APLIKASI MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MENDETEKSI KELAINAN OTAK (STROKE INFARK) Yohanes Tanjung Sarwono1) 1) S1/Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, email: [email protected] Abstract: stroke disease is one of the deadly diseases caused by blockage of blood vessel. Neural Network as one of Artificial Intelligence areas which simulate like human neuron brain and convert it into mathematics calculation. Preprocessing used to convert brain images into numerical. This numerical will be input to clustering process and training it with Neural Network that use Radial Basis Method. Result of this training method will be used to analyze and predict brain image whether to be normal or stroke. Keywords: Digital Image Processing, Artificial Intelligence, Neural Network, K-Means Cluster, Stroke Disease Di negara-negara industri penyakit Stroke dapat dibedakan menjadi 2 stroke menduduki peringkat ketiga penyebab golongan besar yaitu stroke iskemik (Infark) dan kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Di stroke perdarahan (Hemoragik). Pada stroke Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi iskemik (Infark) terjadi proses Arteriosklerosis 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan atau sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan pembuluh darah otak tersumbat. Sumbatan ini sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Di terjadi akibat lepasnya bekuan yang berasal dari Indonesia stroke menempati urutan pertama lokasi lain. Sedangkan stroke hemoragik adalah sebagai penyebab kematian di rumah sakit. pecahnya Stroke adalah serangan mendadak pada otak akibat pembuluh otak tersumbat atau pecah. darah terlalu kental pembuluh darah yang membuat akibat dinding pembuluh rapuh atau anomali-anomali bawaan pada usia muda. Biasanya kondisi ini akan diikuti dengan gejala- Pendeteksian dan diagnosa kelainan gejala seperti nyeri kepala hebat, penurunan pada otak dilakukan oleh para radiolog dan kesadaran dan kejang mendadak. Juga terjadi dokter ahli. Peralatan radiologi yang berfungsi gangguan dan untuk mendeteksi penyekit otak salah satunya gangguan orientasi tempat, waktu dan orang. adalah Magnetik Resonance Imaging (MRI). Penyebab stroke dikelompokkan menjadi 2 Menurut Notosiswoyo (2004) MRI menggunakan faktor, yaitu faktor medis dan perilaku. Faktor prinsip elektromagnetik yang akan menghasilkan resiko medis, antara lain hipertensi (penyakit image tubuh kita. MRI berkaitan dengan radio tekanan darah tinggi), kolesterol, Arteriosklerosis frekuensi (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, menghasilkan suatu citra (image) tanpa memakai diabetes, riwayat stroke dalam keluarga, dan radiasi ionisasi. daya ingat, keseimbangan dan medan magnet yang dapat migrain. Faktor yang kedua adalah faktor resiko Pemeriksaan gambar kelainan otak hasil perilaku, antara lain merokok (aktif & pasif), MRI ini memerlukan ketelitian dan ketepatan. makanan tidak sehat (junk food, fast food), Lagi pula otak organ tubuh yang letaknya alkohol, kurang olahraga, kontrasepsi oral, tersembunyi sehingga sulit dideteksi dengan mata narkoba, obesitas. telanjang. Pendeteksian penyakit infark dari 1 gambar MRI dapat menggunakan Jaringan Syaraf c th w w n n x y Radial Basis Function (RBF). Pada prinsipnya banyak metode jaringan syaraf yang telah dikembangkan, seperti dimana: Backpropagation, Self Organizing Maps (SOM), w: dan lain sebagainya. Alasan penggunaan jaringan equalization, syaraf tiruan dengan metode RBF karena Cw : histogram kumulatif dari w, keunggulan dalam hal kecepatan iterasi jika th: adalah threshold derajat keabuan (256) dibandingkan dengan metode jaringan syaraf nx dan ny adalah ukuran gambar d. tiruan lainnya. nilai keabuan hasil histogram Proses filter background, merupakan proses untuk menghilangkan atau membuang latar METODE PENELITIAN belakang citra yang tidak diperlukan. Karena Digital Image Processing citra yang diharapkan adalah citra bagian Melakukan pengolahan citra digital pada otak saja, maka sangat penting melakukan data gambar otak normal dan stroke infark untuk mengubah file data gambar hingga menjadi proses filter background. e. Proses Segmentasi, membagi obyek menjadi menjadi bentuk matriks normalisasi yang berupa segmen-segmen yang lebih kecil sehingga angka. diharapkan untuk pengolahan datanya dapat Berikut langkah-langkah dalam melakukan pengolahan citra : menjadi lebih cepat. Hasil segmen ini akan a. Proses pembacaan file gambar untuk otak diperoleh gambar yang berukuran 37 x 37 normal dan stroke infark yang berukuran piksel. 185 x 185 piksel. File gambar berformat b. f. Proses Normalisasi, yaitu proses pada nilai .BMP atau .JPG. intensitas tiap segmen dari citra agar bernilai Proses greyscale, mengubah citra warna 0 atau 1 dengan cara rata segmen dibagi (Red, Green, Blue) menjadi citra greyscale dengan tingkat grayscale yang paling tinggi. dengan mengambil rata-rata RGB dengan persamaan: g. Simpan hasil data normalisasi, sebagai data input di proses selanjutnya. Data disimpan Gray = R + G + B ke dalam bentuk file text (.txt) dan tidak 3 menggunakan database agar lebih cepat pada R : Tingkat intensivitas warna merah saat upload data pada inputan pelatihan G : Tingkat intensivitas warna hijau jaringan syaraf. B : Tingkat intensivitas warna biru c. Proses histogram equalisasi, merupakan proses perataan histogram, di mana distribusi nilai derajat keabuan pada suatu citra dibuat rata dan ditujukan untuk memperjelas gambar dengan persamaan: 2 rumus jarak Eucledian (Eucledian Distance) hingga ditemukan jarak yang paling dekat dari setiap data dengan centroid. Berikut adalah persamaan Eucledian Distance: d ( x i , j ) ( xi j ) 2 Step 4 : Mengklasifikasikan setiap data berdasarkan kedekatannya dengan centroid (jarak terkecil). Step 5 : Mengupdate nilai centroid. Nilai centroid baru diperoleh dari rata-rata cluster yang bersangkutan dengan menggunakan rumus: j ( t 1) 1 N Sj x j jSj dimana: j (t+1) = centroid baru pada iterasi ke (t+1), NSj = banyak data pada cluster Sj Gambar 1. Flowchart Pengolahan Citra Digital Step 6 : Melakukan perulangan dari langkah 2 hingga 5 hingga anggota tiap cluster tidak ada K-Means Clustering yang berubah. Algoritma K-Means diperkenalkan oleh Step 7 : Jika langkah 6 telah terpenuhi, maka J.B. MacQueen pada tahun 1976. Metode ini nilai rata-rata pusat cluster ( j) pada iterasi mempartisi data ke dalam cluster (kelompok) sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam cluster yang sama dan data yang mempunyai karakteristik berbeda dikelompokkan ke dalam kelompok yang lain. terakhir akan digunakan sebagai parameter untuk Radial Basis Function yang ada di hidden layer. Pada gambar 2 ditunjukkan diagram alir langkahlangkah dalam proses clustering dengan menggunakan metode K-Means. Berikut adalah langkah-langkah dari algoritma KMeans: Step 1 : Menentukan banyak K-cluster yang ingin dibentuk. Step 2 : Membangkitkan nilai random untuk pusat cluster awal (centroid) sebanyak k. Step 3 : Menghitung jarak setiap data input terhadap masing-masing centroid menggunakan 3 Jika ada input yang masuk, sel akan aktif dan akan mentransmisikan sinyal ke sel lain melalui akson dan sypnatic gap. Untuk lebih jelasnya susunan neuron biologis ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : Gambar 3. Susunan Neuron Biologis Pada jaringan syaraf tiruan, juga terdapat istilah neuron atau lebih sering disebut unit, sel, j ( t 1) 1 N Sj x atau node. Setiap neuron terhubung dengan j neuron-neuron lain melalui layer dengan bobot j Sj tertentu. Bobot di sini melambangkan informasi yang j (t 1) j digunakan oleh jaringan untuk menyelesaikan persoalan. Pada jaringan syaraf biologis, bobot tersebut dapat dianalogikan dengan aksi pada proses kimia yang terjadi pada synaptic gap. Sedangkan, setiap neuron mempunyai internal state yang disebut aktivasi. Aktivasi tersebut merupakan fungsi dari input Gambar 2. Flowchart K-Means Clustering yang diterima. Suatu neuron akan mengirim sinyal ke neuron-neuron lain, tetapi pada suatu saat, Neural Network Jaringan syaraf manusia terdiri atas selsel yang disebut neuron. Ada tiga komponen hanya dikeluarkan ada satu walaupun sinyal yang sinyal dapat tersebut ditransmisikan pada beberapa neuron lain. utama neuron yang fungsinya dapat dianalogikan Pada jaringan syaraf, neuron-neuron dengan yang terjadi pada jaringan syaraf tiruan, tersusun dalam layer. Neuron yang terletak dalam yaitu dendrit, soma, dan akson. Dendrit akan layer yang sama, biasanya mempunyai hubungan menerima sinyal-sinyal dari neuron lain. Sinyal yang sama antara satu dengan lainnya. tersebut merupakan impuls listrik yang Pengaturan neuron dalam layer dan ditransmisikan melalui sypnatic gap melalui hubungan-hubungannya disebut arsitektur proses kimia. Sedangkan, soma atau badan sel jaringan. Jaringan syaraf dapat diklasifikasikan akan menjumlah sinyal-sinyal input yang masuk. menjadi dua jenis, yaitu single layer dan 4 multilayer. Untuk lebih jelasnya, susunan single layer dan multilayer terdapat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Dalam jaringan single layer, neuronneuron dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unit-unit input dan unit-unit output. Unit-unit input menerima masukan dari luar sedangkan unit-unit output akan mengeluarkan respon dari jaringan sesuai dengan masukannya. Sedangkan, dalam jaringan multilayer, selain ada unit-unit input dan output, juga Gambar 5. Jaringan Syaraf Multilayer terdapat unit-unit yang tersembunyi (hidden). Jumlah unit hidden tersebut tergantung pada Radial Basis Function Algorithm kebutuhan. Semakin kompleks jaringan, unit Topologi jaringan RBFN (Radial Basis hidden yang dibutuhkan makin banyak, demikian Function Network) terdiri dari layer input unit, pula jumlah layernya. Pada Gambar 5 terdapat layer hidden unit dan layer output unit. Topologi tiga buah layer dengan bobot v dan w . Jaringan RBFN digambarkan sebagai berikut: multilayer sering dipakai untuk persoalan yang lebih rumit karena pelatihan untuk hal yang kompleks akan lebih berhasil jika menggunakan jaringan multilayer. Gambar 6. Topologi Radial Basis Function Network Berikut langkah-langkah proses pelatihan jaringan dengan metode RBF: Step 1 : Inisialisasi centre data input matriks normalisasi dan dan centre hasil perhitungan KMeans Clustering. Gambar 4. Jaringan Syaraf Single Layer Step 2 : Melakukan inisialisasi nilai spread yang akan digunakan pada perhitungan matriks Gaussian. 5 Step 3 : Menentukan sinyal input ke hidden layer dan menghitung nilai fungsi aktivasinya pada tiap hidden layer menggunakan rumus berikut: m = 1,2,3,... Sesuai dengan jumlah training pattern j = 1,2,3… sesuai dengan jumlah hidden unit X vektor input t vektor data sebagai center Step 4 : Menghitung bobot baru (W) dengan mengalikan pseudoinverse dari matriks G dengan vector target (d) dari data training dengan menggunakan rumus pada persamaan berikut: Gambar 7. Flowchart Proses Training Jaringan Step 5 : Menghitung nilai output jaringan Y(n) Syaraf Tiruan dengan Metode Radial Basis menggunakan rumus pada persamaan berikut: Function Testing Algorthm Uji coba atau testing pada aplikasi Step 6 : Simpan nilai hasil training. Hasil training yang disimpan adalah data center 1, center 2, nilai output dan nilai spread yang digunakan dalam proses training jaringan syaraf. Data hasil training tersebut disimpan ke dalam file teks (.txt). Berikut diagram alir proses training jaringan menggunakan Function). syaraf metode RBF tiruan (Radial dengan Basis digunakan untuk melakukan validasi apakah telah memberikan diharapkan. output Berikut sesuai dengan yang langkah-langkah dalam melakukan uji coba: Step 1 : Inisialisasi center hasil perhitungan algoritma K-Means, dengan memanggil centroid 1 dan centroid 2 iterasi terakhir. Step 2 : Inisialisasi range output target hasil perhitungan RBF (spread value, W1, W2 dan bias). 6 Step 3 : Upload data gambar untuk di uji coba atau validasi. Step 4 : Proses greyscale, mengubah citra warna (Red, Green, Blue) menjadi citra greyscale dengan mengambil rata-rata RGB. Step 5 : Proses histogram equalisasi, merupakan proses perataan histogram, di mana distribusi nilai derajat keabuan pada suatu citra dibuat rata dan ditujukan untuk memperjelas gambar. Step 6 : Proses Segmentasi, yaitu membagi obyek menjadi segmen-segmen yang lebih kecil sehingga diharapkan untuk pengolahan datanya dapat menjadi lebih cepat. Dari hasil segmen ini akan diperoleh gambar yang berukuran 37 x 37 piksel. Step 7 : Proses Normalisasi, yaitu proses pada nilai intensitas tiap segmen dari citra agar bernilai 0 atau 1 dengan cara rata segmen dibagi dengan tingkat greyscale yang paling tinggi. Step 8 : Menghitung nilai output jaringan Y(x). Step 9 : Melakukan pengecekan terhadap nilai Y(x) apakah lebih kecil dari batas atas Y normal. Step 10 : Cetak hasil analisa gambar, termasuk otak normal (jika Y(x) lebih kecil dari batas atas Y normal) dan otak infark (Jika Y(x) lebih besar dari batas atas Y normal). Gambar 8. Flowchart Uji Coba Aplikasi HASIL DAN PEMBAHASAN Digital Image Processing Form image processing atau pengolahan citra digunakan untuk mengolah data gambar menjadi data akhir yang lebih sederhana yaitu data matriks normalisasi yang terdiri dari angkaangka. 7 Radial Basis Function Training Form RBF training digunakan untuk melakukan pelatihan jaringan syaraf tiruan dari inputan hasil normalisasi. Data normalisasi akan dicluster terlebih dahulu dengan K-Means untuk menghasilkan nilai centre 1 dan centre 2 yang akan digunakan pada pelatihan jaringan syaraf. Gambar 9. Tab Step 1 (Data Gambar Input dan Greyscale) Gambar 12. Tab Data (Input Matriks Normalisasi dan Generate Centroid Awal) Gambar 10. Tab Step 2 (Pengolahan Citra dari Histogram hingga Equalization) Gambar 13. Tab Cluster (Clustering dengan KMeans ke cluster 1 dan cluster 2) Gambar 11. Tab Step 3 (Proses Segmentasi, Matriks dan Vektor Normalisasi) 8 output Y(x) untuk gambar yang diuji coba. Y(x) akan dibandingkan dengan batas bawah (minimal value) dan batas atas (máximum value) untuk memeperoleh analisa apakah data gambar termasuk gambar otak normal atau otak stroke infark. Kesimpulan hasil analisa akan muncul pada groupbox Analisa JST-RBF. Gambar 14. Tab RBF Step 1 (Proses Training Radial Basis Function) Gambar 16. Form Validasi (Proses Pengolahan Citra dan Analisa) Gambar 15. Tab RBF Step 2 (Proses Training RBF hingga Matriks W) Validasi Form validasi merupakan form uji coba data gambar. Inputan pada form ini adalah data gambar otak yang akan diuji untuk dianalisa apakah termasuk otak normal atau otak infark. Gambar 17. Form Validasi (Hasil Analisa) Data gambar diolah terlebih dahulu yaitu melalui proses greyscale, tresholding, histogram SIMPULAN equalization, dan segmentation. Output gambar Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dari segmentasi akan diolah menjadi matriks dilakukan dalam pembuatan Aplikasi Model normalisasi 37 x 37 kemudian menjadi vektor Jaringan Syaraf Tiruan dengan Radial Basis normalisasi vektor Function dapat disimpulkan bahwa Tugas Akhir normalisasi akan dihitung menggunakan centroid telah sesuai dengan tujuan. Berikut adalah 1 dan 2 hasil clustering, nilai spread, matriks W beberapa poin kesimpulan dari pengerjaan Tugas dan bias, sehingga akan menghasilkan nilai Akhir ini: 1 x 1369. Kemudian 9 1. Sistem telah berhasil menangani pengolahan citra dari proses input gambar hingga normalisasi dengan memakai beberapa persamaan. 2. Sistem telah mengimplementasikan proses pelatihan jaringan syaraf tiruan yang dimulai dengan clustering dan kemudian dilatih dengan metode RBF. 3. Sistem dapat melakukan validasi dengan memberi input data gambar, kemudian sistem akan memberikan estimasi hasil analisa. 4. Sistem RBF memiliki keunggulan dalam hal kecepatan pelatihan karena tidak ada target Russell, Stuart, Peter Norvig. 2003. Artificial Intelligence A Modern Approach (second edition). Person Education, Inc: New Jersey. World Health Organization. 2010. Cardiovaskuler Disease : prevention and control,(Online), (http://www.who.int/dietphysicalactivity/ publications/facts/cvd/en , diakses 1 November 2010). Yayasasan Stroke Indonesia. 2009. Stroke Urutan Ketiga Penyakit Mematikan. (Online), (http://www.yastroki.or.id/read.php?id=3 00, diakses 1 November 2010) Yayasasan Stroke Indonesia. 2009. 2 Macam Jenis Stroke dan Teknik Deteksi. (Online), (www.yastroki.or.id/read.php?id=205, diakses 1 November 2010). iterasi pada proses pelatihan (hanya 1 kali jalan). 5. Data input memiliki peran penting, oleh karena itu dibutuhkan data gambar tanpa konversi signifikan dan dalam jumlah banyak (misal >50 gambar). DAFTAR RUJUKAN Basuki, Achmad., Jozua Palandi, Fatchurrochman. 2005. Pengolahan Citra Menggunakan Visual Basic. Graha Ilmu: Yogyakarta. Hermawan, Arief. 2006. Jaringan Syaraf Tiruan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Andi: Yogyakarta. Joesoef, A.A. 2004. Aspek Biomolekuler dari Iskemia Otak Akut. RSUD Dr. Soetomo, Malang. Kendall, K.E., Kendall, J.E. 2003. Analisis dan Perancangan Sistem (Edisi Bahasa Indonesia). PT. Prenhallindo: Jakarta. Kuswara, Setiawan. 2003. Paradigma Sistem Cerdas, Artificial Intelligence. Bayumedia: Malang. Mackay, David J.C. 2004. Information Theory, Inference, and Learning Algorithms. Cambridge Universisty Press. Notosiswoyo, Mulyono dan Suswati, Susy. 2004. Pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging sebagai Sarana Diagnosa Pasien. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomer 3. 10