Yayasan Spiritia No. 34, September 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Kongres Nasional Odha I Lembang, 26-30 September 2005 Kongres Nasional Odha pertama baru saja berkahir setelah lima hari pertemuan di Lembang, Jawa Barat. Kongres ini dihadiri oleh 124 orang dari 25 provinsi, sebagian besar terinfeksi HIV, dan sisanya langsung terpengaruh (keluarga, pasangan, dll.). Para peserta secara bulat menyetujui pernyataan berikut, yang akan disampaikan pada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua KPA Nasional pada minggu ini: Pernyataan “Lembang” Dinyatakan oleh Peserta Kongres Nasional Orang dengan HIV/AIDS I – 2005 Dalam Pernyataan “Tretes”, yang berupa suatu hasil dari Pertemuan Nasional Odha (PNO) IV pada Februari 2004, peserta pertemuan tersebut mencatat bahwa, walaupun terapi antiretroviral (ART) semakin terjangkau, namun masih banyak teman Odha (orang yang hidup dengan HIV/ AIDS) yang meninggal dunia tanpa mendapat terapi tersebut. Peserta berjanji untuk memperkuat upayanya agar angka kematian ini dapat terus ditekan. Apakah kita memenuhi janji itu? Sebetulnya perkembangan dalam 18 bulan terakhir ini dapat dianggap di luar bayangan dan harapan kami pada waktu itu. Pada September 2004, pemerintah Indonesia mulai menyediakan ART dengan subsidi penuh, dan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan saat itu. Hal ini dilakukan berkaitan dengan Komitmen Sentani, yang menyatakan bahwa pemerintah berjanji agar 10.000 Odha mendapatkan ART pada tahun 2005. Untuk mendukung komitmen tersebut, Departemen Kesehatan (Depkes) menyatakan 25 rumah sakit (RS) di 17 provinsi sebagai rumah sakit rujukan AIDS, dan mulai melatih dokter serta petugas layanan kesehatan lain dalam penatalaksanakan ART. Atas nama semua Odha dan Ohidha (orang yang terpengaruh oleh HIV/AIDS, misalnya keluarga dan pasangan) di Indonesia, peserta Kongres Nasional Odha pertama ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada pemerintah Indonesia dan beberapa lembaga donor yang mendukung program penyediaan ART. Memang semakin nyata bahwa teman-teman kita dapat bertahan hidup dan meningkatkan mutu hidupnya sebagai hasil dari upaya tersebut. Perkembangan yang cukup nyata juga diupayakan oleh jaringan Odha di seluruh Indonesia. Dalam hal ini kami mencatat beberapa kegiatan dan prakarsa, antara lain: Semakin banyak terbentuknya kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk Odha/Ohidha, termasuk lima kelompok orang tua dari anak yang terinfeksi HIV, dan beberapa kelompok khusus perempuan dengan HIV. Harus ada upaya yang lebih tegas agar ada kelompok dukungan sebaya di setiap kota di seluruh Nusantara, serta untuk memperkuat dan memberdayakan kelompok yang sudah ada. Semakin banyak Odha diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan, termasuk Daftar Isi Laporan Kegiatan Kongres Nasional Odha I Pengetahuan adalah kekuatan HIV-1 Kehilangan Kemampuan Selama 15 Tahun Terakhir Pisang-penyembuh berbagai penyakit Antasid dan Obat Antiretroviral Pojok Info CD-ROM dengan Informasi Perawatan Kesehatan Gratis Hibah Internasional dari AFAO Australia Tips Tips untuk Odha Konsultasi 1 1 3 3 4 5 6 6 6 7 7 8 Tanya jawab 8 Positive Fund 8 Laporan Keuangan Positive Fund 8 Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. mengenai pengelolaan KDS, dan berbicara di depan umum. Lebih dari 100 Odha dan anggota komunitas juga sudah terlatih sebagai pendidik pengobatan, agar dapat mendukung Odha yang mulai ART untuk tetap patuh terhadap terapinya. Sebagian besar Odha yang terlibat di jaringan Odha Indonesia sepakat untuk mendukung prakarsa “HIV Stop di Sini”, yang bertujuan untuk memutus rantai penularan dengan mendesak semua Odha agar tidak menularkan kepada orang lain. Asas Keterlibatan Lebih Luas oleh orang yang terinfeksi atau terpengaruh oleh HIV (yang dikenal dengan singkatan ‘GIPA’ dari bahasa Inggris) dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS semakin dihargai oleh pihak pemerintah, terutama oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di beberapa provinsi, dan di beberapa lembaga lain di tingkat nasional. Semakin banyak Odha/Ohidha berbicara secara terbuka, termasuk di TV dan radio, yang terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kepedulian masyarakat umum terhadap bahayanya HIV/AIDS, agar masyarakat mempertimbangkan melakukan tes HIV secara sukarela. Namun masih banyak yang harus dilakukan: Walaupun jumlah RS Rujukan AIDS sedang ditingkatkan menjadi lebih dari 75 RS, ART tetap sulit terjangkau untuk kebanyakan Odha di Indonesia yang tinggal di luar kota besar. Sementara ada mekanisme agar puskesmas dapat dijadikan satelit dari RS tersebut, prosedur pelaksanaan hal ini belum jelas dan pada saat ini masih kurang dari lima puskesmas yang dapat melayani ART. Pada saat ini kurang dari 10 persen orang yang diperkirakan terinfeksi HIV di Indonesia telah mengetahui statusnya. Hanya mereka yang mengetahui dirinya terinfeksi HIV dapat memperoleh manfaat dari ART. Layanan konseling dan tes sukarela (VCT) harus diperluas dan disosialiasikan agar yang pernah berperilaku berisiko dapat didorong dan dipermudah dalam melakukan tes. Depkes mengakui bahwa “Stigma petugas kesehatan...terhadap Odha masih belum bisa ditangani bahkan di beberapa [RS Rujukan AIDS] stigma ini demikian tebal.” Dibutuhkan upaya yang lebih tegas dan jelas dalam menghadapi stigma dan diskriminasi, termasuk kebocoran pada kerahasiaan. Semua hal tersebut terbukti menjadi hambatan untuk orang yang ingin melakukan VCT 2 serta untuk Odha yang mencari layanan kesehatan termasuk ART. Ketersediaaan obat antiretroviral (termasuk untuk bayi dan anak, serta lini kedua) dan obat untuk infeksi oportunistik harus terjamin. Sejak dimulai layanan ART oleh Depkes, sudah beberapa kali muncul kepanikan di antara Odha pengguna ART karena ada beberapa jenis obat yang habis. Upaya untuk meyakinkan kepatuhan terhadap terapi menjadi sia-sia bila obat tiba-tiba tidak tersedia. Semakin banyak Odha diketahui terinfeksi virus hepatitis. Infeksi hepatitis dan HIV secara bersamaan sangat merumitkan pelaksanaan ART, dan biaya pengobatan untuk hepatitis belum terjangkau. Para ahli penyakit dalam, terutama spesialis hati, harus didorong agar lebih terlibat dalam layanan kesehatan untuk Odha, dan harus ada upaya untuk memudahkan akses pada pengobatan untuk hepatitis. Alasan kematian kebanyakan Odha di dunia adalah tuberkulosis (TB), dan jelas keadaan serupa terjadi di Indonesia. Petugas yang menangani TB, terutama di puskesmas, harus mengambil sikap untuk mencurigai terhadap kemungkinan pasien TB juga terinfeksi HIV. Semakin banyak pengguna narkoba suntikan (IDU) yang aktif terinfeksi HIV. Kepatuhan terhadap ART di antara mereka selalu menimbulkan tantangan. Salah satu solusi terhadap tantangan ini adalah dengan pemberian metadon pada orang tersebut sebagai pengganti narkoba. Namun saat ini, hanya ada 2 3 klinik metadon di Indonesia; dibutuhkan puluhan klinik tersebut di hampir semua kota besar di Indonesia. Kami mendesak: Komunitas, terutama KDS, terlibat secara penuh dan berarti sebagai mitra sejajar dalam perencanaan dan penerapan semua program yang ditujukan pada layanan kesehatan dan kesejahteraan Odha. Program VCT harus diperluas dan disosialisasikan, dengan layanan bermutu diberikan sesuai dengan proses, yaitu dengan konseling yang memadai, dilengkapi dengan informed consent, dan dengan kerahasiaan terjamin. Program layanan kesehatan untuk Odha, termasuk ART dan untuk semua infeksi lain terkait HIV, harus dipantau dan dievaluasi secaramendalam melalui proses melibatkan Odha sebagai penerima layanan tersebut. Hasil pemantauan dan evaluasi harus segera dilaporkan secara terbuka, dan tindakan untuk menghadapi Sahabat Senandika No. 34 masalah yang ditemui juga segera diterapkan. Layanan pengurangan dampak buruk narkoba suntikan (harm reduction), termasuk tempat pemulihan ketergantungan, pertukaran jarum suntik dan penyediaan metadon sebagai pengganti narkoba, harus diterapkan serta lebih terjangkau di seluruh wilayah Indonesia yang menghadapi epidemi HIV terkait penggunaan narkoba suntikan. Masalah infeksi HIV di dalam lembaga pemasyarakatan (LP) harus dihadapi secara lebih tegas. Harus ada program untuk mengurangi risiko infeksi pada warga binaan/tahanan, dan harus ditingkatkan layanan kesehatan untuk mereka yang jatuh sakit, dengan pertimbangan dibangun kerja sama antara LP dan RS Polri. Pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT) harus mendapat perhatian yang lebih serius, termasuk pelatihan khusus untuk dokter puskesmas dan bidan, untuk menekan jumlah bayi yang lahir dengan infeksi HIV. Biaya untuk layanan PMTCT harus ditekan agar menjadi terjangkau untuk semua. Anggaran pemerintah untuk subsidi ART harus dilanjutkan, agar ketersediaannya terjamin untuk 2006 dan seterusnya. KPA tingkat kabupaten dan kota harus diperkuat agar dapat berperan secara optimal dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di daerah masingmasing, termasuk dalam perawatan, dukungan dan pengobatan untuk Odha. KPA di setiap tingkatan harus menetapkan KDS yang sudah ada di daerahnya sebagai anggota, dengan Odha diperkerjakan dalam sekretariat KPA di setiap tingkatan. Pedoman dan peraturan yang berhubungan dengan layanan kesehatan harus diterapkan, ditegakkan dan dievaluasi. Sistem keringanan pembiayaan kesehatan untuk keluarga miskin harus disempurnakan. Pemerintah harus memberi perhatian jauh lebih besar kepada kesulitan yang dialami oleh masyarakat miskin dalam memperoleh keringanan tersebut. September2005 Pengetahuan adalah kekuatan HIV-1 Kehilangan Kemampuan Selama 15 Tahun Terakhir Oleh: Keith Alcorn, 29 September 2005 HIV yang diambil pada akhir 1980-an menularkan sel manusia dan membunuh sel-T secara jauh lebih efektif dibandingkan HIV yang diambil pada 2002-2003. Hal ini menurut laporan peneliti Belgia yang dimuat di jurnal AIDS edisi 15 Oktober. Para peneliti tersebut menyatakan bahwa penemuan adalah tanda pertama bahwa HIV-1 mungkin pada akhirnya akan menjadi lemah atau kurang berdampak buruk pada manusia dengan cara yang serupa dengan HIV-2. Penelitian ini mengambil virus dari 24 pasien yang belum diobati, yang dicocokkan untuk subtipe virus, tropisme koreseptor dan jumlah CD4 (semuanya faktor yang mungkin mempengaruhi daya menular dan patogenisitas HIV). Separo diambil antara 1986 dan 1989 dari pasien di Institute of Tropical Medicine di Antwerpen, dan sisa dari pasien yang dirawat pada klinik yang sama pada 2002-2003. Enam belas contoh virus didapat dari pasien dengan penyakit HIV yang kurang lanjut (jumlah CD4 di atas 400 dan virus CCR5-tropik), sisanya dari pasien dengan penyakit HIV lanjut (CD4 di bawah 200 dan virus CXCR4-tropik). Para peneliti menjalankan tes bersifat bersaingan untuk menemukan contoh dari pasangan virus yang lama dan baru yang dicocokkan menggandakan diri secara lebih mudah di sel-T manusia. Mereka menemukan bahwa virus HIV-1 yang lama lebih mampu dibandingkan dengan virus yang baru pada 176 dari 238 pembandingan antara pasangan. Kemampuan secara konsisten berbeda dengan kurang lebih 40 persen, dengan virus 2002-2003 mempunyai kemampuan untuk replikasi rata-rata 55 persen dari yang ditemukan pada virus 19861989. Kemampuan virus diketahui dikurangi dengan pengumpulan mutasi yang resistan, sering sampai 80 persen. Namun kemampuan yang ditemukan tidak dirusakkan oleh terapi antiretroviral (ART), karena 3 semua contoh diambil dari pasien yang belum memakai ART, dan tidak ditemukan bukti adanya mutasi yang resistan terhadap obat pada satu pun contoh, kecuali satu contoh dari 1986-1989, yang ternyata lebih mampu dari mayoritas contoh virus. Para peneliti juga menemukan bahwa virus dari 2002-2003 lebih rentan terhadap ARV 3TC, dan pada TAK-779, sebuah CCR5 inhibitor yang sedang diuji coba. Namun tingkat perbedaan dalam kerentanan tidak cukup besar untuk menimbulkan dampak klinis. Para penulis menyatakan bahwa hasil ini memberi bukti pertama bersifat percobaan yang memberi kesan bahwa HIV-1 lambat laun menjadi lemah. Mereka menganggap bahwa proses pelemahan dapat terjadi akibat tekanan oleh sistem kekebalan yang memaksakan virus mengorbankan beberapa kemampuan replikasi agar menghindarkan tanggapan dari sel CD8 dan antibodi. Referensi: Arien K et al. Replicative fitness of historical and recent HIV-1 isolates suggests HIV-1 attenuation over time. AIDS 19: 15551564, 2005. URL: http://www.aidsmap.com/en/news/0FD6CD58-009448BC-947D-1F3B9E50AF93.asp Pisang-penyembuh berbagai penyakit Jika Anda ingin mendapatkan tenaga yang cepat dalam waktu yang cepat, tidak ada makanan ringan yang lebih baik daripada pisang. Pisang mengandung 3 gula alami-sukrosa, fruktosa dan glukosa-yang dikombinasikan dengan serat yang menjadikan pisang sebagai sumber makanan cepat saji yang terpenting untuk menambah dan mempertahankan level tenaga dalam tubuh kita. Penelitian telah membuktikan bahwa hanya diperlukan 2 pisang menyediakan tenaga yang cukup untuk olahraga selama 90 menit. Tidaklah mengherankan pisang merupakan nomor satu dari atlet teratas di dunia. Tapi ‘tugas’ pisang bukanlah hanya untuk menyediakan energi untuk menjadikan kita tetap fit. Pisang juga dapat membantu untuk menanggulangi atau mencegah beberapa penyakit dan kondisi yang membuat pisang harus menjadi bagian dari makanan harian kita. Anemia/kurang darah: Karena tinggi kandungan zat besinya, pisang dapat menstimulasi pembuatan hemoglobin dalam darah sehingga dapat membantu dalam kasus anemia. Tekanan darah tinggi: Buah tropis yang unik ini mengandung potasium yang sangat tinggi dan 4 kandungan garam yang sangat rendah yang membuatnya makanan yang sempurna untuk menangkal tekanan darah tinggi. Tenaga otak: 200 siswa di salah satu sekolah di Twickenham (Middlesex) di’bantu’ oleh pisang ketika menghadapi musim ujian. Siswa-siswa ini memakan pisang sebagai menu tambahan untuk sarapan, rehat dan makan siang. Penelitian membuktikan bahwa buah yang penuh dengan potasium ini bisa membantu proses pembelajaran dengan membuat otak siswa lebih siaga. Konstipasi/sembelit: Karena tinggi kandungan seratnya, memasukkan pisang dalam menu harian kita dapat membantu mengembalikan jadwal buang air besar kita yang kerap terganggu karena sembelit. Pisang dapat membantu proses pencernaan tanpa menggunakan obat pencahar. Depresi: Menurut penilitian yang dilakukan oleh MIND kepada orang-orang yang menderita depresi, banyak yang merasa jauh lebih baik setelah mengkonsumsi pisang. Ini disebabkan karena pisang mengandung triptohan, salah satu tipe protein yang dapat diubah oleh tubuh secara alamiah menjadi serotonin. Serotonin bisa membuat kita relaks, memperbaiki mood dan pada umumnya bisa membuat kita merasa lebih gembira. Sakit kepala ketika bangun pagi setelah minum minuman mengandung alkohol (hangover): Salah satu cara tercepat untuk menyembuhkan hangover adalah dengan membuat milkshake pisang dengan memakai madu sebagai pemanis alamiah. Pisang bisa membuat perut merasa lebih baik dan madu yang dapat meningkatkan cadangan kadar gula darah yang sudah kosong dalam tubuh kita ditambah dengan susu yang memberi efek penenang kepada sistem tubuh kita. Rasa panas dalam perut: Pisang memiliki efek alamiah untuk menetralisasi asam dalam perut. Jadi jika Anda merasa sakit perut dengan disertai rasa panas, cobalah untuk memakan pisang. Mual dipagi hari (disebabkan oleh hamil atau efek samping obat tertentu): Memakan pisang diantara menu utama kita bisa membantu untuk menaikkan kadar gula darah dan menjauhkan rasa mual tersebut. Gigitan nyamuk: Sebelum meraih krim anti gigitan serangga, cobalah untuk menggosokkan area yang digigit dengan bagian dalam dari kulit pisang. Banyak orang menemukan hal ini sangat membantu dalam mengurangi bengkak dan iritasi karena gigitan nyamuk. Gangguan urat saraf: Pisang memiliki kandungan vitamin B yang sangat tinggi. Vitamin B bisa Sahabat Senandika No. 34 membantu menenangkan sistem saraf. Sakit menjelang menstruasi: Lupakan pil dan makanlah pisang. Vitamin B6 yang dikandung oleh pisang dapat menyeimbangkan kadar glukosa darah yang dapat memberi efek kepada mood yang lebih baik. Sakit maag: Pisang digunakan sebagai makanan untuk melawan penyakit yang berhubungan dengan maag karena tekstur pisang yang lembut. Pisang adalah satu-satunya buah mentah yang bisa dimakan tanpa menambah parah kasus usus yang luka. Pisang juga bisa menetralkan kelebihan asam lambung dan mengurangi iritasi dengan melindungi dinding sistem pencernaan. Pengontrol suhu: Banyak negara memandang pisang sebagai buah yang ‘menyejukkan’ yang bisa menurunkan temperatur fisik dan temperatur emosional dari ibu yang akan segera melahirkan. Contohnya di Thailand, wanita hamil memakan pisang untuk meyakinkan bahwa bayi mereka bisa dilahirkan dengan temperatur yang sejuk/baik. Tidak berselera/tidak mood: Pisang bisa membantu orang-orang yang tidak berselera untuk melakukan sesuatu supaya semangat mereka bisa kembali. Pisang mengandung pembentuk selera alamiah yaitu trypotophan. Merokok: Pisang bisa membantu orang yang mau berhenti merokok karena tinggi kadar vitamin C, A1, B6, B12 yang dikandungnya dan juga kadar potasium dan magnesium yang membantu mengatasi gejala putus zat (dalam hal ini nikotin). Mengatasi stres: Potasium adalam mineral yang vital yang membantu menormalisasi detakan jantung, mengirimkan oksigen ke otak dan menyeimbangkan kadar air didalam tubuh. Ketika tubuh kita stres, tingkat metabolisme kita naik yang menyebabkan kadar potasium didalam tubuh kita menurun. Memakan pisang berarti bisa menyeimbangkan kembali kadar potasium di dalam tubuh yang stres. Kutil: Orang-orang yang sering memakai pengobatan alternatif seringkali menggunakan pisang untuk mengatasi kutil dengan cara taruhlah sedikit kulit pisang diatas kutil (dengan bagian kuning kulit dibagian luar) kemudian tahanlah kulit Anda dengan plester kemudian tarik. Dibandingkan dengan apel, pisang memiliki protein 4x lebih banyak, karbohidrat 2x lebih banyak, fosfor 3x lebih banyak, vitamin A dan zat besi 5 kali lebih banyak, dan dobel vitamin dan mineral yang lainnya. Pisang juga kaya akan potasium dan merupakan salah satu makanan yang bernilai gizi tinggi. Antasid dan Obat Antiretroviral Oleh Guy Pujol, D.Min., Direktur Eksekutif AIDS Treatment Initiatives, Mei 2005 Banyak obat resep, termasuk beberapa obat antiretroviral (ARV), mempunyai aturan makan, dan harus diminum bersama dengan makan, atau dengan perut kosong. Aturan makan ini ditentukan karena faktor yang mempengaruhi penyerapan obat tersebut dalam perut. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi penyerapan dan oleh karena itu membutuhkan aturan makan. Faktor pertama yang mempengaruhi penyerapan beberapa obat adalah tingkat lemak dalam makanan. Keberadaan lemak dapat meningkatkan penyerapan beberapa obat, misalnya nelfinavir, saquinavir atau lopinavir/r. Oleh karena ini, obat tersebut sebaiknya diminum bersama dengan makan supaya lemak dari makanan dapat meningkatkan penyerapan. Hal ini meningkatkan jumlah obat yang masuk ke aliran darah. Lemak juga meningkatkan penyerapan efavirenz dengan akibat efek samping dapat meningkat; oleh karena itu, diusulkan efavirenz diminum dengan perut kosong atau dengan makanan rendah lemak. Faktor kedua yang mempengaruhi penyerapan beberapa obat adalah tingkat asam/basa dalam perut, yang diukur dengan pH. Beberapa obat diserap lebih baik bila lingkungan perut lebih asam (pH rendah) dan yang lain diserap lebih baik dengan lingkungan perut lebih basa (pH tinggi). Tingkat pH turun (menjadi lebih asam) waktu makan; jadi obat yang membutuhkan pH rendah sebaiknya dipakai dengan makan. Hal ini berlaku untuk beberapa protease inhibitor, misalnya atazanavir. Tetapi bukan hanya makanan yang mempengaruhi tingkat pH dalam perut. Obat sakit lambung (antasid) yang dapat dibeli tanpa resep mempengaruhi tingkat asam dalam perut, yang karena itu dapat mempengaruhi penyerapan obat tertentu. Jadi, antasid dan beberapa obat penurun tingkat asam tidak boleh dipakai bersama dengan beberapa ARV, karena antasid dapat menurunkan penyerapan ARV di bawah tingkat yang efektif. Antasid tanpa resep, terutama yang mengandung aluminium kabonat atau magnesium karbonat sebagai kandungan aktif, dapat mengurangi penyerapan beberapa ARV, termasuk protease Sumber: http://www.bananas.uk.net/banana_docs/ nutritionalinfo.html September2005 5 inhibitor fosamprenavir, amprenavir and atazanavir. Mylanta cairan, misalnya, mengurangi kepekatan maksimal fosamprenavir 35 persen. Jadi antasid seperti Mylanta atau Maalox sebaiknya dipakai pada waktu yang berbeda dengan ARV ini. Bila antasid ini harus dipakai, sebaiknya diminum dua jam sebelum atau satu jam sesudah ARV diminum. Ada beberapa obat resep yang juga menurunkan tingkat asam dalam perut. Penting dokter kita tahu semua obat yang kita pakai agar dapat menghindari dampak interaksi. Misalnya, bila Zantac atau obat sejenis harus dipakai, sebaiknya diminum 12 jam berbeda dengan atazanavir. Informasi ini menunjukkan bahwa ada alasan jelas mengapa ARV tertentu mempunyai aturan makan; namun sebagian besar informasi yang tersedia untuk pasien hanya menganjurkan kita untuk minum obat dengan atau tanpa makan. Jarang diberikan alasan yang jelas. Informasi ini penting karena ada faktor lain, misalnya antasid, yang juga dapat mempengaruhi obat tersebut. Bila obat yang kita pakai mempunyai aturan makan, penting kita mengetahui mengapa. Minta dokter menjelaskan mengapa obat yang kita pakai mempunyai aturan makan, dan tentukan tidak ada obat lain, baik yang dijual bebas maupun dengan resep, yang dapat mengganggu efektivitasnya. URL: http://www.thebody.com/asp/mayjun05/antacids.html 6 Pojok Info CD-ROM dengan Informasi Perawatan Kesehatan Gratis Teaching AIDS at Low Cost (TALC) di Inggris menyediakan CD-ROM dengan berbagai informasi mengenai perawatan dan kesehatan dalam bahasa Inggris. Saat ini ada tujuh CD-ROM dalam seri ini, dan semuanya dikirim secara gratis. Untuk informasi lebih lanjut, browse ke <http:// www.talcuk.org/etalc/about.htm>. Untuk subscribe, browse ke <http://www.talcuk.org/ etalc/subscribe.asp> Hibah Internasional dari AFAO Australia Pengumuman di bawah adalah bagi siapa saja yang akan meminta permohonan untuk hibah dari Australian Federation of AIDS Organizations (AFAO), dari organisasi yang berdasarkan Odha, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki atau pengguna narkoba (kriteria wajib). Lagi pula, hanya bidang pekerjaan berikut akan diterima: pengembangan kebijakan terkait HIV/AIDS; advokasi; perencanaan strategis organisasi; pengembangan kapasitas dan penguatan lembaga organisasi (Organisational capacity development and institutional strengthening); dan tanggapan hukum dan perundang-undangan terhadap HIV/AIDS. Batas waktu untuk permohonan: 4 November 2005. Untuk informasi lebih lanjut dan download formulir, browse ke: <http://www.afao.org.au/ view_articles.asp?pxa=ve&pxs=102&id=298>. Catatan: Yayasan Spiritia siap membantu kelompok dukungan sebaya untuk Odha/Ohidha yang ingin mengajukan permohonan dengan menjelaskan/menerjemahkan dan membantu mengisi formulir. Silakan kirim E-mail ke <[email protected]> Sahabat Senandika No. 34 Tips Tips untuk Odha Ketika berpuasa, bahan makanan yang masuk (intake) berbeda dengan energi yang dikeluarkan (outtake) selama beraktivitas. Itu sebabnya, selama menjalankan ibadah puasa, kesehatan pun harus dijaga. Untuk itu, perlu diperhatikan pengaturan makan dan minum pada saat sahur atau berbuka puasa, agar tubuh tetap segar dan bugar sepanjang hari selama berpuasa. Pada saat berpuasa bahan makanan penghasil energi utama seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein yang masuk ke tubuh kita tidaklah sebanyak hari-hari biasa. Untuk itu ada kiat-kiat khusus agar tubuh tetap segar dan fit selama berpuasa. Agar kondisi tetap prima kendati tengah berpuasa, simak tips kesehatan di bawah ini. Jangan lupa selalu mengkonsumsi makanan bergizi baik pada saat sahur atau berbuka puasa. Walau menu sederhana, yang penting mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Upayakan untuk mencegah dehidrasi tubuh dengan banyak minum air putih pada malam hari. Hal ini penting dilakukan, karena pada siang hari aktivitas kita cenderung banyak mengeluarkan keringat baik di ruangan terbuka atau ber-AC. Pada saat berbuka, awali buka puasa Anda dengan makanan atau minuman hangat dan manis seperti kolak, setup, ataupun minuman manis lainnya. Tapi ingat, jangan mengkonsumsi minuman yang mengandung soda, karena dapat menimbulkan akibat buruk bagi perut Anda. Jangan langsung minum air dingin atau es, sebaliknya biasakanlah berbuka dengan minuman yang hangat. Perut yang kosong bisa menjadi kembung, bila Anda langsung berbuka puasa dengan air dingin. Kemudian beristirahatlah kurang lebih satu jam sebelum menyantap hidangan berbuka yang telah dihidangkan. Tujuannya untuk memberikan keseimbangan terlebih dahulu pada pencernaan kita. Ingat, jangan mengkonsumsi makanan berlebihan dan makanan asinan. Berbuka puasa hendaknya dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru agar lambung tidak “kaget”. Dengan demikian kerja lambung tidak terlampau berat. Untuk meringankan kerja pencernaan, September2005 kunyah makanan dengan baik. Agar Anda mampu menahan rasa lapar, perbanyaklah mengkonsumsi jenis makanan berserat yang banyak terdapat dalam sayur dan buah. Tubuh kita memerlukan waktu lebih lama untuk mencerna makanan yang banyak mengandung serat. Selain memperbanyak makanan berserat dan makanan yang mengandung protein, sebaiknya Anda juga menyediakan jenis makanan yang mengandung vitamin dan mineral serta makanan tambahan agar tubuh tetap segar bugar sepanjang hari. Vitamin yang penting dikonsumsi setiap hari adalah vitamin A, B, dan C. Tapi kalau Anda sudah makan buah berwarna kuning atau merah, sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan, maka tak perlu khawatir kekurangan vitamin tersebut. Bagi penderita sakit lambung makanan yang sebaiknya dihindari adalah ketan, mie, daging berlemak, ikan dan daging yang diawetkan, sayuran mentah, sayuran berserat, minuman yang mengandung soda, dan bumbu yang tajam (cuka, cabai, asam). Jenis makanan tersebut bisa menimbulkan gas yang berpengaruh meningkatkan produksi asam lambung. Bagi mereka yang berat badannya melebihi berat badan ideal, sebaiknya selama berpuasa pun tetap menghindari makanan yang tinggi kolesterolnya, misalnya lemak hewan, margarin, mentega. Selain itu, sebaiknya Anda menghindari makanan yang manis-manis, seperti dodol, sirup, cokelat, kue tar, es krim. “Selain lebih banyak mengkonsumsi sayur, buah, dan daging tanpa lemak, pengolahan makanannya pun sebaiknya jangan digoreng.” Sedang bagi mereka yang terlalu kurus, selama berpuasa sebaiknya menambah porsi susunya dan menghindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya). Bagi mereka yang berusia lanjut, aturlah pola makan saat berbuka puasa juga secara bertahap. Makanlah jumlah yang lebih sedikit, namun dilakukan beberapa kali. * Selamat menjalankan ibadah puasa! Sumber: Kompas, 24/10/2003 7 Konsultasi Tanya jawab T: Jika kita sudah memulai ARV, bisakah kita puasa? J: Sebentar lagi Ramadhan akan datang. Odha muslim juga berusaha untuk menjalankan ibadah puasa (tergantung keadaannya, mampu atau tidak), untuk yang sudah memakai ARV akan ada kebingungan antara puasa atau tidak. Dikarenakan jadwal puasa yang kurang lebih 14 jam sehari untuk tidak makan dan minum. Untuk minum obat dibutuhkan 12 jam. Berarti ada selisih kurang lebih dua jam. Ada dua alternatif; alternatif pertama kita minum obat pada sahur dan buka puasa. Dengan catatan setelah selesai puasa kita harus kembali pada jadwal biasa dengan disiplin penuh. Tidak lupa atau telat lebih dari satu jam. Untuk kombinasi yang dipakai di Indonesia (AZT/D4T+3Tc+NVP/EFV) adalah kombinasi yang masih ditolerir dengan pemakaian 14 jam. Jika kita ragu untuk puasa dan takut akan timbul resistansi. Kita bisa mengambil alternatif kedua, yaitu kita tidak puasa melainkan membayar fidiah. Positive Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode September 2005 Saldo awal 1 September 2005 11,005,675 Penerimaan di bulan September 2005 1,050,000 _________+ 12,055,675 Total penerimaan Pengeluaran selama bulan September : Item Pengobatan Jumlah 500,000 Transportasi Komunikasi 0 0 Peralatan / Pemeliharaan Modal Usaha 0 0 Total pengeluaran _________+ 500,000- Saldo akhir Positive Fund per 31 September 2005 11,555,675 Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD ATION FOUNDA FOUND Kantor Redaksi: Jl Radio IV/10 Kebayoran Baru Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail: [email protected] Editor: Hertin Setyowati & Caroline Thomas Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. 8 Sahabat Senandika No. 13