Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 GAMBARAN KADAR SGOT HATI PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI PUSKESMAS KAWALU TASIKMALAYA Meti Kusmiati, Danil Muharom Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Pemakaian obat anti tuberkulosis tidak jarang ditemukan efek samping secara pengobatan. Bila efek samping ini ditemukan kemungkinan obat anti tuberculosis yang diberikan dalam dosis besar, sebagian besar obat anti tuberkulosis yang banyak dipakai adalah hepatotoksik. Kelainan ini ditimbulkan mulai dari peningkatan enzim transaminase darah (SGOT/SGPT) yang ringan sampai yang berat. Gangguan fungsi hati karena obat anti tuberkulosis, terjadi karena pemakaian isoniazid dan rifampisin setelah pemberian obat selama 2 bulan. Penggunaan rifampisin, isoniazid dan pirazinamid dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim-enzim transaminase (SGOT/SGPT) akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran SGOT pada penderita TB Paru yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Kawalu Tasikmalaya. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode yang bersifat deskriptif, dimana sampel diambil dari 20 orang penderita TB Paru yang sedang menjalani pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil 85% sampel yang menunjukan kadar SGPT normal dan 15% sampel yang menunjukan kadar SGOT di atas nilai normal. Dengan 8 (40%) sampel perempuan dan 12 (60%) sampel laki-laki. Dari 8 (40%) sampel perempuan terdapat 2 (10%) sampel pasien menunjukan kadar SGOT diatas nilai normal dan dari 12 (60%) sampel pasien laki-laki terdapat 1 (5%) sampel pasien yang menunjukan diatas nilai normal. Kata kunci : Obat anti tuberculosis, enzim transaminase, SGOT PENDAHULUAN fatal bilamana pemberian obat masih Pemberantasan TB Paru dilakukan melalui diteruskan (Noer, S, 1996). pengobatan secara intensif yaitu paling Pemakaian sedikit menggunakan kombinasi dua obat berbagai macam efek samping dengan dan pengobatan harus berlangsung selama pengobatan selama 6 bulan dengan dosis 2 6 bulan atau lebih. Obat yang sering bulan pertama menggunakan FDC yaitu menyebabkan kelainan hati adalah INH 75 dan rifampisin. Kerusakan pada hati yang rifampisin, 400 mg pirazinamid, 275 mg disebabkan oleh INH terjadi karena hasil etambutol. metabolik yang toksik. Oleh karena itu, dengan lanjutan 4 bulan menggunakan akan bertambah bila diberikan bersama FDC yaitu 150 mg isoniazid (INH), 150 dengan rifampisin. Gambaran klinis yang mg rifampisin. Salah satunya adalah terjadi berupa hepatitis, kadar serum gangguan fungsi hati dari yang ringan transaminase sampai yang berat berupa nekrosis dari meningkat. Gambaran mg OAT dapat isoniazid Tahap hati. menimbulkan (INH), kedua OAT 150 mg pengobatan hepatitis bisa ringan atau berat sampai jaringan yang sering terjadi nekrosis hati pasif yang berakibat hepatotoksik adalah isoniazid, rifampisin, 174 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 dan prazinamid. yang sampai jumlah darah yang dikehendaki ditimbulkan terjadi peningkatan kadar didapat. Kemudian tourniquet dibuka, transaminase simpan kapas di atas bagian yang ditusuk (Soeparman Kelainan darah dan (SGOT/SGPT) Waspadji, 2004 ; dengan perlahan-lahan jarum ditarik dari Zulkarnaen, 1996). vena pasien (Gandasoebrata, R, 2001). METODE PENELITIAN Pembuatan Serum Alat Darah yang telah didapatkan didiamkan Peralatan yang digunakan berupa selama 15-30 menit selama 20 kemudian menit di Biosystem BTS-310, Klinipet, Disposible sentrifuge dengan syiringe, sentrifuge, tabung reaksi, Tip, kecepatan 3000rpm. Serum yang telah Torniquet dan alat gelas rutin lainnya. terpisah di pipet dengan klinipet untuk Bahan dilakukan pemeriksaan (Gandasoebrata, Bahan yang digunakan dalam penelitian R, 2001). ini adalah Reagen SGOT, Sampel serum, Prosedur pengoperasian alat Biosystem Serum control Biolabo BTS-310 PROSEDUR PENELITIAN Nyalakan alat dan tunggu sampai display Metode Pemeriksaan : muncul “Ready”, kemudian tekan tombol Enzimatik “yes”. Masukan tanggal untuk identitas Prinsip Pemeriksaan : dan waktu pemeriksaan lalu tekan tombol Aspartat + 2- oxaloglutarat AST program SGOT/SGPT (3) pada layar, oxaloasetat + glutamate Oxaloasetat + NADH + H program 2, untuk consentration. Pilih + MDH malate + + NAD tekan enter kemudian pilih tombol menu 2 untuk baseline, tunggu 5 menit sampai mencapai suhu 37oC. Setelah itu masukan Prosedur Pemeriksaan cairan beslen dan aquabidest. Lakukan Pengambilan Darah Vena pemeriksaan dengan bahan reagen dan Tentukan letak vena yang akan diambil sampel yang telah disiapkan lalu baca kemudian pasang tourniquet, kepalkan pada panjang gelombang 340 nm (Yuser tangan pasien. Bersihkan kulit vena yang Guide BTS – 310). akan diambil dengan kapas alkohol 70% biarkan kering. Tusuk vena yang akan Prosedur Kerja diambil dengan posisi spuit ± 30o dari Persiapkan alat dan bahan pemeriksaan. permukaan kulit sampai ujung jarum Masukan reagen SGOT sebanyak 1000µL masuk ke dalam lumen vena lalu lepaskan dan sampel serum sebanyak 50µLke atau renggangkan pembendungan dan dalam tabung reaksi dengan menggunakan perlahan-lahan tarik pengisap semprit klinipet. Campurkan, jalankan stopwatch. 175 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Inkubasi selama 1 menit pada suhu 37oC. pemeriksaan serum kontrol, dengan hasil Baca dengan panjang gelombang 340 nm sebagai berikut : dan faktor = 3333. Tabel 1 Data hasil pemeriksaan serum kontrol Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Nilai normal : Laki-laki : 10-34 U/L 52 U/L 52,3 U/L 53 U/L Perempuan : 10-31 U/L Kadar serum kontrol untuk asam urat telah HASIL ANALISIS diketahui range nilai normalnya 46 DAN PEMBAHASAN – 67U/L. Hasil pemeriksaan serum Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap kontrol masuk dalam rentang yang sampel, dipersyaratkan. terlebih dahulu di lakukan Tabel 2 Hasil pemeriksaan SGOT 1 Nama (kode sampel) SN P Umur (Thn) 22 2 OCH P 55 3 4 PN E P P 25 21 5 EO P 30 6 7 ET I P P 26 31 8 9 10 RNI TN HH P L L 17 30 75 11 12 13 14 GR SKN WN DG L L L L 24 58 45 34 15 16 17 RH DI SLK L L L 60 22 63 18 19 20 IY T DYT L L L 59 30 70 No. JK Lama Pengobatan 2 Bulan 5 Hari 2 Bulan 15 Hari 3 Bulan 3 Bulan 7 Hari 5 Bulan 18 Hari 5 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 2 Bulan 2 Bulan 12 Hari 3 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 4 Bulan 11 Hari 4 Bulan 5 Bulan 5 Bulan 6 Hari 5 Bulan 5 Bulan 6 Bulan Jenis Obat Yang Di Konsumsi Iz, Rp Kadar SGOT (U/L) 14 N Olah raga Ya Iz, Rp 12 N Tidak Tidak Iz, Rp Iz, Rp 26 22 N N Tidak Ya Tidak Tidak Iz, Rp 31 N Ya Tidak Iz, Rp Iz, Rp, Analgetik, Antipiretik, Antibiotik Iz, Rp Iz, Rp, Pz, Eb Iz, Rp 20 38 N TN Ya Ya Tidak Tidak 40 13 14 TN N N Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Iz, Rp Iz, Rp Iz, Rp Iz, Rp 28 19 28 22 N N N N Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Iz, Rp Iz, Rp Iz, Rp 30 22 30 N N N Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Iz, Rp Iz, Rp Iz, Rp, Analgetik, Antipiretik, Antibiotik, Salbutamol 31 33 40 N N TN Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Ket Merokok Tidak Keterangan : N : Normal TN : Tidak Normal L : Laki-laki P : Perempuan Iz : Isoniazid Rp : Rifampisin Pz : Pirazinamid Eb : Etambutol 176 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Nilai normal SGOT Laki-laki : 10-34 U/L Perempuan : 10-31 U/L jumlah sampel laki −laki dengan kadar tidak normal Berdasarkan hasil penelitian dari 20 %= sampel penderita TB paru yang sedang 100% 1 = x 100% 12 = 8% menjalani pengobatan OAT di Puskesmas Kawalu Tasikmalaya, dapat diketahui persentase kadar SGOT sebagai berikut: Rumus Perhitungan Persentase 𝑥 𝑛 π= x 100% 2 Ket: x Tabel 3 Persentase kadar SGOT Pada penderita TB paru yang sedang menjalani pengobatan OATdi Puskesmas Kawalu Tasikmalaya No 1 (Sudjana, 1996 : 205) jumlah seluruh sampel Kriteria Normal perempuan Tidak normal perempuan x 6 n 8 Π 75% 2 8 25% π = Persentase 3 Normal laki-laki 11 x = Jumlah sampel yang dihitung 4 Tidak normal Laki-laki 1 1 2 1 2 92% 8% persentasenya n = Jumlah sampel Dari hasil penelitian terhadap pemeriksaan 1. Kadar SGOT perempuan normal kadar SGOT pada 20 sampel penderita TB sebanyak 6 orang dengan perhitungan: Paru yang sedang menjalani pengobatan OAT di Puskesmas Kawalu Tasikmalaya, %= jumlah sampel perempuan dengan kadar normal x jumlah seluruh sampel 100 6 = x 100% 8 = 75% didapat 85% sampel yang menunjukan kadar normal dan 15% sampel yang menunjukan kadarnya di atas nilai normal, 2. Kadar SGOT perempuan tidak normal sebanyak 2 orang dengan 8 sampel (40%) perempuan dan 12 sampel (60%) laki-laki. Dari 8 sampel %= jumlah sampel perempuan dengan kadar tidak normal 2 jumlah seluruh sampel x100 (40%) perempuan terdapat 2 sampel (10%) pasien menunjukan kadar SGOT = x 100% 8 = 25% diatas nilai normal dan dari 12 sampel (60%) pasien laki-laki terdapat 1 sampel 3. Kadar SGOT laki-laki normal sebanyak 11 orang dengan perhitungan: %= jumlah sampel laki −laki dengan kadar normal jumlah seluruh sampel (5%) pasien yang menunjukan diatas nilai normal. x Dari 20 sampel didapatkan 3 sampel 100% 11 = x 100% 12 = 92% yang mengalami peningkatan kadar SGOT 4. Kadar SGOT laki-laki tidak normal sebanyak 1 orang Kode pasien I kadar SGOT meningkat yaitu dengan kode pasien I, RNI, DYT. dikarenakan sering mengkonsumsi obat lain selain obat OAT yaitu Analgetik- 177 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 Antipiretik dan Antibiotik. Kode pasien sampel yang menunjukan kadarnya di atas RNI kadar SGOT meningkat dikarenakan nilai normal. Dengan 8 (40%) sampel aktifitas yang berlebih serta pola makan perempuan dan 12 (60%) sampel laki-laki. yang tidak teratur. Kode pasien DYT Dari 8 (40%) sampel perempuan terdapat kadar dikarenakan 2 (10%) sampel pasien menunjukan kadar sering merokok, mengkonsumsi berbagai SGOT diatas nilai normal dan dari 12 macam obat seperti halnya Analgetik- (60%) sampel pasien laki-laki terdapat 1 Antipiretik Antibiotik dan Salbutamol. (5%) sampel pasien yang menunjukan Obat Anti Tuberkulosis yaitu isoniazid, diatas nilai normal. SGOT rifampisin, meningkat dan pirazinamid tersebut mengandung metabolit yang hepatotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati yang berat. Kelainan yang ditimbulkan akan meningkatkan kadar enzim transaminase darah yaitu SGOT yang merupakan penanda untuk mengalami sampel kenaikan transaminase yaitu yang kadar SGOT, tidak enzim walaupun mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis fungsi hatinya tidak Gandasoebrata, Laboratorium R, Penuntun Klinik, Dian Rakyat, Jakarta, 2001. Noer, S, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3FKUI, Jakarta, 1996. Soeparman dan Sarwono Waspadji, Ilmu mendeteksi adanya kerusakan hepar. Sedangkan DAFTAR PUSTAKA menunjukan kerusakan atau kelainan yang signifikan. Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta, 2004. ZulkarnaenArsyad, Penelitian Faal Hati pada Penderita TB paru yang menjalani Teraphy OAT, www.kalbe.co.id, 1996, Diakses tanggal 15 Januari 2013. Perbedaan dari kadar SGOT dari tiap penderita dapat disebabkan oleh perbedaan aktifitas, pola hidup dan asupan makanan yang berbeda-beda setiap penderita sehingga dapat menunjukan kenaikan dan penurunan kadar enzim transaminase yaitu kadar SGOT tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada 20 sampel penderita TB Paru yang sedang menjalani pengobatan OAT di Puskesmas Kawalu Tasikmalaya, diperiksa kadar SGOTnya, diperoleh hasil 85% sampel yang menunjukan kadar normal dan 15% 178