REVIEW KARYA AUDIO VISUAL Film Dokumenter INSIGHT OF BATIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Disusun oleh: Sartika Devi Putri Endra Ayu Astuti 14148115 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015 Review Karya Audio Visual 1.1 Judul : INSIGHT OF BATIK 2.1 Tim produksi - Produser : Pono Anggo Jayantoro Pranomo Widiarmoko Yanuar Dwi Cahyanto - Unit Manager : Sugito, S.Sn - Sutradatra : Pono Anggo Jayantoro - DOP : Pranomo Widiarmoko - Kamera 1 : Fajar Ritus, S.Sn - Kamera 2 : Ainul Fikri - Kru Tata Cahaya : Zanudhimas - Editor : Yanuar Dwi Cahyanto - Penata Musik : Setyawan Jayantoro 2.2 Tahun : 2014 2.3 Durasi : 48 menit 2.4 Teknik Penyutradaraan dan Teknik Editing Insight of Batik merupakan film dokumenter yang dikemas dalam bentuk ekspository dimana narasumber memberikan argumennya secara langsung dan bersifat terpisah dari gambar atau kejadian. Bentuk ekspository dipilih karena sifatnya yang dianggap dapat dalam menyampaikan suatu pesan, sehingga dengan mudah membawa penonton pada satu kesimpulan tertentu. Film dokumenter Insight of Batik menceritakan tentang batik Indonesia. Dimana sutradara menekankan tentang pembuatan batik dengan teknik mencanting dan menggunakan lilin, dengan perbandingan batik printing. NLE (Non Linier Editing) adalah sistem yang dipakai dalam proses pembuatan film dokumenter ini dan lebih banyak menggunakan teknik editing kompilasi. Editing kompilasi adalah dua gambar/ shot yg berbeda digabungkan berdasarkan irama. Insight of Batik melalui beberapa tahapan editing NLE , yaitu offline editing dan online editing. 2.4.1 Editing Offline 2.4.1.1 Sinkronisaasi audio dan video Merupakan tahap paling awal dalam proses editing. Wawancara pada setiap narasumber Insight of Batik membutuhkan sinkronisasi audio dan video. Kemudian masuk proses integrasi sofware dengan Adobe Premiere. 2.4.1.2 Logging Merupakan tahap dimana sutradara melakukan pemilihan gambar-gambar yang dianggap baik dari seluruh materi produksi yang berguna untuk memudahkan editor dalam melakukan pencarian file pada sumber aslinya dan memasukkannya ke dalam timeline logging. 2.4.1.3 Assembling Assembling adalah proses awal penyusunan gambar pada timeline master editing berdasarkan urutan dalam editing script. 2.4.1.4 Rough Editing / rough cut Proses penyambungan gambar secara kasar oleh editor yang merupakan hasil dari tahap editing offline berupa susunan gambar yang belum diberikan efek atau penataan audio. Rough cut digunakan untuk review film. Tahap ini bermula dari memasukkan wawancara yang telah terseleksi pada timeline Insight of Batik rough Cut, sesuai dengan tanda didalamnya. Dalam tahap ini bisa memasukkan text yang dimasukkan disina adalah text kasar yang akan dijadikan acuan pada tahap pembuatan text. Rough cut merupakan proses kunci dari perangkaian cross cutting. Pada prinsipnya cross cutting merupakan cara merangkai sebuah shot dengan shot yang lain, kemudian dikombinasikan menggunakan satu acuan makna, sampai menimbulkan sebuah kesan pada rangkaian tersebut. Berikut penjelasan cross cuting yang digunakan : a. Cros cutting sebagai penguat interest Penguat interes diterapkan pada segmen intensitas manusia, ketika narasumber menjelakan dan mengutarakan argumen. b. Cros cutting sebagai penguat suspense Membuat penonton merasa cemas,dapat dikatakan membangun dramatisasi pada film Insight of Batik. Seperti pada segmen opening, menggunakan shot-shot close up. c. Cros cutting sebagai penguat pembanding Digunakan untuk membandingkan antara membuat batik tilis dan batik printing. d. Cros cutting sebagai penguat penggambaran kontras Kontras merupakan sebuah perbedaan yang mencolok. Seperti yang diterapkan pada aktifitas subjek yang mencuci dan proses menambal. 2.4.1.5 Fine cut Fine cut merupakan tahap penghalusan perakitan dari tahap rough cut. Pada tahap ini acuan ritme sudah menggunakan original musik, sehingga jika perlu dilakukan trimming pada beberapa bagian. Pada tahap fine editing atau biasa juga disebut dengan istilah fine cut, editor baru bisa mulai melakukan baik cuting maupun triming secara halus pada sambungan antar gambar. Asas pertimbangan cuting maupun triming yang dilakukan oleh editor adalah ritme maupun mood gambar yang hendak dicapai. Ketika trimming sudah selesai, bisa dikatakan inilah yang disebut fine cut, karena tidak ada perubahan apapun pada pemotongannya. 2.4.2 Editing Online Setelah hasil rangkaian dinyatakan picture lock oleh sutradara dan sembari menunggu ilustrasi musi dibuat oleh music director, maka editor dapat melakukan online editing untuk memanfaatkan waktu yang ada. Editing online merupakan tahap dimana editor mulai mengunakan transisi lain diluar proses cuting. Adapun beberapa tahapan pada editing online yang dilaklukan dalam karya dokumenter insight of batik antara lain composting, tilting dan coloring. Tahapan tersebut merupakan upayaupaya menyempurnakan rangkaian gambar pada editing offline. Dalam editing online editor juga menambahkan transisi, berikut transisi yang digunakan : - Cut to cut : adalah suatu perpindahan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara mendadak atau langsung yang berfungsi untuk kesinambungan action, detail objek, perubahan tempat dan waktu. Gambar 1. Contoh cut to cut dari patung ke relief candi (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.03.42 – 00.03.48) - Jump Cut : adalah pergantian shot dimana kesinambungan waktu terputus karena tempat dan shot yang lain berbeda waktunya. Gambar 2. Contoh jump shot dari kayu tempat kain batik ke relief candi (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.10.42 – 00.10.48) - Cut In : adalah insert, suatu yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk mewujudkan detail shot utama. Gambar 3. Contoh cut in dari pintu masuk candi menuju bangunan candi agar terlihat secara jelas (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.02.34 – 00.02.45) - Cut Away : adalah shot action yang menunjukkan atau menggambarkan reaksi terhadap shot utama atau shot lain. Gambar 4. Contoh cut away yang menunjukkan kejelasan dari kegiatan yang dilakukan si mbah dari Medium ke Close up (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.12.10 – 00.12.16) - Wipe : adalah pergerakan objek atau teks dari arah kanan ataupun kiri. Gambar 5. Contoh wipe yang menunjukkan munculnya nama narasumber yang muncul dari kiri ke kanan (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.07.04 – 00.07.16) - Frozen dissolve: adalah dissolve membeku / freez dimana frame terakhir. Gambar 6. Contoh Frozen Dissolve yang menunjukkan kain yang jatuh kemudian difreez atau seperti beku atau diam (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.02.05 – 00.02.08) - Fade Out : adalah perpindahan dari gambar terang atau normal secara perlahan menjadi gelap Gambar 7. Contoh fade out title asal sineas yang dari terang menuju ke gelap (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.00.29 – 00.00.31) - Fade In : adalah perpindahan dari gambar/ shot gelap menjadi terang. Gambar 8. Contoh fade in dari gambar gelap ke gambar terang, fade in digunakan untuk opening (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.00.40 – 00.00.49) - Time Lapse : adalah sekumpulan foto atau video yang diambil dengan periode beraturan, kemudian disusun jadi klip video pendek dan durasinya dipercepat. Gambar 8. Contoh timelapse suasana candi (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.09.49) 2.4.2.1 Pewarnaan / coloring Pewarnaan dalam film dokumenter adalah menggunakan warna natural. Natural dalam artian tidak merubah warna dari hasil sumbernya. Hal ini dilakukan untuk menjaga pewarnaan batik tidak, sehingga esensi dari warna batik tetap terjaga. Pada proses pewarnaan menggunakan software Adobe Speedgrade CC, dimana software ini memiliki integritas secara langsung dengan Adobe Premiere CC. Dengan begitu, efisiensi kerja antara 2 software yang dipakai tetap terjaga. Gambar 10. Contoh coloring bangunan agar warnanya lebih tajam dan jelas (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.10.26) 2.4.2.2 Mixing dan Finalisasi pasaka produksi Mixing merupakan tahap paling akhir dari serangkaian proses pascaproduksi yang ada. Proses yang dilakukan dalam tahap ini penyelarasan antara gambar dan audio yang meliputi wawancara, sound efect dan juga musik ilustrasi. 2.5 Grafis a. Judul Gambar 11. Judul film Insight of Batik (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.02.16) Judul film dokumenter Insight of Batik menggunakan font Jawa palsu. Ini cocok digunakan karena film dokumenter ini menceritakan tentang batik dan budayanya, dan font ini sendiri juga mempunyai unsur budaya yaitu mirip seperti aksara jawa. b. Logo dan tulisan ISI Surakarta Gambar 12. Logo dan tulisan ISI SURAKARTA (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.00.17) Logo dan tulisan ISI Surakarta digunakan untuk opening film Insight of Batik. Tulisan ISI Surakarta menggunakan font Copperplate Gothic Light, dengan ukuran 12. c. Nama narasumber Gambar 13. Nama narasumber (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.07.16) Nama narasumber dalam film dokumenter Insight of Batik menggunakan font arial, dengan ukuran 12. Ini cocok digunakan karena font yang tidak berkaki dan terkesan fleksibel cocok digunakan dalam film. d. Credit title Gambar 14. Credit title (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.46.23) Credit title dalam film Insight of Batik menggunakan font arial dengan ukuran 12. Cocok digunakan karena tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga mudah untuk dibaca. e. Counting Leader Gambar 15. Counting Leader (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.00.09) Counting Leader digunakan untuk opening dalam film ini. Counting Leader dibuat melalui software Adobe Premiere. f. Color bar Gambar 16. Color Bar (Sumber : Capture frame film Insight of Batik. TC : 00.00.03) Color bar digunakan untuk opening, color bar muncur beberapa detik sebelum film dimulai. 2.6 Special effect dan visual effect Dalam film dokumenter Insight of Batik tidak menggunakan efek spesial, namun menggunakan efek visual. Efek visual dalam film ini hanya digunakan untuk memperbaiki beberapa gambar mengalami guncangan / tidak stabil dan digunakan untuk lebih mendapatkan mood yang pas tanpa merubah fakta dan data yang ada dalam film Insight of Batik. Efek visual yang digunakan diantaranya adalah : 2.6.1 Stabilizer Tahap ini dilakukan pada shot-shot yang dirasa mengalami guncangan atau getaran yang tidak diinginkan. Sehingga harus memasuki tahap stabilizer agar lebih tenang dan halus. Proses ini menggunakan software Adobe After Effect CC. 2.6.2 Rotoscoping Rotoscoping digunakan untuk memanipulasi background supaya lebih mendapatkan mood yang pas tanpa merubah fakta dan data dalam film. 2.6.3 Motion Shot yang awalnya statis, kemudian dikehendaki untuk bergerak agar mengikuti irama tempo pada ritme musik yang ada, atau untuk koreksi shot yang dianggap kuran gideal secara level horizontal dan vertical menggunakan adobe Premiere Pro CC denga effect tools motion, yang didalmnya terdapat scale dan position. Proses ini merubah sesuai kebutuhan. KESIMPULAN Film dokumenter Insight of Batik menggunakan NLE (Non Linier editing) yang memeiliki dua tahapan, yaitu Offline dan Online editing. Offline editing memiliki beberapa tahapan didalamnya diantaranya sinkronisasi audio dan video, logging, Assembling, roungh editing / rough cut, cross cutting, dan fine cut. Sedangkan Online editing juga memiliki beberapa tahapan, yaitu penambahan transisi (cut to cut, jump cut, cut away, cut in, wipe, fade in, fade out, frozen dissolve, time lapse, coloring, dan mixing), dan efek visual. Empat fungsi cross cutting telah diterapkan pada film dokumenter Insight of Batik. Fungsi tersebut ialah cross cutting sebagai penguat suspens, penguat interest, pembanding, dan penggambaran kontras. Pada rangkaian wawancara narasumber on screen, visual-visual pendukung tersebut tidak hanya menjadi penjelas argumen. Pada dasarnya setiap masing-masing shot memiliki makna tersendiri sebelum dipadukan dengan shot lain. Semua teknik dan komponen editing yang digunakan dalam film dokumenter Insight of Batik sesuai dengan jenis film dokumenter sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh sineas dapat diterima dengan baik oleh penonton. DAFTAR PUSTAKA Pono Anggo Jayantoro. 2014. MULTIPLE PONT OF VIEW PADA FILM DOKUMENTER INSIGHT OF BATIK. DVD. Tugas Akhir S1Televisi dan Film. FSRD ISI SURAKARTA. Pono Anggo Jayantoro. 2014. MULTIPLE POINT OF VIEW PADA FILM DOKUMENTER INSIGT OF BATIK. Laporan Tugas Akhir S1Televisi dan Film. FSRD ISI SURAKARTA Yanuar Dwi Cahyanto. 2014. CROSS CUTTING PADA FILM DOKUMENTER INSIGHT OF BATIK. Laporan Tugas Akhir S1 Televisi dan Film. FSRD ISI SURAKARTA -