fakultas ilmu pendidikan

advertisement
UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh
Nany Adika Putri
NIM 13108241077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
i
UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG
Oleh:
Nany Adika Putri
NIM 13108241077
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendiskripsikan proses model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, (2)
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)) pada siswa kelas IV SD Negeri
2 Gombang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif.
Subjeknya adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang yang berjumlah 19
siswa. Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart yang meliputi
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan dilaksanakan
dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari dua pertemuan dan siklus II terdiri dari dua
pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan
dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara desktiptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif.
Proses pembelajaran dengan menggunakan tipe TGT terdiri dari lima tahap
yaitu: (1) Presentasi Kelas untuk memberikan materi IPS kepada siswa, (2)
Pengelompokan untuk membagi kelompok homogen dan heterogen, (3)
Permainan akademik deangan kartu soal, (4) Turnamen yang saling berkompetisi
antar kelompok homogen, dan (5) Pengakuan Kelompok berupa penghargaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Peningkatan
persentase hasil belajar kognitif ketuntasan KKM siswa dari kegiatan pra tindakan
dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan sebesar 26,31% pada akhir siklus I
meningkat menjadi 42,10%, pada akhir siklus II meningkat menjadi 78,94%.
Hasil belajar afektif juga menunjukkan peningkatan dari siklus I sebesar 62,55%
meningkat di siklus II menjadi 79,20%.
Kata kunci: TGT, hasil belajar, IPS
ii
IMPROVING THE STUDENT’S SOCIAL STUDY LEARNING
ACHIEVEMENT THROUGH TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
IMPLEMENTATION TOWARDS 4th GRADE STUDENTS IN
ELEMENTARY SCHOOL GOMBANG 2
By:
Nany Adika Putri
NIM 13108241077
ABSTRACT
The aims of the research is 1) to describe the process of cooperative
learning type Team Games Tournament (TGT) in improving the learning result of
social study for fourth grade students in Elementary School Gombang 2, 2) to
describe the improvement of learning result by using cooperative learning type
TGT for fourth grade students in Elementary School Gombang 2.
The research was included as Classroom Action Research which done
colaboratively with the teacher of fourth grade students in Elementary School
Gombang 2. The subject of the research were 19 fourth grade students of
Elementary School Gombang 2. The design of classroom action research was
model Kemmis and Taggart included planning, action, observation, and
reflection. The research was divided into two cycle, each cycle consisted of two
meetings. The technique of collecting data were observation, test, and
documentation. The collected data were analyzed as qualitative descriptive and
quantitative descriptive.
The learning process by using type TGT consisted of five steps: (1) Class
presentation to provide students with social sciences material, (2) Grouping to
divide homogeneous and heterogeneous groups, (3) Academic games with about
cards, (4) Competing between homogeneous groups, and (5) Group recognition in
the form of rewards. The result of the research shows that applying the
cooperative learning type TGT in social study could improve the learning result
for fourth grade students of Elementary School Gombang 2. The improvement
cognitive learning result were 26,31% in pre-test, 42,10% by the end of cycle I,
and 78,94% by the end of cycle II.The affective learning result has improved from
62,55% in cycle I and 79,20% in cycle II.
Keywords: TGT, Learning Result, Social Studies
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati,
membentuk masa depan. Seorang guru berpengaruh selamanya, tanpa tahu kapan
berakhirnya”
(Henry Adam)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di
dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil”
(Mario Teguh)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta yang tidak pernah putus memberikan doa,
kasih sayang, dukungan, dan segala pengorbanan yang tiada terkira.
2. Almamater UNY sebagai wujud dedikasiku.
3. Agama, Nusa, dan Bangsa
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di Kelas IV SD Negeri 2
Gombang”
Banyak pihak yang dengan tulus dan tanpa pamrih menjadi jalan
kemudahan dalam tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan belajar sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY beserta dosen
dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses
penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
4. Bapak Suparlan, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing sehingga skripsi
ini dapat terwujud dan terselesaikan.
5. Bapak Dr. Ali Muhtadi, M.Pd., dan Ibu Sekar Purbarini Kawuryan,
S.IP.,M.Pd., selaku Penguji dan Sekretaris yang telah memberikan koreksi
perbaikan terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.
ix
6. Ibu Sri Mawarni, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 2 Gombang yang telah
memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir
Skripsi ini.
7.
Bapak Joko Triyanto selaku guru kelas IV SD Negeri 2 Gombang yang telah
membantu saya dalam melaksanakan penelitian
8.
Kedua orangtua yang selalu melantunkan doa dan senantiasa memberikan
motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.
9.
Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.
10. Teman-teman kelas A PGSD 2013, terima
kasih
atas
kesediaannya
menjadi partner belajar selama hampir empat tahun bersama.
11. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak
lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 12 Mei 2017
Penulis
Nany Adika Putri
NIM 13108241077
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i
ABSTRAK . ........................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi
MOTTO…………………………………………………………………………vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
BAB II……………………….. ............................................................................ 12
KAJIAN TEORI ................................................................................................. 12
A. Tinjauan tentang Hasil Belajar .................................................................... 12
1. Pengertian Belajar ................................................................................... 12
2. Ciri-ciri Belajar ....................................................................................... 13
3. Prinsip-prinsip Belajar ............................................................................ 16
xi
4. Tujuan Belajar ......................................................................................... 17
5. Definisi Hasil Belajar .............................................................................. 19
6. Hasil Belajar Kognitif ............................................................................. 22
7. Hasil Belajar Afektif ............................................................................... 25
8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar ............................................... 30
B. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................................ 31
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .................................................. 31
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ............................ 32
3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ..................................... 34
C. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) ...................................................................................... 36
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif........................................................... 36
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ............................................................ 37
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ................................................... 38
4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 43
5. Tipe-tipe pembelajaran Kooperatif ......................................................... 44
6. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
................................................................................................................. 46
7. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) ...................................................................................................... 47
8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT).................................................................................. 49
9. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT).................................................................................. 57
D. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar .................................. 58
E. Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe TGT ....................... 61
F. Hasil Penelitian Relevan .............................................................................. 61
G. Kerangka Pikir ............................................................................................. 62
H. Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 64
I. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 64
xii
BAB II………….. ................................................................................................ 66
METODE PENELITIAN ................................................................................... 66
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 66
B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................................ 67
C. Setting Penelitian ......................................................................................... 67
D. Desain Penelitian ......................................................................................... 68
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 76
F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 77
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 81
H. Validitas Instrumen ...................................................................................... 85
I. Indikator Keberhasilan................................................................................. 85
BAB IV……… ..................................................................................................... 87
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 87
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 87
1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................. 87
2. Deskripsi Pra Tindakan ........................................................................... 88
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ......................................................... 92
4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ...................................................... 111
B. Pembahasan ............................................................................................... 128
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 134
BAB V………..................................................................................................... 135
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 135
A. Simpulan .................................................................................................... 135
B. Saran .......................................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 137
LAMPIRAN ....................................................................................................... 140
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester II ............................................ 5
Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson ......................... 24
Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif ....................................................... 28
Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif) ..................... 29
Tabel 5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 43
Tabel 6. Kriteria Penghargaan Kelompok ............................................................. 49
Tabel 7. Poin-Poin Turnamen Permainan Empat Pemain..................................... 53
Tabel 8. Poin-poin Turnamen Permainan Tiga Pemain ........................................ 53
Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain ......................................... 53
Tabel 10. Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.. 78
Tabel 11. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif dalam menerapkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ......................................... 79
Tabel 12. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1 ...................................................... 80
Tabel 13. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2 ...................................................... 81
Tabel 14. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa ........... 84
Tabel 15. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre
test......................................................................................................... 89
Tabel 16. Daftar Nama Kelompok Siklus I........................................................... 93
Tabel 17. Penentuan Meja Turnament Siklus I ................................................... 101
Tabel 18. Daftar Meja Turnamen Siklus I .......................................................... 101
Tabel 19. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I
........................................................................................................ …104
Tabel 20. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test Siklus I
........................................................................................................ …106
Tabel 21. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I.............................................................. 107
Tabel 22. Data Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Pembelajaran Siklus I ......... 108
Tabel 23. Daftar Anggota Kelompok Siklus II ................................................... 112
xiv
Tabel 24. Penentuan Meja Turnamen Siklus II ................................................... 118
Tabel 25. Daftar Meja Turnamen Siklus II ......................................................... 118
Tabel 26. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II
.......................................................................................................... ..121
Tabel 27. Perbandingan Nilai IPS Siswa pada Kondisi Awal (Pre Test), Post Test
Siklus I, dan Post Test Siklus II. ......................................................... 122
Tabel 28. Nilai Hasil Belajar Kognitif IPS Siklus II ........................................... 124
Tabel 29. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II .................................................. 125
Tabel 30. Perbedaan Penerapan TGT Siklus I dan Siklus II ............................... 127
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Putaran Permainan ……………………………………………….…..52
Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen…………………………………………53
Gambar 3. Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart………………….68
Gambar 4. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif IPS Pra Tindakan………...91
Gambar 5. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Siklus I………...……………………………………………………105
Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dari Pre Test Sampai Siklus
I……………………………………………………………………....107
Gambar 7. Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I……………...109
Gambar 8. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Siklus II…………………………………………………..………...122
Gambar 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I,
dan Siklus II……….……………………………………………….124
Gambar 10.Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Pertemuan I dan II Pada Siklus
II………………………………………………………………..…..126
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 01. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................. 141
Lampiran 02. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT .................................................................................................... 166
Lampiran 03. Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT .................................................................................................... 169
Lampiran 04. Lembar Observasi Siswa .............................................................. 178
Lampiran 05. Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa .......................................... 181
Lampiran 06. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I ............................................................ 186
Lampiran 07. Soal Pre Test dan Post Test Siklus I ............................................. 188
Lampiran 08. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II ........................................................... 192
Lampiran 09. Soal Pre Test dan Post Test Siklus II ............................................ 194
Lampiran 10. Kartu Soal TGT ............................................................................ 198
Lampiran 11. Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang .................. 201
Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .. 203
Lampiran 13. Surat-surat Penelitian.................................................................... 206
Lampiran 14. Jawaban Soal Pre Test dan Post Test Siswa ................................. 209
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa dalam
memanfaatkan segala potensi dari sumber yang ada baik yang berasal dari siswa
maupun yang berasal dari luar diri siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak
hanya menitik beratkan pada kegiatan siswa saja ataupun pada kegiatan guru saja
tetapi guru dan siswa harus sama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
Salah satu peran yang penting dalam pembelajaran yaitu guru. Guru adalah
pihak yang terlibat langsung dengan pengajaran siswa di sekolah. Guru
mempunyai peranan penting dalam pembelajaran untuk membimbing dan
membantu siswa belajar dengan penuh tanggung jawab. Guru membantu siswa
dalam mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri mereka. Selain itu,
guru juga mempunyai peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang
kondusif bagi siswa. Guru harus memahami setiap karakteristik siswa dalam
kegiatan belajar. Semua yang berkaitan dengan pengajaran siswa adalah tanggung
jawab guru agar siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang
diharapkan.
Tugas utama guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat belajar
dengan efektif baik secara individual ataupun secara kelompok. Seorang guru
tentunya mampu mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga tercipta suasana dan interaksi yang baik antara guru
1
dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya. Aktivitas guru yang dilakukan
di kelas antara lain mengelola pengajaran dan mengelola kelas. Guru hendaknya
menyediakan kondisi belajar yang optimal, sesuai tujuan pengajaran yang hendak
dicapai. Artinya, siswa patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah
dan mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Meskipun banyak tempat
untuk siswa melakukan kegiatan belajar, sesungguhnya sekolah sepatutnya
dipandang sebagai tempat terbaik bagi terjadinya proses belajar dan bagi
pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu.
Upaya lain yang dianggap sepele yaitu perbaikan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru adalah penentu dan menduduki posisi strategis
dalam rangka mengembangkan segala potensi yang dimikili setiap individu. Guru
dituntut untuk membuat pembelajaran terutama dikelas menjadi menyenangkan
serta mencapai tujuan pembelajaran. Di era saat ini guru harus selalu mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru di dunia pendidikan. Selain itu penguasaan IT
juga diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Setelah guru mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru di dunia pendidikan, diharapkan guru bisa
membuat desain pembelajaran yang menggunakan berbagai model, metode,
strategi secara bervariasi yang akan menciptakan pembelajaran yang efektif.
Hubungan yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya juga
akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan siswa.
Menurut Suprihadi (2000: 1), pembelajaran merupakan istilah lain dari kata
pengajaran merujuk pada makna tentang hal mengajar. Pembelajaran didefinisikan
sebagai kegiatan guru yang mendorong terjadinya aktivitas. Sedangkan Raka Joni
2
dalam Suprihadi (2000: 2) mengatakan pembelajaran adalah penciptaan sistem
lingkungan berarti menyediakan seperangkat kondisi lingkungan anak yang dapat
merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar.
Salah satu pembelajaran di sekolah dasar yaitu pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Proses pembelajaran IPS di jenjang persekolahan, baik
pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaharuan
yang serius guna memenuhi tujuan pembelajaran IPS. Menurut Susanto (2014: 1)
tujuan pembelajaran IPS adalah untuk memahami dan mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa,
konsep, dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan yang diuraikan sudah cukup jelas untuk
memberikan bekal bagi peserta didik. Siswa belajar IPS tidak hanya semata-mata
mendapatkan pengetahuan saja, tetapi siswa akan mendapatkan keterampilan
sosial sebagai bekal dalam hidup bemasyarakat. Di sekolah dasar mata pelajaran
IPS yang dipelajari sudah kompleks. Khususnya pada materi IPS kelas tinggi yang
sudah mencakup bidang-bidang dalam masyarakat seperti masalah ekonomi,
sejarah, geografi dan kebudayaan. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus
dikemas oleh guru melalui pemilihan model pembelajaran
yang tepat agar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Namun dalam kenyataannnya sampai saat ini masih banyak guru yang masih
menerapkan model pembelajaran konvensional, khususnya dalam pembelajaran
IPS. Pada mata pelajaran IPS guru terlalu sering menggunakan metode ceramah
dan penugasan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Siswa kurang
3
dilibatkan dalam pembelajaran. Sehingga sikap kerjasama siswa kurang muncul
dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional seperti ceramah dianggap lebih
baik, mengingat banyaknya materi yang harus diajarkan.
Kegiatan pembelajaran IPS yang belum maksimal tidak hanya berasal dari
guru dan pelaksanaan pembelajaran, melainkan juga dari siswa. Berdasarkan
wawancara dengan beberapa siswa yang dilakukan pada tanggal 29 November
2016 diketahui bahwa beberapa siswa tidak menyukai pembelajaran IPS karena
harus banyak menghafal. Ada siswa yang mengatakan bahwa mata pelajaran IPS
adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti. Ada beberapa siswa pula merasa
pembelajaran IPS sangat membosankan dan kurang menarik. Wawancara juga
dilakukan dengan guru dan siswa mengenai materi IPS yang dianggap sulit pada
semester genap adalah materi mengenai Perkembangan Teknologi Produksi,
Komunikasi dan Transportasi karena banyak materi yang dijabarkan.
Siswa merasa mata pelajaran IPS sulit dipahami karena banyaknya materi
yang sajikan. Sehingga hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPS masih
tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan harian IPS tiap
Kompetensi Dasar (KD), banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Banyak siswa yang mengerjakan ulang soal ulangan
harian sebagai kegiatan remedial. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 29
November 2016 di kelas IV SD Negeri 2 Gombang ditemukan fakta bahwa masih
banyak yang mendapatkan nilai dibawah KKM untuk mata pelajaran IPS. Hasil
belajar yang masih rendah ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa
kelas IV SD N 2 Gombang yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
4
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester II
No
Mata Pelajaran
Nilai Rata-rata Ulangan Harian
1
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
67, 50
2
Pendidikan Kewarganegaraan
73,67
3
Bahasa Indonesia
77,75
4
Matematika
82,92
5
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
61,91
(Sumber: Hasil Rata-rata Ulangan Harian Semester II)
Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai ulangan Harian Semester II siswa
pada mata pelajaran IPS yaitu 61,91. Nilai ini belum mencapai KKM yang telah di
tentukan. KKM untuk mata pelajaran IPS yaitu 68. Siswa yang nilainya diatas
KKM hanya 3 siswa sedangkan yang nilainya di bawah KKM sebanyak 16 siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa kelas IV untuk mata
pelajaran IPS masih rendah.
Penyebabnya antara lain siswa merasa pembelajaran IPS kurang menarik
dan membosankan. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang hanya
menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan hafalan. Maka dari itu guru disarankan
untuk menggunakan berbagai variasi model pembelajaran. Bervariasinya model
pembelajaran yang guru berikan merupakan salah satu keterampilan guru dalam
menciptakan dan menjaga kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Gangguan selama proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Gombang
yaitu siswa yang gaduh selama pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa suka
mencatat, dan siswa kurang fokus pada saat guru berceramah terbukti pada saat
guru memberikan pertanyaan lisan banyak siswa kurang tepat dalam menjawab.
Disini guru berperan sebagai pengelola kelas, hendaknya dapat mengatasinya
dengan mengubah model pembelajaran yang cocok dengan siswa.
5
Selain penyebab diatas pada saat pembelajaran guru banyak menggunakan
metode berceramah dan kurang memperhatikan kerjasama dalam berkelompok.
Jadi kerjasama antar siswa di kelas IV SD Negeri 2 Gombang belum terlihat pada
saat pengamatan. Adanya berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam
proses pembelajaran menuntut guru untuk melakukan usaha perbaikan agar proses
pembelajaran IPS dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar yang dicapai
siswa pun akan menjadi lebih baik. Untuk mengatasi masalah yang ada di
pembelajaran salah satunya yaitu dengan memperbaiki model pembelajaran yang
digunakan.
Kurangnya fasilitas sekolah seperti media pembelajaran juga berpengaruh
terhadap proses belajar siswa. Guru setidaknya menggunakan variasi model
pembelajaran yang menyenangkan. Penerapan model pembelajaran di sekolah
dasar diharapkan dapat dikombinasikan secara optimal untuk mencapai kualitas
pembelajaran. Suprijono (2009: 46) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Depdikbud (Trianto, 2014: 6-7) model yang direkomendasikan
untuk diterapkan di suatu pembelajaran yakni yang dapat memungkinkan peserta
didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, dan menemukan
konsep serta prinsip secara holistis dan autetik. Guru tidak hanya menggunakan
model pembelajaran yang konvensional yang membosankan. Guru sebaiknya
menggunakan model pembelajaran yang bersifat dinamis dan fleksibel sehingga
menciptakan suasana kooperatif, aktif dan dapat membangun konsep. Selain itu
6
pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan motivasi serta hasil
belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang peneliti harapkan untuk
mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Taniredja (2011: 55) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Pembelajaran
kooperatif
dikenal
dengan
pembelajaran
berkelompok.
Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dalam meningkatkan ketertarikan
siswa terhadap belajar karena pembelajaran didorong dan didukung dari teman
sebaya. Tipe pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Teams Games
Tournament (TGT). Tipe TGT dapat digunakan untuk semua mata pelajaran
semua pokok bahasan yang berbentuk narasi tertulis yang menuntut banyak
hafalan. Oleh karena itu, model ini cocok digunakan pada mata pelajaran IPS
yang terlalu banyak hafalan untuk siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok dengan karakteristik siswa kelas
IV yaitu sedang berada pada periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun).
Sebagaimana ciri-cirinya yaitu anak gemar membentuk kelompok teman sebaya,
anak ingin selalu beradaptasi, berpikir kualitas dan sudah dapat melihat suatu
permasalahan. Belajar kelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan
dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Menurut Jumanta (2016: 122) pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
7
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta penguatan. Tipe
Teams Games Tournament (TGT) ini dapat diterapkan pada materi yang
berbentuk tertulis seperti pelajaran-pelajaran kajian sosial seperti mata pelajaran
IPS yang tujuannya yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial
siswa.
Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain, siswa dapat berbagi kemampuan,
saling berpikir kritis,
saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan, menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat mengatasi
permasalahan dan memberikan perubahan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD
Negeri 2 Gombang menjadi lebih meningkat.
Beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT)
yaitu: (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk
tugas; (b) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; (c) Dengan
waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; (d) Proses belajar
mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa itu sendiri; (e) Mendidik siswa
untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; (f) Motivasi belajar lebih tinggi;
(g) Hasil belajar menjadi lebih baik; (h) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan
dan toleransi.
Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dalam pembelajaran IPS agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Model
8
pembelajaran kooperatif tipe TGT ini belum pernah digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Atas dasar uraian di atas, maka
peneliti
mengambil judul penelitian “Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPS
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Di Kelas IV SD Negeri 2 Gombang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi pelajaran yang dianggap membosankan
bagi siswa.
2. Siswa masih kurang memiliki sikap kerjasama.
3. Siswa cenderung gaduh ketika pembelajaran.
4. Rendahnya hasil belajar IPS siswa SD Negeri 2 Gombang.
5. Guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional dan kurang
menerapkan variasi dalam pembelajaran.
6. Fasilitas sekolah kurang mendukung siswa dalam menggunakan media
pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan sejumlah masalah yang ada tersebut, tidak semua diteliti karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu,
batasan masalah dalam penelitian ini tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas
IV SD Negeri 2 Gombang pada mata pelajaran IPS.
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka
dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Gombang?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD
Negeri 2 Gombang?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Terdeskripsikannya proses pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV
SD Negeri 2 Gombang.
2. Terdeskripsikannya
peningkatan
hasil
belajar
dengan
menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru dapat mengetahui model yang cocok untuk digunakan diproses
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar.
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan belajar.
10
c. Membantu guru dalam meningkatkan praktik pembelajaran di kelasnya.
2. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran IPS.
b. Dapat melatih siswa untuk belajar bersosialisasi dengan cara memahami
berbagai perbedaan dalam kelompok.
c. Dapat meningkatan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha
memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru di sekolah.
b. Memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan sekolah.
c. Perbaikan proses pembelajaran IPS dan peningkatan prestasi belajar siswa.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar telah menjadi kegiatan yang wajib bagi manusia. Manusia bisa
bertahan hidup juga karena belajar. Belajar mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan manusia. Di jenjang pendidikan belajar merupakan unsur yang
sangat fundamental.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2003: 23) belajar adalah suatu proses usaha atau kegiatan yang dilakukukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sejalan dengan pendapat
tersebut, Suyono (2011: 9) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan membentuk
kepribadian.
Hamalik (2004: 27) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Suatu proses tersebut merupakan
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Piaget (Dimyati, 2002: 13) mendefinisikan
belajar dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus
sebagai proses dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan
maka fungsi intelek semakin berkembang. Ahmad Susanto (2014: 1) menyatakan
12
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam bentuk membentuk dan
mengarahkan kepribadian manusia.
Apabila dicermati lebih lanjut, perubahan yang timbul akibat proses belajar
tidak hanya berwujud perubahan tingkah laku, melainkan mencakup aspek lain
seperti dalam segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang. Sesuai dengan
pendapat Winkel (Sudjana, 2009: 39) mengemukakan bahwa belajar adalah
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah usaha sadar
maupun tidak sadar yang diperoleh individu dari hasil interaksi dengan
lingkungannya untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Dengan adanya
interaksi tersebut, individu juga memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan yang sifatnya tetap, mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Dalam penelitian ini, belajar adalah
usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman,
dan penerapan yang sifatnya relatif tetap.
2. Ciri-ciri Belajar
Willian Burton (Hamalik, 2004: 31) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai
berikut:
a. Proses belajar melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
13
b. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan siswa.
c. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri.
d. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual di kalangan siswa-siswa.
e. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan
hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan siswa.
f. Proses belajar yang terbaik apabila siswa mengetahui kemajuan.
g. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikapsikap, apresiasi, dan keterampilan.
h. Hasil-hasil belajar diterima oleh siswa apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
i. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah.
Sedangkan ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2005: 15-16) antara lain:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari dan merasakan perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi akan berlangsung secara terus menerus serta
menyebabkan perubahan berikutnya yang akan berguna bagi proses kehidupan
selanjutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
14
Perubahan bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih
baik. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan semakin banyak dan baik
pula perubahan yang diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi dari proses belajar bersifat kekal atau permanen. Jadi
jika perubahan yang terjadi adalah tingkah laku maka akan bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku yang terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Maka perubahan tingkah laku benar-benar disadari dan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Individu yang belajar sesuatu akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh sebagai hasil dari perubahan.
Menurut Siregar (2011: 13) mengemukakan beberapa ciri-ciri belajar sebagai
berikut:
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
maupun nilai dan sikap sikap (afektif).
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau
dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
belajar adalah segala hal yang mencakup perubahan individu yang mengalami
proses belajar tersebut. Perubahan yang dialami secara keseluruhan memberikan
15
dampak baik untuk membangun tingkah laku individu. Perubahan tersebut akan
semakin mengalami kemajuan dan bersifat permanen.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka di dalam
melaksanakan proses belajar seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip
belajar. Prinsip-prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 42) adalah
sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
perhatian dan motivasi,
keaktifan,
keterlibatan langsung/ berpengalaman,
pengulangan,
tantangan,
balikan dan penguatan,
perbedaan individual.
Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007: 24) adalah sebagai berikut:
a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan
kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para
siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi.
d. Didalam
banyak hal belajar merupakan proses percobaan dan
conditioning atau pembiasaan.
e. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka
menentukan isi pelajaran.
f. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan.
g. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas
sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya
sendiri.
Prinsip belajar menurut Suprijono (2009: 4-5) adalah sebagai berikut:
a. Perubahan perilaku.
16
b. Belajar merupakan proses yang sistemik yang dinamis, konstruktif, dan
organik.
c. Belajar merupakan pengalaman yang pada dasarnya adalah hasil interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar
memiliki prinsip-prinsip sebagi berikut: (a) belajar memerlukan proses yang
bertahap, (b) belajar akan lebih efektif bila didorong dengan motivasi siswa yang
berpartisipasi aktif sehingga akan mencapai tujuan instruksional, dan (c) belajar
perlu ada interaksi.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada prisip-prinsip belajar
yaitu proses belajar dengan keterlibatan langsung secara interaksi, serta
memperoleh pengalaman dan kemudian akan mengakibatkan perubahan tingkah
laku dalam diri siswa.
4. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang
eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional atau disebut
instruksional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan.
Sementara itu Suprijono (2009: 5) mengemukakan tujuan belajar sebagai hasil
yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effects. Bentuknya
berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bersikap terbuka dan demokratis,
menerima orang lain, dan sebagainya.
Menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (Siregar, 2011: 11) menyebutkan
tujuan belajar berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan
17
penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan,
yaitu sebagai berikut:
a. Penerimaan (receiving): meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai,
menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima
sikap jujur.
b. Pemberian respons (responding): meliputi sikap ingin merespons terhadap
sistem, memberi respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya.
c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing): penilaian meliputi penerimaan
terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan
komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang
telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai
orang-orang yang bersikap jujur.
d. Pengorganisasian (organization): meliputi memilah dan menghimpun sistem
nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan
dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan
lain-lain.
e. Karakterisasi (characterization): karakteristik meliputi perilaku secara terus
menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya
karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang
jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai
orang yang bijaksana.
Sedangkan, menurut Gagne (Hasibuan, 2006: 5) tujuan belajar adalah:
18
a. Keterampilan intelektual yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
lingkungan.
b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti
seluas-luasnya, termasuk juga kemampuan memecahkan masalah.
c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain keterampilan
menulis, mengetik, menggunakan jangka, dll.
e. Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta tingkat emosional yang dimiliki
seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan tingkah laku
terhadap orang lain, barang atau kejadian.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
agar siswa mengalami perubahan tingkah laku yang bertahap secara permanen
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.
5. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan untuk acuan mengetahui seberapa jauh
seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Kita dapat mengetahui
keberhasilan sebuah proses belajar dengan melihat hasil belajar siswa. Sudjana
(2009: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto
(2010: 45) hasil belajar adalah perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan
tujuan pengajaran.
Susanto (2014: 1) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan sikap yang
19
diperoleh
siswa
selama
berlangsungnya
proses
pembelajaran.
Menurut
Aunurrahman (2013: 37) hasil belajar kebanyakan ditandai dengan perubahan
tingkah laku yang dapat diamati (observable).
Menurut Susanto (2014: 1) hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu (a) pengetahuan dan pengertian (kognitif), (b) keterampilan dan
kebiasaan (skill), dan (c) sikap dan cita-cita (afektif). Sejalan dengan Howard
Kingsley (Sudjana, 2009: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan
cita-cita.
Sejalan dengan pendapat tersebut Bloom (Sudjana. 2005: 22) menekankan
bahwa secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah, yaitu
sebagai berikut :
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan pada sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotorik, yakni gerakan refleks,
20
keterampilan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Bloom (Aunurrahman, 2013: 49) juga berpendapat ranah kognitif mencakup
enam jenis tingkatan perilaku, yaitu :
a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah
dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap makna hal-hal yang
dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam
kemampuan menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak
di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil
karangan.
Berdasarkan pada definisi beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan dalam diri siswa yang diperoleh setelah melalui
proses belajar dan pengalaman belajarnya. Perubahan tersebut meliputi aspek
21
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Namun pada penelitian ini peneliti membatasi permasalahan hasil belajar hanya
pada ranah kognitif dan afektif saja. Hal ini dikarenakan bahwa dari ketiga ranah,
ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan ranah
afektif disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diteliti.
6. Hasil Belajar Kognitif
Ranah kognitif paling banyak dinilai oleh para giri di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Menurut Sudjana (2005: 23-28) ranah kognitif mencakup enam tipe hasil belajar
yaitu sebagai berikut:
a. Tipe hasil belajar : Pengatahuan
Tipe hasil belajar pengetahuan mencakup pengetahuan faktual di samping
pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah,
pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi
proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat
dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep
lainnya. Tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek
pengetahuan adalah tipe melengkapi, isian, dan benar salah karena siswa hanya
dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak.
b. Tipe hasil belajar : Pemahaman
22
Pemahaman menuntut siswa menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri sesuai yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain yang telah
dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman
setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan, namun untuk dapat memahami, perlu
terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda
dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.
c. Tipe hasil belajar : Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi
khusus. Abstraksi disebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Abstraksi dapat berupa prinsip dan generalisasi. Prinsip merupakan abstraksi
suatu proses atau suatu hubungan mengenai kebenaran dasar atau hukum umum
yang berlaku di bidang ilmu tertentu. Sedangkan generalisasi merupakan
rangkuman sejumlah informasi atau rangkuman sejumlah hal khusus yang dapat
dikenakan pada hal khusus yang baru.
d. Tipe hasil belajar : Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis
diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat
memilahkan integritas menjadi bagian-bagian terpadu. Apabila analisis sudah
berkembang pada seseorang maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi
baru secara kreatif.
e. Tipe hasil belajar : Sintesis
23
Berpikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir
aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang
satu tingkat lebih rendah daripada divergen. Berpikir sintesis adalah berpikir
divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat
dipastikan. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan
kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraknya atau operasionalnya.
f. Tipe hasil belajar : Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dll.
Dalam tes esai, standar atau criteria tersebut muncul dalam bentuk frase “menurut
pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Mengembangkan kemampuan
evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu
memberikan
evaluasi
tentang
kebijakan
mengenai
kesempatan
belajar,
kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta tanggung jawabnya
sebagai
warga negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi
dilandasi
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.
Berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson (2015: 40) dimensi
proses kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya
kemampuan
mengingat,
memahami,
mengaplikasikan,
menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Berikut ini tabel keenam tingkatan ranah kognitif.
Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson
Tingkatan Kognitif
Keterangan
Mengingat (C1)
Menghafal, mengingat kembali
Memahami (C2)
Menjelaskan pengetahuan yang diperoleh
dengan kata-kata sendiri
24
Mengaplikasikan (C3)
Kemampuan menentukan tindakan atau
keputusan tertentu dalam menghadapi situasi
baru
Menganalisis (C4)
Memecah bahan ke dalam unsur-unsur pokok
dan menentukan hubungan satu sama lain
Mengevaluasi (C5)
Membuat pertimbangan berdasarkan criteria
tertentu
Mencipta (C6)
Membuat produk baru dengan struktur yang
belum pernah ada sebelumnya
(Sumber: Anderson dan Karthwohl, 2015: 40)
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yaitu skor yang diperoleh dari tes
yang telah dirancang sesuai dengan materi yang dipelajari siswa setelah siswa
tersebut. Pada penelitian ini tingkatan kognitif difokuskan pada mengingat atau
mengetahui (C1), memahami (C2), dan mengaplikasi (C3) karena ketiga aspek
tersebut dianggap sesuai dengan usia anak sekolah dasar.
7. Hasil Belajar Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Biasanya ranah afektif
kurang diperhatikan oleh guru bila seseorang sudah mempunyai penguasaan ranah
kognitif yang tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
Menurut Sudjana (2005: 30) ada beberapa jenis kategori ranah afektif
sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat sederhana sampai tingkat
kompleks yaitu sebagai berikut:
25
a. Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,
gejala, dll.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang.
c. Valuing atau penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus. Di evaluasi ini termasuk di dalamnya menerima kesediaan
menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, latar
belakang, atau pengalaman.
d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya.
e. Karateristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Maisa (Widoyoko, 2016: 5253) dibedakan menjadi lima jenjang, dari jenjang yang dasar atau sederhana
sampai jenjang yang kompleks, yaitu:
a. Receiving/attending (menerima/memperhatikan)
Receiving/attending merupakan kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya baik dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya
26
adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol, dan
menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Pengertian
lainnya adalah sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu
objek. Pada jenjang ini siswa memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu
fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku dan
sebagainya.
b. Responding (menanggapi)
Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Hasil belajar
ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respon,
atau kepuasaan dalam memberi respon.
c. Valuing (menilai/menghargai)
Valuing artiya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap
suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dalam proses belajar
mengajar, siswa tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka
telah berkemampuan menilai konsep atau fenomena yaitu baik atau buruk.
d. Organization (mengatur/mengorganisasikan)
Organization berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk
nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Pada tingkat ini,
nilai satu dengan lainnya saling dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan
memulai membangun sistem internal yang konsisten.
27
e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai
atau kompleks nilai).
Characterization by evalue or calue complex merupakan keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati
tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai.
Menurut Majid (2014: 126) membagi penetapan indikator pencapaian hasil
belajar ranah afektif sebagai berikut:
Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif
Ranah
Level Kecakapan
Indikator Kecakapan
Afektif Receiving (Penerimaan) Mempercayai (sesuatu atau seseorang
untuk diikuti), memilih (seseorang ataus
sesuatu untuk diikuti), mengikuti, bertanya
(untuk diikuti), dan mengalokasikan.
Responding
Mengkonfirmasi,
memberi
jawaban,
(Tanggapan)
membaca
(pesan-pesan),
membantu,
melaksanakan,
melaporkan,
dan
menampilkan.
Valuing
(Penanaman Menginisiasi, mengundang (orang untuk
nilai)
terlibat), terlibat, mengusulkan dan
melakukan.
Organization
Memverifikasi nilai-nilai, menetapkan
(Pengorganisasian nilai- beberapa pilihan nilai, menyintesiskan
nilai)
(antarnilai), mengintegrasikan (antarnilai),
menghubungkan (antarnilai)
Characterization
Menggunakan
nilai-nilai
sebagai
(Karakterisasai
pandangan
hidup
(world
view),
kehidupan)
mempertahankan nilai-nilai yang sudah
diyakini.
(Sumber: Majid, 2014: 126)
Sejalan dengan pendapat diatas, Kunandar (2014: 116) menyatakan ciri-ciri
hasil belajar ranah afektif adalah sebagai berikut:
28
Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif)
No Tingkatan Hasil Belajar
Ciri-ciri
1
Receiving (Penerimaan) 1. Aktif menerima dan sensitive (tanggap)
dalam menghadapi gejala-gejala (fenomena)
2. Siswa sadar tetapi sikap pasif terhadap
stimulus
3. Siswa sedia menerima, pasif terhadap
fenomena tetapi sikapnya mulai aktif
4. Siswa mulai selektif, artinya sudah aktif
melihat dan memilih
2
Responding
1. Bersedia menerima, menanggapi dan aktif
(Tanggapan)
menyeleksi reaksi
2. Mengikuti sugesti dan patuh
3. Bersedia menanggapi atau merespons
4. Merasa puas dalam menanggapi
3
Valuing
(Penanaman 1. Sudah mulai menyusun atau memberikan
nilai)
persepsi tentang objek atau fenomena.
2. Menerima nilai (percaya)
3. Memilih nilai atau seleksi nilai
4. Memiliki ikatan batin (memiliki keyakinan
terhadap nilai)
4
Organization
1. Pemilikan sistem nilai
(Pengorganisasian nilai- 2. Aktif mengonsepsikan nilai dlam dirinya
nilai)
3. Mengorganisasikan
5
Characterization
1. Menyusun berbagai macam system nilai
(Karakterisasai
menjadi yang mapan dalam dirinya
kehidupan)
2. Terapan dan pemilikan system nilai
3. Karakteristik pribadi atau internalisasi nilai
(nilai sudah menjadi bagian yang melekat
dalam pribadinya)
(Sumber: Kunandar, 2014: 116)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif dibedakan
menjadi lima jenjang dari jenjang yang dasar sampai jenjang yang kompleks,
yaitu: (1) receiving/attending, (2) responding, (3) valuing, (4) organization, dan
(5) characteristization by evalue or calue complex. Dalam penelitian ini penilaian
utama difokuskan pada tingkat ketiga, karena sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator
yang
tercantum
dalam
silabus.
Pembelajaran
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan pada sikap siswa di dalam belajar
29
secara berkelompok. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan akhir
proses pembelajaran IPS di kelas IV setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar
Menurut Gestlat (Susanto, 2016: 12) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
hal, yang pertama siswa itu sendiri, dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah
laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun
rohani. Yang kedua lingkungan yaitu sarana prasarana, kompetensi guru,
kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan dan
keluarga.
Wasliman (Susanto, 2016: 12) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Secara terperinci uraian mengenai faktor internal dan
eksternal sebagai berikut :
a. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam
diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi
hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Slameto (2003: 54) menggolongkan faktor-faktor yang mem pengaruhi
belajar menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor intern
30
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar.
Faktor tersebut berpengaruh terhadap belajar individu dan faktor tersebut dibagi
menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak lepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari
dalam dan luar diri siswa. Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada faktor
intern.
B. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS merupakan kepanjangan dari Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu ilmu yang
hakikatnya mempelajari tentang kehidupan, gejala sosial dan masalah sosial
manusia di masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Jarolimek (1977: 4), dengan
menyatakan:
“The social sciences have traditionally been regarded as the parent
disciplines of the social studies. But more fundamentally, social studies
education concerns it self with human beings, those most fascinating of all
creatures who, in a variety of ingenious ways, can devise means of meeting
their basic needs and developing a social system in wide range of different
environments. Learning about people, how and where they live, how they
form and structure societies, how they govern them selves and provide for
their material and psychological needs, how and why they love and hate
each other, how they use and misuse the resources of the planet that is
their home”
31
Ungkapan diatas menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan sosial asal usulnya
dari ilmu sosial yang sebagai induk. Konsep-konsep yang ada di ilmu
pengetahuan sosial mengambil dari konsep ilmu sosial. Istilah ilmu pengetahuan
sosial merupakan nama mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan
menengah.
Menurut Susanto (2016: 138), hakikat IPS adalah untuk mengembangkan
konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan
siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS bagi siswa yang diharapkan
dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa
dan negaranya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat ilmu pengetahuan
sosial adalah perpaduan ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan
yang mengkaji manusia dengan sekelilingnya yang berfungsi mengembangkan
kemampuan berpikir serta keterampilan siswa dalam hubungannya sebagai
makhluk individu dan sosial. IPS SD mempelajari hubungan manusia dengan
lingkungan sosial.
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan pendidikan IPS menurut kurikulum tahun 2006 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungan.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
32
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Sejalan dengan pendapat diatas, Hasan (Susanto, 2014:31) menyatakan
bahwa tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial dikelompokkan dalam tiga
kategori,
yaitu:
(a)
pengembangan
kemampuan
intelektual
siswa,
(b)
pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakata dan bangsa, serta (c) pengembangan diri siswa sebagai individu.
Menurut Hidayati (2002: 22) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan
mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih siswa untuk
menempatkan dirinya dalam masyarakat demokratis.
Hamid Hasan (Susanto, 2016: 147) membagi tujuan pendidikan ilmu sosial
dalam tiga kategori yaitu, sebagai berikut :
a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada
pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa
dan kepentingan ilmu. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam berfikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan proses dalam
mencari informasi, mengelola informasi, dan mengkomunikasikan hasil
temuan.
b. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan
kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan social. Tujuannya
mengembangkan kemampuan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat
dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia.
33
c. Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi
siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya
berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi
anutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan
pribadinya.
Dari beberapa tujuan pembelajaran IPS diatas dapat disederhanakan bahwa
tujuan pelajaran IPS agar siswa mempunyai kemampuan mengenal konsep yang
berkaitan
dengan
kehidupan
masyarakat
dan
lingkungannya,
memiliki
kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, memecahkan persoalan dalam
kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan
kemanusiaan serta memiliki interaksi dan bekerjasama di masyarakat.
3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Susanto (2016: 149) ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu:
a. Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Menurut Sapriya (2009: 48-54) dalam pengajaran IPS secara komprehensif
mencakup tiga dimensi, meliputi:
34
a. Dimensi pengetahuan yang mencakup fakta, konsep dan generalisasi yang
harus dipahami siswa. Artinya dimensi pengetahuan dalam IPS merupakan
peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat.
b. Dimensi keterampilan yang meliputi keterampilan meneliti, berfikir, partisipasi
sosial, dan komunikasi. Semua keterampilan dalam pembelajaran IPS sangat
diperlukan dan akan memberikan kontribusi positif.
c. Dimensi nilai dan sikap, yaitu seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku
yang telat ada dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berfikir atau bertindak.
Menurut Gunawan (2011: 39), ruang lingkup mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS
adalah hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala
tingkah laku dan kebutuhannya. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa
yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks
sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan
dengan masyarakat, gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan
masyarakat.
35
C. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT)
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif dari bahasa Inggris cooperate yang artinya bekerja bersamasama. Kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada pembelajaraan yang berkelompok.
Chaplin (Suprijono, 2009: 75) mendefinisikan kelompok sebagai:
“a collection of individuals who have some characteristic in common
or who are pursuing a common goal. Two or more persons who interact
in any way constitute a group. Is not necessary, however, for the
members of a group to interact directly or in to face manner”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok dapat
terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak orang yang saling
berinteraksi, saling memengaruhi satu dengan yang lain. Dengan adanya belajar
secara kelompok maka akan menimbulkan interaksi sehingga siswa memperoleh
keterampilan yang dibutuhkan serta mampu menerapkan isi pengetahuan.
Menurut Slavin (2008: 8) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di
mana para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat
orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sejalan dengan
pendapat diatas, Susanto (2014: 201) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Hamruni (2009: 160) pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan
36
dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sedangkan
menurut Isjoni (2009: 20) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai
satu pendekatan mengajar dimana siswa-siswa bekerja sama di antara satu sama
lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau
kelompok yang diberikan guru. Situmorang (2004: 66) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar
siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas dan tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar yang dilakukan dengan
menerapkan kerja sama dan membentuk kelmpok-kelompok kecil beranggotakan
3 sampai 5 orang siswa dalam satu kelompok sehingga mereka dapat belajar satu
tim dengan bekerja sama untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim (Susanto, 2014: 206-207) terdapat tiga tujuan instruksional
penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Hasil belajar akademik
Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan hasil belajar siswa akan lebih
meningkat. Karena dengan model pembelajaran kooperatif siswa akan terhindar
dari rasa jenuh serta terbangkitnya motivasi belajar yang baru.
b. Penerimaan terhadap perbedaan
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas social, kemampuuan, dan ketidakmampuan.
37
c. Pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki oleh
siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Ada beberapa manfaat model kooperatif yang dikemukakan Rusman (Huda,
2015: 200) antara lain:
a. Memupuk anak untuk berani mengeluarkan pendapat tentang sesuatu persoalan
secara bebas.
b. Supaya anak berpikir sendiri, tidak hanya menerima pelajaran dari guru.
c. Memupuk perasaan toleran, memberi kesempatan dan menghargai pendapat
orang lain.
d. Melatih anak-anak untuk menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Selain itu Rusman (Huda, 2015: 201) juga mengemukakan beberapa tujuan
model kooperatif antara lain:
a. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan
mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuan.
c. Mempertinggi rasa tanggungjawab untuk melaksanakan keputusan diskusi.
d. Membina sikap hati-hati terhadap pendirian sendiri.
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan Johnson (Lie, 2008: 31-35) ada lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
38
Saling ketergantungan yang positif artinya setiap anggota harus menyadari
bahwa keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan bagi yang lain atau
sebaliknya kegagalan akan menimbulkan kegagalan bagi kelompoknya. Jadi,
keberhasilan setiap kelompok akan sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya. Dengan demikian, di antara sesama anggota saling membantu dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
Adanya ketergantungan positif dalam pembelajaran kooperatif akan
memotivasi
siswa
untuk
mempertanggungjawabkan
hasil
kerja
kepada
kelompoknya, sehingga dalam pembelajaran kooperatif para siswa dituntut untuk
memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif. Karena tujuan utama dalam
pembelajaran kooperatif ini bukan hanya dapat diselesaikannya tugas yang
diberikan oada kelompok, tetapi siswa diharapkan dapat saling membelajarkan di
antara anggota kelompoknya.
c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Di dalam kelompok pasti memiliki latar belakang, keluarga, dan sosial
ekonomi yang berbeda. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses
bertukar pikiran dalam memecahkan masalah. Para anggota kelompok diberi
kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan
tatap muka dan interaksi pribadi sehingga terjalin hubungan yang akrab. Dengan
demikian maka di antara anggota kelompok dapat saling menghargai perbedaan,
saling memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota,
39
hal itu akan berakibar hasil yang dicapai akan jauh lebih baik bila dikerjakan
sendiri.
d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication)
Di pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk memiliki kemampuan
berinteraksi dengan temannya sehingga sebelum menugaskan sisswa dalam
kelompok, siswa perlu dibekali bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Karena
tidak setiap siswa mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara.
Walaupun memerlukan waktu yang panjang tapi proses ini bermanfaat bagi siswa
untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan mental serta emosional
siswa.
e. Evaluasi proses kelompok
Untuk
melaksanakan
evaluasi
proses
kelompok,
guru
hendaknya
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok
namun bisa diadakan selang beebrapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat
dalam pembelajara kelompok. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang
kegiatan mereka selama proses pembelajaran. Informasi itu meliputi: a) tujuan
yang dicapai oleh kelompok; b) bagaimana mereka melakukan kerjasama saling
membantu dengan teman dalam satu kelompok; c) bagaimana mereka bersikap
dan bertingkah laku positif agar baik setiap siswa maupun kelompok menjadi
berhasil dan kebutuhan apa saja yang haru dilengkapi agar tugas selanjutnya dapat
dilakukan dengan lebih baik. Di dalam evaluasi, guru berserta siswa dapat menilai
40
kelompok mana yang paling baik. Pemberian reward dan pujian perlu diberikan
untuk menambah semangat serta motivasi berprestasi kelompok.
Rofiq (2010: 6-7) menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran
kooperatif, yakni sebagai berikut:
a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependence)
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas
dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci
keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun
tugas.
c. Interaktif Tatap Muka (Face to Face Interaction)
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa orang akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu orang saja.
Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil
masing-masing anggota.
41
Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga akan berimplikasi pada
kecerdasan interpersonal antar sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses ini
bisa dipresentasikan dengan kerja kelompok atau pembentukan kelompok kecil
untuk mencapai tujuan pembelajaran umum atau pendidikan agama Islam pada
khususnya.
d. Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication)
Yang dimaksud dengan ketrampilan sosial adalah ketrampilan dalam
berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan
pendapat mereka. Adakalanya pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit
mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara
menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang
tersebut.
e. Evaluasi proses kelompok (Group Debrieving)
Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok,
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali
pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memunculkan
kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri
(self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill).
Berdasarkan uraian diatas,
dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur
pembelajaran kooperatif meliputi lima unsur yakni, (a) saling ketergantungan
positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) interaksi tatap muka, (d) partisipasi
42
dan komunikasi, dan (e) evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut saling
terkait satu sama lain yang dapat membawa pembelajaran kooperatif
mengkontruksi pengetahuan.
4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan sikap toleransi,
kerjasama, keterampilan sosial serta menerima keberagaman. Untuk dapat
mencapai hasil belajar yang optimal, diharapkan siswa memiliki tanggung jawab
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu agar proses pembelajaran
kooperatif berjalan dengan lancar maka terdapat fase-fase atau tahapan yang harus
ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran.
Menurut Suprijono (2009: 65-66) sintak model pembelajaran kooperatif
terdiri dari 6 fase, yaitu sebagai berikut:
Tabel 5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase
Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik siap
mempersiapkan peserta didik
belajar
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Fase 3. Organize students into
learning
Mengorganisir peserta didik kedalam
tim-tim belajar
Fase 4. Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5. Test on materials
Mengevaluasi
Mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
43
Fase 6. Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
(Sumber: Suprijono, 2009: 84)
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini
penting dilakukan karena siswa perlu memajami prosedur dan aturan dalam proses
pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, karena informasi
merupakan isi akademik. Fase ketiga, sering terjadi kekacauan pada fase ini, oleh
karena itu guru harus menjelaskan pentingnya kerjasama dalam kelompok dan
mencapai tujuan menyelesaikan tugas. Fase keempat, guru mendampingi
kelompok, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang
dialokasikan. Pada fase ini guru lebih memberikan arahan dan petunjuk kepada
siswa. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan konsisten sesuai tujuan
pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur penghargaan yang akan
diberikan kepada siswa.
5. Tipe-tipe pembelajaran Kooperatif
Slavin (2008 : 11-16) menyebutkan berbagai tipe dalam pembelajaran
kooperatif. Tipe-tipe tersebut yaitu:
a. STAD ( Student Team-Achievement Division)
b. Teams Games Tournament (TGT)
c. Jigsaw II
d. TAI ( Team Accelerated Instruction)
e. CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)
f. GI (Group Investigasi/ penyelidikan kelompok)
44
g. Co-op Co-op
h. NHT (Numbered Head Together)
Sejalan dengan Susanto (2014: 226-249)
pembelajaran kooperatif
ada
beberapa tipe, yaitu sebagai berikut:
a. NHT (Numbered Head Together)
b. Teams Games Tournament (TGT)
c. Investigasi Kelompok
d. STAD (Student Team-Achievement Division)
e. CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)
f. Jigsaw
g. TAI (Team Accelerated Instruction)
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa tipe model pembelajaran
kooperatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Alasan peneliti
menggunakan model pembelajaran tipe TGT karena siswa SD kelas IV berada
pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial. Jadi anak akan merasa senang
dan nyaman jika proses pembelajarannya di variasikan dengan bermain. Dengan
membuat siswa nyaman disaat pembelajaran pasti kreativitas dan pemikiran siswa
akan muncul. Selain itu di pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa bekerja
sama dengan temannya untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memahami
pembelajaran dengan bertukar pikiran agar dapat membuat hasil belajar optimal.
45
6. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
adalah
salah
satu
tipe
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa sebagai tutor sebaya tanpa harus ada perbedaan status, tipe ini mengandung
unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Tipe ini dikembangkan secara
asli oleh de Vries dan Edward tahun 1995.
Slavin (2008: 163-167) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menggunakan permainan akademik. Menurut Jumanta (2016: 122)
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan serta penguatan.
Menurut Susanto (2014: 233), pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan yang berbeda. Sejalan dengan pendapat Miftahul Huda
(2015: 117) mendefinisikan bahwa TGT adalah pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi yang akan memiliki komposisi anggota
yang comparable.
Asma (2006: 54) mendefinisikan TGT adalah suatu pembelajaran yang
didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa, setelah itu siswa berdiskusi
46
dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah dan kemudian bertanding di
meja turnamen untuk membandingkan kemampuannya dengan kelompok lain.
Menurut Sudarti (2015: 179) aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT)
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Dari beberapa pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah
satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dimana pelaksanaannya siswa
ditempatkan pada kelompok/tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang berbeda
dari kemampuan, dan latarbelakangnya. Dengan menggabungkan antara belajar
dengan permainan sehingga membuat siswa akan tergugah dan nyaman dalam
pembelajaran.
7. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT)
Slavin (2008:143-167) berpendapat bahwa ada komponen utama yang
dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) yaitu sebagai berikut:
a. Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi
yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
47
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Belajar Kelompok (Tim)
Biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game.
c. Game
Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang relevan
dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh
mewakili masing-masing kelompok.
d. Turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya
dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru
memberikan materi dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.
e. Rekognisi Tim
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa
hadiah atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar
sehingga mencapai kriteria yang disepakati. Keberhasilan suatu kelompok
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Dalam TGT ada tiga
tingkatan penghargaan yang didasarkan pada skor rata-rata tim.
48
Tabel 6. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata tim)
Penghargaan
40
Tim Baik
45
Tim Sangat Baik
50
Tim Super
(Sumber: Slavin, 2008: 175)
Ciri khas TGT dalam prakteknya lebih ditekankan dengan penggunaan game
akademik yang mengakulturasikan antara belajar kelompok dengan kompetisi
kelompok. TGT terdiri dari lima tahapan yaitu presentasi kelas, tim/kelompok,
game, turnamen dan rekognisi tim. Nilai yang diperoleh dari game akan
menentukan skor kelompok mereka masing-masing.
8. Langkah-langkah
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Teams
Games
Tournament (TGT)
Warsono
(2013:
198)
menjelaskan
bahwa
langkah-langkah
untuk
menggunakan TGT adalah sebagai berikut:
a. Permainan dilakukan menggunakan meja-meja, setiap meja terdiri dari 3 orang
siswa mewakili tim yang berbeda. Permainan terdiri dari sejumlah pertanyaan
yang dirancang guru untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang
materi tertentu. Permainan berupa kartu-kartu soal yang diberi nomor, setiap
perwakilan tim mengambil kartu soal tersebut dan berusaha menjawabnya.
b. Turnamen merupakan struktur terkait pelaksanaan permainan tersebut. Untuk
turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang bertanding pada meja
permainan. Guru juga menetapkan tiga siswa peringkat atas dari setiap tim
untuk duduk di meja 2 dan seterusnya. Dengan demikian, setiap meja akan diisi
oleh siswa yang kompetensinya seimbang.
49
c. Pada pertemuan selanjutnya siswa boleh berpindah meja tergantung pada
kinerjanya pada turnamen minggu pertama tersebut. Pada prinsipnya pemenang
dari setiap meja naik ke meja yang lebih tinggi berikutnya.
d. Skor tim dihitung berdasarkan seluruh skor anggota tim.
Langkah-langkah pembelajaran TGT menurut Slavin (2008: 163-165)
adalah sebagai berikut:
a. Class Presentation/presentasi kelas
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, dan menyajikan informasi/materi melalui demonstrasi/bahan
bacaan. Selanjutnya diumumkan kepada semua siswa bahwa akan melaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa diminta memindahkan bangku untuk
membentuk meja tim. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi secara
garis besarnya saja, biasanya dilakukan dengan cara pengajaran secara langsung
atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Dalam presentasi kelas,
siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan
oleh guru, karena akan membantu siswa dalam kerja kelompok dan pada saat
permainan Karena skor permainan akan menentukan skor kelompok.
b. Teams/pengelompokan
Tim terdiri dari 4 atau lima siswa heterogten yang mewakili seluruh bagian
kelas dalam hal kemampuan akademisnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut. Siswa beranggotakan 4 sampai 5 siswa yang merupakan campuran
menurut tingkat kemampuan. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa
bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
50
menguasai pelajaran tersebut. Dan yang paling penting pada tahap ini, siswa
saling berdiskusi, bertukar pikiran dalam hal pemahaman/ beda pendapat.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang
dirancang untuk menguji pengatahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi
kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game atau permainan terdiri atas pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh saat
presentasi kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaanpertanyaan
sederhana
yang
diberi
nomor
Guru
mengarahkan
aturan
permainannya. Permainan dimainkan di atas meja dengan 4 sampai 5 orang siswa,
yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa
nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa
mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai dengan
nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang
memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Kegiatan
dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 4 sampai 5 orang
siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen
diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen
yang ditetapkan. Setelah lengkap kegiatan turnamen dapat dimulai.
51
Pembaca
1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan
nomor tersebut pada lembar permainan.
2. Bacalah pertanyaan dengan keras.
3. Cobalah untuk menjawab.
Penantang II
Boleh menantang jika penantang I
melewati, dan jika dia memang mau.
Apabila semua penantang sudah
menantang atau melewati, penantang
II memeriksa lembar jawaban. Siapa
pun yang jawabannya benar berhak
menyimpan kartunya. Jika si
pembaca salah, tidak ada sanksi,
tetapi jika kedua penantangnya yang
salah,
maka
dia
harus
mengembalikan kartu yang telah
dimenangkannya ke dalam kotak,
jika ada.
Penantang I
Menantang jika memang dia
mau (dan memberikan
jawaban berbeda) atau
boleh melewatinya
Gambar 1. Putaran Permainan (Slavin, 2008: 173)
e. Pada akhir putaran pemenang mendapat satu kartu bernomor, penantang yang
kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada namun jiika pembaca
kalah tidak diberi hukuman. Setelah selesai turnamen tentukanlah skor tim dan
persiapkan sertifikat tim untuk member rekognisi kepada tim peraih skor
tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin
turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu pindahkan poin-poin
turnamen dari setiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masingmasing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah
anggota tim yang bersangkutan.
52
Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen (Slavin, 2008: 168)
Tabel 7. Poin-Poin Turnamen Permainan Empat Pemain
Pemain
Tidak
ada yang
seri
Seri nilai
tertinggi
Seri
nilai
tengah
Seri nilai
rendah
Seri nilai
tertinggi
3-macam
Seri nilai
terendah
3-macam
Seri 4
macam
Peraih skor
tertinggi
Peraih skor
Tengah atas
Peraih skor
Tengah
bawah
Peraih skor
terendah
60 poin
50
60
60
50
60
40
Seri nilai
tetinggi
dan
terendah
50
40 poin
50
40
40
50
50
40
50
30 poin
30
40
30
50
50
40
30
20 poin
20
20
30
20
30
40
30
Tabel 8. Poin-poin Turnamen Permainan Tiga Pemain
Pemain
Peraih skor
tertinggi
Peraih skor
tengah
Peraih skor
rendah
Tidak ada yang seri
60 poin
Seri nilai tertinggi
50
Seri nilai terendah
60
Seri 3-macam
40
40 poin
50
30
40
20 poin
20
30
40
Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain
Pemain
Tidak Seri
Seri
Peraih Skor Tertinggi
60 poin
40
Peraih skor terendah
20 poin
40
53
Untuk turnamen pertama, guna menempatkan siswa
pada “tournaments
table” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap
kelompok pada meja 1, siswa berkemampuan sedang meja 2 dan 3, kemudian
siswa berkemampuan rendah pada meja 4.
Setelah turnamen selesai dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan
kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang meja
tertinggi (meja 1). Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat
ke meja yang lebih tinggi tingkatannya dan siswa yang mendapat skor terendah
pada setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya (meja 4).
Sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap-tiap meja akan berpindah ke meja
yang lebih rendah di bawahnya, maka mereka akan berusaha untuk berpindah lagi
ke meja yang lebih ke meja yang lebih tinggi. Pada akhirnya mereka akan
mengalami kenaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja
yang sesuai pada kinerja mereka.
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe TGT sebagai berikut.
a. Penyajian kelas (Class Presentation)
Penyajian kelas di dalam pembelajaran tipe TGT tidak berbeda dengan
pengajaran biasa oleh guru, hanya saja pengajaran lebih difokuskan pada materi
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
b. Kelompok (Teams)
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok setiap kelompok dibagi menjadi
4-5 siswa yang heterogen dalam hal kemampuan akademik. Dengan model yang
54
mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan intelegensi siswa
yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai nilai secara merata.
c. Permainan (Games)
Guru memberitahukan kepada siswa bahwa akan dilaksanakan pembelajaran
dengan mengunaakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa akan
memindahkan posisi meja dan kursi. Pertanyaan dalam game disusun dan
dirancang dari materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh
mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang
diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu
tersebut. Setelah permainan selesai, siswa bersama guru membahas jawaban dari
kartu pertanyaan.
d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments)
Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 3-4
siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen
diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen
yang ditetapkan. Guna menempatkan siswa pada “tournaments table” dengan
pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap kelompok pada
meja 1, siswa berkemampuan sedang meja 2 dan 3, kemudian siswa
berkemampuan rendah pada meja 4. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai
kegiatan turnamen. Satu siswa dalam kelompok pertama mengambil satu kartu
bernomor, jika pada kelompok tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan pada
kartu, maka penantang yang kalah mengembalikan kartunya bila sudah ada
55
namun jika pembaca kalah tidak diberi hukuman, dan kartu dapat diberikan
kepada kelompok lain yang dapat menjawab pertanyaan, begitu juga seterusnya
sampai kertu pertanyaan habis terjawab.
Setelah selesai turnamen dan dilakukan penilaian, guru melakukan
pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang
meja tertinggi (meja 1). Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu
tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatanya dan siswa mendapat skor terendah
pada setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya (meja 4).
Sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap-tiap meja akan berpindah ke meja
yang lebih rendah di bawahnya, maka mereka akan berusaha untuk berpindah lagi
ke meja yang lebih tinggi. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau
penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai pada kinerja
mereka.
e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition)
Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan kartu, misalkan pada meja
turnamen terdiri dari 3 siswa yang tidak seri, peraih nilai tertinggo mendapat nilai
tertinggi dan dapat skor 50, kedua 30, dan ketiga 20. Kemudian penghargaan
berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama
belajar diberikan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi dan mencapai
kriteria yang telah disepakati bersama.
56
9. Kelebihan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Teams
Games
Tournament (TGT)
Menurut Istiqomah (2006: 100)
yang merupakan kelebihan dari
pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain:
a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas yang diberikan
b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
f. Motivasi belajar lebih tinggi.
g. Hasil belajar lebih baik.
h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen
dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu
yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai
kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
57
tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
yang lain.
D. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Setiap manusia dilahirkan dengan karakteristik dan ciri khasnya masingmasing. Karakteristik tersebut terbentuk melalui beberapa tahap perkembangan
yang individu jalani mulai dari tahap usia dini. Tahap perkembangan yang dilalui
manusia
menyangkut
perkembangan
perkembangan
kejiwaannya.
Menurut
kognitif,
Piaget
perkembangan
(Susanto,
fisik,
2014:
dan
76-78)
perkembangan kognitif anak dapat dibedakan menjadi beberapa tahap sesuai
dengan usianya, yaitu:
a. Tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum memasuki
usia sekolah.
b. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema
kognitifnya masih terbatas. Anak gemar meniru perilaku orang lain. Anak
mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula
mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.
c. Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada rentangan usia ini anak
sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi dan mempunyai
kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda
yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, anak sudah mampu berpikir sistematis
mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret.
58
d. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), anak sudah menginjak usia
remaja, perkembangan kognitif anak pada tahap ini telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara stimulan
(serentak) maupun berurutan. Anak mulai mampu berpikir memecahkan
masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan
lingkungan yang dia respon.
Berdasarkan pendapat Piaget, perkembangan kognisi pada anak usia sekolah
dasar untuk kelas tinggi termasuk kelas IV berada pada tahap operasional konkret,
anak dapat berpikir secara sistematis, dapat menduga apa yang akan terjadi, serta
dapat menyelesaikan masalah secara sekaligus.
Menurut Samatowa (2006: 8) ciri-ciri anak pada masa kelas tinggi adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
Ingin tahu dan ingin belajar.
Minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus.
Membutuhkan guru atau orang-orang di sekelilingnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
e. Memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
f. Gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya.
g. Peran manusia idola sangat penting.
Selain itu, menurut Asy’ari (2006: 38) pada masa kelas tinggi umumnya
anak memiliki sifat:
a.
b.
c.
d.
Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.
Senang bermain atau suasana yang menggembirakan.
Mengekplorasi situasi sehingga anak suka mencoba-coba hal yang baru.
Memiliki dorongan kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami
kegagalan.
e. Akan belajar efektif apabila merasa senang dengan situasi yang ada.
f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengerjakan sesuatu pada
temannya.
59
Cara berpikir anak sekolah dasar bergerak dari konkret menuju ke abstrak.
Pada tahap tersebut siswa sudah mampu berpikir secara sistematis mengenai
benda-benda serta peristiwa-peristiwa konkret. Selain karakteristik di atas, pada
masa usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) terlihat pula karakteristik pertumbuhan
kejiwaan pada anak. Menurut Suharjo (2006: 37) karakteristiknya adalah sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat.
b. Kehidupan sosial mulai beraneka ragam yaitu dalam hal kerjasama,
bersaing dan kelompok sebaya.
c. Semakin menyadari selain mempunyai keingian dan perasaan tertentu
juga mempunyai minat dalam hal tertentu.
d. Kemampuan berpikir masih dalam tahap persepsional.
e. Tidak membedakan jenis dalam bergaul, bekerja sama dan berkegiatan.
f. Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat.
Melihat beberapa pendapat yang di uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
siswa Sekolah Dasar memiliki banyak karakteristik yang beragam. Sebagai
seorang guru penting sekali untuk dapat mengetahui dan memahami karakteristik
siswanya. Terutama dalam pemilihan model pembelajaran harus memperhatikan
kebutuhan siswa serta karakteristik masing-masing siswa. Dengan memahami dan
menghargai
karakteristik
siswanya,
seorang
guru
diharapkan
dapat
mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimiliki siswa. Pembelajaran
kooperatif tipe TGT cocok dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu sedang
berada pada periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Sebagaimana ciricirinya yaitu anak gemar membentuk kelompok teman sebaya, anak ingin selalu
beradaptasi, berpikir kualitas dan sudah dapat melihat suatu permasalahan. Belajar
kelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
60
E. Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe TGT
Sesuai dengan tujuan dan esensi pendidikan IPS di SD bahwa siswa
diharapkan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis serta
memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial. Maka proses pembelajaran
diharapkan dapat memacu untuk mencapai tujuan tersebut. Peneliti memilih
pembelajaran kooperatif karena pembelajaran kooperatif dirancang untuk
melibatkan interaksi kelas sehingga dapat membantu siswa memperoleh
keterampilan yang dibutuhkan serta mampu menerapkan isi pengetahuan yang
dipelajari dalam kehidupannya.
Pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah tipe Teams Games Tournament
(TGT) yang langkah pembelajarannya menggunakan permainan akademik dan
turnamen. Diharapkan siswa-siswa kelas IV yang pada masa fase peralihan dari
fase bermain ke fase sosial akan semakin memacu siswa memperoleh
pengetahuan dengan bantuan permainan akademik didalam pembelajaran.
F. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar sudah pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut termuat dalam penelitian yang
dilakukan oleh:
1. Theresia Dwi Korayanti dengan penelitiannya berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV
SD Negeri Mancasan Gamping Sleman Yogyakarta”. Dalam penelitian
61
tersebut terbukti bahwa penerapan TGT dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV SD Negeri Mancasan kecamatan Gamping. Prestasi belajar
siswa mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II. Pada akhir siklus I
sebanyak 16 siswa (61,53%) mencapai ketuntasan belajar, sedangkan hasil
akhir siklus II 23 siswa mencapai ketuntasan belajajar sebesar 88,46%. Dari
siklus I ke siklus II terjadi kenaikan nilai prestasi sebesar 26,93%.
2. Dina Kurniati dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Melalui Model TGT Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringamba
Banjarnegara”. Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa TGT dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Sebelum dilakukan tindakan nilai
rata-rata kelas siswa 53,82, pada siklus I meningkat menjadi 62,88 dan pada
siklus II menjadi 73,82. Hasil observasi menunjukkan aktivitas guru sudah
dapat menerapkan pembelajaran yang bervariasi dengan melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif TGT sehingga aktivitas siswa dalam
pembelajaran meningkat, siswa lebih aktif dan bersemangat untuk belajar serta
suasana menjadi lebih menyenangkan.
Perbedaannya, di penelitian ini peneliti mengambil hasil belajar kognitif dan
afektif sedangkan penelitian Theresia Dwi Korayati dan Dina Kurniati melihat
pada prestasi siswa yang berfokus pada ranah kognitif siswa.
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2
Gombang selama proses pembelajaran IPS terdapat beberapa masalah yang terjadi
diantaranya siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS sehingga
62
hasil belajar IPS cenderung rendah. Kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS dikarenakan guru cenderung menggunakan model pembelajaran
yang monoton. Seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan yang dinilai siswa
membosankan. Sehingga siswa merasa jenuh saat pembelajaran IPS.
Peneliti menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe tipe Teams
Games Tournament (TGT) untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Alasan
penggunaan model kooperatif tipe TGT adalah model TGT memiliki kelebihan.
Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: (a) Lebih
meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; (b) Mengedepankan penerimaan
terhadap perbedaan individu; (c) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai
materi secara mendalam; (d) Proses belajar mengajar berlangsung dengan
keaktifan dari siswa; (e) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan
orang lain; (f) Motivasi belajar lebih tinggi; (g) Hasil belajar lebih baik; (h)
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan karakteristik siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Karakteristik siswa kelas IV salah satunya adalah
dalam masa fase peralihan, yaitu dari fase bermain ke fase sosial. Selain itu tipe
ini mendorong siswa untuk melakukan tutor sebaya dengan berinteraksi antar
anggota kelompok. Oleh karena itu tipe TGT cocok untuk diterapkan pada siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang.
63
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “Model kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas
IV SD Negeri 2 Gombang”.
I. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah melalui
proses belajar secara bertahap. Perubahan yang terjadi mengarah pada
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman
siswa setelah interaksi dengan lingkungannya melalui kegiatan belajar. Hasil
belajar tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.
IPS adalah mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan menengah
yang mengkaji kehidupan manusia dan sekelilingnya bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir serta keterampilan sosial siswa dalam
hubungannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
3.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournaments) adalah
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa
dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi dikelompokkan menjadi
satu kelompok kemudian saling berlomba dalam permainan akademik sebagai
wakil kelompoknya bertanding dengan wakil kelompok lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara. Permainan akademik dirancang untuk
menciptakan perlombaan atau turnamen antar siswa terkait pemahaman siswa
64
atas materi yang telah dipelajari. Tipe TGT melibatkan siswa sebagai tutor
sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat
belajar siswa. Komponen-komponen dalam TGT menurut Robert E. Slavin
meliputi presentasi kelas, belajar tim, turnamen, permainan, dan penghargaan.
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian dapat dilakukan berbagai cara sesuai dengan
jenis penelitian yang digunakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2016: 1-2) menjelaskan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya
sebab-akibat dari perlakuan, dan juga memaparkan apa saja yang terjadi ketika
perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian
perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan demikian PTK
merupakan penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, PTK
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Menurut Kunandar (2012: 44-45) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru
yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan
tertentu dalam suatu siklus. Sejalan dengan pendapat tersebut, Samsu Sumadayo
(2013: 20) mendeskripsikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan ragam
penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan
masalah-masalah
pembelajaran
66
yang
dihadapi
oleh
guru,
memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta menerapkan hal-hal baru di
pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan peneli tian yang dilakukan guru di kelas
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan
mutu
pembelajaran
serta
hasil
pembelajaran melalui berbagai tindakan yang tersencana dalam suatu siklus.
Dalam penelitian ini, jenis PTK yang digunakan adalah kolaboratif, yaitu peneliti
bekerja sama dengan guru kelas untuk menggali dan mengkaji permasalahan
tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, Cawas,
Klaten pada materi “Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan
Transportasi”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS di
kelas IV SD Negeri 2 Gombang, Cawas, Klaten dengan model pembelajaran
TGT.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang
Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten yang berjumlah 19 siswa dengan perincian
13 siswa laki-laki dan 6 perempuan.
Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas
IV SD Negeri 2 Gombang Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).
C. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas,
yaitu kegiatan pembelajaran IPS yang berlangsung di SD Negeri 2 Gombang. SD
67
tersebut beralamat di Desa Gombang, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah. SD tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena
berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti di SD Negeri 2 Gombang
melalui wawancara dengan guru kelas IV ditemukan adanya permasalahan dalam
pembelajaran IPS yaitu hasil belajar yang rendah.
D. Desain Penelitian
Menurut Sumadayo (2013: 23) tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah
untuk mengubah perilaku penelitiannya, perilaku orang lain, dan atau untuk
mengubah kerangka kerja, atau struktur lain yang akan menghasilkan perubahan
pada perilaku orang lain.
Model penelitian yang digunakan adalah menggunakan model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Madya (2009: 67) yaitu
menggunakan siklus sistem spiral yang masing-masing siklus terdiri dari empat
komponen yang menunjukkan penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting).
Gambaran tentang langkah-langkah di atas dapat dilihat pada gambar di bawah
Keterangan:
Siklus I
1 = perencanaan I
2 = tindakan I
3 = observasi I
4 = refleksi I
Siklus II
1 = perencanaan II
2 = tindakan II
3 = observasi II
4 = refleksi II
ini:
Gambar 3. Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart
(Madya, 2009: 67)
68
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan seperti berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan
pembelajaran. Dengan demikian dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang
tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan
perlakuan khusunya oleh guru dalam proses pembelajaran, artinya perencanaan
yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran.
Ada dua jenis perencanaan yang dapat disusun oleh peneliti, yaitu perencanaan
awal diturunkan dari berbagai asumsi perbaikan hasil dari kajian studi
pendahuluan; sedangkan perencanaan lanjutan disusun berdasarkan hasil refleksi
setelah peneliti mempelajari berbagai kelemahan yang harus diperbaiki.
2. Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang harus dilaksanakan guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dilakukan dan
diarahkan sesuai dengan perencanaan. Tindakan adalah perlakuan yang
dilaksanakan guru sesuai dengan fokus masalah. Tindakan inilah yang menjadi
inti dari PTK, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru untuk menyelesaikan
masalah.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses
pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun.
Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan
kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya
69
dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan
rencana siklus berikutnya.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan
guru selama tindakan. Refleksi dilaksanakan dengan melakukan diskusi dengan
observer yang biasanya dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru
dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tindakan sebagai berikut:
1.
Siklus I
a. Rencana Tindakan
Sebelum
melakukan
tindakan
penelitian,
terlebih
dahulu
peneliti
mengadakan perencanaan tindakan. Perencanaan ini terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu:
1) Melalui diskusi dengan guru kelas, peneliti menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan materi pelajaran yang digunakan
dalam penelitian tersebut.
2) Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
3) Menyusun pedoman observasi dan lembar observasi kelas pada saat tindakan
dilakukan.
4) Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan merekam atau
mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.
70
5) Memilih metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan
tujuan penelitian.
Rancangan yang akan digunakan mengacu pada model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran, tes hasil belajar kognitif serta lembar observasi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Guru bersama siswa melakukan doa bersama.
3) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi.
4) Apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu.
5) Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta
model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b) Kegiatan Inti
1) Siswa
dibentuk
kelompok
secara
heterogen
berdasarkan
tingkat
kemampuannya.
2) Siswa duduk bersama kelompoknya.
3) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang sedang dipelajari.
4) Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi yang telah dijelaskan
oleh guru.
5) Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan oleh guru dengan berdiskusi.
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
71
7) Siswa dikondisikan untuk memulai permainan akademik.
8) Siswa melakukan permainan akademik dengan bimbingan guru.
9) Siswa bersama guru membahas hasil permainan akademik.
10) Kelompok yang menang mendapatkan reward dari guru.
c) Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyampaikan materi pelajaran.
2) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3) Siswa diberi penguatan oleh guru agar belajar dengan rajin.
4) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan desain model pembelajaran kooperatif
tipe TGT sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tindakan ini,
peneliti dibantu oleh guru kelas dan satu rekannya. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru mengajar sesuai RPP yang telah dibuat. Dalam penelitian ini
kelompok mengajar sesuai dengan RPP yang telah di buat. Kelompok yang
dibentuk dalam tindakan penelitian ini beranggotakan siswa yang heterogen dalam
kemampuan yang ditentukan dari tes awal siswa.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh satu orang pengamat
lain (mitra peneliti) dengan menggunakan pedoman observasi yang telah
disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
Pengambilan
data
ini
dapat
menggunakan lembar observasi yang dilakukan peneliti bersama mitra peneliti
72
sebagai pengamat. Selain lembar observasi, pengamat juga dapat menggunakan
dokumentasi untuk memperkuat data yang didapat dengan hasil berupa foto-foto
siswa selama proses pembelajaran.
d. Refleksi
Peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang telah
dilakukan, kekurangan maupun ketercapaian pembelajaran untuk menyimpulkan
data atau informasi yang telah dikumpulkan. Jika siklus I sudah mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan, peneliti akan tetap melanjutkan ke siklus II. Hal
tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa keberhasilan pada siklus I bukan
karena suatu kebetulan dan memang terjadinya peningkatan hasil belajar siswa.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus ini memperhatikan refleksi dari siklus I. Percanaan
pada siklus II meliputi:
1) Membuat RPP yang telah disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I.
2) Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
3) Menyusun pedoman observasi dan lembar observasi yang akan digunakan
sebagai pedoman pengamat dalam mengobservasi kelas pada saat dilakukan
tindakan.
4) Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan merekam atau
mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan.
5) Memilih metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan
tujuan penelitian.
73
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Guru bersama siswa melakukan doa bersama.
3) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi.
4) Apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu.
5) Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta
model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b) Kegiatan Inti
1) Siswa duduk bersama kelompok yang sama ketika pembelajaran minggu lalu.
2) Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi minggu lalu.
3) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran IPS.
Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari.
4) Siswa mengerjakan LKS bersama kelompoknya.
5) Siswa bersama guru membahas LKS yang telah dikerjakan.
6) Siswa dibentuk kelompok homogen.
7) Siswa melakukan permainan akademik bersama kelompok homogen.
8) Siswa kembali ke kelompok awal.
9) Siswa bersama kelompok menghitung perolehan skor dari hasil permainan
akademik.
10) Kelompok yang memenangkan game mendapatkan reward dari guru.
c) Kegiatan Penutup
74
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3) Siswa diberi penguatan oleh guru untuk belajar yang rajin.
4) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada intinya sama seperti siklus I, yaitu
guru mengajar dengan menggunakan RPP yang telah dibuat. Pada saat
pembelajaran berkelompok, kelompok siswa masih sama seperti pada siklus I.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh mitra peneliti untuk
mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan sama seperti
dengan lembar observasi yang digunakan pada siklus I. Selain dengan lembar
observasi, pengamat juga dapat menggunakan dokumentasi untuk memperkuat
data yang didapat dengan hasil berupa foto-foto siswa selama proses
pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil dari siklus I
dengan siklus II, apakah ada peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau tidak. Jika
belum terdapat peningkatan hasil belajar siswa, maka siklus dapat dilanjutkan
lagi.
75
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suyadi (2013: 84) teknik pengumpualan data adalah metode yang
digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan dalam
penelitian. Jadi dengan kata lain teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan
data, peneliti benar-benar harus teliti agar tidak terjadi kesalahan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Hal ini bertujuan agar data yang
diperoleh oleh peneliti lebih kredibel dan lebih akurat. Penjabaran dari teknik
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
1.
Observasi
Observasi sering disebut dengan pengamatan atau memperhatikan sesuatu
dengan menggunakan mata. Arikunto (2006: 156) menyatakan bahwa observasi
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu
observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai
instrument pengamatan. Observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan.
Observasi untuk mengamati aktivitas siswa berlangsung selama proses
pembelajaran sedangkan observasi untuk guru digunakan untuk mengamati
keterlaksanaan pembelajaran dan penerapan model pembelajaran kooperatif TGT.
2.
Tes
76
Tes adalah daftar pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Pada dasarnya tes dilakukan
untuk mendapatkan dan mengetahui nilai atau hasil belajar. Tes dalam penelitian
ini yaitu untuk mengukur hasil belajar IPS. Setelah dilakukan tindakan, siswa
dites dengan menggunakan soal yang disediakan pada akhir siklus. Siswa
mengerjakan soal untuk mengukur ketercapaian indikator dan mengukur hasil
belajar dengan bentuk tes obyektif atau pilihan ganda dengan empat pilihan
jawaban, setiap jawaban benar mendapat skor 1 sedangkan jawaban salah skor 0.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan dokumentasi untuk mendukung dan memperkuat penelitian
tentang suatu subjek penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen
bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda yang
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Dokumentasi juga dapat dilakukan
dengan pengambilan foto pada proses pembelajaran berlangsung. Siswa diambil
fotonya saat melakukan kegiatan selama proses pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan pada waktu penelitian
untuk pengumpulan data, bisa berupa tes, angket, observasi, dokumentasi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi proses
pembelajaran, soal tes, dokumentasi.
1.
Lembar Observasi
77
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru.
Lembar observasi dibuat untuk mengamati aspek afektif yang muncul ketika
diberi tindakan. Pada penelitian ini pengamatan terhadap proses pembelajaran
dilakukan oleh teman sejawat dan dibantu oleh guru dengan menggunakan lembar
pengamatan tindakan kelas. Salah satu proses dalam pengembangan instrumen
adalah penyusunan kisi-kisi tes. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen observasi
aktivitas guru dan siswa.
Tabel 10. Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT
No
1
Indikator
Penyajian Kelas
(Class Pressentation)
Sub Indikator
Menyampaikan tujuan
pembelajaran Perkembangan
Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan Transportasi
Menjelaskan materi
pembelajaran
Melakukan diskusi kelas
Membagi siswa menjadi
beberapa kelompok heterogen
Membimbing siswa
mengikuti pembelajaran
Membantu siswa menyiapkan
meja dan tempat duduk untuk
permainan
Menjelaskan langkah-langkah
dalam permainan
No Butir
1
a. Membagi siswa menjadi
beberapa kelompok homogen
b. Membimbing siswa dalam
melakukan permainan
Pengakuan kelompok a. Memberi penghargaan kepada
siswa yang memperoleh skor
(Teams Recognition)
tertinggi
b. Memberi semangat kepada
siswa untuk lebih rajin belajar
Jumlah
4
a.
b.
2
Kelompok (Teams)
c.
a.
b.
3
Permainan (Games)
a.
b.
4
5
Kompetisi atau
Turnamen
(Tournaments)
78
Jumlah
1
2
1
3
4
1
1
8
1
5
1
6
1
8
1
9
1
10
1
10
10
Tabel 11. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif dalam
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
No
Indikator
Aspek Yang Diamati
1
Receiving/attending
(menerima/memperhatikan)
Perhatian siswa terhadap
proses pembelajaran IPS
dengan pembelajaran
kooperatif tipe TGT
2
3
Responding (menanggapi)
Valuing (menilai/menghargai)
No
Butir
1
Jumlah
Butir
1
Ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran IPS dengan
pembelajaran kooperatif tipe
TGT
3
1
Keberanian siswa dalam
menjawab pertanyaan dari
guru mengenai materi
Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan
Transportasi
2
1
Keaktifan siswa saat
melakukan diskusi
kelompok materi Teknologi
Produksi, Komunikasi, dan
Komunikasi
4,5
2
Tanggung jawab siswa pada
saat melakukan
pembelajaran kooperatif tipe
TGT
Kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
TGT
6,7
2
8,9,10,
11
4
Menerima serta
menghormati siswa yang
mendapat penghargaan
12
1
12
12
Jumlah
2.
Instrumen Hasil Belajar Siswa
Tes pada penelitian ini diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk
menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Instrumen ini berupa
79
soal tes hasil belajar IPS yang dibuat berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah
diajarkan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam penelitian
yang menggunakan instrumen penelitian tes ini yang akan diukur adalah tingkat
pemahaman siswa yang nantinya merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tes objektif berbentuk pilihan
ganda (multiple choice), dan essay.
Tes ini berfungsi untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa
dalam upaya peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa akibat perlakuan
(treatment). Tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dilakukan pada awal
sebelum dilakukan tindakan, yaitu berupa pre test dan pada setiap akhir siklus atau
disebut post test. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif,
karena aspek afektif sudah ada dalam lembar observasi. Kisi-kisi instrument tes
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1
Kompetensi
Dasar
2.3
Mengenal
perkembanga
n teknologi
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
pengalaman
menggunaka
nnya.
Indikator
1. Menyebutkan jenis-jenis
teknologi produksi
tradisional
2. Menyebutkan jenis-jenis
teknologi produksi modern
3. Membedakan teknologi
produksi tradisional dengan
modern
4. Menunjukkan teknologi
komunikasi masa lalu
5. Menunjukkan teknologi
komunikasi masa kini
6. Membedakan teknologi
komunikasi masa lalu
dengan masa kini
Jumlah Soal
Aspek Kognitif
C1
C2
C3
1, 2, 3, 4
(pg)
5, 6, 7
(pg)
80
4
3
8, 9,
10
(pg)
3
1, 2
(essay)
3, 4, 5
(essay)
7
Jumlah
11, 12,
13, 14,
15
(pg)
6
3
4
3
7
20
Keterangan:
C1
C2
C3
: Pengetahuan
: Pemahaman
: Penerapan
Tabel 13. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2
Kompetensi
Dasar
2.3
Mengenal
perkembanga
n teknologi
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
pengalaman
menggunaka
nnya.
Indikator
C1
1 Menunjukkan teknologi
transportasi pada masa lalu
2. Menyebutkan teknologi
transportasi masa kini
3. Memberi contoh jenis-jenis
transportasi
Aspek Kognitif
C2
C3
1,2, 3
(essay)
1, 2
(pg)
3, 4, 5,
6, 7
(pg)
4. Menjelaskan kelebihan
transportasi masa lalu
6. Menunjukkan kelemahan
trasportasi masa lalu
7. Menjelaskan kelemahan
trasportasi masa kini
Jumlah Soal
5
4
2
4, 5
(essay)
7
3
2
8, 9,
10
(pg)
11,
12,
13
(pg)
5. Menjelaskan kelebihan
transportasi masa kini
Jumlah
14,
15
(pg)
8
2
2
5
20
Keterangan:
C1
: Pengetahuan
C2
: Pemahaman
C3
: Penerapan
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013: 335) Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, tes,
dokumentasi, wawancara dan catatan lapangan, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun
orang lain. Data yang sudah dikumpulkan di penelitian ini kemudian akan
81
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil tes siswa dideskripsikan dalam
bentuk data konkret berdasarkan skor minimal dan skor maksimal sehingga
diperoleh skor rata- rata (mean).
Dalam penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil tes
siswa dideskripsikan dalam bentuk data konkret berdasarkan skor minimal dan
skor maksimal sehingga diperoleh skor rata- rata (mean). Selanjutnya diambil
kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS di SD Negeri 2 Gombang adalah
68. Jika mengalami kenaikan, maka dapat diasumsikan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Analisis data secara
deskriptif digunakan untuk mengetahui secara kualitatif hasil penelitian tindakan
yang dilakukan. Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data.
Adapun hasil analisis tersebut diuraikan dengan kalimat-kalimat yang berbentuk
deskriptif. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Hasil Tes
Hasil tes yang telah diperoleh dari siswa dianalisis secara kuantitatif untuk
mengolah data yang diperoleh dari hasil uji tes yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Gombang dibuktikan dengan peningkatan hasil evaluasi yang dilakukan sebanyak
siklus yang dilakukan. Adapun cara untuk mengetahui kenaikan hasil belajar
adalah dengan menghitung rerata nilai siswa yang berhasil memperoleh nilai
82
KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) dari jumlah kelas itu. Rumus mencari nilai
rerata (mean) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Me
: Mean
∑x
: Jumlah nilai
n
: Jumlah siswa
Sedangkan rumus untuk menghitung persentase siswa yang lulus adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
P
: Angka Persentase
F
: Frekuensi
N
: Banyaknya individu dalam jumlah subjek penelitian (jumlah siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang)
2.
Analisis Hasil Observasi
Analisis hasil observasi disajikan secara analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data kualitatif diperoleh dari observasi data yang diperoleh
digambarkan dengan kata-kata ataupun kalimat yang dipisahkan menurut kategori
untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013:
337-355) langkah-langkah dalam menganalisis data deskriptif kualitatif ada tiga
langkah yaitu:
a. Reduksi data, dilakukan terhadap data yang sudah terkumpul yaitu data hasil
observasi pembelajaran. Data tersebut diseleksi, ditentukan fokusnya,
83
disederhanakan, diringkas dengan melakukan penajaman, pemilahan dan
penyisihan data yang kurang bermakna serta menatanya sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Display data, penyajian data secara lengkap, singkat dan jelas baik untuk
mempermudah peneliti memahami dalam hubungannya terhadap aspek yang
diteliti maupun dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, penarikan kesimpulan dilakukan secara
bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada siklus I dan
kesimpulan terakhir pada siklus terakhir.
Hasil observasi secara kuantitatif sendiri dihitung dengan jumlah skor butir
yang dinilai yaitu rentang antara 1-4 dibagi dengan skor maksimal dikalikan
100%. Seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2002: 102), sebagai berikut:
Nilai rata-rata =
𝐽
𝑎ℎ
𝑀𝑎
𝑖 𝑎
𝑎
𝑥
%
Berdasarkan perhitungan trsebut maka criteria penilaian hasil observasi
menurut Purwanto (2002: 103) adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa
No. Pencapaian Skor
Kategori
1.
86% - 100%
Baik Sekali
2.
75% - 85%
Baik
3.
60% - 74%
Cukup
4.
55% - 59%
Kurang
5.
≤ 54%
Sangat Kurang
Cara melihat peningkatan hasil belajar afektif pada saat observasi adalah
dengan melihat selisih skor keseluruhan antara siklus I dengan siklus selanjutnya.
84
H. Validitas Instrumen
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak
(Construct Validity). Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat
dari ahli (judgement experts) setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek
yang
akan
diukur
dengan
berlandaskan
teori
tertent
kemudian
akan
dikonsultasikan dengan ahli yang diminta pendapatnya tentang instrumen yang
sudah disusun (Sugiyono, 2013: 177).
Instrumen
yang
digunakan
atau
dikembangkan
itu
dimintakan
penilaian/validasi ahli melalui konsultasi dan diskusi untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan (expert judgement). Para ahli yang dimaksud adalah pembimbing
skripsi, dosen lain atau guru yang berkompeten pada mata pelajaran IPS SD kelas
IV.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan acuan untuk menentukan keberhasilan
suatu program atau kegiatan. Dalam penelitian ini masalah yang diamati yaitu
tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Maka penelitian ini dikatakan berhasil apabila
tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa mendapat nilai
KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah ditentukan oleh SD Negeri 2
Gombang yaitu 68 atau di atasnya maka penelitian telah berhasil. Sedangkan
85
untuk ranah afektif, 75% dari jumlah siswa yang memiliki nilai dengan kategori
minimal baik atau mempunyai rentang nilai 31-40 ke atas.
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Gombang, Klaten, yang terletak di
Desa Gombang Kecamatan Cawas. Sekolah ini berada di pedesaan yang
berbatasan dengan daerah perkotaan dan sebagian besar warganya bermata
pencaharian sebagai petani, buruh dan pedagang. Lokasi cukup mudah dijangkau
dengan menggunakan kendaraan. SD Negeri 2 Gombang sendiri terletak
berhadapan dengan sawah-sawah sehingga suasana cukup kondusif untuk
melakukan proses belajar mengajar.
Dilihat dari segi fisiknya, secara keseluruhan kondisi bangunan sekolah cukup
baik. SD Negeri 2 Gombang memiliki 6 gedung ruang kelas, 1 ruang kantor, 1
ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, kamar mandi 3, dan 1 gudang. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan jumlah 19 siswa
yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dimana guru kelas bertindak sebagai
pengajar yang melakukan tindakan dan peneliti sebagai pengamat (observer).
Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang, khususnya pada materi Teknologi Produksi,
Komunikasi dan Transportasi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap)
tahun pelajaran 2016/2017 yaitu sesuai dengan materi pada kurikulum yang
digunakan oleh SD tersebut. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas
ini mencakup empat tahap yaitu:
87
a. Perencanaan,
b. Tindakan,
c. Observasi, dan
d. Refleksi.
Keempat tahap tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus. Setiap selesai
pertemuan baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua dilakukan tes akhir
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui
pembelajaran kooperatif tipe TGT materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan
Transportasi.
Berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan guru
kelas serta ijin dari kepala sekolah agar kegiatan belajar mengajar tidak
menganggu jam mata pelajaran yang lain, maka penelitian dilaksanakan sesuai
dengan jadwal pelajaran yang ada yaitu satu minggu satu kali pertemuan.
Penelitian ini dilakukan dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan untuk
setiap siklusnya. Setiap siklus dilaksanakan selama 4 jam perlajaran atau dua kali
pertemuan setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 35 menit atau 2 jam
pelajaran.
2. Deskripsi Pra Tindakan
Observasi pembelajaran di SD Negeri 2 Gombang pertama kali dilaksanakan
pada bulan Januari 2017. Observasi awal ini sebagai langkah prasurvei terhadap
proses pembelajaran IPS di kelas sebelum melakukan tindakan. Hasil observasi
awal ini diperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan siswa dikelas IV dalam
pembelajaran sebelum penelitian dilaksanakan. Dari hasil informasi diperoleh data
88
bahwa siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang berjumlah 19 siswa. Siswa laki-laki
berjumlah 13 anak dan siswa perempuan berjumlah 6 anak. Kegiatan
pembelajaran yang berlangsung terpusat pada peran aktif guru dengan
menggunakan metode ceramah dan kurang melibatakan partisipasi aktif siswa.
Guru lebih banyak menyajikan materi IPS dengan ditulis atau dibacakan.
Penyampaian materi yang kurang bervariasi dan menarik perhatian siswa dan
membuat siswa tidak aktif, karena belum menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa sehingga kurang memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Dengan melihat kondisi tersebut, peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar
IPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Obyek dalam
penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang.
Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV
masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada data nilai Ulangan pre test yang
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 15. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada
Pre test
No. Inisial Siswa
Hasil Pre test
Pencapaian KKM
1.
ARNF
44
Belum Tuntas
2.
EN
72
Tuntas
3.
SNF
36
Belum Tuntas
4.
RZ
64
Belum Tuntas
5.
LNS
48
Belum Tuntas
6.
NR
32
Belum Tuntas
7.
RAA
56
Belum Tuntas
8.
NAP
44
Belum Tuntas
9.
RF
28
Belum Tuntas
10. ABIY
28
Belum Tuntas
89
11. IW
12. AA
13. FB
14. DI
15. GAN
16. MET
17. ERH
18. AW
19. ACS
Jumlah nilai
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai siswa
Presentase siswa tuntas
Presentase siswa belum tuntas
56
32
68
68
76
72
60
32
48
964
28
76
50,7
26,31 %
73,68 %
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata sebesar 50,7. Sebanyak 5
siswa atau 26,31 % siswa dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 68, sedangkan
jumlah siswa yang belum tuntas adalah 14 siswa atau 73,68 % siswa dari jumlah
seluruh siswa mendapat nilai ≤ 68. Siswa yang belum mencapai KKM lebih
banyak daripada siswa yang sudah mencapai KKM. Padahal pembelajaran
matematika dikatakan berhasil (tuntas ) jika semua siswa mendapat nilai ≥ 68 (
mencapai KKM). Berbekal dari informasi yang dikumpulkan dari hasil pre test
serta melalui wawancara dengan guru dan hasil pra tindakan terhadap proses
pembelajaran IPS yang telah dilakukan, maka peneliti memutuskan untuk
melakukan tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran IPS, khususnya pada
materi pokok Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi melalui
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Berdasarkan
hasil
pre
test
siswa
diklasifikasikan dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
90
setelah
Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang
pada Pre test
80
60
Nilai terendah
40
Nilai tertinggi
20
Rata-rata
Ketuntasan
0
Nilai
terendah
Nilai
tertinggi
Rata-rata
Ketuntasan
Gambar 4. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif IPS Pra Tindakan
Berdasarkan gambar di atas, siswa yang telah memenihi KKM baru 5 siswa.
Nilai rata-rata dihitung dari jumlah keseluruhan nilai siswa yang dibagi dengan
seluruh siswa. Nilai rata-ratanya yaitu 50,7. Oleh karena itu peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Berdasarkan data nilai yang diperoleh siswa secara
keseluruhan diketahui bahwa hasil belajar kognitif IPS siswa masih rendah.
Selain melakukan pre test sebagai langkah pra tindakan untuk mengetahui
kemampuan siswa. Peneliti juga melakukan observasi dengan mengamati ranah
afektif siswa atau sikap siswa. Dengan cara mengamati siswa saat proses
pembelajaran di kelas. Pada saat pengamatan diperoleh hasil bahwa siswa pada
saat pembelajaran terlihat gaduh, sering bercanda, kurang aktif dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan, dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
biasa saja tidak menunjukkan semangat untuk memperhatikan guru. Selain itu
pembelajaran yang berlangsung pada saat pengamatan yaitu dengan metode
91
ceramah serta penugasan. Untuk metode diskusi guru belum menerapkan untuk
siswa. Sehingga siswa kurang terlihat adanya kerja sama dalam menyelesaikan
masalah.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat juga pada tabel hasil belajar
kognitif diketahui bahwa hasil belajar IPS ranah kognitif siswa belum dikenai
tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Nilai tertinggi
75, nilai terendah 30 dan diperoleh nilai rata-rata 53,82. Sedangkan KKM siswa
68, siswa yang sudah memenuhi KKM terdapat 11 siswa (67,71%). Sedangan
pada ranah afektif siswa pada saat belum dikenai tindakan dapat diketahui bahwa
proses pembelajaran yang berlangsung kurang merangsang siswa untuk aktif,
antusias serta belum muncul kerjasama antar siswa.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Sesuai pendapat Kemmis dan Mc Taggart (Suwarsih Madya, 2009: 67)
bahwa dalam PTK setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling
terkait. Secara rinci sajian siklus I adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi Proses Penelitian
1) Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk dua kali pertemuan
yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan model TGT.
92
b) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c) Menyusun soal dan kartu untuk games dan turnamen.
d) Menyiapkan dan menyusun lembar observasi tentang kegiatan pembelajaran.
e) Menyusun lembar observasi tentang kegiatan belajar siswa dan lembar
observasi guru.
f) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
g) Mempersiapkan soal untuk siswa, yaitu soal pre test dan post test. Soal pre test
dikerjakan sebelum dilaksanakan tindakan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Sedangkan soal post test diberikan setelah siswa
mendapatkan tindakan, yaitu diberikan pada akhir setiap siklus.
h) Menyiapkan reward berupa makanan.
i) Menyusun kelompok untuk siklus I. penyusunan kelompok berdasarkan nilai
pre test yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam pembagian kelompok,
siswa dikelompokkan berdasarkan klasifikasi akademik dan jenis kelamin.
Berikut daftar kelompok untuk siklus I:
No
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 16. Daftar Nama Kelompok Siklus I
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
(Garuda)
(Elang)
(Rajawali)
(Cendrawasih)
AA
NR
RF
AW
IW
SNF
ABIY
RAA
ARNF
LNS
ACS
NAP
RZ
ERH
FB
MET
EN
DI
GAN
93
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun dan disiapkan sebelumnya oleh peneliti dan sudah
dikonsultasikan sebelumnya dengan dosen ahli dan guru kelas IV. Selama proses
pembelajaran berlangsung, pengajar mengajar siswa menggunakan RPP yang
telah dibuat. Pada penelitian ini, siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan. Secara
rinci tindakan pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut:
a) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017
dengan indikator menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional,
menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern, membedakan teknologi
produksi tradisional dengan modern. Pertemuan pertama dimulai pada pukul
07.00 sampai 08.10 WIB. Pada pertemuan ini membahas materi tentang
“Perkembangan Teknologi Produksi”.
(1) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam kemudian
mengecek kehadiran siswa dengan memanggil siswa satu per satu. Selanjutnya,
guru melakukan apersepsi dengan bertanya “apakah anak-anak sering memakan
tempe/tahu?” lalu guru menyampaikan juga tujuan pembelajaran yang dituliskan
di papan tulis. Selain itu guru memberikan semangat dan motivasi belajar agar
pada saat pembelajaran siswa bisa antusias dan bersungguh-sungguh.
94
(2) Kegiatan Inti Pelaksanaan Pembelajaraan Kooperatif tipe TGT
(a) Presentasi Kelas
Siswa diminta membuka buku paket dan membaca materi yang berkaitan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya, guru menjelaskan materi
dengan cara berceramah kemudian dilanjutkan tanya jawab. Selanjutnya, guru
membagi nomer dada yang telah dipersiapkan guru sebelumnya, nomer dada
berguna untuk mempermudah observer mengamati aktivitas siswa. Kemudian
guru memberitahu siswa jika akan dilakukan pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT). Selain itu guru menjelaskan tahap-tahap atau alur
pembelajaran yang akan dilakukan siswa nantinya. Dengan demikian siswa
termotivasi untuk ikut aktif dalam setiap tahapan pembelajaran. Selain aktif, siswa
juga menjadi antusias dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa merasa
penasaran/sangat ingin tahu dengan proses pembelajaran yang sebelumnya belum
pernah diterapkan di kelas IV SD Negeri 2 Gombang khususnya dalam pelajaran
IPS.
(b) Teams/Pengelompokan
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi empat kelompok
heterogen
(beragam kemampuan akademik) yang telah dibentuk sebelumnya. Daftar nama
kelompok pada siklus I. Kelompok yang tercantum dan telah dibentuk oleh guru
berlaku selama proses belajar berlangsung pada siklus I. Dalam pembagaian
kelompok, siswa ada yang keberatan dengan teman satu kelompok. Tetapi guru
meluruskan bahwa semua teman itu sama tidak boleh membeda-bedakan. Dan
hasilnya siswa mau menerima dengan lapang dada. Selanjutnya, guru dengan
95
siswa membuat kesepakatan jika nama-nama kelompok adalah nama-nama
burung. Yang menentukan nama burungnya yaitu guru agar tidak terjadi
keributan. Selain itu guru dan siswa membuat kesepakatan lain yaitu jika guru
meneriakkan kata “HALLO” semua siswa kelas IV harus mengucapkan “HAI”
begitu pula sebaliknya jika guru mengucapkan kata “HAI” maka siswa kelas IV
harus mengucapkan kata “HALLO” hal ini dilakukan guru untuk mengembalikan
konsentrasi siswa dan menstabilkan kondisi kelas untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Selanjutnya siswa bergegas menyiapkan tempat duduk dan berkumpul
dengan
kelompoknya
masing-masing.
Kegiatan
pembelajaran
kemudian
dilanjutkan dengan mendiskusikan lembar kerja yang dibagikan setiap kelompok
oleh guru untuk didiskusikan dengen teman satu kelompok. Sebelum siswa
mendiskusikan soal yang didapat, guru mengingatkan kepada tiap kelompok
untuk membaca petunjuk dalam mengerjakan lembar kerja. Guru berkeliling
membimbing siswa sehingga jika ada siswa yang tidak mengerti bisa bertanya.
Terlihat beberapa kelompok sudah berdiskusi dengan baik, mereka saling
membagi tugas kelompok dan ada yang berebut pembagian tugas kelompok.
Tetapi ada juga kelompok yang masih didominasi oleh salah satu anggota
kelompoknya. Dan ada juga siswa yang tidak ikut serta dalam diskusi kelompok,
siswa tersebut cenderung melakukan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan
diskusi kelompok. Setelah diskusi selesai setiap kelompok akan membacakan
hasil diskusinya secara bergantian. Setelah semua menyampaikan hasil
diskusinya, guru membahas jawaban bersama-sama dengan siswa.
96
(c) Games/Permainan
Kegiatan selanjutnya adalah permainan/games. Akan tetapi sebelum
permainan dimulai, guru menjelaskan terlebih dahulu aturan-aturan yang harus
ditaati oleh masing-masing siswa. Games dilaksanakan secara berkelompok.
Masing-masing perwakilan kelompok menentukan terlebih dahulu tugas
anggotanya, yaitu dengan cara undian. Siswa yang mendapat nomor undian
terbesar menjadi pemain pertama, terbesar kedua menjadi pemain kedua dan
seterusnya. Dalam satu kelompok tersebut ada juga yang bertugas menjadi
pembaca soal dan pencatat skor sedangkan siswa yang lain menjadi penantang
apabila pemain pertama salah dalam menjawab soal. Disetiap kelompok, tiap
siswa saling berebut menjawab pertanyaan jika pemain pertama salah dalam
menjawab. Jika dalam game tersebut, pemain pertama menjawab pertanyaan
dengan benar mendapat skor 10, jika pemain pertama salah dalam menjawab
pertanyaan maka soal tersebut dilempar ke pemain kedua/ penantang. Penantang
akan mendapat skor 5 apabila benar dalam menjawab pertanyaan. Dalam games,
pemain, penantang, pembaca soal dan pencatat skor bergantian searah jarum jam.
Dalam pelaksanaan permainan siklus I pertemuan pertama, terlihat semua
siswa sudah melaksanakan dengan baik. Akan tetapi masih ada beberapa siswa
yang masih bingung dengan aturan permainang dan sering menanyakan aturan
permainan kepada guru. Permainan kembali berjalan dan siswa terlihat sangat
asyik dan serius dalam melaksanakan permainan dengan menggunakan kartu soal
serta mengumpulkan skor. Waktu yang diberikan guru kepada siswa sudah habis
dan terlihat siswa kecewa saat guru mengumumkan bahwa waktu permainan
97
sudah berakhir. Guru menegaskan bahwa siswa tidak perlu kecewa karena
permainan akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya, jadi masing-masing
kelompok mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan skor sebanyakbanyaknya.
(d) Pengakuan Kelompok (Teams Recognition)
Pada akhir kegiatan, guru memberikan penjelasan tentang perkembangan
teknologi produksi kemudian siswa dengan bantuan guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari pada siklus I pertemuan pertama. Guru mengumumkan juara
sementara perolehan skor terbanyak yang didapat pada pertemuan pertama.
(3) Kegiatan Penutup
Sebelum menutup pembelajaran, untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa
maka guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara individu.
Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang.
Kemudian pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama dan salam penutup.
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2
Pertemuan kedua siklus I pada hari Sabtu, 25 Maret 2017 pada pukul 07.00
s.d 08.10 WIB. Pada pertemuan kedua diikuti oleh 19 siswa. Pada pertemuan
kedua membahas materi “Perkembangan Teknologi Komunikasi”
(1) Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal sebelum pembelajaran dimulai untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran IPS dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peneliti menyiapkan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaraan. Selain itu peneliti juga
98
menyiapkan kartu soal yang akan digunakan untuk permainan kelompok serta
menyiapkan kamera untuk
mendokumentasikan kegiatan selama
proses
pembelajaran.
Dalam kegiatan awal, seperti pertemuan sebelumnya, guru membuka
pelajaran dengan salam kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa
satu persatu. Selanjutnya guru mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan suasana yang kondusif. Guru membuka pembelajaran
dengan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa yang pernah
menulis dan mengirimkan surat?”. Kemudian guru memberitahu tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
(2) Kegiatan Inti Pelaksanaan Pembelajaran Koopetatif tipe TGT
(a) Penyajian Kelas
Pada kegiatan inti guru melanjutkan materi selanjutnya yaitu tentang
“Perkembangan Teknologi Komunikasi”. Siswa diminta membuka dan membaca
buku paket IPS berkaitan dengan materi yang sudah disiapkan sebelumnya. Siswa
menyimak penjelasan guru secara garis besar dengan tenang. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan siswa sesekali bertanya dengan
santai tentang materi yang belum dimengerti.
(b) Teams/Pengelompokan
Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelompok. Sebelum kegiatan diskusi
kelompok dimulai. Guru membagikan nomor dada yang dibuat berdasarkan
nomor presensi siswa kelas IV. Selain itu siswa diminta megkondisikan meja dan
99
kursi agar dapat dipakai diskusi oleh 4 kelompok siswa. Siswa secara
berkelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru.
Guru mengawasi siswa yang sedang berdiskusi, sesekali guru mengingatkan
siswa untuk aktif diskusi dan mengutarakan pendapatnya dengan sesama anggota
satu kelompok. Saat diskusi berlangsung masih ada siswa dari kelompok Garuda
yang malah lirik sana lirik sini melihat lihat sekeliling dan kurang ikut dalam
diskusi. Tetapi ketika ditegur oleh guru siswa tersebut ikut serta mendiskusikan
tugas yang diberikan. Siswa yang mencatat jawaban saat diskusi masih sama
seperti pertemuan pertama. Guru sudah meminta untuk bergantian yang menulis
tetapi kebanyakan semua kelompok alasannya karena tulisannya siswa itu bagus
jadi diminta untuk menulis jawaban. Kebanyakan yang menulis adalah siswa
perempuan yang ada di kelompok tersebut. Kemudian setelah selesai diskusi,
setiap kelompok akan membacakan hasil kerja kelompoknya. Pada saat
mempresentasikan hasil diskusi terlihat sudah tidak ada lagi saling lempar tugas
membacakan hasil diskusi.
(c) Kompetisi/Turnamen
Setelah kegiatan diskusi selesai, kegiatan selanjutnya adalah turnamen yang
melanjutkan games pada pertemuan sebelumnya. Siswa dengan senang sambil
berseru secara bersama “asik kali ini kelompokku harus menang”, suasana
menjadi tidak tenang, kemudian guru meminta siswa untuk tenang terlebih dahulu
sehingga turnamen dapat segera dilakukan. Permainan diawali dengan penjelasan
ulang tentang aturan turnamen pada pertemuan pertama. Untuk turnamen pada
pertemuan kedua siswa terlihat lebih antusias dan tertib daripada pertemuan
100
sebelumnya. Sebelum dimulai permainan, guru sesekali mengucapkan “HALLO”
kepada siswa agar konsentrasi siswa pulih. Selain itu sebelum dimulai turnamen,
guru melakukan ice breaking yang dibantu oleh peneliti yang bertujuan untuk
menyegarkan pikiran siswa dan bisa berkonsentrasi untuk mengikuti tahap
pembelajaran selanjutnya. Dalam tahapan turnamen, guru mengelompokkan siswa
sesuai level dan kemampuan akademik siswa yaitu berdasarkan hasil pre test yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Adapun daftar meja turnamen Siklus I, disajikan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 17. Penentuan Meja Turnament Siklus I
Inisial Siswa
Klasifikasi Meja
Turnamen
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
GAN
MET
EN
DI
FB
RZ
ERH
RAA
IW
LNS
ACS
ARNF
NAP
SNF
AW
NR
AA
RF
ABIY
B
C
D
No.
A
1.
2.
GAN
MET
76
72
72
68
68
64
60
56
56
48
48
44
44
36
32
32
32
28
28
A
Tabel 18. Daftar Meja Turnamen Siklus I
Meja
B
C
RZ
ACS
ERH
ARNF
101
Nilai
D
NR
AA
3.
4.
5.
EN
DI
FB
RAA
IW
LNS
NAP
SNF
AW
RF
ABIY
Dalam pembagian meja turnamen, ada salah satu siswa yang tidak terima
karena meja A mendapat siswa yang pandai – pandai. Akan tetapi setelah
mendapat penjelasan dari pengajar, siswa memahami akan aturan dalam kegiatan
turnamen. Siswa menempatkan diri pada meja turnamen yang telah ditentukan
oleh pengajar. Pengajar mulai membagi kartu soal turnamen kepada setiap
kelompok siswa. Salah satu siswa dalam kelompok bertugas sebagai pembaca
pertanyaan dan mencoba menjawab pertanyaan. Jika siswa tersebut tidak bia
menjawab pertanyaan maka boleh dijawab oleh anggota kelompoknya. Suasana
pelaksanaan turnamen berlangsung sangat menyenangkan dan penuh tantangan.
Semua siswa dalam kelompok turnamen saling berlomba-lomba mengumpulkan
poin. Walaupun pada saat ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan
siswa lain berebut untuk menjawab pertanyaan.
Pada saat turnamen berlangsung, guru mengumumkan bahwa pada setiap
akhir pembelajaran, akan diberikan penghargaan kepada kelompok yang
mendapat skor tertinggi. Informasi tersebut menambah antusias siswa untuk
mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya supaya kelompok mereka menjadi
juara. Dalam pelaksanaan turnamen berjalan dengan lancar. Terlihat siswa serius
dalam mengerjakan soal turnamen. Tetapi ada juga siswa yang berdiskusi dengan
teman yang duduknya saling berdekatan. Guru segera menegur siswa yang saling
berdiskusi dan memberikan penjelasan bahwa dalam tiap kelompok turnamen
saling berkompetisi untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya bagi kelompok
102
asalnya. Seperti pertemuan sebelumnya, guru memberitahukan bahwa waktu
untuk kegiatan turnamen telah habis, terlihat beberapa siswa kecewa dengan
perolehan skor kelompoknya. Waktu untuk pengerjaan turnamen telah usai,
perwakilan dari meja turnamen mengumpulkan jawaban teman-teman satu meja.
Kemudian siswa bersama guru mengoreksi soal yang telah dikerjakan. Setelah itu,
siswa menghitung nilai rata-rata tiap kelompok. Perhitungan nilai rata-rata tiap
kelompok bertujuan untuk mengetahui skor perolehan yang didapat tiap
kelompok.
(d) Pengakuan Kelompok (Teams Recognition)
Guru mengumumkan perolehan skor tiap kelompok dan mengumumkan
kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mendapatkan skor tertinggi. Pada siklus I ini kelompok yang
mendapat skor tertinggi yaitu kelompok Garuda.
(3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa diminta kembali ke tempat duduk masing-masing
karena akan diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan post test. Setelah selesai
mengerjakan siswa mengumpulkan soal ke depan. Kegiatan selanjutnya yaitu
siswa dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
Kemudian pembelajaran ditutup dengan guru mengucapkan salam.
3) Observasi Tindakan Siklus I
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dalam penelitian ini
bekerja sama dengan dua orang observer, yaitu observer pertama (wali kelas IV)
103
yang bertindak mengamati aktivitas guru apakah sudah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan observer yan kedua mengamati
partisipasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi, aktivitas guru meningkat setiap pertemuannya. Sementara aktivitas
sebagian besar siswa meningkat tiap pertemuannya. Selain itu guru sudah
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai RPP yang telah disusun
sebelumnya. Berikut ini akan disajikan data hasil observasi guru dan siswa dalam
pembelajaran siklus I siswa selama mengikuti pembelajaran IPS dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT.
Tabel 19. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus
I
No
1
Aspek yang diamati
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Skor
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2
2
3
3
3
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
3
4
4
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen atau homogen
3
4
5
Membantu siswa menyiapkan meja dan
tempat duduk untuk permainan.
2
3
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam
permainan
3
3
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
2
3
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
3
3
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
memperoleh skor tertinggi.
3
3
10
Memberi semangat kepada siswa untuk lebih
3
4
104
rajin belajar.
Skor Total
Skor Maksimum
Persentase Keseluruhan
27
40
67,5%
33
40
82,5%
Berdasarkan tabel di atas untuk menghitung persentase keseluruhan
aktivitas guru yaitu skor total dibagi dengan skor maksimum dan dikalikan 100%.
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa persentase keseluruhan aktivitas
guru -pada siklus I pertemuan ke-1 adalah 67,5% dan pertemuan ke-2 adalah
82,5%. Hasil tersebut dapat digambarkan pada diagram berikut ini.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Gambar 5. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT Siklus I
b. Deskripsi Hasil Penilaian Kognitif dan Afektif
1) Hasil Belajar Kognitif
Hasil analisis pembelajaran IPS dari pertemuan pertama sampai pertemuan
kedua dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat
pada tabel berikut:
105
Tabel 20. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test Siklus
I
No
Inisial Siswa
Nilai Siklus I
Keterangan
Pre Test
Post Test
1.
ARNF
2.
EN
3.
SNF
4.
RZ
5.
LNS
6.
NR
7.
RAA
8.
NAP
9.
RF
10. ABIY
11. IW
12. AA
13. FB
14. DI
15. GAN
16. MET
17. ERH
18. AW
19. ACS
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Ketuntasan
44
72
36
64
48
32
56
44
28
28
56
32
68
68
76
72
60
32
48
76
28
50,73
26,31%
56
80
64
68
48
44
68
60
48
44
68
56
72
44
84
80
72
52
48
84
44
60,84
42,10%
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Hasil analisis post test siklus I menunjukan bahwa nilai tertinggi yang
dicapai siswa adalah 84 dan nilai terendah adalah 44 dengan nilai rata-rata kelas
60,84. Apabila dilihat dari ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa yang berhasil
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 8 siswa (42,10%) dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 11 siswa (57,89%). Secara terperinci hasil belajar kognitif siswa
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
106
Tabel 21. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I
Nilai
Nilai
Nilai
Siswa yang belum Siswa yang sudah
tertinggi terendah rata-rata tuntas
tuntas
Jumlah
Presentase Jumlah
Presentase
84
44
60,84
11
57,89%
8
42,10%
Peningkatan hasil belajar kognitif antara pre test dan post test siklus I dapat
dilihat sebagai berikut:
Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test
Siklus I
50.00%
40.00%
30.00%
Pre Test
20.00%
Post Test
10.00%
0.00%
Pre Test
Post Test
Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dari Pre Test Sampai Siklus I
Hasil belajar kognitif siswa yang telah mencapai KKM pada saat pre test
rata-ratanya sebesar 50,73. Siswa yang tuntas berjumlah 5 siswa (26,31%).
Sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 14 siswa (73,68%). Saat sudah
diberi tindakan pada post test siklus I terlihat hasil belajar kognitif sudah
mengalami peningkatan sebesar 15,79%. Ketuntasan belajar siswa meningkat
menjadi 8 siswa (42,10%) sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 11 siswa
(57,89%).
107
2) Hasil Belajar Afektif
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan peneliti melakukan pengamatan
atau observasi terhadap siswa. Peneliti sebagai observer dibantu oleh satu
observer sehingga ada 2 observer. Terdapat 12 butir pengamatan untuk siswa.
Pemberian skor siswa dengan memberikan skor 4 sebagai skor tertinggi dan skor
1 sebagai skor terendah. Skor maksimalnya adalah 48 dan skor minimumnya
adalah 12 untuk masing-masing siswa. Dalam pelaksanaan siklus I, observasi
terhadap siswa dilakukan 2 kali yaitu pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2.
Beriku ini merupakan tabel pengamatan hasil belajar afektif siswa.
Tabel 22. Data Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Pembelajaran Siklus I
No
Aspek Yang Diamati
Keaktifan siswa
a. Siswa aktif bertanya selama
proses pembelajaran
b. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
c. Siswa aktif mengemukakan
pendapat
2.
Kerja sama
a. Siswa aktif berkerjasama dalam
kelompok
b. Siswa saling membantu dalam
diskusi kelompok
3.
Tanggung jawab
a. Siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok
b. Siswa mengerjakan tugas tepat
waktu
c. Siswa tertib mengikuti
pembelajaran
d. Siswa mematuhi perintah guru
Rata-rata Indikator
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
1.
4.
Antusiasme siswa
a. Siswa antusias mengikuti
pembelajaran
b. Siswa mendengarkan
penjelasan guru
c. Siswa bersedia mengikuti
permainan
Jumlah Rata-rata
2,63
2,63
2,63
2,42
2,52
2,47
2,15
2,31
2,23
2,47
2,57
2,52
2,52
2,52
2,52
2,63
2,63
2,63
2,52
2,57
2,54
2,52
2,42
2,47
2,31
2,47
2,39
2,63
2,63
2,63
2,31
2,47
2,39
2,57
2,63
2,60
29,68
30,37
30,02
108
Persentase
Jumlah nilai maksimal
61,83%
48
63,27%
48
62,55%
Berdasarkan tabel diatas, dapat didiskripsikan bahwa hasil belajar afektif
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
TGT mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua
yakni dari 61,83% pada pertemuan kedua menjadi 63,27% untuk lebih jelasnya,
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus pertama disajikan dengan
grafik sebagai berikut:
Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Siklus I
63.50%
63.00%
62.50%
62.00%
61.50%
61.00%
Pertemuan 1
Pertemuan 2
ta
Gambar 7. Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I
Dari diagram datas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif siswa dari
pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa pada
aspek keaktifan rata-ratanya sebesar 7,33. Pada aspek kerja sama rata-ratanya
mencapai 5,04. Pada aspek ketiga yaitu tanggung jawab rata-rata nilainya adalah
10,03. Dan pada aspek keempat yaitu antusiasme siswa mempunyai rata-rata
sebesar 7,62. Untuk persentase hasil belajar afektif
pertemuan ke-1 sebesar
61,83% meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 63,27%.
109
4) Refleksi Tindakan Siklus I
Tahap refleksi merupakan tahap dimana peneliti dan guru melakukan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Peneliti dan guru
melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran selama siklus I dengan
berpedoman pada data hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan siklus I.
Berdasarkan data hasil observasi siklus I yang terkumpul, peneliti menemukan
beberapa masalah yang menjadi bahan refleksi pada tindakan siklus I, yaitu
sebagai berikut.
1) Ketuntasan nilai hasil belajar kognitif pada siklus I mencapai 42,10% sehingga
belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang direncanakan.
2) Hasil belajar ranah afektif siswa mencapai 62,55% pada siklus I sehingga
belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang direncanakan.
3) Pembagian kelompok siklus I belum merata. Hal ini terlihat dalam diskusi
mengerjakan soal LKS, yang mana ada kelompok yang membutuhkan waktu
cukup lama untuk menyelesaikan soal LKS disbanding kelompok lain.
Beberapa siswa ramai dan mengganggu teman yan lain.
4) Implementasi waktu dalam penggunaan model pembelajaran tipe TGT belum
sesuai dengan rencana dalam rencana yang telah dibuat sebelumnya, sehingga
waktu yang digunakan selama pembelajaran menjadi kurang.
5) Penghargaan yang diberikan oleh guru belum menarik perhatian siswa.
6) Guru dalam kegiatan presentasi kelas, mejelaskan materinya terlalu cepat
sehingga materi yang disampaikan kepada siswa masih kurang. Mengakibatkan
siswa kurang maksimal dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS. Dan pada
110
saat presentasi kelas guru kurang di dukung oleh media pembelajaran yang
berhubungan dengan materi.
Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa siklus I masih terdapat
kekurangan. Kekurangan pada siklus I berasal dari pihak guru dan siswa, maka
perlu diperbaiki pada siklus II.
4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
a. Deskripsi Proses Penelitian
Siklus II dilakukan untuk dua kali pertemuan (2x35 menit) pada tanggal 1
April 2017 dan 8 April 2017. Mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV
diajarkan setiap hari Sabtu. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II
sebanyak 19 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 6 perempuan. Secara rinci sajian
siklus II adalah sebagai berikut.
1) Perencanaan Tindakan Siklus II
Peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Tahapan perencanaan
siklus II ini hampir sama dengan siklus I. Selain itu ada beberapa tambahan tahap
perencanaan berdasarkan hasil refleksi siklus I, yang dibahas dan dibuat rencana
tindakan pada siklus II. Adapun rencana tindakan siklus II sebagai berikut.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk dua kali pertemuan
yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan model TGT.
b) Menyusun dan menyiapkan media yang diperlukan yang sesuai dengan materi
yang diajarkan. Media yang digunakan yaitu video pembelajaran.
111
c) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disempurnakan.
d) Menyusun soal dan kartu untuk games dan turnamen.
e) Mengefektifkan penggunaan waktu dengan memberikan batas waktu
mengerjakan tugas diskusi dan presentasi. Disamping itu, peneliti juga lebih
menyederhanakan tugas diskusi dan merencanakan implementasi waktu
dengan baik sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
f) Menambah reward agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Reward berupa alat tulis.
g) Menyiapkan dan menyusun lembar observasi tentang kegiatan pembelajaran.
h) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
i) Mempersiapkan soal untuk siswa, yaitu soal pre test dan post test. Soal pre test
dikerjakan sebelum dilaksanakan tindakan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Sedangkan soal post test diberikan setelah siswa
mendapatkan tindakan, yaitu diberikan pada akhir setiap siklus.
j) Sebelum pelaksanaan diskusi dimulai, guru memberikan pengarahan kepada
siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok.
k) Menyusun kelompok yang baru untuk siklus II. Dalam pembagian kelompok,
siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan hasil post test siklus I.
Berikut daftar kelompok untuk siklus II.
Tabel 23. Daftar Anggota Kelompok Siklus II
No.
Kelompok
Merah
Kuning
Biru
Ungu
1.
GAN
MET
ACS
NR
2.
RZ
ERH
ARNF
AA
3.
EN
RAA
NAP
RF
112
4.
5.
DI
FB
IW
LNS
SNF
AW
ABIY
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada penelitian ini, siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan. Secara rinci
tinadkan pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut:
a) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1
Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 April
2017. Pertemuan pertama ini dimulai dari pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Materi
pembelajaran yang akan diperlajari pada pertemuan pertama siklus II ini tentang
“Perkembangan Teknologi Transportasi”.
(1) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal, pengajar membuka pelajaran dengan salam, kemudian
guru mengecek kehadiran siswa dengan memanggil satu per satu nama siswa.
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa
apakah tadi pergi ke sekolah menggunakan sepeda atau diantar orangtua.
Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi
agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru tidak lupa membagikan
nomor dada yang merupakan nomor presensi kepada siswa untuk memudahkan
pengamat menilai aktivitas siswa.
(2) Kegiatan Inti Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(a) Presentasi Kelas
Dalam kegiatan inti, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses
pembelajaran. Mereka diminta untuk bergabung dengan kelompoknya yang sudah
dibentuk sebelumnya oleh guru berdasarkan hasil post test siklus I. Selanjutnya
113
guru menjelaskan materi tentang perkembangan teknologi transportasi. Siswa
diminta membuka buku paket dan membaca dalam hati secara singkat. Selama
siswa membaca, guru dibantu dengan pengamat menyiapkan video dan laptop
sebagai media pembelajaran. Setelah selesai membaca, guru memberitahu siswa
jika akan memperlihatkan video yang berhubungan dengan perkembangan
transportasi. Guru meminta siswa untuk mengeser meja kursi agar para siswa
dapat duduk di lantai secara bersama-sama untuk menyaksikan video yang akan di
putar oleh guru. Salama video diputar, siswa sangat antusias memperhatikan isi
video tersebut. Sesekali siswa berbicara dan tertawa karena video yang dirasa
mengundang tawa. Setelah video selesai diputar, guru bersama siswa melakukan
tanya jawab. Selain itu guru mengulang kembali bahwa pembelajaran akan
menggunakan alur seperti pertemuan sebelumnya.
(b) Teams/Pengelompokan
Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing
karena akan diadakan diskusi kelompok. Kelompok yang telah dibentuk di siklus
II menggunakan nama-nama warna. Dalam kegiatan diskusi kelompok siklus II,
saat mengerjakan LKS anggota kelompok sudah terlibat dalam pembagian kerja.
Jadi sudah tidak terlihat lagi siswa yang mendominasi dalam diskusi. Setiap
anggota kelompok sudah mempunyai tugas yang merata sehingga diskusi
kelompok dapat berjalan dengan lancar.
Masing-masing kelompok sangat antusias dalam mengerjakan soal-soal
dalam LKS. Setiap kelompok terlihat berlomba-lomba dengan kelompok lain
untuk menyelesaikan soal-soal dalam LKS. Terlihat mereka ingin segerea selesai
114
karena sudah tidak sabar untuk bermain games. Guru mengingatkan bahwa waktu
mengerjakan LKS sudah hampir selesai. Ada beberapa kelompok yang sudah
selesai dan ada kelompok yang belum selesai. Guru berkeliling untuk memantau
kegiatan diskusi siswa. Setelah semua kelompok selesai berdiskusi mengerjakan
LKS, perwakilan kelompok maju ke untuk mempresentasikan hasil diskusinya
dan kemudian dibahas bersama-sama.
(c) Games
Tahap berikutnya adalah games. Tahap yang paling ditunggu-tunggu oleh
semua siswa. Sebelum dilaksanakan games, guru kembali mengingatkan aturan
dalam games. Aturan dalam pelaksanaan games siklus II masih sama dengan
aturan di siklus I. Masing-masing siswa dari tiap kelompok ada yang berperan
sebagai pemain pertama, pembaca soal, pencatat skor, dan yang lainnya sebagai
penantang. Semua siswa begitu antusias dalam mengikuti jalannya permainan,
mereka tidak terlihat bosan ketika mengikuti jalannya permainan. Bahkan semua
soal di siklus I hampir semua terselesaikan dengan baik. Guru memberitahu siswa
bahwa waktu untuk games sudah selesai. Terlihat siswa yang kecewa karena
waktu games terasa begitu cepat. Guru bersama siswa menghitung skor sementara
yang unggul.
(d) Pengakuan Kelompok
Kelompok yang unggul sementara dalam games siklus II adalah kelompok
Kuning. Selanjutnya anggota kelompok Kuning maju untuk menerima hadiah
sebagai penghargaan karena kelompoknya unggul sementara.
(3) Kegiatan Akhir
115
Pada kegiatan akhir, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang telah di pelajari. Kemudian siswa diminta mengerjakan soal evaluasi secara
individu. Guru mengingatkan bahwa tidak boleh menyontek atau membuka buku.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi siswa diberitahu oleh guru
bahwa pertemuan selanjutnya akan diakadakan turnamen dan post test, maka
siswa diminta mempersiapkan diri dengan belajar yang rajin agar mendapat nilai
yang memuaskan. Setelah itu guru menutup pembelajaran dengan salam.
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2
Pertemuan kedua adalah pertemuan terakhir di siklus II. Pertemuan ini
dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 April 2017. Pertemuan kedua dimulai dari pukul
07.00 sampai 08.10 WIB. Alokasi waktu pada pertemuan kedua adalah 2 jam
pelajaran atau 2 x 35 menit.
(1) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam yang dilanjutkan
dengan berdoa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa satu per satu. Guru
melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa mengenai polusi udara
kendaraan bermotor. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan motivasi agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru
tidak lupa membagikan nomor dada yang merupakan nomor presensi kepada
siswa untuk memudahkan pengamat menilai aktivitas siswa. Guru juga
memberitahu bahwa pembelajaran akan dilakukan dengan tahap TGT.
(2) Kegiatan Inti Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(a) Presentasi Kelas
116
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk membuka buku paket yang
berkaitan dengan materi. Setelah guru menjelaskan secara singkat, guru dibantu
dengan observer menyiapkan media pembelajaran berupa video yang ditayangkan
di laptop. Siswa diminta memperhatikan dengan cermat isi video yang diputar
oleh guru. Setelah video selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Ada sebagian siswa yang aktif bertanya seputar isi video yang
ditayangkan. Walaupun pertanyaan siswa terkadang nyeleneh dan keluar dari
konteks tetapi guru berusaha menjawab dengan sebaik mungkin agar bisa diterima
oleh siswa. Setelah sesi tanya jawab selesai, siswa diminta mengkondisikan diri
karena akan diadakan diskusi kelompok.
(b) Teams/Pengelompokan
Siswa diminta berkumpul dengan kelompok masing-masing secara
heterogen seperti pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok siswa diberikan LKS
untuk segera dikerjakan. Guru mengingatkan bahwa waktu pengerjaan LKS hanya
15 menit. Guru berkeliling kelas dan membimbing diskusi siswa. Guru
menghimbau kepada setiap kelompok untuk saling bekerja sama dan pembagian
tugas kelompok harus merata. Guru terkadang menegur siswa yang ngobrol
dengan kelompok lain dan mengabaikan diskusi kelompoknya. Guru kembali
mengingatkan bahwa waktu diskusi segera habis. Setelah semua kelompok
selesai. Perwakilan setiap kelompok maju untuk memaparkan hasil diskusi
kelompoknya. Siswa bersama guru mengoreksi hasil diskusi kelas tersebut.
Selanjutnya guru memberitahu bahwa akan diadakan turnamen. Siswa diminta
mengkondisikan kembali dan menata meja seperti yang guru instruksikan.
117
(c) Turnamen
Kemudian siswa dibagi menjadi empat kelompok, dalam pembagian
kelompok disesuaikan dengan nilai post test siklus I, selain itu siswa
dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Berikut klasifikasi meja
turnamen siklus II berdasarkan nilai post test siklus I.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Tabel 24. Penentuan Meja Turnamen Siklus II
Inisial Siswa
Klasifikasi Meja Turnamen
GAN
MET
EN
ERH
FB
RZ
RAA
IW
SNF
NAP
ARNF
AA
AW
LNS
NR
RF
ACS
ABIY
DI
A
B
C
D
Nilai
84
80
80
72
72
68
68
68
64
60
56
56
52
48
44
48
48
44
44
Adapun daftar meja turnamen siklus II yang terbentuk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
No.
1.
GAN
Tabel 25. Daftar Meja Turnamen Siklus II
Meja
A
B
C
RZ
ARNF
RF
118
D
2.
3.
4.
5.
MET
EN
ERH
FB
RAA
IW
SNF
NAP
AA
AW
LNS
NR
ACS
ABIY
DI
Dalam kegiatan ini, siswa dikelompokkan dengan level akademik
berdasarkan hasil post test siklus I pada meja turnamen yang telah di siapkan oleh
guru. Kemudian, sebelum dilaksanakan turnamen, guru mengumumkan aturan
dalam kegiatan turnamen. Setelah memberikan aturan dilanjutkan pembagian soal
turnamen siklus II yang diberikan kepada siswa dengan jumlah soal sebanyak 15
butir dan waktu yang diberikan adalah 30 menit. Terlihat para siswa dengan
sangat serius dalam mengerjakan kartu soal turnamen. Sudah tidak terlihat siswa
bekerja sama dengan teman sebelah dalam mengerjakan soal. Setelah semua siswa
selesai mengerjakan, guru menghimbau kepada siswa untuk kembali meneliti
jawabannya agar tidak keliru. Guru memberitahu siswa bahwa waktu untuk
mengerjakan soal turnamen telah selesai. Jawaban dikumpulkan ke depan dan
kemudain dikoreksi secara bersama-sama. Setelah itu, guru dibantu dengan siswa
menghitung skor perolehan tiap kelompok.
Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran, guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi pada siklus II. Kelompok yang
menjadi pemenang adalah kelompok Merah. Dan kemudian perwakilan dari
kelompok Merah maju untuk menerima hadiah yang diberikan oleh guru. Guru
memberikan hadiah kepada kelompok terbaik dan memberikan pujian “Bagus”
dan tepuk tangan. Bagi kelompok yang belum behasil guru memberikan kata-kata
119
motivasi, “Minggu depan kita belajar IPS dengan belajar kelompok lagi, lebih
semangat belajarnya ya biar kelompok kalian menang!”
Sebelum menutup proses pembelajaran siswa bersama guru menyimpulkan
materi pembelajaran yang telah di pelajari. Guru meminta siswa agar kembali ke
tempat duduk dengan posisi awal karena akan diberikan soal post test yang akan
di kerjakan oleh setiap siswa secara mandiri. Setelah soal post test selesai, siswa
diminta mengumpulkan ke depan. Sebelum menutup proses pembelajaran, guru
memberikan pesan-pesan moral dan motivasi kepada siswa. Selanjutnya guru
menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
3) Observasi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Partisipasi guru dan siswa selama kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terus
meningkat tiap pertemuannya. Guru semakin memanfaatkan waktu sebaik
mungkin dan menerapkan tahapan TGT dengan baik. Siswa antusias dalam
mengikuti setiap tahapan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Jumlah nilai rata-rata aktivitas siswa selama
proses pembelajaran pertemuan pertama siklus II adalah 34,95. Selain itu,
ketuntasan belajar IPS siswa kelas IV pada siklus II pertemuan pertama ini adalah
72,81%. Untuk nilai rata-rata ranah afektif siswa siklus II pertemuan kedua adalah
41,09. Dan ketuntasan belajar IPS siswa kelas IV pada siklus II pertemuan kedua
adalah 85,60%. Observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model
120
pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa guru telah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa saat
mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan tiap pertemuannya.
Guru juga sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai
rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya. Adapun
secara rinci hasil pengamatan pada sikus kedua adalah sebagai berikut :
Tabel 26. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus
II
No
1
Aspek yang diamati
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Skor
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2
3
3
3
4
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
3
4
4
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen atau homogeny
4
4
5
Membantu siswa menyiapkan meja dan
tempat duduk untuk permainan.
3
3
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam
permainan
4
4
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
3
3
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
3
3
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
memperoleh skor tertinggi.
3
4
10
Memberi semangat kepada siswa untuk lebih
rajin belajar.
Skor Total
Skor Maksimum
Persentase Keseluruhan
4
4
33
40
82,5%
36
40
90%
121
Berdasarkan tabel di atas untuk menghitung persentase keseluruhan
aktivitas guru yaitu skor total dibagi dengan skor maksimum dan dikalikan 100%.
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa persentase keseluruhan aktivitas
guru -pada siklus II pertemuan ke-1 adalah 82.5% dan pertemuan ke-2 adalah
90%. Hasil tersebut dapat digambarkan pada diagram berikut ini.
92%
90%
88%
86%
84%
82%
80%
78%
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Gambar 8. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Siklus II
b. Deskripsi Hasil Penelitian
1) Hasil Belajar Kognitif
Hasil dari pelaksanaan tindakan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar
IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Peningkatan hasil belajar bila
dibandingkan dengan pre test kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 27. Perbandingan Nilai IPS Siswa pada Kondisi Awal (Pre Test), Post
Test Siklus I, dan Post Test Siklus II.
No
Inisial Siswa
Kondisi Awal
(Pre Test)
Nilai
Post
Test Siklus I
Keterangan
1.
ARNF
44
56
2.
3.
EN
SNF
72
36
80
64
Belum
Tuntas
Tuntas
Belum
Tuntas
122
Nilai
Post
Test
Siklus
II
56
100
100
Keterangan
Belum
Tuntas
Tuntas
Tuntas
4.
5.
RZ
LNS
64
48
68
48
6.
NR
32
44
7.
8.
RAA
NAP
56
44
68
60
9.
RF
28
48
10.
ABIY
28
44
11.
12.
IW
AA
56
32
68
56
13.
14.
FB
DI
68
68
72
44
15.
16.
17.
18.
GAN
MET
ERH
AW
76
72
60
32
84
80
72
52
19.
ACS
48
48
76
28
50,73
26,31%
84
44
60,84
42,10%
Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Ketuntasan
Tuntas
Belum
Tuntas
Belum
Tuntas
Tuntas
Belum
Tuntas
Belum
Tuntas
Belum
Tuntas
Tuntas
Belum
Tuntas
Tuntas
Belum
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum
Tuntas
Belum
Tuntas
100
60
76
72
Tuntas
Belum
Tuntas
Belum
Tuntas
Tuntas
Tuntas
92
Tuntas
56
92
72
Belum
Tuntas
Tuntas
Tuntas
76
72
Tuntas
Tuntas
76
100
80
80
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
72
Tuntas
56
100
56
78,31
78,94%
Dari hasil analisis post test siklus II menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang
dicapai siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 56 dengan nilai rata-rata kelas
sebesar 78,31. Dilihat dari ketuntasan belajar siswa maka dari 19 siswa yang
berhasil mencapai ketuntasan sebanyak 15 anak (78,94%) dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 4 anak (21,05%). Secara rinci hasil belajar IPS dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
123
Tabel 28. Nilai Hasil Belajar Kognitif IPS Siklus II
Jumlah nilai
1488
Rata-rata kelas
78,31
Nilai tertinggi
100
Nilai terendah
56
Jumlah siswa yang tuntas
15
Persentase ketuntasan
78,94%
Untuk memperjelas adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa dari kondisi
awal sampai siklus II, dapat dilihat pada gambar diagram batang di bawah ini.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pre Test
Post Test 1
Post Test 2
Gambar 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II.
Berdasarkan grafik di atas, nilai rata-rata siswa pada pra tindakan sebesar
50,73, meningkat pada siklus I menjadi 60,84 dan pada siklus II meningkat
menjadi 78,31. Siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 26,31% pada pra
tindakan, meningkat menjadi 42,10% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat
menjadi 78,94%.
2) Hasil Belajar Afektif
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan peneliti melakukan pengamatan
atau observasi terhadap siswa. Peneliti sebagai observer dibantu oleh satu
124
observer sehingga ada 2 observer. Terdapat 12 butir pengamatan untuk siswa.
Pemberian skor siswa dengan memberikan skor 4 sebagai skor tertinggi dan skor
1 sebagai skor terendah. Skor maksimalnya adalah 48 dan skor minimumnya
adalah 12 untuk masing-masing siswa. Dalam pelaksanaan siklus I, observasi
terhadap siswa dilakukan 2 kali yaitu pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2.
Berikut ini merupakan tabel pengamatan hasil belajar afektif siswa.
Tabel 29. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II
No
Aspek Yang Diamati
1.
Keaktifan siswa
d. Siswa aktif bertanya selama
proses pembelajaran
e. Siswa aktif menjawab
pertanyaan
f. Siswa aktif mengemukakan
pendapat
Kerja sama
c. Siswa aktif berkerjasama dalam
kelompok
d. Siswa saling membantu dalam
diskusi kelompok
Tanggung jawab
e. Siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok
f. Siswa mengerjakan tugas tepat
waktu
g. Siswa tertib mengikuti
pembelajaran
h. Siswa mematuhi perintah guru
Antusiasme siswa
d. Siswa antusias mengikuti
pembelajaran
e. Siswa mendengarkan penjelasan
guru
f. Siswa bersedia mengikuti
permainan
Jumlah Rata-rata
Persentase
Jumlah nilai maksimal
2.
3.
4.
Rata-rata Indikator
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
3,31
3,31
3,31
2,68
3,15
2,91
2,52
3,15
2,83
3,31
3,43
3,37
2,84
3,52
3,18
2,68
3,68
3,18
2,63
3,15
2,89
2,84
3,68
3,26
2,68
3,42
3,05
3,31
3,78
3,54
2,84
3,31
3,07
3,31
3,52
3,41
34,95
72,81%
48
41,09
85,60%
48
38,02
79,20%
125
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif
siswa dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan. Hasil belajar
siswa pada aspek keaktifan rata-ratanya sebesar 9,03. Pada aspek kerja sama rataratanya mencapai 6,55. Pada aspek ketiga yaitu tanggung jawab rata-rata nilainya
adalah 12,38. Dan pada aspek keempat yaitu antusiasme siswa mempunyai ratarata sebesar 10,02. Untuk persentase hasil belajar afektif pertemuan ke-1 sebesar
72,81% meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 85,60%. Untuk lebih jelasnya
hasil belajar afektif siswa selama proses pembelajaran siklus kedua disajikan
dengan grafik sebagai berikut:
Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Siklus II
90.00%
85.00%
80.00%
75.00%
70.00%
65.00%
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Gambar 10. Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Pertemuan I dan II
Pada Siklus II
Peningkatan hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dari nilai rata-ratanya
yang semakin meningkat pada tiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama nilai
rata-ratanya sebesar 34,95 (72,81%). Untuk nilai rata-rata pertemuan kedua yaitu
sebesar 41,09 (85,60%).
Peningkatan hasil belajar dari pra tindakan sampai siklus II disebabkan oleh
penggunaan model pembelajaran kooperatif TGT yang diselingi dengan ice
126
breaking dan pemberian hadiah yang menarik sehingga siswa merasa senang,
lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran aktif dan menyenangkan.
4) Refleksi
Setelah siklus II selesai, peneliti bersama dengan guru kelas IV dan teman
sejawat mengolah hasil lembar observasi dan hasil post test. Hasilnya dapat dilihat
di bawah ini:
1) Pada post test siklus II, terdapat 17 siswa yang tuntas (mendapat nilai ≥ 68).
Sehingga ketuntasan belajar minimal mencapai 89,47% dari total jumlah siswa
dan nilai rata-rata kelas mencapai 80,21.
2) Observasi terhadap hasil belajar afektif siswa menunjukkan peningkatan.
Peningkatan hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dari nilai rata-ratanya yang
semakin meningkat. Pada pertemuan pertama nilai rata-rata 34,95. Sedangkan
nilai rata-rata pertemuan kedua adalah 41,09.
3) Observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa guru telah menerapkan model
tersebut.
Dengan demikian target dalam penelitian ini sudah tercapai sehingga
penelitian berhenti sampai siklus II. Berikut ini dijelaskan perbedaan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT di siklus I dan siklus II.
Tabel 30. Perbedaan Penerapan TGT Siklus I dan Siklus II
Tahap TGT
Presentasi
Kelas
Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan II
Guru
menggunakan
ceramah terlebih
dahulu
Guru
menggunakan
penugasan
dengan meminta
127
Siklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Guru
menggunakan
media berupa
video
Guru
menggunakan
media berupa
video
Pengelompokan
Pembagian
kelompok
berdasarkan hasil
pre test
Games
Siswa bermain
dengan kartu soal
berwarna putih
siswa maju
Pembagian
kelompok
berdasarkan
kelompok awal
dan penamaan
kelompok
dengan namanama burung
Siswa bermain
dengan kartu soal
berwarna putih
Tournament
Penempatan
meja urut dari
kelompok A-D
mulai dari timur
ke barat
Penempatan
meja urut dari
kelompok A-D
mulai dari timur
ke barat
Penghargaan
Kelompok
Penghargaan
berupa makanan
ringan dan tepuk
tangan
Penghargaan
berupa makanan
ringan dan tepuk
tangan
pembelajaran
Pembagian
kelompok
berdasarkan hasil
pre test
Siswa bermain
dengan kartu soal
berwarna (merah,
kuning, hijau dan
biru)
Penempatan
meja urut dari
kelompok A-D
mulai dari timur
ke barat.
Sebelum
turnamen guru
melakukan ice
breaking
Penghargaan
berupa makanan
ringan, alat tulis
dan tepuk tangan
pembelajaran
Pembagian
kelompok
berdasarkan
kelompok awal
dan penamaan
kelompok
dengan namanama warna
Siswa bermain
dengan kartu soal
berwarna (merah,
kuning, hijau dan
biru)
Penempatan
meja urut dari
kelompok A-D
mulai dari timur
ke barat.
Sebelum
turnamen guru
melakukan ice
breaking
Penghargaan
berupa makanan
ringan, alat tulis
dan tepuk tangan
B. Pembahasan
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang akan
dibahas dalam pembahasan ini adalah mengenai peningkatan hasil belajar IPS
siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan menggunakan model pembelajaran
koopertatif tipe TGT. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data kondisi awal
sebelum pelaksanaan, tindakan untuk setiap siklus dan perkembangan hasil belajar
siswa dari pra tindakan sampai siklus II.
Berdasarkan hasil tes sebelum dilaksanakan tindakan oleh peneliti,
diperoleh data dari nilai rata-rata kelas sebesar 50,7 dan persentase siswa yang
128
telah mencapai KKM hanya mencapai 26,31%. Hasil tersebut menggambarkan
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada materi Perkembangan
Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi masih rendah. Oleh karena itu
perlu diadakannya suatu tindakan perbaikan yang harus segera dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah tersebut.
Menurut Susanto (2014: 1) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan sikap yang diperoleh siswa
selama berlangsungnya pembelajaran. Apabila hasil belajar menyebabkan
perubahan tingkah laku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku
yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini
perubahan perilaku yang diamati adalah ranah kognitif dan afektif saja. Pada
ranah kognitif
hasil belajar yang dicapai siswa sebelum diterapkan model
pembelajaran kooperatif
tipe TGT masih rendah. Hal itu juga dilihat dari
persentase rata-rata kelas yang semakin meningkat dari jumlah siswa yang tuntas
KKM yang semakin banyak. Sedangkan pada ranah afektif siswa sebelumnya
ramai, gaduh, sering bercanda, kurang berkonsentrasi, dan kurang memperhatikan
guru saat pembelajaran.
Dalam penelitian ini ada empat aspek afektif yang harus diamati, yaitu
keaktifan, kerjasama, tanggung jawab, dan antusiasme. Dalam aspek keaktifan
ada 3 hal yang harus diamati yaitu aktif bertanya, aktif menjawab pertanyaan, dan
aktif mengemukakan pendapat. Sementara dalam aspek kerjasama ada 2 hal yang
harus diamati yaitu aktif bekerja sama dalam kelompok, saling membantu dalam
kelompok. Kemudian pada aspek tanggung jawab ada 4 hal yang harus diamati,
129
seperti bertanggung jawab terhadap tugas kelompok, mengerjakan tugas tepat
waktu, tertib mengikuti pembelajaran, dan mematuhi perintah guru. Sedangkan
pada aspek antusisasme ada 3 hal yang perlu diamati, yaitu antusias mengikuti
pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, dan bersedia mengikuti permainan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu
seorang guru kelas lain, pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Pada hasil pelaksanaan siklus I menunjukkan aktivitas guru belum optimal
menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT, aktivitas dalam pembelajaran
masih belum maksimal, belum bisa aktif dan bekerja sama sebagian siswa masih
ada yang belum bisa menerima anggota kelompoknya. Hasil belajar meningkat
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TGT. Adanya peningkatan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dapat dilihat dari kondisi
awal skor rata-rata hasil belajar IPS siswa pada pra tindakan adalah 50,7
meningkat pada siklus I menjadi 60,84. Siswa tuntas belajar pada kondisi awal
ada 5 siswa (26,31%) meningkat pada siklus I yang terdapat 8 siswa (42,10%).
Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa serta persentase ketuntasan belajar pada
siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian karena belum mencapai
angka rata-rata kelas 68 dan persentase ketuntasan belajar siswa 75% sehingga
dilakukan siklus ke II.
Pada siklus II peneliti tetap menerapkan tindakan berupa penerapan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
dalam
mata
pelajaran
IPS
materi
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Aktivitas guru
sudah efektif menggunakan waktu secara optimal dalam setiap tahap-tahap TGT.
130
Siswa juga sudah aktif bekerja sama dan terlihat semakin bertanggung jawab
kepada kelompoknya, serta siswa kelihatan sangat antusias dalam melakukan
setiap tahapan TGT.
Berdasarkan
hasil
observasi,
siswa
sudah
berani
bertanya
dan
mengemukakan pendapat dan berkeja sama dalam memahami materi pelajaran
secara tuntas, siswa sudah dapat menerima kelompoknya, siswa yang pandai
dalam kelompok tersebut mau membimbing teman dalam satu kelompoknya dan
siswa sudah terbiasa menghargai pendapat teman dalam tim.
Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan pembelajaran meningkat melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPS
siswa kelasa IV SD Negeri 2 Gombang. Hasil belajar IPS pada siklus I sebesar
60,84 meningkat sebesar 78,31 pada siklus II. Sedangkan siswa tuntas belajar
siklus I terdapat 8 siswa (42,10%) meningkat pada siklus II menjadi 15 siswa
(78,94%). Siswa belum tuntas belajar pada siklus I terdapat 11 siswa (57,89%)
berkurang pada siklus II menjadi 4 siswa (21,05%). Penelitian ini sudah
dinyatakan berhasil karena nilai rata-rata kelas pada siklus II sudah mencapai
KKM. Kriteria keberhasilan akan tercapai jika rata-rata kelas mencapai nilai
KKM SD Negeri 2 Gombang sebesar 68 serta banyaknya siswa sebesar 75%.
Dari hasil yang dilakukan dari awal sampai siklus II ada 4 siswa yang belum
tuntas. Terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan yaitu ARNF, LNS,
NR, dan ABIY. Peneliti menyerahkan kepada guru kelas IV untuk mengadakan
remedial dan membimbing dalam proses pembelajaran berikutnya supaya siswasiswa tersebut memperoleh prestasi belajar IPS yang baik.
131
Nilai hasil belajar ranah afektif siswa juga meningkat setiap pertemuannya.
Pada siklus I hasil belajar afektif siswa sebesar 62,55% dan meningkat pada siklus
II menjadi 79,20%. Dari tindakan siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil
belajar afektif siswa sebesar 16,65%. Hasil belajar afektif di siklus II sudah
mencapai kriteria yaitu 75% maka penelitian ini sudah dinyatakan berhasil
meningkatkan hasil belajar afektif siswa.
Menurut Samatowa (2006: 8) ciri-ciri anak pada masa kelas tinggi antara
lain adalah gemar membentuk kelompok teman sebaya dan membutuhkan orangorang sekelilingnya untuk menyelesaikan tugas dalam memenuhi keinginannya.
Siswa SD kelas IV berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial.
Jadi anak akan merasa senang dan nyaman jika proses pembelajarannya di
variasikan dengan bermain. Terutama bermain dengan teman sebayanya. Dengan
membuat siswa nyaman disaat pembelajaran memacu kreativitas dan pemikiran
siswa akan muncul.
Menurut Djamarah (2005:15-16), perubahan tingkah laku dari hasil belajar
terjadi secara terus menerus serta menyebabkan perubahan berikutnya yang akan
berguna bagi proses kehidupan selanjutnya. Semakin banyak belajar, semakin
banyak dan baik pula perubahan yang diperoleh. Perubahan tersebut akan semakin
mengalami kemajuan dan bersifat permanen. Sudarti (2015: 179), mengemukakan
bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Untuk meningkatkan dan
132
memelihara semangat siswa, guru dapat memberi penguatan berupa pujian,
pemberian hadiah, dan sebagainya. Sejalan dengan pernyataan Istiqomah (2006 :
82) yang merupakan kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain
dapat membuat hasil belajar lebih baik, motivasi belajar lebih tinggi, proses
belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk
berlatih bersosialisasi dengan orang lain, dan meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi.
Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil yang diperoleh siswa siklus I dan
siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan tiap pertemuan
dan pada setiap siklusnya. Dapat dinyatakan bahwa peningkatan hasil belajar pada
siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dikarenakan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang cocok diterapkan pada siswa kelas IV
karena siswa usia tersebut gemar membentuk kelompok teman sebaya dan sedang
berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial. Selain itu
pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai kelebihan membuat hasil belajar
lebih baik, meningkatkan motivasi siswa serta pembelajaran berlangsung dengan
keaktifan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
Proses pembelajaran IPS harus diterapkan dalam pembelajaran yang
menarik dan tidak membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Dalam hal ini
seorang guru harus mempunyai kreativitas yang tinggi dalam menyusun suatu
metode yang tepat dalam pembelajaran IPS. Salah satu upaya untuk meningkatkan
133
hasil belajar adalah dengan memberikan pemecahan masalah terhadap
permasalahan yang menghambat siswa. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mengadakan penelitian tindakan kelas.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, dibalik fakta keberhasilan penelitian
tentu juga banyak hal yang harus diperhatikan dan diperbaiki. Hal tersebut karena
beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Masih terdapat 4 siswa yang belum tuntas, maka peneliti menyerahkan kepada
guru kelas IV untuk mengadakan pelajaran remidial bagi keempat siswa yang
belum tuntas dengan menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan.
2. Penelitian ini hanya menggunakan satu Kompetensi Dasar (KD).
3. Koordinasi yang dilakukan oleh peneliti dengan guru yaitu hanya menyerahkan
RPP dan diberi arahan secara verbal.
4. Peneliti hanya melibatkan dua observer dalam melaksanakan pengamatan
terhadap aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPS
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
5. Masih terdapat faktor-faktor lain yang tidak mampu diteliti oleh peneliti, yaitu
bakat dan minat siswa, lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah, dan
lingkungan
keluarga yang juga berperan penting dalam menentukan
kemampuan siswa dalam belajar.
134
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, khususnya
pada materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.
Proses pembelajaran dengan menggunakan tipe TGT terdiri dari lima tahap yaitu:
(1) Presentasi Kelas, untuk memberikan meteri IPS kepada siswa, (2)
Pengelompokan, untuk membagi kelompok homogen dan heterogen, (3)
Permainan akademik deangan kartu soal, (4) Turnamen yang saling berkompetisi
antar kelompok homogen, dan (5) Pengakuan Kelompok berupa penghargaan atau
hadiah. Pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, guru dapat mengelola kelas dengan baik. Pembelajaran terlihat lebih
kondusif karena hasil belajar afektif siswa dalam proses belajar juga meningkat
dari kategori kurang dan cukup menjadi baik dan sangat baik. Siswa
memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar meningkat karena adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok. Siswa juga melakukan permainan akademik dengan antusias sehingga
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Kerjasama
yang dilakukan siswa dalam kelompok menjadikan kegiatan pembelajaran
menjadi lebih berkualitas. Terjadi peningkatan hasil belajar kognitif siswa dari
135
siklus I ke siklus II sebesar 36,84%. Hasil evaluasi siklus I, dari 19 siswa ada 8
siswa (42,10%) yang berhasil mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar
60,84. Setelah dilakukan tindakan siklus II, sebanyak 15 siswa (78,94%) telah
mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,31. Selain itu
terjadi juga peningkatan hasil belajar afektif siswsa dari siklus I ke siklus II
sebesar 16,65%. Dari hasil pengamatan hasil belajar siswa siklus I sebesar 62,55%
kemudian meningkat di siklus II sebesar 79,20%.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas ini, dapat disampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru kelas IV, sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT pada pelajaran IPS agar proses pembelajaran menjadi lebih kondusif
dan menyenangkan serta agar siswa menjadi lebih tertarik mengikuti
pembelajaran dan prestasinya menjadi meningkat. Sebaiknya guru menyiapkan
jauh-jauh hari jika menggunakan variasi model pembelajaran kooperatif TGT
yang didalamnya ada tahap-tahapan. Selain itu guru lebih baik pada tahap
presentasi kelas menggunakan media yang menunjang pembelajaran.
2. Bagi siswa, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadikan
pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan kelompok.
136
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asma, N. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains dan Teknologi Masyarakat.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Aunurrahman. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Djamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS: Filosifi, Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Hidayati. (2002). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdaya, J. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni. (2009). Strategi Dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan.
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Hasibuan & Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja.
Huda, M. (2015). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istiqomah. (2006). Pembelajaran Teams Game Tournaments. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Jarolemik, J. (1977). Social Studies in Elementary Education.New York:
Macmillan.
137
Korayati, T.D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri Mancasan Gamping
Sleman Yogyakarta. Skripsi, tidak dipublikasikan.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Depok: Rajagrafindo.
Kurniati, D. 2011. Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Melalui Model TGT Pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringamba Banjarnegara. Skripsi, tidak
dipublikasikan.
Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Madya, S. (2009). Teori Praktik Penelitian Tindakan Action Research. Bandung:
Alfabeta.
Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rofiq, M.N. (1 Maret 2010). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Dalam Pengajaran Agama Islam Vol 1. Diambil pada tanggal, 22 Januari
2017, di, https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/m-nafiurrofiq-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning-dalam-pendidikanagama-islam.pdf
Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Bandung: Pustaka
Publisher.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Siregar, E. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Situmorang, R. September 2014. Desain Pembelajaran Model Based Learning
Dalam Peningkatan Kemampuan . Jurnal Suluh Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Medan,
Volume 1, No. 1.Hal 66. Pada tanggal 21 Januari 2017, dari
http://akademik.uhn.ac.id/portal/public html/JurnalSuluhPendidikan
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.
138
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik (terjemahan
Nurulita). Bandung: Nusa Media.
Sudarti. (Agustus 2015). Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Games
Tournament (TGT) Di Kelas V SD Negeri 1 Gemaharjo, Jurnal
Pendidikan Profesional, Volume 4,No.2.Hal.179. Diambil pada tanggal ,
21
Januari
2017,
dari
http://jurnalpendidikanprofesional.com/index.php/JPP/article/viewFile/68/
pdf19
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta:
Depdiknas.
Sumadayo, S. (2013) Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suprihadi, (2000). Strategi Pembelajaran. Malang: FIP UNM.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Suyadi. (2013). Panduan Penelitian Tindakan Kelas Buku Panduan Wajib bagi
Para Pendidik. Yogyakarta: Diva Press.
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Taniredja, T. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Widyotoko, E.P. (2016). Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Warsono. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
139
LAMPIRAN
140
Lampiran 01. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
141
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I PERTEMUAN 1
Nama Sekolah
: SD Negeri 2 Gombang
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/I
Alokasi Waktu
: 2x35 menit (2 jam pelajaran)
Hari/Tanggal
: Sabtu, 18 Maret 2017
I.
Standar Kompetensi
2. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi.
II. Kompetensi Dasar
2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi, serta pengalaman menggunakannya.
III. Indikator
2.3.1 Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional
2.3.2 Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern
2.3.3 Membedakan teknologi produksi tradisional dengan modern
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan
jenis-jenis teknologi produksi tradisional dengan benar.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan
jenis-jenis teknologi produksi modern dengan tepat.
3. Melalui permainan bersama, siswa dapat membedakan teknologi
produksi tradisional dengan modern dengan benar.
 Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti,
kerjasama, menghargai.
V. Materi Pokok
Perkembangan teknologi produksi
VI. Model Pembelajaran
TGT (Teams Games Tournaments)
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa.
b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi.
142
c. Guru melakukan apersepsi, “Anak-anak siapa tadi yang sarapan
dengan tempe/tahu?”
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Penyajian kelas (Class Pressentation)
1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai pengertian
teknologi produksi.
2) Siswa mendengarkan penjelasan guru serta mengamati gambar
mengenai macam teknologi produksi tradisional dan modern
3) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai cara
menghasilkan barang produksi tradisional dan modern.
b. Kelompok (Teams)
1) Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik
siswa.
2) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen
berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masingmasing anggota 4-5 siswa dengan nama-nama burung
(berdasarkan hasil pre test sesuai dengan kemampuan akademik)
3) Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan
teknologi dengan dipantau oleh guru.
4) Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk
menyelesaikan LKS.
5) Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat
dalam kegiatan diskusi.
6) Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
7) Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik
dan turnamen.
c. Permainan (Games)
1) Setelah presentasi selesai setiap perwakilan kelompok
heterogen akan dikumpulkan.
2) Siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan.
3) Siswa menempati tempat permainan yang telah disiapkan.
4) Siswa mulai bermain dengan cara mengambil kartu soal yang
sudah disediakan.
d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments)
1) Siswa dikelompokkan secara homogeny (kelompok prestasi
sangat baik, baik, cukup, dan kurang)
2) Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil
kartu bernomor yang berisi pertanyaan.
143
VIII.
IX.
3) Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam
kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok
lain boleh menjawab pertanyaan.
4) Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis
terjawab.
e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition)
1. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan
mendapat poin.
2. Siswa bersama guru menghitung poin perolehan.
3. Siswa bersama guru membahas hasil permainan.
4. Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan
pujian pada siswa yang mendapat poin tertinggi.
5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
6. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3. Kegiatan Penutup
1. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi
2. Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap
untuk permainan dalam pertemuan berikutnya.
Media dan Sumber Belajar
1. Media
a. Gambar macam-macam teknologi produksi tradisional dan
modern.
b. Kartu permainan
2. Sumber Belajar
a. Silabus Kelas IV SD.
b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI
Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV.
Jakarta: Erlangga.
Penilaian
1. Jenis Tes
: Tes Tertulis
2. Bentuk Tes
: Isian
3. Alat Tes
: Soal (Terlampir)
4. Kriteria Penilaian
: Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang
benar mempunyai skor 2.
5. Cara menentukan skor
X.
: NA
Kriteria Keberhasilan
144
𝐽
𝑦𝑎 𝑔 𝑖
𝑎ℎ
𝑎
ℎ 𝑖 𝑤𝑎
𝑖 𝑎
x 100
Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19
siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal)
yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya.
145
Lembar Tugas Kelompok Siklus 1 Pertemuan 1
Nama kelompok:
Nama Anggota:
Petunjuk:
a. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu.
b. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan.
Soal diskusi kelompok
1. Sebutkan 3 makanan yang berbahan dasar kedelai!
2. Sebutkan 3 teknologi masa lalu yang mengandalkan keahlian tangan!
3. Tulislah 3 contoh teknologi tradisional untuk produksi!
4. Tulislah 3 contoh teknologi modern untuk produksi!
5. Tulislah urutan kegiatan produksi membuat batu bata!
Kunci Jawaban :
1. Tahu, tempe, kecap
2. a. membuat anyaman, b. membatik, c. mengukir kayu
3. a. membuat batik tulis, b. menenun dengan alat tradisional, c. membajak
sawah dengan kerbau
4. a. batik cap, b. membajak sawah dengan traktor, c. menumbuk padi
dengan mesin
5. a. menyiapkan tanah liat sebagai bahan baku, b. tanah liat yang tersedia
diaduk dengan air. Kemudian digiling supaya menjadi adonan yang siap
cetak, c. adonan tanah liat dicetak satu persatu. Hasil cetakan itu dibiarkan
di tempat yang terkena sinar matahari, d. setelah kering, batu bata
146
ditumpuk di tempat yang aman, e. setelah jumlahnya cukup batu bata yang
sudah kering dibakar di tungku pembakaran sampai warnanya merah, f.
setelah dibakar batu bata dibiarkan dingin terlebih dahulu, g. setelah
dingin batu bata bisa dikeluarkan dari tungku.
147
Materi Perkembangan Teknologi Produksi
1.
Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat barangbarang yang kita pakai. Teknologi produksi sederhana digunakan orang-orang
jaman dulu. Peralatan yang digunakan masih belum menggunakan mesin
melainkan mengandalkan keterampilan tangan. Barang yang dihasilkan biasanya
mempunyai niulai seni tinggi, misalnya pada barang kerajinan tangan berupa ukir
kayu, batik tulis, dan barang anyaman. Contohnya para petani zaman dulu
mengolah tanah menggunakan bajak ayang ditarik kerbau atau sapi sedangkan
pada zaman sekarang petani menggunakan mesin traktor. Petani zaman dulu
menginjak-injak ikatan padi untuk merontokkan padi, zaman sekarang petani
memakai mesin prontok padi. Untuk mendapatkan beras zaman dulu petani
menumbuk padi ditempat menumbuk padi, zaman sekarang memakai mesin
penggiling padi.
2. Macam-macam produksi tradisional :
a. membuat batik dengan menggunakan canting
b. mengolah tanah menggunakan hewan (sapi/kerbau)
c. membuat sambal dengan cara diulek
d. Proses produksi batu bata
Urutannya adalah tanah liat diaduk dengan air, kemudian dicetak, dijemur
dibawah terik matahari, setelah kering dan jumlahnya sudah banyak kemudian
dibakar.
e. Proses produksi minyak goreng.
Kelapa dikelupas, dicungkil, daging kelapa diparut. Parutan kelapa diambil
santannya, dan direbus terus menerus, lama kelamaan akan menjadi minyak
goreng.
f. Proses produksi kain batik
Malam dipanaskan diatas api kecil menggunakan wajan kecil. Celupkan canting
kedalam malam. Sebelum digoreskan ke kain motif/ teteron/ katun/ sutra, terlebih
dahulu malam ditiup supaya tidak terlalu panas.
3. Macam-macam produksi modern :
148
a. membuat batik dengan cara dicap
b. membuat sambal menggunakan blender
c. mengolah tanah menggunakan traktor
d. Proses produksi minyak goreng
Kelapa terlebih dahulu diolah menjadi kopra. Kemudian kopra diolah
menggunakan mesin menjadi minyak goreng.
e. Proses produksi tekstil
Menggunakan alat tenun mesin yang berkekuatan delapan kali lebih besar dari
hasil tenun rakyat bukan mesin.
f. Teknologi produksi kertas
Bahan baku untuk membuat kertas adalah kulit kayu yang diambil dari pohon
pinus atau cemara.Kulit kayu kemudian diratakan dengan mesin penggilas atau
dimasak dengan menggunakan bahan kimia untuk mengubah kulit kayu menjadi
serat. Serat diolah menjadi bubur kertas. Bubur kertas diaduk dan dibentuk untuk
dimasukkan ke dalam mesin pembuat kertas.
g. Teknologi produksi semen
Semen merupakan bahan galian campuran antara batu gamping dan tanah liat.
Campuran tersebut kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling. Bahan baku
semen semen kemudian iolah dan diberi bahan kimia tertentu agar mempunyai
kualitas yang baik.
h. Teknologi produksi kendaraan bermotor
i. Teknologi produksi elektronika
j. Teknologi produksi besi dan baja
149
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I PERTEMUAN 2
Nama Sekolah
: SD Negeri 2 Gombang
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/I
Alokasi Waktu
: 2x35 menit (2 jam pelajaran)
Hari/Tanggal
: Sabtu, 25 Maret 2017
I.
Standar Kompetensi
2. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi.
II. Kompetensi Dasar
2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi, serta pengalaman menggunakannya.
III. Indikator
1. Menunjukkan teknologi komunikasi masa lalu
2. Menunjukkan teknologi komunikasi kini
3. Membedakan teknologi komunikasi masa lalu dengan masa kini
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan
teknologi komunikasi masa lalu dengan benar.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan
teknologi masa kini dengan tepat.
3. Melalui permainan bersama, siswa dapat membedakan teknologi
komunikasi masa lalu dengan masa kini.
 Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti,
kerjasama, menghargai.
V. Materi Pokok
Perkembangan teknologi komunikasi
VI. Model Pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT).
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa.
150
b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi
c. Guru memberikan tindakan preventif dengan meminta siswa untuk
tetap tenang selama mengikuti pelajaran.
d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan “siapa yang pernah
mengirim surat ? lewat apa ?”
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Penyajian kelas (Class Pressentation)
1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai perkembangan
teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini.
2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penjelasan yang
disampaikan guru.
b. Kelompok (Teams)
1) Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik siswa.
2) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan
tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masing-masing anggota
4-5 siswa dengan nama-nama burung (berdasarkan kelompok
sebelumnya)
3) Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi
dengan dipantau oleh guru.
4) Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk
menyelesaikan LKS.
5) Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat
dalam kegiatan diskusi.
6) Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
7) Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan
turnamen.
c. Permainan (Games)
1) Siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan.
2) Siswa menempati tempat permainan yang telah disiapkan.
3) Siswa mendengarkan penjelasan petunjuk guru dalam permainan.
4) Siswa menyiapkan materi dan kelompoknya untuk bertanding.
d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments)
1) Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil
kartu bernomor yang berisi pertanyaan.
2) Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam
kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok lain
boleh menjawab pertanyaan.
3) Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis
terjawab.
151
VIII.
IX.
e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition)
1) Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan
mendapat poin.
2) Siswa bersama guru menghitung poin perolehan.
3) Siswa bersama guru membahas hasil permainan.
4) Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan pujian
pada siswa yang mendapat poin tertinggi.
5) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
6) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
f. Kegiatan Penutup
1) Siswa mengumpulkan hasil evaluasi
2) Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap
untuk permainan dalam pertemuan berikutnya.
Media dan Sumber Belajar
1. Media
a. Gambar teknologi komunikasi
b. Kartu permainan
2. Sumber Belajar
a. Silabus Kelas IV SD.
b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI
Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV.
Jakarta: Erlangga.
Penilaian
1. Jenis Tes
: Tes Tertulis
2. Bentuk Tes
: Isian
3. Alat Tes
: Soal (Terlampir)
4. Kriteria Penilaian
: Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang
benar mempunyai skor 2.
5. Cara menentukan skor
X.
: NA
Kriteria Keberhasilan
152
𝐽
𝑦𝑎 𝑔 𝑖
𝑎ℎ
𝑎
ℎ 𝑖 𝑤𝑎
𝑖 𝑎
x 100
Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19
siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal)
yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya.
153
Lembar Tugas Kelompok Siklus 1 Pertemuan 2
Nama kelompok:
Nama Anggota:
Petunjuk:
a. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu.
b. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan.
Soal diskusi kelompok
1. Sebutkan 4 manfaat kentongan bagi warga pedesaan!
2. Sebutkan 4 alat komunikasi yang digunakan pada masa kini!
3. Sebutkan 4 macam media cetak!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi langsung!
5. Bagaimana proses mengirim surat ke agar sampai ke tujuan?
Kunci jawaban:
1. a. memanggil warga desa untuk melakukan kerja bakti
b. memanggil warga desa agar berkumpul di balai desa
c. memberitahu warga desa kalau ada warga yang meninggal
d. memberitahu warga kalau terjadi bencana alam
2. a. Televisi
b. Telepon
c. Surat
d. Radio
3. a. Koran
b. majalah
c. tabloid
d. Poster
4. Komunikasi langsung adalah komunikasi yang terjadi apabila dua orang atau
lebih berbincang-bincang dengan saling berhadapan muka.
5. a. Pertama orang menulis surat dulu. Isi surat bisa bermacam-macam. Setelah
ditulis surat dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop. Amplop diberi alamat
kepada siapa surat tersebut. Selain itu ditulis alamat pengirim.
b. Setelah itu surat dibawa ke kantor pos untuk dikirimkan. Kalau belum ada
perangkonya, surat harus diberi perangko dulu.
c. Setelah itu surat dikirim ke tempat tujuan dan diantarkan oleh tukang pos.
154
Materi Perkembangan Teknologi Komunikasi
1. Komunikasi
Manusia adalah sebagai makhluk individu dan juga sosial. Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia akan selalu berhubungan
dengan manusia lainnya. Hubungan dapat dilakukan secara perorangan atau bisa
juga kelompok. Hasilnya dapat menimbulkna adanya pertukaran informasi yang
disebut komunikasi. Komunikasi adalah kegiatan menyampaikan dan menerima
pesan. Komunikasi dapat terjadi secara langsung antara kedua belah pihak.
Misalnya, Udin ingin bertanya letak Kantor Pos. Dia harus menanyakan kepada
polisi yang kebetulan berada didekatnya. Dari tanya-jawab tersebut, akhirnya udin
mengetahui dimana letak kantor POS. Dari tanya-jawab terseut, akhirnya udin
mengetahui dimana letak kantor POS. Dari tanya jawab tersebut terjadilah suatu
komunikasi dua arah antar sipenanya dan yang ditanya.
Komunikasi juga sering kali dilakukan secara tidak langsung, Misalnya
Tanto ingin menghubungi bibinya yang sedang berada di Pulau Batam. Untuk itu
Tanto harus mengirim surat melalui Kantor POS. Komunikasi melalui surat
adalah salah satu contoh komunikasi secara tidak langsung. Marilah kita pelajari
berbagai macam alat komunikasi.
2. Alat-alat Teknologi Komunikasi Tradisional dan Modern
Pada masa lalu teknologi komunikasi yang digunakan sangatlah sederhana
dengan cara memukul alat kentongan atau bedug. Mereka bisa mengerti apa yang
dimaksud. Misalnya mau kerja bakti, setelah alat kentongan itu dipukul, maka
orangpun berkumpul dan bekerja disuatu tempat. Bedug dipukul, Maka para
jemaah masjid berkumpul untuk salat.Saat ini sudah banyak hasil teknologi
komunikasi yang terjangkau dan dapat dibeli oleh masyarakat. Orang dapat
menggunakan telepon atau HP untuk berkomunikasi bahkan masa kini sudah
banyak digunakan teknologi internet.
155
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II PERTEMUAN 1
Nama Sekolah
: SD Negeri 2 Gombang
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/I
Alokasi Waktu
: 2x35 menit (2 jam pelajaran)
Hari/Tanggal : Sabtu, 1 April 2017
I.
Standar Kompetensi
2. mengenal sumber daya alam, kegiaqtan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi.
II. Kompetensi Dasar
2.4 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi, serta pengalaman menggunakannya.
III. Indikator
1. Menunjukkan teknologi transportasi pada masa lalu
2. Menunjukkan teknologi transportasi masa kini
3. Memberi contoh jenis-jenis transportasi
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan
teknologi transportasi masa lalu dengan benar.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan
teknologi transportasi masa kini dengan tepat.
3. Melalui permainan bersama, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis
transportasi.
 Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti,
kerjasama, menghargai.
V. Materi Pokok
Perkembangan teknologi transportasi
VI. Model Pembelajaran
TGT (Teams Games Tournaments)
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa.
b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi
156
c. Guru memberikan tindakan preventif dengan meminta siswa untuk
tetap tenang selama mengikuti pelajaran.
d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan “siapa yang tadi
padi pergi ke sekolah naik sepeda?”
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Penyajian kelas (Class Pressentation)
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen (berdasarkan
hasil pre test sesuai dengan kemampuan akademik)
2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai perkembangan
teknologi transportasi masa lalu dan masa kini.
3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penjelasan yang
disampaikan guru.
b. Kelompok (Teams)
1) Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik siswa.
2) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan
tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masing-masing anggota
4-5 siswa dengan nama-nama warna (berdasarkan hasil pre test
sesuai dengan kemampuan akademik)
3) Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi
dengan dipantau oleh guru.
4) Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk
menyelesaikan LKS.
5) Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat
dalam kegiatan diskusi.
6) Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
7) Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan
turnamen.
c. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments)
1) Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil
kartu bernomor yang berisi pertanyaan.
2) Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam
kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok lain
boleh menjawab pertanyaan.
3) Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis
terjawab.
d. Pengakuan kelompok (Teams Recognition)
1. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan
mendapat poin.
2. Siswa bersama guru menghitung poin perolehan.
157
VIII.
IX.
3. Siswa bersama guru membahas hasil permainan.
4. Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan pujian
pada siswa yang mendapat poin tertinggi.
5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
6. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3. Kegiatan Penutup
1. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi
2. Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap
untuk permainan dalam pertemuan berikutnya.
Media dan Sumber Belajar
3. Media
a. Gambar teknologi transportasi
b. Kartu permainan
4. Sumber Belajar
a. Silabus Kelas IV SD.
b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI
Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV.
Jakarta: Erlangga.
Penilaian
1. Jenis Tes
: Tes Tertulis
2. Bentuk Tes
: Isian
3. Alat Tes
: Soal (Terlampir)
4. Kriteria Penilaian : Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang benar
mempunyai skor 2.
5. Cara menentukan skor
X.
: NA
𝐽
𝑦𝑎 𝑔 𝑖
𝑎ℎ
𝑎
ℎ 𝑖 𝑤𝑎
𝑖 𝑎
x 100
Kriteria Keberhasilan
Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19
siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal)
yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya.
158
159
Lembar Tugas Kelompok Siklus II Pertemuan 1
Nama kelompok:
Nama Anggota:
Petunjuk:
c. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu.
d. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan.
Soal diskusi kelompok
1. Sebutkan 4 contoh transportasi masa lalu!
2. Sebutkan 4 contoh alat trasportasi yang ada di daerahmu!
3. Sebutkan 4 jenis transportasi air!
4. Sebutkan nama-nama terminal, stasiun, pelabuhan, atau bandara yang ada di
daerahmu!
5. Jelaskan perbedaan sarana transportasi masa lalu dan masa kini!
160
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II PERTEMUAN 2
Nama Sekolah
: SD Negeri 2 Gombang
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/I
Alokasi Waktu
: 2x35 menit (2 jam pelajaran)
Hari/Tanggal
: Sabtu, 8 April 2017
I.
Standar Kompetensi
2. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi.
II. Kompetensi Dasar
2.5 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi, serta pengalaman menggunakannya.
III. Indikator
1. Menjelaskan kelebihan transportasi masa lalu
2. Menjelaskan kelebihan transportasi masa kini
3. Menjelaskan kelemahan trasportasi masa lalu
4. Menjelaskan kelemahan trasportasi masa kini
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan
teknologi transportasi masa lalu dengan benar.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan
teknologi transportasi masa kini dengan tepat.
3. Melalui permainan bersama, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis
transportasi.
 Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti,
kerjasama, menghargai.
V. Materi Pokok
Perkembangan teknologi transportasi
VI. Model Pembelajaran
TGT (Teams Games Tournaments)
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa.
161
b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi
c. Guru memberikan tindakan preventif dengan meminta siswa untuk
tetap tenang selama mengikuti pelajaran.
d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan “siapa yang pernah
naik bus lalu mabuk?”
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Penyajian kelas (Class Pressentation)
1. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
perkembangan teknologi transportasi masa lalu dan masa kini.
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penjelasan yang
disampaikan guru.
b. Kelompok (Teams)
1. Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik
siswa.
2. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan
tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masing-masing anggota
4-5 siswa dengan nama-nama warna (berdasarkan kelompok
sebelumnya)
3. Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi
dengan dipantau oleh guru.
4. Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk
menyelesaikan LKS.
5. Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat
dalam kegiatan diskusi.
6. Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
7. Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan
turnamen.
c. Permainan (Games)
1. Siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan.
2. Siswa menempati tempat permainan yang telah disiapkan.
3. Siswa mendengarkan penjelasan petunjuk guru dalam
permainan.
4. Siswa menyiapkan materi dan kelompoknya untuk bertanding.
5. Perwakilan dari setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan oleh masing-masing pembaca soal.
d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments)
1. Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil
kartu bernomor yang berisi pertanyaan.
162
VIII.
IX.
2. Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam
kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok
lain boleh menjawab pertanyaan.
3. Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis
terjawab.
e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition)
1. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan
mendapat poin.
2. Siswa bersama guru menghitung poin perolehan.
3. Siswa bersama guru membahas hasil permainan.
4. Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan
pujian pada siswa yang mendapat poin tertinggi.
5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
6. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
3. Kegiatan Penutup
1. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi
2. Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan
besiap untuk permainan dalam pertemuan berikutnya.
Media dan Sumber Belajar
1. Media
a. Gambar teknologi transportasi
b. Kartu permainan
2. Sumber Belajar
a. Silabus Kelas IV SD.
b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI
Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV.
Jakarta: Erlangga.
Penilaian
1. Jenis Tes
: Tes Tertulis
2. Bentuk Tes
: Isian
3. Alat Tes
: Soal (Terlampir)
4. Kriteria Penilaian
: Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang
benar mempunyai skor 2.
5. Cara menentukan skor
X.
: NA
Kriteria Keberhasilan
163
𝐽
𝑦𝑎 𝑔 𝑖
𝑎ℎ
𝑎
ℎ 𝑖 𝑤𝑎
𝑖 𝑎
x 100
Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19 siswa
mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah
ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya.
164
Lembar Tugas Kelompok Siklus II Pertemuan 2
Nama kelompok:
Nama Anggota:
Petunjuk:
a. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu.
b. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan.
Soal diskusi kelompok
1. Sebutkan 3 contoh kelebihan transportasi masa lalu!
2. Sebutkan 3 contoh kelebihan transportasi masa kini!
3. Berikan 3 contoh kelemahan transportasi masa lalu!
4. Berikan 3 contoh kelemahan transportasi masa kini!
5. Transportasi apa saja yang pernah kamu gunakan? Mengapa memilih
transportasi tersebut? Jelaskan!
165
Lampiran 02. Lembar
Keterlaksanaan Model
Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT
166
Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
Pertemuan/Siklus
:
A. Petunjuk Penskoran :
Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1 = kurang 3 = baik
2 = cukup 4 = baik sekali
B. Petunjuk Pengisian :
Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan
metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
No
Aspek yang diamati
1
1
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi,
Komunikasi, dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Memberi kesempatan bertanya kepada
siswa.
4
Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok heterogen atau homogeny
5
Membantu siswa menyiapkan meja dan
tempat duduk untuk permainan.
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam
permainan
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
167
Skor
2
3
4
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
memperoleh skor tertinggi.
10
Memberi semangat kepada siswa untuk
lebih rajin belajar.
Klaten,
Observer 1
Observer 2
Indah Listyaningrum
Nany Adika Putri
168
Lampiran 03. Hasil
Keterlaksanaan Model
Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT
169
Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hari/Tanggal
: Sabtu, 18 Maret 2017
Waktu
: 07.00-08.10
Pertemuan/Siklus
: 1/I
A. Petunjuk Penskoran :
Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1 = kurang 3 = baik
2 = cukup 4 = baik sekali
B. Petunjuk Pengisian :
Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan
metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
No
Aspek yang diamati
1
1
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi,
dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
4
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen atau homogeny
5
Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat
duduk untuk permainan.
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
170
Skor
2 3
√
√
√
√
√
√
√
√
4
10
memperoleh skor tertinggi.
√
Memberi semangat kepada siswa untuk lebih
rajin belajar.
√
Klaten,
Observer 1
Observer 2
Indah Listyaningrum
Nany Adika Putri
171
Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hari/Tanggal
: Sabtu, 25 Maret 2017
Waktu
: 07.00-08.10
Pertemuan/Siklus
: 2/I
A. Petunjuk Penskoran :
Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1 = kurang 3 = baik
2 = cukup 4 = baik sekali
B. Petunjuk Pengisian :
Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan
metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
No
Aspek yang diamati
1
1
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi,
dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
4
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen atau homogeny
Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat
duduk untuk permainan.
5
Skor
2 3
√
√
√
√
√
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
√
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
memperoleh skor tertinggi.
√
172
4
√
√
10
√
Memberi semangat kepada siswa untuk lebih
rajin belajar.
Klaten,
Observer 1
Observer 2
Indah Listyaningrum
Nany Adika Putri
173
Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hari/Tanggal
: Sabtu, 1 April 2017
Waktu
: 07.00-08.10
Pertemuan/Siklus
: 1/II
A. Petunjuk Penskoran :
Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1 = kurang 3 = baik
2 = cukup 4 = baik sekali
B. Petunjuk Pengisian :
Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan
metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
No
Aspek yang diamati
1
1
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi,
dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
4
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen atau homogeny
Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat
duduk untuk permainan.
5
Skor
2 3
√
√
√
√
√
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
√
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
memperoleh skor tertinggi.
√
174
4
√
√
10
√
Memberi semangat kepada siswa untuk lebih
rajin belajar.
Klaten,
Observer 1
Observer 2
Indah Listyaningrum
Nany Adika Putri
175
Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hari/Tanggal
: Sabtu, 8 April 2017
Waktu
: 07.00-08.10
Pertemuan/Siklus
: 2/II
A. Petunjuk Penskoran :
Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1 = kurang 3 = baik
2 = cukup 4 = baik sekali
B. Petunjuk Pengisian :
Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan
metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah
tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.
No
Aspek yang diamati
1
1
2
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi,
dan Transportasi.
Menjelaskan materi pembelajaran.
3
Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
4
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen atau homogeny
Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat
duduk untuk permainan.
5
6
Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan
7
Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
8
Membimbing siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
9
Memberi penghargaan kepada siswa yang
memperoleh skor tertinggi.
176
Skor
2 3
√
4
√
√
√
√
√
√
√
√
10
√
Memberi semangat kepada siswa untuk lebih
rajin belajar.
Klaten,
Observer 1
Observer 2
Indah Listyaningrum
Nany Adika Putri
177
Lampiran 04. Lembar
Observasi Siswa
178
Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Nama Sekolah
: SD Negeri 2 Gombang
Mata Pelajaran
: IPS
Kelas/Semester
: IV / II
Siklus/Pertemuan
:
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan pengamatan anda!
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
No
: Baik Sekali
: Baik
: Cukup
: Kurang
Nomor Absen Siswa
Aktivitas Siswa
1
1.
2
3
4
5
6
Keaktifan siswa
g. Siswa aktif bertanya selama proses
pembelajaran
h. Siswa aktif menjawab pertanyaan
i. Siswa aktif mengemukakan pendapat
2.
Kerja sama
179
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
3.
e. Siswa aktif berkerjasama dalam
kelompok
f. Siswa saling membantu dalam diskusi
kelompok
Tanggung jawab
i. Siswa bertanggung jawab terhadap tugas
kelompok
j. Siswa mengerjakan tugas tepat waktu
k. Siswa tertib mengikuti pembelajaran
l. Siswa mematuhi perintah guru
4.
Antusiasme siswa
g. Siswa antusias mengikuti pembelajaran
h. Siswa mendengarkan penjelasan guru
i. Siswa bersedia mengikuti permainan
Klaten, Maret 2017
Observer
180
Lampiran 05. Hasil
Observasi Aspek Afektif
Siswa
181
Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus I
182
183
Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus II
184
185
Lampiran 06. Kisi-kisi
Soal Tes Siklus I
186
Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1
Kompetensi
Dasar
2.3
Mengenal
perkembanga
n teknologi
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
pengalaman
menggunaka
nnya.
Indikator
1. Menyebutkan jenis-jenis
teknologi produksi
tradisional
2. Menyebutkan jenis-jenis
teknologi produksi modern
3. Membedakan teknologi
produksi tradisional dengan
modern
4. Menunjukkan teknologi
komunikasi masa lalu
5. Menunjukkan teknologi
komunikasi masa kini
6. Membedakan teknologi
komunikasi masa lalu
dengan masa kini
Jumlah Soal
Aspek Kognitif
C1
C2
C3
1, 2, 3, 4
(pg)
5, 6, 7
(pg)
Keterangan:
C1
: Pengetahuan
C2
: Pemahaman
C3
: Penerapan
187
4
3
8, 9,
10
(pg)
3
1, 2
(essay)
3, 4, 5
(essay)
7
Jumlah
11, 12,
13, 14,
15
(pg)
6
3
4
3
7
20
Lampiran 07. Soal Pre Test
dan Post Test Siklus I
188
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d didepan jawaban yang benar!
1. Berikut ini produksi dari kacang kedelai kecuali….
a. kecap
c. tahu
b. tempe
d. gula
2. Membatik dengan menggunakan canting memanfaatkan teknologi produksi....
a. modern
c. mutakhir
b. tradisional
d. canggih
3. Salah satu alat tradisional yang biasa digunakan untuk menggemburkan tanah
adalah….
a. cangkul
c. sekop
b. linggis
d. serok
4. Perhatikan urutan membuat batu bata berikut ini!
1. Menyiapkan tanah liat.
2. Batu bata cetakan yang sudah kering dikumpulkan.
3. Tanah liat digiling menjadi adonan.
4. Adonan dicetak satu per satu.
5. Batu bata di cetak dalam tungku lalu dibakar.
Urutan membuat batu bata yang benar adalah….
a. 1, 2, 3, 4, 5
c. 1, 3, 4, 2, 5
b. 1, 4, 2, 3, 5
d. 1, 2, 4, 3, 5
5. Pengolahan bahan-bahan di pabrik yang besar digunakan teknologi… .
a. sederhana
c. modern
b. kuno
d. super
6. Hasil pengolahan kayu yang menggunakan teknologi modern antara lain… .
a. kayu kaso
c. papan
b. kayu balok
d. triplek
7. Perhatikan tabel berikut!
No. Hasil Produksi
1.
2.
3.
4.
5.
Batik tulis
Gula jawa
Margarine
Sepatu
Sapu lidi
Berdasarkan tabel di atas barang produksi yang diolah secara modern
ditunjukkan oleh… .
a. 1, 2
c. 3, 4
b. 2,3
d. 4, 5
8. Berikut ini contoh proses produksi sederhana yang dijumpai di daerah
pedesaan adalah... .
189
a. pembuatan tempe dari kedelai
b. menggiling padi dengan huller
c. membersihkan bulu ayam dengan mesin
d. menghaluskan cabai dengan blender
9. Alat pertanian tradisional lebih mengandalkan tenaga manusia sebagai
penggeraknya, sedangkan alat pertanian modern lebih menggunakan mesin.
Contoh alat pertanian tradisional di antaranya adalah… .
a. gergaji
c. kuda
b. traktor
d. mesin uap
10. Pada zaman sekarang kain ditenun dengan mesin tenun. Sedangkan pada
zaman dahulu kain ditenun menggunakan… .
a. mesin jahit
c. ani-ani
b. alat tenun kayu
d. traktor
11. Media elektronik yang cukup berkembang pesat pada masa kini yang dapat
menyajikan informasi secara audio, visual, maupun tulisan dengan bantuan
alat komputer disebut dengan….
a. multimedia
c. parabola
b. televisi
d. radio
12. Masyarakat masa kini dapat berkomunikasi langsung dua arah dengan
menggunakan….
a. surat
c. telegram
b. email
d. telepon
13. Tiga contoh alat komunikasi cetak adalah….
a. majalah, buku, dan faksimili
b. surat kabar, internet, dan buku
c. majalah, surat kabar, dan tabloid
d. internet, buku, dan poster
14. Masyarakat masa lalu sudah dapat berkomunikasi menggunakan surat
karena….
a. sudah ada kertas
c. sudah ada perangko
b. sudah ada kantor pos
d. sudah bisa menulis dan membaca
15. Orang yang diutus raja untuk menyampaikan pesan khusus dan rahasia ke
kerajaan lain adalah….
a. pak pos
c. kusir
b. kurir
d. pramugari
Jawablah dengan singkat dan jelas!
1. Sebutkan 4 manfaat kentongan bagi warga pedesaan!
2. Sebutkan 4 keuntungan teknologi komunikasi masa lalu/tradisional!
3. Sebutkan 4 alat komunikasi yang digunakan pada masa kini!
190
4. Sebutkan 4 keuntungan teknologi komunikasi masa kini!
5. Bagaimana proses mengirim surat ke agar sampai ke tujuan?
SELAMAT MENGERJAKAN 
Kunci jawaban:
1. d
2. b
3. a
4. c
5. c
6. d
7. c
8. a
9. a
10. b
11. b
12. d
13. c
14. d
15. b
1) Memanggil warga ketika ada kerja bakti, memberitahu jika ada bencana,
memberitahu jika ada maling, memberitahu jika ada yang meninggal
2) Ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, murah, bisa dibuat sendiri
3) Hp, televisi, email, computer
4) Canggih, cepat, praktis, hemat tenaga
5) Pertama orang menulis surat dulu. Isi surat bisa bermacam-macam. Setelah
ditulis surat dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop. Amplop diberi alamat
kepada siapa surat tersebut. Selain itu ditulis alamat pengirim
Setelah itu surat dibawa ke kantor pos untuk dikirimkan. Kalau belum ada
perangkonya, surat harus diberi perangko dulu.
Setelah itu surat dikirim ke tempat tujuan dan diantarkan oleh tukang pos.
191
Lampiran 08. Kisi-kisi
Soal Tes Siklus II
192
Kompetensi
Dasar
2.3
Mengenal
perkembanga
n teknologi
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
pengalaman
menggunaka
nnya.
Indikator
C1
1 Menunjukkan teknologi
transportasi pada masa lalu
2. Menyebutkan teknologi
transportasi masa kini
3. Memberi contoh jenis-jenis
transportasi
Aspek Kognitif
C2
C3
1,2, 3
(essay)
1, 2
(pg)
3, 4, 5,
6, 7
(pg)
4. Menjelaskan kelebihan
transportasi masa lalu
6. Menunjukkan kelemahan
trasportasi masa lalu
7. Menjelaskan kelemahan
trasportasi masa kini
Jumlah Soal
5
Keterangan:
C1
: Pengetahuan
C2
: Pemahaman
C3
: Penerapan
193
4
2
4, 5
(essay)
7
3
2
8, 9,
10
(pg)
11,
12,
13
(pg)
5. Menjelaskan kelebihan
transportasi masa kini
Jumlah
14,
15
(pg)
8
2
2
5
20
Lampiran 09. Soal Pre Test
dan Post Test Siklus II
194
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d didepan jawaban yang benar!
1. Di bawah ini angkutan darat bermesin adalah… .
a. dokar
c. sepeda
b. mobil
d. becak
2. Pesawat terbang mendarat dan lepas landas di… .
a. stasiun
c. bandar udara
b. lapangan
d. terminal
3. Kapal yang dapat berjalan di bawah maupun di permukaan laut adalah….
a. kapal layar
c. kapal tanker
b. kapal selam
b. kapal feri
4. Pesawat terbang pengangkut barang terbesar di Indonesia adalah….
a. Garuda Indonesia
c. Hercules
b. Fokker
d. Lion Air
5. Menurut fungsinya, ada bermacam-macam jenis kapal. Kapal yang berfungsi
mengangkut minyak adalah…
a. kapal ferry
c. kapal barang
b. kapal tanker
d. kapal tunda
6. Alat pengangkutan seperti gambar di samping
menggunakan tenaga….
a. mesin
c. kuda
b. manusia
d. angin
7. Alat transportasi seperti
gambar
disamping
menggunakan tenaga…
a.
manusia
c. angin
b.
mesin
d. hewan
8. Kelebihan alat pengangkutan tidak bermesin adalah…
a. lebih cepat
c. tidak mencemari lingkungan
b. lebih murah
d. tidak perlu pemeliharaan
9. Kendaraan masa lalu tidak menimbulkan polusi karena…
a. memakai mesin
c. memakai tenaga manusia
b. tidak memakai mesin
d. masih sederhana
10. Salah satu kelebihan sepeda adalah tidak menimbulkan polusi udara. Di masa
lalu kelebihan menggunakan delman/dokar adalah… .
a. murah
c. memakai tenaga kuda
b. cepat
d. mengangkut banyak penumpang
11. Salah satu kelebihan alat transportasi masa kini adalah…
a. lebih mahal
c. lebih canggih
b.tidak perlu pemeliharaan
d. lebih murah
12. Kelebihan masyarakat naik pesawat terbang antara lain adalah…
a. bisa terbang di udara
b. jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu singkat
c. banyak maskapai penerbangan
195
d. banyak bandar udara
13. Jika di masa lalu perjalanan ke luar kota ditempuh dengan waktu lama
sekarang dengan adanya transportasi modern perjalanan dapat ditempuh
dengan waktu singkat, di bawah ini alat transportasi yang memiliki kecepatan
tempuh cukup cepat, kecuali… .
a. pesawat
c. kereta api
b. kereta kuda
d. kapal laut
14. Kelemahan dari menggunakan alat transportasi modern adalah . . .
a. mencegah polusi
c. menghapus polusi
b. menghindari polusi
d. menimbulkan polusi
15. Salah satu kelemahan kereta api adalah….
a. jumlah penumpang terbatas
c. berjalan lambat
b. membutuhkan rel khusus
d. jumlah penumpang banyak
Jawablah dengan singkat dan jelas!
1. Transportasi masa lalu apa saja yang pernah kamu gunakan? Mengapa memilih
transportasi tersebut? Jelaskan!
2. Sebutkan 4 transportasi masa lalu yang ada di daerahmu!
3. Ceritakan pengalamanmu menggunakan sepeda pada saat pertama kali!
Perhatikan gambar disamping!
4. Digunakan untuk apa saja alat transportasi itu?
5. Apa saja kelemahan menggunakan alat
transportasi itu?
SELAMAT MENGERJAKAN 
196
Kunci Jawaban :
1.
2.
3.
4.
5.
b
c
b
b
b
6.
7.
8.
9.
10.
b
c
c
b
a
11.
12.
13.
14.
15.
c
b
b
a
b
1. Sepeda, becak, kereta kuda. Karena ramah lingkungan dan murah.
2. Delman, becak, sepeda, andong
3. 4. Untuk mengangkut penumpang di laut
5. Hanya mengandalkan tenaga angin, penumpang terbatas
197
Lampiran 10. Kartu Soal
TGT
198
Kartu Soal Siklus I dan Siklus II
199
200
Lampiran 11. Daftar Nama
Siswa Kelas IV SD Negeri
2 Gombang
201
No.
Nama Siswa
1.
Azwan Ramadhan Nur
2.
Eka Noviyanti
3.
Shifa Nur Fadila
4.
Rivai Zainuri
5.
Liyundzira Nafita Sari
6.
Nia Ramadhani
7.
Rossi Ardi Ardandi
8.
Nabil Aji Pangestu
9.
Reva Fadliyanto
10.
Aldora Brina Iswa Yudi
11.
Ilham Wahyu Jati
12.
Ana Azalia
13.
Febriyanto
14.
Dika Irawan
15.
Ganang Adi Nugroho
16.
Mira Eki Triswati
17.
Evan Rahman Hanim
18.
Achmad Wibowo
19.
Alan Cahya Saputra
202
Lampiran 12. Dokumentasi
Pelaksanaan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT
203
Gambar 1. Guru melakukan presentasi kelas
Gambar 2. Siswa diminta guru untuk maju
Gambar 3. Siswa membentuk kelompok
Gambar 4. Siswa berdiskusi dalam kelompok
Gambar 5. Siswa terlihat berbagi tugas di
kelompok
Gambar 6. Siswa mulai melakukan games
204
Gambar 7. Siswa mulai melakukan
turnamen
Gambar 8. Penskoran kepada tiap kelompok
Gambar 9. Penghargaan kelompok
Gambar 9. Siswa mengerjakan soal evaluasi
205
Lampiran 13. Surat-surat
Penelitian
206
207
208
Lampiran 14. Jawaban
Soal Pre Test dan Post Test
Siswa
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
Download