Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui

advertisement
ABSTRAK
Siti Kamilah
“Manajemen Kearsipan Personil Pendidikan di SMK Harapan Bangsa Depok”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui bagaimanakah
pelaksanaam manajemen kearsipan personil pendidikan dan untuk mengetahui seberapa
efektif manajemen kearsipan personil pendidikan dalam rangka proses menunjang
pendidikan.
Hasil penelitian ini adalah digambarkan bahwa pelaksanaan manajemen kearsipan
personil pendidikan Di SMK Harapan Bangsa Depok dikategorikan cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari fasilitas kearsipan yang tersedia di SMK Harapan Bangsa Depok cukup
lengkap sehingga memudahkan pegawai kearsipan melaksanakan kegiatan kearsipan,
mulai dari pencatatan dan pendistribusian surat, penyimpanan arsip, penemuan kembali
arsip, pemeliharaan arsip, penyusutan, pemindahan dan pemusnahan arsip. Disamping itu
tenaga yang ada juga mendukung keterlaksanaan pengelolaan arsip dengan baik.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Untuk memudahkan penganalisaan data, fakta dan informasi yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan data penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif melalui penelitian lapangan (field research). Metode ini dimaksudkan
agar dapat memberikan gambaran dan analisis secara obyektif tentang pelaksanaan
pengelolaan kearsipan personil pendidikan. Responden sebagai sumber data dalam
penelitian ini adalah kepala Tata Usaha SMK Harapan Bangsa Depok.
Namun demikian tentunya masih terdapat banyak kekurangan dalam pengelolaan
kearsipan itu sendiri, diantaranya belum adanya pegawai arsiparis yang tetap (khusus
mengelola arsip) karena pegawai arsiparis masih merangkap sebagai tata usaha yang
tentunya banyak hal lain yang harus diselesaikan.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………….................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................iv
BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................5
D. Perumusan Masalah ........................................................................5
E. Kegunaan Hasil Penelitian ..............................................................5
BAB II : KAJIAN TEORI ..................................................................................7
A. ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN................................................7
1. Pengertian Arsip Personil Pendidikan.......................................7
2. Fungsi Arsip Personil Pendidikan .............................................9
3. Jenis-jenis Arsip dan Media Penyimpanan Arsip .....................15
B. PENGELOLAAN ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN .................17
1. Pentingnya Kearsipan Yang Baik …….. ..................................18
2. Kegiatan Pengelolaan Kearsipan...............................................18
BAB III : METODE PENELITIAN ....................................................................41
A. Tujuan Penelitian ............................................................................41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................41
C. Sumber Data ....................................................................................41
D. Metodologi Penelitian .....................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................42
F. Teknik Analisis Data .......................................................................42
BAB IV : HASIL PENELITIAN .........................................................................42
A. Gambaran Objek Penelitian ............................................................43
B. Pelaksanaan Manajemen Kearsipan Personil pendidikan Di SMK
Harapan Bangsa Depok ...................................................................51
C. Faktor-faktor Kearsipan yang baik..................................................59
iv
BAB V : PENUTUP ...........................................................................................64
A.Kesimpulan........................................................................................64
B.Saran..................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pedoman wawancara dengan kepala tata usaha ....................................42
Tabel 2 Struktur organisasi ................................................................................45
Tabel 3 Data tenaga guru SMK Harapan Bangsa depok....................................46
Tabel 4 Data guru dan karyawan SMK Harapan Bangsa Depok .......................46
Tabel 5 Jumlah siswa tahun ajaran 2006/2007 ..................................................48
Tabel 6 Keadaan sarana dan prasarana SMK Harapan Bangsa Depok ..............49
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, informasi menjadi kebutuhan mutlak bagi setiap
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Setiap pekerjaan dan
kegiatan di perkantoran memerlukan data dan informasi. 1 Oleh karena itu,
informasi menjadi bagian yang sangat penting untuk mendukung proses kerja
administrasi dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dari birokrasi di
dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dengan
cepat.
Salah satu sumber informasi penting yang dapat menunjang proses
kegiatan administrasi maupun birokrasi adalah arsip (record). Sebagai
rekaman informasi dari seluruh aktivitas organisasi, arsip berfungsi sebagai
pusat ingatan, alat bantu pengambilan keputusan, bukti eksistensi organisasi
dan untuk kepentingan organisai yang lain. Berdasarkan fungsi arsip yang
sangat penting tersebut maka harus ada manajeman atau pengelolaan arsip
yang baik sejak penciptaan sampai dengan penyusutan.
Prosedur kearsipan yang baik dilakukan secara sentralisasi ataupun
secara desentralisasi; bermaksud menyediakan pelayanan informasi yang
terkandung dalam record setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya bila
1
Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h. 2
1
2
diperlukan. Adapun ciri-ciri penyelenggaraan prosedure record yang baik
antara lain:
1. Sedikit record. Record yang sedikit, benar-benar bermutu baik
2. Untuk informasi sekarang, maupun yang akan datang
3. Prosedur
yang
dipilih
mengakibatkan
penghematan
biaya
tanpa
mengurangi efisiensi dan efektivitas. 2
Untuk dapat mencapai ciri-ciri tersebut, diperlukan sistem-sistem filing
yang menunjang tercapainya efisiensi. Penerapan sistem filing di tiap-tiap unit
kerja dengan memperhatikan unsur-unsur dasar sebagai motor penggerak bagi
penyelenggaraan sistem filing.
Realitas tersebut dapat dilihat dalam berbagai kesempatan diskusi dan
seminar bidang kearsipan yang senantiasa muncul keluhan dan persoalan
klasik seputar tidak diperhatikannya bidang kearsipan suatu instansi atau
organisasi, pimpinan yang memandang sebelah mata tetapi selalu ingin
pelayanan cepat dan tentu saja persoalan tidak sebandingnya insentif yang
diperoleh pengelola kearsipan dengan beban kerja yang ditanggungnya.
Problema-problema tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena
muaranya adalah pada citra yang tidak baik pada bidang kearsipan. Padahal
bidang inilah yang paling vital dalam kerangka kerja suatu administrasi. Tertib
administrasi yang diharapkan hanya akan menjadi “omong kosong” apabila
tidak dimulai dari tertib kearsipannya.
Arsip memang bukan hanya sekedar hasil samping dari kegiatan
organisasi, arsip diterima dan diciptakan oleh organisasi dalam rangka
pelaksanaan kegiatan dan disimpan sebagai bukti kebijakan dan aktivitasnya.
Sebagai salah satu sumber informasi arsip memiliki banyak fungsi yang
signifikan untuk menunjang proses kegiatan administratif dan fungsi-fungsi
manajemen
birokrasi,
disamping
sebagai
sumber
primer
bagi
para
peneliti/akademisi. Sehubungan dengan itu semua, maka peningkatan dan
penyempurnaan bidang kearsipan merupakan bagian integral daripada bidang
2
E. Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing dalam Praktek Perkantoran
Modern, (Jakarta: Karya Utama, 1994), Cet. Ke-5, h. 74
3
administrasi dan manajemen.
Persoalan
mendasar
yang
dihadapi
para
pengelola
kearsipan
sebenarnya bukan terletak pada sulitnya menerapkan suatu sitem kearsipan,
tetapi lebih pada bagaimana meyakinkan orang untuk mau menerapkan sistem
kearsipan yang baik. Banyak arsip hanya terkelola seadanya tanpa pengelolaan
yang intensif. Padahal arsip merupakan hal yang sangat penting.
Arsip perlu dipelihara, dijamin keselamatannya agar dapat digunakan
untuk berbagai keperluan. Ini berarti bahwa setiap organisasi mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk menyelematkan bahan pertanggung jawaban
kegiatan organisasi. Upaya ini disamping melakukan pembinaan di bidang
sistem kearsipannya, juga merancang penggunaan ruangan dan peralatan
sesuai dengan ketentuan teknis kearsipan.
Kelengkapan pusat arsip harus dirancang agar mampu menampung
arsip dalam jumlah besar dan dengan biaya serendah mungkin. Penempatan
pusat arsip harus dirancang sedemikian rupa, yang disesuaikan dengan kondisi
dan karakteristik organisasinya. Untuk penempatannya ada beberapa pilihan
yang dapat dilakukan, diantaranya adalah pusat arsip dibangun menjadi satu
dengan gedung induk, atau dapat pula dibangun terpisah dari gedung
kantornya. Bagi organisasi yang tidak besar (sedang atau kecil) dengan jumlah
arsip yang relatif kecil, pada umumnya pusat arsip dibangun menjadi satu
dengan gedung kantor. Untuk gedung yang bertingkat ditempatkan pada lantai
bawah agar tidak membebani kontruksi gedung kantor. Sedangkan bagi
gedung kantor yang tidak bertingkat, dapat ditempatkan ditengah, dengan
syarat terhindar dari lalu lalang pegawai unit kerja lainnya. Hal ini agar lebih
mudah melayani pengguna arsip, dan dipihak lain juga untuk menjaga
keamanan informasi dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Ruangan dan
perlengkapan disediakan dengan memperhatikan keamanan arsip dari bahaya
kebakaran, air, serangga, suhu dan kelembaban. 3
Pengelolaan arsip memegang peranan penting bagi jalannya suatu
3
Boedi Martono, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan, (Jakarta: Pustaka Sinar,
1992), Cet. Ke-1, h. 89
4
organisasi, yaitu sebagai sumber informasi dan sebagai pusat ingatan
organisasi, yang dapat bermanfaat untuk bahan penilaian, pengambilan
keputusan atau penyusunan program pengembangan dari organisasi yang
bersangkutan. Hal ini seringkali diabaikan dengan berbagai macam alasan.
Berbagai kendala seperti kurangnya tenaga arsiparis maupun terbatasnya
sarana prasarana selalau menjadi alasan buruknya pengelolaan arsip. Kondisi
semacam itu diperparah dengan image yang selalu menempatkan bidang
kearsipan sebagai “bidang pinggiran” di sekolah sehingga pengelolaannya pun
kurang begitu diperhatikan.
Selain itu, tidak adanya kontrol yang baik dari kepala sekolah membuat
keadaan arsip tidak begitu terjaga. Arsip-arsip hanya menjadi sesuatu hal yang
sifatnya pelengkap bukan menjadi data penting yang semestinya harus terjaga
dengan baik.
SMK Harapan Bangsa sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan
formal pasti memproduksi berbagai dokumen harus dipelihara dengan baik
agar dapat dimanfaatkan oleh warga sekolah yang bersangkutan. Oleh karena
itu sekolah sangat membutuhkan tata kelola arsip yang baik.
Masih pada kenyataan bahwa banyak sekolah yang kurang peduli
dengan kearsipan sehingga sekolah mengalami kendala-kendala dalam
mengambil kembali data-data yang dibutuhkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas
dan menuangkan masalah ini dalam bentuk
skripsi
dengan judul
”Manajemen Kearsipan Personil pendidikan di SMK Harapan Bangsa
Depok”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Belum terkelola dengan baik arsip-arsip yang ada di sekolah.
2. Terbatasnya keterampilan yang dimiliki pegawai kearsipan dalam
mengelola arsip-arsip yang ada di sekolah.
5
3. Minimnya kontrol pimpinan terhadap keadaan arsip-arsip yang ada di
sekolah.
4. Kurangnya kebijakan yang menunjang pengelolaan arsip-arsip yang ada di
sekolah.
5. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang tata kelola arsip yang baik.
6. Minimnya perhatian khusus yang diberikan pimpinan dan pegawai
administrasi dalam menjaga arsip personil pendidikan di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan untuk membatasi kajian
pendidikan hanya pada pengelolaan kearsipan personil pendidikan. Adapun
yang dimaksud dengan pengelolaan kearsipan personil pendidikan adalah
pengelolaan informasi yang direkam dalam bentuk atau medium apapun,
dibuat,diterima
dan
dipelihara
oleh
suatu
organisasi
/lembaga
/
badan/perorangan dalam rangka pelaksanaan kegiatan kearsipan personil
pendidikan termasuk di dalamnya adalah guru.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kearsipan personil pendidikan di
SMK Harapan Bangsa Depok?
2. Seberapa efektif manajemen kearsipan personil pendidikan dalam rangka
membantu proses pendidikan?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara
akademik dalam pengembangan ilmu manajemen kearsipan. Selain itu
penelitian diharapkan memberikan manfaat secara praktis bagi berbagai pihak,
terutama:
6
a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis dalam menambah wawasan,
pengalaman, dan pengetahuan tentang materi atau kajian yang dibahas.
b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para kepala sekolah sebagai
masukan positif dalam menciptakan kondisi sekolah yang baik.
c. Penelitian ini diharapkan berguna bagi guru untuk memperbaiki
komunikasi yang baik antar sesama guru demi terciptanya hubungan kerja
yang baik dan harmonis.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN
1. Pengertian Arsip Personil Pendidikan
Menurut bahasa referensi, arsip atau records merupakan informasi
yang direkam dalam bentuk atau medium apapun, dibuat, diterima, dan
dipelihara oleh suatu organisasi/lembaga/badan/perorangan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan. Secara etimologi arsip berasal dari bahasa asing,
orang Yunani mengatakan “Archivum” yang artinya tempat untuk
menyimpan. 1
Pengertian-pengertian tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan
betapa sebenarnya bidang kearsipan itu sudah cukup akrab di indera
dengar kita disamping juga sudah cukup tua umur kemunculannya. Lebih
dari sekedar diskusi tentang istilah arsip, sebenarnya secara akademis kita
juga akan lebih jauh melihat eksistensi kearsipan sebagai ilmu
pengetahuan. Bila ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan yang tersusun
dan pengetahuan adalah pengamatan yang disusun secara sistematis, maka
kearsipan tentu dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Semua itu
dikemukakan sebagai justifikasi terhadap eksistensi kearsipan. Lebih jauh
lagi kita dapat melacak kedudukan kearsipan dalam kerangka ilmu
informasi. Dalam ilmu informasi kita mengenal dokumentasi yang
1
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan, (Yogyakarta, Liberty, 1985), Cet. Ke-1, h. 1 7 8
didalamnya meliputi dokumen dalam wujud korporil (museum), dokumen
dalam wujud literair (perpustakaan), dan dokumen privat (kearsipan).
Yang
dimaksud
dengan
kearsipan
adalah
tata
cara
pengurusan
penyimpanan warkat menurut aturan dan prosedur yang berlaku dengan
mengingat tiga unsur yaitu penyimpanan, penempatan dan penemuan
kembali. 2
George R. Terry dalam bukunya “Office Management and
Control” mengatakan kearsipan adalah penempatan kertas-kertas dalam
tempat-tempat penyimpanan yang baik menurut aturan yang telah
ditentukan terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga setiap kertas apabila
diperlukan dapat diketemukan kembali dengan mudah dan cepat. 3 Dalam
istilah kearsipan, arsip adalah tulisan yang dapat memberikan keterangan
tentang kejadian-kejadian dan pelaksanaan organisasi yang dapat berwujud
surat menyurat, data dan bahan-bahan yang dapat berbicara dan dapat
memberikan keterangan yang jelas dan tepat.
Pengertian Arsip menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan, yang dinyatakan bahwa arsip adalah “rekaman kegiatan
atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,
perusahaan,
organisasi
politik,
organisasi
kemasyarakatan,
dan
perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara”. 4
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa arsip tercipta dari
setiap kegiatan baik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga negara, badanbadan pemerintah, swasta maupun perorangan dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintahan maupun kehidupan kebangsaan.
2
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 3
3
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 3
4
Undang-undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. 9
Personil pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan siswa. dimaksud
dengan personil pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi kegiatan
edukatif dan yang membidangi kegiatan non edukatif (ketatausahaan ). 5 Personil
bidang edukatif adalah mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar
mengajar, yaitu guru dan konselor dan konseling ( BK ), sedangkan yang
termasuk didalam kelompok personil bidang non edukatif adalah petugas tata
usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah.
Tiap kelompok personil diperlukan pembagian tugas dan tanggung
jawab serta hubungan kerja yang jelas. Seorang pimpinan sekolah/kepala
sekolah dapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang wakil kepala
yang mengkoordinasikan urusan kurikulum/kegiatan belajar mengajar,
urusan kesiswaan, urusan sarana prasarana pendidikan, urusan hubungan
sekolah masyarakat, dan sebagainya.
2. Fungsi Arsip Personil Pendidikan
Dilihat dari segi fungsi arsip dibedakan menjadi dua yaitu arsip
dinamis dan arsip statis (Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan). Hal ini agak berbeda dengan
pengertian arsip dinamis di Amerika yang disebut sebagai records,
sedangkan arsip statis merupakan pengalihan arti dari archives. Arsip
dinamis adalah arsip yang dapat dipergunakan secara langsung di dalam
perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan dan
pemerintahan pada umunya atau dipergunakan secara langsung di dalam
penyelenggaraan administrasi negara. Sementara arsip statis tidak lagi
dipergunakan didalam fungsi-fungsi menajemen organisasi pencipta, tapi
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian.
Sementara itu menurut Sauki (1999 : 6) setidaknya ada 4 fungsi
arsip yaitu (1) sebagai memori kolektif instansi (corporate memory), (2)
sebagai penyedia data atau informasi bagi pengambilan keputusan
(decisions making), (3) sebagai bahan pendukung proses pengadilan
5
http://www.google.co.id/search?q=pengertian+personil+pendidikan&hl=id&ei=DBuWTP7bFYe3
cPL9haQF&start=40&sa=N 10
(lagition support), dan (4) penyusutan berkas kerja (retention). Fungsifungsi ini akan dapat dicapai apabila arsip dikelola dengan tepat antara
lain melalui Sistem Informasi Kearsipan.
Arsip dinamis berdasarkan pada kepentingan penggunaannya
dibedakan menjadi dua yaitu arsip dinamis aktif (active records) dan
inaktif (inactive records).Arsip dinamis aktif merupakan arsip yang secara
langsung dan terus-menerus dibutuhkan dan dipergunakan di dalam
penyelenggaraan administrasi. Sedangkan arsip dinamis inaktif merupakan
arsip yang frekwensi penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi
sudah berkurang.
Menurut Betty R. Rikcs, suatu arsip dapat dipertimbangkan
menjadi arsip inaktif jika dipergunakan kurang dari 10 kali dalam satu
tahun. Frekwensi penggunaan ini sebenarnya bergantung pada kebutuhan
organisasi masing-masing. Setiap organisasi dapat memiliki tingkat
frekwensi penggunaan terhadap arsip berbeda-beda meskipun mungkin
jenis arsipnya sama. Dengan melihat fungsi dan kegunaannya, maka arsip
sebagai salah satu sumber informasi pada dasarnya harus dikelola di dalam
suatu sistem (manajemen), sehingga memberi kemungkinan untuk dapat
disajikan informasinya secara tepat kepada orang yang tepat pada waktu
yang tepat dengan biaya yang diusahakan serendah mungkin.
Berdasarkan fungsinya, arsip digolongkan menjadi dua yaitu arsip
dinamis dan arsip statis. 6 Arsip Dinamis, yaitu arsip yang masih
diperlukan
secara
langsung
dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya, atau arsip yang
digunakan secara langsung dalam penyelengaraan administrasi negara.
Arsip Statis, yaitu arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk
perencanaan pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada
umumnya, maupun untuk penyelenggaraan administrasi sehari-hari.
Berdasarkan fungsinya dan juga untuk kepentingan tugas pekerjaan seharihari arsip dinamis dibedakan atas :
6
Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h 2 11
a. Arsip aktif adalah arsip yang masih sering dipergunakan bagi
kelangsungan pekerjaan dilingkungan satuan kerja pada suatu
organisasi.
b. Arsip inaktif adalah arsip yang tidak dipergunakan lagi secara terus
menerus atau frekuensi kegunaannya oleh unit pengolahan sudah
jarang dan hanya dipergunakan sebagai frekuensi bagi satu
organisasi. 7
Arsip yang tercipta secara garis besar terbagi menjadi dua, yakni
arsip biasa dan arsip vital. Kalau arsip biasa adalah jika terjadi sesuatu
dengan arsip tersebut organisasi tidak akan terhenti kehidupannya.
Sementara itu, arsip vital yaitu arsip yang sangat dibutuhkan oleh
organisasi karena jika arsip ini hilang akan berakibat terhentinya kegiatan
organisasi, dan organisasi tidak akan mampu menyusun kembali rekaman
informasi yang dapat diterima.
Mengingat pentingnya keberadaan arsip vital perlu dibuat suatu
program yang sistematis mulai dari identifikasi arsip vital dari organisasi,
prosedur penyimpanannya, dan prosedur perlindungannya. Program
perlindungan arsip dinamis vital mengidentifikasi apa saja yang dicakup
oleh
arsip
dinamis
vital,
prosedur
penyimpanan
atau
prosedur
penyimpanan duplikat arsip dinamis di tempat yang aman. 8 Melalui
program ini dapat dibuat suatu metode yang sistematis dan lebih spesifik
yang disesuaikan dengan kondisi arsip dan kepentingan organisasi yang
bersangkutan.
Hilangnya arsip vital akan berakibat negatif bagi organisasi
misalnya organisasi tidak dapat beroperasi lagi, timbul kekacauan dalam
organisasi dan lain-lain. Oleh karena itu, arsip vital perlu mendapatkan
perhatian dan perlindungan serta melakukan penataan yang baik dan
benar. Hal ini memberikan pengertian bahwa arsip vital harus dilindungi
dan diselamatkan dengan melakukan pengelolaan manajemen kearsipan,
khususnya penataan dan perlindungan arsip vital.
7
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 89-90
8
Sulistyo Basuki, Manajemen Pengelolaan Arsip Dinamis, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003), h. 229. 12
Lebih jauh lagi kita dapat melacak kedudukan kearsipan dalam
kerangka ilmu informasi.
Dalam ilmu informasi kita mengenal
dokumentasi yang didalamnya meliputi dokumen dalam wujud korporil
(museum), dokumen dalam wujud literair (perpustakaan), dan dokumen
privat (kearsipan).
Sekarang ini, informasi telah menjadi kebutuhan mutlak informasi
menjadi bagian yang sangat penting dalam fungsi manajemen di dalam
menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dengan
cepat. Menurut Schwart dan Hernon informasi saat sekarang merupakan
sumber ekonomi yang memiliki nilai dan biaya produksi (Value and a cost
of production) (1993:202). Nilai ekonomi dapat dilihat dari semakin
komersialnya informasi, sehingga mempunyai nilai signifikan dan
memberi peluang untuk dapat diperjualbelikan. Disamping itu proses
pengelolaan yang tepat, dan penemuan kembali informasi dengan cepat,
akurat dan lengkap memiliki nilai kuantitatif yang dapat diukur secara
ekonomi. Arsip (records) sebagai salah satu sumber informasi terekam
(recorded information) memiliki fungsi yang sangat penting untuk
menunjang proses kegiatan administrasi negara dan manajemen birokrasi.
Di samping itu arsip (archives) dapat pula dimanfaatkan oleh lembaga dan
instansi pemerintah serta masyarakat umum bagi pendidikan dan
penelitian. Sebagai endapan informasi kegiatan administrasi dan
menajemen, arsip akan terus tumbuh dan berkembang secara akumulatif
sejalan dengan semakin kompleksnya fungsi dan organisasi. Dampaknya
arsip semakin menumpuk secara tidak terkontrol. Arsip-arsip cenderung
diabaikan oleh pengelolaannya, karena dipandang tidak perlu disimpan di
dalam suatu sistem. Akibatnya, apabila organisasi membutuhkan informasi
arsip untuk kebutuhan pelaksanaan tugas ataupun untuk pengambilan
keputusan (decision making), jadi sulit atau memerlukan waktu yang
relatif lama untuk ditemukan kembali. Arsip sebagi salah satu sumber
informasi membutuhkan suatu sistem pengelolaan (management) yang
tepat sehingga dapat menciptakan efektifitas, efisiensi dan produktifitas
13
bagi organisasi.
Apapun sebutan dan istilahnya, yang dimaksud dengan arsip
adalah setiap catatan yang tertulis, tercetak, atau ketikan, dalam bentuk
huruf, angka atau gambar, yang mempunyai arti dan tujuan tertentu
sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu,
formulir), kertas film, media komputer, dan lain-lain. 9
Dari pengertian ini dapat ditarik beberapa pemahaman mendasar.
Pertama, arsip harus merupakan bukti (evidence) dari suatu kejadian, tetapi
bukti itu merupakan bukti dari lebih satu orang. Dengan kata lain, suatu
arsip harus berisi data yang mempunyai arti sosial. Kedua, arsip harus
disimpan di dalam bentuk yang nyata. Tiga media arsip secara umum
terdiri dari kertas (paper), film dan (magnetic media). Arsip berbasis
kertas merupakan data, gambar atau teks yang disimpan pada sesuatu yang
terkomposisi secara kimiawi tanpa melihat ukuran, warna atau berat
kertas. Arsip film merupakan data, gambar atau teks yang disimpan pada
film, termasuk pula bentuk khusus film, seperti microfilm.
Sementara arsip media magnetic merupakan data, gambar atau teks
yang disimpan dan ditemukan kembali melalui penulisan kode secara
magnetic dan khusus berkaitan dengan komputer. Ketiga, arsip harus dapat
ditemukan kembali secara fisik maupun informasinya. Arsip dapat
dibedakan dengan non arsip (non record), karena non arsip merupakan
keseluruhan informasi dalam bentuk yang tidak nyata. Satu contoh dari
non arsip adalah percakapan biasa. Non arsip ini dalam kondisi lingkungan
tertentu dapat menjadi arsip. Dalam pengertian yang hampir sarna,
Milburn D. Smith ill, menyatakan bahwa arsip (record) merupakan
keseluruhan bentuk inforrnasi yang terekam. Media arsip (record)
merupakan keseluruhan bentuk informasi yang terekam. Media arsip
menurutnya dapat berupa kertas, film, microfilm, media magnetik atau
disk optik (1986:4). Pendapat ini sedikit berbeda dengan Lundgren dan
Lundgren, karena media optik telah dimasukkan sebagai sebagai salah satu
9
Amsyah, Manajemen Kearsipan..., h. 3 14
media arsip. Smith ill membagi media arsip ke dalam beberapa kategori.
Pertama, arsip-arsip dengan media elektronik (electronic media)
yang meliputi disk magnetic, diskette, pita magnetic dan disk optik.
Umumnya media elektronik digunakan untuk menyimpan informasi arsip
dalam jenis dan jumlah yang besar.
Kedua, media mikrofotografik (microphotographic media) yang
meliputi mikrofilm atau microfiche dan komputer output microforms
(COM). Media ini digunakan untuk menyimpan informasi yang
membutuhkan akses cepat atau penyimpanan yang sangat lama.
Bentuk media yang ketiga adalah arsip-arsip dalam basis kertas.
Arsip ini umumnya berbentuk hard copy seperti memo-memo, surat,
kontrak-konrak dan berkas proyek. Keuntungan bentuk ini adalah dapat
menyediakan informasi untuk referensi jangka pendek dan sering kali
digunakan untuk arsip vital (vital record). Bentuk media terakhir adalah
media video dan suara atau biasa dikenal sebagai audio visual media.
Media ini digunakan untuk menyimpan arsip-arsip gambar bergerak dan
suara seperti kaset, audio kaset, dan video tape. Kecenderungan terakhir
mengarah kepada media digital seperti laser disk, video compact disk
(VCD) yang menyimpan arsip-arsip multidata, teks, gambar, grafik dan
suara.
Berdasarkan pada dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa apapun jenis arsip harus memiliki tiga unsur yaitu, (1) arsip
merupakan informasi terekam, (2) memiliki bentuk media yang nyata
dalam arti dapat dilihat dan dibaca, diraba dan didengar dan yang terakhir
(3) arsip memiliki fungsi dan kegunaannya. Berkaitan dengan hal itu pula,
setidaknya ada beberapa fungsi arsip personil pendidikan, diantaranya
adalah untuk menjaga informasi-informasi yang berkaitan dengan personil
pendidkan suatu organisasi, menjadi keberlangsungan sebuah organisasi
itu sendiri dan memudahkan kerja dan kinerja elemen yang ada dalam
sebuah organisasi.
15
3. Jenis-jenis dan Media Penyimpanan Arsip
Arsip dinamis aktif yaitu arsip-arsip yang masih sering
dipergunakan bagi kelangsungan pekerjaan dilingkungan satuan kerja (unit
pengolah) pada suatu organisasi. Pada saat-saat tertentu arsip aktif
mengalami perubahan nilai dan artinya menurut fungsinya dalam
administrasi, sehingga arti dan nilainya dalam kehidupan administrasi
mulai berkurang, dalam arti bahwa arsip aktif sudah jarang dipergunakan
lagi. Pada tahap ini arsip dikatakan mencapai tahap inaktif/semi statis.
Sedangkan arsip dinamis inaktif yaitu arsip-arsip yang tidak
dipergunakan lagi secara terus menerus atau frekuensi kegunaannya oleh
unit pengolah sudah jarang dan hanya dipergunakan sebagai referensi bagi
suatu organisasi. Pada tahap inaktif arsip tersebut tidak lagi berada pada
satuan kerja/unit pengolah, akan tetapi penyimpanannya dipusatkan di
Pusat Penyimpanan Arsip.
Menurut Agus Sugiarto dan Teguh Wahyono, jenis-jenis Arsip
yaitu :
a. Arsip menurut Subyek atau Isinya :
1) Arsip Kepegawaian, contoh : data riwayat hidup pegawai, surat
lamaran, rekaman dsb.
2) Arsip Keuangan, contoh : laporan keuangan, bukti pembayaran,
daftar gaji, SPMU dsb.
3) Arsip Pemasaran, contoh : surat penawaran, surat pesanan, daftar
harga dsb.
4) Arsip Pendidikan, contoh : kurikulum, satuan pelajaran, rapor,
transkrip mahasiswa dsb. 10
b. Arsip menurut Bentuk dan Wujud Fisik, dapat dibedakan menjadi :
a) Surat, contoh : naskah perjanjian/kontrak, surat keputusan dsb.
b) Pita rekaman, mikrofilm, disket dan CD. 11
c. Arsip menurut Nilai atau Kegunaannya, yaitu :
10
Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 10
11
Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan…, h. 10 16
1) Arsip bernilai Informasi, contoh : pengumuman, pemberitahuan,
undangan dsb.
2) Arsip
bernilai
Administrasi,
contoh
:
ketentuan-ketentuan
organisasi, prosedur kerja dsb.
3) Arsip bernilai Hukum, contoh : akte pendirian perusahaan, akte
kelahiran, akte perkawinan dsb.
4) Arsip bernilai Sejarah, contoh : laporan tahunan, notulen rapat,
gambar/foto peristiwa dsb.
5) Arsip bernilai Ilmiah, contoh : hasil penelitian
6) Arsip bernilai Keuangan, contoh : kuitansi, bon penjualan, laporan
keuangan dsb.
7) Arsip bernilai Pendidikan, contoh : kurikulum, satuan pelajaran,
program pengajaran dsb. 12
d. Arsip menurut sifat kepentingannya :
1) Arsip nonesensial , contoh Surat Undangan dsb.
2) Arsip berguna/biasa, contoh surat permohonan cuti, surat pesanan
barang dsb.
3) Arsip Penting, contoh : surat keputusan, laporan keuangan dsb.
4) Arsip Vital, contoh : akte pendirian perusahaan, sertifikat
tanah/bangunan dsb. 13
e. Arsip menurut Fungsinya :
1) Arsip Dinamis yaitu arsip yang masih dipergunakan secara
langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.
2) Arsip Statis yaitu arsip yang sudah tidak dipergunakan secara
langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.
f. Arsip menurut tempat/tingkat pengelolaannya, dibedakan menjadi :
1) Arsip Pusat, arsip yang disimpan secara sentralisasi atau berada
dipusat organisasi. Berkaitan dengan lembaga pemerintah; Arnas
Pusat di Jakarta.
12
Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan…, h. 11
13
Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan…, h. 11 17
2) Arsip Unit, arsip yang berada di unit-unit dalam organisasi.
Berkaitan dengan lembaga pemerintah; Arnas Daerah di ibukota
Propinsi. 14
g. Arsip menurut keasliannya dapat dibedakan :
1) Arsip Asli, yaitu dokumen yang langsung terkena hentakan mesin
ketik, cetakan printer, dengan tanda tangan dan legalisasi yang asli,
yang merupakan dokumen utama.
2) Arsip Tembusan, yaitu dokumen kedua, ketiga dst. yang dalam
proses pembuatannya bersama dengan dokumen asli, tetapi
ditujukan pada pihak lain selain penerima dokumen asli.
3) Arsip salinan, yaitu dokumen yang proses pembuatannya tidak
bersama dengan dokumen asli, tetapi memiliki kesesuaian dengan
dokumen asli.
4) Arsip Petikan, yaitu dokumen yang berisi bagian dari suatu
dokumen asli. 15
h. Arsip menurut Kekuatan Hukum, dibedakan :
1) Arsip Otentik adalah arsip yang diatasnya terdapat tanda tangan
asli dengan tinta (bukan fotocopy atau film) sebagai tanda
keabsahan dari isi arsip bersangkutan. Arsip otentik dapat
dipergunakan sebagai bukti hukum yang sah.
2) Arsip Tidak Otentik adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat
tanda tangan asli dengan tinta. Arsip ini berupa foto copy, film,
mikrofilm, hasil print komputer dan lain sebagainya.
B. PENGELOLAAN ARSIP PERSONIL PENDIDIKAN
Kegiatan pengelolaan arsip personil pendidikan sangat diperlukan
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Personil pendidikan yang dimaksud meliputi guru, tenaga kependidikan,
14
Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan…, h. 11
15
Suparjati, et.al, Tata Usaha dan Kearsipan…, h. 11 18
kepala sekolah dan pegawai tata usaha. Pengelolaan arsip personil pendidikan
yang dimaksud meliputi:
1. Pentingnya Kearsipan yang Baik
Untuk membantu kelancaran dalam pengelolaan kearsipan,
terutama untuk mempermudah penemuan kembali suatu arsip, maka
diperlukan banyak hal diantaranya sistem dan tenaga pengelola arsip itu
sendiri. Sistem yang baik perlu didukung oleh manusia yang baik pula. 16
Sistem penyimpanan arsip yang tepat sangat menentukan dalam
penemuan kembali arsip dari tempat penyimpanannya secara mudah dan
tepat. Fasilitas kearsipan yang baik juga dapat mendukung keberhasilan
pengelolaan suatu arsip. Fasilitas tersebut diantaranya adalah kertas, mesin
tik, komputer, mesin stensil, map, folder, lemari, filing cabinet dan
pencahayaan yang baik.
Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah petugas arsip
sendiri. Seseorang diberi tugas mengelola kearsipan harus memiliki
syarat-syarat tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah memiliki pengetahuan tentang
kearsipan, mengetahui seluk-beluk organisasi, terampil, tekun, sabar, teliti,
loyal, cerdas, serta dapat menyimpan rahasia.
Berdasarkan pendapat di atas, maka setiap petugas arsip hendaknya
memperhatikan sistem kearsipan yang ada di kantornya. Sistem kearsipan
tersebut hendaknya sesuai dengan ciri-ciri seperti yang tersebut di atas.
Apabila sistem kearsipan sesuai dengan ciri-ciri tersebut, maka tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa pengelolaan kearsipan akan berjalan lancar.
2. Kegiatan Pengelolaan Kearsipan
Daur hidup suatu arsip menurut Patricia E. Wallace mencakup
proses penciptaan arsip (record creation), pendistribusian (records
distribution), penggunaan (records utilization), penyimpanan arsip aktif
16
Moeftie Wiriadihardja, Beberapa Masalah Kearsipan Di Indonesia, (Jakarta, Balai
Pustaka, 1987), Cet. Ke-1, h. 46 19
(storage-active record), pemusnahan arsip (record disposal) dan
menyimpan arsip secara permanen (permanent storage). Sedangkan Betty
R. Ricks etat, membagi daur hidup arsip dalam beberapa fase yakni
penciptaan dan penerimaan (creation and receipt) pendistribusian
(distribution),
penggunaan
(use),
pemeliharan
(maintenance)
dan
penyusutan (dispotition) arsip.
Dari beberapa konsep mengenai daur hidup arsip sesungguhnnya
dapat disederhanakan dalam tiga fase yaitu fase penciptaan arsip,
penggunaan dan pemeliharaan arsip, dan fase penyusutan arsip sebagai
masa istirahat arsip. Fase Penciptaan sebagai tahap awal arsip, baik pada
daur hidup arsip menurut Wallace maupun Ricks, akan menentukan
"perjalanan hidup" arsip selanjutnya. Pada fase inilah sesungguhnya cikal
bakal suatu informasi akan menjadi arsip atau tidak. Oleh karenanya
pengelolaan (manajemen) arsip dimulai pada fase penciptaan ini.
a. Fase Penciptaan
Masa penciptaan arsip merupakan awal dari lahirnya suatu
active record (arsip dinamis aktif). Menurut Suzan Z. Diamond, proses
penciptaan arsip mulai ketika perlu dituliskan diatas kertas, data
dimasukkan ke dalam komputer atau informasi ditangkap ke dalam
film. Arsip dinamis dapat berwujud berbagai media seperti kopi makas
(hard copy), media magnetis, mikrobentuk, atau cakram optik (optical
disc). 17 Betty R. Ricks et al, dalarn bukunya ”Information and Image
Management. : A. Records Sistem Approach” menyatakan bahwa
arsip-arsip tercipta pada seluruh level organisasi mulai dari tingkat
clerk sampai tingkat pimpinan eksekutif (1992 : 10). Pada masa
penciptaan arsip ini menurut Robek, Brown and Maedke dilaksanakan
beberapa proses manajemen adalah manajemen desain formulir,
manajemen korespondensi dan manajemen pelaporan.
1). Manajemen dan Desain Formulir
17
Basuki, Manajemen Pengelolaan Arsip Dinamis..., h. 229 20
Formulir bagi organisasi merupakan alat dasar bagi seluruh
pekerjaan yang administratif, dan dapat digunakan untuk transaksi,
mentransmisi keterangan-keterangan, memberikan data untuk
pengawasan dan mengurangi kesalahan-kesalahan administratif.
Formulir dapat memberikan fasilitas terhadap pengumpulan dan
pemindahan data dan informasi dengan cepat dalam bentuk yang
ringkas dan padat. Formulir merupakan alat penting untuk
menciptakan dokumen karena formulir menentukan informasi apa
yang akan dikumpulkan dan disimpan (Smith ill, 1986 : 1949).
Formulir-formulir dinas harus dirancang terlebih dahulu sesuai
dengan kebutuhan. Untuk itu suatu program manajemen formulir
sangat dibutuhkan. Manajemen formulir merupakan salah satu
fungsi
menajemen
arsip
dinamis,
yang
dirancang
untuk
memperoleh pengumpulan dan distribusi informasi secara efisien
(Rikcs,et al 1992 : 358). Menurut Smith III manajemen formulir
bertujuan untuk membuat desain, produksi dan distribusi formulirformulir untuk suatu kegiatan seefisien mungkin (1986 : 149).
Manajemen formulir merupakan fase penciptaan standarisasi dari
desain formulir, akan menentukan data dan infomasi apa saja yang
layak direkarn. Isi data dan informasi yang akan direkarn
sebaiknya juga akan menentukan kualitas kertas dan formulir.
Informasi yang dianggap penting bagi organisasi atau sangat vital
bagi keberlangsungan hidup organisasi akan menggunakan kualitas
kertas yang tinggi. Dengan demikian desain formulir merupakan
fase yang penting di dalam manajemen formulir.
2). Manajemen Korespondensi
Surat-surat yang berisi informasi kedinasan dalam bentuk
pernyataan tertulis yang dibuat oleh organisasi sebagai sarana
komunikasi pada dasarnya harus dikelola secara tepat agar dapat
21
meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi. Pengelolaan
terhadap surat bagi organisasi merupakan hal yang penting. Hal ini
berangkat pada efisiensi informasi yang akan direkam dalam surat
dinas, yang memberikan pengaruh terhadap masa simpan fisik dan
informasi surat. Sistem pengelolaan ini merupakan correspondence
management atau yang seringkali disebut sebagai tata persuratan.
Pada masa penciptaan, tata persuratan akan merancang dan
mengatur bentuk, sistematik dan susunan, ukuran, kualitas kertas.
Perancangan dan pengaturan sejak tahap awal keberlangsungan
hidup arsip, akan mempermudah penyimpanan maupun pemilihan
sarana simpannya dan membantu di dalam penemuan kembali.
3). Manajemen Pelaporan
Pelaporan merupakan proses kegiatan menginformasikan
fakta-fakta dan kejadian-kejadian secara actual dan tertulis didalam
rangka upaya pembinaan organisasi. Naskah laporan ini harus
didistribusikan dengan cepat dan tepat dan disimpan untuk bahanbahan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengawasan.
Untuk
memperoleh laporan yang berkualitas, diperlukan suatu sistem
(manajemen) yang mengatur keseluruhan proses penyusunan
laporan. Manajemen pelaporan akan memberikan batas-batas
sistematik di dalam menyusun dan merancang suatu laporan, baik
yang menyangkut bahasa, materi dan format serta prosedur
pendistribusiannya. Laporan yang berkualitas pada umumnya harus
memiliki kriteria, antara lain:
a) Laporan harus mentransmisi keterangan-keterangan.
b) Laporan harus berisi fakta dan solusi dan bukan opini-opini.
c) Laporan harus memberikan penjelasan yang rinci (exposition).
Laporan harus bersifat objektif sehingga hal- hal yang
bersifat subjektif dan emosional harus dihindarkan.
22
b. Fase Penggunaan dan Pendistribusian Arsip
Pengurusan surat merupakan salah satu elemen dan fungsi arti
program manajemen kearsipan. Pengelolaan surat yang dilaksanakan
secara efisien merupakan hal yang penting di dalam mendistribusikan
informasi dari satu unit kerja ke unit kerja lain di dalam organisasi dan
distribusi
informasi
antar
organisasi.
Dengan
melaksanakan
pengelolaan surat secara efektif akan mempercepat proses pelaksanaan
kerja.
Proses
penerimaan,
pengelolaan
surat
pengarahan/penilaian,
meliputi
kegiatan-kegiatan
pencatatan,
pendistribusian,
pengendalian, pengolahan dan pengiriman surat dinas. Surat-surat yang
telah selesai diolah atau selesai tindak lanjutnya disimpan (storage)
pada tempat penyimpanan dengan suatu sistem tertentu.
1). Sistem Penyimpanan dan Pemberkasan
Surat-surat yang telah mendapat disposisi dapat dikatakan
telah menjadi arsip. Arsip dapat disimpan dengan penataan
terhadap arsip-arsip yang sudah memberkas (mengelompok).
Kegiatan penataan berkas ini merupakan kegiatan yang bersifat
mengatur, menyusun dan menata semua jenis arsip dalam bentuk
tatanan yang sistematis dan logis agar dapat diketemukan kembali
dengan cepat, tepat, akurat dan lengkap. Di dalam skema,
pemberkasan, sistem penyimpanan dan penemuan kembali dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sistem Pemberkasan Penyimpanan (storage) => Temu
Kembali (Fisik) => informasi. Di dalam menyimpan arsip yang
harus diperhatikan masalah asas pengorganisasian arsip. Arsiparsip dinamis (aktif) dapat disimpan dan dikelola secara sentralisasi
pada satu unit khusus di dalam organisasi yang biasa dikenal
sebagai central file. Secara organisatoris pusat arsip merupakan
bagian
integral
dari
suatu
organisasi,
mengemban
tugas
melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan arsip inaktif dalam
23
lingkungannya. 18 Teknik pengurusan penyelenggaraan rekod
secara sentral sudah tentu amat menguntungkan bagi organisasi
yang masih sederhana atau organisasi kecil yang urusannya tidak
begitu rumit. 19 Dengan menerapkan asas sentralisasi maka sistem
penyimpanan yang digunakan akan menjadi standar. Seluruh arsip
akan dapat disimpan dan diketemukan kembali dengan aturan dan
prosedur yang sama.
Untuk organisasi yang relatif besar, asas penyimpanan yang
tepat untuk diterapkan adalah desentralisasi. Dalam asas ini semua
unit pengolah/kerja diberikan otoritas untuk menyimpan dan
mengelola arsip aktifnya masing-masing. Asas ini dapat diterapkan
apabila organisasi mempunyai rentang tugas yang panjang, beban
kerja yang besar dan lokasinya berpencar dan berjauhan.
Disamping dua asas ini, organisasi juga dapat menerapkan asas
gabungan yang merupakan kombinasi asas sentralisasi dan
desentarlisasi. Prinsip asas ini adalah bahwa setiap unit pengolah
diberikan otoritas untuk melakukan penyimpanan dan pengelolaan
arsip dengan kontrol atau pengendalian sistem secara terpusat oleh
satu unit khusus di dalam organisasi.
Untuk melakukan penyimpanan arsip-arsip aktif ini ada
beberapa Classification sistem yang dapat diterapkan (Lundgren
and Lundgren, 1989 : 83). Beberapa pakar kearsipan menyebut
terminology sistem klasifikasi sebagai filing sistem (sistem
pemberkasan) dan filing methods (metode pemberkasan) (Lih :
Robek, 1987 : 157 dan Penn, 1989 : 122). Pemilihan sistem
pemberkasan yang akan digunakan sangat bergantung pada
kegunaan masing-masing arsip bagi pengguna dan jenis arsip itu
18
Boedi Martono, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan, (Jakarta: Pustaka
Sinar, 1992), Cet. Ke-1, h. 87 19
E. Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing dalam Praktek Perkantoran
Modern, (Jakarta: Karya Utama, 1994), Cet. Ke-5, h. 12 24
sendiri. Sehingga dapat terjadi beberapa arsip yang berbeda
diberkaskan dengan sistem yang berbeda pula.
Di dalam menentukan sistem pemberkasan yang akan
diterapkan perlu dipertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah
bentuk arsip, sifat serta bidang-bidang kegiatan organisasi dan
karakteristik organisasi bersangkutan. Perlu juga diperhatikan
bahwa
sistem
pemberkasan
yang
akan
diterapkan
harus
menggambarkan secara jelas bentuk berkas arsipnya, sehingga di
dalam penemuan kembalinya dapat dilakukan secara cepat dan
tepat. Beberapa sistem pemberkasan diantaranya adalah Numeric,
Alphabetcal dan Alphanumeric (Penn, 1989 : 123-124) atau
menurut Lundgren dan Lundgren membedakan atas Alphabetic
Classification, Numeric Classification dan Subject Clasification
(1989 :83-87).
2). Penemuan Kembali
Prosedur kearsipan yang baik dilakukan secara sentralisasi
ataupun secara desentralisasi bermaksud menyediakan pelayanan
informasi yang terkandung dalam rekod setepat-tepatnya dan
secepat cepatnya bila diperlukan.
Penataan berkas sebagai salah satu bagian dari kegiatan
kantor sudah tenti mempunyai sasaran tujuan yang hendak
dicapai. Kegiatan mengurus warkat merupakan mata rantai yang
penting dalam penyelenggaraan administrasi perkantoran pada
umumnya dan ketatausahaan pada khususnya. Administrasi dalam
arti sempit ialah tata usaha. 20 Pekerjaan tata usaha itu merupakan
pekerjaan kantor yang senantiasa dikerjakan dengan teliti dan
terus menerus.
Maksud suatu warkat disimpan adalah agar bila perlu
memperoleh informasi yang terkandung di dalam warkat itu dapat
20
E. Martono, Dasar-Dasar Kesekretariatan dan Kearsipan, (Jakarta: Karya Utama,
1985), Cet. Ke-4, h. 21
25
diperoleh kembali bila diperlukan. Oleh karena itu inti dari filing
adalah penemuan kembali warkat dengan cepat dan tepat. 21
Sistem
filing
yang
dipergunakan
hendaknya
menjamin
kemudahan pencarian kembali warkat yang tersimpan, apapun
sistem yang dipergunakan.
Masalah lain yang sering timbul dalam penyelenggaraan
tata kearsipan/tata berkas antara lain berupa:
a) Kesulitan memperoleh kembali warkat karena hilang
b) Kesulitan menemukan arkat baru didapat setelah
membongkari tumpukan berkas
c) Setiap kali warkat senantiasa bertambah volumenya
d) Kesulitan memperoleh tempat penyimpanan yang
layak dan memenuhi syarat
e) Kekurangan pegawai yang cukup terlatih di bidang
tata berkas. 22
Untuk mengatasi dan memecahkan masalah di bidang tata
berkas, sebenarnya disinilah letak pengertian filing sesungguhnya.
c. Fase Pemeliharaan
Agar arsip dapat terkelola dan tertata dengan rapi serta apik,
maka sangat diperlukan tenaga pengelola yang profesional dengan
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, untuk
melahirkan sumber daya aparatur yang terampil di bidang kearsipan.
Kemudian pembenahan adiministrasi kearsipan, hendaknya senantiasa
sejalan dengan tujuan pelaksanaan tata kearsipan, baik sebagai sumber
infomasi, pusat ingatan, alat pengendali dan sarana pengungkapan
sejarah, sarana penelitian maupun sebagai sarana evaluasi dalam
penyelenggaraan
pemerintahan.
Selanjutnya,
untuk
mendorong
terciptanya sikap aparat kearsipan sesuai tuntutan zaman dan
kebutuhan, antara lain perlu diperhatikan pengembangan karir yang
bersangkutan.
21
Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing…, h. 74
22
Martono, Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing…, h. 75 26
d. Fase Penyusutan
Tidak selamanya arsip-arsip harus disimpan di dalam tempat
penyimpanan. Kalau semua arsip harus disimpan terus, dapat
dibayangkan bahwa kantor-kantor akan dipenuhi oleh arsip.
Penyusutan adalah termasuk kegiatan yang harus dilakukan dalam
pengelolaan kearsipan. Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah N0. 34
tahun 1979 disebutkan, penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan
arsip dengan cara:
1) Memindahkan arsip inaktif dari unit pengolahan ke unit
kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga Negara atau
badan pemerintah masing-masing.
2) Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
3) Menyerahkan arsip statis oleh unit kearsipan kepada Arsip
Nasional. 23
Untuk keperluan itu hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut di bawah ini:
1) Angka pemakaian
2) Jadwal retensi arsip
3) Nilai kegunaan arsip
4) Pemindahan arsip
5) Pemusnahan arsip 24
Dari kelima hal tersebut di atas, tiga di muka merupakan
rambu-rambu penyusutan arsip. Jadi dalam menentukan penyusutan
arsip dapat berkonsultasi dengan angka pemakaian, jadwal retensi
arsip dan nilai kegunaan arsip.
Arsip akan lahir dengan sendirinya bila aktivitas-aktivitas
dalam pelaksanaan fungsi instansi berjalan. Arsip tidak pernah
diciptakan secara khusus tetapi ia merupakan hasil samping (by
23
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 52
24
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 52 27
product) dari kegiatan organisasi atau instansi. Di sini terlihat
kaitan erat antara arsip dengan creating agency (instansi penciptanya)
sebagai
bukti
dokumenter
mengenai
penyelesaian
berbagai
persoalan, bukti-bukti transaksi maupun perencanaan ke depan dari
instansi yang bersangkutan.
Untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas operasional
instansi, sebagaimana tujuan diselenggarakannya manajemen arsip
dinamis (records management), arsip harus disusutkan. Manfaat
penyusutan yang konsisten dan prosedural dapat menghemat ruang
penyimpanan, peralatan kearsipan, tenaga, waktu dan akhirnya akan
tercapai penghematan biaya operasional. Arsip yang frekuensi
penggunaannya sudah sangat rendah yang digunakan kurang dari
enam kali dalam satu tahun (standar International Council on
Archives), harus disimpan di tempat yang nilai ekonominya lebih
rendah, yaitu Unit Kearsipan (Records Centre) sebagai arsip inaktif.
Persoalannya adalah bahwa di Indonesia belum ditemukan
tradisi
menghitung
frekuensi
penggunaan
berkas.
Sering
diperdebatkan pengertian frekuensi penggunaan sangat menurun ini,
antara pihak Unit Pengolah dengan pihak petugas arsip/arsiparis.
Dalam situasi seperti tersebut ada kecenderungan anggapan di Unit
Pengolah, bahwa arsip yang masih sesekali digunakan dianggap masih
aktif dan hanya arsip yang sudah tidak digunakan saja yang disebut in
aktif. Akibat langsung dan kecenderungan ini ialah bahwa Unit
Kearsipan diidentikkan dengan tempat penyimpanan sampah, atau
bahkan petugas arsip pada Unit Kearsipan cenderung dianggap tidak
ada sama saja.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka Jadwal Retensi Arsip
(JRA) sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun
1979, merupakan kompetensi pimpinan instansi. Jadwal retensi adalah
suatu daftar yang memuat kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok
28
arsip dapat disimpan atau dimusnahkan. 25 Penyusunan JRA, dengan
sendirinya tidak lepas dari tindakan untuk menilai suatu arsip, baik
atas dasar jenisnya, fisiknya maupun informasinya. Dari penilaianpenilaian yang dapat dilakukan itu, penilaian yang paling esensial
ialah penilaian atas dasar informasi yang terkandung di dalam arsip.
Dengan adanya informasi yang terkandung dalam arsip itu, maka
dapat ditentukan nilai kegunaannya.
Penilaian mengandung pengertian tindakan analisis seri berkas
berdasarkan nilai gunanya. Penilaian dilakukan dalam rangka
penetapan jangka simpan (retensi), serta menentukan simpan
permanen dan musnah. Penilaian arsip adalah dasar dari penyusutan
arsip. Tidak ada standar yang pasti untuk menilai arsip, dan tata cara
penentuan nilai tidak dapat dilakukan secara mekanis. Syarat-syarat
yang perlu diperhatikan dalam rangka menilai arsip adalah:
1) Penilaian dilakukan dengan memperhatikan hubungan
antara seri berkas dengan yang lainnya.
2) Penilaian diselenggarakan atas dasar pengetahuan
bersangkutan.
3) Penilaian harus memperhatikan arti dari sumber arsip yang
menciptakan dan memperhatikan kedudukan masingmasing unit organisasi dan struktur pemerintahan, sifat
kegiatannya.
4) Penilaian harus memperhatikan faktor biaya untuk
pemeliharaannya. 26
Jadwal Retensi Arsip (JRA) merupakan pedoman kerja
petugas arsip/arsiparis dalam penyusutan arsip yang secara minimal
harus mencakup jenis arsip, jangka simpan, dan keterangan nasib
akhirnya. Ini berbeda dengan tradisi barat yang melihat JRA (Records
Retention Schedule) sebagai inisiatif petugas arsip (records clerk,
records management, archivist) dan merupakan rangkaian kegiatan
25
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 55
26
Boedi Martono, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), Cet. Ke-1, h. 47 29
pemilahan arsip untuk dirundingkan retensinya dengan pimpinan Unit
Pengolah dan Pimpinan instansi yang bersangkutan.
Setiap upaya penyusutan arsip harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia.
Dan aspek hukum terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan:
Pertama, Ketentuan yang mengatur bidang kearsipan. Dalam hal ini
dapat disebutkan antara lain: Undang-undang No. 7 tahm 1971,
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 dan Surat Edaran Kepala
Arsip Nasional RI No. 01/SE/1981 dan No. 02/SE/1983. Meskipun
demikian dokumen untuk pengertian arsip perusahaan, juga perlu
diperhatikan Undang-undang No. 8 tahun 1997. Kedua, Ketentuan
yang mengatur bidang operasionaI instansi pencipta arsip (creating
agency) setiap naskah dinas (official paper) sebagai unsur pokok
arsip, pada prinsipnya adalah konfidensial. Artinya harus mengikuti
ketentuan hukum yang mengatur keberadaan dan cara kerja instansi
pencipta. Beberapa produk hukum tertentu yang menyangkut
ketentuan bagaimana suatu naskah dinas itu harus dikelola. Ketiga,
Ketentuan hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan lain, namun
mengingat cara instansi/perusahaan memperlakukan arsipnya (statute
of limitation). Dalam hal ini dapat disebutkan antara lain Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Hukum Pidana, Hukum
Perdata, ISO 9000, dan kontrak-kontrak kerja (business) yang
menyangkut hal-hal khusus. Pengertian khusus dihubungkan dengan
teknologi tinggi, operasi intelijen, dan lain-lain.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun
1979, pasal 4, bahwa setiap Lembaga Negara dan Badan-Badan
Pemerintah wajib memliki JRA yang berupa daftar berisi sekurangkurangnya jenis arsip beserta jangka waktu penyimpanannya sesuai
dengan nilai kegunaannya dan dipakai sebagai pedoman penyusutan
30
arsip. 27 Maka dapat diartikan bahwa penyusutan arsip harus di
lakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Artinya
penyusutan arsip bukanlah hanya sesuatu masalah yang mendesak,
melainkan sebuah kewajiban konstitusional yang harus dilaksanakan
dengan tanggung jawab hukum yang jelas. Harus ada prosedur standar
operasional dalam pelaksanaannya sehingga setiap ketentuan dapat
diukur dan dituntut pertanggung jawabannya.
Manajemen arsip pada prinsipnya adalah manajemen naskah
dinas (official papers) dan bentuk konfidensial. Artinya informasi di
dalamnya hanya boleh diketahui atau dilihat oleh orang yang
memerlukan dan berhak. Karena itu harus ada ketentuan hukum yang
mengatur keterbukaan informasi (access), sehingga keberadaan JRA,
pada dasarnya hanya merupakan pedoman kerja bagi para petugas
arsip/arsiparis yang secara fungsional menjadi bagian dari struktur
organisasi pencipta arsipnya.
Dalam aspek keilmuan, JRA memiliki dua tujuan, yaitu
sebagai sub sistem dari manajemen peningkatan efisiensi operasional
instansi dan perlindungan terhadap informasi pertanggungjawaban
nasional serta upaya pelestarian nilai budaya bangsa. Adanya JRA,
maka petugas arsip/arsiparis di instansi yang bersangkutan dapat
secara langsung melakukan penyusutan arsip secara sistematis
berdasarkan pedoman yang sah. Dengan demikian peningkatan
kecepatan akumulasi arsip dapat diimbangi dengan kelancaran
penyusutan, sehingga hanya arsip yang masih benilai guna sajalah
yang disimpan. Hal ini akan bermuara untuk penemuan arsip
(retrieval). Hal penting dari manajemen arsip yang baik adalah bahwa
unit kearsipan menjadi bagian fungsional manajemen instansi dalam
rangka meningkatkan efisiensi operasional.
Penyusutan arsip, dalam perspektif ilmu pengetahuan adalah
fungsi pelestarian arsip yang bernilai guna sekunder bagi kehidupan
27
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 Tentang Penyusutan Arsip. 31
kebangsaan. Dengan adanya pedoman penyusutan arsip sejak awal
telah dapat dipantau dan dilakukan langkah penyelamatan bukti
pertanggung jawaban nasional dan bukti prestasi intelektual berupa
nilai budaya bangsa yang terekam dalam bentuk arsip. Bukti
pertanggung jawaban dan prestasi budaya tersebut bukan saja
bermanfaat bagi kepentingan penelitian sosial, budaya dan sejarah
dalam rangka pembentukan kesadaran jati diri bangsa, melainkan
yang terpenting justru memberikan dukungan data atau informasi
dalam perumusan kebijaksanaan nasional.
Penentuan jangka simpan arsip, sebagai bagian terpenting
dalam penyusutan arsip, pada prinsipnya harus mempertimbangkan
dua nilai guna arsip dan pertanggungjawaban hukum dalam
penyelenggaraan kehidupan kenegaraan dari aspek nilai guna, sesuai
dengan Surat Edaran Kepala ANRI Nomor 02/SE/1983, dapat
dibedakan antara. nilai guna primer dan nilai guna sekunder. Dan
aspek hukum pada prinsipnya harus mempertimbangkan beberapa hal:
Pertama, Ketentuan hukum yang mengatur bidang kearsipan; Kedua,
ketentuan hukum yang mengatur bidang operasional instansi yang
bersangkutan.
Nilai guna primer pada prinsipnya adalah nilai yang melekat
pada kepentingan operasional instansi yang bersangkutan. Dalam hal
ini dapat dibedakan dalam lima nilai guna yaitu:
1) Administrasi
2) Hukum
3) Fiskal.
4) Ilmiah&Teknologi
5) Nilai perorangan. 28
Di samping nilai guna primer, sebagian kecil arsip memiliki
nilai guna sekunder yaitu kegunaan arsip di luar kepentingan
organisasi yaitu untuk kepentingan penelitian di dalam kaitannya
28
Martono, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip…, h. 48-50 32
dengan berbagai ilmu pengetahuan serta kepentingan masyarakat luas
lainnya. Termasuk dalam nilai guna sekunder, adalah nilai guna
informasional dan nilai-nilai guna kebuktian. 29 Arsip bernilai guna
informasional pada prinsipnya adalah semua hal yang mengenai
peristiwa/fenomena orang/organisasi/tempat yang menjadi bagian
langsung dari arus peristiwa nasional dan/tokoh nasional. Arsip
bernilai guna evidential, merupakan arsip bukti keberadaan sejarah
lembaga, pencipta (creating agency) arsip yang bersangkutan atau
keberadaan sesuatu fenomena sejarah, termasuk pula arsip semua
produk
hukum
yang
bersifat
mengatur
dari
instansi
yang
bersangkutan dan bukti prestasi budaya/intelektual yang bersifat
original.
Semua arsip yang bernilai guna sekunder, tersebut dalam
prinsipnya adalah arsip bernilai guna permanen, artinya harus
dilestarikan keberadaannya. Untuk arsip, bernilai guna permanen,
dapat disimpan secara terus menerus di lembaga pencipta (creating
agency) dan apabila. sudah tidak diperlukan lagi wajib diserahkan
kepada Arsip Nasional Republik Indonesia sebagai arsip statis.
Persoalan kapan arsip tersebut disusutkan, harus ditetapkan
dalam pedoman jangka simpan arsip yang secara umum disebut
Jadwal Retensi Arsip (JRA). Prosedur dan teknik Penentuan jangka
simpan arsip menjadi wilayah kerja Pak Burhan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 1979, sebuah JRA setidak-tidaknya harus berisi informasi
tentang tiga hal, yaitu jenis arsip, jangka simpan dan keterangan.
Berdasarkan ketentuan tersebut untuk penentuan model JRA terbuka
luas, sesuai kebutuhan instansi masing-masing. Artinya dapat
dilakukan perubahan lebih rinci, misalnya menyangkut jangka, simpan
aktif, inaktif, dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman teoritis dan
praktek, sebuah JRA sangat tepat bila disusun dalam format yang
29
Martono, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip…, h. 50 33
jelas. Jenis arsip merupakan susunan arsip dan sebuah seri keglatan
(Records Series). Sementara jangka simpan dibedakan antara, arsip
aktif dengan inaktif. Pada kolom ditempatkan disposisi mengenai
nasib akhir bagi setiap seri arsip.
JRA pada prinsipnya adalah produk hukum untuk menjamin
bahwa penyusutan arsip dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku. Keberadaan JRA sesuai dengan Ketentuan PP Nomor
34/1979
merupakan
keharusan
bagi
setiap
instansi
Pemerintah/Perusahaan Negara. Kehadiran UU Nomor 8/1997 tidak
merubah esensi penyusutan arsip, dan bahkan menjadikan penyusatan
sebagai
komitmen
nasional
karena
setiap
perusahaan
wajib
menyerahkan arsip statis yang bernilai pertanggungjawaban nasional
ke Badan Arsip. Dengan demikian, diperlukan kerjasama yang baik
dengan Badan Arsip agar penyusutan arsip secara sistematis dapat
dilaksanakan dengan baik oleh setiap instansi/perusahaan.
Oleh karena itu, JRA adalah sebuah produk hukum, sebuah
keputusan pucuk pimpinan instansi (Menteri, Kepala LPND, Direksi
Perusahaan), untuk menjamin bahwa penyusutan arsip di instansinya
telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan hukum yang berlaku.
Dengan demikian juga merupakan jaminan akuntabilitas kegiatan
instansi/perusahaan dan sekaligus perlindungan hukurn bagi petugas
arsip/Arsiparis yang melakukan penyusutan arsip di masing-masing
instansi/perusahaan.
Sedangkan muara akhir dari Jadwal Retensi Arsip ada dua:
yakni memusnahkan atau menyerahkan arsip statis ke Arsip Nasional
Republik Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
diperlukan kesepakatan ANRI dengan perancang JRA, mengingat tiga
hal
1) Aspek Efisiensi: Dengan adanya JRA yang telah disetujui ANRI,
berarti sesuatu instansi dapat melakukan penyusutan arsipnya
sendiri sesuai ketentuan JRA;
34
2) Aspek
Akuntabilitas:
Dengan
bekerjasama
dengan
ANRI
memungkinkan setiap instansi melestarikan arsip statis yang
dianggap mewakili akuntabilitas perannya secara nasional;
3) Aspek Budaya: Dengan adanya peran ANRI dalam perumusan
JRA, berarti setiap instansi dapat menyelamatkan arsip bukti
pertanggungiawaban
nasional
dan
bukti
keberadaan/sejarah
instansinya secara otomatis sejak arsip masih aktif
Secara hukum proses penentuan JRA diatur dalam PP Nomor
34/1979. Secara umum, dapat dikatakan sebagai berikut :
1) Perumusan rancangan JRA sesuatu instansi/perusahaan disusun
oleh suatu tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi/perusahaan;
2) Arsip Nasional Republik Indonesia dapat ditempatkan sebagai nara
sumber perumusan JRA instansi/Perusahaan;
3) Rancangan JRA harus diajukan kepada Kepala Arsip Nasional
Republik Indonesia untuk memperoleh persetujuan. Dalam hal
mengenai arsip Keuangan perlu dipertimbangan pendapatnya
Ketua BPK, dan Ketua BAKN untuk arsip Kepegawaian, serta
Menteri Dalam Negeri untuk Arsip Pemerintahan Daerah;
4) Pimpinan instansi/Direksi Perusahaan menetapkan Keputusan
berlakunya JRA dilingkungan instansinya setelah memperoleh
persetujuan Kepala ANRI. 30
JRA pada prinsipnya tidak berlaku surut artinya hanya untuk
arsip yang tercipta sejak terbit surat Keputusan berlakunya JRA.
Sementara itu, sebagai lembaga yang tumbuh berkelanjutan setiap
instansi akan memiliki arsip yang tercipta sejak sebelum berlakunya
JRA. Baik arsip yang tercipta sebelum berlaku JRA maupun setelah
berlaku JRA yang semuanya perlu disusutkan. Berdasarkan kenyataan
tersebut, maka dapat dinyatakan: Pertama, Arsip yang tercipta setelah
bertaku JRA disusutkan berdasarkan JRA instansi yang bersangkutan;
Kedua, Arsip yang tercipta sebelum berlaku JRA disusutkan sesuai
30
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 Tentang Penyusutan Arsip. 35
dengan Surat Edaran Kepala ANRI Nornor Ol/SE/1981; Ketiga, JRA
yang ada dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusutan dan
penyusunan Daftar Pertelaan Arsip yang akan disusutkan/dimusnahkan; Keempat, Penyusutan arsip berdasarkan JRA dapat dilakukan
secara sistematis oleh instansi masing-masing, kecuali arsip tersebut
dinyatakan dinilai kembali atau berjangka simpan 10 tahun/lebih;
Kelima, Pemusnahan arsip sebelum terbit JRA dapat dilakukan hanya
setelah memperoleh persetujuan Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia, setelah mendengar pertimbangan pimpinan instansi yang
berkepentingan.
Dewasa ini belum banyak yang mengenal adanya penyusutan
arsip dinamis. Kondisi ini terjadi karena belum memasyarakatnya
masalah kearsipan di negara kita, dan juga ilmu kearsipan di Indonesia
belum begitu berkembang. Dampak yang ditimbulkan adalah sangat
luas terutama bagi perkembangan Ilmu Kearsipan itu sendiri dan juga
bagi pemasyarakatan masalah kearsipan. Sehingga timbul masalah
penyusutan arsip dinamis, seperti:
1) Kurang adanya kesadaran untuk menyerahkan arsip kepada ANRI
2) Perlakuan yang sama antara arsip penting dengan tidak penting
3) Sistem yang dipilih tidak tepat
4) Kemampuan SDM yang kurang
Dalam penyusutan arsip dinamis harus selalu berpedoman
kepada:
1) UU No 7/1971, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan
2) PP No 34/1979, tentang Penyusutan Arsip (Dinamis)
SE Ka ANRI No. SE/01/1981, tentang penanganan arsip inaktif
sebagai pelaksanaan ketentuan peralihan PP tentang penyusutan
arsip dinamis. (bagi instansi yang belum memiliki JRA)
3) SE Ka ANRI No. SE/02/1983, tentang pedoman umum untuk
menentukan nilai guna arsip
Dengan demikian inti dari penyusutan arsip adalah upaya
pengurangan arsip yang tercipta baik dengan cara pemindahan,
pemusnahan, maupun penyerahan. Dari pengertian penyusutan arsip
36
tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu ditelaah den dijelaskan
lebih lanjut baik menyangkut komponen serta persyaratan yang perlu
dipenuhi.
1. Memindahkan arsip
Memindahkan arsip dari unit pengolah ke pusat arsip adalah
dengan cara menyiangi (weeding) arsip yang telah habis jangka
waktu penyimpanannya dan sudah tidak dipergunakan lagi. 31
Tujuannya agar arsip dinamis yang frekuensi penggunaannya
masih tinggi atau sering digunakan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan (dinamis aktif) mudah ditemukan kembali bila
diperlukan. Dan arsip yang frekuensi penggunaannya sudah
menurun (arsip dinamis inaktif), mungkin hanya satu kali
digunakan, dapat diselamatkan dengan mudah, dengan cara
memindahkannya ke pusat arsip sehingga dapat didayagunakan
sebagai referensi atau berbagai kepentingan. Sasaran lain hendak
dituju adalah kedua jenis arsip tersebut tidak bercampur baur
menjadi satu sehingga dapat menyulitkan temu kembali arsipnya.
Pengertian yang kedua adalah bila beban tugas suatu
instansi itu luas atau besar maka arsip aktifnya dapat disimpan di
unit pengolah masing-masing. Tetapi bila lingkup kerjanya sempit
dan arsip yang dihasilkan juga sedikit maka disarankan untuk
memusatkan penyimpanan arsip aktifnya. Kedua cara tersebut bila
arsipnya telah mencapai masa inaktif arsip dipindahkan ke pusat
arsip sebagai pusat penyimpanan arsip inaktif. Tetapi bila suatu
organisasi yang rentang tugasnya kecil dan volume arsipnya
sedikit, arsip aktif dan inaktif dapat disimpan secara terpusat pada
suatu unit yang ditugaskan untuk mengelolanya. Pengertian
pemindahan arsip aktif ke inaktif dapat dilakukan dari filing
cabinet satu ke filing cabinet kedua. Filing cabinet satu berisi arsip
aktif dan filing cabinet kedua berisi arsip inaktif. Meskipun
31
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 59 37
pemindahan tersebut dilakukan dalam ruang yang sama asalkan
beda tempat penyimpanannya dapat disebut sebagi penyusutan
arsip. (arsip inaktif dapat juga disimpan di rak arsip).
Hal lain yang perlu dijelaskan dalam definisi penyusutan
sebagaimana tertuang dalam PP 34 tersebut memperlihatkan
adanya konsepsi pusat arsip. Pusat arsip (dinamis) adalah tempat
penyimpanan arsip inaktif, atau sering disebut record centre. 32
Manfaat adanya pusat arsip dinamis di samping memperoleh
efisiensi dan penghematan, juga dalam rangka pendayagunaan arsip
inaktif. Arsip inaktif dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai
referensi atau sumber informasi organisasi. Fungsi dari pusat arsip
dinamis adalah untuk menghindarkan terjadinya penumpukan arsip
inaktif di unit kerja. Dengan demikian mengurangi beban bagi unit
kerja juga memudahkan perawatannya. Adanya pusat arsip dinamis
dapat memberikan kepastian terhadap arsip-arsip yang bernilai
guna permanen. Dan yang lebih penting lagi adalah terjadinya
efisiensi baik penggunaan ruanganm, peralatan, tenaga, dan waktu.
2. Memusnahkan arsip
Memusnahkan arsip berarti menghapus keberadaan arsip
dari tempat penyimpanan. Jadi pemusnahan arsip adalah tindakan
menghancurkan secara fisik arsip-arsip yang sudah berakhir
fungsinya dan sudah tidak memiliki nilai kegunaan lagi.33
Penghancuran arsip harus dilakukan secara total, sehingga
hilang sama sekali identitas arsip yang bersangkutan. Pelaksanaan
pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan cara:
a) Pembakaran arsip
b) Penghancuran arsip dengan bahan kimia (misalnya dengan
soda api)
32
Martono, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan…, h. 87
33
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 61 38
c) Pencacahan arsip dengan mesin pencacah arsip. 34
Arsip-arsip yang sudah habis masa berlakunya dan telah
diputuskan untuk dimusnahkan, tidak dibenarkan dimanfaatkan
dengan cara digunakan sebagai sampul surat apalagi dijual nantinya
digunakan sebagai alat pembungkus. Pemanfaatan arsip yang sudah
tidak digunakan lagi hanya dibenarkan apabila sudah berujud
kawul, yaitu sudah dicacah dengan mesin pencacah arsip.
Dalam melakukan pemusnahan arsip perlu memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, yaitu:
a) Perlu membuat daftar pertelaan untuk arsip-arsip yang akan
dimusnahkan.
b) Harus dibuatkan berita acara pemusnahan
c) Harus disaksikan oleh dua orang pejabat yang berwenang. 35
Apabila diadakan penyusutan, maka terjadi pemidahan
arsip, tetapi arsip tidak akan menjadi susut kalau tidak
dimusnahkan arsip-arsip yang tidak berfungsi dan tidak berguna
lagi.
3. Menyerahkan arsip ke ANRI
Selanjutnya dalam hal penyusutan untuk penyerahan arsip
ke ANRI, prosedur pelaksanaannya sbb:
a) Penyerahan arsip ke ANRI dilakukan untuk arsip yang
memiliki nilai guna sebagai bahan pertanggungjawaban
nasional, tetapi sudah tidak diperlukan lagi untuk
penyelenggaraan administrasi sehari-hari dan juga setelah
melampaui jangka waktu penyimpanannya.
b) Bagi arsip-arsip yang disimpan oleh lembaga-lembaga negara
atau badan-badan pemerintah di tingkat pusat harus diserahkan
ke ANRI . Sedangkan bagi yang ada di tingkat daerah harus
diserahkan ke Arsip Nasional Wilayah. 36
34
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 61
35
Sularso, et.al, Dasar-dasar Kearsipan…, h. 61-62
36
http://arsiparis.blogspot.com/2008/03/penyusutan-arsip.html 39
Inti dari kegiatan-kegiatan tata usaha, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pencarian data
Pencatatan data
Pengolahan data
Penggandaan data
Pengiriman data
Penyimpanan data
Pemusnahan data. 37
Sedangkan tata usaha menurut Pedoman Pelayanan Tata
Usaha sebagai berikut: Tata usaha ialah segenap kegiatan
pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun
(menerima), mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan
menyimpan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh
organisasi. Tata usaha merupakan salah satu unsur administratif.
Selanjutnya kantor di mana tata usaha dilaksanakan kini tidak lagi
dipandang sebagai tempat kerja tambahan saja dalam sesuatu badan
usaha, melainkan telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam setiap organisasi yang ingin mencapai suatu tujuan. Jadi,
pada pelaksanaan setiap pekerjaan operatif apa pun dan dalam
sesuatu organisasi manapun tentu dilaksanakan tata usaha.
Dalam garis besarnya tata usaha mempunyai 3 pokok
peranan sebagai berikut:
1. Melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif
untuk mencapai tujuan dari sesuatu organisasi.
2. Menyediakan keterangan-keterangan bagi pimpinan
organisasi itu unuk membuat keputusan atau melakukan
tindakan yang tepat.
3. Membantu
kelancaran
perkembangan
organisasi
sebagai suatu keseluruhan.
Mengenai peranan pokok yang pertama dari tata usaha ini
Litlifield dan Peterson menegaskan sebagai berikut: pekerjaan
37
Martono, Dasar-Dasar Kesekretariatan dan Kearsipan…, h. 23 40
kantor sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan fungsi-fungsi
produksi, penjualan, keuangan, teknik, pembelian, kepegawaian
atau fungsi lainnya yang mungkin perlu dalam sesuatu organisasi
tertentu. Sebaliknya ini adalah suatu proses atau sekelompok proses
yang dipergunakan guna melaksanakan salah satu dari fungsifungsi tersebut. Sumbanganya yang khas ialah menyediakan
keterangan yang diperlukan dalam melakukan salah satu fungsi itu.
Selanjutnya tata usaha membantu pihak pimpinan sesuatu
organisasi dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan
yang tepat. Pencatatan keterangan-keterangan itu selain untuk
keperluan
informasi
juga
bertalian
pertanggungjawaban dan fungsi kontrol.
dengan
fungsi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
pelaksanaan manajemen kearsipan personil pendidikan dan untuk mengetahui
seberapa efektif manajemen kearsipan personil pendidikan dalam rangka
proses menunjang pendidikan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Harapan Bangsa Depok, tepatnya di
Jl. Akses UI No. 89 Depok. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian
ini adalah selama satu bulan dimulai sejak tanggal 26 Maret s/d 30 April 2010.
C. Sumber Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah
ketersediaan sumber data. Betapapun menariknya sebuah masalah penelitian
apabila sumber datanya tidak tersedia dan sulit dijangkau, niscaya tidak dapat
diteliti. Nara sumber sebagai sumber data adalah kepala Tata Usaha dan kepala
sekolah SMK Harapan Bangsa Depok. Menurut Arikunto, sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini
yang dijadikan sumber data adalah:
a. Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung dari responden
b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh dari catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari instansi yang terkait.
41
42
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena
objek yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu
terjun langsung dilokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah wawancara, dokumen, observasi. wawancara yaitu suatu dialog
yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh informasi dari responden
untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan manajemen kearsipan
personil pendidikan di SMK Harapan Bangsa Depok.
Tabel 1
Pedoman Wawancara dengan Kepala Tata Usaha
No
Indikator
1.
Pelaksanan manajemen kearsipan pegawai
a. Pencatatan dan pendistribusian surat
b.
c.
d.
e.
2.
Penyimpanan arsip
Penemuan kembali arsip
Pemeliharaan arsip
Penyusutan, pemindahan dan pemusnahan arsip
Faktor-faktor kearsipan yang baik
a. Pegawai kearsipan yang cakap
b.
Fasilitas kearsipan yang memadai
No Item
1, 2
3, 4
5
6
7, 8, 9
10, 11, 12
13
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya melakukan analisis data untuk
mengambil sebuah kesimpulan akhir yang bersifat kualitatif. Proses analisis
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari wawancara,
dokumen dan observasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
Sekolah Menengah Kejuruan Harapan Bangsa Depok, berdiri diatas
tanah seluas 4300 m² dengan luas bangunan 810 m². Bangunan utama 3 lantai
yang dilengkapi sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dunia
pendidikan dengan total luas 2292 m². Untuk lab perhotelan sekarang dalam
pengajaran untuk tahap pertama lantai satu dari rencana tiga lantai. SMK
Harapan Bangsa Depok ini berlokasi di Jl. Akses UI No. 89 Depok dan
merupakan lembaga pendidikan formal.
SMK Harapan Bangsa Depok ini berada di tengah-tengah pemukiman
penduduk, suatu kondisi yang strategis karena dekat dengan masyarakat yang
merupakan sasaran objek pendidikan. Disamping itu proses belajar mengajar
di SMK Harapan Bangsa Depok tidak tergannggu dengan kendaraan yang lalu
lalang dikarenakan jauh dari area jalan raya sehingga proses belajar mengajar
mengalami kondisi yang cukup kondusif. Selain itu kegiatan proses belajar
mengajar juga didukung dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti lapangan dan
halaman yang biasa digunakan siswa untuk kegiatan upacara atau acara
lainnya.
1. Tujuan
Sejalan dengan pendidikan SMK Harapan Bangsa Depok, maka
beberapa tujuan yang menjadi prioritas SMK Harapan Bangsa Depok:
43
44
a. Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan ketentuan yang
standar yang ditetapkan oleh DIKNAS dalam hal ini direktorat
Sekolah Menengah Kejuruan
b. Melaksanakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu
sumber daya manusia/siswa dan lulusannya
c. Melaksanakan pembinaan IMTAQ dalam proses pembelajaran untuk
mencetak manusia seutuhnya sesuai dengan agama yang dianutnya
d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan membekali siswa dengan
kompetensi-kompetensi atau keahlian sesuai dengan bidangnya guna
mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja
e. Menjadikan SMK Harapan Bangsa Depok sebagai salah satu pusat
lembaga pendidikan dan pelatihan bagi siswa berstandar nasional.
2. Visi dan Misi
a.
Visi
“Menciptakan tenaga kerja yang profesional yang berakhlak”. 1
b. Misi
1) Memelihara budaya bangsa sebagai aset pariwisata
2)
Mengintegrasikan ilmu pariwisata dengan budaya bangsa yang
bermoral dan religius
3)
Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis
dalam kerangka profesionalitas
4)
Mengedepankan pendidikan agama dan menciptakan tenaga
kerja yang berakhlak mulia
5)
Mendidik tenaga terampil melalui guru industri berpengalaman
dan dapat dipertanggung jawabkan guna kepentingan kerja
dalam dan luar negeri
6)
Industri sebagai partner dalam mengembangkan kompetensi
siswa/i untuk job training dan penempatan kerja
1
Dokumentasi, Profil Smk Harapan Bangsa Depok tahun 2010
45
7)
Setiap alumni dibekali sikap dan mental yang mampu bersaing
dalam dunia kerja
3. Struktur Organisasi.
Dalam suatu lembaga pendidikan struktur organisasi itu sangat
penting peranannya. Struktur organisasi sekolah merupakan gerak langkah
yang diatur secara kontrol disipliner agar dapat bekerja sama dengan baik,
dan dengan penempatan personil yang sesuai dengan keahliannya dalam
struktur organisasi yang merupakan faktor penting untuk menentukan
tingkat keberhasilan program kerja sama organisasi. Berikut struktur
organisasi di SMK Harapan Bangsa Depok. 2
Tabel 2
YAYASAN
DR. H. Teguh Prajitno, SE , MM.
MAJELIS SEKOLAH
Joko Sutrisno, SE, MM
KEPALA SEKOLAH
Drs. Suwanto. SE. MM.
KEPALA TATA USAHA
Nurhayani. S. Kom
KURIKULUM
SARANA
PRASARANA
A. Latief, S. Ag.
Hasan Basri, S. Ag.
GURU
K. Laboran
HUBIN
Teja R. S. Pd.
WALI KELAS
Laboran
KAJUR
OSIS
SISWA
2
KESISWAAN
Itang, S. H. S. Ag.
Dokumentasi, Profil SMK Harapan Bangsa Depok tahun 2010
46
4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan.
Guru atau pendidik adalah salah satu dari faktor pendidikan yang
tidak dapat ditinggalkan, maka kemampuan profesionalitas serta
kualitasnya perlu diperhatikan. Dalam proses belajar mengajar sangat
diperlukan guru yang professional, sehingga betul-betul memahami dan
mendidik siswa serta tahu bahwa siswa mempunyai perbedaan yang
sifatnya individual dalam pendidikan. Di SMK Harapan Bangsa Depok
jumlah pendidik seluruhnya 43 orang di mana masing-masing guru
mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Tabel 3
Data Tentang Tenaga Guru Di SMK Harapan Bangsa Depok
TENAGA
No
GURU
1
Normatif
2
Adaptif
3
Produktif
4
Karyawan
Guru Tetap Yayasan
S2
S1
D3
D II
Guru Tidak Tetap
S2
S1
D3
Jumlah
D II
11
16
7
4
4
Adapun data tenaga pendidik di SMK Harapan Bangsa Depok dapat di
lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4
Data tentang Guru dan Karyawan SMK Harapan Bangsa Depok
Data Guru SMK Harapan Bangsa Depok
No Nama Guru 1. Drs. Suwanto, SE, MM. 2. Hasan Basri, S. Ag. 3. A. Latif, S. Ag 4. Ambarwati Legina Jabatan Mengajar Bidang Studi Kepala Sekolah ‐ Waka. Kurikulum PAI Waka. Sarana PAI dan PKNS Prsarana Akun Perjasa/Dag dan Guru aplikasi 47
5. 6. 7. 8. 9. Anugrah Dachi, S. Sos, SE. MM. Aswandi, S. Pd Bachtiar, S.Pd Dra. Antik Yuniarti Eni Suraeni Guru Manajemen Pemasaran Guru Guru Guru Guru 10. Ety Suyety, S. Pd Guru 11. Eva Andriyani, S.Pd 12. Fransiska Wahyu, S.Si 13. Galuh Puspasari, A.Md Itang Syamsul Hidayat, 14. S.Ag 15. Kurnia Mustiarti, S.Pd 16. Liawati, S.Pd 17. Moeryono, SE 18. Nirsanto, S.Pd 19. Nur Hadayani, S.Pd 20. Nurhayati 21. Paryati,SE 22. Titi Rahmawati, S.Pd 23. Redi Dias Guru Guru Guru PKNS Matematika dan Fisika Akun Perusahaan Jasa Praktek Resep, Sinonim Hitung Dagang, IPS dan Perpajakan B. Indonesia Praktek Resep, IPA KKPI Guru B. Sunda Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru 24. Rehulina, S.Si, A.Pt Guru B. Inggris Matematika Seni Budaya Ekonomi dan wirausaha B. Inggris Piket PPr, Praktek Resep Bp. Biologi dan PLH Matematika, Seni Budaya Ak. Farmasi, farmog & Praktek Resep BDKP dan IPS Kimia Dasar, Kimia Analis, Kimia Anomanik dan praktek Kimia , PPR, IKM M. Pemasaran, Wirausaha , IPS PKNS dan Wirausaha Kimia Organik Penjaskes Ilmu Resep, Hit. Farma, Praktek Resep, Farmakolkogi Matematika Farmakologi Akuntansi Farmasi Siklus Akuntansi, Akuntansi Keuangan & aplikasi Seni Budaya Jurusan farmasi 25. Riana Haryundari, S.Pd Guru 26. Rusdiana, S.Kim Guru 27. Suharyanto, S.Pd Guru 28. Sutardi, SE 29. Syah Daniel, S.Pt 30. Teja, S. Pd Guru Guru Guru 31. Yayah, ST. DJ. S.Si, A.Pt Guru 32. Winarti, S.Pd 33. Tiara Damayanti, S.Si 34. Beta Budiasri, SE Guru Guru Guru 35. Rina Agustina, S.Pd Guru 36. Adnan Rusdi, S.Ag Guru 48
37. 38. 39. 40. 41. 42. Maesaroh Haqi, S.Si, A. Pt Nurhayani, S.Kom Rohmat, SE Fatimah, SE Subur Irawan Harmono 43. Arif Rifa’i Guru IPA dan Praktek Resep Kepala TU Staf Administrasi Staf Administrasi Bagian Umum Keamanan Laboran Komputer ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Mengenai karyawan yang bekerja di SMK Harapan Bangsa Depok
terdiri dari 7 orang yang bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keberadaan
karyawan tersebut sangat membantu dalam menyelesaikan hal-hal yang
berkenan dengan tugas oprasional dan administrasi yang diperlukan siswa.
Mengenai keadaan siswa di SMK Harapan Bangsa Depok pada
tahun 2006-2007 dari kelas I sampai kelas III sebanyak 721 siswa, dan dari
721 siswa tersebut terbagi menjadi 25 kelas, dengan perincian sebagaimana
tercantum pada tabel di bawah ini :
Tabel 5
Jumlah Siswa -Siswi Tahun Ajaran 2006-2007
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
X
XI
XII
65
50
68
208
150
180
273
200
248
JUMLAH
183
538
721
5. Keadaan Sarana dan Prasarana.
Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar di SMK
Harapan Bangsa Depok tersedia sarana dan fasilitas sebagai berikut:
49
Tabel 6
Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Harapan Bangsa Depok
No
Bangunan
Luas
ukuran
8x8
1. Ruang teori / kelas
4x8
2. Ruang perpustakaan
6 x 12
3. Ruang computer
16 x 8
4. Ruang serba buna
4x4
5. Ruang kepala sekolah
4x4
6. Ruang wakil kepala sekolah
8x8
7. Ruang guru
4x4
8. Ruang tata usaha
reproduksi/lab. 8 x 8
9. Ruang
8 x 12
10 praktik
120 x 1,50
11. Ruang kami/WC guru
2x3
12 Ruang BP/BK
2x3
13. Ruang UKS
2x3
14. Ruang OSIS
4x5
15. Masjid
4x8
16. Ruang Kantin
1,30 x 3
17. Ruang media pendidikan
4x4
18. Ruang Gudang
120 x 1,50
19. Ruang KM/WC Siswa
20. Menata Pompa Air
10 x 25
21. Gardu Jaga
10 x 14
22. Lapangan olah raga/upacara
Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Ket.
8 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
3 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
16 ruang
2
1
1
B. HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan manajemen kearsipan personil pendidikan terkait pada
proses atau kegiatan yang dilakukannya, yaitu pencatatan dan pendistribusian
surat, penyimpanan arsip, penemuan kembali arsip, pemeliharaan arsip,
penyusutan, pemindahan dan pemusnahan arsip. Agar pelaksanaan manajemen
kearsipan berjalan lancar, maka perlu ditunjang oleh faktor-faktor kearsipan
seperti pagawai arsip yang cakap akan keahlian dan fasilitas penunjang tata
kelola kearsipan yang memadai. Dengan demikian maka pelaksanaan
50
manajemen kearsipan terutama dalam hal penemuan kembali arsip dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
A. Pelaksanaan Manajemen Kearsipan di SMK Harapan Bangsa Depok
Salah satu komponen pendidikan yang memiliki peran penting
dalam menunjang pelaksanaan pendidikan adalah administrasi yang baik,
sama halnya dengan komponen pendidikan lainnya, administrasi perlu
dikelola dengan baik. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pendidikan
berjalan seperti yang diharapkan.
1. Kegiatan Kearsipan dalam Hal Pencatatan dan Pendistribusian
Surat
Pelaksanaan manajemen kearsipan di SMK Harapan Bangsa
Depok dalam hal pencatatan dan pendistribusian surat menggunakan
Buku Agenda surat masuk dan surat keluar atau sering disebut sistem
pola lama. 3 Buku agenda digunakan untuk mencatat surat-surat yang
masuk dan surat keluar serta sebagai alat bantu untuk mencari surat
yang disimpan di file.
Sebelum pencatatan surat dimulai, surat yang masuk langsung
diterima bagian tata usaha. Yang dimaksud dengan surat masuk adalah
semua surat yang diterima oleh instansi-instansi lain. Setelah surat
diterima oleh bagian tata usaha, kemudian surat masuk tersebut dicatat
dibuku agenda surat masuk dengan keterangan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3
Nomor urut
Nama surat
Tanggal surat diterima
Alamat instansi
Nomor surat
Tanggal surat
Keterangan
Nurhayani, S. Kom Kepala Tata Usaha, wawancara pribadi, Depok 29 Maret 2010
51
Hal tersebut seperti yang dikemukakan kepala tata usaha
SMK Harapan Bangsa Depok Bapak Muntohar, sebagai berikut:
“Proses penerimaan surat dipusatkan di unit tata usaha yang
diterima oleh pegawai tata usaha dan langsung dicatat pada buku
agenda surat masuk dengan diberi nomor urut, nama surat, tanggal
surat diterima, alamat instansi, nomor surat, tanggal surat dan
keterangan”. 4
Pencatatan tersebut sebagai bahan acuan atau pedoman bagi
SMK Harapan Bangsa Depok untuk melakukan penemuan kembali
arsip. Dengan menemukan tanggal surat masuk atau nomor urut
surat masuk atau tanggal dan nomor surat keluar dari buku agenda,
maka surat yang disimpan dengan sistem kronologis dapat
diketemukan.
Kemudian, setelah surat masuk diagendakan, tindak lanjut
berikutnya adalah mengklasifikasikan atau mendistribusikan surat
tersebut, apakah surat tersebut termasuk surat rahasia jabatan dinas
atau surat tersebut termasuk surat yang bersifat pribadi. Untuk itu,
perlu langkah pensortiran surat. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Kepala Tata Usaha:
“Setelah surat masuk diagendakan, surat masuk
diklasifikasikan ke dalam surat rahasia jabatan dinas atau
pribadi. Bila surat jabatan dinas maka surat diteruskan
dalam keadaan sampul tertutup kepada kepala tata usaha
dan diserahkan langsung kepada kepala sekolah untuk
menindaklanjuti atas surat. Bila surat masuk bersifat
pribadi, maka dalam keadaan tertutup diserahkan kepada
kepala tata usaha dan diberikan langsung kepada guru atau
pegawai yang bersangkutan atau berkepentingan”. 5
Untuk
surat
keluar,
bagian
unit
atau
yang
bertanggungjawab atas isi surat atau yang membuat konsep surat
adalah bagian tata usaha juga. Dimana untuk pengurusan surat
keluar yang dimaksud adalah bagaimana pegawai tata usaha
4
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
5
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
52
mengelola surat-surat yang akan dikirim atau disampaikan kepada
instansi-instansi lain.
Pada
dasarnya
semua
surat-surat
keluar
harus
ditandatangani oleh kepala sekolah SMK Harapan Bangsa Depok.
Namun sebelum penandatangan perlu dibuat konsep isi surat.
Konsep dibuat oleh pegawai tata usaha atas perintah kepala
sekolah. Setelah konsep selesai dibuat, maka wajib disalurkan
kepada kepala tata usaha untuk diteliti dan diperiksa kembali, agar
terhindar dari kesalahan baik dari segi penulisannya maupun pada
segi isinya. Setelah konsep dinilai bagus dan disetujui, maka
konsep tersebut diketik oleh pegawai tata usaha yaitu pegawai tata
usaha bagian system informasi manajemen. Hal tersebut sesuai
sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala tata usaha sebagai
berikut:
“Semua surat-surat keluar harus ditandatangani oleh kepala
sekolah. Kemudian, surat-surat yang keluar sebelumnya harus
dikonsep dahulu oleh pegawai tata usaha atas perintah kepala
sekolah dan diperiksa kembali oleh kepala tata usaha”. 6
Setelah konsep surat keluar diketik, langkah selanjutnya
adalah meminta tandatangan kepala sekolah. Surat keluar yang
sudah ditandatangi oleh kepala sekolah kemudian digandakan
untuk dijadikan arsip. Proses pengurusan surat keluar atau surat
yang akan dikirm keluar (keluar) dicatat kembali dibuku agenda
surat keluar, surat tersebut diberi nomor oleh pegawai tata usaha.
Kemudian surat keluar yang sudah diproses diberikan kepada
pegawai tata usaha untuk dikirim ke alamat terkait.
“Selesai diketik, surat keluar ditandatangani oleh kepala
sekolah dan digandakan. Sebelum dikirim, surat keluar dicatat
dalam buku agenda surat keluar”. 7
6
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
7
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
53
Setelah mendeskripsikan hasil wawancara dengan kepala
tata usaha, maka dapat disimpulkan bahwa secara teoritik
pelaksanaan pencatatan dan pendistribusian surat masuk dan surat
keluar di SMK Harapan Bangsa Depok cukup baik, walaupun
masih terdapat kelemahan dan kekurangan, dimana dalam
pencatatan dan pendistribusian surat masuk dan surat keluar masih
menggunakan Buku Agenda tidak semudah dengan Kartu Kendali.
Karena buku agenda harus menemukan tanggal masuk surat atau
nomor urut masuk surat atau tanggal dan nomor surat keluar
sedangkan dalam Kartu Kendali disusun sistematis di dalam kotak.
2. Kegiatan Kearsipan dalam Hal Penyimpanan Arsip
Setelah melakukan pencatatan dan pendistribusian surat masuk
dan surat keluar, proses selanjutnya yaitu penyimpanan arsip.
Penyimpanan arsip dilakukan agar arsip-arsip yang dibutuhkan suatu
saat dapat diketemukan.
Dalam teori kearsipan, dikenal adanya sistem penyimpanan
arsip. Sistem penyimpanan arsip yang dikenal ada lima, yaitu: sistem
penyimpanan secara abjad, pokok soal, wilayah, nomor dan tanggal. Di
SMK Harapan Bangsa Depok sistem penyimpanan arsip yang
digunakan adalah “sistem penyimpanan menurut tanggal dan
kronologis”. 8 Yaitu sistem yang dipergunakan untuk menyusun surat
masuk dan surat keluar menurut urutan tanggal dari datangnya suratsurat.
Dalam suatu organisasi, sistem kronologis dapat digunakan
untuk penyelenggaraan penyimpanan arsip, apabila kegitaan surat
menyurat masih belum berjumlah banyak, sehingga masalah dapat
disatukan segala persoalan dalam satu file untuk setiap bulannya.
Tetapi apabila kegiatan atau usaha dari organisasi sudah berkembang
8
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
54
dan menyangkut banyak masalah, maka sebaiknya mempergunakan
sistem yang lain yang akan lebih sesuai.
Adapun cara penyimpanan arsip yang dilakukan SMK Harapan
Bangsa Depok adalah:
“Surat masuk dicatat dalam buku agenda kemudian
disimpan secara kronologis, yaitu menyusun surat masuk dan surat
keluar menurut urutan tanggal dari datangnya surat. Surat-surat
yang datang lebih akhir ditempatkan pada paling depan, tanpa
melihat masalah atau perihal surat. Selanjutnya pegawai tata usaha
hanya akan perlu mengelompokkan surat-surat difolder itu dalam
bulan-bulan setiap tahunnya”. 9
Jadi, surat masuk dicatat di buku agenda dengan kolom
yang sudah ada di atas, kemudian surat disimpan atau dimasukan
ke dalam folder surat masuk dan surat keluar.
Surat yang dimasukan ke dalam folder tidak dibiarkan
begitu saja, tetapi folder dimasukan ke dalam filing cabinet,
diletakkan dibelakang petunjuk (guide) dan disusun secara vertikal,
dimana dokumen-dokumen ditaruh yang satu dibelakang yang lain.
Setelah mendeskripsikan hasil wawancara dengan kepala
tata usaha, maka dapat disimpulkan bahwa secara teoritik
pelaksanaan penyimpanan arsip yang diterapkan SMK Harapan
Bangsa Depok sudah cukup baik, walaupun masih terdapat
kekurangan
dan
kelemahan,
karena
menggunakan
sistem
kronologis akan memperlambat penemuan kembali arsip apabila
sewaktu-waktu surat diterima atau waktu dikirim keluar. Jadi, tidak
mungkin pegawai tata usaha ingat waktu-waktu surat diterima atau
dikirim.
3. Kegiatan Kearsipan dalam Hal Penemuan Kembali Arsip
Dalam pelaksanaan manajemen kearsipan pegawai, penemuan
kembali arsip merupakan titik berat dari kearsipan. Menyimpan
9
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
55
informasi dengan baik adalah penting. Menentukan kembali dengan
segera adalah vital.
Arsip yang sudah disimpan sewaktu-waktu dibutuhkan
kembali, untuk itu diperlukan prosedur-prosedur dalam penemuan
kembali arsip. Dikatakan secara teoritis bahwa penemuan kembali
arsip sangat erat hubungannya dengan sistem penyimpanan arsip yang
digunakan. Di SMK Harapan Bangsa Depok sistem penyimpanan arsip
yang digunakan adalah sistem kronologis. Jadi, terlebih dahulu harus
mengetahui tanggal surat diterima. Adapun prosesnya adalah sebagai
berikut:
a. Pegawai tata usaha terlebih dahulu harus mengetahui tanggal surat
diterima atau masuk dari arsip yang dimaksud.
b. Arsip dilihat dibuku agenda surat masuk.
c. Arsip dapat diketemukan pada folder yang sesuai dengan arsip
tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan oleh kepala tata usaha bahwa
“untuk menemukan kembali arsip, pegawai tata usaha harus
mengetahui kapan surat itu datang atau masuk. Kemudian setelah
mengetahuinya, arsip terlebih dahulu dilihat di buku agenda. Setelah
itu, arsip dapat diketemukan difolder, baik itu folder guru, siswa
maupu umum”. 10
Setelah mendeskripsikan hasil wawancara dengan kepala tata
usaha, maka dapat disimpulkan bahwa secara teoritik pelaksanaan
sistem penemuan kembali arsip di SMK Harapan Bangsa Depok sudah
cukup baik walaupun masih terdapat kekurangan dan kelemahan,
karena untuk mencari arsip kembali dibutuhkan waktu yang lama.
Petugas harus mencari informasi arsip dengan cara membalik halaman
Buku Agenda satu demi satu. Dalam teori dikatakan bahwa untuk
mempercepat penemuan kembali arsip dapat menggunakan komputer
sebagai indeks saja. Pada dasarnya SMK Harapan Bangsa memiliki
10
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
56
komputer, namun komputer yang ada hanya digunakan untuk data-data
guru, siswa dan karyawan. Jadi kalau untuk surat masuk dan surat
keluar menggunakan buku agenda. Komputer digunakan hanya untuk
mengetik balasan dari surat-surat yang masuk.
4. Kegiatan Kearsipan dalam Hal Pemeliharaan Arsip
Pemeliharaan akan arsip merupakan kegiatan yang tidak dapat
diremehkan. Arsip adalah pusat ingatan dan sumber informasi yang
harus disimpan dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Tidaklah mudah
menjaga, memelihara dan mengamankan arsip. Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan agar arsip selalu bersih dan aman dari segala
kerusakan. Aspek tersebut adalah dari segi ruangan arsip dan
pengamanan arsip itu sendiri.
Dapat dikatakan bahwa pemeliharaan arsip mudah dilakukan,
bila penyimpan arsip baik dan benar. Di SMK Harapan Bangsa Depok
pemeliharaan arsip dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
a. Ruangan Arsip
Untuk ruangan arsip, cara pemeliharaan yang dilakukan SMK Harapan
Bangsa Depok adalah membersihkan ruangan arsip setiap hari
dikarenakan ruangan arsip masih menyatu dengan unit kerja tata usaha.
Untuk itu ruangan disapu, dipel dan dibersihkan setiap hari. Kemudian
ruanganpun diberi filter untuk menyaring udara yang masuk.
b. Pengamanan Arsip
Jangan biarkan arsip rusak atau hilang. Ada banyak cara untuk
pengamanan arsip dari kerusakan dan kehilangan. Dari segi
pengamanan arsip yang ada di SMK Harapan Bangsa Depok dapat
terlihat bahwa arsip-arsip tersebut diletakkan atau disusun secara rapi
dilemari atau rak-rak penyimpanan arsip, walaupun ruangan arsip
masih menyatu dengan unit tata usaha. Setiap rak atau lemari arsip
diberikan racun serangga untuk mencegah timbulnya kutu-kutu yang
dapat merusak arsip. Membersihkan arsip dengan menggunakan
57
vacum cleaner. Apabila arsip-arsip dihinggapi anai-anai/rayap dan
sejenis lainnya dipisahkan dengan yang lainnya agar yang masih utuh
tidak terkena hal tersebut. Bila ada arsip yang rusak, dipisahkan dan
diperbaiki dengan menggunakan perekat kanji.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh kepala
tata usaha sebagai berikut:
“Untuk pemeliharaan arsip, SMK Harapan Bangsa Depok
memfokuskan pada segi ruangan dan pengamana arsip itu sendiri.
Walaupun ruangan arsip masih menyatu dengan unit kerja tata
usaha, bukan berarti mengabaikan pemeliharaan pada ruangan
arsip. Ruangan arsip dibersihkan dengan cara disapu, dipel setiap
hari dan ruangan pun diberikan filter. Untuk pengamanan arsip,
selain disusun rapi juga diberikan racun serangga untuk
menghindari musuh arsip”. 11
Setelah mendeskripsikan hasil wawancara dengan kepala
tata usaha, maka dapat disimpulkan bahwa secara teoritis
pelaksanan pemeliharaan arsip sudah cukup baik walaupun masih
terdapat
kekurangan
dan
kelemahan,
dimana
kelemahan-
kelemahan tersebut terdapat pada ruangan arsip yang tampak
sempit dikarenakan manyatunya unit tata usaha dengan ruangan
arsip sehingga arsip tersebut kurang terlalu mendapat perhatian.
5. Kegiatan Kearsipan dalam Hal Penyusutan, Pemindahan dan
Pemusnahan Arsip
Pada dasarnya kegiatan penyelenggaraan arsip meliputi
penyimpanan, perawatan, pemeliharaan, pengamanan dan penyusutan
termasuk pemindahan, pemusnahan serta penyerahan ke Arsip
Nasional.
Dari segala kegiatan tersebut, penyusutan arsip merupakan
salah satu sarana penting untuk mengatasi masalah bertumpuknya atau
bertimbunnya arsip yang tidak berguna lagi. Seperti yang dikatakan
11
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
58
bahwa penyusutan arsip dilakukan dengan cara menggolongkan suratsurat yaitu dilihat apakah arsip yang ada masih mempunyai nilai guna
atau tidak.
Di SMK Harapan Bangsa Depok, “dalam rangka melaksanakan
penyusutan arsip digolongkan pada golongan arsip vital, penting,
berguna dan tidak penting. Akte tanah SMK Harapan Bangsa Depok
merupakan arsip vital yang sangat penting yang menjadi dasar
kelangsungan lembaga dan harus tetap ada dalam bentuk aslinya”. 12
Jadi, pegawai tata usaha dalam melakukan penyusutan arsip
dapat meminta nasihat pada kepala tata usaha atau pegawai dapat
memilih berdasarkan perkiraan sendiri, tentunya pegawai tata usaha
harus dapat memperkirakan arsip mana yang masih diperlukan dan
arsip mana yang sudah tidak diperlukan lagi. Data-data siswa sepuluh
tahun yang lalu serta berkas-berkas soal lima tahun yang lalu
merupakan arsip yang tidak penting.
Setelah arsip sudah digolongkan, maka arsip berguna dan tidak
penting dipindahkan. “Untuk itu melakukan pemindahan arsip SMK
Harapan Bangsa Depok melakukan dengan cara memindahkan arsip
berguna dan tidak penting ke gudang sekolah”. 13
Arsip dipindahkan ke gudang sekolah, kalau pun suatu saat
nanti arsip-arsip yang dianggap penting sudah dipindahkan ternyata
tiba-tiba diperlukan, arsip tersebut masih dapat diminta kembali dan
dicari ke gudang sekolah.
Arsip-arsip yang tidak berguna lagi perlu dimusnahkan untuk
memberi kemungkinan bagi tersedianya tempat penyimpanan dan
pemeliharaan yang lebih baik terhadap arsip-arsip yang mempunyai
nilai guna. Maka, bila sampai waktunya arsip yang tidak berguna
tersebut akan dimusnahkan. Hanya untuk arsip yang mempunyai nilai
12
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
13
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
59
nasional saja yang dimusnahkan, tetapi dikirim ke Arsip Nasional
untuk dilestarikan sebagai hasil budi daya bangsa.
Dalam praktek pelaksanaannya, SMK Harapan Bangsa Depok
dalam melakukan “pemusnahan arsip dengan cara pembakaran dan
penghancuran dengan penghancur kertas”. 14
Setelah mendeskripsikan hasil wawancara dengan kepala tata
usaha maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penyusutan,
pemindahan, dan pemusnahan arsip sudah cukup baik. Karena ada
proses-proses atau prosedur yang dilakukan dalam rangka melakukan
kegiatan tersebut. Dalam penyusutan dapat dilakukan dengan
menggolong-golongkan surat, sehingga tidak sembarangan untuk
menyusutkan suatu arsip. Pemindahan dilakukan terhadap arsip yang
berguna dan tidak penting ke gudang sekolah. Dan pemusnahan arsip
dengan cara pembakaran dan penghancuran kertas.
B. Faktor-faktor Kearsipan yang Baik
Arsip merupakan alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam
sebuah organisasi. Arsip digunakan dalam rangka pengambilan keputusan,
pertanggungjawaban dan perumusan kebijakan. Untuk itu arsip perlu
dikelola dengan baik agar dapat menyajikan informasi yang lengkap, cepat
dan benar. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar arsip dapat
berperan sebagaimana mestinya. Faktor kearsipan adalah sebagai berikut:
1. Pegawai kearsipan di SMK Harapan Bangsa Depok
Pegawai kearsipan sangat memegang peranan penting dalam
menciptakan keutuhan arsip. Selengkap apapun fasilitas kearsipan yang
disediakan di suatu instansi, bila tidak memiliki pegawai kearsipan yang
cakap, maka mustahil kegiatan kearsipan akan berjalan lancar dan sesuai
yang diharapkan.
Pegawai yang melaksanakan menajemen kearsipan di SMK
Harapan Bangsa Depok pada unit tata usaha adalah sebagai berikut:
14
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
60
a. Kepala Tata Usaha, pemimpin yang mengkordinir jalannya kegiatan
administrasi.
b. Bagian Pelaksana Keuangan, staf tata usaha yang membantu menerima
dan mencatat uang Majlis/Komite Madrasah.
c. Bagian System Informasi, staf tata usaha yang bertugas mengelola
segala informasi yang masuk tentang kepegawaian, kesiswaan,
inventasris dan mengambil keputusan.
d. Bidang Kepegawaian,staf tata usaha yang bertugas mengelola suratsurat mengenai SK pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat dan
pemberhentian.
e. Bidang Kesiswaan, staf tata usaha yang bertugas mengelola surat-surat
mengenai data-data siswa.
f. Bidang Perlengkapan/inventaris, staf tata usaha yang bertugas
menginventarisir barang-barang.
g. Bidang Perpustakaan, staf tata usaha yang bertugas mengelola bukubuku.
h. Bidang Pelaksana tata usaha, staf taat usaha yang membantu menerima
dan mencatat uang sekolah.
i. Bidang Pelaksana Umum, staf tata usaha yang bertugas membantu
tugas yang diberikan oleh kepala tata usaha.
j. Bidang Koordinator Kebersihan, staf tata usaha yang bertugas
mengawasi kebersihan lingkungan SMK Harapan Bangsa Depok.
k. Bidang Pelaksana Bendahara, staf tata usaha yang bertugas menerima,
membukukan,
menyimpan,
mengeluarkan
dan
mempertanggungjawabkan keuangan yang bersumber dari luar
sekolah.
l. Bidang Pembantu Pelaksana Perlengkapan, staf tata usaha yang
bertugas membantu pelaksana dalam bidang inventaris. 15
15
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
61
Adapun syarat-syarat yang diberlakukan SMK Harapan Bangsa
Depok untuk merekrut pegawai kearsipan merupakan persyaratan untuk
pegawai tata usaha, yaitu:
a. Minimal lulusan sekolah menengah dan memiliki pengetahuan umum
tentang surat menyurat.
b. Bisa membaca dan menulis dengan baik dan terampil.
c. Teliti,sabar, tekun dan cekatan.
Data di atas berdasarkan ungkapan kepala tata usaha sebagai
bearikut:
“Ada beberapa syarat dasar atau umum yang perlu
diperhatikan
dalam
perekrutan
pegawai
tata
usaha
yaitu
diantaranya: minimal lulusan sekolah menengah, terampil,
mengerti tentang surat menyurat,sabar dan cekatan”.16
Syarat di atas merupakan syarat dasar atau umum yang harus
dimiliki oleh pegawai tata usaha.
Karena
pegawai
tata
usaha
merangkap
sebagai
pegawai
arsip/arsiparis, maka tentunya tidak mudah melaksanakan tugas-tugas
kearsipan yang ada. Untuk itu, SMK Harapan Bangsa melakukan upaya
untuk menghadapi keadaan tersebut. “upaya yang dilakukan adalah dengan
memberikan pelatihan dan penataran untuk pegawai tata usaha dalam
rangka pemahaman lebih dalam mengenai manajemen kearsipan. Namun
sifatnya masih kadang-kadang”. 17 Walaupun sifatnya masih kadangkadang, pelaksanaan kegiatan tersebut tentunya tidak akan sia-sia karena
melihat kondisi dari pegawai tata usaha yang menjalankan tugas ganda
tersebut.
Setelah mendeskripsikan hasil wawancara dengan kepala tata
usaha, maka dapat penulis simpulkan bahwa secara teoritis pegawai tata
usaha sudah cukup baik walaupun pegawai tata usaha merangkap arsiparis.
Namun dalam proses kegiatan kearsipan, pegawai tata usaha tidak begitu
16
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
17
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
62
kesulitan karena sudah dibekali dengan ilmu kearsipan melalui pelatihan
dan penataran yang telah diberikan. Hal ini tentunya merupakan kebijakan
yang sangat baik dan sangat menguntungkan pegawai tata usaha maupun
lembaga pendidikan itu sendiri, karena dengan memiliki pegawai tata
usaha yang terampil akan mudah melaksanakan kegiatan kearsipan.
2. Fasilitas kearsipan di SMK Harapan Bangsa Depok
Untuk memperlancar pelaksanaan manajemen kearsipan diperlukan
adanya peralatan atau fasilitas yang memadai. Fasilitas yang memadai
merupakan faktor penting penunjang terciptanya kearsipan yang baik.
Fasilitas kearsipan banyk macamnya, namun umumnya yang ada
dalam suatu instansi adalah filing cabinet, folder, dan sekat. Fasilitas
kearsipan yang tersedian di SMK Harapan Bangsa Depok antara lain:
a. Map/Folder, alat yang digunakan untuk menempatkan berkas
sesuai nomor. Bahan dari kertas buffalo pada ujung kanan dari
map/folder dibuat “tab” untuk menuliskan nomor surat yang
disimpan dalam folder itu.
b. Filing Cabinet (lemari cabinet), alat yang digunakan untuk
menyimpan folder yang berisi berkas-berkas.
c. Rak Arsip, alat yang digunakan untuk menyimpan kotak yang
berisi berkas arsip in aktif.
d. Guide
(petunjuk),
petunjuk
batas
pembagian
map-map
berdasarkan nomor yang ada.
e. Buku Agenda, buku besar untuk mencatat data-data yang
diperoleh mengenai karyawan, yang terdiri dari: buku agenda
surat masuk dan buku agenda surat keluar.
f. Komputer, digunakan untuk menyimpan data-data mengenai
guru, karyawan dan siswa, agar lebih mudah informasi tersebut
diketahui sewaktu-waktu diperlukan.
63
g. Box, digunakan untuk penggganti filing cabinet bagi arsip-arsip
in aktif digudang arsip. 18
Selain itu, tersedia pula alat-alat korespondensi berupa kertas,
mesin ketik, stempel, karbon dan lain-lain.
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas
kearsipan yang tersedia di SMK Harapan Bangsa Depok sudah cukup baik
dan memenuhi syarat sebagi faktor pendukung terciptanya tata kelola
kearsipan yang baik.
18
Nurhayani, S. Kom…, Depok 29 Maret 2010
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan manajemen kearsipan personil pendidikan di SMK Harapan Bangsa
Depok berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan adalah cukup baik.
Sistem pencatatan dan pendistribusian surat yang digunakan SMK Harapan
Bangsa Depok adalah buku agenda surat masuk dan surat keluar, karena lingkup
permasalahan yang ada masih kecil.
2. Fasilitas kearsipan yang tersedia di SMK Harapan Bangsa DEPOK cukup
lengkap sehingga memudahkan pegawai kearsipan melaksanakan kegiatan
kearsipan, mulai dari pencatatan dan pendistribusian surat, penyimpanan arsip,
penemuan kembali arsip, pemeliharaan arsip, penyusutan, pemindahan dan
pemusnahan arsip.
3. Belum mempunyai pegawai kearsipan/arsiparis yang bertugas mengelola arsiparsip yang ada secara utuh karena pegawai arsiparis masih merangkap sebagai
pegawai tata usaha.
B. SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis ingin memberikan saran-saran
yang membangun demi terciptanya manajemen kearsipan yang baik. Adapun saransaran penulis adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan dan pendistribusian surat hendaknya menggunakan kartu kendali, agar
lebih mudah dalam penemuan kembali arsip.
64
65
2. Dalam mengelola arsip, semestinya harus memiliki tenaga arsiparis tersendiri
sehingga pengelolaan arsip menjadi lebih efektif dan memperoleh hasil yang
maksimal.
3. Pelaksanaan pelatihan dan penataran kearsipan untuk pegawai tata usaha SMK
Harapan Bangsa Depok harus bersifat kontinue, agar pegawai tata usaha
mempunyai pemahaman yang lebih dalam mengenai seluk-beluk administrasi
terlebih bidang kearsipan.
DAFTAR PUSTAKA
Amsyah, Zulkifli, Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989)
Basuki, Sulistyo, Manajemen Pengelolaan Arsip Dinamis, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003)
Hadi, Amirul dan Budiyono, Haris, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Bandung : Pustaka Setia, 1998)
http://arsiparis.blogspot.com/2008/03/penyusutan-arsip.html
Martono, E., Kearsipan, Rekod manajemen dan Filing dalam Praktek
Perkantoran Modern, (Jakarta: Karya Utama, 1994), Cet. Ke-5,
_______, Dasar-Dasar Kesekretariatan dan Kearsipan, (Jakarta: Karya
Utama, 1985), Cet. Ke-4
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003). Cet. Ke-2
Martono, Boedi, Penataan Berkas dalam Manajemen Kearsipan, (Jakarta:
Pustaka Sinar, 1992), Cet. Ke-1
_______, Sistem Kearsipan Praktis; Penyusutan dan Pemeliharaan Arsip,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), Cet. Ke-1
Purwadarminta, WJS.,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988)
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 Tentang Penyusutan Arsip.
Sularso, Dasar-dasar Kearsipan, (Yogyakarta, Liberty, 1985), Cet. Ke-1
Suparjati, Tata Usaha dan Kearsipan, (Yogyakarta: Kanisius, 1999)
Undang-undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
Wiriadihardja, Moeftie, Beberapa Masalah Kearsipan Di Indonesia,
(Jakarta, Balai Pustaka, 1987), Cet. Ke-1
Download