174 Meti Kusmiati, Danil Muharom Program Studi DIII Analis

advertisement
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
GAMBARAN KADAR SGOT HATI PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
(TB PARU) YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN
OBAT ANTI
TUBERKULOSIS (OAT) DI PUSKESMAS KAWALU TASIKMALAYA
Meti Kusmiati, Danil Muharom
Program Studi DIII Analis Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
ABSTRAK
Pemakaian obat anti tuberkulosis tidak jarang ditemukan efek samping secara pengobatan.
Bila efek samping ini ditemukan kemungkinan obat anti tuberculosis yang diberikan dalam
dosis besar, sebagian besar obat anti tuberkulosis yang banyak dipakai adalah hepatotoksik.
Kelainan ini ditimbulkan mulai dari peningkatan enzim transaminase darah (SGOT/SGPT)
yang ringan sampai yang berat. Gangguan fungsi hati karena obat anti tuberkulosis, terjadi
karena pemakaian isoniazid dan rifampisin setelah pemberian obat selama 2 bulan.
Penggunaan rifampisin, isoniazid dan pirazinamid dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim-enzim transaminase (SGOT/SGPT)
akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
gambaran SGOT pada penderita TB Paru yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas
Kawalu Tasikmalaya. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode yang bersifat
deskriptif, dimana sampel diambil dari 20 orang penderita TB Paru yang sedang menjalani
pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil 85% sampel yang menunjukan kadar
SGPT normal dan 15% sampel yang menunjukan kadar SGOT di atas nilai normal. Dengan 8
(40%) sampel perempuan dan 12 (60%) sampel laki-laki. Dari 8 (40%) sampel perempuan
terdapat 2 (10%) sampel pasien menunjukan kadar SGOT diatas nilai normal dan dari 12
(60%) sampel pasien laki-laki terdapat 1 (5%) sampel pasien yang menunjukan diatas nilai
normal.
Kata kunci : Obat anti tuberculosis, enzim transaminase, SGOT
PENDAHULUAN
fatal bilamana pemberian obat masih
Pemberantasan TB Paru dilakukan melalui
diteruskan (Noer, S, 1996).
pengobatan secara intensif yaitu paling
Pemakaian
sedikit menggunakan kombinasi dua obat
berbagai macam efek samping dengan
dan pengobatan harus berlangsung selama
pengobatan selama 6 bulan dengan dosis 2
6 bulan atau lebih. Obat yang sering
bulan pertama menggunakan FDC yaitu
menyebabkan kelainan hati adalah INH
75
dan rifampisin. Kerusakan pada hati yang
rifampisin, 400 mg pirazinamid, 275 mg
disebabkan oleh INH terjadi karena hasil
etambutol.
metabolik yang toksik. Oleh karena itu,
dengan lanjutan 4 bulan menggunakan
akan bertambah bila diberikan bersama
FDC yaitu 150 mg isoniazid (INH), 150
dengan rifampisin. Gambaran klinis yang
mg rifampisin. Salah satunya adalah
terjadi berupa hepatitis, kadar serum
gangguan fungsi hati dari yang ringan
transaminase
sampai yang berat berupa nekrosis dari
meningkat.
Gambaran
mg
OAT
dapat
isoniazid
Tahap
hati.
menimbulkan
(INH),
kedua
OAT
150
mg
pengobatan
hepatitis bisa ringan atau berat sampai
jaringan
yang
sering
terjadi nekrosis hati pasif yang berakibat
hepatotoksik adalah isoniazid, rifampisin,
174
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
dan
prazinamid.
yang
sampai jumlah darah yang dikehendaki
ditimbulkan terjadi peningkatan kadar
didapat. Kemudian tourniquet dibuka,
transaminase
simpan kapas di atas bagian yang ditusuk
(Soeparman
Kelainan
darah
dan
(SGOT/SGPT)
Waspadji,
2004
;
dengan perlahan-lahan jarum ditarik dari
Zulkarnaen, 1996).
vena pasien (Gandasoebrata, R, 2001).
METODE PENELITIAN
Pembuatan Serum
Alat
Darah yang telah didapatkan didiamkan
Peralatan
yang
digunakan
berupa
selama
15-30
menit
selama
20
kemudian
menit
di
Biosystem BTS-310, Klinipet, Disposible
sentrifuge
dengan
syiringe, sentrifuge, tabung reaksi, Tip,
kecepatan 3000rpm. Serum yang telah
Torniquet dan alat gelas rutin lainnya.
terpisah di pipet dengan klinipet untuk
Bahan
dilakukan pemeriksaan (Gandasoebrata,
Bahan yang digunakan dalam penelitian
R, 2001).
ini adalah Reagen SGOT, Sampel serum,
Prosedur pengoperasian alat Biosystem
Serum control Biolabo
BTS-310
PROSEDUR PENELITIAN
Nyalakan alat dan tunggu sampai display
Metode Pemeriksaan :
muncul “Ready”, kemudian tekan tombol
Enzimatik
“yes”. Masukan tanggal untuk identitas
Prinsip Pemeriksaan :
dan waktu pemeriksaan lalu tekan tombol
Aspartat
+ 2- oxaloglutarat
AST
program SGOT/SGPT (3) pada layar,
oxaloasetat + glutamate
Oxaloasetat + NADH + H
program 2, untuk consentration. Pilih
+ MDH
malate
+
+ NAD
tekan enter kemudian pilih tombol menu 2
untuk baseline, tunggu 5 menit sampai
mencapai suhu 37oC. Setelah itu masukan
Prosedur Pemeriksaan
cairan beslen dan aquabidest. Lakukan
Pengambilan Darah Vena
pemeriksaan dengan bahan reagen dan
Tentukan letak vena yang akan diambil
sampel yang telah disiapkan lalu baca
kemudian pasang tourniquet, kepalkan
pada panjang gelombang 340 nm (Yuser
tangan pasien. Bersihkan kulit vena yang
Guide BTS – 310).
akan diambil dengan kapas alkohol 70%
biarkan kering. Tusuk vena yang akan
Prosedur Kerja
diambil dengan posisi spuit ± 30o dari
Persiapkan alat dan bahan pemeriksaan.
permukaan kulit sampai ujung jarum
Masukan reagen SGOT sebanyak 1000µL
masuk ke dalam lumen vena lalu lepaskan
dan sampel serum sebanyak 50µLke
atau renggangkan pembendungan dan
dalam tabung reaksi dengan menggunakan
perlahan-lahan tarik pengisap semprit
klinipet. Campurkan, jalankan stopwatch.
175
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
Inkubasi selama 1 menit pada suhu 37oC.
pemeriksaan serum kontrol, dengan hasil
Baca dengan panjang gelombang 340 nm
sebagai berikut :
dan faktor = 3333.
Tabel 1
Data hasil pemeriksaan serum kontrol
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Nilai normal :
Laki-laki
: 10-34 U/L
52 U/L
52,3 U/L
53 U/L
Perempuan : 10-31 U/L
Kadar serum kontrol untuk asam urat telah
HASIL
ANALISIS
diketahui range nilai normalnya 46
DAN
PEMBAHASAN
– 67U/L. Hasil pemeriksaan serum
Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap
kontrol masuk dalam rentang yang
sampel,
dipersyaratkan.
terlebih
dahulu
di
lakukan
Tabel 2
Hasil pemeriksaan SGOT
1
Nama (kode
sampel)
SN
P
Umur
(Thn)
22
2
OCH
P
55
3
4
PN
E
P
P
25
21
5
EO
P
30
6
7
ET
I
P
P
26
31
8
9
10
RNI
TN
HH
P
L
L
17
30
75
11
12
13
14
GR
SKN
WN
DG
L
L
L
L
24
58
45
34
15
16
17
RH
DI
SLK
L
L
L
60
22
63
18
19
20
IY
T
DYT
L
L
L
59
30
70
No.
JK
Lama
Pengobatan
2 Bulan
5 Hari
2 Bulan
15 Hari
3 Bulan
3 Bulan
7 Hari
5 Bulan
18 Hari
5 Bulan
6 Bulan
6 Bulan
2 Bulan
2 Bulan
12 Hari
3 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
4 Bulan
11 Hari
4 Bulan
5 Bulan
5 Bulan
6 Hari
5 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
Jenis Obat
Yang Di Konsumsi
Iz, Rp
Kadar SGOT
(U/L)
14
N
Olah
raga
Ya
Iz, Rp
12
N
Tidak
Tidak
Iz, Rp
Iz, Rp
26
22
N
N
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Iz, Rp
31
N
Ya
Tidak
Iz, Rp
Iz, Rp, Analgetik,
Antipiretik, Antibiotik
Iz, Rp
Iz, Rp, Pz, Eb
Iz, Rp
20
38
N
TN
Ya
Ya
Tidak
Tidak
40
13
14
TN
N
N
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Iz, Rp
Iz, Rp
Iz, Rp
Iz, Rp
28
19
28
22
N
N
N
N
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Iz, Rp
Iz, Rp
Iz, Rp
30
22
30
N
N
N
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Iz, Rp
Iz, Rp
Iz, Rp, Analgetik,
Antipiretik, Antibiotik,
Salbutamol
31
33
40
N
N
TN
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ket
Merokok
Tidak
Keterangan :
N
: Normal
TN
: Tidak Normal
L
: Laki-laki
P
: Perempuan
Iz
: Isoniazid
Rp
: Rifampisin
Pz
: Pirazinamid
Eb
: Etambutol
176
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
Nilai normal SGOT
Laki-laki
: 10-34 U/L
Perempuan : 10-31 U/L
jumlah sampel laki −laki dengan kadar tidak normal
Berdasarkan hasil penelitian dari 20
%=
sampel penderita TB paru yang sedang
100%
1
=
x 100%
12
= 8%
menjalani pengobatan OAT di Puskesmas
Kawalu Tasikmalaya, dapat diketahui
persentase kadar SGOT sebagai berikut:
Rumus Perhitungan Persentase
𝑥
𝑛
π= x 100%
2
Ket:
x
Tabel 3
Persentase kadar SGOT Pada penderita
TB paru
yang sedang menjalani pengobatan
OATdi Puskesmas Kawalu
Tasikmalaya
No
1
(Sudjana, 1996 : 205)
jumlah seluruh sampel
Kriteria
Normal perempuan
Tidak normal
perempuan
x
6
n
8
Π
75%
2
8
25%
π = Persentase
3
Normal laki-laki
11
x = Jumlah sampel yang dihitung
4
Tidak normal Laki-laki
1
1
2
1
2
92%
8%
persentasenya
n = Jumlah sampel
Dari hasil penelitian terhadap pemeriksaan
1. Kadar SGOT perempuan normal
kadar SGOT pada 20 sampel penderita TB
sebanyak 6 orang dengan perhitungan:
Paru yang sedang menjalani pengobatan
OAT di Puskesmas Kawalu Tasikmalaya,
%=
jumlah sampel perempuan dengan kadar normal
x
jumlah seluruh sampel
100
6
= x 100%
8
= 75%
didapat 85% sampel yang menunjukan
kadar normal dan 15% sampel yang
menunjukan kadarnya di atas nilai normal,
2. Kadar SGOT perempuan tidak normal
sebanyak 2 orang
dengan 8 sampel (40%) perempuan dan 12
sampel (60%) laki-laki. Dari 8 sampel
%=
jumlah sampel perempuan dengan kadar tidak normal
2
jumlah seluruh sampel
x100
(40%) perempuan terdapat 2 sampel
(10%) pasien menunjukan kadar SGOT
= x 100%
8
= 25%
diatas nilai normal dan dari 12 sampel
(60%) pasien laki-laki terdapat 1 sampel
3. Kadar SGOT laki-laki normal
sebanyak 11 orang dengan
perhitungan:
%=
jumlah sampel laki −laki dengan kadar normal
jumlah seluruh sampel
(5%) pasien yang menunjukan diatas nilai
normal.
x
Dari 20 sampel didapatkan 3 sampel
100%
11
=
x 100%
12
= 92%
yang mengalami peningkatan kadar SGOT
4. Kadar SGOT laki-laki tidak normal
sebanyak 1 orang
Kode pasien I kadar SGOT meningkat
yaitu dengan kode pasien I, RNI, DYT.
dikarenakan sering mengkonsumsi obat
lain selain obat OAT yaitu Analgetik-
177
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 11 No.1 Februari 2014
Antipiretik dan Antibiotik. Kode pasien
sampel yang menunjukan kadarnya di atas
RNI kadar SGOT meningkat dikarenakan
nilai normal. Dengan 8 (40%) sampel
aktifitas yang berlebih serta pola makan
perempuan dan 12 (60%) sampel laki-laki.
yang tidak teratur. Kode pasien DYT
Dari 8 (40%) sampel perempuan terdapat
kadar
dikarenakan
2 (10%) sampel pasien menunjukan kadar
sering merokok, mengkonsumsi berbagai
SGOT diatas nilai normal dan dari 12
macam obat seperti halnya Analgetik-
(60%) sampel pasien laki-laki terdapat 1
Antipiretik Antibiotik dan Salbutamol.
(5%) sampel pasien yang menunjukan
Obat Anti Tuberkulosis yaitu isoniazid,
diatas nilai normal.
SGOT
rifampisin,
meningkat
dan
pirazinamid
tersebut
mengandung metabolit yang hepatotoksik
yang
dapat
menyebabkan
kerusakan
fungsi hati yang berat. Kelainan yang
ditimbulkan akan meningkatkan kadar
enzim transaminase darah yaitu SGOT
yang
merupakan
penanda
untuk
mengalami
sampel
kenaikan
transaminase
yaitu
yang
kadar
SGOT,
tidak
enzim
walaupun
mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis
fungsi
hatinya
tidak
Gandasoebrata,
Laboratorium
R,
Penuntun
Klinik,
Dian
Rakyat, Jakarta, 2001.
Noer, S, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi
3FKUI, Jakarta, 1996.
Soeparman dan Sarwono Waspadji, Ilmu
mendeteksi adanya kerusakan hepar.
Sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
menunjukan
kerusakan atau kelainan yang signifikan.
Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI,
Jakarta, 2004.
ZulkarnaenArsyad, Penelitian Faal Hati
pada Penderita TB paru yang menjalani
Teraphy OAT, www.kalbe.co.id, 1996,
Diakses tanggal 15 Januari 2013.
Perbedaan dari kadar SGOT dari
tiap penderita dapat disebabkan oleh
perbedaan aktifitas, pola hidup dan asupan
makanan
yang
berbeda-beda
setiap
penderita sehingga dapat menunjukan
kenaikan dan penurunan kadar enzim
transaminase yaitu kadar SGOT tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada 20
sampel penderita TB Paru yang sedang
menjalani pengobatan OAT di Puskesmas
Kawalu Tasikmalaya, diperiksa kadar
SGOTnya, diperoleh hasil 85% sampel
yang menunjukan kadar normal dan 15%
178
Download