ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BIDAN HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : EGA FAUZIAH NIM. 13DB277104 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA1 Ega fauziah2 Metty Nurherliyany3 Nur Hidayat4 INTISARI Bayi lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih. Masalah pada bayi baru lahir biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Penanganan bayi baru lahir diantaranya memotong tali pusat, inisiasi menyusui dini, mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hipotermi. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis menggunakan alur pikir manejemen kebidanan 7 langkah varney dengan metode pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny. L fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya dilakukan pada tanggal 24 Maret s/d 28 Maret 2016 dengan menggunakan pendekatan manejemen kebidanan menurut varney mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Hasil dari pemberian asuhan kebidanan adalah keadaan bayi baik. Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Kesimpulan dari hasil penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis di Bidan Praktek Mandiri Hj. Eet Sumiati dilaksanakan dengan baik. Kata kunci : Bayi Baru Lahir Fisiologis Perpustakaan : 17 buku (2008-2014), 4 internet, 2 jurnal Halaman : i-xi, 40 halaman, 11 lampiran 1Judul Penulisan Ilmiah, 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4Dosen STIKes Muhammdiyah Ciamis vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 37% dan semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi premature 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) di Indonesia adalah Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008). Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut (Saragih, 2010). Berdasarkan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Soepardi, 2013). 1 Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang berkontribusi besar terhadap 2 2 tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Menurut Data Laporan Program Kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sampai 2012, jumlah kematian neonatus yang dilaporkan di Jawa Barat mencapai angka 3.624 dan kematian bayi mencapai 4.650 (Soepardi, 2013). Berdasarkan data Dinas Kota Tasikmalaya tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 13 kematian per 12.288 kelahiran hidup, kasus IUFD sebesar 74 per 12.288, BBLR 4 per 12.288, Asfiksia 2 per 12.288 (DINKES Tasikmalaya, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati tahun 2015 diperoleh jumlah bayi baru lahir sebanyak 130 bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Sukamti dan Riono (2010) menunjukan angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menempati 55,9% dari angka kematian bayi. Sample penelitian berjumlah 13,859 anak lahir hidup usia 0 - 59 bulan. Hasil didapatkan bahwa risiko kematian neonatal lebih tinggi pada anak yang KN1 kurang berkualitas dengan p value 0,01 dan anak yang tidak KN1 dengan p value 0,001. Neonatus yang tidak mendapatkan vitamin K memiliki risiko kematian neonatal dengan p value <0,00. Terdapat hubungan antara pemberian pelayanan kunjungan neonatal bahwa hanya pelayanan kesehatan neonatal yang berkualitas yang dapat mencegah kematian neonatal di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Darwin (2014) Hipotermia juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di negara berkembang. Salah satu asuhan untuk mencegah hipotermi adalah dengan melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Rerata suhu aksila kelompok IMD sebesar 37,1 ± 0,20C dan rerata suhu aksila pada kelompok non IMD sebesar 36,8 ± 0,40C. Rerata total kehilangan panas kering pada kelompok IMD sebesar 30,1 ± 3,4 J dan pada kelompok non IMD sebesar 31,2 ± 3,9 J. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa IMD berpengaruh terhadap peningkatan suhu aksila. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010). 3 Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo, 2009). Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010). Menurut pandangan islam tentang bayi baru lahir : َ ُ َ ُو َ َّل ِهَّللا َ َّلى َّل ُ َ َ ْي ِهَّللا َو َ َّل َ َ َّل َ ِهَّللاي ُ ُ ِهَّللا ْال َ َ ِهَّللا ْ ِهَّللا َ ِهَّللايٍّي ِهَّللاي . ُ َ ا ِهَّللا َ ُ ِهَّللاال َّل َ ِهَّللا َ َ ْي ْ َ َو َل Artinya : “Aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumandangkan adzan di telinga Al Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah melahirkannya dengan adzan shalat.”(HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi). Setiap bayi yang baru lahir, lalu diadzankan di telinga kanan dan dikumandangkan iqomah di telinga kiri. Supaya yang pertama di dengarkan oleh bayi yang baru di lahirkan ke dunia ini tersebut tidak lain hanya Taqbir, shahadat tauhid dan shahadat Rasul, karena menolak dari pada godaanya Iblis/Syaithan sewaktu mendengar kalimat tersebut langsung pergi. Surah Al-Hajj ayat 5 : Artinya : “...Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami 4 jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan Ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 233). Ini adalah bimbingan dari Allah SWT bagi para ibu supaya mereka menyusui anak-anaknya dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh. Dan setelah itu tidak ada lagi penyusuan. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman Liman araada ay yutimmar radlaa-‘a a. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kebanyakan para iman berpendapat bahwa tidak diharamkan penyusuan yang kurang dari dua tahun. Jadi apabila ada bayi yang berusia lebih dari dua tahun masih menyusui, maka yang demikian itu tidak diharamkan. Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di Bidan Praktek Mandiri Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah : “Bagaimana pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati?”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi baru lahir Fisiologis Di Bidan Praktek Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016 dengan menggunakan manajemen varney. 2. Tujuan Khusus a. Terkumpulnya data dasar pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. b. Tersusunnya interpretasi data dasar pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. 5 c. Teridentifikasi masalah atau diagnosa potensial pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. d. Ditetapkannya kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi pada bayi baru lahir Ny.L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. e. Tersusunnya perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. f. Terlaksananya asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan perencanaan yang dibuat pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. g. Diketahuinya hasil atau evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir Ny. L fisiologis di Bidan Praktik Mandiri Hj. Eet Sumiati Tahun 2016. D. Manfaat 1. Bagi Penulis Lain Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan penulis tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis. 2. Bagi Lahan Praktik Sebagai masukan untuk dapat mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal sehingga dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien sesuai dengan standar dan kewenangan bidan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi tentang ilmu kebidanan khususnya dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis. 4. Bagi Klien Dengan dilakukanya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, masyarakat khususnya orangtua mengerti dalam memberikan asuhan yang baik pada bayi baru lahir dengan demikian komplikasi dapat terdeteksi secara dini dan segera mendapat penanganan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Muslihatun, 2010). Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesuai kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010). Umumnya bayi baru lahir akan dianggap sehat bila langsung menangis saat lahir. Seluruh tubuhnya tampak kemerahandan tidak terlihat pucat atau biru. Selain itu, bayi memiliki gerakan yang aktif dan bisa menetek dengan kuat. Selain itu berat bayi sehat minimal 2,5 kg (Ronald, 2011). Bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram sampai dengan 4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Bayi baru lahir dengan usia 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 0-28 hari disebut neonatal lanjut (Sari dan Rimandini, 2014). Menurut pandangan islam tentang BBL dihubungkan dalam firman Alloh SWT : ال َّصالِ ِي َ ِ َ لِي َ ْ َ ِّب Artinya : Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS.As-shaffaat:100). Dijelaskan maksud ayat tersebut oleh para pakar tafsir , “Ya Rabb anugerahkanlah padaku anak yang shaleh yang termasuk jajaran orang-orang yang shaleh, yang bisa semakin menolongku ta’at kepada Mu”. Jadi yang namanya keturunan terutama yang shaleh bisa membantu seseorang semakin ta’at kepada Alloh SWT. 6 7 7 7 2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Menurut Dewi (2010) ciri-ciri BBL normal adalah : a. lahir aterm antara 37-42 minggu. b. Berat badan 2500-4000 gram. c. Panjang badan 48-52 cm. d. Lingkar dada 30-38 cm. e. Lingkar Kepala 33-35 cm. f. Lingkar lengan 11-12 cm. g. Frekwensi denyut jantung 120-160x/menit. h. Pernafasan ±40-60x/menit. i. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. k. Kuku agak panjang dan lemas. l. Nilai APGAR >7. m. Gerak aktif. n. Bayi lahir langsung menangis. o. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada daerah pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. q. Refleks moro (gerakan memeluk bisa dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik. r. s. Refleks graps (menggenggam) sudah baik. Genetalia 1) Perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra berlubang, labia mayora menutupi labia minora. 2) Laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada scrotum dan penis yang berlubang. t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2013). 8 B. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Asuhan bayi baru lahir oleh Bidan dimulai dari menilai kondisi bayi, memfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder, menentukan kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai kebutuhan (Sari dan Rimandini, 2014). Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional (Depkes, 2008). 1. Penilaian a. Nilai kondisi bayi : 1) Apakah bayi menangis kuat / bernafas tanpa kesulitan ? 2) Apakah bayi bergerak dengan aktif / lemas ? 3) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat / biru ? Ketiga hal diatas dilakukan secara cepat, dan tepat guna melanjutkan pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya. b. Membersihkan jalan nafas : 1) Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu. 2) Bersihkan darah/ lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa. 3) Periksa ulang pernafasan. 4) Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah (Sari dan Rimandini, 2014). Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan : 1) Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat. 2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi ekstensi. 3) Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tanganyang dibungkus kassa steril. 9 4) Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x, gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar (Sari dan Rimandini, 2014). c. Penghisapan lendir : 1) Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Le) atau alat lain yang steril, sediakan juga tabung oksigen dan selangnya. 2) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung. 3) Memantau mencatat usaha nafas yang pertama. 4) Warna kulit, adanya cairan/ mekonium dalam hidung/ mulut harus diperhatikan (Sari dan Rimandini, 2014). Menurut Kemenkes RI (2010) dalam (Sari dan Rimandini, 2014). Sehingga secara keseluruhan tanda-tanda bayi lahir sehat menurut Buku Panduan Pelayanan Kesehatan BBL adalah : a. Berat badan bayi 2500 – 4000 gram. b. Umur kehamilan 37 – 40 minggu. c. Bayi segera menangis. d. Bergerak aktif, kulit kemerahan. e. Mengisap Air Susu Ibu (ASI) dengan baik. f. Tidak ada cacat bawaan. Tanda-tanda Bayi baru lahir normal : a. Berat badan bayi 2500 - 4000 gram. b. Panjang badan 48 - 52 cm. c. Lingkar kepala 33 - 35 cm. d. Lingkar dada 30 - 38 cm. e. Bunyi jantung 120-160x/menit. f. Pernafasan dada 40 - 60x/menit. g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa. h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna. i. Kuku sudah sedikit lemas dan panjang. j. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki testis sudah turun. k. Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik. l. Refleks moro bila dikagetkan akan seperti memeluk. 10 m. Graps refleks sudah baik jika tangan diletakkan benda bayi akan menggenggam. n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam (Sari dan Rimandini, 2014). 2. Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir sangan rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar dan terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi, maka sebelum menangani bayi baru lahir pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan bayi baru lahir telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut : a. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi. b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. c. Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di desinfeksi tingkat tinggi (DTT), jika menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih. d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih. e. Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih dan dekontaminasi setelah digunakan (Sari dan Rimandini, 2014). 3. Pencegahan Kehilangan Panas Bayi baru lahir dapat mengukur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak dicegah (Sari dan Rimandini, 2014). a. Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir 1) Radiasi Dari objek ke panas bayi. Contoh: timbangan bayi dingin tanpa alas. 2) Evaporasi Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. 11 Contoh: air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan. 3) Konduksi Panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh. Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti. 4) Konveksi Penguapan dari tubuh ke udara. Contoh: angin disekitar bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2006) b. Cara pencegahan kehilangan panas: 1) Keringkan bayi secara seksama. 2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat. 3) Tutup bagian kepala bayi. 4) Anjurkan ibu untk memeluk dan menyusui bayinya. 5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. 6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat (Sari dan Rimandini, 2014). 4. Cara perawatan tali pusat a. Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem (Dewi, 2013). b. Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem (Dewi, 2013). c. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitan (Sari dan Rimandini, 2014). d. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan (Sari dan Rimandini, 2014). e. Lepaskan klem penjepit dan letakkan didalam larutan klorin 0,5% (Sari dan Rimandini). 12 f. Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup (Sari dan Rimandini, 2014). 5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong beri dukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya (Sari dan Rimandini, 2014). a. b. Keuntungan pemberian ASI: 1) Merangsang produksi air susu ibu. 2) Memperkuat reflek penghisap bayi. 3) Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya. 4) Memberikan kekebalan pasif segera kepada melalui kolostrum. 5) Merangsang kontraksi uterus (Sari dan Rimandini, 2014). Posisi untuk menyusui: 1) Ibu memeluk keapala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hideng didepan puting susu ibu. 2) Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya. 3) Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu. 4) Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di payudaranya. a) Dagu menyentuh payudara ibu. b) Mulut terbuka lebar. c) Mulut bayi menutupi sampai ke areola. d) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar. e) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti (Sari dan Rimandini, 2014). c. Langkah IMD Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk 13 melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan). 1) Suami dan keluarganya dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin. 2) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya tanpa menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat. 3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapakn di dada ibu denga kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi. 4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu. 5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenal prilaku bayi sebelum menyusu. 6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam. 7) Bila bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya (Sari dan Rimandini, 2014). 6. Pencegahan Infeksi Pada Mata Pencegahan infeksi dapat diberikan pada bayi baru lahir antara lain dengan: a. Memberikan obat tetes mata/ salep Diberikan satu jam pertama bayi baru lahir yaitu: eritromysin 0,5%/ tetrasilin 1%. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir. b. Pemberian imunisasi awal (akan dijelaskan pada bagian selanjutnya). Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak kan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya. Teknik pemberian profilaksis mata: 14 a. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. b. Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan pada bayi. c. Berikan salep mata dengan satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayimenuju kebagian luar mata. d. Jangan biarkan ujung mulut tabung/ salep atau tabung penates menyentuh mata bayi. e. Jangan menghapus salep/ tetes mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut (Sari dan Rimandini, 2014). 7. Pemberian Imunisasi Awal Pelaksanaan penimbangan , penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis B (HB0) harus dilakukan. Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2 - 3 jam setelah lahir dan dilaksanakan dikamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat (Sari dan Rimandini, 2014). Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (phytomenadione) 1 mg intramuskuler (IM) dipaha kiri, untuk mencegah pendarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialam ioleh sebagian BBL (Indrayani dan Djami, 2013). Salep mata atau tetes mata diberikan untyk pencegahan infeksi mata (oxytetrasilin 1%). Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam dipaha kanan setelah penyuntikan vitamin K yang bertujuan untuk pencegahan penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Sari dan Rimandini, 2014). Pemberian imunisasi Hepatitis B: Berikan imunisasi Hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan atau pemberian regimen kombinasi 4 kali, pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan. Pemberian imunisasi hepatitis B (Rukiyah dan Yuianti, 2010). 8. Pemberian Identitas 15 Alat pengenal untuk memindahkan identifikasi bayi perlu dipasangkan segera pasca persalinan. Beberapa hal yang dilakukan antara lain: a. Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, tidak mudah lepas. b. Pada alat identifikasi harus tercantum nama bayi (bayi dan ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit. c. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda tangan dengan menggunakan nama , tanggal lahir, nomor identitas. d. Sidik telapak kaki bayi dan jari ibu harus dicetak dicatatan yang tidak mudah hilang (Sari dan Rimandini, 2014). Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir meiputi : a. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam. b. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelahlahir dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama. c. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau ruangan khusus. d. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami. e. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari. f. Pemeriksaan neonates pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan neonates dilaksanakan didekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan (Sari dan Rimandini, 2014). Langkah-langkah Pemeriksaan: a. Pemeriksaan dilakukan pada keadaan bayi tenang (tidak menangis). b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, didahulukan menilai pernafasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut. c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi (Sari dan Rimandini, 2014). 16 Tabel 2.2 Langkah-langkah Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik yang dilakukan Lihat posture, tonus dan aktifitas Keadaan Normal Posisi tungkai dan tangan fleksi. Bayi sehat akan bergerak aktif. Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul. Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika bayi tidak sedang menangis Frekuensi nafas normal 40-60 kali p e r m e n i t . Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam. Hitung denyut jantung dengan menggunakan stetoskop didada kiri setinggi apeks kordis. Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit. Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer. Suhu normal adalah36,50– 37,50C Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang simetris karena penyesuaian pada saat p r o s e s persalinan, umumnya hilang dalam 4 8 j a m . Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol, dapat sedikit membenjol saat bayi menangis. 17 Lihat mata Tidak ada kotoran/ sekret. Lihat bagian dalam mulut. Masukkan jari yang menggunakan sarung tangan kedalam mulut, raba langit-langit. Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang terbelah. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa. Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, dan teraba lemas. Lihat tali pusat. Tidak ada pendarahan atau, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat Lihat punggung dan raba tulang belakang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang. Pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah Tidak terdapat seidaktili, polidaktili. siemenline, dan kelainan kaki (pes equino varus atau talipes) Lihat lubang anus, Hindari memasukan alat atau jari dalam m e m e r i k s a a n u s . Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar. Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium sudah keluar. Biasanya mekonium keluar 24 jam jam setelah lahir Lihat dan raba alat kelamin luar Tanyakan pada ibu apakah bayi s u d a h buang air kecil. Bayi perempuan kadang terlihat c a i r a n vagina berwarna putih atau k e m e r a h a n Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis. Teraba testis di s k r o t u m . Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin, misalnya hipospadia, kelamin ganda Timbang bayi Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil penimbangan dikurangi berat selimut. Berat lahir 2500-4000 gram Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu (tidak melebihi 10% dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian naik kembali 18 Mengukur panjang badan dan lingkar kepaa bayi Panjang lahir normal 48-52 cm Lingkar keapala normal 33-37 cm Sumber : Sari dan Rimandini, 2014 Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir: a. Pernafasan : sulit/ <60x/menit. b. Kehangatan : terlalu panas (>380C atau terlalu dingin <360C). c. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru/ pucat, memar. d. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berebihan, banyak muntah. e. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. f. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan nanah, bau busuk, pernafasan sulit. g. Tunja/ kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja. h. Aktifitas : menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus. Pemantauan Pasca Pemberian Asuhan Bayi Baru Lahir : Pemantauan bayi pada jam pertama meliputi setelah lahir yang dinilai kemampuan menghisap kuat dan lemah, bayi tampak aktif dan lunglai, bayi kemerahan atau biru, yang menjadi penilaian terhadap ada tidaknya maslah kesehatan yang memerlukan tindaklanjut (Sari dan Rimandini, 2014). C. Teori Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Walyani, 2015). Manajemen Varney Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat. 19 Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut varney ada 7 langkah meliputi : 1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/ masalah klien yang sebenarnya. 2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik.Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian. 3. Langkah III : mengindentifikasi diagnose atau masalah potensial. Pada langkah ini bidan mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.. Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila maalah potensial benar-benar terjadi. 4. Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan kolaborasi. Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim yang lainnya. 5. Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh. 20 Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari masalah klien tersebut, apa kebutuhan perlu konseling, penyuluhan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah yang berkaitan dengan maslah kesehatan lainnya. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. 6. Langkah VI : melaksanakan asuhan. Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lain. 7. Langkah VII : evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai diagnose atau masalah (Sari dan Rimandini, 2014). D. Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan, dengan memperhatiakan pengaruh-pengaruh sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dank ode etik serta hubungan interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsif kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin/ bayi dan penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan diberikan dengan mempraktikkan prinsif-prinsif bela rasa, kompetensi, suara hati, saling percaya dan komitmen untuk memelihara serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya (Tresnawati, 2012). Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan masalah kesehatan ibu di masa hamil, persalinan, nifas, setelah lahir, serta keluarga berencana (Arsinah, 2010). 21 E. Pendokumentasian Metode SOAP SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Langkah-langkah daam metode SOAP merupakan intisari dari proses pemikiran dalam manajemen kebidanan. Adapun metode-metode SOAP terdiri dari 4 langkah yaitu : S : Data Subjektif Berisi data dari pasien melalui anamnesa (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung pasien. O : Data Objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik oleh Bidan atau dokter. A : Analisa Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosa atau masalah potensial , serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. P : Penatalaksanaan Merupakan rencana dan tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut. F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : 1. Kewenangan normal a) Pelayanan kesehatan ibu b) Pelayanan kesehatan anak c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. 22 Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi Pelayanan Kesehatan Anak Ruang Lingkup : a) Pelayanan bayi baru lahir b) Pelayanan bayi c) Pelayanan anak balita d) Pelayanan anak pra sekolah Kewenangan : a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi vitamin K1. b) Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28hari), dan perawatan tali pusat. c) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan segera merujuk. d) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan. e) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah. f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah. g) Pemberian konseling dan penyuluhan h) Pemberian surat keterangan kelahiran. i) Pemberian surat keterangan kematian. 41 DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 233 tentang ASI. Al-Quran Surat As-Safaat ayat 100. Arsinah.(2010). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC Darwin, dkk. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Andalas. [diakses 10 Mei 2016]. Depkes RI, (2010). Asuhan Persalinan Normal. JNPKR : Jakarta Dewi.(2010).Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba, Medika. Dewi,VNL.(2013).Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba, Medika. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2016. Profil Dinas Kesehatan Kota Taikmalaya tahun 2015. Indrayani, Djami M.E.U.(2013).Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta:TIM JNPK-KR. (2008). Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi. Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Nasriah. (2014). Asuhan Kebidanan Bari Baru Lahir Normal. Tersedia dalam http://www.bidanri.blogspot.com [diakses 12 Mei 2016]. Prawirohardjo,S. (2016). Ilmu Kebidanan.Cetakan ke-8.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Rimandini dan Sari.(2014).Asuhan Kebidanan Persalinan (INC). Jakarta:Trans Info Media. Riyanto, Agus.(2011).Aplikasi Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika. Metodologi Penelitian 41 Ronald.(2011).Pedoman Perawatan Balita.Bandung:CV.Nuansa Aulias. Rukiyah dan Yulianti, (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media. Soepardan, Suryani.(2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC Soepardi, Jane. (2013). Angka Kematian Bayi. Tersedia dalam www.unpad.ac.id. [diakses 28 April 2016] Sukamti dan Riono, (2010). Pelayanan Kesehatan Neonatal Berpengaruh Terhadap Kematian Neonatal Di Indonesia. Bekasi : Program Studi D3 Kebidanan Poltekkes Jakarta III. Tresnawati, F.(2012).Asuhan Kebidanan.Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher. Varney, H.(2007).Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta.EGC. Walyani. (2015) Konseb Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media WHO, (2012). World HealthStatistic 2013. WHO Library Cataloging, Swiss.