12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN Efektivitas Katalis Asam-Basa Pada Sintesis Trans-1,3-difenil-2-propen-1-on Melalui Reaksi Kondensasi Claisen-Schmidt Rizky Dermawan, Firdaus, Nunuk Hariani Soekamto Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar, korespondensi: [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang efektivitas katalis asam-basa pada sintesis trans-1,3-difenil-2propen-1-on melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt telah dilakukan dengan menggunakan NaOH, NaOCH3, dan NaH sebagai katalis basa, serta H2SO4 sebagai katalis asam. Reaksi terkatalisis basa dioperasikan pada suhu 28 oC selama 2 jam dengan perbandingan katalis : substrat 1 : 2, sedangkan reaksi terkatalisis asam dioperasikan di bawah kondisi refluks (60 oC ) selama 3 jam dengan perbandingan katalis : substrat 2 : 1. Identifikasi produk reaksi dilakukan dengan metode spektroskopi FTIR dan NMR. Berdasarkan rendamen yang diperoleh maka diketahui urutan efektivitas katalis pada reaksi tersebut adalah NaOH > NaOCH3 > NaH > H2SO4 dengan rendamen berturut turut adalah 50,62%, 13,06%, 12,85%, dan 4,17%. Perbedaan antara reaksi terkatalisis asam dan basa terletak pada pembentukan nukleofil sebagai penentu reaksi, dimana pada reaksi terkatalisis asam membentuk enol sedangkan pada reaksi terkatalisis basa menghasilkan ion enolat yang memiliki nukleofilisitas lebih kuat dibandingkan dengan enol. Kata kunci: trans-1,3-difenil-2-propen-1-on, kondensasi Claisen-Schmidt, katalis asam-basa, nukleofil, enol, ion enolat. ABSTRACT Research on the effectiveness of the acid-base catalyst in the synthesis of trans-1,3diphenyl-2-propene-1-on via Claisen-Schmidt condensation was performed by using NaOH, NaOCH3, and NaH as the base catalyst, and H2SO4 as an acid catalyst. Base catalyzed reaction is operated at a temperature of 28 °C for 2 hours with a ratio of catalyst : substrate 1: 2, while the acid catalyzed reaction is operated under reflux conditions (60 °C) for 3 hours with a ratio of catalyst: substrate 2: 1. Identification of the product was conducted using FTIR and NMR spectroscopy. Based yield obtained then known sequence effectiveness of the catalyst in the reaction are NaOH > NaOCH3 > NaH > H2SO4 with yield in consecutive is 50.62%, 13.06%, 12.85%, and 4.17%. The difference between acid and base catalyzed reaction is the formation of nucleophiles as a determinant of reaction, wherein the acid catalyzed reaction to form enol while the base catalyzed reaction produces enolate ion that has nucleophilicity stronger than the enol. Keywords : trans-1,3-diphenyl-2-propene-1-on, condensation Claisen-Schmidt, acidbase catalyst, nucleophille, enol, enolate ion. PENDAHULUAN Trans-1,3-difenil-2-propen-1-on merupakan kalkon aromatik (cincin A dan B) yang (flavonoid). Struktur trans-1,3-difenil- keduanya dihubungkan oleh gugus 1|Page senyawa jenis 2-propen-1-on terdiri atas dua cincin Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN karbonil serta ikatan α,β-tak jenuh memproduksi senyawa dalam kuantitas dengan elektrofilisitas yang tinggi. yang tinggi. Sistem elektron phi (π) senyawa kalkon Analisis retrosintesis pada terdelokalisasi sepenuhnya pada kedua struktur trans-1,3-difenil-2-propen-1- cincin aromatik [1]. on diawali dengan interkonversi gugus Senyawa jenis kalkon memiliki fungsi yang menghasilkan senyawa 2’,4’- β-hiroksikarbonil (aldol). Diskoneksi dari ikatan α,β-jenuh dari β-hiroksikarbonil beragam bioaktivitas seperti dihidroksi-5’,6’-dimetoksikalkon Cryptocarya costata yang bersifat menghasilkan sinton-sinton yang antikanker (IC50 5,7 𝜇M) [2] dan ekuivalen 2’,4’,4-trihidroksi-3’-prenilkalkon dari benzaldehida. Artocarpus dihasilkan adalah reaksi kondensasi lowii yang bersifat antioksidan (IC50 0,03 mM) [3]. senyawa metabolit diperlukan Oleh yang karena memudahkan dalam modifikasi struktur [4] Sebelumnya, senyawa trans-1,3- itu, difenil-2-propen-1-on telah berhasil disintesis dengan katalis H2SO4 (54%) merujuk pada struktur senyawa bahan dan NaOH (45%) di bawah kondisi alam, yang mana jalur sintesisnya refluks dirancang melalui analisis retrosintesis. masih terlalu rendah, khususnya untuk Metode hasil dari katalis basa. sintesis sintetis yang yang relatif mampu :O: [5]. Namun, rendamennya : Analisis : senyawa sintesis Jalur kombinatorial kelompok senyawa kalkon di alam kecil. dan ini mengunakan pendekatan kimia sekunder menyebabkan ketersediaan sangat asetofenon Claisen-Schmidt (Gambar 1). Reaksi Keterbatasan organisme dalam memproduksi dengan :O: : OH IGF β-hiroksikarbonil Trans-1,3-difenil-2-propen-1-on : :O: + - CH3 :O: : OH :O: H : CH2 + Sinton karbanion Asetofenon Sinton karbokation Benzaldehida Sintesis : :O: : O: H CH3 Katalis + Asetofenon :O: -H2O Benzaldehida Trans-1,3-difenil-2-propen-1-on Gambar 1. Rancang bangun molekul senyawa trans-1,3-difenil-2-propen-1-on. 2|Page Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN METODE PENELITIAN 1. Sintesis Menggunakan Katalis Basa Asetofenon benzaldehida Jika ditinjau dari kekuatan basa maka masing-masing sebanyak 0,01 mol urutannya adalah -H < -OH < -OCH3, dilarutkan ke dalam 40 mL etanol. sedangkan rendamen untuk katalis Campuran dalam NaOH dan NaOCH3 (Tabel 1) tidak icebath dan ditambahkan 0,005 mol sesuai dengan urutan kekuatan basa NaOH sambil diaduk selama 30 menit. keduanya. Selain sebagai basa kuat, Pengadukan dilanjutkan selama 2 jam anion pada yang nukleofilisitas yang tinggi sehingga diperoleh direkristalisasi dari pelarut diduga terjadi serangan terhadap gugus etanol-akuades [6]. Prosedur diulangi karbonil yang berkompetisi dengan dengan katalis NaOCH3 dan NaH. deprotonasi hidrogen alfa (Gambar 2). 2. dan didinginkan suhu kamar. di Kristal Sintesis Menggunakan Katalis metoksida juga memiliki Serangan tersebut mengkonversi gugus aldehida pada reaktan menjadi gugus Asam Asetofenon dan benzaldehida masing-masing sebanyak 0,01 mol dilarutkan ke dalam 15 mL metanol. ester. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan rendamen senyawa target. Campuran diaduk pada suhu 60 oC di Tabel 1. Hasil sintesis mengunakan katalis basa (28 oC, 2 jam) bawah kondisi refluks selama 3 jam, No. Katalis Rendamen t.l. (oC) lalu ditambahkan 0,02 mol H2SO4. 1 NaOH 50,62% 53 – 55 Hasil lalu 2 NaOCH3 13,06% 53 – 54 dinetralkan dengan NaHCO3(aq) 5%, 3 NaH 12,85% 53 – 55 refluks dicuci dengan dievaporasi, 2 × 15 mL akuades, dan dipartisi dengan 3 × 25 mL etil Rendamen terkecil ditunjukkan asetat. Lapisan organik dikumpulkan, oleh hasil dari katalis NaH sebagai basa dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, paling lemah dari ketiganya. Hal ini lalu dievaporasi. Residu difraksinasi disebabkan anion hidrida telah terlebih KKG dengan eluen n-heksana : CH2Cl2 dahulu terkonversi menjadi gas H2 : CHCl3 (9 : 2 : 1). Kristal yang sebelum sempat menjalankan perannya terbentuk direkristalisasi dari pelarut sebagai deprotonator hidrogen alfa. etanol-akuades [5]. Dengan demikian, peran anion hidrida HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sintesis Menggunakan Katalis digantikan oleh anion etoksida yang terbentuk dari reaksi antara anion hidrida dengan etanol. Kekuatan basa Basa Pada tahap ini digunakan 3 jenis antara anion etoksida dan metoksida NaOH, NaOCH3, dan hampir sama. Hal ini menyebabkan NaH. Perbandingan yang digunakan rendamen antara katalis NaH dan antara katalis dan substrat adalah 1 : 2. NaOCH3 selisihnya sangat kecil. katalis basa 3|Page Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN : :O: :O: : : : OCH3 : : : : H :O: OCH3 OCH3 H H: Benzaldehida Metil benzoat Gambar 2. Serangan anion metoksida ke gugus karbonil benzaldehida. Pada sintesis senyawa Mekanisme target reaksi kondensasi juga aldol terkatalisis basa (Gambar 4) memberikan produk samping yang dimulai dari deprotonasi hidrogen alfa berupa benzaldehida dalam bentuk oleh katalis basa, dilanjutkan dengan teroksidasi Hasil serangan ion enolat terhadap gugus reaksi karbonil menggunakan samping katalis dan ini NaOH tereduksi. berasal disproporsionasi dari benzaldehida benzaldehida membentuk sistem aldol. Reaksi diakhiri dengan oleh pelepasan molekul H2O [7]. NaOH yang dikenal sebagai reaksi Cannizaro (Gambar 3). : :O : : O: :O : :OH : : H H : : H : O: OH + : :OH Asam benzoat Benzaldehida + HO H H : : : : : : O :O : : :OH Fenil metanol Gambar 3. Mekanisme reaksi Cannizaro :O: : O: : O: - + : B- CH2 -BH : CH2 + H H Asetofenon Benzaldehida Ion enolat : OH : O: B : O :- : : : O: H - H : : -H2O - -: B B: : O: Trans-1,3-difenil-2-propen-1-on Gambar 4. Mekanisme reaksi kondensasi Claisen-Schmidt terkatalisis basa. 4|Page Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 2. Sintesis UNIVERSITAS HASANUDDIN Menggunakan Rendamen untuk katalis asam Katalis Asam jauh lebih rendah dibandingkan katalis Pada tahap ini hanya digunakan basa (Tabel 2) dan diduga telah terjadi satu jenis katalis yaitu H2SO4 yang reaksi samping berupa pembentukan ditambahkan secara berlebih. Proses asetal. Metanol dalam hal ini bertindak reaksi dilakukan pada suhu yang lebih sebagai nukleofil tinggi di bawah kondisi refluks. Hal ini gugus karbonil benzaldehida maupun dikarenakan katalis asam diduga tidak asetofenon dengan bantuan katalis mampu mengkatalisis proses dehidrasi asam (Gambar 6), namun peluang tanpa sebab terbentuknya asetal pada asetofenon terhalang oleh adanya ikatan hidrogen lebih kecil daripada benzaldehida. Hal intramolekul aldol ini dikarenakan molekul asetofenon (Gambar 5). Adanya pemanasan dapat memberikan halangan sterik yang lebih memecah ikatan hidrogen tersebut. besar dibandingkan benzaldehida. bantuan pemanasan pada Tabel 2. Hasil sintesis mengunakan katalis asam (60 oC, 3 jam) : H sistem :O : yang menyerang O: No. Katalis Rendamen t.l. (oC) 1 H2SO4 4,17% 55 – 57 Gambar 5. Ikatan hidrogen intra molekul aldol : : OH +OH : : + HO H C C R R CH3 C R = H (Benzaldehida) R = CH3 (Asetofenon) R : OH H C :OCH3 +OCH3 : : R : : : : H3C OH R R C C : : + OH2 : H - H2O : + OCH3 : : OCH3 C H+ :OCH3 -H+ -H Hemiasetal :OCH3 C R + : : + H3CO R : OCH3 : : :O : Asetal Gambar 6. Mekanisme reaksi pembentukan asetal dari benzaldehida dan asetofenon Pada reaksi kondensasi aldol menyerang gugus karbonil teraktivasi. terkatalisis asam (Gambar 7), asam Tahapan dehidrasi juga terjadi melalui berperan mengkatalisis tautomerisasi pembentukan molekul enol Protonasi keto-enol pada molekul asetofenon.. berikutnya terjadi pada gugus –OH dari Selain itu, asam juga mengaktivasi C sp3 enol dimana atom –OH pada gugus karbonil benzaldehida sehingga posisi tersebut memberikan kerapatan lebih serangan elektron yang lebih besar dibandingkan nukleofil. Molekul enol yang terbentuk pada C sp2 akibat perbedaan persentase bertindak orbital s pada kedua orbital hibrid [7]. reaktif 5|Page terhadap sebagai nukleofil yang Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN : + OH + H CH3 (i) : OH : : O: CH2 + -H CH2 H Enol Asetofenon : OH + H H+ H (ii) : : + OH : O: H Benzaldehida CH2 (iii) + H :O: : OH : OH + -H+ : OH : : : O: : :OH : : : H :O + OH + H (iv) H Aldol -H : OH + OH2 : : H : : :O + :OH + H Enol + -H3O : : O: Trans-1,3-difenil-2-propen-1-on Gambar 7. Mekanisme reaksi kondensasi Claisen-Schmidt terkatalisis asam. 3. Perbandingan Antara Reaksi Terkatalisis Asam dan Basa Perbedaan antara reaksi terkatalisis dihasilkan adalah enol sedangkan pada asam dan basa untuk reaksi kondensasi reaksi terkatalisis basa adalah ion Claisen-Schmidt enolat. Nukleofil dalam bentuk yang terletak pada pembentukan nukleofil. Pada reaksi bermuatan terkatalisis yang 6|Page asam, nukleofil yang lebih memiliki nukleofilisitas tinggi dibandingkan Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 molekul UNIVERSITAS HASANUDDIN netral [8]. Berdasarkan kinetika reaksi, tahapan pembentukan nukleofil pada reaksi Ikatan inilah yang menjadi indikator pembentukan senyawa target. kondensasi Berdasarkan Claisen-Schmidt memiliki laju reaksi (Gambar paling lambat namun menjadi penentu ditunjukkan reaksi tersebut [9]. 1571,99 Perbedaan reaksi lainnya terkatalisis yakni asam spektrum 8), ikatan pada cm-1 FTIR tersebut daerah (C=C serapan olefin) yang pada dipertegas dengan kemunculan serapan terjadi pada daerah 975,98 cm-1 (geometri 13 pengaktifan gugus karbonil sehingga trans). Adapun untuk data meningkatkan gugus (Gambar 9) terdapat 2 sinyal yakni δ tersebut sebagai elektrofil. Hal ini tidak 122,14 & 144,88 ppm yang merupakan ditemukan pada reaksi terkatalisis basa sepasang atom karbon dari ikatan Jadi secara mekanisme reaksi, katalis α,β-tak jenuh. Data 1H-NMR (Gambar basa 10) reaktivitas bertindak nukleofil sebagai sedangkan aktivator katalis asam sebagai aktivator elektrofil. reaksi target kondensasi semakin mempertegas keberadaan ikatan tersebut dengan munculnya sinyal-sinyal pada daerah δ 7,83 ppm (1H, d, Hβ, J = 15,7 Hz) 4. Elusidasi Struktur Senyawa juga C-NMR diperoleh antara dari molekul asetofenon dengan benzaldehida yang disertai dengan pembentukan ikatan dan δ 7,55 ppm (1H, d, Hα, J = 15,7 Hz) untuk sepasang proton trans vinilik. Data selengkapnya berada pada Tabel 3. baru yang disebut ikatan α,β-tak jenuh. Gambar 8. Spektrum FTIR senyawa hasil sintesis. 7|Page Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN Gambar 9. Spektrum 13C-NMR senyawa hasil sintesis (125 MHz, pelarut CDCl3). Gambar 10. Spektrum 1H-NMR senyawa hasil sintesis (500 MHz, pelarut CDCl3). Tabel 3. Data FTIR, 13C-NMR, dan 1H-NMR serta struktur senyawa target No. υ cm-1 δC ppm δH ppm (multiplisitas, J Hz) α 1571,99 & 975,98 1658,78 748,36 & 860,25 122,14 7,55 (d, 15,7) 144,88 7,83 (d, 15,7) 190,55 138,26 - β C=O 1 1’ Struktur Senyawa Target :O : 134,94 - 8|Page 1598,99 & 3028,31 129,02 128,52 128,69 128,57 132,85 130,61 8,04 (m) 7,65 (m) 7,51 (m) 7,41 (m) 7,59 (m) 7,42 ( m) 2' 1 3 1' A 2 4 2 2’ 3 3’ 4 4’ 2 3 3' B 2' 4' 3' Dermawan et al. (2015) 12 Desember 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN NaH > H2SO4. Hal ini disebabkan KESIMPULAN Berdasarkan data rendamen dari bahwa katalis basa mengaktivasi ion sintesis trans-1,3-difenil-2-propen-1-on enolat sebagai nukleofil yang memiliki menunjukkan bahwa katalis basa jauh nukleofilisitas yang lebih tinggi lebih dibandingkan enol dari reaksi efektif dalam mengkatalisis terjadinya reaksi kondensasi Claisen- terkatalisis asam yang menjadi penentu Schmidt dibandingkan katalis asam reaksi kondensasi Claisen-Schmidt. dengan urutan NaOH > NaOCH3 > REFERENSI 1. Rahman, M. A., 2011, Chalcone: A Valuable Insight into the Recent Advances and Potential Pharmacological Activities, Chemical Sciences Journal, 1-16. 2. Usman, H., Hakim, E. H., Harlim, T., Jalaluddin, M. N., Syah, Y. M., Achmad, S. A., and Takayama, H., 2005, Cytotoxic Chalcones and Flavanones from Tree Bark of Cryptocarya costata, Verlag der Zeitschrift fur Naturfoschung, 184-188. 3. Jamil, S., Sirat, H. M., Jantan, I., Aimi, N., and Kitajima, M., 2008, A New Prenylated Dihydrochalcone from The Leaves of Artocarpus lowii, J. Nat. Med., 62, (2008), 321-324. 4. Eryanti, Y., Zamri, A., Jasril, dan Rahmita, 2010, Sintesis Turunan 2’hidroksikalkon melalui Kondensasi Claisen-Schmidt dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antimikroba, Jurnal Natur Indonesia, 12, (2), 223-227. 5. Sultan, A., Raza, A. R., Abbas, M., Khan, K. M., Tahir, M. N., and Saari, N., 2013, Evaluation of Silica-H2SO4 as an Efficient Heterogeneous Catalyst for the Synthesis of Chalcones, Int. J. Mol. Sci., (18), 10081-10094. 6. Syam, S., Abdelwahab, S. I., Mamary, M. A. A., and Mohan, S., 2012, Synthesis of Chalcone with Anticancer Activities, Int. J. Mol. Sci., (17), 6179-6195. 7. Singh, S., Sharma, P. K., Kumar, N., and Dudhe, R., 2011, A Review on a Versatile Molecule: Chalcone, Asian J. Pharm. Biol. Res., 1, (3), 412-418. 8. Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Suminar Setiadi Achmad, Erlangga, Jakarta. 9. Norman, R O. C., 1978, Principles of Organic Synthesis 2nd edition, Chapman and Hall, London. 9|Page Dermawan et al. (2015)