UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nany Adika Putri NIM 13108241077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG Oleh: Nany Adika Putri NIM 13108241077 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendiskripsikan proses model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Subjeknya adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang yang berjumlah 19 siswa. Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari dua pertemuan dan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara desktiptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Proses pembelajaran dengan menggunakan tipe TGT terdiri dari lima tahap yaitu: (1) Presentasi Kelas untuk memberikan materi IPS kepada siswa, (2) Pengelompokan untuk membagi kelompok homogen dan heterogen, (3) Permainan akademik deangan kartu soal, (4) Turnamen yang saling berkompetisi antar kelompok homogen, dan (5) Pengakuan Kelompok berupa penghargaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Peningkatan persentase hasil belajar kognitif ketuntasan KKM siswa dari kegiatan pra tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan sebesar 26,31% pada akhir siklus I meningkat menjadi 42,10%, pada akhir siklus II meningkat menjadi 78,94%. Hasil belajar afektif juga menunjukkan peningkatan dari siklus I sebesar 62,55% meningkat di siklus II menjadi 79,20%. Kata kunci: TGT, hasil belajar, IPS ii IMPROVING THE STUDENT’S SOCIAL STUDY LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IMPLEMENTATION TOWARDS 4th GRADE STUDENTS IN ELEMENTARY SCHOOL GOMBANG 2 By: Nany Adika Putri NIM 13108241077 ABSTRACT The aims of the research is 1) to describe the process of cooperative learning type Team Games Tournament (TGT) in improving the learning result of social study for fourth grade students in Elementary School Gombang 2, 2) to describe the improvement of learning result by using cooperative learning type TGT for fourth grade students in Elementary School Gombang 2. The research was included as Classroom Action Research which done colaboratively with the teacher of fourth grade students in Elementary School Gombang 2. The subject of the research were 19 fourth grade students of Elementary School Gombang 2. The design of classroom action research was model Kemmis and Taggart included planning, action, observation, and reflection. The research was divided into two cycle, each cycle consisted of two meetings. The technique of collecting data were observation, test, and documentation. The collected data were analyzed as qualitative descriptive and quantitative descriptive. The learning process by using type TGT consisted of five steps: (1) Class presentation to provide students with social sciences material, (2) Grouping to divide homogeneous and heterogeneous groups, (3) Academic games with about cards, (4) Competing between homogeneous groups, and (5) Group recognition in the form of rewards. The result of the research shows that applying the cooperative learning type TGT in social study could improve the learning result for fourth grade students of Elementary School Gombang 2. The improvement cognitive learning result were 26,31% in pre-test, 42,10% by the end of cycle I, and 78,94% by the end of cycle II.The affective learning result has improved from 62,55% in cycle I and 79,20% in cycle II. Keywords: TGT, Learning Result, Social Studies iii iv v vi MOTTO “Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati, membentuk masa depan. Seorang guru berpengaruh selamanya, tanpa tahu kapan berakhirnya” (Henry Adam) “Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil” (Mario Teguh) vii PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk: 1. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta yang tidak pernah putus memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan segala pengorbanan yang tiada terkira. 2. Almamater UNY sebagai wujud dedikasiku. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa viii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di Kelas IV SD Negeri 2 Gombang” Banyak pihak yang dengan tulus dan tanpa pamrih menjadi jalan kemudahan dalam tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada: 1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan belajar sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini. 4. Bapak Suparlan, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan. 5. Bapak Dr. Ali Muhtadi, M.Pd., dan Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP.,M.Pd., selaku Penguji dan Sekretaris yang telah memberikan koreksi perbaikan terhadap Tugas Akhir Skripsi ini. ix 6. Ibu Sri Mawarni, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 2 Gombang yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini. 7. Bapak Joko Triyanto selaku guru kelas IV SD Negeri 2 Gombang yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian 8. Kedua orangtua yang selalu melantunkan doa dan senantiasa memberikan motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini. 10. Teman-teman kelas A PGSD 2013, terima kasih atas kesediaannya menjadi partner belajar selama hampir empat tahun bersama. 11. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya. Yogyakarta, 12 Mei 2017 Penulis Nany Adika Putri NIM 13108241077 x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i ABSTRAK . ........................................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi MOTTO…………………………………………………………………………vii PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 9 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9 D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10 E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10 F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10 BAB II……………………….. ............................................................................ 12 KAJIAN TEORI ................................................................................................. 12 A. Tinjauan tentang Hasil Belajar .................................................................... 12 1. Pengertian Belajar ................................................................................... 12 2. Ciri-ciri Belajar ....................................................................................... 13 3. Prinsip-prinsip Belajar ............................................................................ 16 xi 4. Tujuan Belajar ......................................................................................... 17 5. Definisi Hasil Belajar .............................................................................. 19 6. Hasil Belajar Kognitif ............................................................................. 22 7. Hasil Belajar Afektif ............................................................................... 25 8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar ............................................... 30 B. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................................ 31 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .................................................. 31 2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ............................ 32 3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ..................................... 34 C. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ...................................................................................... 36 1. Definisi Pembelajaran Kooperatif........................................................... 36 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ............................................................ 37 3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ................................................... 38 4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 43 5. Tipe-tipe pembelajaran Kooperatif ......................................................... 44 6. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ................................................................................................................. 46 7. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ...................................................................................................... 47 8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).................................................................................. 49 9. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).................................................................................. 57 D. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar .................................. 58 E. Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe TGT ....................... 61 F. Hasil Penelitian Relevan .............................................................................. 61 G. Kerangka Pikir ............................................................................................. 62 H. Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 64 I. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 64 xii BAB II………….. ................................................................................................ 66 METODE PENELITIAN ................................................................................... 66 A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 66 B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................................ 67 C. Setting Penelitian ......................................................................................... 67 D. Desain Penelitian ......................................................................................... 68 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 76 F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 77 G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 81 H. Validitas Instrumen ...................................................................................... 85 I. Indikator Keberhasilan................................................................................. 85 BAB IV……… ..................................................................................................... 87 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 87 A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 87 1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................. 87 2. Deskripsi Pra Tindakan ........................................................................... 88 3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ......................................................... 92 4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ...................................................... 111 B. Pembahasan ............................................................................................... 128 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 134 BAB V………..................................................................................................... 135 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 135 A. Simpulan .................................................................................................... 135 B. Saran .......................................................................................................... 136 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 137 LAMPIRAN ....................................................................................................... 140 xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester II ............................................ 5 Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson ......................... 24 Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif ....................................................... 28 Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif) ..................... 29 Tabel 5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 43 Tabel 6. Kriteria Penghargaan Kelompok ............................................................. 49 Tabel 7. Poin-Poin Turnamen Permainan Empat Pemain..................................... 53 Tabel 8. Poin-poin Turnamen Permainan Tiga Pemain ........................................ 53 Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain ......................................... 53 Tabel 10. Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.. 78 Tabel 11. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ......................................... 79 Tabel 12. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1 ...................................................... 80 Tabel 13. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2 ...................................................... 81 Tabel 14. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa ........... 84 Tabel 15. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre test......................................................................................................... 89 Tabel 16. Daftar Nama Kelompok Siklus I........................................................... 93 Tabel 17. Penentuan Meja Turnament Siklus I ................................................... 101 Tabel 18. Daftar Meja Turnamen Siklus I .......................................................... 101 Tabel 19. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ........................................................................................................ …104 Tabel 20. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test Siklus I ........................................................................................................ …106 Tabel 21. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I.............................................................. 107 Tabel 22. Data Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Pembelajaran Siklus I ......... 108 Tabel 23. Daftar Anggota Kelompok Siklus II ................................................... 112 xiv Tabel 24. Penentuan Meja Turnamen Siklus II ................................................... 118 Tabel 25. Daftar Meja Turnamen Siklus II ......................................................... 118 Tabel 26. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II .......................................................................................................... ..121 Tabel 27. Perbandingan Nilai IPS Siswa pada Kondisi Awal (Pre Test), Post Test Siklus I, dan Post Test Siklus II. ......................................................... 122 Tabel 28. Nilai Hasil Belajar Kognitif IPS Siklus II ........................................... 124 Tabel 29. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II .................................................. 125 Tabel 30. Perbedaan Penerapan TGT Siklus I dan Siklus II ............................... 127 xv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Putaran Permainan ……………………………………………….…..52 Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen…………………………………………53 Gambar 3. Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart………………….68 Gambar 4. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif IPS Pra Tindakan………...91 Gambar 5. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I………...……………………………………………………105 Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dari Pre Test Sampai Siklus I……………………………………………………………………....107 Gambar 7. Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I……………...109 Gambar 8. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II…………………………………………………..………...122 Gambar 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II……….……………………………………………….124 Gambar 10.Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Pertemuan I dan II Pada Siklus II………………………………………………………………..…..126 xvi DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 01. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................. 141 Lampiran 02. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .................................................................................................... 166 Lampiran 03. Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .................................................................................................... 169 Lampiran 04. Lembar Observasi Siswa .............................................................. 178 Lampiran 05. Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa .......................................... 181 Lampiran 06. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I ............................................................ 186 Lampiran 07. Soal Pre Test dan Post Test Siklus I ............................................. 188 Lampiran 08. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II ........................................................... 192 Lampiran 09. Soal Pre Test dan Post Test Siklus II ............................................ 194 Lampiran 10. Kartu Soal TGT ............................................................................ 198 Lampiran 11. Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang .................. 201 Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .. 203 Lampiran 13. Surat-surat Penelitian.................................................................... 206 Lampiran 14. Jawaban Soal Pre Test dan Post Test Siswa ................................. 209 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dari sumber yang ada baik yang berasal dari siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan siswa saja ataupun pada kegiatan guru saja tetapi guru dan siswa harus sama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu peran yang penting dalam pembelajaran yaitu guru. Guru adalah pihak yang terlibat langsung dengan pengajaran siswa di sekolah. Guru mempunyai peranan penting dalam pembelajaran untuk membimbing dan membantu siswa belajar dengan penuh tanggung jawab. Guru membantu siswa dalam mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri mereka. Selain itu, guru juga mempunyai peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Guru harus memahami setiap karakteristik siswa dalam kegiatan belajar. Semua yang berkaitan dengan pengajaran siswa adalah tanggung jawab guru agar siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang diharapkan. Tugas utama guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat belajar dengan efektif baik secara individual ataupun secara kelompok. Seorang guru tentunya mampu mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tercipta suasana dan interaksi yang baik antara guru 1 dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya. Aktivitas guru yang dilakukan di kelas antara lain mengelola pengajaran dan mengelola kelas. Guru hendaknya menyediakan kondisi belajar yang optimal, sesuai tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Artinya, siswa patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Meskipun banyak tempat untuk siswa melakukan kegiatan belajar, sesungguhnya sekolah sepatutnya dipandang sebagai tempat terbaik bagi terjadinya proses belajar dan bagi pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu. Upaya lain yang dianggap sepele yaitu perbaikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru adalah penentu dan menduduki posisi strategis dalam rangka mengembangkan segala potensi yang dimikili setiap individu. Guru dituntut untuk membuat pembelajaran terutama dikelas menjadi menyenangkan serta mencapai tujuan pembelajaran. Di era saat ini guru harus selalu mengikuti perkembangan konsep-konsep baru di dunia pendidikan. Selain itu penguasaan IT juga diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Setelah guru mengikuti perkembangan konsep-konsep baru di dunia pendidikan, diharapkan guru bisa membuat desain pembelajaran yang menggunakan berbagai model, metode, strategi secara bervariasi yang akan menciptakan pembelajaran yang efektif. Hubungan yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya juga akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan siswa. Menurut Suprihadi (2000: 1), pembelajaran merupakan istilah lain dari kata pengajaran merujuk pada makna tentang hal mengajar. Pembelajaran didefinisikan sebagai kegiatan guru yang mendorong terjadinya aktivitas. Sedangkan Raka Joni 2 dalam Suprihadi (2000: 2) mengatakan pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat kondisi lingkungan anak yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Salah satu pembelajaran di sekolah dasar yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Proses pembelajaran IPS di jenjang persekolahan, baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaharuan yang serius guna memenuhi tujuan pembelajaran IPS. Menurut Susanto (2014: 1) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan yang diuraikan sudah cukup jelas untuk memberikan bekal bagi peserta didik. Siswa belajar IPS tidak hanya semata-mata mendapatkan pengetahuan saja, tetapi siswa akan mendapatkan keterampilan sosial sebagai bekal dalam hidup bemasyarakat. Di sekolah dasar mata pelajaran IPS yang dipelajari sudah kompleks. Khususnya pada materi IPS kelas tinggi yang sudah mencakup bidang-bidang dalam masyarakat seperti masalah ekonomi, sejarah, geografi dan kebudayaan. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dikemas oleh guru melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun dalam kenyataannnya sampai saat ini masih banyak guru yang masih menerapkan model pembelajaran konvensional, khususnya dalam pembelajaran IPS. Pada mata pelajaran IPS guru terlalu sering menggunakan metode ceramah dan penugasan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Siswa kurang 3 dilibatkan dalam pembelajaran. Sehingga sikap kerjasama siswa kurang muncul dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional seperti ceramah dianggap lebih baik, mengingat banyaknya materi yang harus diajarkan. Kegiatan pembelajaran IPS yang belum maksimal tidak hanya berasal dari guru dan pelaksanaan pembelajaran, melainkan juga dari siswa. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa yang dilakukan pada tanggal 29 November 2016 diketahui bahwa beberapa siswa tidak menyukai pembelajaran IPS karena harus banyak menghafal. Ada siswa yang mengatakan bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti. Ada beberapa siswa pula merasa pembelajaran IPS sangat membosankan dan kurang menarik. Wawancara juga dilakukan dengan guru dan siswa mengenai materi IPS yang dianggap sulit pada semester genap adalah materi mengenai Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi karena banyak materi yang dijabarkan. Siswa merasa mata pelajaran IPS sulit dipahami karena banyaknya materi yang sajikan. Sehingga hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan harian IPS tiap Kompetensi Dasar (KD), banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Banyak siswa yang mengerjakan ulang soal ulangan harian sebagai kegiatan remedial. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 29 November 2016 di kelas IV SD Negeri 2 Gombang ditemukan fakta bahwa masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah KKM untuk mata pelajaran IPS. Hasil belajar yang masih rendah ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa kelas IV SD N 2 Gombang yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 4 Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester II No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Ulangan Harian 1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 67, 50 2 Pendidikan Kewarganegaraan 73,67 3 Bahasa Indonesia 77,75 4 Matematika 82,92 5 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 61,91 (Sumber: Hasil Rata-rata Ulangan Harian Semester II) Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai ulangan Harian Semester II siswa pada mata pelajaran IPS yaitu 61,91. Nilai ini belum mencapai KKM yang telah di tentukan. KKM untuk mata pelajaran IPS yaitu 68. Siswa yang nilainya diatas KKM hanya 3 siswa sedangkan yang nilainya di bawah KKM sebanyak 16 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa kelas IV untuk mata pelajaran IPS masih rendah. Penyebabnya antara lain siswa merasa pembelajaran IPS kurang menarik dan membosankan. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang hanya menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan hafalan. Maka dari itu guru disarankan untuk menggunakan berbagai variasi model pembelajaran. Bervariasinya model pembelajaran yang guru berikan merupakan salah satu keterampilan guru dalam menciptakan dan menjaga kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Gangguan selama proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Gombang yaitu siswa yang gaduh selama pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa suka mencatat, dan siswa kurang fokus pada saat guru berceramah terbukti pada saat guru memberikan pertanyaan lisan banyak siswa kurang tepat dalam menjawab. Disini guru berperan sebagai pengelola kelas, hendaknya dapat mengatasinya dengan mengubah model pembelajaran yang cocok dengan siswa. 5 Selain penyebab diatas pada saat pembelajaran guru banyak menggunakan metode berceramah dan kurang memperhatikan kerjasama dalam berkelompok. Jadi kerjasama antar siswa di kelas IV SD Negeri 2 Gombang belum terlihat pada saat pengamatan. Adanya berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran menuntut guru untuk melakukan usaha perbaikan agar proses pembelajaran IPS dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun akan menjadi lebih baik. Untuk mengatasi masalah yang ada di pembelajaran salah satunya yaitu dengan memperbaiki model pembelajaran yang digunakan. Kurangnya fasilitas sekolah seperti media pembelajaran juga berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Guru setidaknya menggunakan variasi model pembelajaran yang menyenangkan. Penerapan model pembelajaran di sekolah dasar diharapkan dapat dikombinasikan secara optimal untuk mencapai kualitas pembelajaran. Suprijono (2009: 46) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Depdikbud (Trianto, 2014: 6-7) model yang direkomendasikan untuk diterapkan di suatu pembelajaran yakni yang dapat memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan autetik. Guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional yang membosankan. Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang bersifat dinamis dan fleksibel sehingga menciptakan suasana kooperatif, aktif dan dapat membangun konsep. Selain itu 6 pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang peneliti harapkan untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Taniredja (2011: 55) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok. Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dalam meningkatkan ketertarikan siswa terhadap belajar karena pembelajaran didorong dan didukung dari teman sebaya. Tipe pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Tipe TGT dapat digunakan untuk semua mata pelajaran semua pokok bahasan yang berbentuk narasi tertulis yang menuntut banyak hafalan. Oleh karena itu, model ini cocok digunakan pada mata pelajaran IPS yang terlalu banyak hafalan untuk siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu sedang berada pada periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Sebagaimana ciri-cirinya yaitu anak gemar membentuk kelompok teman sebaya, anak ingin selalu beradaptasi, berpikir kualitas dan sudah dapat melihat suatu permasalahan. Belajar kelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Menurut Jumanta (2016: 122) pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan 7 aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta penguatan. Tipe Teams Games Tournament (TGT) ini dapat diterapkan pada materi yang berbentuk tertulis seperti pelajaran-pelajaran kajian sosial seperti mata pelajaran IPS yang tujuannya yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial siswa. Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain, siswa dapat berbagi kemampuan, saling berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat mengatasi permasalahan dan memberikan perubahan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang menjadi lebih meningkat. Beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu: (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; (b) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; (c) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; (d) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa itu sendiri; (e) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; (f) Motivasi belajar lebih tinggi; (g) Hasil belajar menjadi lebih baik; (h) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Model 8 pembelajaran kooperatif tipe TGT ini belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Atas dasar uraian di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian “Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Di Kelas IV SD Negeri 2 Gombang”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi pelajaran yang dianggap membosankan bagi siswa. 2. Siswa masih kurang memiliki sikap kerjasama. 3. Siswa cenderung gaduh ketika pembelajaran. 4. Rendahnya hasil belajar IPS siswa SD Negeri 2 Gombang. 5. Guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional dan kurang menerapkan variasi dalam pembelajaran. 6. Fasilitas sekolah kurang mendukung siswa dalam menggunakan media pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan sejumlah masalah yang ada tersebut, tidak semua diteliti karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, batasan masalah dalam penelitian ini tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada mata pelajaran IPS. 9 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Terdeskripsikannya proses pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. 2. Terdeskripsikannya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Guru dapat mengetahui model yang cocok untuk digunakan diproses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan belajar. 10 c. Membantu guru dalam meningkatkan praktik pembelajaran di kelasnya. 2. Bagi siswa a. Dapat meningkatkan partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran IPS. b. Dapat melatih siswa untuk belajar bersosialisasi dengan cara memahami berbagai perbedaan dalam kelompok. c. Dapat meningkatan prestasi belajar siswa. 3. Bagi Sekolah a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. b. Memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan sekolah. c. Perbaikan proses pembelajaran IPS dan peningkatan prestasi belajar siswa. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar telah menjadi kegiatan yang wajib bagi manusia. Manusia bisa bertahan hidup juga karena belajar. Belajar mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan manusia. Di jenjang pendidikan belajar merupakan unsur yang sangat fundamental. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2003: 23) belajar adalah suatu proses usaha atau kegiatan yang dilakukukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suyono (2011: 9) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan membentuk kepribadian. Hamalik (2004: 27) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Suatu proses tersebut merupakan proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Piaget (Dimyati, 2002: 13) mendefinisikan belajar dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus sebagai proses dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Ahmad Susanto (2014: 1) menyatakan 12 bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam bentuk membentuk dan mengarahkan kepribadian manusia. Apabila dicermati lebih lanjut, perubahan yang timbul akibat proses belajar tidak hanya berwujud perubahan tingkah laku, melainkan mencakup aspek lain seperti dalam segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat Winkel (Sudjana, 2009: 39) mengemukakan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang diperoleh individu dari hasil interaksi dengan lingkungannya untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Dengan adanya interaksi tersebut, individu juga memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang sifatnya tetap, mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Dalam penelitian ini, belajar adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan penerapan yang sifatnya relatif tetap. 2. Ciri-ciri Belajar Willian Burton (Hamalik, 2004: 31) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut: a. Proses belajar melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 13 b. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan siswa. c. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri. d. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan siswa-siswa. e. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan siswa. f. Proses belajar yang terbaik apabila siswa mengetahui kemajuan. g. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikapsikap, apresiasi, dan keterampilan. h. Hasil-hasil belajar diterima oleh siswa apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. i. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah. Sedangkan ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2005: 15-16) antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari dan merasakan perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Perubahan yang terjadi akan berlangsung secara terus menerus serta menyebabkan perubahan berikutnya yang akan berguna bagi proses kehidupan selanjutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 14 Perubahan bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan semakin banyak dan baik pula perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi dari proses belajar bersifat kekal atau permanen. Jadi jika perubahan yang terjadi adalah tingkah laku maka akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku yang terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Maka perubahan tingkah laku benar-benar disadari dan terarah. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Individu yang belajar sesuatu akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh sebagai hasil dari perubahan. Menurut Siregar (2011: 13) mengemukakan beberapa ciri-ciri belajar sebagai berikut: a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap sikap (afektif). b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan. c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah segala hal yang mencakup perubahan individu yang mengalami proses belajar tersebut. Perubahan yang dialami secara keseluruhan memberikan 15 dampak baik untuk membangun tingkah laku individu. Perubahan tersebut akan semakin mengalami kemajuan dan bersifat permanen. 3. Prinsip-prinsip Belajar Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka di dalam melaksanakan proses belajar seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 42) adalah sebagai berikut. a. b. c. d. e. f. g. perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, perbedaan individual. Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007: 24) adalah sebagai berikut: a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya. b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa. c. Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi. d. Didalam banyak hal belajar merupakan proses percobaan dan conditioning atau pembiasaan. e. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran. f. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan. g. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. Prinsip belajar menurut Suprijono (2009: 4-5) adalah sebagai berikut: a. Perubahan perilaku. 16 b. Belajar merupakan proses yang sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. c. Belajar merupakan pengalaman yang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar memiliki prinsip-prinsip sebagi berikut: (a) belajar memerlukan proses yang bertahap, (b) belajar akan lebih efektif bila didorong dengan motivasi siswa yang berpartisipasi aktif sehingga akan mencapai tujuan instruksional, dan (c) belajar perlu ada interaksi. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada prisip-prinsip belajar yaitu proses belajar dengan keterlibatan langsung secara interaksi, serta memperoleh pengalaman dan kemudian akan mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri siswa. 4. Tujuan Belajar Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional atau disebut instruksional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara itu Suprijono (2009: 5) mengemukakan tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bersikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (Siregar, 2011: 11) menyebutkan tujuan belajar berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan 17 penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut: a. Penerimaan (receiving): meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur. b. Pemberian respons (responding): meliputi sikap ingin merespons terhadap sistem, memberi respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya. c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing): penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap jujur. d. Pengorganisasian (organization): meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain. e. Karakterisasi (characterization): karakteristik meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana. Sedangkan, menurut Gagne (Hasibuan, 2006: 5) tujuan belajar adalah: 18 a. Keterampilan intelektual yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan. b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk juga kemampuan memecahkan masalah. c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dll. e. Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta tingkat emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan tingkah laku terhadap orang lain, barang atau kejadian. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah agar siswa mengalami perubahan tingkah laku yang bertahap secara permanen meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. 5. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar seringkali digunakan untuk acuan mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Kita dapat mengetahui keberhasilan sebuah proses belajar dengan melihat hasil belajar siswa. Sudjana (2009: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto (2010: 45) hasil belajar adalah perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Susanto (2014: 1) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan sikap yang 19 diperoleh siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Menurut Aunurrahman (2013: 37) hasil belajar kebanyakan ditandai dengan perubahan tingkah laku yang dapat diamati (observable). Menurut Susanto (2014: 1) hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (a) pengetahuan dan pengertian (kognitif), (b) keterampilan dan kebiasaan (skill), dan (c) sikap dan cita-cita (afektif). Sejalan dengan Howard Kingsley (Sudjana, 2009: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan cita-cita. Sejalan dengan pendapat tersebut Bloom (Sudjana. 2005: 22) menekankan bahwa secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah, yaitu sebagai berikut : a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan pada sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotorik, yakni gerakan refleks, 20 keterampilan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Bloom (Aunurrahman, 2013: 49) juga berpendapat ranah kognitif mencakup enam jenis tingkatan perilaku, yaitu : a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap makna hal-hal yang dipelajari. c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil karangan. Berdasarkan pada definisi beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan dalam diri siswa yang diperoleh setelah melalui proses belajar dan pengalaman belajarnya. Perubahan tersebut meliputi aspek 21 kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun pada penelitian ini peneliti membatasi permasalahan hasil belajar hanya pada ranah kognitif dan afektif saja. Hal ini dikarenakan bahwa dari ketiga ranah, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan ranah afektif disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diteliti. 6. Hasil Belajar Kognitif Ranah kognitif paling banyak dinilai oleh para giri di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Menurut Sudjana (2005: 23-28) ranah kognitif mencakup enam tipe hasil belajar yaitu sebagai berikut: a. Tipe hasil belajar : Pengatahuan Tipe hasil belajar pengetahuan mencakup pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, isian, dan benar salah karena siswa hanya dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak. b. Tipe hasil belajar : Pemahaman 22 Pemahaman menuntut siswa menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuai yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan, namun untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman. c. Tipe hasil belajar : Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi disebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Abstraksi dapat berupa prinsip dan generalisasi. Prinsip merupakan abstraksi suatu proses atau suatu hubungan mengenai kebenaran dasar atau hukum umum yang berlaku di bidang ilmu tertentu. Sedangkan generalisasi merupakan rangkuman sejumlah informasi atau rangkuman sejumlah hal khusus yang dapat dikenakan pada hal khusus yang baru. d. Tipe hasil belajar : Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian terpadu. Apabila analisis sudah berkembang pada seseorang maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. e. Tipe hasil belajar : Sintesis 23 Berpikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada divergen. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraknya atau operasionalnya. f. Tipe hasil belajar : Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dll. Dalam tes esai, standar atau criteria tersebut muncul dalam bentuk frase “menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya. Berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson (2015: 40) dimensi proses kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Berikut ini tabel keenam tingkatan ranah kognitif. Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson Tingkatan Kognitif Keterangan Mengingat (C1) Menghafal, mengingat kembali Memahami (C2) Menjelaskan pengetahuan yang diperoleh dengan kata-kata sendiri 24 Mengaplikasikan (C3) Kemampuan menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru Menganalisis (C4) Memecah bahan ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan hubungan satu sama lain Mengevaluasi (C5) Membuat pertimbangan berdasarkan criteria tertentu Mencipta (C6) Membuat produk baru dengan struktur yang belum pernah ada sebelumnya (Sumber: Anderson dan Karthwohl, 2015: 40) Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yaitu skor yang diperoleh dari tes yang telah dirancang sesuai dengan materi yang dipelajari siswa setelah siswa tersebut. Pada penelitian ini tingkatan kognitif difokuskan pada mengingat atau mengetahui (C1), memahami (C2), dan mengaplikasi (C3) karena ketiga aspek tersebut dianggap sesuai dengan usia anak sekolah dasar. 7. Hasil Belajar Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Biasanya ranah afektif kurang diperhatikan oleh guru bila seseorang sudah mempunyai penguasaan ranah kognitif yang tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Menurut Sudjana (2005: 30) ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat sederhana sampai tingkat kompleks yaitu sebagai berikut: 25 a. Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang. c. Valuing atau penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Di evaluasi ini termasuk di dalamnya menerima kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman. d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Karateristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Maisa (Widoyoko, 2016: 5253) dibedakan menjadi lima jenjang, dari jenjang yang dasar atau sederhana sampai jenjang yang kompleks, yaitu: a. Receiving/attending (menerima/memperhatikan) Receiving/attending merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya 26 adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol, dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Pengertian lainnya adalah sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini siswa memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku dan sebagainya. b. Responding (menanggapi) Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Hasil belajar ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respon, atau kepuasaan dalam memberi respon. c. Valuing (menilai/menghargai) Valuing artiya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan menilai konsep atau fenomena yaitu baik atau buruk. d. Organization (mengatur/mengorganisasikan) Organization berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Pada tingkat ini, nilai satu dengan lainnya saling dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan memulai membangun sistem internal yang konsisten. 27 e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai). Characterization by evalue or calue complex merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Menurut Majid (2014: 126) membagi penetapan indikator pencapaian hasil belajar ranah afektif sebagai berikut: Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif Ranah Level Kecakapan Indikator Kecakapan Afektif Receiving (Penerimaan) Mempercayai (sesuatu atau seseorang untuk diikuti), memilih (seseorang ataus sesuatu untuk diikuti), mengikuti, bertanya (untuk diikuti), dan mengalokasikan. Responding Mengkonfirmasi, memberi jawaban, (Tanggapan) membaca (pesan-pesan), membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan. Valuing (Penanaman Menginisiasi, mengundang (orang untuk nilai) terlibat), terlibat, mengusulkan dan melakukan. Organization Memverifikasi nilai-nilai, menetapkan (Pengorganisasian nilai- beberapa pilihan nilai, menyintesiskan nilai) (antarnilai), mengintegrasikan (antarnilai), menghubungkan (antarnilai) Characterization Menggunakan nilai-nilai sebagai (Karakterisasai pandangan hidup (world view), kehidupan) mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini. (Sumber: Majid, 2014: 126) Sejalan dengan pendapat diatas, Kunandar (2014: 116) menyatakan ciri-ciri hasil belajar ranah afektif adalah sebagai berikut: 28 Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif) No Tingkatan Hasil Belajar Ciri-ciri 1 Receiving (Penerimaan) 1. Aktif menerima dan sensitive (tanggap) dalam menghadapi gejala-gejala (fenomena) 2. Siswa sadar tetapi sikap pasif terhadap stimulus 3. Siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi sikapnya mulai aktif 4. Siswa mulai selektif, artinya sudah aktif melihat dan memilih 2 Responding 1. Bersedia menerima, menanggapi dan aktif (Tanggapan) menyeleksi reaksi 2. Mengikuti sugesti dan patuh 3. Bersedia menanggapi atau merespons 4. Merasa puas dalam menanggapi 3 Valuing (Penanaman 1. Sudah mulai menyusun atau memberikan nilai) persepsi tentang objek atau fenomena. 2. Menerima nilai (percaya) 3. Memilih nilai atau seleksi nilai 4. Memiliki ikatan batin (memiliki keyakinan terhadap nilai) 4 Organization 1. Pemilikan sistem nilai (Pengorganisasian nilai- 2. Aktif mengonsepsikan nilai dlam dirinya nilai) 3. Mengorganisasikan 5 Characterization 1. Menyusun berbagai macam system nilai (Karakterisasai menjadi yang mapan dalam dirinya kehidupan) 2. Terapan dan pemilikan system nilai 3. Karakteristik pribadi atau internalisasi nilai (nilai sudah menjadi bagian yang melekat dalam pribadinya) (Sumber: Kunandar, 2014: 116) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif dibedakan menjadi lima jenjang dari jenjang yang dasar sampai jenjang yang kompleks, yaitu: (1) receiving/attending, (2) responding, (3) valuing, (4) organization, dan (5) characteristization by evalue or calue complex. Dalam penelitian ini penilaian utama difokuskan pada tingkat ketiga, karena sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang tercantum dalam silabus. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan pada sikap siswa di dalam belajar 29 secara berkelompok. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan akhir proses pembelajaran IPS di kelas IV setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar Menurut Gestlat (Susanto, 2016: 12) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yang pertama siswa itu sendiri, dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Yang kedua lingkungan yaitu sarana prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan dan keluarga. Wasliman (Susanto, 2016: 12) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Secara terperinci uraian mengenai faktor internal dan eksternal sebagai berikut : a. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Slameto (2003: 54) menggolongkan faktor-faktor yang mem pengaruhi belajar menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor intern 30 Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. b. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor tersebut berpengaruh terhadap belajar individu dan faktor tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dalam dan luar diri siswa. Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada faktor intern. B. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan kepanjangan dari Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu ilmu yang hakikatnya mempelajari tentang kehidupan, gejala sosial dan masalah sosial manusia di masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Jarolimek (1977: 4), dengan menyatakan: “The social sciences have traditionally been regarded as the parent disciplines of the social studies. But more fundamentally, social studies education concerns it self with human beings, those most fascinating of all creatures who, in a variety of ingenious ways, can devise means of meeting their basic needs and developing a social system in wide range of different environments. Learning about people, how and where they live, how they form and structure societies, how they govern them selves and provide for their material and psychological needs, how and why they love and hate each other, how they use and misuse the resources of the planet that is their home” 31 Ungkapan diatas menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan sosial asal usulnya dari ilmu sosial yang sebagai induk. Konsep-konsep yang ada di ilmu pengetahuan sosial mengambil dari konsep ilmu sosial. Istilah ilmu pengetahuan sosial merupakan nama mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Susanto (2016: 138), hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS bagi siswa yang diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat ilmu pengetahuan sosial adalah perpaduan ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan yang mengkaji manusia dengan sekelilingnya yang berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir serta keterampilan siswa dalam hubungannya sebagai makhluk individu dan sosial. IPS SD mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan sosial. 2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tujuan pendidikan IPS menurut kurikulum tahun 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 32 d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Sejalan dengan pendapat diatas, Hasan (Susanto, 2014:31) menyatakan bahwa tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (a) pengembangan kemampuan intelektual siswa, (b) pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakata dan bangsa, serta (c) pengembangan diri siswa sebagai individu. Menurut Hidayati (2002: 22) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih siswa untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat demokratis. Hamid Hasan (Susanto, 2016: 147) membagi tujuan pendidikan ilmu sosial dalam tiga kategori yaitu, sebagai berikut : a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan proses dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengkomunikasikan hasil temuan. b. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan social. Tujuannya mengembangkan kemampuan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. 33 c. Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi anutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya. Dari beberapa tujuan pembelajaran IPS diatas dapat disederhanakan bahwa tujuan pelajaran IPS agar siswa mempunyai kemampuan mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, memecahkan persoalan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan serta memiliki interaksi dan bekerjasama di masyarakat. 3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Susanto (2016: 149) ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu: a. Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Menurut Sapriya (2009: 48-54) dalam pengajaran IPS secara komprehensif mencakup tiga dimensi, meliputi: 34 a. Dimensi pengetahuan yang mencakup fakta, konsep dan generalisasi yang harus dipahami siswa. Artinya dimensi pengetahuan dalam IPS merupakan peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat. b. Dimensi keterampilan yang meliputi keterampilan meneliti, berfikir, partisipasi sosial, dan komunikasi. Semua keterampilan dalam pembelajaran IPS sangat diperlukan dan akan memberikan kontribusi positif. c. Dimensi nilai dan sikap, yaitu seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telat ada dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berfikir atau bertindak. Menurut Gunawan (2011: 39), ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS adalah hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat, gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. 35 C. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) 1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Kooperatif dari bahasa Inggris cooperate yang artinya bekerja bersamasama. Kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada pembelajaraan yang berkelompok. Chaplin (Suprijono, 2009: 75) mendefinisikan kelompok sebagai: “a collection of individuals who have some characteristic in common or who are pursuing a common goal. Two or more persons who interact in any way constitute a group. Is not necessary, however, for the members of a group to interact directly or in to face manner”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok dapat terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak orang yang saling berinteraksi, saling memengaruhi satu dengan yang lain. Dengan adanya belajar secara kelompok maka akan menimbulkan interaksi sehingga siswa memperoleh keterampilan yang dibutuhkan serta mampu menerapkan isi pengetahuan. Menurut Slavin (2008: 8) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sejalan dengan pendapat diatas, Susanto (2014: 201) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut Hamruni (2009: 160) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan 36 dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sedangkan menurut Isjoni (2009: 20) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai satu pendekatan mengajar dimana siswa-siswa bekerja sama di antara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan guru. Situmorang (2004: 66) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas dan tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar yang dilakukan dengan menerapkan kerja sama dan membentuk kelmpok-kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 5 orang siswa dalam satu kelompok sehingga mereka dapat belajar satu tim dengan bekerja sama untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Ibrahim (Susanto, 2014: 206-207) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif, yaitu : a. Hasil belajar akademik Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat. Karena dengan model pembelajaran kooperatif siswa akan terhindar dari rasa jenuh serta terbangkitnya motivasi belajar yang baru. b. Penerimaan terhadap perbedaan Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuuan, dan ketidakmampuan. 37 c. Pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Ada beberapa manfaat model kooperatif yang dikemukakan Rusman (Huda, 2015: 200) antara lain: a. Memupuk anak untuk berani mengeluarkan pendapat tentang sesuatu persoalan secara bebas. b. Supaya anak berpikir sendiri, tidak hanya menerima pelajaran dari guru. c. Memupuk perasaan toleran, memberi kesempatan dan menghargai pendapat orang lain. d. Melatih anak-anak untuk menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Selain itu Rusman (Huda, 2015: 201) juga mengemukakan beberapa tujuan model kooperatif antara lain: a. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata. b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuan. c. Mempertinggi rasa tanggungjawab untuk melaksanakan keputusan diskusi. d. Membina sikap hati-hati terhadap pendirian sendiri. 3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan Johnson (Lie, 2008: 31-35) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) 38 Saling ketergantungan yang positif artinya setiap anggota harus menyadari bahwa keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan bagi yang lain atau sebaliknya kegagalan akan menimbulkan kegagalan bagi kelompoknya. Jadi, keberhasilan setiap kelompok akan sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Dengan demikian, di antara sesama anggota saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) Adanya ketergantungan positif dalam pembelajaran kooperatif akan memotivasi siswa untuk mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada kelompoknya, sehingga dalam pembelajaran kooperatif para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif. Karena tujuan utama dalam pembelajaran kooperatif ini bukan hanya dapat diselesaikannya tugas yang diberikan oada kelompok, tetapi siswa diharapkan dapat saling membelajarkan di antara anggota kelompoknya. c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) Di dalam kelompok pasti memiliki latar belakang, keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses bertukar pikiran dalam memecahkan masalah. Para anggota kelompok diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi sehingga terjalin hubungan yang akrab. Dengan demikian maka di antara anggota kelompok dapat saling menghargai perbedaan, saling memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota, 39 hal itu akan berakibar hasil yang dicapai akan jauh lebih baik bila dikerjakan sendiri. d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) Di pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berinteraksi dengan temannya sehingga sebelum menugaskan sisswa dalam kelompok, siswa perlu dibekali bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Walaupun memerlukan waktu yang panjang tapi proses ini bermanfaat bagi siswa untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan mental serta emosional siswa. e. Evaluasi proses kelompok Untuk melaksanakan evaluasi proses kelompok, guru hendaknya menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok namun bisa diadakan selang beebrapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam pembelajara kelompok. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang kegiatan mereka selama proses pembelajaran. Informasi itu meliputi: a) tujuan yang dicapai oleh kelompok; b) bagaimana mereka melakukan kerjasama saling membantu dengan teman dalam satu kelompok; c) bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif agar baik setiap siswa maupun kelompok menjadi berhasil dan kebutuhan apa saja yang haru dilengkapi agar tugas selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik. Di dalam evaluasi, guru berserta siswa dapat menilai 40 kelompok mana yang paling baik. Pemberian reward dan pujian perlu diberikan untuk menambah semangat serta motivasi berprestasi kelompok. Rofiq (2010: 6-7) menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yakni sebagai berikut: a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependence) Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugas. c. Interaktif Tatap Muka (Face to Face Interaction) Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu orang saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. 41 Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga akan berimplikasi pada kecerdasan interpersonal antar sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses ini bisa dipresentasikan dengan kerja kelompok atau pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran umum atau pendidikan agama Islam pada khususnya. d. Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication) Yang dimaksud dengan ketrampilan sosial adalah ketrampilan dalam berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. e. Evaluasi proses kelompok (Group Debrieving) Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memunculkan kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill). Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif meliputi lima unsur yakni, (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) interaksi tatap muka, (d) partisipasi 42 dan komunikasi, dan (e) evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut saling terkait satu sama lain yang dapat membawa pembelajaran kooperatif mengkontruksi pengetahuan. 4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan sikap toleransi, kerjasama, keterampilan sosial serta menerima keberagaman. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal, diharapkan siswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu agar proses pembelajaran kooperatif berjalan dengan lancar maka terdapat fase-fase atau tahapan yang harus ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran. Menurut Suprijono (2009: 65-66) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase, yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Perilaku Guru Fase 1: Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap mempersiapkan peserta didik belajar Fase 2: Present information Menyajikan informasi Fase 3. Organize students into learning Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar Fase 4. Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Fase 5. Test on materials Mengevaluasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya 43 Fase 6. Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan (Sumber: Suprijono, 2009: 84) Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting dilakukan karena siswa perlu memajami prosedur dan aturan dalam proses pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, karena informasi merupakan isi akademik. Fase ketiga, sering terjadi kekacauan pada fase ini, oleh karena itu guru harus menjelaskan pentingnya kerjasama dalam kelompok dan mencapai tujuan menyelesaikan tugas. Fase keempat, guru mendampingi kelompok, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini guru lebih memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan konsisten sesuai tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur penghargaan yang akan diberikan kepada siswa. 5. Tipe-tipe pembelajaran Kooperatif Slavin (2008 : 11-16) menyebutkan berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif. Tipe-tipe tersebut yaitu: a. STAD ( Student Team-Achievement Division) b. Teams Games Tournament (TGT) c. Jigsaw II d. TAI ( Team Accelerated Instruction) e. CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition) f. GI (Group Investigasi/ penyelidikan kelompok) 44 g. Co-op Co-op h. NHT (Numbered Head Together) Sejalan dengan Susanto (2014: 226-249) pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe, yaitu sebagai berikut: a. NHT (Numbered Head Together) b. Teams Games Tournament (TGT) c. Investigasi Kelompok d. STAD (Student Team-Achievement Division) e. CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition) f. Jigsaw g. TAI (Team Accelerated Instruction) Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran tipe TGT karena siswa SD kelas IV berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial. Jadi anak akan merasa senang dan nyaman jika proses pembelajarannya di variasikan dengan bermain. Dengan membuat siswa nyaman disaat pembelajaran pasti kreativitas dan pemikiran siswa akan muncul. Selain itu di pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa bekerja sama dengan temannya untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memahami pembelajaran dengan bertukar pikiran agar dapat membuat hasil belajar optimal. 45 6. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa sebagai tutor sebaya tanpa harus ada perbedaan status, tipe ini mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Tipe ini dikembangkan secara asli oleh de Vries dan Edward tahun 1995. Slavin (2008: 163-167) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan permainan akademik. Menurut Jumanta (2016: 122) pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta penguatan. Menurut Susanto (2014: 233), pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda. Sejalan dengan pendapat Miftahul Huda (2015: 117) mendefinisikan bahwa TGT adalah pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi yang akan memiliki komposisi anggota yang comparable. Asma (2006: 54) mendefinisikan TGT adalah suatu pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa, setelah itu siswa berdiskusi 46 dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah dan kemudian bertanding di meja turnamen untuk membandingkan kemampuannya dengan kelompok lain. Menurut Sudarti (2015: 179) aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dari beberapa pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dimana pelaksanaannya siswa ditempatkan pada kelompok/tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang berbeda dari kemampuan, dan latarbelakangnya. Dengan menggabungkan antara belajar dengan permainan sehingga membuat siswa akan tergugah dan nyaman dalam pembelajaran. 7. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Slavin (2008:143-167) berpendapat bahwa ada komponen utama yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu sebagai berikut: a. Penyajian Kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan 47 membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Belajar Kelompok (Tim) Biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. c. Game Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. d. Turnamen Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru memberikan materi dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya. e. Rekognisi Tim Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang disepakati. Keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Dalam TGT ada tiga tingkatan penghargaan yang didasarkan pada skor rata-rata tim. 48 Tabel 6. Kriteria Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata tim) Penghargaan 40 Tim Baik 45 Tim Sangat Baik 50 Tim Super (Sumber: Slavin, 2008: 175) Ciri khas TGT dalam prakteknya lebih ditekankan dengan penggunaan game akademik yang mengakulturasikan antara belajar kelompok dengan kompetisi kelompok. TGT terdiri dari lima tahapan yaitu presentasi kelas, tim/kelompok, game, turnamen dan rekognisi tim. Nilai yang diperoleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing. 8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Warsono (2013: 198) menjelaskan bahwa langkah-langkah untuk menggunakan TGT adalah sebagai berikut: a. Permainan dilakukan menggunakan meja-meja, setiap meja terdiri dari 3 orang siswa mewakili tim yang berbeda. Permainan terdiri dari sejumlah pertanyaan yang dirancang guru untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi tertentu. Permainan berupa kartu-kartu soal yang diberi nomor, setiap perwakilan tim mengambil kartu soal tersebut dan berusaha menjawabnya. b. Turnamen merupakan struktur terkait pelaksanaan permainan tersebut. Untuk turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang bertanding pada meja permainan. Guru juga menetapkan tiga siswa peringkat atas dari setiap tim untuk duduk di meja 2 dan seterusnya. Dengan demikian, setiap meja akan diisi oleh siswa yang kompetensinya seimbang. 49 c. Pada pertemuan selanjutnya siswa boleh berpindah meja tergantung pada kinerjanya pada turnamen minggu pertama tersebut. Pada prinsipnya pemenang dari setiap meja naik ke meja yang lebih tinggi berikutnya. d. Skor tim dihitung berdasarkan seluruh skor anggota tim. Langkah-langkah pembelajaran TGT menurut Slavin (2008: 163-165) adalah sebagai berikut: a. Class Presentation/presentasi kelas Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan menyajikan informasi/materi melalui demonstrasi/bahan bacaan. Selanjutnya diumumkan kepada semua siswa bahwa akan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa diminta memindahkan bangku untuk membentuk meja tim. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi secara garis besarnya saja, biasanya dilakukan dengan cara pengajaran secara langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Dalam presentasi kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa dalam kerja kelompok dan pada saat permainan Karena skor permainan akan menentukan skor kelompok. b. Teams/pengelompokan Tim terdiri dari 4 atau lima siswa heterogten yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kemampuan akademisnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Siswa beranggotakan 4 sampai 5 siswa yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuan. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah 50 menguasai pelajaran tersebut. Dan yang paling penting pada tahap ini, siswa saling berdiskusi, bertukar pikiran dalam hal pemahaman/ beda pendapat. c. Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengatahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game atau permainan terdiri atas pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh saat presentasi kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaanpertanyaan sederhana yang diberi nomor Guru mengarahkan aturan permainannya. Permainan dimainkan di atas meja dengan 4 sampai 5 orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 4 sampai 5 orang siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Setelah lengkap kegiatan turnamen dapat dimulai. 51 Pembaca 1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan. 2. Bacalah pertanyaan dengan keras. 3. Cobalah untuk menjawab. Penantang II Boleh menantang jika penantang I melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siapa pun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantangnya yang salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada. Penantang I Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya Gambar 1. Putaran Permainan (Slavin, 2008: 173) e. Pada akhir putaran pemenang mendapat satu kartu bernomor, penantang yang kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada namun jiika pembaca kalah tidak diberi hukuman. Setelah selesai turnamen tentukanlah skor tim dan persiapkan sertifikat tim untuk member rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu pindahkan poin-poin turnamen dari setiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masingmasing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan. 52 Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen (Slavin, 2008: 168) Tabel 7. Poin-Poin Turnamen Permainan Empat Pemain Pemain Tidak ada yang seri Seri nilai tertinggi Seri nilai tengah Seri nilai rendah Seri nilai tertinggi 3-macam Seri nilai terendah 3-macam Seri 4 macam Peraih skor tertinggi Peraih skor Tengah atas Peraih skor Tengah bawah Peraih skor terendah 60 poin 50 60 60 50 60 40 Seri nilai tetinggi dan terendah 50 40 poin 50 40 40 50 50 40 50 30 poin 30 40 30 50 50 40 30 20 poin 20 20 30 20 30 40 30 Tabel 8. Poin-poin Turnamen Permainan Tiga Pemain Pemain Peraih skor tertinggi Peraih skor tengah Peraih skor rendah Tidak ada yang seri 60 poin Seri nilai tertinggi 50 Seri nilai terendah 60 Seri 3-macam 40 40 poin 50 30 40 20 poin 20 30 40 Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain Pemain Tidak Seri Seri Peraih Skor Tertinggi 60 poin 40 Peraih skor terendah 20 poin 40 53 Untuk turnamen pertama, guna menempatkan siswa pada “tournaments table” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap kelompok pada meja 1, siswa berkemampuan sedang meja 2 dan 3, kemudian siswa berkemampuan rendah pada meja 4. Setelah turnamen selesai dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang meja tertinggi (meja 1). Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatannya dan siswa yang mendapat skor terendah pada setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya (meja 4). Sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap-tiap meja akan berpindah ke meja yang lebih rendah di bawahnya, maka mereka akan berusaha untuk berpindah lagi ke meja yang lebih ke meja yang lebih tinggi. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai pada kinerja mereka. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut. a. Penyajian kelas (Class Presentation) Penyajian kelas di dalam pembelajaran tipe TGT tidak berbeda dengan pengajaran biasa oleh guru, hanya saja pengajaran lebih difokuskan pada materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. b. Kelompok (Teams) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok setiap kelompok dibagi menjadi 4-5 siswa yang heterogen dalam hal kemampuan akademik. Dengan model yang 54 mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa mempunyai nilai secara merata. c. Permainan (Games) Guru memberitahukan kepada siswa bahwa akan dilaksanakan pembelajaran dengan mengunaakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan siswa akan memindahkan posisi meja dan kursi. Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut. Setelah permainan selesai, siswa bersama guru membahas jawaban dari kartu pertanyaan. d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments) Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 3-4 siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Guna menempatkan siswa pada “tournaments table” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap kelompok pada meja 1, siswa berkemampuan sedang meja 2 dan 3, kemudian siswa berkemampuan rendah pada meja 4. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen. Satu siswa dalam kelompok pertama mengambil satu kartu bernomor, jika pada kelompok tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan pada kartu, maka penantang yang kalah mengembalikan kartunya bila sudah ada 55 namun jika pembaca kalah tidak diberi hukuman, dan kartu dapat diberikan kepada kelompok lain yang dapat menjawab pertanyaan, begitu juga seterusnya sampai kertu pertanyaan habis terjawab. Setelah selesai turnamen dan dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang meja tertinggi (meja 1). Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatanya dan siswa mendapat skor terendah pada setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya (meja 4). Sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap-tiap meja akan berpindah ke meja yang lebih rendah di bawahnya, maka mereka akan berusaha untuk berpindah lagi ke meja yang lebih tinggi. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai pada kinerja mereka. e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition) Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan kartu, misalkan pada meja turnamen terdiri dari 3 siswa yang tidak seri, peraih nilai tertinggo mendapat nilai tertinggi dan dapat skor 50, kedua 30, dan ketiga 20. Kemudian penghargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar diberikan kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi dan mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. 56 9. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Menurut Istiqomah (2006: 100) yang merupakan kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain: a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas yang diberikan b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu. c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. f. Motivasi belajar lebih tinggi. g. Hasil belajar lebih baik. h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan kelemahan TGT adalah: a. Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. b. Bagi Siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, 57 tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. D. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Setiap manusia dilahirkan dengan karakteristik dan ciri khasnya masingmasing. Karakteristik tersebut terbentuk melalui beberapa tahap perkembangan yang individu jalani mulai dari tahap usia dini. Tahap perkembangan yang dilalui manusia menyangkut perkembangan perkembangan kejiwaannya. Menurut kognitif, Piaget perkembangan (Susanto, fisik, 2014: dan 76-78) perkembangan kognitif anak dapat dibedakan menjadi beberapa tahap sesuai dengan usianya, yaitu: a. Tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum memasuki usia sekolah. b. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema kognitifnya masih terbatas. Anak gemar meniru perilaku orang lain. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif. c. Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada rentangan usia ini anak sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi dan mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret. 58 d. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), anak sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif anak pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara stimulan (serentak) maupun berurutan. Anak mulai mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respon. Berdasarkan pendapat Piaget, perkembangan kognisi pada anak usia sekolah dasar untuk kelas tinggi termasuk kelas IV berada pada tahap operasional konkret, anak dapat berpikir secara sistematis, dapat menduga apa yang akan terjadi, serta dapat menyelesaikan masalah secara sekaligus. Menurut Samatowa (2006: 8) ciri-ciri anak pada masa kelas tinggi adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. Ingin tahu dan ingin belajar. Minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus. Membutuhkan guru atau orang-orang di sekelilingnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. e. Memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. f. Gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya. g. Peran manusia idola sangat penting. Selain itu, menurut Asy’ari (2006: 38) pada masa kelas tinggi umumnya anak memiliki sifat: a. b. c. d. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Senang bermain atau suasana yang menggembirakan. Mengekplorasi situasi sehingga anak suka mencoba-coba hal yang baru. Memiliki dorongan kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami kegagalan. e. Akan belajar efektif apabila merasa senang dengan situasi yang ada. f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengerjakan sesuatu pada temannya. 59 Cara berpikir anak sekolah dasar bergerak dari konkret menuju ke abstrak. Pada tahap tersebut siswa sudah mampu berpikir secara sistematis mengenai benda-benda serta peristiwa-peristiwa konkret. Selain karakteristik di atas, pada masa usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) terlihat pula karakteristik pertumbuhan kejiwaan pada anak. Menurut Suharjo (2006: 37) karakteristiknya adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat. b. Kehidupan sosial mulai beraneka ragam yaitu dalam hal kerjasama, bersaing dan kelompok sebaya. c. Semakin menyadari selain mempunyai keingian dan perasaan tertentu juga mempunyai minat dalam hal tertentu. d. Kemampuan berpikir masih dalam tahap persepsional. e. Tidak membedakan jenis dalam bergaul, bekerja sama dan berkegiatan. f. Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat. Melihat beberapa pendapat yang di uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah Dasar memiliki banyak karakteristik yang beragam. Sebagai seorang guru penting sekali untuk dapat mengetahui dan memahami karakteristik siswanya. Terutama dalam pemilihan model pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan siswa serta karakteristik masing-masing siswa. Dengan memahami dan menghargai karakteristik siswanya, seorang guru diharapkan dapat mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimiliki siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu sedang berada pada periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Sebagaimana ciricirinya yaitu anak gemar membentuk kelompok teman sebaya, anak ingin selalu beradaptasi, berpikir kualitas dan sudah dapat melihat suatu permasalahan. Belajar kelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan. 60 E. Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe TGT Sesuai dengan tujuan dan esensi pendidikan IPS di SD bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis serta memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial. Maka proses pembelajaran diharapkan dapat memacu untuk mencapai tujuan tersebut. Peneliti memilih pembelajaran kooperatif karena pembelajaran kooperatif dirancang untuk melibatkan interaksi kelas sehingga dapat membantu siswa memperoleh keterampilan yang dibutuhkan serta mampu menerapkan isi pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupannya. Pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah tipe Teams Games Tournament (TGT) yang langkah pembelajarannya menggunakan permainan akademik dan turnamen. Diharapkan siswa-siswa kelas IV yang pada masa fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial akan semakin memacu siswa memperoleh pengetahuan dengan bantuan permainan akademik didalam pembelajaran. F. Hasil Penelitian Relevan Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut termuat dalam penelitian yang dilakukan oleh: 1. Theresia Dwi Korayanti dengan penelitiannya berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri Mancasan Gamping Sleman Yogyakarta”. Dalam penelitian 61 tersebut terbukti bahwa penerapan TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Mancasan kecamatan Gamping. Prestasi belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II. Pada akhir siklus I sebanyak 16 siswa (61,53%) mencapai ketuntasan belajar, sedangkan hasil akhir siklus II 23 siswa mencapai ketuntasan belajajar sebesar 88,46%. Dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan nilai prestasi sebesar 26,93%. 2. Dina Kurniati dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Melalui Model TGT Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringamba Banjarnegara”. Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa TGT dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Sebelum dilakukan tindakan nilai rata-rata kelas siswa 53,82, pada siklus I meningkat menjadi 62,88 dan pada siklus II menjadi 73,82. Hasil observasi menunjukkan aktivitas guru sudah dapat menerapkan pembelajaran yang bervariasi dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif TGT sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa lebih aktif dan bersemangat untuk belajar serta suasana menjadi lebih menyenangkan. Perbedaannya, di penelitian ini peneliti mengambil hasil belajar kognitif dan afektif sedangkan penelitian Theresia Dwi Korayati dan Dina Kurniati melihat pada prestasi siswa yang berfokus pada ranah kognitif siswa. G. Kerangka Pikir Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Gombang selama proses pembelajaran IPS terdapat beberapa masalah yang terjadi diantaranya siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS sehingga 62 hasil belajar IPS cenderung rendah. Kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dikarenakan guru cenderung menggunakan model pembelajaran yang monoton. Seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan yang dinilai siswa membosankan. Sehingga siswa merasa jenuh saat pembelajaran IPS. Peneliti menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Alasan penggunaan model kooperatif tipe TGT adalah model TGT memiliki kelebihan. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; (b) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; (c) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; (d) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa; (e) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; (f) Motivasi belajar lebih tinggi; (g) Hasil belajar lebih baik; (h) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Karakteristik siswa kelas IV salah satunya adalah dalam masa fase peralihan, yaitu dari fase bermain ke fase sosial. Selain itu tipe ini mendorong siswa untuk melakukan tutor sebaya dengan berinteraksi antar anggota kelompok. Oleh karena itu tipe TGT cocok untuk diterapkan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. 63 H. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “Model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang”. I. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar secara bertahap. Perubahan yang terjadi mengarah pada perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman siswa setelah interaksi dengan lingkungannya melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. IPS adalah mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan menengah yang mengkaji kehidupan manusia dan sekelilingnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta keterampilan sosial siswa dalam hubungannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games Tournaments) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi dikelompokkan menjadi satu kelompok kemudian saling berlomba dalam permainan akademik sebagai wakil kelompoknya bertanding dengan wakil kelompok lain yang kinerja akademik sebelumnya setara. Permainan akademik dirancang untuk menciptakan perlombaan atau turnamen antar siswa terkait pemahaman siswa 64 atas materi yang telah dipelajari. Tipe TGT melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar siswa. Komponen-komponen dalam TGT menurut Robert E. Slavin meliputi presentasi kelas, belajar tim, turnamen, permainan, dan penghargaan. 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk melaksanakan penelitian dapat dilakukan berbagai cara sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2016: 1-2) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, dan juga memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut. Dengan demikian PTK merupakan penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Menurut Kunandar (2012: 44-45) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Sejalan dengan pendapat tersebut, Samsu Sumadayo (2013: 20) mendeskripsikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran 66 yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta menerapkan hal-hal baru di pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan peneli tian yang dilakukan guru di kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran serta hasil pembelajaran melalui berbagai tindakan yang tersencana dalam suatu siklus. Dalam penelitian ini, jenis PTK yang digunakan adalah kolaboratif, yaitu peneliti bekerja sama dengan guru kelas untuk menggali dan mengkaji permasalahan tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, Cawas, Klaten pada materi “Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS di kelas IV SD Negeri 2 Gombang, Cawas, Klaten dengan model pembelajaran TGT. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten yang berjumlah 19 siswa dengan perincian 13 siswa laki-laki dan 6 perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). C. Setting Penelitian Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas, yaitu kegiatan pembelajaran IPS yang berlangsung di SD Negeri 2 Gombang. SD 67 tersebut beralamat di Desa Gombang, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. SD tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti di SD Negeri 2 Gombang melalui wawancara dengan guru kelas IV ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran IPS yaitu hasil belajar yang rendah. D. Desain Penelitian Menurut Sumadayo (2013: 23) tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku penelitiannya, perilaku orang lain, dan atau untuk mengubah kerangka kerja, atau struktur lain yang akan menghasilkan perubahan pada perilaku orang lain. Model penelitian yang digunakan adalah menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Madya (2009: 67) yaitu menggunakan siklus sistem spiral yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen yang menunjukkan penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Gambaran tentang langkah-langkah di atas dapat dilihat pada gambar di bawah Keterangan: Siklus I 1 = perencanaan I 2 = tindakan I 3 = observasi I 4 = refleksi I Siklus II 1 = perencanaan II 2 = tindakan II 3 = observasi II 4 = refleksi II ini: Gambar 3. Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart (Madya, 2009: 67) 68 Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan seperti berikut: 1. Perencanaan (Planning) Dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dengan demikian dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan perlakuan khusunya oleh guru dalam proses pembelajaran, artinya perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran. Ada dua jenis perencanaan yang dapat disusun oleh peneliti, yaitu perencanaan awal diturunkan dari berbagai asumsi perbaikan hasil dari kajian studi pendahuluan; sedangkan perencanaan lanjutan disusun berdasarkan hasil refleksi setelah peneliti mempelajari berbagai kelemahan yang harus diperbaiki. 2. Tindakan (Acting) Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang harus dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dilakukan dan diarahkan sesuai dengan perencanaan. Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru sesuai dengan fokus masalah. Tindakan inilah yang menjadi inti dari PTK, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru untuk menyelesaikan masalah. 3. Pengamatan (Observing) Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya 69 dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana siklus berikutnya. 4. Refleksi (Reflecting) Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Refleksi dilaksanakan dengan melakukan diskusi dengan observer yang biasanya dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tindakan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Rencana Tindakan Sebelum melakukan tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengadakan perencanaan tindakan. Perencanaan ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: 1) Melalui diskusi dengan guru kelas, peneliti menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian tersebut. 2) Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. 3) Menyusun pedoman observasi dan lembar observasi kelas pada saat tindakan dilakukan. 4) Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan. 70 5) Memilih metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian. Rancangan yang akan digunakan mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, tes hasil belajar kognitif serta lembar observasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Pendahuluan 1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Guru bersama siswa melakukan doa bersama. 3) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi. 4) Apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu. 5) Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT. b) Kegiatan Inti 1) Siswa dibentuk kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuannya. 2) Siswa duduk bersama kelompoknya. 3) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang sedang dipelajari. 4) Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru. 5) Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan oleh guru dengan berdiskusi. 6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi. 71 7) Siswa dikondisikan untuk memulai permainan akademik. 8) Siswa melakukan permainan akademik dengan bimbingan guru. 9) Siswa bersama guru membahas hasil permainan akademik. 10) Kelompok yang menang mendapatkan reward dari guru. c) Kegiatan Penutup 1) Siswa bersama guru menyampaikan materi pelajaran. 2) Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3) Siswa diberi penguatan oleh guru agar belajar dengan rajin. 4) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan desain model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti dibantu oleh guru kelas dan satu rekannya. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengajar sesuai RPP yang telah dibuat. Dalam penelitian ini kelompok mengajar sesuai dengan RPP yang telah di buat. Kelompok yang dibentuk dalam tindakan penelitian ini beranggotakan siswa yang heterogen dalam kemampuan yang ditentukan dari tes awal siswa. c. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh satu orang pengamat lain (mitra peneliti) dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data ini dapat menggunakan lembar observasi yang dilakukan peneliti bersama mitra peneliti 72 sebagai pengamat. Selain lembar observasi, pengamat juga dapat menggunakan dokumentasi untuk memperkuat data yang didapat dengan hasil berupa foto-foto siswa selama proses pembelajaran. d. Refleksi Peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang telah dilakukan, kekurangan maupun ketercapaian pembelajaran untuk menyimpulkan data atau informasi yang telah dikumpulkan. Jika siklus I sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan, peneliti akan tetap melanjutkan ke siklus II. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa keberhasilan pada siklus I bukan karena suatu kebetulan dan memang terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. 2. Siklus II a. Perencanaan Perencanaan pada siklus ini memperhatikan refleksi dari siklus I. Percanaan pada siklus II meliputi: 1) Membuat RPP yang telah disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I. 2) Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. 3) Menyusun pedoman observasi dan lembar observasi yang akan digunakan sebagai pedoman pengamat dalam mengobservasi kelas pada saat dilakukan tindakan. 4) Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan merekam atau mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan. 5) Memilih metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian. 73 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Pendahuluan 1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Guru bersama siswa melakukan doa bersama. 3) Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi. 4) Apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu. 5) Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT. b) Kegiatan Inti 1) Siswa duduk bersama kelompok yang sama ketika pembelajaran minggu lalu. 2) Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi minggu lalu. 3) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran IPS. Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari. 4) Siswa mengerjakan LKS bersama kelompoknya. 5) Siswa bersama guru membahas LKS yang telah dikerjakan. 6) Siswa dibentuk kelompok homogen. 7) Siswa melakukan permainan akademik bersama kelompok homogen. 8) Siswa kembali ke kelompok awal. 9) Siswa bersama kelompok menghitung perolehan skor dari hasil permainan akademik. 10) Kelompok yang memenangkan game mendapatkan reward dari guru. c) Kegiatan Penutup 74 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran. 2) Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3) Siswa diberi penguatan oleh guru untuk belajar yang rajin. 4) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada intinya sama seperti siklus I, yaitu guru mengajar dengan menggunakan RPP yang telah dibuat. Pada saat pembelajaran berkelompok, kelompok siswa masih sama seperti pada siklus I. c. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh mitra peneliti untuk mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan sama seperti dengan lembar observasi yang digunakan pada siklus I. Selain dengan lembar observasi, pengamat juga dapat menggunakan dokumentasi untuk memperkuat data yang didapat dengan hasil berupa foto-foto siswa selama proses pembelajaran. d. Refleksi Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil dari siklus I dengan siklus II, apakah ada peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan hasil belajar siswa, maka siklus dapat dilanjutkan lagi. 75 E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Suyadi (2013: 84) teknik pengumpualan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan dalam penelitian. Jadi dengan kata lain teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data, peneliti benar-benar harus teliti agar tidak terjadi kesalahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh oleh peneliti lebih kredibel dan lebih akurat. Penjabaran dari teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi sering disebut dengan pengamatan atau memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Arikunto (2006: 156) menyatakan bahwa observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. Observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan. Observasi untuk mengamati aktivitas siswa berlangsung selama proses pembelajaran sedangkan observasi untuk guru digunakan untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan penerapan model pembelajaran kooperatif TGT. 2. Tes 76 Tes adalah daftar pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Pada dasarnya tes dilakukan untuk mendapatkan dan mengetahui nilai atau hasil belajar. Tes dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur hasil belajar IPS. Setelah dilakukan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal yang disediakan pada akhir siklus. Siswa mengerjakan soal untuk mengukur ketercapaian indikator dan mengukur hasil belajar dengan bentuk tes obyektif atau pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban, setiap jawaban benar mendapat skor 1 sedangkan jawaban salah skor 0. 3. Dokumentasi Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Tujuan dokumentasi untuk mendukung dan memperkuat penelitian tentang suatu subjek penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Dokumentasi juga dapat dilakukan dengan pengambilan foto pada proses pembelajaran berlangsung. Siswa diambil fotonya saat melakukan kegiatan selama proses pembelajaran. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan pada waktu penelitian untuk pengumpulan data, bisa berupa tes, angket, observasi, dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi proses pembelajaran, soal tes, dokumentasi. 1. Lembar Observasi 77 Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru. Lembar observasi dibuat untuk mengamati aspek afektif yang muncul ketika diberi tindakan. Pada penelitian ini pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat dan dibantu oleh guru dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan kelas. Salah satu proses dalam pengembangan instrumen adalah penyusunan kisi-kisi tes. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen observasi aktivitas guru dan siswa. Tabel 10. Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT No 1 Indikator Penyajian Kelas (Class Pressentation) Sub Indikator Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi Menjelaskan materi pembelajaran Melakukan diskusi kelas Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen Membimbing siswa mengikuti pembelajaran Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan No Butir 1 a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok homogen b. Membimbing siswa dalam melakukan permainan Pengakuan kelompok a. Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor (Teams Recognition) tertinggi b. Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar Jumlah 4 a. b. 2 Kelompok (Teams) c. a. b. 3 Permainan (Games) a. b. 4 5 Kompetisi atau Turnamen (Tournaments) 78 Jumlah 1 2 1 3 4 1 1 8 1 5 1 6 1 8 1 9 1 10 1 10 10 Tabel 11. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT No Indikator Aspek Yang Diamati 1 Receiving/attending (menerima/memperhatikan) Perhatian siswa terhadap proses pembelajaran IPS dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT 2 3 Responding (menanggapi) Valuing (menilai/menghargai) No Butir 1 Jumlah Butir 1 Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPS dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT 3 1 Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi 2 1 Keaktifan siswa saat melakukan diskusi kelompok materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Komunikasi 4,5 2 Tanggung jawab siswa pada saat melakukan pembelajaran kooperatif tipe TGT Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT 6,7 2 8,9,10, 11 4 Menerima serta menghormati siswa yang mendapat penghargaan 12 1 12 12 Jumlah 2. Instrumen Hasil Belajar Siswa Tes pada penelitian ini diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Instrumen ini berupa 79 soal tes hasil belajar IPS yang dibuat berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah diajarkan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam penelitian yang menggunakan instrumen penelitian tes ini yang akan diukur adalah tingkat pemahaman siswa yang nantinya merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tes objektif berbentuk pilihan ganda (multiple choice), dan essay. Tes ini berfungsi untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa dalam upaya peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa akibat perlakuan (treatment). Tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dilakukan pada awal sebelum dilakukan tindakan, yaitu berupa pre test dan pada setiap akhir siklus atau disebut post test. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, karena aspek afektif sudah ada dalam lembar observasi. Kisi-kisi instrument tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 12. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1 Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembanga n teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunaka nnya. Indikator 1. Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional 2. Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern 3. Membedakan teknologi produksi tradisional dengan modern 4. Menunjukkan teknologi komunikasi masa lalu 5. Menunjukkan teknologi komunikasi masa kini 6. Membedakan teknologi komunikasi masa lalu dengan masa kini Jumlah Soal Aspek Kognitif C1 C2 C3 1, 2, 3, 4 (pg) 5, 6, 7 (pg) 80 4 3 8, 9, 10 (pg) 3 1, 2 (essay) 3, 4, 5 (essay) 7 Jumlah 11, 12, 13, 14, 15 (pg) 6 3 4 3 7 20 Keterangan: C1 C2 C3 : Pengetahuan : Pemahaman : Penerapan Tabel 13. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2 Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembanga n teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunaka nnya. Indikator C1 1 Menunjukkan teknologi transportasi pada masa lalu 2. Menyebutkan teknologi transportasi masa kini 3. Memberi contoh jenis-jenis transportasi Aspek Kognitif C2 C3 1,2, 3 (essay) 1, 2 (pg) 3, 4, 5, 6, 7 (pg) 4. Menjelaskan kelebihan transportasi masa lalu 6. Menunjukkan kelemahan trasportasi masa lalu 7. Menjelaskan kelemahan trasportasi masa kini Jumlah Soal 5 4 2 4, 5 (essay) 7 3 2 8, 9, 10 (pg) 11, 12, 13 (pg) 5. Menjelaskan kelebihan transportasi masa kini Jumlah 14, 15 (pg) 8 2 2 5 20 Keterangan: C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan G. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2013: 335) Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, tes, dokumentasi, wawancara dan catatan lapangan, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Data yang sudah dikumpulkan di penelitian ini kemudian akan 81 dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil tes siswa dideskripsikan dalam bentuk data konkret berdasarkan skor minimal dan skor maksimal sehingga diperoleh skor rata- rata (mean). Dalam penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil tes siswa dideskripsikan dalam bentuk data konkret berdasarkan skor minimal dan skor maksimal sehingga diperoleh skor rata- rata (mean). Selanjutnya diambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS di SD Negeri 2 Gombang adalah 68. Jika mengalami kenaikan, maka dapat diasumsikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Analisis data secara deskriptif digunakan untuk mengetahui secara kualitatif hasil penelitian tindakan yang dilakukan. Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Adapun hasil analisis tersebut diuraikan dengan kalimat-kalimat yang berbentuk deskriptif. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Hasil Tes Hasil tes yang telah diperoleh dari siswa dianalisis secara kuantitatif untuk mengolah data yang diperoleh dari hasil uji tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dibuktikan dengan peningkatan hasil evaluasi yang dilakukan sebanyak siklus yang dilakukan. Adapun cara untuk mengetahui kenaikan hasil belajar adalah dengan menghitung rerata nilai siswa yang berhasil memperoleh nilai 82 KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) dari jumlah kelas itu. Rumus mencari nilai rerata (mean) adalah sebagai berikut: Keterangan: Me : Mean ∑x : Jumlah nilai n : Jumlah siswa Sedangkan rumus untuk menghitung persentase siswa yang lulus adalah sebagai berikut: Keterangan: P : Angka Persentase F : Frekuensi N : Banyaknya individu dalam jumlah subjek penelitian (jumlah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang) 2. Analisis Hasil Observasi Analisis hasil observasi disajikan secara analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif diperoleh dari observasi data yang diperoleh digambarkan dengan kata-kata ataupun kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 337-355) langkah-langkah dalam menganalisis data deskriptif kualitatif ada tiga langkah yaitu: a. Reduksi data, dilakukan terhadap data yang sudah terkumpul yaitu data hasil observasi pembelajaran. Data tersebut diseleksi, ditentukan fokusnya, 83 disederhanakan, diringkas dengan melakukan penajaman, pemilahan dan penyisihan data yang kurang bermakna serta menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. b. Display data, penyajian data secara lengkap, singkat dan jelas baik untuk mempermudah peneliti memahami dalam hubungannya terhadap aspek yang diteliti maupun dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya. c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada siklus I dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Hasil observasi secara kuantitatif sendiri dihitung dengan jumlah skor butir yang dinilai yaitu rentang antara 1-4 dibagi dengan skor maksimal dikalikan 100%. Seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2002: 102), sebagai berikut: Nilai rata-rata = 𝐽 𝑎ℎ 𝑀𝑎 𝑖 𝑎 𝑎 𝑥 % Berdasarkan perhitungan trsebut maka criteria penilaian hasil observasi menurut Purwanto (2002: 103) adalah sebagai berikut: Tabel 14. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa No. Pencapaian Skor Kategori 1. 86% - 100% Baik Sekali 2. 75% - 85% Baik 3. 60% - 74% Cukup 4. 55% - 59% Kurang 5. ≤ 54% Sangat Kurang Cara melihat peningkatan hasil belajar afektif pada saat observasi adalah dengan melihat selisih skor keseluruhan antara siklus I dengan siklus selanjutnya. 84 H. Validitas Instrumen Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak (Construct Validity). Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts) setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertent kemudian akan dikonsultasikan dengan ahli yang diminta pendapatnya tentang instrumen yang sudah disusun (Sugiyono, 2013: 177). Instrumen yang digunakan atau dikembangkan itu dimintakan penilaian/validasi ahli melalui konsultasi dan diskusi untuk proses perbaikan dan penyempurnaan (expert judgement). Para ahli yang dimaksud adalah pembimbing skripsi, dosen lain atau guru yang berkompeten pada mata pelajaran IPS SD kelas IV. I. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan merupakan acuan untuk menentukan keberhasilan suatu program atau kegiatan. Dalam penelitian ini masalah yang diamati yaitu tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Maka penelitian ini dikatakan berhasil apabila tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa mendapat nilai KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah ditentukan oleh SD Negeri 2 Gombang yaitu 68 atau di atasnya maka penelitian telah berhasil. Sedangkan 85 untuk ranah afektif, 75% dari jumlah siswa yang memiliki nilai dengan kategori minimal baik atau mempunyai rentang nilai 31-40 ke atas. 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Gombang, Klaten, yang terletak di Desa Gombang Kecamatan Cawas. Sekolah ini berada di pedesaan yang berbatasan dengan daerah perkotaan dan sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani, buruh dan pedagang. Lokasi cukup mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan. SD Negeri 2 Gombang sendiri terletak berhadapan dengan sawah-sawah sehingga suasana cukup kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar. Dilihat dari segi fisiknya, secara keseluruhan kondisi bangunan sekolah cukup baik. SD Negeri 2 Gombang memiliki 6 gedung ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, kamar mandi 3, dan 1 gudang. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan jumlah 19 siswa yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dimana guru kelas bertindak sebagai pengajar yang melakukan tindakan dan peneliti sebagai pengamat (observer). Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, khususnya pada materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2016/2017 yaitu sesuai dengan materi pada kurikulum yang digunakan oleh SD tersebut. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini mencakup empat tahap yaitu: 87 a. Perencanaan, b. Tindakan, c. Observasi, dan d. Refleksi. Keempat tahap tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus. Setiap selesai pertemuan baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua dilakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT materi Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi. Berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas serta ijin dari kepala sekolah agar kegiatan belajar mengajar tidak menganggu jam mata pelajaran yang lain, maka penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada yaitu satu minggu satu kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan untuk setiap siklusnya. Setiap siklus dilaksanakan selama 4 jam perlajaran atau dua kali pertemuan setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. 2. Deskripsi Pra Tindakan Observasi pembelajaran di SD Negeri 2 Gombang pertama kali dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Observasi awal ini sebagai langkah prasurvei terhadap proses pembelajaran IPS di kelas sebelum melakukan tindakan. Hasil observasi awal ini diperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan siswa dikelas IV dalam pembelajaran sebelum penelitian dilaksanakan. Dari hasil informasi diperoleh data 88 bahwa siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang berjumlah 19 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 13 anak dan siswa perempuan berjumlah 6 anak. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung terpusat pada peran aktif guru dengan menggunakan metode ceramah dan kurang melibatakan partisipasi aktif siswa. Guru lebih banyak menyajikan materi IPS dengan ditulis atau dibacakan. Penyampaian materi yang kurang bervariasi dan menarik perhatian siswa dan membuat siswa tidak aktif, karena belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan melihat kondisi tersebut, peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar IPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Obyek dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada data nilai Ulangan pre test yang dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 15. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre test No. Inisial Siswa Hasil Pre test Pencapaian KKM 1. ARNF 44 Belum Tuntas 2. EN 72 Tuntas 3. SNF 36 Belum Tuntas 4. RZ 64 Belum Tuntas 5. LNS 48 Belum Tuntas 6. NR 32 Belum Tuntas 7. RAA 56 Belum Tuntas 8. NAP 44 Belum Tuntas 9. RF 28 Belum Tuntas 10. ABIY 28 Belum Tuntas 89 11. IW 12. AA 13. FB 14. DI 15. GAN 16. MET 17. ERH 18. AW 19. ACS Jumlah nilai Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai siswa Presentase siswa tuntas Presentase siswa belum tuntas 56 32 68 68 76 72 60 32 48 964 28 76 50,7 26,31 % 73,68 % Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata sebesar 50,7. Sebanyak 5 siswa atau 26,31 % siswa dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 68, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas adalah 14 siswa atau 73,68 % siswa dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai ≤ 68. Siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak daripada siswa yang sudah mencapai KKM. Padahal pembelajaran matematika dikatakan berhasil (tuntas ) jika semua siswa mendapat nilai ≥ 68 ( mencapai KKM). Berbekal dari informasi yang dikumpulkan dari hasil pre test serta melalui wawancara dengan guru dan hasil pra tindakan terhadap proses pembelajaran IPS yang telah dilakukan, maka peneliti memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran IPS, khususnya pada materi pokok Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi melalui Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil pre test siswa diklasifikasikan dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut. 90 setelah Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre test 80 60 Nilai terendah 40 Nilai tertinggi 20 Rata-rata Ketuntasan 0 Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata Ketuntasan Gambar 4. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif IPS Pra Tindakan Berdasarkan gambar di atas, siswa yang telah memenihi KKM baru 5 siswa. Nilai rata-rata dihitung dari jumlah keseluruhan nilai siswa yang dibagi dengan seluruh siswa. Nilai rata-ratanya yaitu 50,7. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan data nilai yang diperoleh siswa secara keseluruhan diketahui bahwa hasil belajar kognitif IPS siswa masih rendah. Selain melakukan pre test sebagai langkah pra tindakan untuk mengetahui kemampuan siswa. Peneliti juga melakukan observasi dengan mengamati ranah afektif siswa atau sikap siswa. Dengan cara mengamati siswa saat proses pembelajaran di kelas. Pada saat pengamatan diperoleh hasil bahwa siswa pada saat pembelajaran terlihat gaduh, sering bercanda, kurang aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran biasa saja tidak menunjukkan semangat untuk memperhatikan guru. Selain itu pembelajaran yang berlangsung pada saat pengamatan yaitu dengan metode 91 ceramah serta penugasan. Untuk metode diskusi guru belum menerapkan untuk siswa. Sehingga siswa kurang terlihat adanya kerja sama dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat juga pada tabel hasil belajar kognitif diketahui bahwa hasil belajar IPS ranah kognitif siswa belum dikenai tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Nilai tertinggi 75, nilai terendah 30 dan diperoleh nilai rata-rata 53,82. Sedangkan KKM siswa 68, siswa yang sudah memenuhi KKM terdapat 11 siswa (67,71%). Sedangan pada ranah afektif siswa pada saat belum dikenai tindakan dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang berlangsung kurang merangsang siswa untuk aktif, antusias serta belum muncul kerjasama antar siswa. 3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Sesuai pendapat Kemmis dan Mc Taggart (Suwarsih Madya, 2009: 67) bahwa dalam PTK setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. Secara rinci sajian siklus I adalah sebagai berikut: a. Deskripsi Proses Penelitian 1) Perencanaan Tindakan Siklus I Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk dua kali pertemuan yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model TGT. 92 b) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). c) Menyusun soal dan kartu untuk games dan turnamen. d) Menyiapkan dan menyusun lembar observasi tentang kegiatan pembelajaran. e) Menyusun lembar observasi tentang kegiatan belajar siswa dan lembar observasi guru. f) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung. g) Mempersiapkan soal untuk siswa, yaitu soal pre test dan post test. Soal pre test dikerjakan sebelum dilaksanakan tindakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan soal post test diberikan setelah siswa mendapatkan tindakan, yaitu diberikan pada akhir setiap siklus. h) Menyiapkan reward berupa makanan. i) Menyusun kelompok untuk siklus I. penyusunan kelompok berdasarkan nilai pre test yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam pembagian kelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan klasifikasi akademik dan jenis kelamin. Berikut daftar kelompok untuk siklus I: No 1. 2. 3. 4. 5. Tabel 16. Daftar Nama Kelompok Siklus I Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 (Garuda) (Elang) (Rajawali) (Cendrawasih) AA NR RF AW IW SNF ABIY RAA ARNF LNS ACS NAP RZ ERH FB MET EN DI GAN 93 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dan disiapkan sebelumnya oleh peneliti dan sudah dikonsultasikan sebelumnya dengan dosen ahli dan guru kelas IV. Selama proses pembelajaran berlangsung, pengajar mengajar siswa menggunakan RPP yang telah dibuat. Pada penelitian ini, siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan. Secara rinci tindakan pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: a) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 dengan indikator menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional, menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern, membedakan teknologi produksi tradisional dengan modern. Pertemuan pertama dimulai pada pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Pada pertemuan ini membahas materi tentang “Perkembangan Teknologi Produksi”. (1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam kemudian mengecek kehadiran siswa dengan memanggil siswa satu per satu. Selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan bertanya “apakah anak-anak sering memakan tempe/tahu?” lalu guru menyampaikan juga tujuan pembelajaran yang dituliskan di papan tulis. Selain itu guru memberikan semangat dan motivasi belajar agar pada saat pembelajaran siswa bisa antusias dan bersungguh-sungguh. 94 (2) Kegiatan Inti Pelaksanaan Pembelajaraan Kooperatif tipe TGT (a) Presentasi Kelas Siswa diminta membuka buku paket dan membaca materi yang berkaitan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya, guru menjelaskan materi dengan cara berceramah kemudian dilanjutkan tanya jawab. Selanjutnya, guru membagi nomer dada yang telah dipersiapkan guru sebelumnya, nomer dada berguna untuk mempermudah observer mengamati aktivitas siswa. Kemudian guru memberitahu siswa jika akan dilakukan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Selain itu guru menjelaskan tahap-tahap atau alur pembelajaran yang akan dilakukan siswa nantinya. Dengan demikian siswa termotivasi untuk ikut aktif dalam setiap tahapan pembelajaran. Selain aktif, siswa juga menjadi antusias dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa merasa penasaran/sangat ingin tahu dengan proses pembelajaran yang sebelumnya belum pernah diterapkan di kelas IV SD Negeri 2 Gombang khususnya dalam pelajaran IPS. (b) Teams/Pengelompokan Selanjutnya guru membagi siswa menjadi empat kelompok heterogen (beragam kemampuan akademik) yang telah dibentuk sebelumnya. Daftar nama kelompok pada siklus I. Kelompok yang tercantum dan telah dibentuk oleh guru berlaku selama proses belajar berlangsung pada siklus I. Dalam pembagaian kelompok, siswa ada yang keberatan dengan teman satu kelompok. Tetapi guru meluruskan bahwa semua teman itu sama tidak boleh membeda-bedakan. Dan hasilnya siswa mau menerima dengan lapang dada. Selanjutnya, guru dengan 95 siswa membuat kesepakatan jika nama-nama kelompok adalah nama-nama burung. Yang menentukan nama burungnya yaitu guru agar tidak terjadi keributan. Selain itu guru dan siswa membuat kesepakatan lain yaitu jika guru meneriakkan kata “HALLO” semua siswa kelas IV harus mengucapkan “HAI” begitu pula sebaliknya jika guru mengucapkan kata “HAI” maka siswa kelas IV harus mengucapkan kata “HALLO” hal ini dilakukan guru untuk mengembalikan konsentrasi siswa dan menstabilkan kondisi kelas untuk mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya siswa bergegas menyiapkan tempat duduk dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan mendiskusikan lembar kerja yang dibagikan setiap kelompok oleh guru untuk didiskusikan dengen teman satu kelompok. Sebelum siswa mendiskusikan soal yang didapat, guru mengingatkan kepada tiap kelompok untuk membaca petunjuk dalam mengerjakan lembar kerja. Guru berkeliling membimbing siswa sehingga jika ada siswa yang tidak mengerti bisa bertanya. Terlihat beberapa kelompok sudah berdiskusi dengan baik, mereka saling membagi tugas kelompok dan ada yang berebut pembagian tugas kelompok. Tetapi ada juga kelompok yang masih didominasi oleh salah satu anggota kelompoknya. Dan ada juga siswa yang tidak ikut serta dalam diskusi kelompok, siswa tersebut cenderung melakukan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan diskusi kelompok. Setelah diskusi selesai setiap kelompok akan membacakan hasil diskusinya secara bergantian. Setelah semua menyampaikan hasil diskusinya, guru membahas jawaban bersama-sama dengan siswa. 96 (c) Games/Permainan Kegiatan selanjutnya adalah permainan/games. Akan tetapi sebelum permainan dimulai, guru menjelaskan terlebih dahulu aturan-aturan yang harus ditaati oleh masing-masing siswa. Games dilaksanakan secara berkelompok. Masing-masing perwakilan kelompok menentukan terlebih dahulu tugas anggotanya, yaitu dengan cara undian. Siswa yang mendapat nomor undian terbesar menjadi pemain pertama, terbesar kedua menjadi pemain kedua dan seterusnya. Dalam satu kelompok tersebut ada juga yang bertugas menjadi pembaca soal dan pencatat skor sedangkan siswa yang lain menjadi penantang apabila pemain pertama salah dalam menjawab soal. Disetiap kelompok, tiap siswa saling berebut menjawab pertanyaan jika pemain pertama salah dalam menjawab. Jika dalam game tersebut, pemain pertama menjawab pertanyaan dengan benar mendapat skor 10, jika pemain pertama salah dalam menjawab pertanyaan maka soal tersebut dilempar ke pemain kedua/ penantang. Penantang akan mendapat skor 5 apabila benar dalam menjawab pertanyaan. Dalam games, pemain, penantang, pembaca soal dan pencatat skor bergantian searah jarum jam. Dalam pelaksanaan permainan siklus I pertemuan pertama, terlihat semua siswa sudah melaksanakan dengan baik. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang masih bingung dengan aturan permainang dan sering menanyakan aturan permainan kepada guru. Permainan kembali berjalan dan siswa terlihat sangat asyik dan serius dalam melaksanakan permainan dengan menggunakan kartu soal serta mengumpulkan skor. Waktu yang diberikan guru kepada siswa sudah habis dan terlihat siswa kecewa saat guru mengumumkan bahwa waktu permainan 97 sudah berakhir. Guru menegaskan bahwa siswa tidak perlu kecewa karena permainan akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya, jadi masing-masing kelompok mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan skor sebanyakbanyaknya. (d) Pengakuan Kelompok (Teams Recognition) Pada akhir kegiatan, guru memberikan penjelasan tentang perkembangan teknologi produksi kemudian siswa dengan bantuan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada siklus I pertemuan pertama. Guru mengumumkan juara sementara perolehan skor terbanyak yang didapat pada pertemuan pertama. (3) Kegiatan Penutup Sebelum menutup pembelajaran, untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa maka guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara individu. Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang. Kemudian pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama dan salam penutup. b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2 Pertemuan kedua siklus I pada hari Sabtu, 25 Maret 2017 pada pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Pada pertemuan kedua diikuti oleh 19 siswa. Pada pertemuan kedua membahas materi “Perkembangan Teknologi Komunikasi” (1) Kegiatan Awal Dalam kegiatan awal sebelum pembelajaran dimulai untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaraan. Selain itu peneliti juga 98 menyiapkan kartu soal yang akan digunakan untuk permainan kelompok serta menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses pembelajaran. Dalam kegiatan awal, seperti pertemuan sebelumnya, guru membuka pelajaran dengan salam kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa satu persatu. Selanjutnya guru mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan suasana yang kondusif. Guru membuka pembelajaran dengan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa yang pernah menulis dan mengirimkan surat?”. Kemudian guru memberitahu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Pelaksanaan Pembelajaran Koopetatif tipe TGT (a) Penyajian Kelas Pada kegiatan inti guru melanjutkan materi selanjutnya yaitu tentang “Perkembangan Teknologi Komunikasi”. Siswa diminta membuka dan membaca buku paket IPS berkaitan dengan materi yang sudah disiapkan sebelumnya. Siswa menyimak penjelasan guru secara garis besar dengan tenang. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan siswa sesekali bertanya dengan santai tentang materi yang belum dimengerti. (b) Teams/Pengelompokan Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelompok. Sebelum kegiatan diskusi kelompok dimulai. Guru membagikan nomor dada yang dibuat berdasarkan nomor presensi siswa kelas IV. Selain itu siswa diminta megkondisikan meja dan 99 kursi agar dapat dipakai diskusi oleh 4 kelompok siswa. Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Guru mengawasi siswa yang sedang berdiskusi, sesekali guru mengingatkan siswa untuk aktif diskusi dan mengutarakan pendapatnya dengan sesama anggota satu kelompok. Saat diskusi berlangsung masih ada siswa dari kelompok Garuda yang malah lirik sana lirik sini melihat lihat sekeliling dan kurang ikut dalam diskusi. Tetapi ketika ditegur oleh guru siswa tersebut ikut serta mendiskusikan tugas yang diberikan. Siswa yang mencatat jawaban saat diskusi masih sama seperti pertemuan pertama. Guru sudah meminta untuk bergantian yang menulis tetapi kebanyakan semua kelompok alasannya karena tulisannya siswa itu bagus jadi diminta untuk menulis jawaban. Kebanyakan yang menulis adalah siswa perempuan yang ada di kelompok tersebut. Kemudian setelah selesai diskusi, setiap kelompok akan membacakan hasil kerja kelompoknya. Pada saat mempresentasikan hasil diskusi terlihat sudah tidak ada lagi saling lempar tugas membacakan hasil diskusi. (c) Kompetisi/Turnamen Setelah kegiatan diskusi selesai, kegiatan selanjutnya adalah turnamen yang melanjutkan games pada pertemuan sebelumnya. Siswa dengan senang sambil berseru secara bersama “asik kali ini kelompokku harus menang”, suasana menjadi tidak tenang, kemudian guru meminta siswa untuk tenang terlebih dahulu sehingga turnamen dapat segera dilakukan. Permainan diawali dengan penjelasan ulang tentang aturan turnamen pada pertemuan pertama. Untuk turnamen pada pertemuan kedua siswa terlihat lebih antusias dan tertib daripada pertemuan 100 sebelumnya. Sebelum dimulai permainan, guru sesekali mengucapkan “HALLO” kepada siswa agar konsentrasi siswa pulih. Selain itu sebelum dimulai turnamen, guru melakukan ice breaking yang dibantu oleh peneliti yang bertujuan untuk menyegarkan pikiran siswa dan bisa berkonsentrasi untuk mengikuti tahap pembelajaran selanjutnya. Dalam tahapan turnamen, guru mengelompokkan siswa sesuai level dan kemampuan akademik siswa yaitu berdasarkan hasil pre test yang telah dilaksanakan sebelumnya. Adapun daftar meja turnamen Siklus I, disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 17. Penentuan Meja Turnament Siklus I Inisial Siswa Klasifikasi Meja Turnamen No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. GAN MET EN DI FB RZ ERH RAA IW LNS ACS ARNF NAP SNF AW NR AA RF ABIY B C D No. A 1. 2. GAN MET 76 72 72 68 68 64 60 56 56 48 48 44 44 36 32 32 32 28 28 A Tabel 18. Daftar Meja Turnamen Siklus I Meja B C RZ ACS ERH ARNF 101 Nilai D NR AA 3. 4. 5. EN DI FB RAA IW LNS NAP SNF AW RF ABIY Dalam pembagian meja turnamen, ada salah satu siswa yang tidak terima karena meja A mendapat siswa yang pandai – pandai. Akan tetapi setelah mendapat penjelasan dari pengajar, siswa memahami akan aturan dalam kegiatan turnamen. Siswa menempatkan diri pada meja turnamen yang telah ditentukan oleh pengajar. Pengajar mulai membagi kartu soal turnamen kepada setiap kelompok siswa. Salah satu siswa dalam kelompok bertugas sebagai pembaca pertanyaan dan mencoba menjawab pertanyaan. Jika siswa tersebut tidak bia menjawab pertanyaan maka boleh dijawab oleh anggota kelompoknya. Suasana pelaksanaan turnamen berlangsung sangat menyenangkan dan penuh tantangan. Semua siswa dalam kelompok turnamen saling berlomba-lomba mengumpulkan poin. Walaupun pada saat ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan siswa lain berebut untuk menjawab pertanyaan. Pada saat turnamen berlangsung, guru mengumumkan bahwa pada setiap akhir pembelajaran, akan diberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi. Informasi tersebut menambah antusias siswa untuk mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya supaya kelompok mereka menjadi juara. Dalam pelaksanaan turnamen berjalan dengan lancar. Terlihat siswa serius dalam mengerjakan soal turnamen. Tetapi ada juga siswa yang berdiskusi dengan teman yang duduknya saling berdekatan. Guru segera menegur siswa yang saling berdiskusi dan memberikan penjelasan bahwa dalam tiap kelompok turnamen saling berkompetisi untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya bagi kelompok 102 asalnya. Seperti pertemuan sebelumnya, guru memberitahukan bahwa waktu untuk kegiatan turnamen telah habis, terlihat beberapa siswa kecewa dengan perolehan skor kelompoknya. Waktu untuk pengerjaan turnamen telah usai, perwakilan dari meja turnamen mengumpulkan jawaban teman-teman satu meja. Kemudian siswa bersama guru mengoreksi soal yang telah dikerjakan. Setelah itu, siswa menghitung nilai rata-rata tiap kelompok. Perhitungan nilai rata-rata tiap kelompok bertujuan untuk mengetahui skor perolehan yang didapat tiap kelompok. (d) Pengakuan Kelompok (Teams Recognition) Guru mengumumkan perolehan skor tiap kelompok dan mengumumkan kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi. Pada siklus I ini kelompok yang mendapat skor tertinggi yaitu kelompok Garuda. (3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, siswa diminta kembali ke tempat duduk masing-masing karena akan diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan post test. Setelah selesai mengerjakan siswa mengumpulkan soal ke depan. Kegiatan selanjutnya yaitu siswa dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari Kemudian pembelajaran ditutup dengan guru mengucapkan salam. 3) Observasi Tindakan Siklus I Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dalam penelitian ini bekerja sama dengan dua orang observer, yaitu observer pertama (wali kelas IV) 103 yang bertindak mengamati aktivitas guru apakah sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan observer yan kedua mengamati partisipasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, aktivitas guru meningkat setiap pertemuannya. Sementara aktivitas sebagian besar siswa meningkat tiap pertemuannya. Selain itu guru sudah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai RPP yang telah disusun sebelumnya. Berikut ini akan disajikan data hasil observasi guru dan siswa dalam pembelajaran siklus I siswa selama mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Tabel 19. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I No 1 Aspek yang diamati 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Skor Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 2 3 3 3 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 3 4 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogen 3 4 5 Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 2 3 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 3 3 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 2 3 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. 3 3 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. 3 3 10 Memberi semangat kepada siswa untuk lebih 3 4 104 rajin belajar. Skor Total Skor Maksimum Persentase Keseluruhan 27 40 67,5% 33 40 82,5% Berdasarkan tabel di atas untuk menghitung persentase keseluruhan aktivitas guru yaitu skor total dibagi dengan skor maksimum dan dikalikan 100%. Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa persentase keseluruhan aktivitas guru -pada siklus I pertemuan ke-1 adalah 67,5% dan pertemuan ke-2 adalah 82,5%. Hasil tersebut dapat digambarkan pada diagram berikut ini. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 5. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I b. Deskripsi Hasil Penilaian Kognitif dan Afektif 1) Hasil Belajar Kognitif Hasil analisis pembelajaran IPS dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada tabel berikut: 105 Tabel 20. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test Siklus I No Inisial Siswa Nilai Siklus I Keterangan Pre Test Post Test 1. ARNF 2. EN 3. SNF 4. RZ 5. LNS 6. NR 7. RAA 8. NAP 9. RF 10. ABIY 11. IW 12. AA 13. FB 14. DI 15. GAN 16. MET 17. ERH 18. AW 19. ACS Tertinggi Terendah Rata-rata Ketuntasan 44 72 36 64 48 32 56 44 28 28 56 32 68 68 76 72 60 32 48 76 28 50,73 26,31% 56 80 64 68 48 44 68 60 48 44 68 56 72 44 84 80 72 52 48 84 44 60,84 42,10% Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Hasil analisis post test siklus I menunjukan bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 84 dan nilai terendah adalah 44 dengan nilai rata-rata kelas 60,84. Apabila dilihat dari ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar sebanyak 8 siswa (42,10%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (57,89%). Secara terperinci hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 106 Tabel 21. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I Nilai Nilai Nilai Siswa yang belum Siswa yang sudah tertinggi terendah rata-rata tuntas tuntas Jumlah Presentase Jumlah Presentase 84 44 60,84 11 57,89% 8 42,10% Peningkatan hasil belajar kognitif antara pre test dan post test siklus I dapat dilihat sebagai berikut: Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test Siklus I 50.00% 40.00% 30.00% Pre Test 20.00% Post Test 10.00% 0.00% Pre Test Post Test Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dari Pre Test Sampai Siklus I Hasil belajar kognitif siswa yang telah mencapai KKM pada saat pre test rata-ratanya sebesar 50,73. Siswa yang tuntas berjumlah 5 siswa (26,31%). Sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 14 siswa (73,68%). Saat sudah diberi tindakan pada post test siklus I terlihat hasil belajar kognitif sudah mengalami peningkatan sebesar 15,79%. Ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 8 siswa (42,10%) sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 11 siswa (57,89%). 107 2) Hasil Belajar Afektif Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan peneliti melakukan pengamatan atau observasi terhadap siswa. Peneliti sebagai observer dibantu oleh satu observer sehingga ada 2 observer. Terdapat 12 butir pengamatan untuk siswa. Pemberian skor siswa dengan memberikan skor 4 sebagai skor tertinggi dan skor 1 sebagai skor terendah. Skor maksimalnya adalah 48 dan skor minimumnya adalah 12 untuk masing-masing siswa. Dalam pelaksanaan siklus I, observasi terhadap siswa dilakukan 2 kali yaitu pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Beriku ini merupakan tabel pengamatan hasil belajar afektif siswa. Tabel 22. Data Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Pembelajaran Siklus I No Aspek Yang Diamati Keaktifan siswa a. Siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran b. Siswa aktif menjawab pertanyaan c. Siswa aktif mengemukakan pendapat 2. Kerja sama a. Siswa aktif berkerjasama dalam kelompok b. Siswa saling membantu dalam diskusi kelompok 3. Tanggung jawab a. Siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok b. Siswa mengerjakan tugas tepat waktu c. Siswa tertib mengikuti pembelajaran d. Siswa mematuhi perintah guru Rata-rata Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata 1. 4. Antusiasme siswa a. Siswa antusias mengikuti pembelajaran b. Siswa mendengarkan penjelasan guru c. Siswa bersedia mengikuti permainan Jumlah Rata-rata 2,63 2,63 2,63 2,42 2,52 2,47 2,15 2,31 2,23 2,47 2,57 2,52 2,52 2,52 2,52 2,63 2,63 2,63 2,52 2,57 2,54 2,52 2,42 2,47 2,31 2,47 2,39 2,63 2,63 2,63 2,31 2,47 2,39 2,57 2,63 2,60 29,68 30,37 30,02 108 Persentase Jumlah nilai maksimal 61,83% 48 63,27% 48 62,55% Berdasarkan tabel diatas, dapat didiskripsikan bahwa hasil belajar afektif siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua yakni dari 61,83% pada pertemuan kedua menjadi 63,27% untuk lebih jelasnya, hasil belajar siswa selama proses pembelajaran siklus pertama disajikan dengan grafik sebagai berikut: Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Siklus I 63.50% 63.00% 62.50% 62.00% 61.50% 61.00% Pertemuan 1 Pertemuan 2 ta Gambar 7. Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Dari diagram datas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif siswa dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa pada aspek keaktifan rata-ratanya sebesar 7,33. Pada aspek kerja sama rata-ratanya mencapai 5,04. Pada aspek ketiga yaitu tanggung jawab rata-rata nilainya adalah 10,03. Dan pada aspek keempat yaitu antusiasme siswa mempunyai rata-rata sebesar 7,62. Untuk persentase hasil belajar afektif pertemuan ke-1 sebesar 61,83% meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 63,27%. 109 4) Refleksi Tindakan Siklus I Tahap refleksi merupakan tahap dimana peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran selama siklus I dengan berpedoman pada data hasil observasi pada saat pelaksanaan tindakan siklus I. Berdasarkan data hasil observasi siklus I yang terkumpul, peneliti menemukan beberapa masalah yang menjadi bahan refleksi pada tindakan siklus I, yaitu sebagai berikut. 1) Ketuntasan nilai hasil belajar kognitif pada siklus I mencapai 42,10% sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang direncanakan. 2) Hasil belajar ranah afektif siswa mencapai 62,55% pada siklus I sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang direncanakan. 3) Pembagian kelompok siklus I belum merata. Hal ini terlihat dalam diskusi mengerjakan soal LKS, yang mana ada kelompok yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikan soal LKS disbanding kelompok lain. Beberapa siswa ramai dan mengganggu teman yan lain. 4) Implementasi waktu dalam penggunaan model pembelajaran tipe TGT belum sesuai dengan rencana dalam rencana yang telah dibuat sebelumnya, sehingga waktu yang digunakan selama pembelajaran menjadi kurang. 5) Penghargaan yang diberikan oleh guru belum menarik perhatian siswa. 6) Guru dalam kegiatan presentasi kelas, mejelaskan materinya terlalu cepat sehingga materi yang disampaikan kepada siswa masih kurang. Mengakibatkan siswa kurang maksimal dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS. Dan pada 110 saat presentasi kelas guru kurang di dukung oleh media pembelajaran yang berhubungan dengan materi. Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa siklus I masih terdapat kekurangan. Kekurangan pada siklus I berasal dari pihak guru dan siswa, maka perlu diperbaiki pada siklus II. 4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II a. Deskripsi Proses Penelitian Siklus II dilakukan untuk dua kali pertemuan (2x35 menit) pada tanggal 1 April 2017 dan 8 April 2017. Mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV diajarkan setiap hari Sabtu. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II sebanyak 19 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 6 perempuan. Secara rinci sajian siklus II adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan Tindakan Siklus II Peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Tahapan perencanaan siklus II ini hampir sama dengan siklus I. Selain itu ada beberapa tambahan tahap perencanaan berdasarkan hasil refleksi siklus I, yang dibahas dan dibuat rencana tindakan pada siklus II. Adapun rencana tindakan siklus II sebagai berikut. a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk dua kali pertemuan yang akan digunakan sebagai acuan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model TGT. b) Menyusun dan menyiapkan media yang diperlukan yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Media yang digunakan yaitu video pembelajaran. 111 c) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disempurnakan. d) Menyusun soal dan kartu untuk games dan turnamen. e) Mengefektifkan penggunaan waktu dengan memberikan batas waktu mengerjakan tugas diskusi dan presentasi. Disamping itu, peneliti juga lebih menyederhanakan tugas diskusi dan merencanakan implementasi waktu dengan baik sesuai dengan materi yang akan dipelajari. f) Menambah reward agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Reward berupa alat tulis. g) Menyiapkan dan menyusun lembar observasi tentang kegiatan pembelajaran. h) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung. i) Mempersiapkan soal untuk siswa, yaitu soal pre test dan post test. Soal pre test dikerjakan sebelum dilaksanakan tindakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan soal post test diberikan setelah siswa mendapatkan tindakan, yaitu diberikan pada akhir setiap siklus. j) Sebelum pelaksanaan diskusi dimulai, guru memberikan pengarahan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok. k) Menyusun kelompok yang baru untuk siklus II. Dalam pembagian kelompok, siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan hasil post test siklus I. Berikut daftar kelompok untuk siklus II. Tabel 23. Daftar Anggota Kelompok Siklus II No. Kelompok Merah Kuning Biru Ungu 1. GAN MET ACS NR 2. RZ ERH ARNF AA 3. EN RAA NAP RF 112 4. 5. DI FB IW LNS SNF AW ABIY 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada penelitian ini, siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan. Secara rinci tinadkan pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: a) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1 Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 April 2017. Pertemuan pertama ini dimulai dari pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Materi pembelajaran yang akan diperlajari pada pertemuan pertama siklus II ini tentang “Perkembangan Teknologi Transportasi”. (1) Kegiatan awal Pada kegiatan awal, pengajar membuka pelajaran dengan salam, kemudian guru mengecek kehadiran siswa dengan memanggil satu per satu nama siswa. Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa apakah tadi pergi ke sekolah menggunakan sepeda atau diantar orangtua. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru tidak lupa membagikan nomor dada yang merupakan nomor presensi kepada siswa untuk memudahkan pengamat menilai aktivitas siswa. (2) Kegiatan Inti Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (a) Presentasi Kelas Dalam kegiatan inti, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Mereka diminta untuk bergabung dengan kelompoknya yang sudah dibentuk sebelumnya oleh guru berdasarkan hasil post test siklus I. Selanjutnya 113 guru menjelaskan materi tentang perkembangan teknologi transportasi. Siswa diminta membuka buku paket dan membaca dalam hati secara singkat. Selama siswa membaca, guru dibantu dengan pengamat menyiapkan video dan laptop sebagai media pembelajaran. Setelah selesai membaca, guru memberitahu siswa jika akan memperlihatkan video yang berhubungan dengan perkembangan transportasi. Guru meminta siswa untuk mengeser meja kursi agar para siswa dapat duduk di lantai secara bersama-sama untuk menyaksikan video yang akan di putar oleh guru. Salama video diputar, siswa sangat antusias memperhatikan isi video tersebut. Sesekali siswa berbicara dan tertawa karena video yang dirasa mengundang tawa. Setelah video selesai diputar, guru bersama siswa melakukan tanya jawab. Selain itu guru mengulang kembali bahwa pembelajaran akan menggunakan alur seperti pertemuan sebelumnya. (b) Teams/Pengelompokan Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing karena akan diadakan diskusi kelompok. Kelompok yang telah dibentuk di siklus II menggunakan nama-nama warna. Dalam kegiatan diskusi kelompok siklus II, saat mengerjakan LKS anggota kelompok sudah terlibat dalam pembagian kerja. Jadi sudah tidak terlihat lagi siswa yang mendominasi dalam diskusi. Setiap anggota kelompok sudah mempunyai tugas yang merata sehingga diskusi kelompok dapat berjalan dengan lancar. Masing-masing kelompok sangat antusias dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS. Setiap kelompok terlihat berlomba-lomba dengan kelompok lain untuk menyelesaikan soal-soal dalam LKS. Terlihat mereka ingin segerea selesai 114 karena sudah tidak sabar untuk bermain games. Guru mengingatkan bahwa waktu mengerjakan LKS sudah hampir selesai. Ada beberapa kelompok yang sudah selesai dan ada kelompok yang belum selesai. Guru berkeliling untuk memantau kegiatan diskusi siswa. Setelah semua kelompok selesai berdiskusi mengerjakan LKS, perwakilan kelompok maju ke untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian dibahas bersama-sama. (c) Games Tahap berikutnya adalah games. Tahap yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Sebelum dilaksanakan games, guru kembali mengingatkan aturan dalam games. Aturan dalam pelaksanaan games siklus II masih sama dengan aturan di siklus I. Masing-masing siswa dari tiap kelompok ada yang berperan sebagai pemain pertama, pembaca soal, pencatat skor, dan yang lainnya sebagai penantang. Semua siswa begitu antusias dalam mengikuti jalannya permainan, mereka tidak terlihat bosan ketika mengikuti jalannya permainan. Bahkan semua soal di siklus I hampir semua terselesaikan dengan baik. Guru memberitahu siswa bahwa waktu untuk games sudah selesai. Terlihat siswa yang kecewa karena waktu games terasa begitu cepat. Guru bersama siswa menghitung skor sementara yang unggul. (d) Pengakuan Kelompok Kelompok yang unggul sementara dalam games siklus II adalah kelompok Kuning. Selanjutnya anggota kelompok Kuning maju untuk menerima hadiah sebagai penghargaan karena kelompoknya unggul sementara. (3) Kegiatan Akhir 115 Pada kegiatan akhir, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah di pelajari. Kemudian siswa diminta mengerjakan soal evaluasi secara individu. Guru mengingatkan bahwa tidak boleh menyontek atau membuka buku. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi siswa diberitahu oleh guru bahwa pertemuan selanjutnya akan diakadakan turnamen dan post test, maka siswa diminta mempersiapkan diri dengan belajar yang rajin agar mendapat nilai yang memuaskan. Setelah itu guru menutup pembelajaran dengan salam. b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2 Pertemuan kedua adalah pertemuan terakhir di siklus II. Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 April 2017. Pertemuan kedua dimulai dari pukul 07.00 sampai 08.10 WIB. Alokasi waktu pada pertemuan kedua adalah 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. (1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam yang dilanjutkan dengan berdoa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa satu per satu. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa mengenai polusi udara kendaraan bermotor. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru tidak lupa membagikan nomor dada yang merupakan nomor presensi kepada siswa untuk memudahkan pengamat menilai aktivitas siswa. Guru juga memberitahu bahwa pembelajaran akan dilakukan dengan tahap TGT. (2) Kegiatan Inti Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (a) Presentasi Kelas 116 Pada tahap ini guru meminta siswa untuk membuka buku paket yang berkaitan dengan materi. Setelah guru menjelaskan secara singkat, guru dibantu dengan observer menyiapkan media pembelajaran berupa video yang ditayangkan di laptop. Siswa diminta memperhatikan dengan cermat isi video yang diputar oleh guru. Setelah video selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Ada sebagian siswa yang aktif bertanya seputar isi video yang ditayangkan. Walaupun pertanyaan siswa terkadang nyeleneh dan keluar dari konteks tetapi guru berusaha menjawab dengan sebaik mungkin agar bisa diterima oleh siswa. Setelah sesi tanya jawab selesai, siswa diminta mengkondisikan diri karena akan diadakan diskusi kelompok. (b) Teams/Pengelompokan Siswa diminta berkumpul dengan kelompok masing-masing secara heterogen seperti pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok siswa diberikan LKS untuk segera dikerjakan. Guru mengingatkan bahwa waktu pengerjaan LKS hanya 15 menit. Guru berkeliling kelas dan membimbing diskusi siswa. Guru menghimbau kepada setiap kelompok untuk saling bekerja sama dan pembagian tugas kelompok harus merata. Guru terkadang menegur siswa yang ngobrol dengan kelompok lain dan mengabaikan diskusi kelompoknya. Guru kembali mengingatkan bahwa waktu diskusi segera habis. Setelah semua kelompok selesai. Perwakilan setiap kelompok maju untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya. Siswa bersama guru mengoreksi hasil diskusi kelas tersebut. Selanjutnya guru memberitahu bahwa akan diadakan turnamen. Siswa diminta mengkondisikan kembali dan menata meja seperti yang guru instruksikan. 117 (c) Turnamen Kemudian siswa dibagi menjadi empat kelompok, dalam pembagian kelompok disesuaikan dengan nilai post test siklus I, selain itu siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Berikut klasifikasi meja turnamen siklus II berdasarkan nilai post test siklus I. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Tabel 24. Penentuan Meja Turnamen Siklus II Inisial Siswa Klasifikasi Meja Turnamen GAN MET EN ERH FB RZ RAA IW SNF NAP ARNF AA AW LNS NR RF ACS ABIY DI A B C D Nilai 84 80 80 72 72 68 68 68 64 60 56 56 52 48 44 48 48 44 44 Adapun daftar meja turnamen siklus II yang terbentuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No. 1. GAN Tabel 25. Daftar Meja Turnamen Siklus II Meja A B C RZ ARNF RF 118 D 2. 3. 4. 5. MET EN ERH FB RAA IW SNF NAP AA AW LNS NR ACS ABIY DI Dalam kegiatan ini, siswa dikelompokkan dengan level akademik berdasarkan hasil post test siklus I pada meja turnamen yang telah di siapkan oleh guru. Kemudian, sebelum dilaksanakan turnamen, guru mengumumkan aturan dalam kegiatan turnamen. Setelah memberikan aturan dilanjutkan pembagian soal turnamen siklus II yang diberikan kepada siswa dengan jumlah soal sebanyak 15 butir dan waktu yang diberikan adalah 30 menit. Terlihat para siswa dengan sangat serius dalam mengerjakan kartu soal turnamen. Sudah tidak terlihat siswa bekerja sama dengan teman sebelah dalam mengerjakan soal. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, guru menghimbau kepada siswa untuk kembali meneliti jawabannya agar tidak keliru. Guru memberitahu siswa bahwa waktu untuk mengerjakan soal turnamen telah selesai. Jawaban dikumpulkan ke depan dan kemudain dikoreksi secara bersama-sama. Setelah itu, guru dibantu dengan siswa menghitung skor perolehan tiap kelompok. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi pada siklus II. Kelompok yang menjadi pemenang adalah kelompok Merah. Dan kemudian perwakilan dari kelompok Merah maju untuk menerima hadiah yang diberikan oleh guru. Guru memberikan hadiah kepada kelompok terbaik dan memberikan pujian “Bagus” dan tepuk tangan. Bagi kelompok yang belum behasil guru memberikan kata-kata 119 motivasi, “Minggu depan kita belajar IPS dengan belajar kelompok lagi, lebih semangat belajarnya ya biar kelompok kalian menang!” Sebelum menutup proses pembelajaran siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah di pelajari. Guru meminta siswa agar kembali ke tempat duduk dengan posisi awal karena akan diberikan soal post test yang akan di kerjakan oleh setiap siswa secara mandiri. Setelah soal post test selesai, siswa diminta mengumpulkan ke depan. Sebelum menutup proses pembelajaran, guru memberikan pesan-pesan moral dan motivasi kepada siswa. Selanjutnya guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. 3) Observasi Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Partisipasi guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terus meningkat tiap pertemuannya. Guru semakin memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan menerapkan tahapan TGT dengan baik. Siswa antusias dalam mengikuti setiap tahapan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Jumlah nilai rata-rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran pertemuan pertama siklus II adalah 34,95. Selain itu, ketuntasan belajar IPS siswa kelas IV pada siklus II pertemuan pertama ini adalah 72,81%. Untuk nilai rata-rata ranah afektif siswa siklus II pertemuan kedua adalah 41,09. Dan ketuntasan belajar IPS siswa kelas IV pada siklus II pertemuan kedua adalah 85,60%. Observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model 120 pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan tiap pertemuannya. Guru juga sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya. Adapun secara rinci hasil pengamatan pada sikus kedua adalah sebagai berikut : Tabel 26. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II No 1 Aspek yang diamati 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Skor Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 3 3 3 4 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 3 4 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogeny 4 4 5 Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 3 3 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 4 4 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 3 3 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. 3 3 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. 3 4 10 Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar. Skor Total Skor Maksimum Persentase Keseluruhan 4 4 33 40 82,5% 36 40 90% 121 Berdasarkan tabel di atas untuk menghitung persentase keseluruhan aktivitas guru yaitu skor total dibagi dengan skor maksimum dan dikalikan 100%. Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa persentase keseluruhan aktivitas guru -pada siklus II pertemuan ke-1 adalah 82.5% dan pertemuan ke-2 adalah 90%. Hasil tersebut dapat digambarkan pada diagram berikut ini. 92% 90% 88% 86% 84% 82% 80% 78% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 8. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II b. Deskripsi Hasil Penelitian 1) Hasil Belajar Kognitif Hasil dari pelaksanaan tindakan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Peningkatan hasil belajar bila dibandingkan dengan pre test kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 27. Perbandingan Nilai IPS Siswa pada Kondisi Awal (Pre Test), Post Test Siklus I, dan Post Test Siklus II. No Inisial Siswa Kondisi Awal (Pre Test) Nilai Post Test Siklus I Keterangan 1. ARNF 44 56 2. 3. EN SNF 72 36 80 64 Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas 122 Nilai Post Test Siklus II 56 100 100 Keterangan Belum Tuntas Tuntas Tuntas 4. 5. RZ LNS 64 48 68 48 6. NR 32 44 7. 8. RAA NAP 56 44 68 60 9. RF 28 48 10. ABIY 28 44 11. 12. IW AA 56 32 68 56 13. 14. FB DI 68 68 72 44 15. 16. 17. 18. GAN MET ERH AW 76 72 60 32 84 80 72 52 19. ACS 48 48 76 28 50,73 26,31% 84 44 60,84 42,10% Tertinggi Terendah Rata-rata Ketuntasan Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas 100 60 76 72 Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas 92 Tuntas 56 92 72 Belum Tuntas Tuntas Tuntas 76 72 Tuntas Tuntas 76 100 80 80 Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 72 Tuntas 56 100 56 78,31 78,94% Dari hasil analisis post test siklus II menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 56 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,31. Dilihat dari ketuntasan belajar siswa maka dari 19 siswa yang berhasil mencapai ketuntasan sebanyak 15 anak (78,94%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 4 anak (21,05%). Secara rinci hasil belajar IPS dapat dilihat pada tabel berikut ini. 123 Tabel 28. Nilai Hasil Belajar Kognitif IPS Siklus II Jumlah nilai 1488 Rata-rata kelas 78,31 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 56 Jumlah siswa yang tuntas 15 Persentase ketuntasan 78,94% Untuk memperjelas adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa dari kondisi awal sampai siklus II, dapat dilihat pada gambar diagram batang di bawah ini. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pre Test Post Test 1 Post Test 2 Gambar 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II. Berdasarkan grafik di atas, nilai rata-rata siswa pada pra tindakan sebesar 50,73, meningkat pada siklus I menjadi 60,84 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,31. Siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 26,31% pada pra tindakan, meningkat menjadi 42,10% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 78,94%. 2) Hasil Belajar Afektif Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan peneliti melakukan pengamatan atau observasi terhadap siswa. Peneliti sebagai observer dibantu oleh satu 124 observer sehingga ada 2 observer. Terdapat 12 butir pengamatan untuk siswa. Pemberian skor siswa dengan memberikan skor 4 sebagai skor tertinggi dan skor 1 sebagai skor terendah. Skor maksimalnya adalah 48 dan skor minimumnya adalah 12 untuk masing-masing siswa. Dalam pelaksanaan siklus I, observasi terhadap siswa dilakukan 2 kali yaitu pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Berikut ini merupakan tabel pengamatan hasil belajar afektif siswa. Tabel 29. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II No Aspek Yang Diamati 1. Keaktifan siswa d. Siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran e. Siswa aktif menjawab pertanyaan f. Siswa aktif mengemukakan pendapat Kerja sama c. Siswa aktif berkerjasama dalam kelompok d. Siswa saling membantu dalam diskusi kelompok Tanggung jawab e. Siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok f. Siswa mengerjakan tugas tepat waktu g. Siswa tertib mengikuti pembelajaran h. Siswa mematuhi perintah guru Antusiasme siswa d. Siswa antusias mengikuti pembelajaran e. Siswa mendengarkan penjelasan guru f. Siswa bersedia mengikuti permainan Jumlah Rata-rata Persentase Jumlah nilai maksimal 2. 3. 4. Rata-rata Indikator Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata 3,31 3,31 3,31 2,68 3,15 2,91 2,52 3,15 2,83 3,31 3,43 3,37 2,84 3,52 3,18 2,68 3,68 3,18 2,63 3,15 2,89 2,84 3,68 3,26 2,68 3,42 3,05 3,31 3,78 3,54 2,84 3,31 3,07 3,31 3,52 3,41 34,95 72,81% 48 41,09 85,60% 48 38,02 79,20% 125 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif siswa dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa pada aspek keaktifan rata-ratanya sebesar 9,03. Pada aspek kerja sama rataratanya mencapai 6,55. Pada aspek ketiga yaitu tanggung jawab rata-rata nilainya adalah 12,38. Dan pada aspek keempat yaitu antusiasme siswa mempunyai ratarata sebesar 10,02. Untuk persentase hasil belajar afektif pertemuan ke-1 sebesar 72,81% meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi 85,60%. Untuk lebih jelasnya hasil belajar afektif siswa selama proses pembelajaran siklus kedua disajikan dengan grafik sebagai berikut: Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Siklus II 90.00% 85.00% 80.00% 75.00% 70.00% 65.00% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 10. Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Pertemuan I dan II Pada Siklus II Peningkatan hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dari nilai rata-ratanya yang semakin meningkat pada tiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya sebesar 34,95 (72,81%). Untuk nilai rata-rata pertemuan kedua yaitu sebesar 41,09 (85,60%). Peningkatan hasil belajar dari pra tindakan sampai siklus II disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran kooperatif TGT yang diselingi dengan ice 126 breaking dan pemberian hadiah yang menarik sehingga siswa merasa senang, lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran aktif dan menyenangkan. 4) Refleksi Setelah siklus II selesai, peneliti bersama dengan guru kelas IV dan teman sejawat mengolah hasil lembar observasi dan hasil post test. Hasilnya dapat dilihat di bawah ini: 1) Pada post test siklus II, terdapat 17 siswa yang tuntas (mendapat nilai ≥ 68). Sehingga ketuntasan belajar minimal mencapai 89,47% dari total jumlah siswa dan nilai rata-rata kelas mencapai 80,21. 2) Observasi terhadap hasil belajar afektif siswa menunjukkan peningkatan. Peningkatan hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dari nilai rata-ratanya yang semakin meningkat. Pada pertemuan pertama nilai rata-rata 34,95. Sedangkan nilai rata-rata pertemuan kedua adalah 41,09. 3) Observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa guru telah menerapkan model tersebut. Dengan demikian target dalam penelitian ini sudah tercapai sehingga penelitian berhenti sampai siklus II. Berikut ini dijelaskan perbedaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT di siklus I dan siklus II. Tabel 30. Perbedaan Penerapan TGT Siklus I dan Siklus II Tahap TGT Presentasi Kelas Siklus I Pertemuan I Pertemuan II Guru menggunakan ceramah terlebih dahulu Guru menggunakan penugasan dengan meminta 127 Siklus II Pertemuan I Pertemuan II Guru menggunakan media berupa video Guru menggunakan media berupa video Pengelompokan Pembagian kelompok berdasarkan hasil pre test Games Siswa bermain dengan kartu soal berwarna putih siswa maju Pembagian kelompok berdasarkan kelompok awal dan penamaan kelompok dengan namanama burung Siswa bermain dengan kartu soal berwarna putih Tournament Penempatan meja urut dari kelompok A-D mulai dari timur ke barat Penempatan meja urut dari kelompok A-D mulai dari timur ke barat Penghargaan Kelompok Penghargaan berupa makanan ringan dan tepuk tangan Penghargaan berupa makanan ringan dan tepuk tangan pembelajaran Pembagian kelompok berdasarkan hasil pre test Siswa bermain dengan kartu soal berwarna (merah, kuning, hijau dan biru) Penempatan meja urut dari kelompok A-D mulai dari timur ke barat. Sebelum turnamen guru melakukan ice breaking Penghargaan berupa makanan ringan, alat tulis dan tepuk tangan pembelajaran Pembagian kelompok berdasarkan kelompok awal dan penamaan kelompok dengan namanama warna Siswa bermain dengan kartu soal berwarna (merah, kuning, hijau dan biru) Penempatan meja urut dari kelompok A-D mulai dari timur ke barat. Sebelum turnamen guru melakukan ice breaking Penghargaan berupa makanan ringan, alat tulis dan tepuk tangan B. Pembahasan Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini adalah mengenai peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dengan menggunakan model pembelajaran koopertatif tipe TGT. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data kondisi awal sebelum pelaksanaan, tindakan untuk setiap siklus dan perkembangan hasil belajar siswa dari pra tindakan sampai siklus II. Berdasarkan hasil tes sebelum dilaksanakan tindakan oleh peneliti, diperoleh data dari nilai rata-rata kelas sebesar 50,7 dan persentase siswa yang 128 telah mencapai KKM hanya mencapai 26,31%. Hasil tersebut menggambarkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi masih rendah. Oleh karena itu perlu diadakannya suatu tindakan perbaikan yang harus segera dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah tersebut. Menurut Susanto (2014: 1) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan sikap yang diperoleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Apabila hasil belajar menyebabkan perubahan tingkah laku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini perubahan perilaku yang diamati adalah ranah kognitif dan afektif saja. Pada ranah kognitif hasil belajar yang dicapai siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT masih rendah. Hal itu juga dilihat dari persentase rata-rata kelas yang semakin meningkat dari jumlah siswa yang tuntas KKM yang semakin banyak. Sedangkan pada ranah afektif siswa sebelumnya ramai, gaduh, sering bercanda, kurang berkonsentrasi, dan kurang memperhatikan guru saat pembelajaran. Dalam penelitian ini ada empat aspek afektif yang harus diamati, yaitu keaktifan, kerjasama, tanggung jawab, dan antusiasme. Dalam aspek keaktifan ada 3 hal yang harus diamati yaitu aktif bertanya, aktif menjawab pertanyaan, dan aktif mengemukakan pendapat. Sementara dalam aspek kerjasama ada 2 hal yang harus diamati yaitu aktif bekerja sama dalam kelompok, saling membantu dalam kelompok. Kemudian pada aspek tanggung jawab ada 4 hal yang harus diamati, 129 seperti bertanggung jawab terhadap tugas kelompok, mengerjakan tugas tepat waktu, tertib mengikuti pembelajaran, dan mematuhi perintah guru. Sedangkan pada aspek antusisasme ada 3 hal yang perlu diamati, yaitu antusias mengikuti pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, dan bersedia mengikuti permainan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu seorang guru kelas lain, pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada hasil pelaksanaan siklus I menunjukkan aktivitas guru belum optimal menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT, aktivitas dalam pembelajaran masih belum maksimal, belum bisa aktif dan bekerja sama sebagian siswa masih ada yang belum bisa menerima anggota kelompoknya. Hasil belajar meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TGT. Adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata hasil belajar IPS siswa pada pra tindakan adalah 50,7 meningkat pada siklus I menjadi 60,84. Siswa tuntas belajar pada kondisi awal ada 5 siswa (26,31%) meningkat pada siklus I yang terdapat 8 siswa (42,10%). Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa serta persentase ketuntasan belajar pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian karena belum mencapai angka rata-rata kelas 68 dan persentase ketuntasan belajar siswa 75% sehingga dilakukan siklus ke II. Pada siklus II peneliti tetap menerapkan tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata pelajaran IPS materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Aktivitas guru sudah efektif menggunakan waktu secara optimal dalam setiap tahap-tahap TGT. 130 Siswa juga sudah aktif bekerja sama dan terlihat semakin bertanggung jawab kepada kelompoknya, serta siswa kelihatan sangat antusias dalam melakukan setiap tahapan TGT. Berdasarkan hasil observasi, siswa sudah berani bertanya dan mengemukakan pendapat dan berkeja sama dalam memahami materi pelajaran secara tuntas, siswa sudah dapat menerima kelompoknya, siswa yang pandai dalam kelompok tersebut mau membimbing teman dalam satu kelompoknya dan siswa sudah terbiasa menghargai pendapat teman dalam tim. Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan pembelajaran meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPS siswa kelasa IV SD Negeri 2 Gombang. Hasil belajar IPS pada siklus I sebesar 60,84 meningkat sebesar 78,31 pada siklus II. Sedangkan siswa tuntas belajar siklus I terdapat 8 siswa (42,10%) meningkat pada siklus II menjadi 15 siswa (78,94%). Siswa belum tuntas belajar pada siklus I terdapat 11 siswa (57,89%) berkurang pada siklus II menjadi 4 siswa (21,05%). Penelitian ini sudah dinyatakan berhasil karena nilai rata-rata kelas pada siklus II sudah mencapai KKM. Kriteria keberhasilan akan tercapai jika rata-rata kelas mencapai nilai KKM SD Negeri 2 Gombang sebesar 68 serta banyaknya siswa sebesar 75%. Dari hasil yang dilakukan dari awal sampai siklus II ada 4 siswa yang belum tuntas. Terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan yaitu ARNF, LNS, NR, dan ABIY. Peneliti menyerahkan kepada guru kelas IV untuk mengadakan remedial dan membimbing dalam proses pembelajaran berikutnya supaya siswasiswa tersebut memperoleh prestasi belajar IPS yang baik. 131 Nilai hasil belajar ranah afektif siswa juga meningkat setiap pertemuannya. Pada siklus I hasil belajar afektif siswa sebesar 62,55% dan meningkat pada siklus II menjadi 79,20%. Dari tindakan siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa sebesar 16,65%. Hasil belajar afektif di siklus II sudah mencapai kriteria yaitu 75% maka penelitian ini sudah dinyatakan berhasil meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Menurut Samatowa (2006: 8) ciri-ciri anak pada masa kelas tinggi antara lain adalah gemar membentuk kelompok teman sebaya dan membutuhkan orangorang sekelilingnya untuk menyelesaikan tugas dalam memenuhi keinginannya. Siswa SD kelas IV berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial. Jadi anak akan merasa senang dan nyaman jika proses pembelajarannya di variasikan dengan bermain. Terutama bermain dengan teman sebayanya. Dengan membuat siswa nyaman disaat pembelajaran memacu kreativitas dan pemikiran siswa akan muncul. Menurut Djamarah (2005:15-16), perubahan tingkah laku dari hasil belajar terjadi secara terus menerus serta menyebabkan perubahan berikutnya yang akan berguna bagi proses kehidupan selanjutnya. Semakin banyak belajar, semakin banyak dan baik pula perubahan yang diperoleh. Perubahan tersebut akan semakin mengalami kemajuan dan bersifat permanen. Sudarti (2015: 179), mengemukakan bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Untuk meningkatkan dan 132 memelihara semangat siswa, guru dapat memberi penguatan berupa pujian, pemberian hadiah, dan sebagainya. Sejalan dengan pernyataan Istiqomah (2006 : 82) yang merupakan kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain dapat membuat hasil belajar lebih baik, motivasi belajar lebih tinggi, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil yang diperoleh siswa siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan tiap pertemuan dan pada setiap siklusnya. Dapat dinyatakan bahwa peningkatan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang dikarenakan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang cocok diterapkan pada siswa kelas IV karena siswa usia tersebut gemar membentuk kelompok teman sebaya dan sedang berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase sosial. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai kelebihan membuat hasil belajar lebih baik, meningkatkan motivasi siswa serta pembelajaran berlangsung dengan keaktifan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Proses pembelajaran IPS harus diterapkan dalam pembelajaran yang menarik dan tidak membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Dalam hal ini seorang guru harus mempunyai kreativitas yang tinggi dalam menyusun suatu metode yang tepat dalam pembelajaran IPS. Salah satu upaya untuk meningkatkan 133 hasil belajar adalah dengan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang menghambat siswa. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan penelitian tindakan kelas. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, dibalik fakta keberhasilan penelitian tentu juga banyak hal yang harus diperhatikan dan diperbaiki. Hal tersebut karena beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Masih terdapat 4 siswa yang belum tuntas, maka peneliti menyerahkan kepada guru kelas IV untuk mengadakan pelajaran remidial bagi keempat siswa yang belum tuntas dengan menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan. 2. Penelitian ini hanya menggunakan satu Kompetensi Dasar (KD). 3. Koordinasi yang dilakukan oleh peneliti dengan guru yaitu hanya menyerahkan RPP dan diberi arahan secara verbal. 4. Peneliti hanya melibatkan dua observer dalam melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 5. Masih terdapat faktor-faktor lain yang tidak mampu diteliti oleh peneliti, yaitu bakat dan minat siswa, lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah, dan lingkungan keluarga yang juga berperan penting dalam menentukan kemampuan siswa dalam belajar. 134 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)” dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, khususnya pada materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Proses pembelajaran dengan menggunakan tipe TGT terdiri dari lima tahap yaitu: (1) Presentasi Kelas, untuk memberikan meteri IPS kepada siswa, (2) Pengelompokan, untuk membagi kelompok homogen dan heterogen, (3) Permainan akademik deangan kartu soal, (4) Turnamen yang saling berkompetisi antar kelompok homogen, dan (5) Pengakuan Kelompok berupa penghargaan atau hadiah. Pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru dapat mengelola kelas dengan baik. Pembelajaran terlihat lebih kondusif karena hasil belajar afektif siswa dalam proses belajar juga meningkat dari kategori kurang dan cukup menjadi baik dan sangat baik. Siswa memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hasil belajar meningkat karena adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok. Siswa juga melakukan permainan akademik dengan antusias sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Kerjasama yang dilakukan siswa dalam kelompok menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Terjadi peningkatan hasil belajar kognitif siswa dari 135 siklus I ke siklus II sebesar 36,84%. Hasil evaluasi siklus I, dari 19 siswa ada 8 siswa (42,10%) yang berhasil mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 60,84. Setelah dilakukan tindakan siklus II, sebanyak 15 siswa (78,94%) telah mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,31. Selain itu terjadi juga peningkatan hasil belajar afektif siswsa dari siklus I ke siklus II sebesar 16,65%. Dari hasil pengamatan hasil belajar siswa siklus I sebesar 62,55% kemudian meningkat di siklus II sebesar 79,20%. B. Saran Setelah melakukan penelitian tindakan kelas ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru kelas IV, sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran IPS agar proses pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan serta agar siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran dan prestasinya menjadi meningkat. Sebaiknya guru menyiapkan jauh-jauh hari jika menggunakan variasi model pembelajaran kooperatif TGT yang didalamnya ada tahap-tahapan. Selain itu guru lebih baik pada tahap presentasi kelas menggunakan media yang menunjang pembelajaran. 2. Bagi siswa, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadikan pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan kelompok. 136 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asma, N. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains dan Teknologi Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Aunurrahman. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Djamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS: Filosifi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hidayati. (2002). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamdaya, J. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamruni. (2009). Strategi Dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Hasibuan & Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja. Huda, M. (2015). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Istiqomah. (2006). Pembelajaran Teams Game Tournaments. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jarolemik, J. (1977). Social Studies in Elementary Education.New York: Macmillan. 137 Korayati, T.D. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri Mancasan Gamping Sleman Yogyakarta. Skripsi, tidak dipublikasikan. Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Depok: Rajagrafindo. Kurniati, D. 2011. Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Melalui Model TGT Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringamba Banjarnegara. Skripsi, tidak dipublikasikan. Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia. Madya, S. (2009). Teori Praktik Penelitian Tindakan Action Research. Bandung: Alfabeta. Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rofiq, M.N. (1 Maret 2010). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Pengajaran Agama Islam Vol 1. Diambil pada tanggal, 22 Januari 2017, di, https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/m-nafiurrofiq-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning-dalam-pendidikanagama-islam.pdf Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Bandung: Pustaka Publisher. Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Siregar, E. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Situmorang, R. September 2014. Desain Pembelajaran Model Based Learning Dalam Peningkatan Kemampuan . Jurnal Suluh Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Medan, Volume 1, No. 1.Hal 66. Pada tanggal 21 Januari 2017, dari http://akademik.uhn.ac.id/portal/public html/JurnalSuluhPendidikan Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. 138 Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik (terjemahan Nurulita). Bandung: Nusa Media. Sudarti. (Agustus 2015). Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Team Games Tournament (TGT) Di Kelas V SD Negeri 1 Gemaharjo, Jurnal Pendidikan Profesional, Volume 4,No.2.Hal.179. Diambil pada tanggal , 21 Januari 2017, dari http://jurnalpendidikanprofesional.com/index.php/JPP/article/viewFile/68/ pdf19 Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas. Sumadayo, S. (2013) Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Graha Ilmu. Suprihadi, (2000). Strategi Pembelajaran. Malang: FIP UNM. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Suyadi. (2013). Panduan Penelitian Tindakan Kelas Buku Panduan Wajib bagi Para Pendidik. Yogyakarta: Diva Press. Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taniredja, T. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Widyotoko, E.P. (2016). Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Warsono. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya. 139 LAMPIRAN 140 Lampiran 01. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 141 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I PERTEMUAN 1 Nama Sekolah : SD Negeri 2 Gombang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IV/I Alokasi Waktu : 2x35 menit (2 jam pelajaran) Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Maret 2017 I. Standar Kompetensi 2. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, serta pengalaman menggunakannya. III. Indikator 2.3.1 Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional 2.3.2 Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern 2.3.3 Membedakan teknologi produksi tradisional dengan modern IV. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional dengan benar. 2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern dengan tepat. 3. Melalui permainan bersama, siswa dapat membedakan teknologi produksi tradisional dengan modern dengan benar. Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti, kerjasama, menghargai. V. Materi Pokok Perkembangan teknologi produksi VI. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) VII. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa. b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi. 142 c. Guru melakukan apersepsi, “Anak-anak siapa tadi yang sarapan dengan tempe/tahu?” d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Penyajian kelas (Class Pressentation) 1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai pengertian teknologi produksi. 2) Siswa mendengarkan penjelasan guru serta mengamati gambar mengenai macam teknologi produksi tradisional dan modern 3) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai cara menghasilkan barang produksi tradisional dan modern. b. Kelompok (Teams) 1) Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik siswa. 2) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masingmasing anggota 4-5 siswa dengan nama-nama burung (berdasarkan hasil pre test sesuai dengan kemampuan akademik) 3) Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi dengan dipantau oleh guru. 4) Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk menyelesaikan LKS. 5) Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat dalam kegiatan diskusi. 6) Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 7) Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan turnamen. c. Permainan (Games) 1) Setelah presentasi selesai setiap perwakilan kelompok heterogen akan dikumpulkan. 2) Siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 3) Siswa menempati tempat permainan yang telah disiapkan. 4) Siswa mulai bermain dengan cara mengambil kartu soal yang sudah disediakan. d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments) 1) Siswa dikelompokkan secara homogeny (kelompok prestasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang) 2) Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil kartu bernomor yang berisi pertanyaan. 143 VIII. IX. 3) Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok lain boleh menjawab pertanyaan. 4) Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis terjawab. e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition) 1. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan mendapat poin. 2. Siswa bersama guru menghitung poin perolehan. 3. Siswa bersama guru membahas hasil permainan. 4. Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan pujian pada siswa yang mendapat poin tertinggi. 5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 6. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3. Kegiatan Penutup 1. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi 2. Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap untuk permainan dalam pertemuan berikutnya. Media dan Sumber Belajar 1. Media a. Gambar macam-macam teknologi produksi tradisional dan modern. b. Kartu permainan 2. Sumber Belajar a. Silabus Kelas IV SD. b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Penilaian 1. Jenis Tes : Tes Tertulis 2. Bentuk Tes : Isian 3. Alat Tes : Soal (Terlampir) 4. Kriteria Penilaian : Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang benar mempunyai skor 2. 5. Cara menentukan skor X. : NA Kriteria Keberhasilan 144 𝐽 𝑦𝑎 𝑔 𝑖 𝑎ℎ 𝑎 ℎ 𝑖 𝑤𝑎 𝑖 𝑎 x 100 Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19 siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya. 145 Lembar Tugas Kelompok Siklus 1 Pertemuan 1 Nama kelompok: Nama Anggota: Petunjuk: a. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu. b. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan. Soal diskusi kelompok 1. Sebutkan 3 makanan yang berbahan dasar kedelai! 2. Sebutkan 3 teknologi masa lalu yang mengandalkan keahlian tangan! 3. Tulislah 3 contoh teknologi tradisional untuk produksi! 4. Tulislah 3 contoh teknologi modern untuk produksi! 5. Tulislah urutan kegiatan produksi membuat batu bata! Kunci Jawaban : 1. Tahu, tempe, kecap 2. a. membuat anyaman, b. membatik, c. mengukir kayu 3. a. membuat batik tulis, b. menenun dengan alat tradisional, c. membajak sawah dengan kerbau 4. a. batik cap, b. membajak sawah dengan traktor, c. menumbuk padi dengan mesin 5. a. menyiapkan tanah liat sebagai bahan baku, b. tanah liat yang tersedia diaduk dengan air. Kemudian digiling supaya menjadi adonan yang siap cetak, c. adonan tanah liat dicetak satu persatu. Hasil cetakan itu dibiarkan di tempat yang terkena sinar matahari, d. setelah kering, batu bata 146 ditumpuk di tempat yang aman, e. setelah jumlahnya cukup batu bata yang sudah kering dibakar di tungku pembakaran sampai warnanya merah, f. setelah dibakar batu bata dibiarkan dingin terlebih dahulu, g. setelah dingin batu bata bisa dikeluarkan dari tungku. 147 Materi Perkembangan Teknologi Produksi 1. Produksi Kegiatan produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat barangbarang yang kita pakai. Teknologi produksi sederhana digunakan orang-orang jaman dulu. Peralatan yang digunakan masih belum menggunakan mesin melainkan mengandalkan keterampilan tangan. Barang yang dihasilkan biasanya mempunyai niulai seni tinggi, misalnya pada barang kerajinan tangan berupa ukir kayu, batik tulis, dan barang anyaman. Contohnya para petani zaman dulu mengolah tanah menggunakan bajak ayang ditarik kerbau atau sapi sedangkan pada zaman sekarang petani menggunakan mesin traktor. Petani zaman dulu menginjak-injak ikatan padi untuk merontokkan padi, zaman sekarang petani memakai mesin prontok padi. Untuk mendapatkan beras zaman dulu petani menumbuk padi ditempat menumbuk padi, zaman sekarang memakai mesin penggiling padi. 2. Macam-macam produksi tradisional : a. membuat batik dengan menggunakan canting b. mengolah tanah menggunakan hewan (sapi/kerbau) c. membuat sambal dengan cara diulek d. Proses produksi batu bata Urutannya adalah tanah liat diaduk dengan air, kemudian dicetak, dijemur dibawah terik matahari, setelah kering dan jumlahnya sudah banyak kemudian dibakar. e. Proses produksi minyak goreng. Kelapa dikelupas, dicungkil, daging kelapa diparut. Parutan kelapa diambil santannya, dan direbus terus menerus, lama kelamaan akan menjadi minyak goreng. f. Proses produksi kain batik Malam dipanaskan diatas api kecil menggunakan wajan kecil. Celupkan canting kedalam malam. Sebelum digoreskan ke kain motif/ teteron/ katun/ sutra, terlebih dahulu malam ditiup supaya tidak terlalu panas. 3. Macam-macam produksi modern : 148 a. membuat batik dengan cara dicap b. membuat sambal menggunakan blender c. mengolah tanah menggunakan traktor d. Proses produksi minyak goreng Kelapa terlebih dahulu diolah menjadi kopra. Kemudian kopra diolah menggunakan mesin menjadi minyak goreng. e. Proses produksi tekstil Menggunakan alat tenun mesin yang berkekuatan delapan kali lebih besar dari hasil tenun rakyat bukan mesin. f. Teknologi produksi kertas Bahan baku untuk membuat kertas adalah kulit kayu yang diambil dari pohon pinus atau cemara.Kulit kayu kemudian diratakan dengan mesin penggilas atau dimasak dengan menggunakan bahan kimia untuk mengubah kulit kayu menjadi serat. Serat diolah menjadi bubur kertas. Bubur kertas diaduk dan dibentuk untuk dimasukkan ke dalam mesin pembuat kertas. g. Teknologi produksi semen Semen merupakan bahan galian campuran antara batu gamping dan tanah liat. Campuran tersebut kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling. Bahan baku semen semen kemudian iolah dan diberi bahan kimia tertentu agar mempunyai kualitas yang baik. h. Teknologi produksi kendaraan bermotor i. Teknologi produksi elektronika j. Teknologi produksi besi dan baja 149 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I PERTEMUAN 2 Nama Sekolah : SD Negeri 2 Gombang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IV/I Alokasi Waktu : 2x35 menit (2 jam pelajaran) Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2017 I. Standar Kompetensi 2. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, serta pengalaman menggunakannya. III. Indikator 1. Menunjukkan teknologi komunikasi masa lalu 2. Menunjukkan teknologi komunikasi kini 3. Membedakan teknologi komunikasi masa lalu dengan masa kini IV. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan teknologi komunikasi masa lalu dengan benar. 2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan teknologi masa kini dengan tepat. 3. Melalui permainan bersama, siswa dapat membedakan teknologi komunikasi masa lalu dengan masa kini. Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti, kerjasama, menghargai. V. Materi Pokok Perkembangan teknologi komunikasi VI. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). VII. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa. 150 b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi c. Guru memberikan tindakan preventif dengan meminta siswa untuk tetap tenang selama mengikuti pelajaran. d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan “siapa yang pernah mengirim surat ? lewat apa ?” e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Penyajian kelas (Class Pressentation) 1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai perkembangan teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini. 2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penjelasan yang disampaikan guru. b. Kelompok (Teams) 1) Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik siswa. 2) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masing-masing anggota 4-5 siswa dengan nama-nama burung (berdasarkan kelompok sebelumnya) 3) Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi dengan dipantau oleh guru. 4) Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk menyelesaikan LKS. 5) Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat dalam kegiatan diskusi. 6) Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 7) Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan turnamen. c. Permainan (Games) 1) Siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 2) Siswa menempati tempat permainan yang telah disiapkan. 3) Siswa mendengarkan penjelasan petunjuk guru dalam permainan. 4) Siswa menyiapkan materi dan kelompoknya untuk bertanding. d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments) 1) Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil kartu bernomor yang berisi pertanyaan. 2) Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok lain boleh menjawab pertanyaan. 3) Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis terjawab. 151 VIII. IX. e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition) 1) Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan mendapat poin. 2) Siswa bersama guru menghitung poin perolehan. 3) Siswa bersama guru membahas hasil permainan. 4) Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan pujian pada siswa yang mendapat poin tertinggi. 5) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 6) Siswa mengerjakan soal evaluasi. f. Kegiatan Penutup 1) Siswa mengumpulkan hasil evaluasi 2) Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap untuk permainan dalam pertemuan berikutnya. Media dan Sumber Belajar 1. Media a. Gambar teknologi komunikasi b. Kartu permainan 2. Sumber Belajar a. Silabus Kelas IV SD. b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Penilaian 1. Jenis Tes : Tes Tertulis 2. Bentuk Tes : Isian 3. Alat Tes : Soal (Terlampir) 4. Kriteria Penilaian : Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang benar mempunyai skor 2. 5. Cara menentukan skor X. : NA Kriteria Keberhasilan 152 𝐽 𝑦𝑎 𝑔 𝑖 𝑎ℎ 𝑎 ℎ 𝑖 𝑤𝑎 𝑖 𝑎 x 100 Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19 siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya. 153 Lembar Tugas Kelompok Siklus 1 Pertemuan 2 Nama kelompok: Nama Anggota: Petunjuk: a. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu. b. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan. Soal diskusi kelompok 1. Sebutkan 4 manfaat kentongan bagi warga pedesaan! 2. Sebutkan 4 alat komunikasi yang digunakan pada masa kini! 3. Sebutkan 4 macam media cetak! 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi langsung! 5. Bagaimana proses mengirim surat ke agar sampai ke tujuan? Kunci jawaban: 1. a. memanggil warga desa untuk melakukan kerja bakti b. memanggil warga desa agar berkumpul di balai desa c. memberitahu warga desa kalau ada warga yang meninggal d. memberitahu warga kalau terjadi bencana alam 2. a. Televisi b. Telepon c. Surat d. Radio 3. a. Koran b. majalah c. tabloid d. Poster 4. Komunikasi langsung adalah komunikasi yang terjadi apabila dua orang atau lebih berbincang-bincang dengan saling berhadapan muka. 5. a. Pertama orang menulis surat dulu. Isi surat bisa bermacam-macam. Setelah ditulis surat dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop. Amplop diberi alamat kepada siapa surat tersebut. Selain itu ditulis alamat pengirim. b. Setelah itu surat dibawa ke kantor pos untuk dikirimkan. Kalau belum ada perangkonya, surat harus diberi perangko dulu. c. Setelah itu surat dikirim ke tempat tujuan dan diantarkan oleh tukang pos. 154 Materi Perkembangan Teknologi Komunikasi 1. Komunikasi Manusia adalah sebagai makhluk individu dan juga sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan dapat dilakukan secara perorangan atau bisa juga kelompok. Hasilnya dapat menimbulkna adanya pertukaran informasi yang disebut komunikasi. Komunikasi adalah kegiatan menyampaikan dan menerima pesan. Komunikasi dapat terjadi secara langsung antara kedua belah pihak. Misalnya, Udin ingin bertanya letak Kantor Pos. Dia harus menanyakan kepada polisi yang kebetulan berada didekatnya. Dari tanya-jawab tersebut, akhirnya udin mengetahui dimana letak kantor POS. Dari tanya-jawab terseut, akhirnya udin mengetahui dimana letak kantor POS. Dari tanya jawab tersebut terjadilah suatu komunikasi dua arah antar sipenanya dan yang ditanya. Komunikasi juga sering kali dilakukan secara tidak langsung, Misalnya Tanto ingin menghubungi bibinya yang sedang berada di Pulau Batam. Untuk itu Tanto harus mengirim surat melalui Kantor POS. Komunikasi melalui surat adalah salah satu contoh komunikasi secara tidak langsung. Marilah kita pelajari berbagai macam alat komunikasi. 2. Alat-alat Teknologi Komunikasi Tradisional dan Modern Pada masa lalu teknologi komunikasi yang digunakan sangatlah sederhana dengan cara memukul alat kentongan atau bedug. Mereka bisa mengerti apa yang dimaksud. Misalnya mau kerja bakti, setelah alat kentongan itu dipukul, maka orangpun berkumpul dan bekerja disuatu tempat. Bedug dipukul, Maka para jemaah masjid berkumpul untuk salat.Saat ini sudah banyak hasil teknologi komunikasi yang terjangkau dan dapat dibeli oleh masyarakat. Orang dapat menggunakan telepon atau HP untuk berkomunikasi bahkan masa kini sudah banyak digunakan teknologi internet. 155 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II PERTEMUAN 1 Nama Sekolah : SD Negeri 2 Gombang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IV/I Alokasi Waktu : 2x35 menit (2 jam pelajaran) Hari/Tanggal : Sabtu, 1 April 2017 I. Standar Kompetensi 2. mengenal sumber daya alam, kegiaqtan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.4 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, serta pengalaman menggunakannya. III. Indikator 1. Menunjukkan teknologi transportasi pada masa lalu 2. Menunjukkan teknologi transportasi masa kini 3. Memberi contoh jenis-jenis transportasi IV. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan teknologi transportasi masa lalu dengan benar. 2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan teknologi transportasi masa kini dengan tepat. 3. Melalui permainan bersama, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis transportasi. Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti, kerjasama, menghargai. V. Materi Pokok Perkembangan teknologi transportasi VI. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) VII. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa. b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi 156 c. Guru memberikan tindakan preventif dengan meminta siswa untuk tetap tenang selama mengikuti pelajaran. d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan “siapa yang tadi padi pergi ke sekolah naik sepeda?” e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Penyajian kelas (Class Pressentation) 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen (berdasarkan hasil pre test sesuai dengan kemampuan akademik) 2) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai perkembangan teknologi transportasi masa lalu dan masa kini. 3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penjelasan yang disampaikan guru. b. Kelompok (Teams) 1) Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik siswa. 2) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masing-masing anggota 4-5 siswa dengan nama-nama warna (berdasarkan hasil pre test sesuai dengan kemampuan akademik) 3) Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi dengan dipantau oleh guru. 4) Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk menyelesaikan LKS. 5) Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat dalam kegiatan diskusi. 6) Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 7) Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan turnamen. c. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments) 1) Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil kartu bernomor yang berisi pertanyaan. 2) Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok lain boleh menjawab pertanyaan. 3) Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis terjawab. d. Pengakuan kelompok (Teams Recognition) 1. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan mendapat poin. 2. Siswa bersama guru menghitung poin perolehan. 157 VIII. IX. 3. Siswa bersama guru membahas hasil permainan. 4. Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan pujian pada siswa yang mendapat poin tertinggi. 5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 6. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3. Kegiatan Penutup 1. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi 2. Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap untuk permainan dalam pertemuan berikutnya. Media dan Sumber Belajar 3. Media a. Gambar teknologi transportasi b. Kartu permainan 4. Sumber Belajar a. Silabus Kelas IV SD. b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Penilaian 1. Jenis Tes : Tes Tertulis 2. Bentuk Tes : Isian 3. Alat Tes : Soal (Terlampir) 4. Kriteria Penilaian : Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang benar mempunyai skor 2. 5. Cara menentukan skor X. : NA 𝐽 𝑦𝑎 𝑔 𝑖 𝑎ℎ 𝑎 ℎ 𝑖 𝑤𝑎 𝑖 𝑎 x 100 Kriteria Keberhasilan Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19 siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya. 158 159 Lembar Tugas Kelompok Siklus II Pertemuan 1 Nama kelompok: Nama Anggota: Petunjuk: c. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu. d. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan. Soal diskusi kelompok 1. Sebutkan 4 contoh transportasi masa lalu! 2. Sebutkan 4 contoh alat trasportasi yang ada di daerahmu! 3. Sebutkan 4 jenis transportasi air! 4. Sebutkan nama-nama terminal, stasiun, pelabuhan, atau bandara yang ada di daerahmu! 5. Jelaskan perbedaan sarana transportasi masa lalu dan masa kini! 160 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II PERTEMUAN 2 Nama Sekolah : SD Negeri 2 Gombang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IV/I Alokasi Waktu : 2x35 menit (2 jam pelajaran) Hari/Tanggal : Sabtu, 8 April 2017 I. Standar Kompetensi 2. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota, dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.5 mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, serta pengalaman menggunakannya. III. Indikator 1. Menjelaskan kelebihan transportasi masa lalu 2. Menjelaskan kelebihan transportasi masa kini 3. Menjelaskan kelemahan trasportasi masa lalu 4. Menjelaskan kelemahan trasportasi masa kini IV. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan teknologi transportasi masa lalu dengan benar. 2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat menunjukkan teknologi transportasi masa kini dengan tepat. 3. Melalui permainan bersama, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis transportasi. Karakter siswa yang diharapkan: tanggung jawab, disiplin, tekun, teliti, kerjasama, menghargai. V. Materi Pokok Perkembangan teknologi transportasi VI. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) VII. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memberi salam lalu mengkondisikan siswa untuk berdoa. 161 b. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi c. Guru memberikan tindakan preventif dengan meminta siswa untuk tetap tenang selama mengikuti pelajaran. d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan “siapa yang pernah naik bus lalu mabuk?” e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Penyajian kelas (Class Pressentation) 1. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai perkembangan teknologi transportasi masa lalu dan masa kini. 2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penjelasan yang disampaikan guru. b. Kelompok (Teams) 1. Siswa diberi pre test untuk mengukur kemampuan akademik siswa. 2. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, dengan masing-masing anggota 4-5 siswa dengan nama-nama warna (berdasarkan kelompok sebelumnya) 3. Siswa melakukan diskusi kelas tentang perkembangan teknologi dengan dipantau oleh guru. 4. Setiap kelompok membaca meteri dan berdiskusi untuk menyelesaikan LKS. 5. Guru mengingatkan siswa agar berani menyampaikan pendapat dalam kegiatan diskusi. 6. Siswa maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 7. Siswa diberi arahan jika akan diadakan permainan akademik dan turnamen. c. Permainan (Games) 1. Siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 2. Siswa menempati tempat permainan yang telah disiapkan. 3. Siswa mendengarkan penjelasan petunjuk guru dalam permainan. 4. Siswa menyiapkan materi dan kelompoknya untuk bertanding. 5. Perwakilan dari setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh masing-masing pembaca soal. d. Kompetisi atau Turnamen (Tournaments) 1. Siswa memulai permainan dengan salah satu siswa mengambil kartu bernomor yang berisi pertanyaan. 162 VIII. IX. 2. Siswa dari kelompok itu mencoba menjawabnya, jika dalam kelompok itu tidak bisa menjawab maka siswa dari kelompok lain boleh menjawab pertanyaan. 3. Begitu juga seterusnya sampai kartu pertanyaan telah habis terjawab. e. Pengakuan kelompok (Teams Recognition) 1. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan mendapat poin. 2. Siswa bersama guru menghitung poin perolehan. 3. Siswa bersama guru membahas hasil permainan. 4. Pemberian penguatan atau hadiah berupa tepuk tangan dan pujian pada siswa yang mendapat poin tertinggi. 5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 6. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 3. Kegiatan Penutup 1. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi 2. Guru memberi motivasi supaya siswa lebih rajin belajar dan besiap untuk permainan dalam pertemuan berikutnya. Media dan Sumber Belajar 1. Media a. Gambar teknologi transportasi b. Kartu permainan 2. Sumber Belajar a. Silabus Kelas IV SD. b. Tantya Hisnu, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. c. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Penilaian 1. Jenis Tes : Tes Tertulis 2. Bentuk Tes : Isian 3. Alat Tes : Soal (Terlampir) 4. Kriteria Penilaian : Soal berjumlah 10 butir, setiap soal yang benar mempunyai skor 2. 5. Cara menentukan skor X. : NA Kriteria Keberhasilan 163 𝐽 𝑦𝑎 𝑔 𝑖 𝑎ℎ 𝑎 ℎ 𝑖 𝑤𝑎 𝑖 𝑎 x 100 Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil jika 75% (≥13) siswa dari 19 siswa mendapat nilai sesuai dengan KKM (Kriteria Kentutasan Minimal) yang telah ditentukan SD yaitu 68 atau memperoleh nilai diatasanya. 164 Lembar Tugas Kelompok Siklus II Pertemuan 2 Nama kelompok: Nama Anggota: Petunjuk: a. Diskusikan soal-soal dibawah ini dengan teman kelompokmu. b. Tulislah hasil diskusi di kertas yang sudah disediakan. Soal diskusi kelompok 1. Sebutkan 3 contoh kelebihan transportasi masa lalu! 2. Sebutkan 3 contoh kelebihan transportasi masa kini! 3. Berikan 3 contoh kelemahan transportasi masa lalu! 4. Berikan 3 contoh kelemahan transportasi masa kini! 5. Transportasi apa saja yang pernah kamu gunakan? Mengapa memilih transportasi tersebut? Jelaskan! 165 Lampiran 02. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 166 Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hari/Tanggal : Waktu : Pertemuan/Siklus : A. Petunjuk Penskoran : Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = baik sekali B. Petunjuk Pengisian : Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. No Aspek yang diamati 1 1 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogeny 5 Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. 167 Skor 2 3 4 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. 10 Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar. Klaten, Observer 1 Observer 2 Indah Listyaningrum Nany Adika Putri 168 Lampiran 03. Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 169 Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Maret 2017 Waktu : 07.00-08.10 Pertemuan/Siklus : 1/I A. Petunjuk Penskoran : Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = baik sekali B. Petunjuk Pengisian : Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. No Aspek yang diamati 1 1 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogeny 5 Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang 170 Skor 2 3 √ √ √ √ √ √ √ √ 4 10 memperoleh skor tertinggi. √ Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar. √ Klaten, Observer 1 Observer 2 Indah Listyaningrum Nany Adika Putri 171 Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2017 Waktu : 07.00-08.10 Pertemuan/Siklus : 2/I A. Petunjuk Penskoran : Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = baik sekali B. Petunjuk Pengisian : Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. No Aspek yang diamati 1 1 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogeny Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 5 Skor 2 3 √ √ √ √ √ 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. √ 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. √ 172 4 √ √ 10 √ Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar. Klaten, Observer 1 Observer 2 Indah Listyaningrum Nany Adika Putri 173 Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hari/Tanggal : Sabtu, 1 April 2017 Waktu : 07.00-08.10 Pertemuan/Siklus : 1/II A. Petunjuk Penskoran : Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = baik sekali B. Petunjuk Pengisian : Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. No Aspek yang diamati 1 1 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogeny Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 5 Skor 2 3 √ √ √ √ √ 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. √ 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. √ 174 4 √ √ 10 √ Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar. Klaten, Observer 1 Observer 2 Indah Listyaningrum Nany Adika Putri 175 Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Hari/Tanggal : Sabtu, 8 April 2017 Waktu : 07.00-08.10 Pertemuan/Siklus : 2/II A. Petunjuk Penskoran : Berilah skor setiap aktifitas guru dalam pembelajaran IPS, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = kurang 3 = baik 2 = cukup 4 = baik sekali B. Petunjuk Pengisian : Amatilah aktifitas guru selama kegiatan pembalajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata sesuai dengan komponen yang telah ditentukan dan berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. No Aspek yang diamati 1 1 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi. Menjelaskan materi pembelajaran. 3 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa. 4 Membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen atau homogeny Membantu siswa menyiapkan meja dan tempat duduk untuk permainan. 5 6 Menjelaskan langkah-langkah dalam permainan 7 Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 8 Membimbing siswa dalam mengikuti pembelajaran. 9 Memberi penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. 176 Skor 2 3 √ 4 √ √ √ √ √ √ √ √ 10 √ Memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin belajar. Klaten, Observer 1 Observer 2 Indah Listyaningrum Nany Adika Putri 177 Lampiran 04. Lembar Observasi Siswa 178 Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Nama Sekolah : SD Negeri 2 Gombang Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : IV / II Siklus/Pertemuan : Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan pengamatan anda! Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 No : Baik Sekali : Baik : Cukup : Kurang Nomor Absen Siswa Aktivitas Siswa 1 1. 2 3 4 5 6 Keaktifan siswa g. Siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran h. Siswa aktif menjawab pertanyaan i. Siswa aktif mengemukakan pendapat 2. Kerja sama 179 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3. e. Siswa aktif berkerjasama dalam kelompok f. Siswa saling membantu dalam diskusi kelompok Tanggung jawab i. Siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok j. Siswa mengerjakan tugas tepat waktu k. Siswa tertib mengikuti pembelajaran l. Siswa mematuhi perintah guru 4. Antusiasme siswa g. Siswa antusias mengikuti pembelajaran h. Siswa mendengarkan penjelasan guru i. Siswa bersedia mengikuti permainan Klaten, Maret 2017 Observer 180 Lampiran 05. Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa 181 Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus I 182 183 Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus II 184 185 Lampiran 06. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I 186 Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1 Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembanga n teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunaka nnya. Indikator 1. Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi tradisional 2. Menyebutkan jenis-jenis teknologi produksi modern 3. Membedakan teknologi produksi tradisional dengan modern 4. Menunjukkan teknologi komunikasi masa lalu 5. Menunjukkan teknologi komunikasi masa kini 6. Membedakan teknologi komunikasi masa lalu dengan masa kini Jumlah Soal Aspek Kognitif C1 C2 C3 1, 2, 3, 4 (pg) 5, 6, 7 (pg) Keterangan: C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan 187 4 3 8, 9, 10 (pg) 3 1, 2 (essay) 3, 4, 5 (essay) 7 Jumlah 11, 12, 13, 14, 15 (pg) 6 3 4 3 7 20 Lampiran 07. Soal Pre Test dan Post Test Siklus I 188 Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d didepan jawaban yang benar! 1. Berikut ini produksi dari kacang kedelai kecuali…. a. kecap c. tahu b. tempe d. gula 2. Membatik dengan menggunakan canting memanfaatkan teknologi produksi.... a. modern c. mutakhir b. tradisional d. canggih 3. Salah satu alat tradisional yang biasa digunakan untuk menggemburkan tanah adalah…. a. cangkul c. sekop b. linggis d. serok 4. Perhatikan urutan membuat batu bata berikut ini! 1. Menyiapkan tanah liat. 2. Batu bata cetakan yang sudah kering dikumpulkan. 3. Tanah liat digiling menjadi adonan. 4. Adonan dicetak satu per satu. 5. Batu bata di cetak dalam tungku lalu dibakar. Urutan membuat batu bata yang benar adalah…. a. 1, 2, 3, 4, 5 c. 1, 3, 4, 2, 5 b. 1, 4, 2, 3, 5 d. 1, 2, 4, 3, 5 5. Pengolahan bahan-bahan di pabrik yang besar digunakan teknologi… . a. sederhana c. modern b. kuno d. super 6. Hasil pengolahan kayu yang menggunakan teknologi modern antara lain… . a. kayu kaso c. papan b. kayu balok d. triplek 7. Perhatikan tabel berikut! No. Hasil Produksi 1. 2. 3. 4. 5. Batik tulis Gula jawa Margarine Sepatu Sapu lidi Berdasarkan tabel di atas barang produksi yang diolah secara modern ditunjukkan oleh… . a. 1, 2 c. 3, 4 b. 2,3 d. 4, 5 8. Berikut ini contoh proses produksi sederhana yang dijumpai di daerah pedesaan adalah... . 189 a. pembuatan tempe dari kedelai b. menggiling padi dengan huller c. membersihkan bulu ayam dengan mesin d. menghaluskan cabai dengan blender 9. Alat pertanian tradisional lebih mengandalkan tenaga manusia sebagai penggeraknya, sedangkan alat pertanian modern lebih menggunakan mesin. Contoh alat pertanian tradisional di antaranya adalah… . a. gergaji c. kuda b. traktor d. mesin uap 10. Pada zaman sekarang kain ditenun dengan mesin tenun. Sedangkan pada zaman dahulu kain ditenun menggunakan… . a. mesin jahit c. ani-ani b. alat tenun kayu d. traktor 11. Media elektronik yang cukup berkembang pesat pada masa kini yang dapat menyajikan informasi secara audio, visual, maupun tulisan dengan bantuan alat komputer disebut dengan…. a. multimedia c. parabola b. televisi d. radio 12. Masyarakat masa kini dapat berkomunikasi langsung dua arah dengan menggunakan…. a. surat c. telegram b. email d. telepon 13. Tiga contoh alat komunikasi cetak adalah…. a. majalah, buku, dan faksimili b. surat kabar, internet, dan buku c. majalah, surat kabar, dan tabloid d. internet, buku, dan poster 14. Masyarakat masa lalu sudah dapat berkomunikasi menggunakan surat karena…. a. sudah ada kertas c. sudah ada perangko b. sudah ada kantor pos d. sudah bisa menulis dan membaca 15. Orang yang diutus raja untuk menyampaikan pesan khusus dan rahasia ke kerajaan lain adalah…. a. pak pos c. kusir b. kurir d. pramugari Jawablah dengan singkat dan jelas! 1. Sebutkan 4 manfaat kentongan bagi warga pedesaan! 2. Sebutkan 4 keuntungan teknologi komunikasi masa lalu/tradisional! 3. Sebutkan 4 alat komunikasi yang digunakan pada masa kini! 190 4. Sebutkan 4 keuntungan teknologi komunikasi masa kini! 5. Bagaimana proses mengirim surat ke agar sampai ke tujuan? SELAMAT MENGERJAKAN Kunci jawaban: 1. d 2. b 3. a 4. c 5. c 6. d 7. c 8. a 9. a 10. b 11. b 12. d 13. c 14. d 15. b 1) Memanggil warga ketika ada kerja bakti, memberitahu jika ada bencana, memberitahu jika ada maling, memberitahu jika ada yang meninggal 2) Ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, murah, bisa dibuat sendiri 3) Hp, televisi, email, computer 4) Canggih, cepat, praktis, hemat tenaga 5) Pertama orang menulis surat dulu. Isi surat bisa bermacam-macam. Setelah ditulis surat dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop. Amplop diberi alamat kepada siapa surat tersebut. Selain itu ditulis alamat pengirim Setelah itu surat dibawa ke kantor pos untuk dikirimkan. Kalau belum ada perangkonya, surat harus diberi perangko dulu. Setelah itu surat dikirim ke tempat tujuan dan diantarkan oleh tukang pos. 191 Lampiran 08. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II 192 Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembanga n teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunaka nnya. Indikator C1 1 Menunjukkan teknologi transportasi pada masa lalu 2. Menyebutkan teknologi transportasi masa kini 3. Memberi contoh jenis-jenis transportasi Aspek Kognitif C2 C3 1,2, 3 (essay) 1, 2 (pg) 3, 4, 5, 6, 7 (pg) 4. Menjelaskan kelebihan transportasi masa lalu 6. Menunjukkan kelemahan trasportasi masa lalu 7. Menjelaskan kelemahan trasportasi masa kini Jumlah Soal 5 Keterangan: C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan 193 4 2 4, 5 (essay) 7 3 2 8, 9, 10 (pg) 11, 12, 13 (pg) 5. Menjelaskan kelebihan transportasi masa kini Jumlah 14, 15 (pg) 8 2 2 5 20 Lampiran 09. Soal Pre Test dan Post Test Siklus II 194 Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d didepan jawaban yang benar! 1. Di bawah ini angkutan darat bermesin adalah… . a. dokar c. sepeda b. mobil d. becak 2. Pesawat terbang mendarat dan lepas landas di… . a. stasiun c. bandar udara b. lapangan d. terminal 3. Kapal yang dapat berjalan di bawah maupun di permukaan laut adalah…. a. kapal layar c. kapal tanker b. kapal selam b. kapal feri 4. Pesawat terbang pengangkut barang terbesar di Indonesia adalah…. a. Garuda Indonesia c. Hercules b. Fokker d. Lion Air 5. Menurut fungsinya, ada bermacam-macam jenis kapal. Kapal yang berfungsi mengangkut minyak adalah… a. kapal ferry c. kapal barang b. kapal tanker d. kapal tunda 6. Alat pengangkutan seperti gambar di samping menggunakan tenaga…. a. mesin c. kuda b. manusia d. angin 7. Alat transportasi seperti gambar disamping menggunakan tenaga… a. manusia c. angin b. mesin d. hewan 8. Kelebihan alat pengangkutan tidak bermesin adalah… a. lebih cepat c. tidak mencemari lingkungan b. lebih murah d. tidak perlu pemeliharaan 9. Kendaraan masa lalu tidak menimbulkan polusi karena… a. memakai mesin c. memakai tenaga manusia b. tidak memakai mesin d. masih sederhana 10. Salah satu kelebihan sepeda adalah tidak menimbulkan polusi udara. Di masa lalu kelebihan menggunakan delman/dokar adalah… . a. murah c. memakai tenaga kuda b. cepat d. mengangkut banyak penumpang 11. Salah satu kelebihan alat transportasi masa kini adalah… a. lebih mahal c. lebih canggih b.tidak perlu pemeliharaan d. lebih murah 12. Kelebihan masyarakat naik pesawat terbang antara lain adalah… a. bisa terbang di udara b. jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu singkat c. banyak maskapai penerbangan 195 d. banyak bandar udara 13. Jika di masa lalu perjalanan ke luar kota ditempuh dengan waktu lama sekarang dengan adanya transportasi modern perjalanan dapat ditempuh dengan waktu singkat, di bawah ini alat transportasi yang memiliki kecepatan tempuh cukup cepat, kecuali… . a. pesawat c. kereta api b. kereta kuda d. kapal laut 14. Kelemahan dari menggunakan alat transportasi modern adalah . . . a. mencegah polusi c. menghapus polusi b. menghindari polusi d. menimbulkan polusi 15. Salah satu kelemahan kereta api adalah…. a. jumlah penumpang terbatas c. berjalan lambat b. membutuhkan rel khusus d. jumlah penumpang banyak Jawablah dengan singkat dan jelas! 1. Transportasi masa lalu apa saja yang pernah kamu gunakan? Mengapa memilih transportasi tersebut? Jelaskan! 2. Sebutkan 4 transportasi masa lalu yang ada di daerahmu! 3. Ceritakan pengalamanmu menggunakan sepeda pada saat pertama kali! Perhatikan gambar disamping! 4. Digunakan untuk apa saja alat transportasi itu? 5. Apa saja kelemahan menggunakan alat transportasi itu? SELAMAT MENGERJAKAN 196 Kunci Jawaban : 1. 2. 3. 4. 5. b c b b b 6. 7. 8. 9. 10. b c c b a 11. 12. 13. 14. 15. c b b a b 1. Sepeda, becak, kereta kuda. Karena ramah lingkungan dan murah. 2. Delman, becak, sepeda, andong 3. 4. Untuk mengangkut penumpang di laut 5. Hanya mengandalkan tenaga angin, penumpang terbatas 197 Lampiran 10. Kartu Soal TGT 198 Kartu Soal Siklus I dan Siklus II 199 200 Lampiran 11. Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang 201 No. Nama Siswa 1. Azwan Ramadhan Nur 2. Eka Noviyanti 3. Shifa Nur Fadila 4. Rivai Zainuri 5. Liyundzira Nafita Sari 6. Nia Ramadhani 7. Rossi Ardi Ardandi 8. Nabil Aji Pangestu 9. Reva Fadliyanto 10. Aldora Brina Iswa Yudi 11. Ilham Wahyu Jati 12. Ana Azalia 13. Febriyanto 14. Dika Irawan 15. Ganang Adi Nugroho 16. Mira Eki Triswati 17. Evan Rahman Hanim 18. Achmad Wibowo 19. Alan Cahya Saputra 202 Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 203 Gambar 1. Guru melakukan presentasi kelas Gambar 2. Siswa diminta guru untuk maju Gambar 3. Siswa membentuk kelompok Gambar 4. Siswa berdiskusi dalam kelompok Gambar 5. Siswa terlihat berbagi tugas di kelompok Gambar 6. Siswa mulai melakukan games 204 Gambar 7. Siswa mulai melakukan turnamen Gambar 8. Penskoran kepada tiap kelompok Gambar 9. Penghargaan kelompok Gambar 9. Siswa mengerjakan soal evaluasi 205 Lampiran 13. Surat-surat Penelitian 206 207 208 Lampiran 14. Jawaban Soal Pre Test dan Post Test Siswa 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219