LINGKUNGAN RUMAH TANGGA MERUPAKAN FAKTOR RISIKO

advertisement
LINGKUNGAN RUMAH TANGGA MERUPAKAN FAKTOR RISIKO
TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN LAMBARO
KABUPATEN ACEH BESAR
HOUSEHOLD ENVIRONMENT IS A RISK FACTOR
FOR ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS (ISPA) IN CHILD UNDER FIVE
IN SUB-DISTRICT OF LAMBARO ACEH BESAR
Nurhayati *, Zubir**, Syafie Ishak ***
*Prodi D III Keperawatan Banda Aceh Poltekkes Kemenkes Aceh
**Prodi D III Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Aceh
***Prodi D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh
Email : [email protected]
Abstrak: Sekitar 40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan
berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Tujuan
penelitian untuk mengetahui peran lingkungan rumah tangga terhadap risiko terjadi
ISPA pada anak balita. Rancangan penelitian adalah rancangan analitik dengan
pendekatan case control dengan kelompok kasus yaitu anak balita yang memanfatkan
Puskesmas Lambaro Aceh Besar sebagai tempat berobat setelah diperiksa oleh tim
medis dinyatakan menderita ISPA dan sebaliknya Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara probabilitas sampling dengan melakukan acak sederhana. Analisa
data menggunakan analisis bivariat dengan Odd Ratio (OR). Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa perilaku merokok anggota keluarga dalam rumah berisiko
terhadap terjadinya ISPA pada anak balita (OR: 3,9,), Ventilasi rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan mempunyai risiko terhadap terjadinya ISPA pada balita
(OR:3,7) dan Kepadatan hunian rumah berisiko terhadap kejadian ISPA pada balita
(OR:3,5). Lingkungan rumah tangga seperti Asap rokok, ventilasi rumah dan
kepadatan hunian merupakan faktor risiko terhadap terjadinya insfeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
Kata kunci : Asap rokok, ventilasi, kepadatan hunian, infeksi saluran pernafasan akut
Abstract: Around 40-60% visit medicinize in Puskesmas and 15-30% visit medicinize
road street and take care of to stay with pain also because of ISPA. Target of
Research is knowing role of environment of household to risk happened ISPA at child
of children under five. Method Research are Device Research is analytic device with
approach of control case with case group that is children under five which is
Puskesmas Lambaro big Aceh as place medicinize after checked by expressed medical
team to suffer ISPA and vice versa. Technique intake of sampel conducted probability
sampling is done by simple random sampling. Date were analyzed using bivariate
analysis with Odd Ratio ( OR). Result of Research is indicate that Behavior smoke
family member in house at risk to the happening of ISPA at child is children under
five (OR: 3,9), ineligible House ventilation of health have risk to the happening of
ISPA is children under five ( OR:3,7) and Density of house dwelling at risk to
occurence of ISPA is children under five ( OR:3,5). Environmental of household such
as cigarette, house ventilation and density residential home is a risk factor for the
occurrence of the channel insfeksi exhalation of acute ( ISPA).
Keywords : Smoke Cigarette, ventilate, density of dwelling, acute exhalation channel
infection
191
Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)...192
3-6 kali pertahun peranak . Sekitar 40-
PENDAHULUAN
Masalah
kesehatan
anak
60% kunjungan berobat di Puskesmas
merupakan salah satu masalah utama
dan 15-30% kunjungan berobat jalan
dalam bidang kesehatan yang saat ini
dan rawat inap di rumah sakit juga
terjadi di negara sedang berkembang
disebabkan oleh ISPA. 2
seperti Indonesia. Derajat kesehatan
Period prevalence Pneumonia per
anak mencerminkan derajat kesehatan
1000 Balita pada tahun 2013 di provinsi
bangsa, sebab anak sebagai generasi
Aceh adalah 34,5%. Angka ini adalah
penerus bangsa memiliki kemampuan
urutan tertinggi kedua setelah NTT
yang
dengan jumlah 38,5%. Tahun 2014 saat
dapat
dikembangkan
meneruskan
pembangunan
Berdasarkan
alasan
dalam
bangsa.
studi
pendahuluan
ke
maka
Wilayah Kerja Puskesmas Lambaro
masalah kesehatan anak diprioritaskan
Aceh Besar di peroleh data yaitu dari
dalam
1397
perencanaan
tersebut
dilakukan
atau
penataan
pembangunan bangsa
balita
yang
berkunjung
ke
Puskesmas Kota Baro Aceh Besar
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
untuk berobat terdeteksi kejadian ISPA
(ISPA) pada anak balita merupakan
sebanyak
masalah serius karena apabila tidak
Seharusnya kasus ISPA sudah harus
ditangani
akan
ditekan semaksimal mungkin karena
menimbulkan komplikasi yang lebih
masyarakat sudah banyak yang tidak
berat pada balita seperti meningitis,
lagi menggunakan bahan bakar jenis
gangguan tumbuh kembang, pneumonia
kayu
dan penyakit saluran pernafasan kronis
kemungkinan peran faktor lain sangat
lainnya. 1
besar risiko terhadap terjadinya ISPA
dengan
segera
ISPA merupakan penyakit yang
seringkali
dilaporkan
sebagai
10
1113
bila
balita
memasak
(79,7%).
di
rumah,
diwilayah kerja Puskesmas Lambaro
Aceh Besar seperti perilaku merokok
penyakit utama dinegara berkembang.
dalam
Gejala yang sering di jumpai adalah
ventilasi rumah tangga yang tidak
batuk , pilek dan kesukaran bernafas.
memenuhi syarat standar kesehatan dan
Episode atau serangan batuk pada anak
lain-lain.
khususnya balita 6-8 kali pertahun. Di
Indonesia angka ini dilaporkan sekitar
rumah,
Faktor
kepadatan
resiko
hunian,
terjadinya
terbagi atas dua kelompok
3
ISPA
yaitu: a)
193 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198
Faktor
internal
merupakan
suatu
Tujuan
penelitian
untuk
keadaan di dalam diri penderita (balita)
mengetahui Risiko Faktor Lingkungan
yang
terpapar
Rumah tangga terhadap Terjadinya
dengan bibit penyakit (agent) ISPA
ISPA pada anak Balita di wilayah kerja
yang meliputi jenis kelamin, berat
Puskesmas Lambaro Aceh Besar.
memudahkan
untuk
badan lahir, status ASI, dan status
Secara khusus tujuan penelitiani ini
imunisasi dan b) Faktor eksternal
adalah
merupakan suatu keadaan yang berada
perilaku merokok dalam rumah, risiko
diluar diri penderita (balita) berupa
kondisi
lingkungan fisik, biologis, sosial dan
kepadatan hunian terhadap terjadinya
ekonomi yang memudahkan penderita
ISPA
untuk terpapar bibit penyakit (agent)
Puskesmas Lambaro Aceh Besar.
meliputi: polusi asap rokok, polusi asap
dapur, kepadatan hunian dalam rumah
tangga,
keadaan
mencapai
,
ventilasi tidak
10% dari luas
lantai dan
pencahayaan.
Berdasarkan
belakang
uraian
diatas
pada
peneliti
latar
dapat
menyatakan permasalahan penelitian
sebagai
berikut:
Apakah
faktor
linkungan ekternal (polusi asap rokok,
polusi asap dapur, kepadatan hunian
rumah tangga, keadaan ventilasi tidak
mencapai
10% dari luas
lantai dan
berisiko
terhadap
pencahayaan
terjadinya ISPA pada anak Balita di
wilayah kerja Puskesmas
Lambaro
Aceh
terjawab
Besar?,
agar
permasalahan yang telah dinyatakan
diatas
perlu
adanya
kajian
pengamatan nyata dilapangan.
dan
Untuk
mengetahui
ventilasi
pada
rumah,
balita
risiko
risiko
diwilayah
keja
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian observasional yang bersifat
deskriptive analitik dengan pendekatan
case control, yaitu suatu penelitian
survei
analitik
bagaimana
dengan
yang
faktor
resiko
menggunakan
4
retrospective.
dilakukan
menyangkut
dipelajari
pendekatan
Studi kasus control
dengan
mengindentifikasi
kelompok kasus dan kelompok control,
kemudian
secara
retrospektif
(penelusuran kebelakang) diteliti faktorfaktor resiko yang mungkin dapat
menerangkan apakah kasus dan control
dapat terkena paparan atau tidak.
Rancangan penelitian ini yang
digunakan dalam kelompok kasus yaitu
anak
batita
Puskesmas
yang
Lambaro
memanfatkan
Aceh
Besar
Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 194
sebagai
tempat
berobat
setelah
Populasi kontrol penelitian yaitu
diperiksa oleh tim medis dinyatakan
semua
menderita
yang
dinyatakan oleh tim medis menderta
kontrol
ISPA dan bertempat tinggal berdekatan
adalah anak batita dalam kondisi sehat,
dengan responden kasus dalam wilayah
belum pernah dinyatakan oleh tim
kerja Puskesmas Lambaro Kabupaten
medis menderita ISPA dan berdomisili
Aceh Besar.
termasuk
tdak
ISPA.
dalam
berjauhan
Kemudian
kelompok
dengan
responden
kasus.
batita
adalah
wilayah
belum
pernah
Sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik
Populasi
yang
yang
4
populasi,
dimiliki
oleh
sedangkan pendapat yang
generalisasi yang terdiri atas objek atau
lain adalah sebagian atau wakil populasi
subjek yang mempunyai kualitas dan
yang diteliti. Menetapkan besarnya atau
karakteristik tertentu yang ditetapkan
jumlah
oleh peneliti untuk dipelajari dan
tergantung pada dua hal, yaitu adanya
4
sumber-sumber yang dapat digunakan
Populasi dalam penelitian ini terdiri
untuk menentukan batas minimal dari
dari
besarnya sampel.
kemudian
ditarik
populasi
kesimpulannya.
kasus
dan
populasi
kontrol yang memenuhi kriteria inklusi
sampel
suatu
penelitian
Besar sampel pada penelitian ini
dan eklusi subjek studi. Kriteria inklusi
ditentukan
berdasarkan
adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
pengambilan
sampel
dipenuhi oleh setiap anggota populasi
rumus
yang dapat diambil sebagai sampel.
diperoleh
adalah
Sedangkan kriteria eklusi adalah ciri-
penelitian
terdahulu
ciri anggota populasi yang tidak dapat
kebiasaan merokok didalam rumah dan
diambil sebagai sampel
terjadinya ISPA dengan OR = 3,1, nilai
5
rumus
menggunakan
Besar sampel minimal yang
berdasarkan
pada
hasil
variable
Populasi kasus penelitian yaitu
p 0,024; 95% CI:1,255-7,9386 . Hasil
semua anak balita hasil pemeriksaan
perhitungan menggunakan rumus diatas
kesehatan
dan
dengan derajat kepercayaan 95% dan
di
kekuatan uji 80% di dapatkan jumlah
dinyatakan
oleh
tim
menderita
medis
ISPA
Puskesmas Lambaro Kabupaten Aceh
sampel
kasus
40
orang,
dengan
besar. Tahun 2014 dengan jumlah kasus
perbandingan 1:1 antara kelompok
1371 balita.
kasus dan kelompok kontrol, sehingga
195 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198
total
responden
80
orang,
Untuk
tergantung. Uji statistik yang digunakan
menghindari drop out maka ditambah
adalah Kai –Quadrat (Chi-Quare) untuk
25% (20 orang) dan total menjadi 100
menilai adanya perbedaan proorsi dan
sampel dengan pembagian 50 sampel
perhitungan Odd Ratio (OR) untuk
kasus dan 50 sampel kontrol. Teknik
mengetahui kekuatan hubungan dan
pengambilan sampel dalam penelitian
besarnya
ini untuk kelompok kasus dengan
tersebut.. Hasil yang diperoleh pada
teknik simple random sampling dengan
analisa
cara mengundi nomor kartu berobat ke
Confidence Interval (CI) 95% dan nilai
Puskesmas
p (p value). Nilai kemaknaan (p) yang
Lambaro
Aceh
Besar.
sedangkan untuk kelompok kontrol
risiko
adalah
dari
Odds
faktor
Ratio
risiko
(OR)
ditetapkan adalah p< 0,05
diambil anak balita yang bertempat
tinggal berdekatan
dengan kelompok
HASIL PENELITIAN
Penelitian
kasus (tetangga)
Data primer baik kelompok kasus
maupun
kelompok
kontrol
dikumpulkan dengan cara wawancara
terstruktur dengan ibu anak balita
dengan
menggunakan kuesioner dan
mengamati
rumah.
kondisi,
Data
di
dan
kontruksi
analisa
untuk
mengidentifikasikan hubungan antara
variabel
bebas
dengan
variabel
dilaksanakan
wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan
di
Lambaro
Ingin Jaya Kabupaten
Aceh Besar dari bulan Mei sampai Juni
2015. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dengan responden
dan observasi langsung rumah tempat
tinggal
responden.
Setelah
data
terkumpul selanjutnya data diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Perilaku merokok dengan kejadian ISPA anak balita
Tabel 1 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar, n=100
Kejadian ISPA pada Balita
No
1
2
Perilaku Merokok
Merokok
Tidak Merokok
Kasus (%)
30 (60%)
20 (40%)
Kontrol (%)
14 (28%)
36 (72%)
Total
50 (100%)
50 (100%)
P
Value
0,003
OR
3,857
Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)...192
Dari tabel 1 dapat dijelaskan
nilai OR = 3,857. Ini berarti bahwa
bahwa kejadian ISPA pada balita yang
peluang terjadinya ISPA pada balita
tinggal dengan anggota keluarga yang
yang tinggal dengan keluarga yang
mempunyai perilku kebiasaan merokok
perilaku kebiasaan merokok didalam
didalam rumah lebih banyak terjadi
rumah 3,9 kali lebih besar daripada
pada kelompok kasus yaitu sebanyak
yang
60% dari pada kelompok kontrol yang
didalam rumah.
keluarganya
tidak
merokok
hanya 28%. Hasil uji statistik diperoleh
Ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita
Tabel 2. Hubungan Ventilasi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lambaro Aceh Besar, n=100
Kejadian ISPA pada Balita
No
Ventilasi
1
Kasus (%)
Tidak memenuhi syarat
38 (76%)
Kesehatan
Memenuhi
syarat 12 (24%)
Kesehatan
Total
50 (100%)
2
Kontrol (%)
P value
OR
23 (46%)
27 (54%)
0,004
3,717
50 (100%)
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
statistik diperoleh nilai OR = 3,7, yang
dijelaskan bahwa kejadian ISPA pada
berarti bahwa balita yang tinggal dalam
balita dengan ventilasi rumahnya tidak
rumah dengan luas ventilasi yang tidak
memenuhi
lebih
memenuhi syarat kesehatan mempunyai
banyak terjadi pada kelompok kasus
peluang 3,7 kali lebih besar terkena
yaitu
dengan
ISPA dibandingkan yang luas ventilasi
kelompok kontrol hanya 46%. Hasil uji
rumahnya memenuhi syata kesehatan
syarat
76%,
kesehatan
dibandingkan
.
Kepadatan Hunian dengan kejadian ISPA pada balita
Tabel 3 Hubungan kepadatan hunian rumah dengan kejadian ISPA Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Lambaro Aceh Besar,n=100
No
Kepadatan
Hunian
Kejadian ISPA pada Balita
Kasus (%)
Kontrol (%)
1
Padat
30 (60%)
15 (30%)
2
Tidak Padat
20 (40%)
35 (70%)
Total
50 (100)
50 (100%)
P
Value
OR
0,005
3,5
193 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat
terjangkitnya
infeksi
saluran
bahwa kejadian ISPA pada balita yang
pernafasan acut (ISPA) pada anak balita
tinggal didalam rumah dengan jumlah
(p = 0,003).
penghuni
padat banyak terjadi pada
Hasil penelitian ini sangat relevan
kelompok kasus yaitu 60% balita,
dengan
sedangkan
kontrol
memperberat timbulnya ISPA, karena
hanya terjadi 30% balita saja. Hasil uji
dari satu batang rokok yang dinyalakan
statistik diperoleh nilai OR = 3,5. Ini
akan menghasilkan asap sampingan
berarti bahwa peluang balita terkena
selama sekitar 10 menit, sementara asap
ISPA yang tinggal dalam rumah dengan
utamanya hanya akan dikeluarkan pada
jumlah penghuni padat 3,5 kali lebih
waktu rokok itu dihisap dan biasanya
besar daripada yang tinggal dalam rumh
hanya kurang dari 1 menit. Walaupun
dengan jumlah penghuni yang tidak
asap sampingan dikeluarkan dahulu
padat.
keudara bebas sebelum dihisap perokok
pada
kelompok
paparan
pasif,
tetapi
asap
karena
rokok
kadar
bahan
berbahayanya lebih tinggi daripada asap
PEMBAHASAN
merokok
utamanya, maka perokok pasif tetap
keluarga dengan kejadian ISPA pada
menerima akibat buruk dari kebiasaan
Balita
merokok orang sekitarnya.
Hubungan
Perilaku
Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
hasil
Lambaro Aceh Besar dapat dijelaskan
bahwa ada hubungan yang bermakna
bahwa keberadaan anggota keluarga
antara keberadaan perokok dengan
yang perilakunya merokok didalam
terjadinya ISPA pada balita7. Berbeda
rumah mempunyai peluang hampir 4
dengan penelitian yang menjelaskan
kali lebih beser terjadinya ISPA pada
bahwa bahwa tidak ada hubungan yang
anak balta dibandingkan dengan anak
bermakna status kebiasaan merokok
balita yang tinggal di rumah dengan
dalam rumah dengan kejadian ISPA
keluarga atau angota keluarga tidak
pada bayi dan anak balita8.
berperilaku
merokok, berarti ada
penelitian
Meskipun
hubungan yang bermakna paparan asap
berasumsi
rokok
anggota
didalam
rumah
dengan
yang
menjelaskan
demikian,
bahwa
keluarga
dengan
yang
peneliti
adanya
merokok
Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 194
didalam rumah dapat memperburuk
Kabupaten
kondisi penderita ISPA meskipun asap
bahwa
rokok
ditempati keluarga yang ada balita
tersebut
bukan
merupakan
Aceh
luas
Besar
ventilasi
didapatkan
rumah
yang
penyebab
utama
terjadinya
ISPA.
mempunyai efek
dengan kejadian
Sebagian
besar
penduduk/
warga
ISPA yang diderita oleh balita dalam
mengetahui benar akibat buruk dari
keluarga tersebut.. Secara
kebiasaannya merokok, baik itu akibat
diperoleh nilai p = 0,004 (p ≤ 0.05)
untuk perokok sendiri maupun untuk
yang
orang yang berada disekitar perokok
bermakna antara luas ventilasi rumah
itu. Namun hal ini sama sekali tidak
yang ditempati balita dengan terjadinya
mengurangi jumlah perokok. lebih-
ISPA pada balita. Besarnya risiko balita
lebih penduduk/masyarakat Aceh dari
terkena ISPA dapat dilihat dari nilai OR
orang berumur tua, muda bahkan anak
= 3,7 yang berarti bahwa anak balita
dibawah umur merokok seperti sudah
yang tinggal di rumah dengan luas
merupakan
ventilasi yang tidak memenuhi syarat
suatu
kebudayaan
bagi
kaum laki-laki.
berarti
kesehatani
ada
memiliki
statistik
hubungan
risiko
yang
terkena
ISPA 3,7 kali lebih besar dibandingkan
Hubungan
ventilasi
dengan
rumah dengan luas ventilasi yang
terjadinya ISPA pada Balita.
Persyaratan
Kesehatan
dengan anak balita yang tinggal di
Rumah
Tinggal khususnya ventilasi menurut
Hasil penelitian ini menunjukkan
Keputusan
Menteri
RI
bahwa risiko balita terkena ISPA akan
Nomor:
829/Menkes/SK/VII/1999
meningkat karena kurangnya ventilasi
bahwa luas penghawaan atau ventilasi
rumah yang ditempati oleh balita
alamiah yang permanen minimal 10%
tersebut. Kurangnya penghawaan atau
dari
adanya
ventilasi merupakan salah satu indikasi
ventilasi yang baik maka udara segar
yang dapat menimbulkan ISPA dan
dapat dengan mudah masuk kedalam
beberapa penyakit saluran pernafasan
rumah sehingga kejadian ISPA akan
yang lainnya. Selain itu, juga dapat
semakin berkurang9.
memperburuk kondisi penderita ISPA
luas
lantai.
Kesehatan
memenuhi kesehatan..
Dengan
Hasil penelitian yang diperoleh di
wilayah kerja Puskesmas
Lambaro
sendiri.
195 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198
Penelitian ini sesuai dengan hasil
7
penelitian , yang menunjukkan bahwa
O2
dalam
rumah
menjadi
tidak
seimbang.
ada hubungan ventilasi dengan kejadian
ISPA pada anak Balita. Hal yang sama
Hubungan kepadatan hunian dengan
juga ditemukan dalam hasil penelitian8,
terjadinya ISPA pada Balita.
bahwa
ada
hubungan
antara
luas
Hasil
penelitian
bahwa
kejadian
Serta
mempunyai hubungan yang bermakna
penelitian9, menunjukkan bahwa ada
secara statistik dengan kejadian ISPA
pengaruh ventilasi terhadap kejadian
(p ≤ 0,005). Besarnya risiko kepadatan
ISPA pada anak Balita. Berbeda dengan
hunian dengan terjadinya ISPA pada
penelitian10 yang menemukan bahwa
balita. dapat dilihat dari nilai OR = 3,5
tidak ada hubungan luas ventilasi
artinya anak balita yang tinggal di
dengan kejadian pneumonia pada balita.
rumah dengan tingkat hunian padat
Peneliti
pada
berasumsi
balita.
bahwa
kepadatan
diperoleh
ventilasi kamar tidur balita dengan
ISPA
tingkat
ini
hunian
luas
memiliki risiko terkena ISPA sebesar
ventilasi rumah sangat menentukan
3,5 kali lebih besar dibandingkan anak
terjadinya ISPA pada anak balita,
balita yang tinggal di rumah dengan
meskipun mayoritasnya penduduk tidak
tingt hunian tidak padat.
lagi menggunakan bahan bakar kayu
Hasil
penelitian
tersebut
didalam rumah namun kurangnya luas
menunjukkan bahwa efek balita terkena
ventilasi
mengakibatkan
ISPA akan meningkat jika tinggal di
pertukaran O2 (oksigen) dalam rumah
rumah dengan tingkat hunian padat.
tidak seimbang, sehingga menyebabkan
Tingkat kepadatan hunian yang tidak
CO2 (karbondioksida) yang bersifat
memenuhi syarat disebabkan karena
racun bagi manusia menjadi meningkat.
luas rumah
Pada umumnya, hampir semua rumah
dengan jumlah anggota keluarga yang
yang
memiliki
menempati rumah tersebut. Luas rumah
jendela dan ventilasi meskipun tidak
yang sempit dengan jumlah anggota
memadai. Namun, banyak warga yang
keluarga yang banyak menyebabkan
justru menutup jendelanya di siang hari,
rasio penghuni dengan luas rumah tidak
hal ini juga mengakibatkan pertukaran
seimbang.
rumah
dikunjungi
peneliti
yang tidak sebanding
Kepadatan
hunian
ini
memungkinkan bakteri maupun virus
Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 196
dapat menular melalui pernapasan dari
menyebabkan
penghuni rumah yang satu ke penghuni
penyakit menyebar dari satu orang ke
rumah lainnya.
orang lain yang tinggal dalam rumah
Hasil
penelitian
yang
sejalan
mudahnya
virus-virus
tersebut penghuni rumah.
dengan penelitian ini adalah penelitian7
di Puskesmas Penyabungan Kabupaten
Mandailing Natal pada tahun 2014 yang
menunjukkan bahwa kepadatan hunian
ruang
tidur
mempunyai
hubungan
dengan kejadian ISPA pada anak balita
dengan
P=0,001<0,05.
nilai
penelitian8
di
Kelurahan
Hasil
Lhok
Bengkuang Kecamatan Tapak Tuan
Kabupaten
Aceh
menyimpulkan
Selatan
bahwa
juga
kepadatan
hunian berhubungan dengan kejadian
ISPA pada balita. Berbeda dengan hasil
penelitian11 yang menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan
antara kepadatan hunian rumah dengan
kejadian ISPA non Pneumoni pada
anak Balita dengan nilai P=0,281 (P
value>0,05), hal tersebut dijelaskan
KESIMPULAN
Berdasarkan
ventilasi buatan.
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku merokok anggota keluarga
dalam
padatnya jumlah penghuni yang tinggal
dalam satu rumah akan menyebabkan
kurangnya kadar O2 (oksigen) yang
diterima oleh masing-masing penghuni
tersebut.
rumah
berisiko
terhadap
terjadinya ISPA pada anak balita
diwilayah kerja Puskesmas Lambaro
Aceh Besar (OR: 3,9)
2. Ventilasi
rumah
memenuhi
yang
syarat
tidak
kesehatan
mempunyai risiko terhadap terjadinya
ISPA pada balita diwilayah kerja
Puskesmas Lambaro Aceh Besar
tahun 2015.(OR:3,7).
3. Kepadatan hunian rumah berisiko
terhadap kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Lambaro
Aceh Besar tahn 2015 (OR:3,5)r.
Dari ketiga variabel lingkungan
rumah tangga yang diamati bahwa
lingkungan perilaku kebiasaan merokok
Peneliti berasumsi bahwa dengan
rumah
dan
kajian hasil penelitian ini dapat diambil
bahwa selain menggunakan ventilasi
alami responden juga menggunakan
pembahasan
Selain
itu
juga
keluarga merupakan faktor lingkungan
rumah tangga yang paling berperan
terhadap terjadianya ISPA padaanak
balita
diwilayah
kerja
Puskesmas
Lambaro Kabupaten Aceh besar dengan
OR = 3,9.
197 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2,Nopember 2016, 191-198
3. Ketua
SARAN
Disarankan kepeda masyarakat
khususnya
laki-laki
untuk
bisa
Jurusan
Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Aceh
4. Kepala
Puskesmas
Lambaro
mengontrol diri saat merokaok dan
Kabupaten.Aceh Besar, dan seluruh
menjaga
masyarakat
lingkungan
rumah
tdak
diwilayah
kerja
mencemari asap rokok karena dapat
Puskesmas Lambar Aceh Besar yang
mebayakan
telah ikut berpartisipasi aktif dalam
diri
sendir,
keluarga
terutama anak dibawah lima tahun.
Disarankan
kesehatan
kepada
dilapangan
kegiatan penelitian ini.
petugas
terutama
di
Puslesmas untuk meningkat pelyanan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dharmawati, R.H.,. 2008, Faktor
Risiko Kejadian Pnomonie Anak
Balita yang Berobat di Puskesmas
dalam Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
Tesis
FETP-UGM
Yokyakarta tidak diplikasikan
2.
Lubis. P., 2010 Perumahan Sehat,
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Depkes RI . Jakarta.
3.
Sugiono,
(2011).
Statistika
Penelitian.
Dan
Aplikasinya
dengan SPSS. Alfabeta. Bandung.
4.
Notoatmodjo,
S.(2003).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Rineka Cipta.
5.
Lemeshow,
S.(1997).
Besar
Sampel
dalam
Penelitian
Kesehatan. Gajah Mada University
Press Yokyakarta.
6.
Sukar, dkk., 2007, Risiko Relatif
Lingkungkan Sosial dan Kimia
terhadap Kejadian Penyakit ISPA
Pneumonia di di Indramayu. Cermin
Dunia Kedokteran.
kesehatan di bidang promotif dan
preventif dengan cara memberikan
penyuluhan secra rutin dan kontinu.
Karena banyak masalaha kesehatan
dimasyarakat seharusnya bisa dicegah
oleh masyarakat itu sendiri .
Disarankan
kepada
pihak
pengambil kebijakan bidang kesehatan
terutama
dinas
kesehatan
untuk
memperioritaskan program peningktan
dan pencegahan penyakit dengan cara
memperioritaskan
promotif
alokasi
sebagaimana
anggran
kebijakan
Kementerian kesehatan pada saat ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Aceh.
2. Kepala Unit Penelitian Poltekkes
Kemenkes Aceh
Lingkungan Rumah Tangga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya (ISPA)... 198
7.
Marlina
L.,
Sarumpeit
S.,
Rasmaliah, 2014, Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
Kejadian
Infeksi
Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak
Balita
di
Puskesmas
Panyabunganjae
Kabupaten
Madailing Natal.
8.
Taisir, 2005. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
ISPA Pada Balita Di Kelurahan
Lhok
Bengkuang
Kecamatan
Tapak Tuan Aceh Selatan. Skripsi
FKM USU. Medan.
9.
Pio, A.,Leowski, J.,Ten Dam.,H.G.,
2009. The Magnitude of the Problem
of aacut Respitaratory Infection in
childhood,
Departement
of
Community Medicine . Univercity of
Adelaide.
10. Sutomo, A. H.,2009. Pengaruh
Lingkungan
Hidup
Terhadap
Kesehatan
Manusia.
Berita
Kedokteran Masyakat. XIII.
11. Ningrum EK., 2011, Hubungan
Kondisi Fisik Rumah dan Kepadatan
Hunian dengan Kejadian Ispa Non
Pneumoni pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Sungai Pinang.
Download