Muhammad Faizal Dzikri | 721 PENERAPAN MODEL THINK PAIR AND SHARE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS Oleh Muhammad Faizal Dzikri [email protected] Eunice Widyanti Setyaningtyas [email protected] Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Klepu 01 Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2017/2018 setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dengan berbantuan media gambar. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klepu 01 yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas sebesar 72,89% pada siklus I menjadi 89,48% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dengan berbantuan media gambar dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Klepu 01 Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan tindakan dalam penelitian pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Klepu 01, nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal sebelum menggunakan model pembelajaran skor rata-rata hanya mencapai 66,67. Sedangkan yang tuntas ada 12 siswa atau 44,45% dan yang tidak tuntas ada 15 siswa atau 55,55% dengan KKM yang sudah ditentukan yaitu 70. Hal itu disebabkan cara mengajar guru hanya dengan metode ceramah dan tidak menggunakan alat peraga sehingga siswa merasa bosan dan pasif. Hal tersebut berdampak pada nilai siswa rendah. Berdasarkan pada situasi ini maka direncanakan dilakukan tindakan untuk memperbaiki ketuntasan hasil belajar siswa. Setelah menyusun perencanaan, maka ditentukan untuk menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share dengan menggunakan media gambar demi memperbaiki hasil belajar siswa. Setelah diberi tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 15 siswa dengan persentase 56% dan yang tidak tuntas 12 siswa dengan persentase 44%. Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah diberi tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan yang dicapai belum sesuai harapan yang hendak dicapai, maka direncanakan untuk dilakukan perbaikanperbaikan pada tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 25 siswa dengan persentase 92,59%. Siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 15 siswa 722 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 dengan persentase 55,55%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami penurunan menjadi 12 siswa dengan persentase 44% atau terjadi penurunan 12% setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi penurunan lagi mengalami penurunan menjadi 2 siswa dengan persentase 7,40% atau terjadi penurunan 37%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair And Share, Media Gambar, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang secara pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Pendidikan adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam lembaga formal untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan dan kecakapan ini perlu dilakukan terutama dengan mediasi proses pembelajaran sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa adalah mata pelajaran IPS. Pembelajaran merupakan salah satu aspek yang terdapat di dalam Pendidikan. Pembelajaran adalah suatu proses penyampaian informasi oleh narasumber yang kemudian di pelajari dan diserap oleh peserta didik. Suatu proses pembelajaran pasti ada kendala yang ditemukan, untuk mengatasi masalah itu perlu adanya berbagai tindakan dan kegiatan yang harus disiapkan oleh guru. Misalnya dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan dilakukannya hal tersebut maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung menarik dan tujuan pembelajaran akan tercapai serta hasil belajar meningkat. Maka dari itu pembelajaran memerlukan model pembelajaran kooperatif yang menarik agar siswa aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar dan tidak hanya terpaku kepada guru saja. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemikiran yang tinggi dalam hal ini kritis, mata pelajaran ini semakin tinggi kelasnya, semakin sulit materinya dan bagi siswa yangkurang menyukai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan sesuatu yang kurang menarik. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu yang harus dipelajari oleh siswa di dalam Sekolah Dasar. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial termasuk mata pelajaran yang di UN-kan (ujian akhir nasional) oleh pemerintah. Hal ini berarti mata pelajaran IPS sangat penting sebagai syarat kelulusan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah selanjutnya. Maka dari itu, mata pelajaran ini perlu dikembangkan lebih dalam lagi dengan model pembelajaran yang tepat agar siswa lebih cepat mengerti. Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogamkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar ada beberapa komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu: bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber Muhammad Faizal Dzikri | 723 belajar, serta guru. Sehinga satu komponen atau lebih komponen melemah dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal. Media dan sumber belajar yang di gunakan dalam pembelajaran di pilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah di tetapkan. Disamping itu guru harus bisa menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga anak dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang di berikan oleh guru. Sering kali seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang memperhatikan pendekatan, strategi dan model apa yang sesuai yang harus disajikan dalam satu materi atau satu pokok bahasan. Dalam tugas menggajarnya guru senantiasa harus memahami fungsi-fungsi mengajar sehingga dengan demikian dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Namun demikian sampai saat ini hasilnya masih belum cukup memuaskan. Salah satu cara yang dapat digunakan sebagai alternatif guru dalam mengajar yakni dengan menggunakan berbagai macam model mengajar. Model yang dapat di gunakan dalam setiap kegiatan pembelajaran itu sangat banyak. Seperti contoh model Think Pair and Share (TPS), model think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share (TPS) adalah sebuah metode yang sederhana, tetapi sangat berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran didepan kelas, siswa duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan dikelas. Lalu, siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, guru meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa dikelas. Seperti namanya Thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Selanjutnya Pairing, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Selanjutnya Sharing, kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. SD Negeri Klepu 01 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ada beberapa peserta didik yang tidak bisa karena banyaknya materi IPS. Guru menggunakan metode ceramah dan menjelaskan materi selama 10 menit ada siswa yang mengantuk saat guru menjelaskan, lalu guru menggunakan metode diskusi selama 5 menit untuk siswa memperdalam materi. Pada proses pembelajaran tersebut masih banyak siswa yang pasif. Setelah itu guru menggunakan metode penugasan tetapi pada saat siswa mengerjakan tugas ada beberapa siswa yang berbicara sendiri. Dari wawancara dengan guru bahwa rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPS pada tes terakhir adalah 66,67. Itu artinya hasil belajar tersebut berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang seharusnya mencapai 70. Di SD Negeri Klepu 01 ini masih banyak kekurangan dalam model yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan guru cenderung pada model pembelajaran konvensional (ceramah) sedangkan yang diinginkan siswa adalah metode pembelajaran kooperatif sehingga siswa mendapat kesempatan untuk menunjukkan partisipasi di dalam kelas, sehingga partisipasi siswa dalam kelas optimal. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share sangat cocok seperti apa yang diinginkan oleh siswa. Think Pair and Share merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk 724 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 mengungkapkan gagasannya di dalam kelas dan peran guru juga berubah yaitu sebagai fasilitator. Dengan model pembelajaran Think Pair and Share siswa akan menjadi mandiri dan siswa diajarkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wibawa (2012), Lestary Dwi (2013) menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS pada kelas V dan kelas IV. Kemudian penelitian dengan media gambar dilakukan oleh Mijil Widianingtyas (2013) juga menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS. Rumusan Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peranan tokoh perjuangan dan mempersiapkan kemerdekaan indonesia dalam pembelajaran IPS? Dan Apakah model pembelajaran Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa di kelas V mata pelajaran IPS?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah 1). Untuk mendeskripsikan dampak model pembelajaran TPS terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia di kelas V semester II SD Negeri Klepu 01. 2). Untuk mendeskripsikan dampak penggunaan media gambar terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia di kelas V semester II SD Negeri Klepu 01. 3). Untuk memberikan layanan yang bermutu bagi siswa. KAJIAN PUSTAKA Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Model pembelajaran Think Pair and Share dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila tidak sesuai. Bagi siswa agar siswa benarbenar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya. Tipe Think Pair and Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali metode ini diperkenalkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997) (di dalam buku Hamdayana), menyatakan bahwa Think Pair and Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Iru dan Arihi, 2012:60). Hamdayana (2014:202) menyimpulkan bahwa model tipe TPS ini terdiri atas 5 langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu : Think, Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Pair, Muhammad Faizal Dzikri | 725 Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah tempat mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama. Share, Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Berdasarkan kajian pustaka tersebut diatas, Pembelajaran IPS dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab serta penugasan dengan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran IPS tersebut terlihat membosankan, banyak siswa yang tidak mendengarkan, serta banyak siswa yang berbicara sendiri. Selama proses pembelajaran banyak siswa pasif. Alhasil pada saat guru melakukan evaluasi banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah atau dibawah KKM. Pembelajaran IPS di sekolah dasar akan berhasil dengan baik bila guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share dan memanfaatkan media pembelajaran berupa gambar, maka pembelajaran IPS akan menyenangkan dan hasil belajar siswa pun akan naik atau diatas rata-rata. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Klepu 01. Menurut Kunandar (2008) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk menigkatkan atau memperbaik mutu proses pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan 2 siklus menggunakan model Kemmis dan McTaggart yang masing-masing siklus meliputi perencanaan (pembuatan RPP,lembar observasi, lembar evaluasi), pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi. Berikut skema setiap siklus : Gambar 1 : Model spiral dari Kemiss dan Mc Taggart Sumber : Arikunto dan Suharsimi,(2006) 726 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 Drs. Zainal Arifin, M.Pd (2012:185) menarik kesimpulan sebagai berikut : Jenis variabel berdasarkan fungsinya di dalam penelitian dibedakan menjadi 3 yaitu variabel bebas (independent variabel), variabel terikat (dependent variabel), dan variabel perantara (intervening variabel). Variabel adalah suatu fenomena yang bervariasi atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. 1). Variabel bebas (X) Variabel bebas digunakan untuk memprediksi, yang oleh sebab itu disebut juga variabel prediktor. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu model pembelajaran Think Pair and Share (TPS). 2). Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang diprediksi, karena disebut variabel kriterium/kriteria. Pada penelitian varibel terikatnya yaitu hasil belajar. Teknik analisis data yang relevan dan yang diterapkan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Dengan teknik ini maka data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian akan disortir, dikelompokkan dan disederhanakan untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk prosentase atau tabel distribusi. Dari situ kemudian dilakukan penafsiran dan pemaknaan secara kualitatif dalam bentuk seperti, tinggi-rendah, tuntas-tidak tuntas, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat di analisis ketuntasan hasil belajarnya melalui 2 cara yaitu Ketuntasan Individual dan Klasikal. Ketuntasan individual dalam penelitian ini menggunakan atau berpatokan pada nilai KKM pada SDN Klepu 01 pada mata pelajaran IPS kelas V yaitu 70. Individual dikatakan tuntas jika mencapai nilai KKM pada mata pelajaran IPS. Suatu pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal jika jumlah peserta didik yang tuntas untuk pembelajaran tersebut adalah 90%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklusyaitu siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Juni 2017, kemudian pertemuan kedua dilaksanakan hari Sabtu, 3 Juni 2017, dan pertemuan ketiga dilaksanakan hari Senin, 12 Juni 2017. Pada siklus I, setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif yang dilakukan pada pertemuan ke 3 pada akhir siklus I, siswa telah mengerjakan tes formatif sesuai dengan materi yang telah diterima pada pertemuan 1 dan 2. Soal yang dikerjakan siswa adalah 25 soal. Adapun hasil belajar dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Muhammad Faizal Dzikri | 727 Tabel 1 : Hasil Belajar IPS kelas V Siklus I No. Skor Frekuensi Persentase 1. 41-50 2 7,40% 2. 51-60 5 18,51% 3. 61-70 5 18,51% 4. 71-80 3 11,11% 5. 81-90 9 33,33% 6. 91-100 3 11,11% Jumlah 27 100% Nilai rata-rata 72,89 Nilai Tertinggi 92 Nilai Terendah 48 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Dapat di lihat dari tabel 1 hasil evaluasi mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan jasa dan peranan para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia menunjukkan pembelajaran yang dilakukan sudah efektif namun masih belum tuntas, karena masih ada 12 siswa yang nilainya masih di bawah KKM dan menyebabkan Indikator kerja belum tercapai karena masih < 90% yaitu 56%. Diketahui pada skor nilai antara 41-50 frekuensinya ada 2 dengan persentase 7,40%, 51-60 frekuensinya ada 5 dengan persentase 18,51%, 61-70 frekuensinya 5 dengan persentase 18,51%, dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas, dan 71-80 frekuensinya ada 3 dengan persentase 11,11%, 81-90 frekuensinya ada 9 dengan persentase 33,33%, 91-100 frekuensinya ada 3 dengan persentase 11,11% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas. Nilai rata-rata yaitu 72,89. Pada siklus I siswa juga masih memiliki kekurangan yaitu siswa kurang mengeksplorasi sumber bacaan solusi guru harus membimbing siswa untuk menggunakan sumber bacaan lain tidak harus dari penjelasan guru tetapi bisa meminjam buku di perpustakaan dan dari buku paket yang sudah disediakan sekolah. Pada saat membentuk membentuk kelompok peserta didik masih pilih kasih dalam membentuk kelompok sehingga siswa laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. Solusinya guru harus turun tangan dalam hal membentuk kelompok dan guru harus memasukkan siswa yang pandai agar siswa yang tidak tidak paham mengenai pembelajaran bisa dibimbing oleh siswa yang pandai. Dalam hal pengamatan seperti guru menyuruh siswa untuk mengamati video siswa masih ada yang berbicara sendiri dan ada yang mengantuk saat melihat video. Solusinya guru menyuruh siswa untuk mencatat hal-hal penting yang terkandung pada video tersebut agar siswa tidak mengantuk dan berbicara sendiri. Dengan demikian diperlukan siklus 2 untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kegiatan siklus 2 diharapkan dapat mengatasi kekurangan dan masalah yang dihadapi pada siklus 1. Sehingga pada siklus 2 ini diharapkan dapat tercapai keberhasilan dan peningkatan hasil belajar. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sama dengan siklus I dilakukan selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa , 13 Juni 2017, kemudian pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu, 14 Juni 2017, dan 728 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 pertemuan ketiga dilaksanakan hari Kamis, 15 Juni 2017. Pada siklus II, setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun hasil dari tes siklus II dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 : Hasil Belajar IPS kelas V IPS siklus II No. Skor Frekuensi Persentase 1. 41-50 0 0 2. 51-60 0 0 3. 61-70 2 2% 4. 71-80 4 4% 5. 81-90 6 6% 6. 91-100 15 15% Jumlah 27 100% Rata-rata 89,48 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 64 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Adapun data hasil belajar IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dengan berbantuan media gambar dari tabel 2 dapat dilihat indikator kerja sudah tercapai yaitu sebesar 92,59% karena dari 27 siswa hanya ada dua siswa yang mendapatkan nilai <70. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM >70) dapat diketahui ada 2 siswa yang belum tuntas dan nilai yang diperolehnya antara 61-70, karena siswa tersebut pada saat guru menjelaskan tidak memperhatikan dan berbicara sendiri dengan temannya dan apabila pada berdiskusi siswa tersebut tidak ikut berdiskusi. Ada 4 siswa yang memperoleh nilai antara 71-80 siswa , 6 siswa yang memperoleh nilai antara 8190, dan ada 15 siswa yang memperoleh nilai tertinggi yaitu antara 91-100. Karena yang sudah tuntas ada 25 siswa dengan persentase 92,59% berarti indikator kerja sudah tuntas karena jumlah ketuntasan sudah >90. Analisis data kuantitatif dan deskriptif yang berasal dari hasil belajar mata pelajaran IPS siswa saat sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II. Perbandingan aktifitas siswa, aktifitas guru, lembar kerja siswa, dan nilai siswa kelas 5 saat sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diketahui bahwa dari hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 saat sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan berbantuan media gambar maka peneliti mengambil nilai ulangan pada semester I dengan jumlah 27 siswa dan membandingkannya dengan hasil tes evaluasi yang diberikan pada akhir siklus I dan siklus II. Berikut tabel hasil belajar mata pelajaran IPS dari pra tindakan, siklus I dan siklus II. Muhammad Faizal Dzikri | 729 Tabel 3 : Perbandingan Hasil Belajar IPS Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No. Ketuntasan Nilai Pra Tindakan Siklus I Siklus II Belajar Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. 2. Tuntas >70 12 44,54% 15 56% 25 93 Belum <70 15 55,55% 12 44% 2 7,40 Tuntas Jumlah 27 100% 27 100 27 100 Rata-rata 66,67 72,89 89,48 Nilai Tertinggi 90 92 100 Nilai Terendah 42 48 64 Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Berdasarkan tabel 3 perbandingan hasil pembelajaran dapat dijelaskan bahwa pada pra tindakan dengan jumlah 27 siswa ada 15 siswa (55,55%) yang belum tuntas karena mendapat nilai di bawah KKM yaitu < 70, sedangkan ada 12 siswa (44,54%) sudah tuntas karena mendapat nilai di atas KKM yaitu 2 70. Nilai rata-rata kelas masih 66,67. Nilai tertinggi yang dicapai sebesar 90 dan nilai terendahnya yaitu 42. Pada evaluasi Siklus I terlihat hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup bagus bila dibandingkan dengan pra tindakan. Jumlah siswa yang belum tuntas menurun dari jumlah semula,15 siswa menjadi 12 siswa atau 44% yang belum tuntas atau nilai belum mencapai KKM (KKM < 70). Siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa atau 56%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat dari 66,67 menjadi 72,89. Perolehan nilai tertinggi mengalami peningkatan yaitu menjadi 92, nilai terendah mengalami peningkatan dengan nilai 48. Dalam siklus I ini indikator kerja belum tercapai karena masih > 90%, yaitu sebesar 56% dan masih ada 12 siswa yang belum tuntas. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan siklus II agar indikator kerja siswa pada hasil belajar mata pelajaran IPS dapat tercapai yaitu > 90%. Dalam siklus II nilai terendah yang diperoleh siswa meningkat menjadi 64 dan nilai tertinggi adalah 100. Jumlah siswa yang belum tuntas menurun dari 12 siswa menjadi 2 siswa atau 7,40% saja yang belum tuntas atau nilai belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Dan jumlah yang sudah tuntas berubah menjadi 25 siswa atau 93%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat menjadi 89,48. Indikator kerja pun sudah tercapai karena sudah > 90% yaitu sebesar 92,59%. Proses pembelajaran sebelum penelitian dilakukan hanya memanfaatkan buku sebagai sumber belajar dan metode yang digunakan hanya ceramah, sehingga siswa merasa bosan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Hal yang menyebabkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 SD Negeri Klepu 01 masih rendah. Siswa yang mencapai KKM (KKM < 70) hanya 12 siswa atau 44,45% dan 15 siswa (55,55%) yang belum tuntas. Nilai rata—rata kelas masih 66,67. Nilai tertinggi yang dicapai sebesar 90 dan nilai terendahnya yaitu 42. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan berbantuan media gambar dapat di lihat dari hasil perolehan nilai Siklus I dan 2, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tersebut pada Siklus I memperoleh hasil nilai maksimal sebesar 92 dan nilai minimal 48. Dan siswa yang belum tuntas karena nilai belum mencapai KKM 730 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 menurun menjadi 12 siswa atau 44%. Begitu pula dengan siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa atau 56%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat dari 66,67 menjadi 72,89. Pada siklus I masih ditemukan beberapa kendala antara lain masih ada siswa yang kurang berminat dalam pembelajaran, masih ada siswa yang ramai sendiri pada waktu kegiatan diskusi berlangsung. Sedangkan pada Siklus II nilai terendah yang diperoleh siswa meningkat menjadi 64 dan nilai tertinggi adalah 100. Jumlah siswa yang belum tuntas menurun dari 12 siswa menjadi 2 siswa atau 7,40% saja yang belum tuntas atau nilai belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Dan jumlah yang sudah tuntas berubah menjadi 25 siswa atau 92,59%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat menjadi 89,48. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dirancang yaitu hasil belajar IPS siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share dengan menggunakan media gambar pada kelas V SDN Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini dengan demikian mendukung pernyataan Hamdayana TPS merupakan teknik suatu sederhana dengan keuntungan besar. TPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran, tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan berbeda-beda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Media gambar memiliki fungsi sebagai membantu memudahkan belajar bagi siswa dan memudahkan pengajaran guru, menarik perhatian siswa. Penggunaan model pembelajaran Think Pair and Share di kelas V sangat efektif karena membuat siswa lebih percaya serta aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dampak yang ditimbulkan sangat besar untuk siswa yang pasif dan siswa lainnya karena dapat membuat siswa yang pasif menjadi aktif dan berani menyampaikan pendapatnya. Dampak lain dari penggunaan model TPS ini yaitu siswa lebih mudah memahami materi IPS yang diajarkan oleh guru, Sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Jadi terbukti bahwa model pembelajaran Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD pada materi IPS. Pada proses Think yaitu siswa secara mandiri mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Soal tersebut termasuk pada pertanyaan yang menggali (Probing question) sehingga siswa memiliki pemikiran yang kritis caranya pada awal pembelajaran guru memberikan info berupa video tentang pahlawan, setelah siswa mendapat info guru memberikan suatu soal kepada siswa untuk dikerjakan sendiri disini siswa akan belajar untuk berpikir secara kritis dan logis ditambah lagi dengan guru memberikan waktu. Siswa akan mulai mencari tahu jawaban tersebut dengan alat bantu buku paket serta video yang ditayangkan tadi. Dengan alat bantu tersebut siswa dapat menemukan jawabannya. Pada proses Pair, siswa akan duduk berpasangan dan membandingkan jawaban mereka. Setelah siswa sudah mengungkapkan pendapatnya siswa bisa memperluas jawaban mereka dengan alat bantu yang disediakan oleh guru berupa Muhammad Faizal Dzikri | 731 buku paket, siswa dapat memperluas wawasan mereka mengenai pertanyaan yang diberikan oleh guru agar jawaban mereka berkualitas. Apabila sudah ditemukan jawaban bersama dengan teman sebangku maka siswa harus menyimpulkan jawabannya apabila jawaban pada saat proses Think ada yang berbeda bisa ditulis di LKS beserta kesimpulan dari jawaban saat diskusi dengan teman sebangku. Proses Share, pada tahap ini siswa akan mensharing jawaban mereka pada saat tahap pair ke dalam kelompok besar yang sudah ditentukan oleh guru. Pada tahap ini siswa akan memperoleh cara berkomunikasi yang baik, karena setelah tiap-tiap siswa mengungkapkan pendapat mereka maka mereka akan menyimpulkan kembali jawaban dari tiap-tiap siswa yang terdapat pada kelompok menjadi satu kesimpulan disini siswa akan dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan, sehingga siswa dapat belajar cara menyimpulkan yang benar. Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Pada saat guru menggunakan media gambar siswa merasa tertarik dan di buat penasaran karena media gambar berupa foto pahlawan. Pada saat itu siswa bingung kenapa di depan meja terdapat foto pahlawan setelah siswa melihat video yang ditampilkan guru, guru menyuruh siswa untuk menempelkan gambar pahlawan ke papan tulis semua siswa langsung antusias untuk menempelkan gambar. Efek yang ditimbulkan dari media gambar yaitu siswa menjadi aktif dalam belajar dan membuat siswa berpikir kritis. Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pada siklus II. Pada siklus II siswa sudah aktif semua pada saat diskusi, siswa sudah tidak ada yang ramai lagi kecuali saat diskusi, guru sudah menguasai model TPS, selain itu tidak ada siswa yang gaduh sendiri. Dengan begitu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar IPS semua siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan. Jumlah siswa yang mencapai KKM mencapai 92,59%. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 40%. Berdasarkan pada hasil ini maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS sesuai dengan yang direncanakan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Cara menerapkan model Think Pair and Share yaitu Think, guru memberikan suatu masalah kepada siswa sesuai dengan materi pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memikirkannya. Pair, pada tahap ini meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasang-pasangan itu untuk berdiskusi. Share, hasil diskusi di tiaptiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab. Cara menerapkan media gambar, guru membawa kartu gambar pahlawan yang sudah dicetak. Lalu siswa menempelkan gambar ke tempat yang sudah disediakan oleh guru disini guru menyuruh siswa untuk menempelkan gambar ke kertas karton yang terdapat di papan tulis. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan dengan menggunakan model Think 732 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 Pair and Share pada kelas V SD Negeri Klepu 01 Semester II Tahun ajaran 2016/2017 terbukti. Perbandingan hasil belajar IPS ini nampak berdasarkan (1) Ketuntasan Hasil Belajar, antara Pra Tindakan : siklus I : siklus II adalah 44,45% : 56% : 92,59%, (2) Skor minimum antar pra tindakan : siklus I : siklus II adalah 42 : 48 : 64, (3) Skor maksimum antar pra tindakan : siklus I : siklus II adalah 90 : 92 : 100, (4) Skor ratarata antar pra siklus : siklus I : siklus II adalah 66,67 : 72,89 : 89,48. Penelitian dikatakan berhasil, karena hasil penelitian telah memenuhi indikator yang ditetapkan >90% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan KKM >70. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, beberapa saran yang dapat dipergunakan bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup skripsi ini adalah : Bagi guru Tahap Think, Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, kemudian guru menjelaskan materi sejelas-jelasnya dan memberi waktu kepada siswa beberapa menit untuk berpikir secara mandiri/individu, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Apabila siswa tidak mempunyai ide dalam mengerjakan soal maka guru harus membantu dengan cara memancing/menuntun siswa tersebut agar siswa tersebut dapat mengerjakan soal. Tahap Pair, Guru dalam membagi siswa untuk berpasangan tidak harus dengan teman sebangku bisa dengan acak jadi tidak terjadi pilih teman. Guru harus memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing-masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Tahap Share, Guru harus mengambil alih dalam pembentukan kelompok agar tidak terjadi keributan di kelas. Guru harus berkeliling kelas dari kelomok satu ke kelompok lain. Sehingga kelompok tersebut dapat kesempatan untuk melapor. Bagi Sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri Klepu 01 khususnya pada siswa kelas V dalam melakukan kegiatan belajar. Memperoleh pengetahuan baru mengenai model pembelajaran Think Pair and Share dengan menggunakan media gambar yang dapat dilanjutkan untuk perkembangan selanjutnya. Untuk melaksanakan model TPS sekolah memfasilitasi laptop dan LCD. Serta sekolah memfasilitasi guru dengan cara guru untuk ikut seminar serta KKG untuk memperluas wawasan guru mengenai model pembelajaran Think Pair and Share. Bagi peneliti lain, Penelitian ini diharapkan dapat memberi acuhan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti upaya meningkat hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dengan berbantuan media gambar. Agar model pembelajaran Think Pair and Share menjadi lebih menarik bagi siswa, maka sebaiknya peneliti lain mengembangkan model pembelajaran ini dengan mengkombinasikan dengan media pembelajaran lain sehingga lebih bermanfaat untuk guru maupun siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Muhammad Faizal Dzikri | 733 Arifin, Zainal. (2012).Penelitian Pendidikan:Metode dan Paradigma Baru.Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Ghufron, M. N dan Risnawati R. S. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamdayana, Jumanta. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia. Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Iru dan Arihi L. O. S. 2012. Analisis Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Presindo. Ishaq Madeamin. 2012. Model(3) Model Spiral dari Kemmis dan McTaggart, Tersedia:http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiraldari-kemmis.html (29 Januari 2017). Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Rajawali Pers Lestary, Dwi. 2013.Penerapan Think Pair and Share Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Candi Kecamatan Selomerto kabupaten Wonosobo Semester II 2012/2013. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyaningsih, Sri. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 5:untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Riduwan. 2007. MetodologiPenelitian. Jakarta: Permata Jaya Sadiman, dkk. 2008.Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Syamsiyah Daniati. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share Tersedia : http://syamsiyahcantik.blogspot.co.id/2013/06/model-pembelajarankoopertif-think-pair.html (22 Juli 2017) Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu:Konsep, Strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Wibawa. 2012. ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share Siswa Kelas V di SD Negeri 01 Ngambakrejo Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012. Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana. Zulaiha, Rahmah. 2008. Analisis Soal Secara Manual. Jakarta:Depdiknas