kondisi ini lebih besar dari pertumbuhan
dengan jumlah yang dibutuhkan untuk
penduduk
mempertahankan tingkat modal yang
sehingga akumulasi modal meningkat
mapan,
mendorong
yang menyebabkan pergeseran kondisi
peningkatan modal per pekerja. Ini
steady-state dari titik A ke B. Seperti
menunjukkan capital deepening dari y1
dapat dilihat pada gambar, output per
ke y0, mendorong peningkatan output
pekerja ikut bergeser dari y0 ke y1.
per pekerja. Di sebelah kanan titik A,
Pertumbuhan tabungan pada awalnya
dimana sy < (n+d)k, misalnya pada titik
menyebabkan
k2, modal per pekerja menurun karena
berkembang
investasi
mengatasi
akhirnya akan kembali ke kondisi
pertumbuhan penduduk dan depresiasi.
steady-state dengan pertumbuhan sama
Oleh karenanya, output per pekerja
dengan n (pertumbuhan penduduk).
turun dari y2 ke y0.
Pada titik ini, jumlah modal dan
Kurva
sehingga
tidak
biru
cukup
menggambarkan
fungsi tabungan kedua s1y (atau s1f(k))
ditambah
depresiasi,
perekonomian
dengan
cepat,
namun
produktivitas per pekerja lebih tinggi,
namun pertumbuhan ekonomi berada
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
73
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
pada
tingkat
yang
sama
dengan
tabungan.
pertumbuhan sebelum ada peningkatan
Gambar 2. Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan Pada
Tingkat Tabungan
Grafik 3.
Pada
dengan
garis capital widening baru (n1+d).
seperti
Kondisi steady-state baru, yaitu titik B,
atas,
memiliki tingkat modal per pekerja
pertumbuhan
yang lebih rendah dibanding kondisi
penduduk dari n ke n1 menghasilkan
steady-state awal di titik A. Model
pertumbuhan
digambarkan
kenaikan
model
Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan pada
Pertumbuhan Penduduk
Solow
penduduk
pada
tingkat
grafik
di
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
74
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
Solow
memprediksi
perekonomian
bahwa
melihat
pengaruh
dan
tingkat
bagaimana hubungan antar variabel, alat
lebih
analisis yang digunakan adalah dengan
tinggi akan memiliki tingkat modal per
pendekatan Analisis Regresi Berganda
pekerja
pertumbuhan
dengan
Untuk
penduduk
yang
karenanya
lebih
yang
rendah
dan
melalui metode Ordinary Least Square
yang
lebih
(OLS), dengan pertimbangan bahwa
pendapatan
rendah pula (Mankiw, 2006).
pendekatan
ini
sanggup
untuk
menjelaskan hubungan antar variabel
yaitu
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menganalisis dan
variabel
independen
(jumlah
penduduk, tabungan, dan investasi)
membahas pengaruh tabungan, investasi
terhadap
dan
pertumbuhan jumlah penduduk,
(pendapatan/GDP per kapita). Proses
sebagai faktor penentu pertumbuhan
pengolahan data menggunakan Program
dan
Eviews 4.0.
standard
of
living
yang
dicerminkan oleh pendapatan/PDB per
variabel
Aadapun
dependen
spesifikasi
kapita dalam jangka panjang, seperti
analisis
yang
Model
digunakan dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Solow-Swan, sementara
sebagai berikut :Y = α0 + α1 JP + α2
pengaruh perkembangan teknologi tidak
GDS + α3 GDCF + μ. Di mana :
dibahas.
Y
= Pendapatan perkapita
JP
= Persantase pertumbuhan
ditunjukkan
dalam
Untuk memahami permasalahan
penelitian, dalam pembahasannya akan
dicoba
untuk
variabel-variabel
pendekatan
melihat
hubungan
penelitian
kuantitatif.
Data
Berganda
yang
penduduk
GDS
dengan
yang
Regresi
model
= Gross Domestic Saving/
tabungan
GDCF = Gross Domestic Capital
dipergunakan sebagai bahan analisis
Formation/ invevestasi
berupa data sekunder dengan jenis data
α0
= Konstanta
time series yang bersumber dari Asian
α2- α3
= Koefesien regresi
Development Bank dalam bentuk data
Μ
= Variabel gangguan (error
tahunan dari tahun1990 s.d 2008.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
term)
75
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
Dilakukan untuk menguji apakah
PEMBAHASAN
Dari
model
yang
dipilih,
pencarian dari variabel pengganggu
selanjutnya akan dilakukan pengujian
adalah konstan sesuai asumsi klasik.
asumsi
Berdasarkan
klasik
meliputi
Uji
hasil
analisis
Eviews
Heteroskedastisitas dan Autokorelasi.
diperoleh hasil dengan Nilai Probabilita
Uji
obs*R-squered sebesar 0,114884 > 5%
Heteroskedastisitas
memakai
Uji
Autokorelasi
Watson.
memakai
Uji
menguji
White
ini
dengan
dan
Uji
Uji
Durbin
menunjukkan
tidak
adanya
gejala
heteroskedastisitas (lampiran 2).
digunakan
untuk
Digunakan untuk menguji apakah
model
regresi
terjadi korelasi di antara residual dalam
apakah
memenuhi asumsi-asumsi klasik yang
serangkaian
disyaratkan
korelasi berarti tidak memenuhi asumsi
dalam
pemberlakuan
observasi.
hasil
terjadi
metode Ordinary Least Squares (OLS).
klasik.
Beberapa jenis uji yang masing-masing
eviews diperoleh hasil dengan nilai
untuk memenuhi asumsi utama yaitu
probabilita
sebagai berikut :
0,333549 > 5% menunjukkan tidak
Bertujuan untuk menguji apakah
Berdasarkan
Jika
obs*R-squered
analisis
sebesar
adanya gejala Otokorelasi (lampiran 2).
dalam model regresi, nilai residiualnya
Berdasarkan
analisis
mempunyai distribusi normal atau tidak.
menggunakan
Salah satu cara untuk mendeteksinya
melakukan
adalah dengan membandingkan uji
diketahui bahwa model regresi yang di
Jarque-Bera
didisain atau dibangun tidak melanggar
(JB)
dengan
uji
eviews,
dengan
asumsi
setelah
klasik
dan
membandingkan X2 tabel. Jika nilai uji
asumsi
Jarque-Bara melebihi nilai kritis X2
adalah melakukan analisis statistik dan
tabel, maka hipotesis bahwa residual
analisisi ekonomi terhada hasil regresi
berdistiribusi
normal
tersebut (lampiran 3).
Berdasarkan
hasil
akan
ditolak.
analisis
Eviews
klasik
langkah
selanjutnya
Hasil regresi selanjutnya akan
diperoleh hasil Nilai Probabilita sebesar
diuji
0,647921 > 5% menunjukkan bahwa
signifikansi parsial, uji signifikansi
data
secara bersama-sama dan uji koefisien
tersebut
memenuhi
normalitas (lampiran 2).
asumsi
secara
statistik
meliputi
uji
determinasi (R2). Dilakukan dengan
cara
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
membandingkan
nilai
T-tabel
76
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
dengan
T-statistik
dengan
derajat
statistik)
=
136,1766
dan
derajat
keyakinan (  ). Jumlah penduduk
keyakinan ditetapkan sebesar  = 5% =
signifikan secara statistik pada derajat
0,05, sehingga p_value atau probabilitas
keyakinan  = 5% di mana T-Tabel >
(F-statistik)  = 5% = 0,05, yang artinya
T-Statistik
-1,055075);
bahwa
Saving signifikan secara statistik pada
secara
derajat keyakinan  = 5% di mana T-
menjelaskan
Tabel > T-Statistik (1,740 > 0,905394);
kapita nasional.
(1,740
>
Investasi tidak signifikan secara statistik
variabel-variabel independen
bersama-sama
mampu
pendapatan/PDB
Menunjukkan
per
seberapa
besar
pada derajat keyakinan  = 5% di mana
proporsi variasi variabel bebas mampu
T-Tabel
<
menjelaskan variasi variabel tak bebas.
yang
Hasil regresi menujukkan nilai R2 =
digunakan adalah :Ho : ß0 = 0, ß1 = 0, ß2
0,9714 artinya bahwa 97,14 % variasi
= 0, ß3 =0 . HA : ß0  0, ß1  0, ß2  0,
variabel
ß3  0
pendapatan/PDB per kapita mampu
>
5,498711);
Dari
T-Statistik
dan
(1,740
hipotesis
hasil
di
atas
dapat
tak
dijelaskan
oleh
bebas
variasi
yaitu
variabel
disimpulkan bahwa variabel jumlah
bebasnya, sisanya dipengaruhi sebesar
penduduk dan tabungan (GDS) secara
2,86 % oleh variasi variabel lain di luar
parsial berpengaruh secara signifikan
variabel tersebut.
terhadap pendapatan perkapita nasional,
Setelah dilakukan analisis statistik
artinya hipotesis nol (Ho) ditolak dan
dan ekonometrika, sesuai dengan tujuan
menerima
penelitian
hipotesa
alternatif
(Ha).
maka
dilakukan
analisis
Sementara itu untuk variabel investasi
secara ekonomi terhadap variabel bebas
(GDCF),
tidak
terutama jumlah penduduk, tabungan
berpengaruh secara signifikan terhadap
(GDS), dan investasi (GDCF) terhadap
pendapatan perkapita nasional, artinya
pertumbuhan
hipotesis nol (Ho) diterima dan menolak
kapita.
secara
parsial
Koefisien
hipotesa alternatif (Ha).
Dilakukan
dengan
cara
penduduk
membandingkan
F-statistik
dengan
signifikan
derajat
keyakinan
().
pendapatan/PDB
Dari
hasil
perhitungan besarnya probabilitas (F-
perkapita.
negatif
variabel
Secara
jumlah
(-1578,236)
terhadap
per
dan
pendapatan
statistik
jumlah
penduduk mengalami peningkatan 1 %
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
77
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
maka akan diikuti dengan penurunan
Swan, bahwa terdapat hubungan positiv
pendapatan/GDP per kapita nasional
antara tingkat pendapatan/PDB per
sebesar Rp 157.823,6. Artinya bahwa
kapita dengan tingkat tabungan (GDS).
penambahan jumlah penduduk secara
Koefesien
variabel
tingkat
nasional dapat menurunkan pendapatan
investasi (GDCF) positif (0.013632)
per kapita nasional. Hal ini disebabkan
dan signifikan terhadap pendapatan per
karena semakin bertambahnya jumlah
kapita (lampiran 3). Secara statistik
penduduk akan menyebabkan semakin
tingkat investasi (GDCF) mengalami
banyak “kue” dari pendapatan/PDB
peningkatan 1 % maka akan diikuti
yang harus dibagi sebagai konsekuensi
dengan kenaikan pendapatan per kapita
logis
bertambahnya
sebesar 1,36 %. Hal ini disebabkan
jumlah penduduk. Hal relevan dengan
karena semakin bertambahnya tingkat
hipotesis dalam Model Pertumbuhan
investasi akan mempengaruhi besaran
Solow-Swan,
output
dari
semakin
penduduk
bahwa
pertumbuhan
memiliki
kebalikan/negatif
pada
akhirnya
hubungan
mempengaruhi pendapatan per kapita.
tingkat
Sama halnya dengan tingkat tabungan
dengan
pendapatan per kapita.
Koefesien
yang
(GDS), meskipun dalam persentase
variabel
tingkat
yang kecil, hal ini tentu saja relevan
tabungan (GDS) positif (0.004428) dan
dengan
hipotesis
dalam
model
signifikan terhadap pendapatan per
pertumbuhan
Solow-Swan,
bahwa
kapita. Secara statistik tingkat tabungan
terdapat hubungan positif antara tingkat
(GDS) mengalami peningkatan 1 %
pendapatan/PDB
maka akan diikuti dengan kenaikan
tingkat investasi (GDCF).
perkapita
dengan
pendapatan per kapita sebesar 0,44 %.
Hal ini disebabkan karena semakin
PENUTUP
bertambahnya tingkat tabungan akan
Berdasarkan hasil estimasi dan
mempengaruhi besaran output yang
analisis yang telah dilakukan maka
pada
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
akhirnya
mempengaruhi
pendapatan/PDB per kapita. Meskipun
berikut
dalam persentase yang kecil, hal ini
digambarkan dalam model pertumbuhan
tentu saja relevan dengan hipotesis
Solow-Swan, standard of living yang
dalam
dicerminkan oleh pendapatan per kapita
model
pertumbuhan
Solow-
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
Secara
teoretis,
seperti
78
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
suatu negara akan dipengaruhi oleh
pendapatan/GDP per kapita penduduk
pertumbuhan
Indonesia selama periode 1990 – 2008.
penduduk,
tingkat
tabungan dan investasi. Mengacu pada
Dari
kesimpulan
yang
telah
model Solow-Swan, jika suatu negara
diperoleh maka dapat dikemukakan
menyisihkan
besar
beberapa saran sebagai berikut .Untuk
dan
meningkatkan pendapatan per kapita
itu
akan
yang merupakan gambaran standard of
modal
pada
living masyarakat, pemerintah perlu
tingkat
mengembangkan kebijakan ekonomi
sebagian
pendapatannya
ke
investasi,
maka
memiliki
persediaan
kondisi
tabungan
negara
steady-state
dan
pendapatan yang tinggi, dan sebaliknya.
dan
Sebaliknya,
kebijakan
model
Solow-Swan
rencana
pembangunan
dan
dengan
infrastruktur
untuk
memprediksi bahwa negara dengan
memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.
pertumbuhan populasi yang tinggi akan
Hal
memiliki tingkat PDB per kapita yang
meningkatnya
pendapatan/PDB
rendah.
kapita
menjadi
Hasil regresi menunjukkan bahwa
ini
karena
akan
perencana
kecenderungan
dasar
ekonomi
per
para
untuk
selama periode 1990 – 2008 terdapat
melaksanakan
korelasi negatif antara pendapatan per
struktural
kapita dengan pertumbuhan penduduk,
inflasi yang tinggi karena peningkatan
atau
daya beli anggota perorangan dari
dapat
dikatakan
penduduk
menyebabkan
terhadap
pendapatan
pertumbuhan
penurunan
per
kapita
berbagai
untuk
penyesuaian
mencegah
tingkat
populasi.
Terkait
dengan
penduduk Indonesia. Sementara itu,
kontribusi
variabel tingkat tabungan (GDS) dan
investasi terhadap pendapatan/PDB per
investasi (GDCF), meskipun dalam
kapita, pemerintah perlu mengeluarkan
persentase
kebijakan investasi, dengan membuka
yang
kecil
memberikan
pengaruh positif terhadap pendapatan
peluang
per
penanaman
kapita
disimpulkan
model
penduduk.
bahwa
Dapat
sesuai
Solow-Swan,
dengan
pertumbuhan
tingkat
rendahnya
tabungan
sebesar-besarnya
modal
asing
dan
baik
(PMA)
maupun penanaman modal dalam negeri
(PMDN).
jumlah penduduk, tingkat tabungan, dan
investasi
berpengaruh
terhadap
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
79
Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi)
Penerbit Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Asian Development
Indonesian
Key
www.adb.org
Bank, 2008.
Indicators.
FEUI, 2009. Indonesia Economic
Outlook 2010. Jakarta : Penerbit
PT
Gramedia
Widiasarana
Indonesia
Madsen, Cathie. 2006. Pentingnya PDB
Per
Kapita.
www.Nationmaster.com. (diakses
pada tanggal 25 Nopember 2010)
Oktavia, Putu. (2005). Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan
Perkapita.
Jurnal
Ekonomi,
http://www.96147.com// (diakses
pada tanggal 16 Nopember 2010)
Poesoro, Awan Wibowo L. (2005).
Membangkitkan Investasi di
Indonesia.
www.theindonesianinstitute.com.
Tarigan, Robinson MRP. (2005).
Ekonomi Regional (Teori dan
Aplikasi). Jakarta : Penerbit PT
Bumi Aksara
Mankiw, N. Gregory (2006). Teori
Makroekonomi Edisi Keenam.
Terjemahan. Jakarta:
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012
80
Download