BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah tersebar dari ujung barat hingga ujung timur. Hal ini menjadi peluang ladang investasi yang sangat menguntungkan khususnya dibidang sumber daya mineral pertambangan. Akan tetapi aktivitas perusahaan terkadang membawa dampak negative langsung terhadap kehidupan masyarakat disekitar wilayah pertambangan. Pencemaran lingkungan, masalah air bersih, penyakit menular dan pemanasan global adalah masalah-masalah klasik pertambangan. Bahkan dampak negatif tersebut menjadi suatu kecenderungan isu Internasional yang kerap kali dipermasalahkan dalam berbagai forum Internasional. Untuk itulah diperlukan tindak lanjut dari perusahaan perusahaan terkait sebagai bentuk pertanggung jawaban atas hal-hal tersebut. Dalam konteks pembangunan di era globalisasi saat ini, perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab pemaksimalan profit saja, melainkan juga bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya. Hal ini dikarenakan pencapaian profit tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan aspek terkait lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan (Rudito, Budimanta dan Prasetijo, 2004). Perusahaan pertambangan pada umumnya menghadapi isu-isu sosial yang sulit dalam melakukan operasi, serta masalah lingkungan yang keras yang secara teknis sulit untuk diselesaikan (Hevina S. Dashwood, 2013). Cukup banyak kasus yang muncul akibat perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya. Misalnya saja, PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, Newmont Minahasa Raya di Buyat, Sulawesi dan PT. Freeport di Irian Jaya. Pada kasus Pencemaran Teluk Buyat terjadi pembuangan tailing ke dasar laut yang mengakibatkan laut menjadi tercemar sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal. Akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) ini tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional (Leimona dan Fauzi, 2008). Dengan kata lain kurangnya perhatian perusahaan terhadap lingkungan dan sosial di sekitarnya akan memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah dapat berbalik menjadi kerugian yang berlipat. Di Indonesia hampir 70% kerusakan lingkungan disebabkan oleh perusahaan pertambangan (Bangkapos.com, 28 September 2012). Oleh karena itu, tanggung jawab perusahaan terhadap masalah pengelolaan lingkungan dan sosial menjadi sangat penting. Tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan aspek penting yang harus dilakukan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. CSR dapat diartikan sebagai suatu tindakan/kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan sosial di sekitar wilayah aktivitas perusahaan itu berada. Di Indonesia sendiri, penerapan CSR ini bukanlah hal yang baru. Perusahaan-perusahaan dengan investasi dalam jumlah yang besar dan jangka waktu yang panjang memiliki kesadaran CSR yang tinggi agar perusahaan mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat untuk beroperasi dalam jangka panjang (Jalal, 2007). Kesadaran perusahaan untuk melakukan CSR juga disebabkan oleh adanya peraturan yang mengatur kebijakan perusahaan dalam melaksanakan CSR. Pelaksanaan CSR diatur dalam peraturan perundang-undangan,yaitu dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada pasal 74 dijelaskan bahwa CSR wajib dilakukan oleh perusahaan yang beroperasi dibidang eksplorasi sumber daya alam seperti perusahaan pertambangan dan manufaktur. CSR ini kemudian akan di ungkapkan oleh perusahaan dalam setiap laporan tahunannya, yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan sebagai wujud tanggung jawab dan sikap kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Di Indonesia, masih banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan pelaksanaan CSR secara memadai. Perusahaan pertambangan merupakan perusahan dengan kegiatan eksplorasi sumber daya alam sehingga wajib melakukan CSR, akan tetapi perusahaan ini belum mengungkapkan pelaksanaan CSR-nya secara memadai. Menurut Menpera (Menteri Perumahan Rakyat) Djan Faridz dalam suatu wawancara menyatakan bahwa penggunaan dana CSR perusahaan tambang saat ini sering tidak fokus dalam menempatkan sasaran. Untuk itu, diperlukan sosialisasi agar dana CSR yang telah digunakan dapat diketahui memang untuk kebutuhan masyarakat sekitar atau tidak. Menurut Faridz, walaupun setiap perusahaan pertambangan memiliki program CSR tetapi sejauh mana luas pengungkapan dari pelaksanaan CSR tersebut masih kurang dipahami oleh perusahaan tambang di Indonesia (Detik Finance, Februari 2012). Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia di dukung dengan adanya aturan pemerintah . Undang-undang Perseroan Terbatas Nomer 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat 2 bagian (c) menyebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kewajiban pengungkapan CSR juga diatur dalam undang-undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 bagian (b), pasal 17, dan pasal 34 yang mengatur bahwa setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggung jawab sosial. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan didukung pula oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (sebagai pengganti Bapepem LK) No.X.K.6 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Berbagai penelitian mengenai mekanisme yang mempengaruhi pengungkapan CSR di perusahaan sudah pernah dilakukan, diantaranya oleh: (Oktariani dan Mimba, 2014), (Oktariani, 2013), (Amalia, 2013), (Karina dan Yuyetta, 2013) dan (Setyarini dan Paramitha, 2011). Variabel yang diteliti adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, hutang, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan tanggung jawab lingkungan. Tetapi hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa faktor yang masih tidak konsisten terhadap pengungkapan CSR. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian kembali terhadap beberapa variabel seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan profitabilitas. Studi dilakukan pada perusahaan-perusahaan pertambangan, alasannya karena perusahaan pertambangan lebih banyak memiliki pengaruh atau dampak terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2014” 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? b. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? c. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? d. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? e. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? f. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? g. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? h. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? i. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan CSR. 2. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan CSR. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan CSR. 4. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR. 5. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR. 6. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan CSR. 7. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR. 8. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR. 9. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan CSR. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak perusahaan untuk semakin terdorong dalam pengungkapan tanggung jawab sosial di dalam laporan keuangan. 2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-lembaga penyusun standar akuntansi keuangan dalam meningkatkan kualitas standar dan peraturan tentang pengungkapan CSR. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi shareholder maupun seluruh stakeholder tentang bagaimana pengaruh struktur kepemilikan, profitabilitas, leverage, likuiditas, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan umur perusahaan terhadap pengungkapan CSR yang dapat memberikan gambaran kondisi dan potensi perusahaan melalui legitimasi perusahaan. 4. Sebagai bahan referensi atau acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan landasan teori, penelitian terdahulu, hipotesis penelitian, dan kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini akan menguraikan metode penelitian yang berisi tentang populasi dan sampel, jenis dan sumber data, variabel-variabel penelitian, dan analisis data. Bab IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan data khusus yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan yang telah ditentukan berdasarkan alat dan langkah analisis sehingga akan membawa ke tujuan dan sasaran penelitian. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan memuat secara singkat mengenai kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang ditujukan pada berbagai pihak