OBROLAN DENGAN CAK MAN TENTANG HIKMAH RAMADHAN

advertisement
OBROLAN DENGAN CAK MAN TENTANG HIKMAH RAMADHAN
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Mod: Apa kabar Cak Man. Piye puasanya tuntas?
Cak Man: Alhamdulillah pak Mod, puasa saya tuntas tas tas!!!
Sukurlah Cak, semoga kita meraih kemenangan yang hakiki.
Benar pak Mod, semoga kita mendapat Rahmat dan Ampunan Allah SWT.
Eh, ngomong-ngomong, bagaimana sih persepsi Cak Man tentang puasa itu?
Lho, puasa itu kan kewajiban sekaligus ujian dari Allah SWT pak Mod. Bagi
siapa yang melaksanakan, akan diakhiri dengan hari kemenangan.
Ya betul Cak Man. Untuk menyambut hari kemenangan itu, saya sudah beli
baju baru untuk isteri, anak2, keponakan2, dan untuk diri saya sendiri.
Maunya juga nyicil mobil baru, tapi uangnya nggak keburu, he he he.
Lho bukan itu pak Mod, hari kemenangan tidak harus dirayakan dengan
mobil dan baju baru. Yang penting adalah spirit baru.
Maksudnya piye. Spirit baru yang apaan itu?
Maksud saya gini lho pak Mod. Mari kita rayakan kemenangan itu dengan
penuh syukur, taqwa, seraya merenungi hikmah agung yang terkandung
didalamnya.
Oh gitu toh maksudnya. Lalu apa hikmahnya?
Hakekat puasa juga gemblengan untuk mencapai kemerdekaan diri yang
sejati. Merdeka dari penjajah laknat yang dengan kekuasaannya paling
membelenggu diri kita.
Apa semacam Belanda yang pernah menjajah kita Cak Man?
Oh bukan, itu sih gampang ngelawannya pak Mod. Penjajah yang satu ini
sulit dilawan dengan bedil.
Contohnya apa Cak Man.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Itu adalah nafsu dan syahwat yang semua itu mendapat dukungan penuh
dari setan. Dukungan ini telah berhasil menguasai diri dan memperbudak
banyak pribadi manusia, sehingga lupa kemanusiaannya. Mereka menjadi
kejam melebihi binatang buas, rakus melebihi hewan, memangsa siapa saja,
melalap apa saja; tak terkecuali sesama mereka. Melebihi hewan dan
binatang, karena memang mereka mempunyai kelebihan-kelebihan yang tak
dimiliki hewan dan binatang.
Duilah, kejam banget ya nafsu itu, apalagi yang berkolaborasi dengan setan.
Dengar-dengar setan juga sudah mengajukan pensiun kepada Allah, karena
sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan manusia yang melebihi dirinya.
Hi hi hi, itu kan joke indoneuro pak Mod!!!
Lalu bagaimana caranya supaya kita tidak dijajah nafsu bin setan?
Sebenarnya, atas kasih-sayang Allah, manusia telah dibekali hati nurani dan
akal pikiran yang didukung oleh malaikat. Itu berlaku bagi mereka yang
mendapatkan kesempuranaan hidayah. Hati nurani dan akal pikiran itulah
yang merupakan sumber dari segala kelebihan manusia. Dengan nurani dan
akal pikiran itu sebenarnya manusia, bisa mencapai ketinggian martabat
paling tinggi di atas makhluk-makhluk Allah yang lain. Namun, seringkali
nafsu dan syahwat dipesonakan setan kepada gemerlap dan kenikmatan
kehidupan duniawi sesaat, sehingga mengaburkan mata hati manusia dan
kemudian menjerumuskannya ke jurang kerendahan paling dalam.
Wah hebat betul Cak Man ini, kuliahnya dimana Cak?
Hey hey hey, seumur-umur saya belum pernah mencicipi bangku kuliah pak
Mod!!! Tapi mondok.
Mondok dimana Cak?
Di Tebuireng, Jombang.
Oh pantesan, masih tetangganya Gus Dur ya. Terus dimana relevansi kotbah
sampeyan diatas dengan bulan Ramadhan?
Di bulan suci Ramadhan kemarin, sementara setan dibelenggu, nafsu dan
syahwat kita hajar. Ruang-geraknya kita batasi. Sementara, dominasi atas
diri, kita kembalikan kepada nurani dan akal pikiran. Kita pun menjadi
manusia yang benar-benar merdeka.
Oh pantesan, rasanya hati ini trentem banget selama ibadah puasa. Rasanya
adem ayem gitu Cak. Tapi gimana ya setelah ini?
Maksud “Gimana” itu apa pak Mod?
Maksudnya gini Cak Man. Selama Ramadhan kan setan dirantai. Setelah ini
kan mereka lepas belenggu untuk mengganggu kita lagi. Jadi apa yang
harus kita lakukan?
Setelah merdeka dari penjajahan, itu berarti nafsu dan syahwat kita sendiri
mampu melawan dan mengusir penjajah dari luar. Maka, berbahagialah
mereka yang di bulan bahagia ini dan seterusnya dapat mempertahankan
kemanusiaan dan kemerdekaannya.
Kongkritnya gimana Cak?
Kongkritnya, secara “sustainable” kita harus
dapat mempertahankan
kemanusiaan dan kemerdekaan yang telah dicapai.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ooo secara sustainable ya! Kalau teman-teman neurologi menyebut itu
sebagai CPD.
Apaan CPD itu pak Mod?
CPD itu kepanjangan dari “Continuing Professional Development” Semacam
upaya meningkatkan kemampuan profesi yang dilakukan secara terus
menerus.
Ya semacam itulah. Maksudnya supaya iman dan taqwa kita terus
ditingkatkan.
Cak Man, tempo hari ada diskusi menarik di indoneuro.
Diskusi tentang apa pak Mod?
Diskusi awalnya adalah tentang Dokter yang baik. Tapi dalam realitanya ada
juga yang tidak baik. Kemudian banyak tanggapan. Ada yang berpendapat
bahwa dokter itu bukan malaikat dan juga bukan setan. Yang lain nyeletuk
dokter itu setengah malaikat dan setengah setan. Bagaimana menurut Cak
Man?
Ah jawaban saya sih gampang. Tanyakan saja pada hati nurani dan akal
pikiran yang paling dalam. Bukan tanya pada rumput yang bergoyang.
Ada satu lagi nih Cak Man. Bagaimana perihal maaf memaafkan pada Hari
Raya Idul Fitri?
Betul pak Mod. Hari Raya Idul Fitri ini adalah moment yang sangat tepat
untuk saling bermaafan. Hakekatnya itu adalah bagian dari menyucikan diri.
Permohonan maaf itu paling baik dilakukan secara “tepat sararan” dan
dilandasi oleh ketulusan dan keihlasan untuk saling memberi dan menerima
maaf.
Maksudnya “tepat sasaran”?
Begini pak Mod. Kita sebagai mahluk social kan kadang merasa tidak enak
bahkan berseteru dengan orang-2 disekitar kita. Bisa dengan keluarga,
tetangga atau teman sejawat lainnya. Karena satu dan lain hal, bisa saja satu
sejawat tidak cocok dengan sejawat lainnya. Itu bisa terjadi dalam 1 kantor,
satu kota atau lain kota. Itu biasa pak Mod. Dokter satu tidak cocok dengan
dokter lain. Tukang becak satu tidak cocok dengan lainnya. Jarang sekali
dokter tidak cocok dengan tukang becak. Ketidak-cocokan ini dapat
menipiskan atau bahkan memutus tali silaturahmi, sesuatu yang tidak
dikehendaki Allah. Nah yang dimaksud tepat sasaran, justru pada orang
semacam inilah permintaan maaf paling afdol dilakukan.
Ya gampang ngomongnya, tapi sulit dilakukan!!!
Kalau begitu artinya, hati orang-orang ini belum benar-benar bersih. Masih
diselimuti iri, dengki, tidak tulus dan tidak ihlas. Maka terjadilah apa yang
disebut “Mohon maaf artificial atau mohon maaf basa basi”. Justru inilah
yang sering terjadi. Yang bersalaman hanya tangan, bukan hati.
Ya benar Cak Man. Yang paling sulit justru melawan persepsi diri bahwa “Dia
yang bersalah, bukan saya. Maka seharusnya, dialah yang minta maaf, bukan
saya”
•
•
•
Ya benar pak Mod. Itu berakar dari kesombongan diri melihat sesuatu dari
kacamata pribadi kita sendiri. Justru yang banyak terjadi sekarang adalah
saling maaf memaafkan diantara mereka yang memiliki “Hubungan normal”,
bukan dengan yang memiliki “hubungan abnormal”. Cobalah meng-eliminasi
semua emosi negative itu. Mintalah maaf kepada orang tidak cocok dengan
kita. Lakukankah secara tulus dan ihlas. Isya Allah hasilnya akan luar biasa.
Orang tersebut akan menyambut uluran kita juga secara ihlas. Tali
silaturahmi akan tersambung kembali secara kuat.
Matur suwun pencerahannya Cak Man, maaf lahir batin sekiranya ada
kesalahan saya sama sampeyan.
Sami-sami matur suwun pak Mod, Selamat Hari Raya Idul Fitri, semoga kita
semua termasuk golongan orang-orang yang diberi ampunan Allah SWT,
Amin.
MATUR NUWUN, MHM
Download