ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, TABUNGAN, DAN INVESTASI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PER KAPITA INDONESIA Oleh : Rudi Masniadi Fakultas Ekonomi Universitas Cordova Nusa Tenggara Barat E-mail/No. HP: [email protected]/Abstract This research intent to know factor picture that regard to increase income / PDB per capita at Indonesia. In theoretical study, factor that regard perkapita's income for example population, savings and investment, as one is described in Model growth Theory Solow Swan. analisis's tool that is utilized is with Analisis's approaching bifilar Regression via methodics Ordinary Least Square (OLS). Of theory study and research result can be concluded that up to period 1990 2008 available negative correlation among propertied per capita with islandic growth, or gets to be said by resident growth cause decrease to income per capita Indonesia resident. In the meantime, savingses level variable (GDS) and investment (GDCF), even in little percentage give positiv's influence to income per capita resident. Keywords: Income / PDB Per Capita Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan/PDB per kapita di Indonesia. Dalam kajian teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita antara lain jumlah penduduk, tabungan dan investasi, seperti yang diuraikan dalam Teori Pertumbuhan Model Solow-Swan. Alat analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan Analisis Regresi Berganda melalui metode Ordinary Least Square (OLS). Dari kajian teori dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama periode 1990-2008 terdapat korelasi negatif antara pendapatan per kapita dengan pertumbuhan penduduk, atau dapat dikatakan pertumbuhan penduduk menyebabkan penurunan terhadap pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Sementara itu, variabel tingkat tabungan (GDS) dan investasi (GDCF), meskipun dalam persentase yang kecil memberikan pengaruh positiv terhadap pendapatan per kapita penduduk. Kata kunci : Pendapatan/PDB Per kapita PENDAHULUAN Kinerja perekonomian suatu ekonomi di masyarakat. Perkembangan negara umumnya diukur oleh beberapa indikator-indikator ini tidak saja dapat indikator berpengaruh pada tingkat ekonomi mencerminkan tingkat yang bisa kegiatan stabilitas ekonomi, tetapi juga pada tingkat Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) kesejahteraan keseluruhan. masyarakat Salah satu secara indikator melambatnya pertumbuhan ekonomi global (FE UI, 2009). ekonomi terpenting adalah pertumbuhan Data-data di atas ekonomi, yang untuk pencapaiannya catatan tidak saja dipengaruhi oleh tersedianya Indonesia yang cukup membanggakan. pembiayaan yang memadai, tetapi juga Namun demikian, permasalahan yang oleh masalah distribusi sumber daya tidak boleh dilupakan adalah apakah yang ada. laju Dilihat ekonomi, dari pertumbuhan secara keseluruhan perekonomian Indonesia prestasi merupakan makroekonomi pertumbuhan output membanggakan ini yang memiliki kemampuan untuk bergerak lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan menggambarkan kinerja yang cukup penduduk. Dalam hal ini, indikator menggembirakan selama periode tahun pendapatan/PDB 2000-2008, memberikan gambaran pendapatan dan dengan pertumbuhan pencapaian ekonomi kapita relatif standar hidup rata-rata anggota individu membaik. Bahkan sejak tahun 2004, penduduk. PDB per kapita adalah ekonomi saham anggota individu dari populasi Indonesia pertumbuhan memperlihatkan ekonomi berarti yaitu sekitar yang per yang cukup terhadap PDB tahunan. Secara 5,05 % persen, matematis dihitung dengan membagi pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi PDB riil atau nominal dengan jumlah Indonesia mencatat tingkatan yang lebih penduduk per tahun. tinggi lagi yaitu sekita 5,69 %. Dua Pendapatan perkapita juga tahun berikutnya, pada tahun 2006 dan merupakan ukuran yang digunakan 2007, pertumbuhan ekonomi berturut- untuk menggambarkan standar hidup turut mencapai 5,51 % dan 6,28 %. (standard of living). Negara yang Kemudian pada tahun 2008 ekonomi memiliki pendapatan perkapita yang Indonesia tumbuh sekitar 6,1 %, tinggi umumnya memiliki standar hidup meskipun berada dalam berbagai (standard of living) yang juga tinggi. tekanan dari sisi eksternal seperti Perbedaan pendapatan mencerminkan tingginya harga minyak bumi dan harga perbedaan kualitas hidup, negara kaya beberapa (dicerminkan komoditi lainnya, serta oleh pendapatan per kapita yang tinggi) memiliki kualitas Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 69 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) hidup yang lebih baik (dicerminkan menandakan oleh, antara lain, angka harapan hidup, nasional (Madsen, 2006) tingkat kesehatan, pendidikan) dan tingkat dibandingkan dengan negara miskin (Mankiw, 2006). pertumbuhan Teori ekonomi pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W Berdasarkan uraian di atas, maka Swan (1956) dari Australia. Model yang menjadi fokus kajian dalam Solow-Swan menggunakan penelitian ini adalah apa saja faktor- pertumbuhan penduduk, faktor tingkat modal/capital, kemajuan teknologi, dan pendapatan perkapita dan sejauhmana besarnya output yang saling berinteraksi faktor-faktor tersebut mempengaruhi (Tarigan, 2005). yang mempengaruhi pendapatan perkapita. Sebagai dibahas akumulasi Menurut Mankiw dalam Oktavia bahasan tentang unsur awal, kosep akan pendapatan (2005), faktor utama yang mempengaruhi perbedaan standard of perkapita dan selanjutnya akan dibahas living faktor-faktor besar pendapatan per kapita) antara yang pendapatan per pendekatan Model mempengaruhi kapita melalui Pertumbuhan Solow-Swan. (ditunjukkan oleh perbedaan negara kaya dan negara miskin adalah tingkat produktivitas. Produktivitas mengacu pada jumlah barang dan jasa PDB per kapita adalah saham yang dapat dihasilkan oleh seorang anggota individu dari populasi terhadap pekerja dalam setiap jam. Dengan PDB matematis demikian, suatu negara dapat menikmati dihitung dengan membagi PDB riil atau standard of living yang tinggi jika nominal penduduk negara tersebut dapat memproduksi pertahun. Pendapatan perkapita sering barang dan jasa dalam jumlah yang digunakan besar. tahunan. dengan Secara jumlah sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah pendapatan negara semakin perkapitanya, besar semakin Model dirancang bagaimana pertumbuhan untuk pertumbuhan Solow menunjukkan persediaan makmur negara tersebut. Peningkatan modal, pertumbuhan angkatan kerja, pendapatan/PDB dan kemajuan teknologi berinteraksi per kapita dalam perekonomian, serta bagaimana Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 70 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) pengaruhnya terhadap output barang tabungan dan investasi) hanya cukup dan secara untuk menutupi jumlah modal yang ini, susut karena depresiasi. Pada titik ini pertumbuhan ekonomi jangka panjang perekonomian akan berhenti tumbuh, ditentukan secara exogen, atau dengan karena diasumsikan bahwa tidak ada kata lain ditentukan di luar model. perkembangan Model ini memprediksi bahwa pada pertumbuhan tenaga kerja (Mankiw, akhirnya 2006). jasa suatu keseluruhan. negara Dalam akan model terjadi konvergensi dalam perekonomian menuju kondisi pertumbuhan steady-state yang teknologi atau Mankiw dalam Oktavia (2005) juga menyebutkan bahwa jika bergantung hanya pada perkembangan diasumsikan terjadi pertumbuhan tenaga teknologi kerja (akibat pertumbuhan penduduk), dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam hal ini, kondisi steady- pada state equilibrium output akan melambat karena adanya panjang diminishing return dan perekonomian menunjukkan perekonomian jangka (Mankiw, 2006). jangka pendek, pertumbuhan akan mengalami konvergensi ke arah Asumsi utama yang digunakan tingkat pertumbuhan steady-state yang dalam model Solow adalah bahwa konstan (yaitu tidak ada pertumbuhan modal mengalami diminishing returns. ekonomi per kapita). Jadi, model Solow Jika persediaan tenaga kerja dianggap memprediksi tetap, modal penduduk akan memengaruhi standard akan of living suatu negara yang dicerminkan selalu lebih sedikit dari penambahan dalam PDB per kapita. Negara-negara sebelumnya, produk dengan pertumbuhan penduduk yang marjinal modal (marginal product of tinggi akan memiliki tingkat GDP per capital) kapita yang rendah,dan sebaliknya. terhadap dampak akumulasi penambahan mencerminkan yang kian diasumsikan output tidak Jika pertumbuhan ada Model Solow diawali dari fungsi atau produksi Y/L = F(K/L) dan dituliskan maka sebagai y = f(k), dimana y = Y/L dan k modal = K/L. Fungsi produksi ini digambarkan mengindikasikan bahwa pada satu titik, dengan kurva oranye pada gambar penambahan jumlah modal (melalui (Grafik 1). Persamaan fungsi produksi perkembangan bahwa menurun. bahwa teknologi pertumbuhan tenaga kerja, diminishing return pada Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 71 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) ini menunjukkan bahwa jumlah output variabel berikut, Investasi (tabungan) per pekerja (Y/L) adalah fungsi dari per pekerja. jumlah modal per pekerja (K/L). Fungsi Pertumbuhan penduduk: produksi mengasumsikan diminishing pertumbuhan returns menurunkan tingkat modal per pekerja, terhadap modal yang penduduk dicerminkan dari kemiringan dari fungsi Depresiasi: produksi tersebut. Kemiringan fungsi menurun karena penggunaan modal. produksi produk Dalam kondisi steady-state, Δk harus marjinal modal (marginal product of sama dengan nol, sehingga: sf (k*) = (n capital) yang + ∂)k *, dengan k* adalah k pada banyaknya output tambahan yang kondisi steady-state dan y* = f(k*), dihasilkan seorang pekerja ketika Konsumsi pada kondisi steady-state mendapatkan satu unit modal tambahan menjadi c* = f (k*) − (n + ∂)k * Secara (Mankiw, grafis, menggambarkan 2006). menggambarkan Oktavia (2005) persediaan akan model modal pertumbuhan akan Solow menyebutkan bawa model Solow dapat (tanpa perkembangan teknologi) dapat dituliskan secara matematis sebagai digambarkan seperti pada Gambar 1. berikut (ibid: 204) : Jika sy > (n+d)k, atau jika tingkat Δk = sf (k) − (n + ∂ + g)k tabungan lebih besar daripada tingkat dengan: pertumbuhan y = f(k) = F(K/L) tingkat depresiasi (jika garis hijau n = tingkat pertumbuhan penduduk berada di atas garis hitam pada gambar), δ = depresiasi maka modal per pekerja (k) akan naik. k = modal per pekerja = K/L Kondisi ini dikenal sebagai capital y = output per pekerja = Y/L deepening. Sementara capital widening s = tingkat tabungan merujuk g = tingkat perkembangan teknologi meningkat pada tingkatan yang hanya penduduk pada kondisi saat modal yang mengoptimalkan tenaga cukup kerja. pertumbuhan penduduk dan depresiasi. Pada model mengimbangi tanpa Kurva-kurva pada gambar di atas perubahan berpotongan di titik A, yaitu titik modal per pekerja ditentukan oleh tiga steady-state. Padakondisi steady-state, perkembangan Solow untuk ditambah teknologi, output per pekerja adalah konstan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 72 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) Namun demikian, output total tumbuh dengan kecepatan sama pertumbuhan penduduk, yaitu n. dengan Gambar 1. Model Pertumbuhan Solow (tanpa perkembangan teknologi) Sisi sebelah kiri titik A, misalnya yang menggambarkan naiknya tingkat titik k1, menunjukkan tabungan per tabungan. Tabungan per pekerja pada pekerja yanglebih besar dibandingkan kondisi ini lebih besar dari pertumbuhan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk penduduk mempertahankan tingkat modal yang sehingga akumulasi modal meningkat mapan, mendorong yang menyebabkan pergeseran kondisi peningkatan modal per pekerja. Ini steady-state dari titik A ke B. Seperti menunjukkan capital deepening dari y1 dapat dilihat pada gambar, output per ke y0, mendorong peningkatan output pekerja ikut bergeser dari y0 ke y1. per pekerja. Di sebelah kanan titik A, Pertumbuhan tabungan pada awalnya dimana sy < (n+d)k, misalnya pada titik menyebabkan k2, modal per pekerja menurun karena berkembang investasi mengatasi akhirnya akan kembali ke kondisi pertumbuhan penduduk dan depresiasi. steady-state dengan pertumbuhan sama Oleh karenanya, output per pekerja dengan n (pertumbuhan penduduk). turun dari y2 ke y0. Pada titik ini, jumlah modal dan Kurva sehingga tidak biru cukup menggambarkan fungsi tabungan kedua s1y (atau s1f(k)) ditambah depresiasi, perekonomian dengan cepat, namun produktivitas per pekerja lebih tinggi, namun pertumbuhan ekonomi berada Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 73 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) pada tingkat yang sama dengan tabungan. pertumbuhan sebelum ada peningkatan Gambar 2. Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan Pada Tingkat Tabungan Grafik 3. Pada dengan garis capital widening baru (n1+d). seperti Kondisi steady-state baru, yaitu titik B, atas, memiliki tingkat modal per pekerja pertumbuhan yang lebih rendah dibanding kondisi penduduk dari n ke n1 menghasilkan steady-state awal di titik A. Model pertumbuhan digambarkan kenaikan model Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan pada Pertumbuhan Penduduk Solow penduduk pada tingkat grafik di Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 74 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) Solow memprediksi perekonomian bahwa melihat pengaruh dan tingkat bagaimana hubungan antar variabel, alat lebih analisis yang digunakan adalah dengan tinggi akan memiliki tingkat modal per pendekatan Analisis Regresi Berganda pekerja pertumbuhan dengan Untuk penduduk yang karenanya lebih yang rendah dan melalui metode Ordinary Least Square yang lebih (OLS), dengan pertimbangan bahwa pendapatan rendah pula (Mankiw, 2006). pendekatan ini sanggup untuk menjelaskan hubungan antar variabel yaitu METODE PENELITIAN Penelitian ini menganalisis dan variabel independen (jumlah penduduk, tabungan, dan investasi) membahas pengaruh tabungan, investasi terhadap dan pertumbuhan jumlah penduduk, (pendapatan/GDP per kapita). Proses sebagai faktor penentu pertumbuhan pengolahan data menggunakan Program dan Eviews 4.0. standard of living yang dicerminkan oleh pendapatan/PDB per variabel Aadapun dependen spesifikasi kapita dalam jangka panjang, seperti analisis yang Model digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Solow-Swan, sementara sebagai berikut :Y = α0 + α1 JP + α2 pengaruh perkembangan teknologi tidak GDS + α3 GDCF + μ. Di mana : dibahas. Y = Pendapatan perkapita JP = Persantase pertumbuhan ditunjukkan dalam Untuk memahami permasalahan penelitian, dalam pembahasannya akan dicoba untuk variabel-variabel pendekatan melihat hubungan penelitian kuantitatif. Data Berganda yang penduduk GDS dengan yang Regresi model = Gross Domestic Saving/ tabungan GDCF = Gross Domestic Capital dipergunakan sebagai bahan analisis Formation/ invevestasi berupa data sekunder dengan jenis data α0 = Konstanta time series yang bersumber dari Asian α2- α3 = Koefesien regresi Development Bank dalam bentuk data Μ = Variabel gangguan (error tahunan dari tahun1990 s.d 2008. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 term) 75 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) Dilakukan untuk menguji apakah PEMBAHASAN Dari model yang dipilih, pencarian dari variabel pengganggu selanjutnya akan dilakukan pengujian adalah konstan sesuai asumsi klasik. asumsi Berdasarkan klasik meliputi Uji hasil analisis Eviews Heteroskedastisitas dan Autokorelasi. diperoleh hasil dengan Nilai Probabilita Uji obs*R-squered sebesar 0,114884 > 5% Heteroskedastisitas memakai Uji Autokorelasi Watson. memakai Uji menguji White ini dengan dan Uji Uji Durbin menunjukkan tidak adanya gejala heteroskedastisitas (lampiran 2). digunakan untuk Digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi korelasi di antara residual dalam apakah memenuhi asumsi-asumsi klasik yang serangkaian disyaratkan korelasi berarti tidak memenuhi asumsi dalam pemberlakuan observasi. hasil terjadi metode Ordinary Least Squares (OLS). klasik. Beberapa jenis uji yang masing-masing eviews diperoleh hasil dengan nilai untuk memenuhi asumsi utama yaitu probabilita sebagai berikut : 0,333549 > 5% menunjukkan tidak Bertujuan untuk menguji apakah Berdasarkan Jika obs*R-squered analisis sebesar adanya gejala Otokorelasi (lampiran 2). dalam model regresi, nilai residiualnya Berdasarkan analisis mempunyai distribusi normal atau tidak. menggunakan Salah satu cara untuk mendeteksinya melakukan adalah dengan membandingkan uji diketahui bahwa model regresi yang di Jarque-Bera didisain atau dibangun tidak melanggar (JB) dengan uji eviews, dengan asumsi setelah klasik dan membandingkan X2 tabel. Jika nilai uji asumsi Jarque-Bara melebihi nilai kritis X2 adalah melakukan analisis statistik dan tabel, maka hipotesis bahwa residual analisisi ekonomi terhada hasil regresi berdistiribusi normal tersebut (lampiran 3). Berdasarkan hasil akan ditolak. analisis Eviews klasik langkah selanjutnya Hasil regresi selanjutnya akan diperoleh hasil Nilai Probabilita sebesar diuji 0,647921 > 5% menunjukkan bahwa signifikansi parsial, uji signifikansi data secara bersama-sama dan uji koefisien tersebut memenuhi normalitas (lampiran 2). asumsi secara statistik meliputi uji determinasi (R2). Dilakukan dengan cara Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 membandingkan nilai T-tabel 76 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) dengan T-statistik dengan derajat statistik) = 136,1766 dan derajat keyakinan ( ). Jumlah penduduk keyakinan ditetapkan sebesar = 5% = signifikan secara statistik pada derajat 0,05, sehingga p_value atau probabilitas keyakinan = 5% di mana T-Tabel > (F-statistik) = 5% = 0,05, yang artinya T-Statistik -1,055075); bahwa Saving signifikan secara statistik pada secara derajat keyakinan = 5% di mana T- menjelaskan Tabel > T-Statistik (1,740 > 0,905394); kapita nasional. (1,740 > Investasi tidak signifikan secara statistik variabel-variabel independen bersama-sama mampu pendapatan/PDB Menunjukkan per seberapa besar pada derajat keyakinan = 5% di mana proporsi variasi variabel bebas mampu T-Tabel < menjelaskan variasi variabel tak bebas. yang Hasil regresi menujukkan nilai R2 = digunakan adalah :Ho : ß0 = 0, ß1 = 0, ß2 0,9714 artinya bahwa 97,14 % variasi = 0, ß3 =0 . HA : ß0 0, ß1 0, ß2 0, variabel ß3 0 pendapatan/PDB per kapita mampu > 5,498711); Dari T-Statistik dan (1,740 hipotesis hasil di atas dapat tak dijelaskan oleh bebas variasi yaitu variabel disimpulkan bahwa variabel jumlah bebasnya, sisanya dipengaruhi sebesar penduduk dan tabungan (GDS) secara 2,86 % oleh variasi variabel lain di luar parsial berpengaruh secara signifikan variabel tersebut. terhadap pendapatan perkapita nasional, Setelah dilakukan analisis statistik artinya hipotesis nol (Ho) ditolak dan dan ekonometrika, sesuai dengan tujuan menerima penelitian hipotesa alternatif (Ha). maka dilakukan analisis Sementara itu untuk variabel investasi secara ekonomi terhadap variabel bebas (GDCF), tidak terutama jumlah penduduk, tabungan berpengaruh secara signifikan terhadap (GDS), dan investasi (GDCF) terhadap pendapatan perkapita nasional, artinya pertumbuhan hipotesis nol (Ho) diterima dan menolak kapita. secara parsial Koefisien hipotesa alternatif (Ha). Dilakukan dengan cara penduduk membandingkan F-statistik dengan signifikan derajat keyakinan (). pendapatan/PDB Dari hasil perhitungan besarnya probabilitas (F- perkapita. negatif variabel Secara jumlah (-1578,236) terhadap per dan pendapatan statistik jumlah penduduk mengalami peningkatan 1 % Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 77 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) maka akan diikuti dengan penurunan Swan, bahwa terdapat hubungan positiv pendapatan/GDP per kapita nasional antara tingkat pendapatan/PDB per sebesar Rp 157.823,6. Artinya bahwa kapita dengan tingkat tabungan (GDS). penambahan jumlah penduduk secara Koefesien variabel tingkat nasional dapat menurunkan pendapatan investasi (GDCF) positif (0.013632) per kapita nasional. Hal ini disebabkan dan signifikan terhadap pendapatan per karena semakin bertambahnya jumlah kapita (lampiran 3). Secara statistik penduduk akan menyebabkan semakin tingkat investasi (GDCF) mengalami banyak “kue” dari pendapatan/PDB peningkatan 1 % maka akan diikuti yang harus dibagi sebagai konsekuensi dengan kenaikan pendapatan per kapita logis bertambahnya sebesar 1,36 %. Hal ini disebabkan jumlah penduduk. Hal relevan dengan karena semakin bertambahnya tingkat hipotesis dalam Model Pertumbuhan investasi akan mempengaruhi besaran Solow-Swan, output dari semakin penduduk bahwa pertumbuhan memiliki kebalikan/negatif pada akhirnya hubungan mempengaruhi pendapatan per kapita. tingkat Sama halnya dengan tingkat tabungan dengan pendapatan per kapita. Koefesien yang (GDS), meskipun dalam persentase variabel tingkat yang kecil, hal ini tentu saja relevan tabungan (GDS) positif (0.004428) dan dengan hipotesis dalam model signifikan terhadap pendapatan per pertumbuhan Solow-Swan, bahwa kapita. Secara statistik tingkat tabungan terdapat hubungan positif antara tingkat (GDS) mengalami peningkatan 1 % pendapatan/PDB maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat investasi (GDCF). perkapita dengan pendapatan per kapita sebesar 0,44 %. Hal ini disebabkan karena semakin PENUTUP bertambahnya tingkat tabungan akan Berdasarkan hasil estimasi dan mempengaruhi besaran output yang analisis yang telah dilakukan maka pada dapat disimpulkan beberapa hal sebagai akhirnya mempengaruhi pendapatan/PDB per kapita. Meskipun berikut dalam persentase yang kecil, hal ini digambarkan dalam model pertumbuhan tentu saja relevan dengan hipotesis Solow-Swan, standard of living yang dalam dicerminkan oleh pendapatan per kapita model pertumbuhan Solow- Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 Secara teoretis, seperti 78 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) suatu negara akan dipengaruhi oleh pendapatan/GDP per kapita penduduk pertumbuhan Indonesia selama periode 1990 – 2008. penduduk, tingkat tabungan dan investasi. Mengacu pada Dari kesimpulan yang telah model Solow-Swan, jika suatu negara diperoleh maka dapat dikemukakan menyisihkan besar beberapa saran sebagai berikut .Untuk dan meningkatkan pendapatan per kapita itu akan yang merupakan gambaran standard of modal pada living masyarakat, pemerintah perlu tingkat mengembangkan kebijakan ekonomi sebagian pendapatannya ke investasi, maka memiliki persediaan kondisi tabungan negara steady-state dan pendapatan yang tinggi, dan sebaliknya. dan Sebaliknya, kebijakan model Solow-Swan rencana pembangunan dan dengan infrastruktur untuk memprediksi bahwa negara dengan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan populasi yang tinggi akan Hal memiliki tingkat PDB per kapita yang meningkatnya pendapatan/PDB rendah. kapita menjadi Hasil regresi menunjukkan bahwa ini karena akan perencana kecenderungan dasar ekonomi per para untuk selama periode 1990 – 2008 terdapat melaksanakan korelasi negatif antara pendapatan per struktural kapita dengan pertumbuhan penduduk, inflasi yang tinggi karena peningkatan atau daya beli anggota perorangan dari dapat dikatakan penduduk menyebabkan terhadap pendapatan pertumbuhan penurunan per kapita berbagai untuk penyesuaian mencegah tingkat populasi. Terkait dengan penduduk Indonesia. Sementara itu, kontribusi variabel tingkat tabungan (GDS) dan investasi terhadap pendapatan/PDB per investasi (GDCF), meskipun dalam kapita, pemerintah perlu mengeluarkan persentase kebijakan investasi, dengan membuka yang kecil memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan peluang per penanaman kapita disimpulkan model penduduk. bahwa Dapat sesuai Solow-Swan, dengan pertumbuhan tingkat rendahnya tabungan sebesar-besarnya modal asing dan baik (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). jumlah penduduk, tingkat tabungan, dan investasi berpengaruh terhadap Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 79 Analisis Pengaruh Jumlah … ( Rudi Masniadi) Penerbit Erlangga DAFTAR PUSTAKA Asian Development Indonesian Key www.adb.org Bank, 2008. Indicators. FEUI, 2009. Indonesia Economic Outlook 2010. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia Madsen, Cathie. 2006. Pentingnya PDB Per Kapita. www.Nationmaster.com. (diakses pada tanggal 25 Nopember 2010) Oktavia, Putu. (2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Perkapita. Jurnal Ekonomi, http://www.96147.com// (diakses pada tanggal 16 Nopember 2010) Poesoro, Awan Wibowo L. (2005). Membangkitkan Investasi di Indonesia. www.theindonesianinstitute.com. Tarigan, Robinson MRP. (2005). Ekonomi Regional (Teori dan Aplikasi). Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara Mankiw, N. Gregory (2006). Teori Makroekonomi Edisi Keenam. Terjemahan. Jakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10 No. 1 Juni 2012 80