SIARAN PERS 31 Proyek Manfaatkan KLIK, Fasilitasi Investasi Rp 55,5 T Jakarta, 3 Mei 2016 – Badan Koordinasi Penanaman Modal terus mengembangkan program Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) yang saat ini telah diimplementasikan ke 14 kawasan industri yang tersebar di seluruh Indonesia. Tercatat hingga 30 April 2016, 31 proyek yang memanfaatkan fasilitas tersebut dengan nilai investasi sebesar Rp 55,5 triliun. Proyekproyek tersebut terdiri dari 10 proyek yang sedang dalam masa konstruksi dan 21 proyek lainnya dalam tahapan minat, maupun komitmen dan perizinan. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa dari pihaknya target untuk mendapatkan kawasan industri KLIK hingga akhir tahun 2016 bisa menjadi 25 kawasan industri. “Dengan demikian setidaknya ada 11 kawasan industri tambahan dari yang sudah ada saat ini. Setidaknya ada tiga komponen yang perlu diperhatikan di antaranya dukungan kawasan industri, dukungan pemerintah daerah dan dukungan kementerian lintas sektor,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Selasa (3/5). Menurut Franky, target investasi nasional tahun ini yang mencapai Rp 594,8 triliun membutuhkan langkah-langkah konkret yang dapat mendukung pencapaian target tersebut. “KLIK adalah salah satu program yang diharapkan dapat mendorong akselerasi realisasi investasi. Dengan investor langsung melakukan proses konstruksi ke kawasan industri yang di tetapkan maka terjadi percepatan dari time lag komitmen investasi ke realisasi investasi,” paparnya. Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa per 30 April 2016, total 31 proyek dengan nilai investasi Rp 55,5 triliun dan telah memanfaatkan tanah seluas 576,64 hektar di 6 kawasan industri. “Dari laporan sebelumnya per akhir Maret 2016 tercatat 2 proyek senilai Rp 1 triliun yang memanfaatkan layanan KLIK,” lanjutnya. BKPM terus aktif untuk menggali feedback dari pelaku usaha, salah satunya dengan mengadakan dialog investasi yang menghadirkan Ketua Himpunan Kawasan Industri Sanny Iskandar dan Managing Director PT Modern Industrial Estat. Sementara Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Tamba Hutapea menambahkan bahwa KLIK memiliki dua arti strategis, pertama adalah untuk mendukung pencapaian realisasi investasi nasional, kemudian yang kedua adalah terkait koordinasi pusat dengan daerah. “Jadi dua-duannya ini sangat krusial, pencapaian target investasi dan refleksi koordinasi pusat dengan daerah,” sebutnya. Tamba menilai bahwa dengan adanya KLIK, investor akan diberikan berbagai kemudahan. Di antaranya investor untuk dapat langsung membangun proyek mereka setelah memperoleh izin prinsip dari BKPM Pusat atau daerah sesuai kewenangan, sepanjang telah memenuhi ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri (Estate Regulation). “Sementara pengurusan izin-izin pelaksanaan seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Lingkungan (UKL/UPL dan Amdal) dan perizinan pelaksanaan daerah lainnya dilakukan secara paralel sambil proses membangun dan nantinya perizinan-perizinan tersebut wajib dimiliki sebelum proyek produksi komersial,” ungkapnya. Sedangkan Ketua Himpunan Kawasan Industri Sanny Iskandar memberikan masukan bahwa sebelum menetapkan suatu Kawasan Industri dapat menerima fasilitas KLIK, diharapkan adanya komunikasi dan koordinasi yang jelas antara BKPM pihak kementerian teknis terkait. “Terutama dengan Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri – Kementerian Perindustrian, Komnas Kawasan Industri, serta Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI). Hal ini dimaksudkan untuk lebih jelas tentang kondisi Kawasan Industri yang akan menerima fasilitas KLIK baik dari sisi perizinan maupun fisik kawasan,” tegasnya. Sanny juga mengemukakan bahwa dapat dibedakan juga antara Kawasan Industri dan Zona Industri (area peruntukan industri di mana tidak adanya pengembang/ pengelola Kawasan Industri dan tidak adanya pengajuan izin sebagai kawasan Industri) sehingga pemberian fasilitas KLIK tepat sasaran. Senada dengan Sanny, Managing Director PT Modern Industrial Estat Tonny Hadhiwalujo menambahkan bahwa dari sisi pengelola kawasan industri mengharapkan pemerintah dapat membantu mengurai permasalahan yang ada. Di antaranya masih banyak peraturan antar kementerian dan lembaga yang kurang sinkron, premanisme serta pembebasan lahan. Saat ini, tercatat 14 kawasan industri yang telah ditetapkan untuk dapat mengimplementasikan fasilitas KLIK dengan total luasan 10.022 hektar. 14 Kawasan industri tersebut tersebar di enam provinsi yakni Jawa Tengah terdiri dari 3 kawasan industri seluas 840 hektar, Jawa Timur terdiri dari 1 kawasan industri seluas 1.761 hektar, Sulawesi Selatan 1 kawasan industri seluas 3.000 hektare, Banten terdiri dari 3 kawasan industri dengan total luas lahan 3.170 hektare, Jawa Barat terdiri dari 5 kawasan industri dengan total luas lahan 1.111 hektar dan Sumatera Utara terdiri dari 1 kawasan industri seluas 100 hektar. --Selesai-- Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: Ariesta Riendrias Puspasari Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan Tata Usaha Pimpinan Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190 Telepon: 021-5269874 E-mail:[email protected]