Sahabat Senandika - Yayasan Spiritia

advertisement
Yayasan Spiritia
No. 34, September 2005
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan
Kongres Nasional Odha I
Lembang, 26-30 September 2005
Kongres Nasional Odha pertama baru saja
berkahir setelah lima hari pertemuan di Lembang,
Jawa Barat. Kongres ini dihadiri oleh 124 orang dari
25 provinsi, sebagian besar terinfeksi HIV, dan
sisanya langsung terpengaruh (keluarga, pasangan,
dll.). Para peserta secara bulat menyetujui
pernyataan berikut, yang akan disampaikan pada
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat selaku
Ketua KPA Nasional pada minggu ini:
Pernyataan “Lembang”
Dinyatakan oleh Peserta Kongres Nasional Orang
dengan HIV/AIDS I – 2005
Dalam Pernyataan “Tretes”, yang berupa suatu
hasil dari Pertemuan Nasional Odha (PNO) IV
pada Februari 2004, peserta pertemuan tersebut
mencatat bahwa, walaupun terapi antiretroviral
(ART) semakin terjangkau, namun masih banyak
teman Odha (orang yang hidup dengan HIV/
AIDS) yang meninggal dunia tanpa mendapat
terapi tersebut. Peserta berjanji untuk memperkuat
upayanya agar angka kematian ini dapat terus
ditekan.
Apakah kita memenuhi janji itu? Sebetulnya
perkembangan dalam 18 bulan terakhir ini dapat
dianggap di luar bayangan dan harapan kami pada
waktu itu. Pada September 2004, pemerintah
Indonesia mulai menyediakan ART dengan subsidi
penuh, dan dengan jumlah yang cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan saat itu. Hal ini
dilakukan berkaitan dengan Komitmen Sentani,
yang menyatakan bahwa pemerintah berjanji agar
10.000 Odha mendapatkan ART pada tahun 2005.
Untuk mendukung komitmen tersebut,
Departemen Kesehatan (Depkes) menyatakan 25
rumah sakit (RS) di 17 provinsi sebagai rumah sakit
rujukan AIDS, dan mulai melatih dokter
serta petugas layanan kesehatan lain dalam
penatalaksanakan ART.
Atas nama semua Odha dan Ohidha (orang yang
terpengaruh oleh HIV/AIDS, misalnya keluarga
dan pasangan) di Indonesia, peserta Kongres
Nasional Odha pertama ingin mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya pada pemerintah Indonesia
dan beberapa lembaga donor yang mendukung
program penyediaan ART. Memang semakin nyata
bahwa teman-teman kita dapat bertahan hidup dan
meningkatkan mutu hidupnya sebagai hasil dari
upaya
tersebut.
Perkembangan yang cukup nyata juga diupayakan
oleh jaringan Odha di seluruh Indonesia. Dalam hal
ini kami mencatat beberapa kegiatan dan prakarsa,
antara lain:
Semakin banyak terbentuknya kelompok
dukungan sebaya (KDS) untuk Odha/Ohidha,
termasuk lima kelompok orang tua dari anak yang
terinfeksi HIV, dan beberapa kelompok khusus
perempuan dengan HIV. Harus ada upaya yang
lebih tegas agar ada kelompok dukungan sebaya di
setiap kota di seluruh Nusantara, serta untuk
memperkuat dan memberdayakan kelompok yang
sudah ada.
Semakin banyak Odha diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan keterampilan, termasuk
Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Kongres Nasional Odha I
Pengetahuan adalah kekuatan
HIV-1 Kehilangan Kemampuan Selama
15 Tahun Terakhir
Pisang-penyembuh berbagai penyakit
Antasid dan Obat Antiretroviral
Pojok Info
CD-ROM dengan Informasi Perawatan
Kesehatan Gratis
Hibah Internasional dari AFAO Australia
Tips
Tips untuk Odha
Konsultasi
1
1
3
3
4
5
6
6
6
7
7
8
Tanya jawab
8
Positive Fund
8
Laporan Keuangan Positive Fund
8
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
mengenai pengelolaan KDS, dan berbicara di depan
umum. Lebih dari 100 Odha dan anggota
komunitas juga sudah terlatih sebagai pendidik
pengobatan, agar dapat mendukung Odha yang
mulai ART untuk tetap patuh terhadap terapinya.
Sebagian besar Odha yang terlibat di jaringan
Odha Indonesia sepakat untuk mendukung
prakarsa “HIV Stop di Sini”, yang bertujuan untuk
memutus rantai penularan dengan mendesak semua
Odha agar tidak menularkan kepada orang lain.
Asas Keterlibatan Lebih Luas oleh orang yang
terinfeksi atau terpengaruh oleh HIV (yang dikenal
dengan singkatan ‘GIPA’ dari bahasa Inggris) dalam
upaya penanggulangan HIV/AIDS semakin
dihargai oleh pihak pemerintah, terutama oleh
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
di beberapa provinsi, dan di beberapa lembaga lain
di tingkat nasional.
Semakin banyak Odha/Ohidha berbicara secara
terbuka, termasuk di TV dan radio, yang terbukti
sangat efektif dalam meningkatkan kepedulian
masyarakat umum terhadap bahayanya HIV/AIDS,
agar masyarakat mempertimbangkan melakukan tes
HIV secara sukarela.
Namun masih banyak yang harus dilakukan:
Walaupun jumlah RS Rujukan AIDS sedang
ditingkatkan menjadi lebih dari 75 RS, ART tetap
sulit terjangkau untuk kebanyakan Odha di
Indonesia yang tinggal di luar kota besar.
Sementara ada mekanisme agar puskesmas dapat
dijadikan satelit dari RS tersebut, prosedur
pelaksanaan hal ini belum jelas dan pada saat ini
masih kurang dari lima puskesmas yang dapat
melayani ART.
Pada saat ini kurang dari 10 persen orang yang
diperkirakan terinfeksi HIV di Indonesia telah
mengetahui statusnya. Hanya mereka yang
mengetahui dirinya terinfeksi HIV dapat
memperoleh manfaat dari ART. Layanan konseling
dan tes sukarela (VCT) harus diperluas dan
disosialiasikan agar yang pernah berperilaku
berisiko dapat didorong dan dipermudah dalam
melakukan tes.
Depkes mengakui bahwa “Stigma petugas
kesehatan...terhadap Odha masih belum bisa
ditangani bahkan di beberapa [RS Rujukan AIDS]
stigma ini demikian tebal.” Dibutuhkan upaya yang
lebih tegas dan jelas dalam menghadapi stigma dan
diskriminasi, termasuk kebocoran pada
kerahasiaan. Semua hal tersebut terbukti menjadi
hambatan untuk orang yang ingin melakukan VCT
2
serta untuk Odha yang mencari layanan kesehatan
termasuk ART.
Ketersediaaan obat antiretroviral (termasuk untuk
bayi dan anak, serta lini kedua) dan obat untuk
infeksi oportunistik harus terjamin. Sejak dimulai
layanan ART oleh Depkes, sudah beberapa kali
muncul kepanikan di antara Odha pengguna ART
karena ada beberapa jenis obat
yang habis. Upaya untuk meyakinkan kepatuhan
terhadap terapi menjadi sia-sia bila obat tiba-tiba
tidak tersedia.
Semakin banyak Odha diketahui terinfeksi virus
hepatitis. Infeksi hepatitis dan HIV secara
bersamaan sangat merumitkan pelaksanaan ART,
dan biaya pengobatan untuk hepatitis belum
terjangkau. Para ahli penyakit dalam, terutama
spesialis hati, harus didorong agar lebih terlibat
dalam layanan kesehatan untuk Odha, dan harus
ada upaya untuk memudahkan akses pada
pengobatan untuk hepatitis.
Alasan kematian kebanyakan Odha di dunia
adalah tuberkulosis (TB), dan jelas keadaan serupa
terjadi di Indonesia. Petugas yang menangani TB,
terutama di puskesmas, harus mengambil sikap
untuk mencurigai terhadap kemungkinan pasien TB
juga terinfeksi HIV.
Semakin banyak pengguna narkoba suntikan
(IDU) yang aktif terinfeksi HIV. Kepatuhan
terhadap ART di antara mereka selalu
menimbulkan tantangan. Salah satu solusi terhadap
tantangan ini adalah dengan pemberian metadon
pada orang tersebut sebagai pengganti narkoba.
Namun saat ini, hanya ada 2 3 klinik metadon di
Indonesia; dibutuhkan puluhan klinik tersebut di
hampir semua kota besar di Indonesia.
Kami mendesak:
Komunitas, terutama KDS, terlibat secara penuh
dan berarti sebagai mitra sejajar dalam perencanaan
dan penerapan semua program yang ditujukan pada
layanan kesehatan dan kesejahteraan Odha.
Program VCT harus diperluas dan
disosialisasikan, dengan layanan bermutu diberikan
sesuai dengan proses, yaitu dengan konseling yang
memadai, dilengkapi dengan informed consent, dan
dengan kerahasiaan terjamin.
Program layanan kesehatan untuk Odha,
termasuk ART dan untuk semua infeksi lain terkait
HIV, harus dipantau dan dievaluasi
secaramendalam melalui proses melibatkan Odha
sebagai penerima layanan tersebut. Hasil
pemantauan dan evaluasi harus segera dilaporkan
secara terbuka, dan tindakan untuk menghadapi
Sahabat Senandika No. 34
masalah yang ditemui juga segera diterapkan.
Layanan pengurangan dampak buruk narkoba
suntikan (harm reduction), termasuk tempat
pemulihan ketergantungan, pertukaran jarum
suntik dan penyediaan metadon sebagai pengganti
narkoba, harus diterapkan serta lebih terjangkau di
seluruh wilayah Indonesia yang menghadapi
epidemi HIV terkait penggunaan narkoba suntikan.
Masalah infeksi HIV di dalam lembaga
pemasyarakatan (LP) harus dihadapi secara lebih
tegas. Harus ada program untuk mengurangi risiko
infeksi pada warga binaan/tahanan, dan harus
ditingkatkan layanan kesehatan untuk mereka yang
jatuh sakit, dengan pertimbangan dibangun kerja
sama antara LP dan RS Polri.
Pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi
(PMTCT) harus mendapat perhatian yang lebih
serius, termasuk pelatihan khusus untuk dokter
puskesmas dan bidan, untuk menekan jumlah bayi
yang lahir dengan infeksi HIV. Biaya untuk layanan
PMTCT harus ditekan agar menjadi
terjangkau untuk semua.
Anggaran pemerintah untuk subsidi ART harus
dilanjutkan, agar ketersediaannya terjamin untuk
2006 dan seterusnya.
KPA tingkat kabupaten dan kota harus diperkuat
agar dapat berperan secara optimal dalam upaya
penanggulangan HIV/AIDS di daerah masingmasing, termasuk dalam perawatan, dukungan dan
pengobatan untuk Odha. KPA di setiap tingkatan
harus menetapkan KDS yang sudah ada di
daerahnya sebagai anggota, dengan Odha
diperkerjakan dalam sekretariat KPA di setiap
tingkatan.
Pedoman dan peraturan yang berhubungan
dengan layanan kesehatan harus diterapkan,
ditegakkan dan dievaluasi.
Sistem keringanan pembiayaan kesehatan untuk
keluarga miskin harus disempurnakan. Pemerintah
harus memberi perhatian jauh lebih besar kepada
kesulitan yang dialami oleh masyarakat miskin
dalam memperoleh keringanan tersebut.
September2005
Pengetahuan
adalah kekuatan
HIV-1 Kehilangan
Kemampuan Selama 15
Tahun Terakhir
Oleh: Keith Alcorn, 29 September 2005
HIV yang diambil pada akhir 1980-an
menularkan sel manusia dan membunuh sel-T
secara jauh lebih efektif dibandingkan HIV yang
diambil pada 2002-2003. Hal ini menurut laporan
peneliti Belgia yang dimuat di jurnal AIDS edisi 15
Oktober. Para peneliti tersebut menyatakan bahwa
penemuan adalah tanda pertama bahwa HIV-1
mungkin pada akhirnya akan menjadi lemah atau
kurang berdampak buruk pada manusia dengan
cara yang serupa dengan HIV-2.
Penelitian ini mengambil virus dari 24 pasien
yang belum diobati, yang dicocokkan untuk subtipe virus, tropisme koreseptor dan jumlah CD4
(semuanya faktor yang mungkin mempengaruhi
daya menular dan patogenisitas HIV).
Separo diambil antara 1986 dan 1989 dari pasien
di Institute of Tropical Medicine di Antwerpen,
dan sisa dari pasien yang dirawat pada klinik yang
sama pada 2002-2003.
Enam belas contoh virus didapat dari pasien
dengan penyakit HIV yang kurang lanjut (jumlah
CD4 di atas 400 dan virus CCR5-tropik), sisanya
dari pasien dengan penyakit HIV lanjut (CD4 di
bawah 200 dan virus CXCR4-tropik).
Para peneliti menjalankan tes bersifat bersaingan
untuk menemukan contoh dari pasangan virus yang
lama dan baru yang dicocokkan menggandakan diri
secara lebih mudah di sel-T manusia. Mereka
menemukan bahwa virus HIV-1 yang lama lebih
mampu dibandingkan dengan virus yang baru pada
176 dari 238 pembandingan antara pasangan.
Kemampuan secara konsisten berbeda dengan
kurang lebih 40 persen, dengan virus 2002-2003
mempunyai kemampuan untuk replikasi rata-rata
55 persen dari yang ditemukan pada virus 19861989.
Kemampuan virus diketahui dikurangi dengan
pengumpulan mutasi yang resistan, sering sampai
80 persen.
Namun kemampuan yang ditemukan tidak
dirusakkan oleh terapi antiretroviral (ART), karena
3
semua contoh diambil dari pasien yang belum
memakai ART, dan tidak ditemukan bukti adanya
mutasi yang resistan terhadap obat pada satu pun
contoh, kecuali satu contoh dari 1986-1989, yang
ternyata lebih mampu dari mayoritas contoh virus.
Para peneliti juga menemukan bahwa virus dari
2002-2003 lebih rentan terhadap ARV 3TC, dan
pada TAK-779, sebuah CCR5 inhibitor yang
sedang diuji coba. Namun tingkat perbedaan dalam
kerentanan tidak cukup besar untuk menimbulkan
dampak klinis.
Para penulis menyatakan bahwa hasil ini memberi
bukti pertama bersifat percobaan yang memberi
kesan bahwa HIV-1 lambat laun menjadi lemah.
Mereka menganggap bahwa proses pelemahan
dapat terjadi akibat tekanan oleh sistem kekebalan
yang memaksakan virus mengorbankan beberapa
kemampuan replikasi agar menghindarkan
tanggapan dari sel CD8 dan antibodi.
Referensi: Arien K et al. Replicative fitness of historical and recent
HIV-1 isolates suggests HIV-1 attenuation over time. AIDS 19: 15551564, 2005.
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/0FD6CD58-009448BC-947D-1F3B9E50AF93.asp
Pisang-penyembuh
berbagai penyakit
Jika Anda ingin mendapatkan tenaga yang cepat
dalam waktu yang cepat, tidak ada makanan ringan
yang lebih baik daripada pisang. Pisang
mengandung 3 gula alami-sukrosa, fruktosa dan
glukosa-yang dikombinasikan dengan serat yang
menjadikan pisang sebagai sumber makanan cepat
saji yang terpenting untuk menambah dan
mempertahankan level tenaga dalam tubuh kita.
Penelitian telah membuktikan bahwa hanya
diperlukan 2 pisang menyediakan tenaga yang
cukup untuk olahraga selama 90 menit. Tidaklah
mengherankan pisang merupakan nomor satu dari
atlet teratas di dunia.
Tapi ‘tugas’ pisang bukanlah hanya untuk
menyediakan energi untuk menjadikan kita tetap fit.
Pisang juga dapat membantu untuk menanggulangi
atau mencegah beberapa penyakit dan kondisi yang
membuat pisang harus menjadi bagian dari
makanan harian kita.
Anemia/kurang darah: Karena tinggi kandungan
zat besinya, pisang dapat menstimulasi pembuatan
hemoglobin dalam darah sehingga dapat membantu
dalam kasus anemia.
Tekanan darah tinggi: Buah tropis yang unik ini
mengandung potasium yang sangat tinggi dan
4
kandungan garam yang sangat rendah yang
membuatnya makanan yang sempurna untuk
menangkal tekanan darah tinggi.
Tenaga otak: 200 siswa di salah satu sekolah di
Twickenham (Middlesex) di’bantu’ oleh pisang
ketika menghadapi musim ujian. Siswa-siswa ini
memakan pisang sebagai menu tambahan untuk
sarapan, rehat dan makan siang. Penelitian
membuktikan bahwa buah yang penuh dengan
potasium ini bisa membantu proses pembelajaran
dengan membuat otak siswa lebih siaga.
Konstipasi/sembelit: Karena tinggi kandungan
seratnya, memasukkan pisang dalam menu harian
kita dapat membantu mengembalikan jadwal buang
air besar kita yang kerap terganggu karena sembelit.
Pisang dapat membantu proses pencernaan tanpa
menggunakan obat pencahar.
Depresi: Menurut penilitian yang dilakukan oleh
MIND kepada orang-orang yang menderita
depresi, banyak yang merasa jauh lebih baik setelah
mengkonsumsi pisang. Ini disebabkan karena
pisang mengandung triptohan, salah satu tipe
protein yang dapat diubah oleh tubuh secara
alamiah menjadi serotonin. Serotonin bisa
membuat kita relaks, memperbaiki mood dan pada
umumnya bisa membuat kita merasa lebih gembira.
Sakit kepala ketika bangun pagi setelah minum
minuman mengandung alkohol (hangover): Salah
satu cara tercepat untuk menyembuhkan hangover
adalah dengan membuat milkshake pisang dengan
memakai madu sebagai pemanis alamiah. Pisang
bisa membuat perut merasa lebih baik dan madu
yang dapat meningkatkan cadangan kadar gula
darah yang sudah kosong dalam tubuh kita
ditambah dengan susu yang memberi efek
penenang kepada sistem tubuh kita.
Rasa panas dalam perut: Pisang memiliki efek
alamiah untuk menetralisasi asam dalam perut. Jadi
jika Anda merasa sakit perut dengan disertai rasa
panas, cobalah untuk memakan pisang.
Mual dipagi hari (disebabkan oleh hamil atau efek
samping obat tertentu): Memakan pisang diantara
menu utama kita bisa membantu untuk menaikkan
kadar gula darah dan menjauhkan rasa mual
tersebut.
Gigitan nyamuk: Sebelum meraih krim anti
gigitan serangga, cobalah untuk menggosokkan
area yang digigit dengan bagian dalam dari kulit
pisang. Banyak orang menemukan hal ini sangat
membantu dalam mengurangi bengkak dan iritasi
karena gigitan nyamuk.
Gangguan urat saraf: Pisang memiliki kandungan
vitamin B yang sangat tinggi. Vitamin B bisa
Sahabat Senandika No. 34
membantu menenangkan sistem saraf.
Sakit menjelang menstruasi: Lupakan pil dan
makanlah pisang. Vitamin B6 yang dikandung oleh
pisang dapat menyeimbangkan kadar glukosa darah
yang dapat memberi efek kepada mood yang lebih
baik.
Sakit maag: Pisang digunakan sebagai makanan
untuk melawan penyakit yang berhubungan dengan
maag karena tekstur pisang yang lembut. Pisang
adalah satu-satunya buah mentah yang bisa
dimakan tanpa menambah parah kasus usus yang
luka. Pisang juga bisa menetralkan kelebihan asam
lambung dan mengurangi iritasi dengan melindungi
dinding sistem pencernaan.
Pengontrol suhu: Banyak negara memandang
pisang sebagai buah yang ‘menyejukkan’ yang bisa
menurunkan temperatur fisik dan temperatur
emosional dari ibu yang akan segera melahirkan.
Contohnya di Thailand, wanita hamil memakan
pisang untuk meyakinkan bahwa bayi mereka bisa
dilahirkan dengan temperatur yang sejuk/baik.
Tidak berselera/tidak mood: Pisang bisa
membantu orang-orang yang tidak berselera untuk
melakukan sesuatu supaya semangat mereka bisa
kembali. Pisang mengandung pembentuk selera
alamiah yaitu trypotophan.
Merokok: Pisang bisa membantu orang yang mau
berhenti merokok karena tinggi kadar vitamin C,
A1, B6, B12 yang dikandungnya dan juga kadar
potasium dan magnesium yang membantu
mengatasi gejala putus zat (dalam hal ini nikotin).
Mengatasi stres: Potasium adalam mineral yang
vital yang membantu menormalisasi detakan
jantung, mengirimkan oksigen ke otak dan
menyeimbangkan kadar air didalam tubuh. Ketika
tubuh kita stres, tingkat metabolisme kita naik yang
menyebabkan kadar potasium didalam tubuh kita
menurun. Memakan pisang berarti bisa
menyeimbangkan kembali kadar potasium di dalam
tubuh yang stres.
Kutil: Orang-orang yang sering memakai
pengobatan alternatif seringkali menggunakan
pisang untuk mengatasi kutil dengan cara taruhlah
sedikit kulit pisang diatas kutil (dengan bagian
kuning kulit dibagian luar) kemudian tahanlah kulit
Anda dengan plester kemudian tarik.
Dibandingkan dengan apel, pisang memiliki
protein 4x lebih banyak, karbohidrat 2x lebih
banyak, fosfor 3x lebih banyak, vitamin A dan zat
besi 5 kali lebih banyak, dan dobel vitamin dan
mineral yang lainnya. Pisang juga kaya akan
potasium dan merupakan salah satu makanan yang
bernilai gizi tinggi.
Antasid dan Obat
Antiretroviral
Oleh Guy Pujol, D.Min., Direktur
Eksekutif AIDS Treatment Initiatives, Mei
2005
Banyak obat resep, termasuk beberapa obat
antiretroviral (ARV), mempunyai aturan makan,
dan harus diminum bersama dengan makan, atau
dengan perut kosong. Aturan makan ini ditentukan
karena faktor yang mempengaruhi penyerapan obat
tersebut dalam perut. Ada dua faktor utama yang
mempengaruhi penyerapan dan oleh karena itu
membutuhkan aturan makan.
Faktor pertama yang mempengaruhi penyerapan
beberapa obat adalah tingkat lemak dalam
makanan. Keberadaan lemak dapat meningkatkan
penyerapan beberapa obat, misalnya nelfinavir,
saquinavir atau lopinavir/r. Oleh karena ini, obat
tersebut sebaiknya diminum bersama dengan
makan supaya lemak dari makanan dapat
meningkatkan penyerapan. Hal ini meningkatkan
jumlah obat yang masuk ke aliran darah. Lemak
juga meningkatkan penyerapan efavirenz dengan
akibat efek samping dapat meningkat; oleh karena
itu, diusulkan efavirenz diminum dengan perut
kosong atau dengan makanan rendah lemak.
Faktor kedua yang mempengaruhi penyerapan
beberapa obat adalah tingkat asam/basa dalam
perut, yang diukur dengan pH. Beberapa obat
diserap lebih baik bila lingkungan perut lebih asam
(pH rendah) dan yang lain diserap lebih baik
dengan lingkungan perut lebih basa (pH tinggi).
Tingkat pH turun (menjadi lebih asam) waktu
makan; jadi obat yang membutuhkan pH rendah
sebaiknya dipakai dengan makan. Hal ini berlaku
untuk beberapa protease inhibitor, misalnya
atazanavir.
Tetapi bukan hanya makanan yang
mempengaruhi tingkat pH dalam perut. Obat sakit
lambung (antasid) yang dapat dibeli tanpa resep
mempengaruhi tingkat asam dalam perut, yang
karena itu dapat mempengaruhi penyerapan obat
tertentu. Jadi, antasid dan beberapa obat penurun
tingkat asam tidak boleh dipakai bersama dengan
beberapa ARV, karena antasid dapat menurunkan
penyerapan ARV di bawah tingkat yang efektif.
Antasid tanpa resep, terutama yang mengandung
aluminium kabonat atau magnesium karbonat
sebagai kandungan aktif, dapat mengurangi
penyerapan beberapa ARV, termasuk protease
Sumber: http://www.bananas.uk.net/banana_docs/
nutritionalinfo.html
September2005
5
inhibitor fosamprenavir, amprenavir and
atazanavir. Mylanta cairan, misalnya, mengurangi
kepekatan maksimal fosamprenavir 35 persen. Jadi
antasid seperti Mylanta atau Maalox sebaiknya
dipakai pada waktu yang berbeda dengan ARV ini.
Bila antasid ini harus dipakai, sebaiknya diminum
dua jam sebelum atau satu jam sesudah ARV
diminum.
Ada beberapa obat resep yang juga menurunkan
tingkat asam dalam perut. Penting dokter kita tahu
semua obat yang kita pakai agar dapat menghindari
dampak interaksi. Misalnya, bila Zantac atau obat
sejenis harus dipakai, sebaiknya diminum 12 jam
berbeda dengan atazanavir.
Informasi ini menunjukkan bahwa ada alasan
jelas mengapa ARV tertentu mempunyai aturan
makan; namun sebagian besar informasi yang
tersedia untuk pasien hanya menganjurkan kita
untuk minum obat dengan atau tanpa makan.
Jarang diberikan alasan yang jelas. Informasi ini
penting karena ada faktor lain, misalnya antasid,
yang juga dapat mempengaruhi obat tersebut. Bila
obat yang kita pakai mempunyai aturan makan,
penting kita mengetahui mengapa. Minta dokter
menjelaskan mengapa obat yang kita pakai
mempunyai aturan makan, dan tentukan tidak ada
obat lain, baik yang dijual bebas maupun dengan
resep, yang dapat mengganggu efektivitasnya.
URL: http://www.thebody.com/asp/mayjun05/antacids.html
6
Pojok Info
CD-ROM dengan Informasi
Perawatan Kesehatan
Gratis
Teaching AIDS at Low Cost (TALC) di Inggris
menyediakan CD-ROM dengan berbagai informasi
mengenai perawatan dan kesehatan dalam bahasa
Inggris. Saat ini ada tujuh CD-ROM dalam seri ini,
dan semuanya dikirim secara gratis. Untuk
informasi lebih lanjut, browse ke <http://
www.talcuk.org/etalc/about.htm>. Untuk
subscribe, browse ke <http://www.talcuk.org/
etalc/subscribe.asp>
Hibah Internasional dari
AFAO Australia
Pengumuman di bawah adalah bagi siapa saja
yang akan meminta permohonan untuk hibah dari
Australian Federation of AIDS Organizations
(AFAO), dari organisasi yang berdasarkan Odha,
laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
atau pengguna narkoba (kriteria wajib). Lagi pula,
hanya bidang pekerjaan berikut akan diterima:
pengembangan kebijakan terkait HIV/AIDS;
advokasi; perencanaan strategis organisasi;
pengembangan kapasitas dan penguatan lembaga
organisasi (Organisational capacity development and
institutional strengthening); dan tanggapan hukum dan
perundang-undangan terhadap HIV/AIDS.
Batas waktu untuk permohonan: 4 November
2005.
Untuk informasi lebih lanjut dan download
formulir, browse ke: <http://www.afao.org.au/
view_articles.asp?pxa=ve&pxs=102&id=298>.
Catatan: Yayasan Spiritia siap membantu
kelompok dukungan sebaya untuk Odha/Ohidha
yang ingin mengajukan permohonan dengan
menjelaskan/menerjemahkan dan membantu
mengisi formulir. Silakan kirim E-mail ke
<[email protected]>
Sahabat Senandika No. 34
Tips
Tips untuk Odha
Ketika berpuasa, bahan makanan yang masuk
(intake) berbeda dengan energi yang dikeluarkan
(outtake) selama beraktivitas. Itu sebabnya, selama
menjalankan ibadah puasa, kesehatan pun harus
dijaga. Untuk itu, perlu diperhatikan pengaturan
makan dan minum pada saat sahur atau berbuka
puasa, agar tubuh tetap segar dan bugar sepanjang
hari selama berpuasa.
Pada saat berpuasa bahan makanan penghasil
energi utama seperti karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral, dan protein yang masuk ke tubuh kita
tidaklah sebanyak hari-hari biasa. Untuk itu ada
kiat-kiat khusus agar tubuh tetap segar dan fit
selama berpuasa.
Agar kondisi tetap prima kendati tengah
berpuasa, simak tips kesehatan di bawah ini.
Jangan lupa selalu mengkonsumsi makanan
bergizi baik pada saat sahur atau berbuka puasa.
Walau menu sederhana, yang penting mengandung
lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Upayakan untuk mencegah dehidrasi tubuh
dengan banyak minum air putih pada malam hari.
Hal ini penting dilakukan, karena pada siang hari
aktivitas kita cenderung banyak mengeluarkan
keringat baik di ruangan terbuka atau ber-AC.
Pada saat berbuka, awali buka puasa Anda dengan
makanan atau minuman hangat dan manis seperti
kolak, setup, ataupun minuman manis lainnya. Tapi
ingat, jangan mengkonsumsi minuman yang
mengandung soda, karena dapat menimbulkan
akibat buruk bagi perut Anda.
Jangan langsung minum air dingin atau es,
sebaliknya biasakanlah berbuka dengan minuman
yang hangat. Perut yang kosong bisa menjadi
kembung, bila Anda langsung berbuka puasa
dengan air dingin. Kemudian beristirahatlah kurang
lebih satu jam sebelum menyantap hidangan
berbuka yang telah dihidangkan. Tujuannya untuk
memberikan keseimbangan terlebih dahulu pada
pencernaan kita. Ingat, jangan mengkonsumsi
makanan berlebihan dan makanan asinan. Berbuka
puasa hendaknya dilakukan secara bertahap dan
tidak terburu-buru agar lambung tidak “kaget”.
Dengan demikian kerja lambung tidak terlampau
berat. Untuk meringankan kerja pencernaan,
September2005
kunyah makanan dengan baik. Agar Anda mampu
menahan rasa lapar, perbanyaklah mengkonsumsi
jenis makanan berserat yang banyak terdapat dalam
sayur dan buah. Tubuh kita memerlukan waktu
lebih lama untuk mencerna makanan yang banyak
mengandung serat. Selain memperbanyak makanan
berserat dan makanan yang mengandung protein,
sebaiknya Anda juga menyediakan jenis makanan
yang mengandung vitamin dan mineral serta
makanan tambahan agar tubuh tetap segar bugar
sepanjang hari.
Vitamin yang penting dikonsumsi setiap hari
adalah vitamin A, B, dan C. Tapi kalau Anda sudah
makan buah berwarna kuning atau merah, sayur
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, maka tak
perlu khawatir kekurangan vitamin tersebut.
Bagi penderita sakit lambung makanan yang
sebaiknya dihindari adalah ketan, mie, daging
berlemak, ikan dan daging yang diawetkan, sayuran
mentah, sayuran berserat, minuman yang
mengandung soda, dan bumbu yang tajam (cuka,
cabai, asam). Jenis makanan tersebut bisa
menimbulkan gas yang berpengaruh meningkatkan
produksi asam lambung.
Bagi mereka yang berat badannya melebihi berat
badan ideal, sebaiknya selama berpuasa pun tetap
menghindari makanan yang tinggi kolesterolnya,
misalnya lemak hewan, margarin, mentega. Selain
itu, sebaiknya Anda menghindari makanan yang
manis-manis, seperti dodol, sirup, cokelat, kue tar,
es krim. “Selain lebih banyak mengkonsumsi sayur,
buah, dan daging tanpa lemak, pengolahan
makanannya pun sebaiknya jangan digoreng.”
Sedang bagi mereka yang terlalu kurus, selama
berpuasa sebaiknya menambah porsi susunya dan
menghindari makanan yang sulit dicerna seperti
sayuran berserat kasar (daun singkong, daun
pepaya).
Bagi mereka yang berusia lanjut, aturlah pola
makan saat berbuka puasa juga secara bertahap.
Makanlah jumlah yang lebih sedikit, namun
dilakukan beberapa kali.
* Selamat menjalankan ibadah puasa!
Sumber: Kompas, 24/10/2003
7
Konsultasi
Tanya jawab
T: Jika kita sudah memulai ARV, bisakah kita
puasa?
J: Sebentar lagi Ramadhan akan datang. Odha
muslim juga berusaha untuk menjalankan ibadah
puasa (tergantung keadaannya, mampu atau tidak),
untuk yang sudah memakai ARV akan ada
kebingungan antara puasa atau tidak. Dikarenakan
jadwal puasa yang kurang lebih 14 jam sehari untuk
tidak makan dan minum. Untuk minum obat
dibutuhkan 12 jam. Berarti ada selisih kurang lebih
dua jam.
Ada dua alternatif; alternatif pertama kita minum
obat pada sahur dan buka puasa. Dengan catatan
setelah selesai puasa kita harus kembali pada jadwal
biasa dengan disiplin penuh. Tidak lupa atau telat
lebih dari satu jam. Untuk kombinasi yang dipakai
di Indonesia (AZT/D4T+3Tc+NVP/EFV) adalah
kombinasi yang masih ditolerir dengan pemakaian
14 jam.
Jika kita ragu untuk puasa dan takut akan timbul
resistansi. Kita bisa mengambil alternatif kedua,
yaitu kita tidak puasa melainkan membayar fidiah.
Positive Fund
Laporan Keuangan Positive Fund
Yayasan Spiritia
Periode September 2005
Saldo awal 1 September 2005
11,005,675
Penerimaan di bulan
September 2005
1,050,000
_________+
12,055,675
Total penerimaan
Pengeluaran selama bulan September :
Item
Pengobatan
Jumlah
500,000
Transportasi
Komunikasi
0
0
Peralatan / Pemeliharaan
Modal Usaha
0
0
Total pengeluaran
_________+
500,000-
Saldo akhir Positive Fund
per 31 September 2005
11,555,675
Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
THE FORD
ATION
FOUNDA
FOUND
Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: [email protected]
Editor:
Hertin Setyowati & Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
8
Sahabat Senandika No. 13
Download