asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis di bidan praktek

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BIDAN HJ. EET SUMIATI
KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
EGA FAUZIAH
NIM. 13DB277104
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK
MANDIRI HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA1
Ega fauziah2 Metty Nurherliyany3 Nur Hidayat4
INTISARI
Bayi lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan
bersih. Masalah pada bayi baru lahir biasanya timbul sebagai akibat yang
spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Penanganan bayi baru lahir diantaranya
memotong tali pusat, inisiasi menyusui dini, mempertahankan suhu tubuh dan
mencegah hipotermi.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis menggunakan alur pikir manejemen kebidanan 7 langkah varney
dengan metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny. L fisiologis di BPM Hj.
Eet Sumiati Kota Tasikmalaya dilakukan pada tanggal 24 Maret s/d 28 Maret
2016 dengan menggunakan pendekatan manejemen kebidanan menurut varney
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Hasil dari pemberian asuhan
kebidanan adalah keadaan bayi baik.
Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir. Kesimpulan dari hasil penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir fisiologis di Bidan Praktek Mandiri Hj. Eet Sumiati dilaksanakan dengan
baik.
Kata kunci
: Bayi Baru Lahir Fisiologis
Perpustakaan : 17 buku (2008-2014), 4 internet, 2 jurnal
Halaman
: i-xi, 40 halaman, 11 lampiran
1Judul Penulisan Ilmiah, 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4Dosen STIKes Muhammdiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka
kematian
bayi
merupakan
salah
satu
indikator
dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir
atau neonatal mencapai 37% dan semua kematian pada anak balita. Setiap
hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat
dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada
minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut
terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama
kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi premature
29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan
asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di
dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak
57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit
terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) di
Indonesia adalah Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) 29%, Asfiksia 27%, trauma
lahir, Tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR,
2008).
Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan
Negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran
hidup. Tingginya Angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa
pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya
untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut (Saragih, 2010).
Berdasarkan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19
kematian per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar
32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Soepardi, 2013).
1
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang berkontribusi besar
terhadap
2
2
tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Menurut Data Laporan Program
Kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sampai 2012, jumlah
kematian neonatus yang dilaporkan di Jawa Barat mencapai angka 3.624
dan kematian bayi mencapai 4.650 (Soepardi, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kota Tasikmalaya tahun 2015 Angka Kematian
Bayi (AKB) mencapai 13 kematian per 12.288 kelahiran hidup, kasus IUFD
sebesar 74 per 12.288, BBLR 4 per 12.288, Asfiksia 2 per 12.288 (DINKES
Tasikmalaya, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet
Sumiati tahun 2015 diperoleh jumlah bayi baru lahir sebanyak 130 bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukamti dan Riono (2010) menunjukan
angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup
menempati 55,9% dari angka kematian bayi. Sample penelitian berjumlah
13,859 anak lahir hidup usia 0 - 59 bulan. Hasil didapatkan bahwa risiko
kematian neonatal lebih tinggi pada anak yang KN1 kurang berkualitas
dengan p value 0,01 dan anak yang tidak KN1 dengan p value 0,001.
Neonatus yang tidak mendapatkan vitamin K memiliki risiko kematian
neonatal dengan p value <0,00. Terdapat hubungan antara pemberian
pelayanan kunjungan neonatal bahwa hanya pelayanan kesehatan neonatal
yang berkualitas yang dapat mencegah kematian neonatal di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Darwin (2014) Hipotermia juga
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di negara
berkembang. Salah satu asuhan untuk mencegah hipotermi adalah dengan
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Rerata suhu aksila kelompok IMD
sebesar 37,1 ± 0,20C dan rerata suhu aksila pada kelompok non IMD sebesar
36,8 ± 0,40C. Rerata total kehilangan panas kering pada kelompok IMD
sebesar 30,1 ± 3,4 J dan pada kelompok non IMD sebesar 31,2 ± 3,9 J. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa IMD berpengaruh terhadap peningkatan suhu
aksila.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010).
3
Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian
besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan
sedikit bantuan. (Prawirohardjo, 2009). Adapun permasalahan yang terjadi
pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali
pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010).
Menurut pandangan islam tentang bayi baru lahir :
َ ‫ُ َ ُو َ َّل ِهَّللا َ َّلى َّل ُ َ َ ْي ِهَّللا َو َ َّل َ َ َّل َ ِهَّللاي ُ ُ ِهَّللا ْال َ َ ِهَّللا ْ ِهَّللا َ ِهَّللايٍّي ِهَّللاي‬
. ‫ُ َ ا ِهَّللا َ ُ ِهَّللاال َّل َ ِهَّللا‬
‫َ َ ْي‬
ْ َ ‫َو َل‬
Artinya : “Aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengumandangkan adzan di telinga Al Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah
melahirkannya dengan adzan shalat.”(HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
Setiap bayi yang baru lahir, lalu diadzankan di telinga kanan dan
dikumandangkan iqomah di telinga kiri. Supaya yang pertama di dengarkan
oleh bayi yang baru di lahirkan ke dunia ini tersebut tidak lain hanya Taqbir,
shahadat tauhid dan shahadat Rasul, karena menolak dari pada godaanya
Iblis/Syaithan sewaktu mendengar kalimat tersebut langsung pergi.
Surah Al-Hajj ayat 5 :
    









      
     





 


 
  
 










 
 

    

  
  

 

 
 

    

Artinya : “...Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
4
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
Ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 233).
Ini adalah bimbingan dari Allah SWT bagi para ibu supaya mereka
menyusui anak-anaknya dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh. Dan
setelah itu tidak ada lagi penyusuan. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman
Liman
araada
ay
yutimmar
radlaa-‘a
a.
Yaitu
bagi
yang
ingin
menyempurnakan penyusuan. Kebanyakan para iman berpendapat bahwa
tidak diharamkan penyusuan yang kurang dari dua tahun. Jadi apabila ada
bayi yang berusia lebih dari dua tahun masih menyusui, maka yang demikian
itu tidak diharamkan.
Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul “Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di Bidan Praktek
Mandiri Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
studi kasus ini adalah : “Bagaimana pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada
Bayi Baru Lahir Fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati?”.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi
baru lahir Fisiologis Di Bidan Praktek Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun
2016 dengan menggunakan manajemen varney.
2.
Tujuan Khusus
a. Terkumpulnya data dasar pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan
Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
b. Tersusunnya interpretasi data dasar pada bayi baru lahir Ny. L
fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
5
c. Teridentifikasi masalah atau diagnosa potensial pada bayi baru lahir
Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
d. Ditetapkannya kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi pada bayi baru lahir Ny.L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri
Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
e. Tersusunnya perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Ny.L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
f.
Terlaksananya asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan
perencanaan yang dibuat pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan
Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
g. Diketahuinya hasil atau evaluasi asuhan kebidanan yang telah
diberikan pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri
Hj. Eet Sumiati Tahun 2016.
D. Manfaat
1.
Bagi Penulis Lain
Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan penulis tentang asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
2.
Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan untuk dapat mempertahankan semua pelayanan yang
sudah maksimal sehingga dapat meningkatkan pelayanan kebidanan
pada klien sesuai dengan standar dan kewenangan bidan.
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Menambah
referensi
tentang
ilmu
kebidanan
khususnya
dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
4.
Bagi Klien
Dengan dilakukanya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, masyarakat
khususnya orangtua mengerti dalam memberikan asuhan yang baik pada
bayi baru lahir dengan demikian komplikasi dapat terdeteksi secara dini
dan segera mendapat penanganan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Muslihatun, 2010).
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesuai kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)
sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi
berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun,
2010).
Umumnya bayi baru lahir akan dianggap sehat bila langsung
menangis saat lahir. Seluruh tubuhnya tampak kemerahandan tidak terlihat
pucat atau biru. Selain itu, bayi memiliki gerakan yang aktif dan bisa
menetek dengan kuat. Selain itu berat bayi sehat minimal 2,5 kg (Ronald,
2011).
Bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram sampai dengan
4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Bayi
baru lahir dengan usia 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 0-28 hari
disebut neonatal lanjut (Sari dan Rimandini, 2014).
Menurut pandangan islam tentang BBL dihubungkan dalam firman
Alloh SWT :
‫ال َّصالِ ِي َ ِ َ لِي َ ْ َ ِّب‬
Artinya : Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS.As-shaffaat:100).
Dijelaskan maksud ayat tersebut oleh para pakar tafsir , “Ya Rabb
anugerahkanlah padaku anak yang shaleh yang termasuk jajaran
orang-orang yang shaleh, yang bisa semakin menolongku ta’at kepada
Mu”. Jadi yang namanya keturunan terutama yang shaleh bisa membantu
seseorang semakin ta’at kepada Alloh SWT.
6
7
7
7
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Menurut Dewi (2010) ciri-ciri BBL normal adalah :
a.
lahir aterm antara 37-42 minggu.
b.
Berat badan 2500-4000 gram.
c.
Panjang badan 48-52 cm.
d.
Lingkar dada 30-38 cm.
e.
Lingkar Kepala 33-35 cm.
f.
Lingkar lengan 11-12 cm.
g.
Frekwensi denyut jantung 120-160x/menit.
h.
Pernafasan ±40-60x/menit.
i.
Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
j.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k.
Kuku agak panjang dan lemas.
l.
Nilai APGAR >7.
m. Gerak aktif.
n.
Bayi lahir langsung menangis.
o.
Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
daerah pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
p.
Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
q.
Refleks moro (gerakan memeluk bisa dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
r.
s.
Refleks graps (menggenggam) sudah baik.
Genetalia
1)
Perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
berlubang, labia mayora menutupi labia minora.
2)
Laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
scrotum dan penis yang berlubang.
t.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2013).
8
B. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir oleh Bidan dimulai dari menilai kondisi bayi,
memfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder, menentukan
kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai
kebutuhan (Sari dan Rimandini, 2014).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan
mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan
antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar dan
pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional (Depkes, 2008).
1.
Penilaian
a.
Nilai kondisi bayi :
1)
Apakah bayi menangis kuat / bernafas tanpa kesulitan ?
2)
Apakah bayi bergerak dengan aktif / lemas ?
3)
Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat / biru ?
Ketiga hal diatas dilakukan secara cepat, dan tepat guna
melanjutkan pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya.
b.
Membersihkan jalan nafas :
1) Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan
handuk diatas perut ibu.
2) Bersihkan darah/ lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan
kering/ kassa.
3)
Periksa ulang pernafasan.
4) Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah
(Sari dan Rimandini, 2014).
Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan
hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher
bayi ekstensi.
3) Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari
tanganyang dibungkus kassa steril.
9
4) Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x, gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar (Sari dan Rimandini, 2014).
c.
Penghisapan lendir :
1) Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Le) atau alat lain yang
steril, sediakan juga tabung oksigen dan selangnya.
2)
Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
3)
Memantau mencatat usaha nafas yang pertama.
4)
Warna kulit, adanya cairan/ mekonium dalam hidung/ mulut
harus diperhatikan (Sari dan Rimandini, 2014).
Menurut Kemenkes RI (2010) dalam (Sari dan Rimandini, 2014).
Sehingga secara keseluruhan tanda-tanda bayi lahir sehat menurut Buku
Panduan Pelayanan Kesehatan BBL adalah :
a.
Berat badan bayi 2500 – 4000 gram.
b.
Umur kehamilan 37 – 40 minggu.
c.
Bayi segera menangis.
d.
Bergerak aktif, kulit kemerahan.
e.
Mengisap Air Susu Ibu (ASI) dengan baik.
f.
Tidak ada cacat bawaan.
Tanda-tanda Bayi baru lahir normal :
a.
Berat badan bayi 2500 - 4000 gram.
b.
Panjang badan 48 - 52 cm.
c.
Lingkar kepala 33 - 35 cm.
d.
Lingkar dada 30 - 38 cm.
e.
Bunyi jantung 120-160x/menit.
f.
Pernafasan dada 40 - 60x/menit.
g.
Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.
h.
Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i.
Kuku sudah sedikit lemas dan panjang.
j.
Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora,
jika laki-laki testis sudah turun.
k.
Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l.
Refleks moro bila dikagetkan akan seperti memeluk.
10
m. Graps refleks sudah baik jika tangan diletakkan benda bayi akan
menggenggam.
n.
Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam (Sari
dan Rimandini, 2014).
2.
Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangan rentan terhadap infeksi mikroorganisme
yang terpapar dan terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung
maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko
infeksi, maka sebelum menangani bayi baru lahir pastikan penolong
persalinan dan pemberi asuhan bayi baru lahir telah melakukan upaya
pencegahan infeksi berikut :
a.
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
b.
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c.
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di
desinfeksi tingkat tinggi (DTT), jika menggunakan bola karet
penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.
d.
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
untuk bayi dalam keadaan bersih.
e.
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan
benda-benda lainnya akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih dan dekontaminasi setelah digunakan (Sari dan Rimandini,
2014).
3.
Pencegahan Kehilangan Panas
Bayi baru lahir dapat mengukur temperatur tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak
dicegah (Sari dan Rimandini, 2014).
a.
Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir
1)
Radiasi
Dari objek ke panas bayi.
Contoh: timbangan bayi dingin tanpa alas.
2)
Evaporasi
Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
11
Contoh: air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak cepat
dikeringkan.
3)
Konduksi
Panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh.
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
4)
Konveksi
Penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh: angin disekitar bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2006)
b.
Cara pencegahan kehilangan panas:
1)
Keringkan bayi secara seksama.
2)
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat.
3)
Tutup bagian kepala bayi.
4)
Anjurkan ibu untk memeluk dan menyusui bayinya.
5)
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
6)
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat (Sari dan Rimandini,
2014).
4.
Cara perawatan tali pusat
a.
Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu
mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2 dengan
jarak 2 cm dari klem (Dewi, 2013).
b.
Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan
kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat
diantara 2 klem (Dewi, 2013).
c.
Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan
benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitan (Sari dan Rimandini,
2014).
d.
Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling
ujung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci
dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan (Sari dan Rimandini,
2014).
e.
Lepaskan klem penjepit dan letakkan didalam larutan klorin 0,5%
(Sari dan Rimandini).
12
f.
Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup (Sari dan Rimandini, 2014).
5.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir. Jika mungkin anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk
menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong beri
dukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya (Sari dan Rimandini,
2014).
a.
b.
Keuntungan pemberian ASI:
1)
Merangsang produksi air susu ibu.
2)
Memperkuat reflek penghisap bayi.
3)
Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya.
4)
Memberikan kekebalan pasif segera kepada melalui kolostrum.
5)
Merangsang kontraksi uterus (Sari dan Rimandini, 2014).
Posisi untuk menyusui:
1) Ibu memeluk keapala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi
menghadapi ke payudara ibu dengan hideng didepan puting susu
ibu.
2) Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang
seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
3) Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap
puting susu.
4)
Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting
susu di payudaranya.
a)
Dagu menyentuh payudara ibu.
b)
Mulut terbuka lebar.
c)
Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
d)
Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
e)
Bayi
menghisap
dengan
perlahan
dan
dalam,
serta
kadang-kadang berhenti (Sari dan Rimandini, 2014).
c.
Langkah IMD
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan
bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
13
melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal
(partus spontan).
1) Suami dan keluarganya dianjurkan mendampingi ibu di kamar
bersalin.
2) Bayi
lahir
segera
dikeringkan
kecuali
tangannya
tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapakn di dada
ibu denga kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan
bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenal prilaku bayi
sebelum menyusu.
6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama
satu jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi
tetap di dada ibu sampai 1 jam.
7) Bila bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu dan biarkan kontak
kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya
(Sari dan Rimandini, 2014).
6.
Pencegahan Infeksi Pada Mata
Pencegahan infeksi dapat diberikan pada bayi baru lahir antara
lain dengan:
a.
Memberikan obat tetes mata/ salep
Diberikan satu jam pertama bayi baru lahir yaitu: eritromysin 0,5%/
tetrasilin 1%. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/
neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah
bayi lahir.
b.
Pemberian
imunisasi
awal
(akan
dijelaskan
pada
bagian
selanjutnya).
Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak kan efektif jika tidak
diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya. Teknik pemberian
profilaksis mata:
14
a.
Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
b.
Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan
mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan pada bayi.
c.
Berikan salep mata dengan satu garis lurus, mulai dari bagian mata
yang paling dekat dengan hidung bayimenuju kebagian luar mata.
d.
Jangan biarkan ujung mulut tabung/ salep atau tabung penates
menyentuh mata bayi.
e.
Jangan menghapus salep/ tetes mata bayi dan minta agar
keluarganya tidak menghapus obat tersebut (Sari dan Rimandini,
2014).
7.
Pemberian Imunisasi Awal
Pelaksanaan penimbangan , penyuntikan vitamin K1, salep mata
dan imunisasi Hepatitis B (HB0) harus dilakukan. Pemberian layanan
kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2 - 3
jam setelah lahir dan dilaksanakan dikamar bersalin oleh dokter, bidan
atau perawat (Sari dan Rimandini, 2014).
Semua
BBL
harus
diberi
penyuntikan
vitamin
K1
(phytomenadione) 1 mg intramuskuler (IM) dipaha kiri, untuk mencegah
pendarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialam ioleh
sebagian BBL (Indrayani dan Djami, 2013).
Salep mata atau tetes mata diberikan untyk pencegahan infeksi
mata (oxytetrasilin 1%).
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam dipaha kanan setelah
penyuntikan vitamin K yang bertujuan untuk pencegahan penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan
hati (Sari dan Rimandini, 2014).
Pemberian imunisasi Hepatitis B:
Berikan imunisasi Hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali,
pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan atau
pemberian regimen kombinasi 4 kali, pada usia 0 bulan, usia 2 bulan
(DPT+Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan. Pemberian imunisasi hepatitis B
(Rukiyah dan Yuianti, 2010).
8.
Pemberian Identitas
15
Alat
pengenal
untuk
memindahkan
identifikasi
bayi
perlu
dipasangkan segera pasca persalinan. Beberapa hal yang dilakukan
antara lain:
a. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, tidak mudah lepas.
b. Pada alat identifikasi harus tercantum nama bayi (bayi dan ibunya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit.
c. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda tangan dengan menggunakan
nama , tanggal lahir, nomor identitas.
d. Sidik telapak kaki bayi dan jari ibu harus dicetak dicatatan yang tidak
mudah hilang (Sari dan Rimandini, 2014).
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir meiputi :
a. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam.
b.
Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelahlahir dan
diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
c.
Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
dengan ibunya atau ruangan khusus.
d. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
e. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari.
f.
Pemeriksaan neonates pada periode ini dapat dilaksanakan di
puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes atau melalui kunjungan rumah
oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan neonates dilaksanakan didekat
ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau
diberikan pelayanan kesehatan (Sari dan Rimandini, 2014).
Langkah-langkah Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dilakukan pada keadaan bayi tenang (tidak menangis).
b.
Pemeriksaan tidak harus berurutan, didahulukan menilai pernafasan
dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.
c.
Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan
sesudah memegang bayi (Sari dan Rimandini, 2014).
16
Tabel 2.2
Langkah-langkah Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dilakukan
Lihat posture, tonus dan aktifitas
Keadaan Normal
Posisi tungkai dan tangan fleksi.
Bayi sehat akan bergerak aktif.
Lihat kulit
Wajah, bibir dan selaput lendir, dada
harus berwarna merah
muda,
tanpa adanya kemerahan atau bisul.
Hitung pernafasan dan lihat tarikan
dinding dada bawah ketika bayi tidak
sedang menangis
Frekuensi nafas normal 40-60 kali
p
e
r
m
e
n
i
t
.
Tidak ada tarikan dinding dada
bawah yang dalam.
Hitung denyut jantung dengan
menggunakan stetoskop didada kiri
setinggi apeks kordis.
Frekuensi denyut jantung normal
120-160 kali per menit.
Lakukan pengukuran suhu ketiak
dengan
termometer.
Suhu normal adalah36,50– 37,50C
Lihat dan raba bagian kepala
Bentuk kepala terkadang simetris
karena penyesuaian pada saat
p
r
o
s
e
s
persalinan, umumnya hilang dalam
4
8
j
a
m
.
Ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit membenjol
saat bayi menangis.
17
Lihat mata
Tidak ada kotoran/ sekret.
Lihat bagian dalam mulut. Masukkan
jari yang menggunakan sarung
tangan
kedalam
mulut,
raba
langit-langit.
Bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian yang terbelah.
Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
mengisap kuat jari pemeriksa.
Lihat dan raba perut.
Perut bayi datar, dan teraba lemas.
Lihat tali pusat.
Tidak
ada
pendarahan
atau,
pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat atau
kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang
belakang
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
lubang dan benjolan pada tulang
belakang.
Pemeriksaan ekstermitas atas dan
bawah
Tidak terdapat seidaktili, polidaktili.
siemenline, dan kelainan kaki (pes
equino varus atau talipes)
Lihat
lubang
anus,
Hindari
memasukan alat atau jari dalam
m e m e r i k s a a n u s .
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar.
Terlihat lubang anus dan periksa
apakah mekonium sudah keluar.
Biasanya mekonium keluar 24 jam
jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar
Tanyakan pada ibu apakah bayi
s
u
d
a
h
buang air kecil.
Bayi perempuan kadang terlihat
c
a
i
r
a
n
vagina berwarna putih
atau
k e m e r a h a n
Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
s
k
r
o
t
u
m
.
Pastikan bayi sudah buang air kecil
dalam
24 jam
setelah lahir
Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin,
misalnya
hipospadia,
kelamin ganda
Timbang bayi
Timbang bayi dengan menggunakan
selimut, hasil penimbangan dikurangi
berat selimut.
Berat lahir 2500-4000 gram
Dalam minggu pertama, berat bayi
mungkin turun dahulu (tidak melebihi
10% dalam waktu 3-7 hari) baru
kemudian naik kembali
18
Mengukur panjang badan dan lingkar
kepaa bayi
Panjang lahir normal 48-52 cm
Lingkar keapala normal 33-37 cm
Sumber : Sari dan Rimandini, 2014
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir:
a.
Pernafasan : sulit/ <60x/menit.
b.
Kehangatan : terlalu panas (>380C atau terlalu dingin <360C).
c.
Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru/ pucat, memar.
d.
Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berebihan, banyak
muntah.
e.
Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
f.
Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan nanah, bau
busuk, pernafasan sulit.
g.
Tunja/ kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lender atau darah pada tinja.
h.
Aktifitas : menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung,
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa
tenang, menangis terus-menerus.
Pemantauan Pasca Pemberian Asuhan Bayi Baru Lahir :
Pemantauan bayi pada jam pertama
meliputi
setelah lahir yang dinilai
kemampuan menghisap kuat dan lemah, bayi tampak aktif dan
lunglai, bayi kemerahan atau biru, yang menjadi penilaian terhadap ada
tidaknya maslah kesehatan yang memerlukan tindaklanjut (Sari dan
Rimandini, 2014).
C. Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (Walyani, 2015).
Manajemen Varney
Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak
yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat.
19
Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut varney ada 7
langkah meliputi :
1.
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai kasus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak
dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga
dapat
menggambarkan
kondisi/
masalah
klien
yang
sebenarnya.
2.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik.Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan
seperti
diagnosa
tetapi
tetap
membutuhkan
penanganan.Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian.
3.
Langkah III : mengindentifikasi diagnose atau masalah potensial.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial.. Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila
maalah potensial benar-benar terjadi.
4.
Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera dan kolaborasi.
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk konsultasi
atau ditangani bersama dengan anggota tim yang lainnya.
5.
Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh.
20
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari masalah klien tersebut, apa kebutuhan perlu
konseling, penyuluhan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah
yang berkaitan dengan maslah kesehatan lainnya. Pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
6.
Langkah VI : melaksanakan asuhan.
Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah
dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau
dokter atau tim kesehatan lain.
7.
Langkah VII : evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
terpenuhi sesuai diagnose atau masalah (Sari dan Rimandini, 2014).
D. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
kebidanan, dengan memperhatiakan pengaruh-pengaruh sosial, budaya,
psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dank ode etik serta hubungan
interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsif kemitraan
dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin/ bayi dan
penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan
diberikan dengan mempraktikkan prinsif-prinsif bela rasa, kompetensi, suara
hati, saling percaya dan komitmen untuk memelihara serta meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya (Tresnawati, 2012).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan masalah kesehatan ibu di masa hamil, persalinan,
nifas, setelah lahir, serta keluarga berencana (Arsinah, 2010).
21
E. Pendokumentasian Metode SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
Langkah-langkah daam metode SOAP
merupakan intisari dari proses
pemikiran dalam manajemen kebidanan. Adapun metode-metode SOAP
terdiri dari 4 langkah yaitu :
S
: Data Subjektif
Berisi data dari pasien melalui anamnesa (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung pasien.
O
: Data Objektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik oleh
Bidan atau dokter.
A
: Analisa
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosa atau masalah potensial , serta perlu tidaknya
dilakukan tindakan segera.
P
: Penatalaksanaan
Merupakan rencana dan tindakan yang akan diberikan
termasuk
asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.
F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
1.
Kewenangan normal
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c)
Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana
2.
Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3.
Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
22
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan.
Kewenangan ini meliputi Pelayanan Kesehatan Anak
Ruang Lingkup :
a) Pelayanan bayi baru lahir
b) Pelayanan bayi
c) Pelayanan anak balita
d) Pelayanan anak pra sekolah
Kewenangan :
a)
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi vitamin
K1.
b)
Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28hari), dan
perawatan tali pusat.
c)
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan segera merujuk.
d)
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
e)
Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah.
f)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
g)
Pemberian konseling dan penyuluhan
h)
Pemberian surat keterangan kelahiran.
i)
Pemberian surat keterangan kematian.
41
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 233 tentang ASI.
Al-Quran Surat As-Safaat ayat 100.
Arsinah.(2010). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Darwin, dkk. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Suhu dan
Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Andalas.
[diakses 10 Mei 2016].
Depkes RI, (2010). Asuhan Persalinan Normal. JNPKR : Jakarta
Dewi.(2010).Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba, Medika.
Dewi,VNL.(2013).Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba,
Medika.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2016. Profil Dinas Kesehatan Kota
Taikmalaya tahun 2015.
Indrayani,
Djami
M.E.U.(2013).Asuhan
Persalinan
dan
Bayi
Baru
Lahir.Jakarta:TIM
JNPK-KR. (2008). Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.
Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Nasriah. (2014). Asuhan Kebidanan Bari Baru Lahir Normal. Tersedia dalam
http://www.bidanri.blogspot.com [diakses 12 Mei 2016].
Prawirohardjo,S. (2016). Ilmu Kebidanan.Cetakan ke-8.Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Rimandini dan Sari.(2014).Asuhan Kebidanan Persalinan (INC). Jakarta:Trans
Info Media.
Riyanto,
Agus.(2011).Aplikasi
Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Metodologi
Penelitian
41
Ronald.(2011).Pedoman Perawatan Balita.Bandung:CV.Nuansa Aulias.
Rukiyah dan Yulianti, (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Trans Info Media.
Soepardan, Suryani.(2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Soepardi, Jane. (2013). Angka Kematian Bayi. Tersedia dalam www.unpad.ac.id.
[diakses 28 April 2016]
Sukamti dan Riono, (2010). Pelayanan Kesehatan Neonatal Berpengaruh
Terhadap Kematian Neonatal Di Indonesia. Bekasi : Program Studi D3
Kebidanan Poltekkes Jakarta III.
Tresnawati, F.(2012).Asuhan Kebidanan.Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher.
Varney, H.(2007).Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta.EGC.
Walyani. (2015) Konseb Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media
WHO, (2012). World HealthStatistic 2013. WHO Library Cataloging, Swiss.
Download