LINGKUNGAN RUMAH TANGGA MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN LAMBARO KABUPATEN ACEH BESAR HOUSEHOLD ENVIRONMENT IS A RISK FACTOR FOR ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS (ISPA) IN CHILD UNDER FIVE IN SUB-DISTRICT OF LAMBARO ACEH BESAR Nurhayati *, Zubir**, Syafie Ishak *** *Prodi D III Keperawatan Banda Aceh Poltekkes Kemenkes Aceh **Prodi D III Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Aceh ***Prodi D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh Email : [email protected] Abstrak: Sekitar 40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran lingkungan rumah tangga terhadap risiko terjadi ISPA pada anak balita. Rancangan penelitian adalah rancangan analitik dengan pendekatan case control dengan kelompok kasus yaitu anak balita yang memanfatkan Puskesmas Lambaro Aceh Besar sebagai tempat berobat setelah diperiksa oleh tim medis dinyatakan menderita ISPA dan sebaliknya Teknik pengambilan sampel dilakukan secara probabilitas sampling dengan melakukan acak sederhana. Analisa data menggunakan analisis bivariat dengan Odd Ratio (OR). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku merokok anggota keluarga dalam rumah berisiko terhadap terjadinya ISPA pada anak balita (OR: 3,9,), Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan mempunyai risiko terhadap terjadinya ISPA pada balita (OR:3,7) dan Kepadatan hunian rumah berisiko terhadap kejadian ISPA pada balita (OR:3,5). Lingkungan rumah tangga seperti Asap rokok, ventilasi rumah dan kepadatan hunian merupakan faktor risiko terhadap terjadinya insfeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Kata kunci : Asap rokok, ventilasi, kepadatan hunian, infeksi saluran pernafasan akut Abstract: Around 40-60% visit medicinize in Puskesmas and 15-30% visit medicinize road street and take care of to stay with pain also because of ISPA. Target of Research is knowing role of environment of household to risk happened ISPA at child of children under five. Method Research are Device Research is analytic device with approach of control case with case group that is children under five which is Puskesmas Lambaro big Aceh as place medicinize after checked by expressed medical team to suffer ISPA and vice versa. Technique intake of sampel conducted probability sampling is done by simple random sampling. Date were analyzed using bivariate analysis with Odd Ratio ( OR). Result of Research is indicate that Behavior smoke family member in house at risk to the happening of ISPA at child is children under five (OR: 3,9), ineligible House ventilation of health have risk to the happening of ISPA is children under five ( OR:3,7) and Density of house dwelling at risk to occurence of ISPA is children under five ( OR:3,5). Environmental of household such as cigarette, house ventilation and density residential home is a risk factor for the occurrence of the channel insfeksi exhalation of acute ( ISPA). Keywords : Smoke Cigarette, ventilate, density of dwelling, acute exhalation channel infection 191 Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)...192 3-6 kali pertahun peranak . Sekitar 40- PENDAHULUAN Masalah kesehatan anak 60% kunjungan berobat di Puskesmas merupakan salah satu masalah utama dan 15-30% kunjungan berobat jalan dalam bidang kesehatan yang saat ini dan rawat inap di rumah sakit juga terjadi di negara sedang berkembang disebabkan oleh ISPA. 2 seperti Indonesia. Derajat kesehatan Period prevalence Pneumonia per anak mencerminkan derajat kesehatan 1000 Balita pada tahun 2013 di provinsi bangsa, sebab anak sebagai generasi Aceh adalah 34,5%. Angka ini adalah penerus bangsa memiliki kemampuan urutan tertinggi kedua setelah NTT yang dengan jumlah 38,5%. Tahun 2014 saat dapat dikembangkan meneruskan pembangunan Berdasarkan alasan dalam bangsa. studi pendahuluan ke maka Wilayah Kerja Puskesmas Lambaro masalah kesehatan anak diprioritaskan Aceh Besar di peroleh data yaitu dari dalam 1397 perencanaan tersebut dilakukan atau penataan pembangunan bangsa balita yang berkunjung ke Puskesmas Kota Baro Aceh Besar Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk berobat terdeteksi kejadian ISPA (ISPA) pada anak balita merupakan sebanyak masalah serius karena apabila tidak Seharusnya kasus ISPA sudah harus ditangani akan ditekan semaksimal mungkin karena menimbulkan komplikasi yang lebih masyarakat sudah banyak yang tidak berat pada balita seperti meningitis, lagi menggunakan bahan bakar jenis gangguan tumbuh kembang, pneumonia kayu dan penyakit saluran pernafasan kronis kemungkinan peran faktor lain sangat lainnya. 1 besar risiko terhadap terjadinya ISPA dengan segera ISPA merupakan penyakit yang seringkali dilaporkan sebagai 10 1113 bila balita memasak (79,7%). di rumah, diwilayah kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar seperti perilaku merokok penyakit utama dinegara berkembang. dalam Gejala yang sering di jumpai adalah ventilasi rumah tangga yang tidak batuk , pilek dan kesukaran bernafas. memenuhi syarat standar kesehatan dan Episode atau serangan batuk pada anak lain-lain. khususnya balita 6-8 kali pertahun. Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar rumah, Faktor kepadatan resiko hunian, terjadinya terbagi atas dua kelompok 3 ISPA yaitu: a) 193 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198 Faktor internal merupakan suatu Tujuan penelitian untuk keadaan di dalam diri penderita (balita) mengetahui Risiko Faktor Lingkungan yang terpapar Rumah tangga terhadap Terjadinya dengan bibit penyakit (agent) ISPA ISPA pada anak Balita di wilayah kerja yang meliputi jenis kelamin, berat Puskesmas Lambaro Aceh Besar. memudahkan untuk badan lahir, status ASI, dan status Secara khusus tujuan penelitiani ini imunisasi dan b) Faktor eksternal adalah merupakan suatu keadaan yang berada perilaku merokok dalam rumah, risiko diluar diri penderita (balita) berupa kondisi lingkungan fisik, biologis, sosial dan kepadatan hunian terhadap terjadinya ekonomi yang memudahkan penderita ISPA untuk terpapar bibit penyakit (agent) Puskesmas Lambaro Aceh Besar. meliputi: polusi asap rokok, polusi asap dapur, kepadatan hunian dalam rumah tangga, keadaan mencapai , ventilasi tidak 10% dari luas lantai dan pencahayaan. Berdasarkan belakang uraian diatas pada peneliti latar dapat menyatakan permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah faktor linkungan ekternal (polusi asap rokok, polusi asap dapur, kepadatan hunian rumah tangga, keadaan ventilasi tidak mencapai 10% dari luas lantai dan berisiko terhadap pencahayaan terjadinya ISPA pada anak Balita di wilayah kerja Puskesmas Lambaro Aceh terjawab Besar?, agar permasalahan yang telah dinyatakan diatas perlu adanya kajian pengamatan nyata dilapangan. dan Untuk mengetahui ventilasi pada rumah, balita risiko risiko diwilayah keja METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptive analitik dengan pendekatan case control, yaitu suatu penelitian survei analitik bagaimana dengan yang faktor resiko menggunakan 4 retrospective. dilakukan menyangkut dipelajari pendekatan Studi kasus control dengan mengindentifikasi kelompok kasus dan kelompok control, kemudian secara retrospektif (penelusuran kebelakang) diteliti faktorfaktor resiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan control dapat terkena paparan atau tidak. Rancangan penelitian ini yang digunakan dalam kelompok kasus yaitu anak batita Puskesmas yang Lambaro memanfatkan Aceh Besar Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 194 sebagai tempat berobat setelah Populasi kontrol penelitian yaitu diperiksa oleh tim medis dinyatakan semua menderita yang dinyatakan oleh tim medis menderta kontrol ISPA dan bertempat tinggal berdekatan adalah anak batita dalam kondisi sehat, dengan responden kasus dalam wilayah belum pernah dinyatakan oleh tim kerja Puskesmas Lambaro Kabupaten medis menderita ISPA dan berdomisili Aceh Besar. termasuk tdak ISPA. dalam berjauhan Kemudian kelompok dengan responden kasus. batita adalah wilayah belum pernah Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik Populasi yang yang 4 populasi, dimiliki oleh sedangkan pendapat yang generalisasi yang terdiri atas objek atau lain adalah sebagian atau wakil populasi subjek yang mempunyai kualitas dan yang diteliti. Menetapkan besarnya atau karakteristik tertentu yang ditetapkan jumlah oleh peneliti untuk dipelajari dan tergantung pada dua hal, yaitu adanya 4 sumber-sumber yang dapat digunakan Populasi dalam penelitian ini terdiri untuk menentukan batas minimal dari dari besarnya sampel. kemudian ditarik populasi kesimpulannya. kasus dan populasi kontrol yang memenuhi kriteria inklusi sampel suatu penelitian Besar sampel pada penelitian ini dan eklusi subjek studi. Kriteria inklusi ditentukan berdasarkan adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu pengambilan sampel dipenuhi oleh setiap anggota populasi rumus yang dapat diambil sebagai sampel. diperoleh adalah Sedangkan kriteria eklusi adalah ciri- penelitian terdahulu ciri anggota populasi yang tidak dapat kebiasaan merokok didalam rumah dan diambil sebagai sampel terjadinya ISPA dengan OR = 3,1, nilai 5 rumus menggunakan Besar sampel minimal yang berdasarkan pada hasil variable Populasi kasus penelitian yaitu p 0,024; 95% CI:1,255-7,9386 . Hasil semua anak balita hasil pemeriksaan perhitungan menggunakan rumus diatas kesehatan dan dengan derajat kepercayaan 95% dan di kekuatan uji 80% di dapatkan jumlah dinyatakan oleh tim menderita medis ISPA Puskesmas Lambaro Kabupaten Aceh sampel kasus 40 orang, dengan besar. Tahun 2014 dengan jumlah kasus perbandingan 1:1 antara kelompok 1371 balita. kasus dan kelompok kontrol, sehingga 195 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198 total responden 80 orang, Untuk tergantung. Uji statistik yang digunakan menghindari drop out maka ditambah adalah Kai –Quadrat (Chi-Quare) untuk 25% (20 orang) dan total menjadi 100 menilai adanya perbedaan proorsi dan sampel dengan pembagian 50 sampel perhitungan Odd Ratio (OR) untuk kasus dan 50 sampel kontrol. Teknik mengetahui kekuatan hubungan dan pengambilan sampel dalam penelitian besarnya ini untuk kelompok kasus dengan tersebut.. Hasil yang diperoleh pada teknik simple random sampling dengan analisa cara mengundi nomor kartu berobat ke Confidence Interval (CI) 95% dan nilai Puskesmas p (p value). Nilai kemaknaan (p) yang Lambaro Aceh Besar. sedangkan untuk kelompok kontrol risiko adalah dari Odds faktor Ratio risiko (OR) ditetapkan adalah p< 0,05 diambil anak balita yang bertempat tinggal berdekatan dengan kelompok HASIL PENELITIAN Penelitian kasus (tetangga) Data primer baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol dikumpulkan dengan cara wawancara terstruktur dengan ibu anak balita dengan menggunakan kuesioner dan mengamati rumah. kondisi, Data di dan kontruksi analisa untuk mengidentifikasikan hubungan antara variabel bebas dengan variabel dilaksanakan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan di Lambaro Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar dari bulan Mei sampai Juni 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden dan observasi langsung rumah tempat tinggal responden. Setelah data terkumpul selanjutnya data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Perilaku merokok dengan kejadian ISPA anak balita Tabel 1 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar, n=100 Kejadian ISPA pada Balita No 1 2 Perilaku Merokok Merokok Tidak Merokok Kasus (%) 30 (60%) 20 (40%) Kontrol (%) 14 (28%) 36 (72%) Total 50 (100%) 50 (100%) P Value 0,003 OR 3,857 Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)...192 Dari tabel 1 dapat dijelaskan nilai OR = 3,857. Ini berarti bahwa bahwa kejadian ISPA pada balita yang peluang terjadinya ISPA pada balita tinggal dengan anggota keluarga yang yang tinggal dengan keluarga yang mempunyai perilku kebiasaan merokok perilaku kebiasaan merokok didalam didalam rumah lebih banyak terjadi rumah 3,9 kali lebih besar daripada pada kelompok kasus yaitu sebanyak yang 60% dari pada kelompok kontrol yang didalam rumah. keluarganya tidak merokok hanya 28%. Hasil uji statistik diperoleh Ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita Tabel 2. Hubungan Ventilasi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar, n=100 Kejadian ISPA pada Balita No Ventilasi 1 Kasus (%) Tidak memenuhi syarat 38 (76%) Kesehatan Memenuhi syarat 12 (24%) Kesehatan Total 50 (100%) 2 Kontrol (%) P value OR 23 (46%) 27 (54%) 0,004 3,717 50 (100%) Berdasarkan tabel 2 diatas dapat statistik diperoleh nilai OR = 3,7, yang dijelaskan bahwa kejadian ISPA pada berarti bahwa balita yang tinggal dalam balita dengan ventilasi rumahnya tidak rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi lebih memenuhi syarat kesehatan mempunyai banyak terjadi pada kelompok kasus peluang 3,7 kali lebih besar terkena yaitu dengan ISPA dibandingkan yang luas ventilasi kelompok kontrol hanya 46%. Hasil uji rumahnya memenuhi syata kesehatan syarat 76%, kesehatan dibandingkan . Kepadatan Hunian dengan kejadian ISPA pada balita Tabel 3 Hubungan kepadatan hunian rumah dengan kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar,n=100 No Kepadatan Hunian Kejadian ISPA pada Balita Kasus (%) Kontrol (%) 1 Padat 30 (60%) 15 (30%) 2 Tidak Padat 20 (40%) 35 (70%) Total 50 (100) 50 (100%) P Value OR 0,005 3,5 193 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198 Dari tabel 3 diatas dapat dilihat terjangkitnya infeksi saluran bahwa kejadian ISPA pada balita yang pernafasan acut (ISPA) pada anak balita tinggal didalam rumah dengan jumlah (p = 0,003). penghuni padat banyak terjadi pada Hasil penelitian ini sangat relevan kelompok kasus yaitu 60% balita, dengan sedangkan kontrol memperberat timbulnya ISPA, karena hanya terjadi 30% balita saja. Hasil uji dari satu batang rokok yang dinyalakan statistik diperoleh nilai OR = 3,5. Ini akan menghasilkan asap sampingan berarti bahwa peluang balita terkena selama sekitar 10 menit, sementara asap ISPA yang tinggal dalam rumah dengan utamanya hanya akan dikeluarkan pada jumlah penghuni padat 3,5 kali lebih waktu rokok itu dihisap dan biasanya besar daripada yang tinggal dalam rumh hanya kurang dari 1 menit. Walaupun dengan jumlah penghuni yang tidak asap sampingan dikeluarkan dahulu padat. keudara bebas sebelum dihisap perokok pada kelompok paparan pasif, tetapi asap karena rokok kadar bahan berbahayanya lebih tinggi daripada asap PEMBAHASAN merokok utamanya, maka perokok pasif tetap keluarga dengan kejadian ISPA pada menerima akibat buruk dari kebiasaan Balita merokok orang sekitarnya. Hubungan Perilaku Berdasarkan hasil penelitian yang Hasil penelitian ini sesuai dengan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas hasil Lambaro Aceh Besar dapat dijelaskan bahwa ada hubungan yang bermakna bahwa keberadaan anggota keluarga antara keberadaan perokok dengan yang perilakunya merokok didalam terjadinya ISPA pada balita7. Berbeda rumah mempunyai peluang hampir 4 dengan penelitian yang menjelaskan kali lebih beser terjadinya ISPA pada bahwa bahwa tidak ada hubungan yang anak balta dibandingkan dengan anak bermakna status kebiasaan merokok balita yang tinggal di rumah dengan dalam rumah dengan kejadian ISPA keluarga atau angota keluarga tidak pada bayi dan anak balita8. berperilaku merokok, berarti ada penelitian Meskipun hubungan yang bermakna paparan asap berasumsi rokok anggota didalam rumah dengan yang menjelaskan demikian, bahwa keluarga dengan yang peneliti adanya merokok Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 194 didalam rumah dapat memperburuk Kabupaten kondisi penderita ISPA meskipun asap bahwa rokok ditempati keluarga yang ada balita tersebut bukan merupakan Aceh luas Besar ventilasi didapatkan rumah yang penyebab utama terjadinya ISPA. mempunyai efek dengan kejadian Sebagian besar penduduk/ warga ISPA yang diderita oleh balita dalam mengetahui benar akibat buruk dari keluarga tersebut.. Secara kebiasaannya merokok, baik itu akibat diperoleh nilai p = 0,004 (p ≤ 0.05) untuk perokok sendiri maupun untuk yang orang yang berada disekitar perokok bermakna antara luas ventilasi rumah itu. Namun hal ini sama sekali tidak yang ditempati balita dengan terjadinya mengurangi jumlah perokok. lebih- ISPA pada balita. Besarnya risiko balita lebih penduduk/masyarakat Aceh dari terkena ISPA dapat dilihat dari nilai OR orang berumur tua, muda bahkan anak = 3,7 yang berarti bahwa anak balita dibawah umur merokok seperti sudah yang tinggal di rumah dengan luas merupakan ventilasi yang tidak memenuhi syarat suatu kebudayaan bagi kaum laki-laki. berarti kesehatani ada memiliki statistik hubungan risiko yang terkena ISPA 3,7 kali lebih besar dibandingkan Hubungan ventilasi dengan rumah dengan luas ventilasi yang terjadinya ISPA pada Balita. Persyaratan Kesehatan dengan anak balita yang tinggal di Rumah Tinggal khususnya ventilasi menurut Hasil penelitian ini menunjukkan Keputusan Menteri RI bahwa risiko balita terkena ISPA akan Nomor: 829/Menkes/SK/VII/1999 meningkat karena kurangnya ventilasi bahwa luas penghawaan atau ventilasi rumah yang ditempati oleh balita alamiah yang permanen minimal 10% tersebut. Kurangnya penghawaan atau dari adanya ventilasi merupakan salah satu indikasi ventilasi yang baik maka udara segar yang dapat menimbulkan ISPA dan dapat dengan mudah masuk kedalam beberapa penyakit saluran pernafasan rumah sehingga kejadian ISPA akan yang lainnya. Selain itu, juga dapat semakin berkurang9. memperburuk kondisi penderita ISPA luas lantai. Kesehatan memenuhi kesehatan.. Dengan Hasil penelitian yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Lambaro sendiri. 195 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198 Penelitian ini sesuai dengan hasil 7 penelitian , yang menunjukkan bahwa O2 dalam rumah menjadi tidak seimbang. ada hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak Balita. Hal yang sama Hubungan kepadatan hunian dengan juga ditemukan dalam hasil penelitian8, terjadinya ISPA pada Balita. bahwa ada hubungan antara luas Hasil penelitian bahwa kejadian Serta mempunyai hubungan yang bermakna penelitian9, menunjukkan bahwa ada secara statistik dengan kejadian ISPA pengaruh ventilasi terhadap kejadian (p ≤ 0,005). Besarnya risiko kepadatan ISPA pada anak Balita. Berbeda dengan hunian dengan terjadinya ISPA pada penelitian10 yang menemukan bahwa balita. dapat dilihat dari nilai OR = 3,5 tidak ada hubungan luas ventilasi artinya anak balita yang tinggal di dengan kejadian pneumonia pada balita. rumah dengan tingkat hunian padat Peneliti pada berasumsi balita. bahwa kepadatan diperoleh ventilasi kamar tidur balita dengan ISPA tingkat ini hunian luas memiliki risiko terkena ISPA sebesar ventilasi rumah sangat menentukan 3,5 kali lebih besar dibandingkan anak terjadinya ISPA pada anak balita, balita yang tinggal di rumah dengan meskipun mayoritasnya penduduk tidak tingt hunian tidak padat. lagi menggunakan bahan bakar kayu Hasil penelitian tersebut didalam rumah namun kurangnya luas menunjukkan bahwa efek balita terkena ventilasi mengakibatkan ISPA akan meningkat jika tinggal di pertukaran O2 (oksigen) dalam rumah rumah dengan tingkat hunian padat. tidak seimbang, sehingga menyebabkan Tingkat kepadatan hunian yang tidak CO2 (karbondioksida) yang bersifat memenuhi syarat disebabkan karena racun bagi manusia menjadi meningkat. luas rumah Pada umumnya, hampir semua rumah dengan jumlah anggota keluarga yang yang memiliki menempati rumah tersebut. Luas rumah jendela dan ventilasi meskipun tidak yang sempit dengan jumlah anggota memadai. Namun, banyak warga yang keluarga yang banyak menyebabkan justru menutup jendelanya di siang hari, rasio penghuni dengan luas rumah tidak hal ini juga mengakibatkan pertukaran seimbang. rumah dikunjungi peneliti yang tidak sebanding Kepadatan hunian ini memungkinkan bakteri maupun virus Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 196 dapat menular melalui pernapasan dari menyebabkan penghuni rumah yang satu ke penghuni penyakit menyebar dari satu orang ke rumah lainnya. orang lain yang tinggal dalam rumah Hasil penelitian yang sejalan mudahnya virus-virus tersebut penghuni rumah. dengan penelitian ini adalah penelitian7 di Puskesmas Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2014 yang menunjukkan bahwa kepadatan hunian ruang tidur mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita dengan P=0,001<0,05. nilai penelitian8 di Kelurahan Hasil Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh menyimpulkan Selatan bahwa juga kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Berbeda dengan hasil penelitian11 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian ISPA non Pneumoni pada anak Balita dengan nilai P=0,281 (P value>0,05), hal tersebut dijelaskan KESIMPULAN Berdasarkan ventilasi buatan. beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perilaku merokok anggota keluarga dalam padatnya jumlah penghuni yang tinggal dalam satu rumah akan menyebabkan kurangnya kadar O2 (oksigen) yang diterima oleh masing-masing penghuni tersebut. rumah berisiko terhadap terjadinya ISPA pada anak balita diwilayah kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar (OR: 3,9) 2. Ventilasi rumah memenuhi yang syarat tidak kesehatan mempunyai risiko terhadap terjadinya ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar tahun 2015.(OR:3,7). 3. Kepadatan hunian rumah berisiko terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar tahn 2015 (OR:3,5)r. Dari ketiga variabel lingkungan rumah tangga yang diamati bahwa lingkungan perilaku kebiasaan merokok Peneliti berasumsi bahwa dengan rumah dan kajian hasil penelitian ini dapat diambil bahwa selain menggunakan ventilasi alami responden juga menggunakan pembahasan Selain itu juga keluarga merupakan faktor lingkungan rumah tangga yang paling berperan terhadap terjadianya ISPA padaanak balita diwilayah kerja Puskesmas Lambaro Kabupaten Aceh besar dengan OR = 3,9. 197 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198 3. Ketua SARAN Disarankan kepeda masyarakat khususnya laki-laki untuk bisa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Aceh 4. Kepala Puskesmas Lambaro mengontrol diri saat merokaok dan Kabupaten.Aceh Besar, dan seluruh menjaga masyarakat lingkungan rumah tdak diwilayah kerja mencemari asap rokok karena dapat Puskesmas Lambar Aceh Besar yang mebayakan telah ikut berpartisipasi aktif dalam diri sendir, keluarga terutama anak dibawah lima tahun. Disarankan kesehatan kepada dilapangan kegiatan penelitian ini. petugas terutama di Puslesmas untuk meningkat pelyanan DAFTAR PUSTAKA 1. Dharmawati, R.H.,. 2008, Faktor Risiko Kejadian Pnomonie Anak Balita yang Berobat di Puskesmas dalam Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tesis FETP-UGM Yokyakarta tidak diplikasikan 2. Lubis. P., 2010 Perumahan Sehat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI . Jakarta. 3. Sugiono, (2011). Statistika Penelitian. Dan Aplikasinya dengan SPSS. Alfabeta. Bandung. 4. Notoatmodjo, S.(2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. 5. Lemeshow, S.(1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University Press Yokyakarta. 6. Sukar, dkk., 2007, Risiko Relatif Lingkungkan Sosial dan Kimia terhadap Kejadian Penyakit ISPA Pneumonia di di Indramayu. Cermin Dunia Kedokteran. kesehatan di bidang promotif dan preventif dengan cara memberikan penyuluhan secra rutin dan kontinu. Karena banyak masalaha kesehatan dimasyarakat seharusnya bisa dicegah oleh masyarakat itu sendiri . Disarankan kepada pihak pengambil kebijakan bidang kesehatan terutama dinas kesehatan untuk memperioritaskan program peningktan dan pencegahan penyakit dengan cara memperioritaskan promotif alokasi sebagaimana anggran kebijakan Kementerian kesehatan pada saat ini. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Direktur Poltekkes Kemenkes Aceh. 2. Kepala Unit Penelitian Poltekkes Kemenkes Aceh Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 198 7. Marlina L., Sarumpeit S., Rasmaliah, 2014, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas Panyabunganjae Kabupaten Madailing Natal. 8. Taisir, 2005. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Lhok Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan Aceh Selatan. Skripsi FKM USU. Medan. 9. Pio, A.,Leowski, J.,Ten Dam.,H.G., 2009. The Magnitude of the Problem of aacut Respitaratory Infection in childhood, Departement of Community Medicine . Univercity of Adelaide. 10. Sutomo, A. H.,2009. Pengaruh Lingkungan Hidup Terhadap Kesehatan Manusia. Berita Kedokteran Masyakat. XIII. 11. Ningrum EK., 2011, Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Ispa Non Pneumoni pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Pinang.