Muhammad Faizal Dzikri | 721 PENERAPAN MODEL THINK PAIR

advertisement
Muhammad Faizal Dzikri | 721
PENERAPAN MODEL THINK PAIR AND SHARE DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPS
Oleh
Muhammad Faizal Dzikri
[email protected]
Eunice Widyanti Setyaningtyas
[email protected]
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar-FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran
IPS siswa kelas V SD Negeri Klepu 01 Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2017/2018
setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share
dengan berbantuan media gambar. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas dengan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klepu 01
yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes.
Hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
kelas sebesar 72,89% pada siklus I menjadi 89,48% pada siklus II. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair and Share dengan berbantuan media gambar dalam
pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Klepu 01 Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan tindakan dalam penelitian
pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Klepu 01, nampak bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal sebelum menggunakan model
pembelajaran skor rata-rata hanya mencapai 66,67. Sedangkan yang tuntas ada 12
siswa atau 44,45% dan yang tidak tuntas ada 15 siswa atau 55,55% dengan KKM
yang sudah ditentukan yaitu 70. Hal itu disebabkan cara mengajar guru hanya dengan
metode ceramah dan tidak menggunakan alat peraga sehingga siswa merasa bosan
dan pasif. Hal tersebut berdampak pada nilai siswa rendah. Berdasarkan pada situasi
ini maka direncanakan dilakukan tindakan untuk memperbaiki ketuntasan hasil
belajar siswa. Setelah menyusun perencanaan, maka ditentukan untuk menerapkan
model pembelajaran Think Pair and Share dengan menggunakan media gambar demi
memperbaiki hasil belajar siswa. Setelah diberi tindakan pada siklus I, terjadi
peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 15 siswa dengan persentase 56% dan yang
tidak tuntas 12 siswa dengan persentase 44%.
Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah diberi
tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan yang dicapai belum sesuai
harapan yang hendak dicapai, maka direncanakan untuk dilakukan perbaikanperbaikan pada tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Setelah diberikan
tindakan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 25 siswa
dengan persentase 92,59%. Siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 15 siswa
722 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
dengan persentase 55,55%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami
penurunan menjadi 12 siswa dengan persentase 44% atau terjadi penurunan 12%
setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi penurunan lagi mengalami penurunan
menjadi 2 siswa dengan persentase 7,40% atau terjadi penurunan 37%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair and Share dapat
meningkatkan hasil belajar IPS.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair And Share, Media Gambar, Hasil
Belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan potensi atau kemampuan
manusia secara menyeluruh yang secara pelaksanaannya dilakukan dengan cara
mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu
sendiri. Pendidikan adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku
seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam
lembaga formal untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan dan kecakapan ini
perlu dilakukan terutama dengan mediasi proses pembelajaran sejumlah mata pelajaran
di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan
wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa adalah mata pelajaran IPS.
Pembelajaran merupakan salah satu aspek yang terdapat di dalam Pendidikan.
Pembelajaran adalah suatu proses penyampaian informasi oleh narasumber yang
kemudian di pelajari dan diserap oleh peserta didik. Suatu proses pembelajaran pasti
ada kendala yang ditemukan, untuk mengatasi masalah itu perlu adanya berbagai
tindakan dan kegiatan yang harus disiapkan
oleh guru. Misalnya dengan
menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan dilakukannya
hal tersebut maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung menarik dan tujuan
pembelajaran akan tercapai serta hasil belajar meningkat. Maka dari itu pembelajaran
memerlukan model pembelajaran kooperatif yang menarik agar siswa aktif mengikuti
kegiatan belajar mengajar dan tidak hanya terpaku kepada guru saja.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran yang
membutuhkan pemikiran yang tinggi dalam hal ini kritis, mata pelajaran ini semakin
tinggi kelasnya, semakin sulit materinya dan bagi siswa yangkurang menyukai mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan sesuatu yang kurang menarik.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu yang harus
dipelajari oleh siswa di dalam Sekolah Dasar. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial termasuk mata pelajaran yang di UN-kan (ujian akhir nasional) oleh
pemerintah. Hal ini berarti mata pelajaran IPS sangat penting sebagai syarat
kelulusan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah selanjutnya. Maka dari itu, mata
pelajaran ini perlu dikembangkan lebih dalam lagi dengan model pembelajaran yang
tepat agar siswa lebih cepat mengerti.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogamkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Di
dalam proses belajar mengajar ada beberapa komponen penting yang berpengaruh bagi
keberhasilan siswa dalam belajar yaitu: bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber
Muhammad Faizal Dzikri | 723
belajar, serta guru. Sehinga satu komponen atau lebih komponen melemah dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal. Media dan sumber belajar yang
di gunakan dalam pembelajaran di pilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang
telah di tetapkan. Disamping itu guru harus bisa menentukan metode pembelajaran
yang tepat sehingga anak dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang di
berikan oleh guru. Sering kali seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang
memperhatikan pendekatan, strategi dan model apa yang sesuai yang harus disajikan
dalam satu materi atau satu pokok bahasan. Dalam tugas menggajarnya guru
senantiasa harus memahami fungsi-fungsi mengajar sehingga dengan demikian dapat
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Namun demikian sampai saat ini
hasilnya masih belum cukup memuaskan. Salah satu cara yang dapat digunakan
sebagai alternatif guru dalam mengajar yakni dengan menggunakan berbagai macam
model mengajar.
Model yang dapat di gunakan dalam setiap kegiatan pembelajaran itu sangat
banyak. Seperti contoh model Think Pair and Share (TPS), model think pair share atau
berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share (TPS) adalah sebuah
metode yang sederhana, tetapi sangat berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman
dari Universitas Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran didepan kelas, siswa
duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan dikelas. Lalu,
siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan
masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, guru
meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa dikelas. Seperti
namanya Thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau
isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Selanjutnya Pairing,
pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Selanjutnya Sharing,
kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian
pengetahuan secara integratif.
SD Negeri Klepu 01 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ada beberapa
peserta didik yang tidak bisa karena banyaknya materi IPS. Guru menggunakan
metode ceramah dan menjelaskan materi selama 10 menit ada siswa yang mengantuk
saat guru menjelaskan, lalu guru menggunakan metode diskusi selama 5 menit untuk
siswa memperdalam materi. Pada proses pembelajaran tersebut masih banyak siswa
yang pasif. Setelah itu guru menggunakan metode penugasan tetapi pada saat siswa
mengerjakan tugas ada beberapa siswa yang berbicara sendiri. Dari wawancara dengan
guru bahwa rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPS pada tes terakhir adalah 66,67.
Itu artinya hasil belajar tersebut berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang seharusnya mencapai 70. Di SD Negeri Klepu 01 ini masih banyak kekurangan
dalam model yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, model pembelajaran
yang digunakan guru cenderung pada model pembelajaran konvensional (ceramah)
sedangkan yang diinginkan siswa adalah metode pembelajaran kooperatif sehingga
siswa mendapat kesempatan untuk menunjukkan partisipasi di dalam kelas, sehingga
partisipasi siswa dalam kelas optimal. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
and Share sangat cocok seperti apa yang diinginkan oleh siswa. Think Pair and Share
merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
724 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
mengungkapkan gagasannya di dalam kelas dan peran guru juga berubah yaitu sebagai
fasilitator. Dengan model pembelajaran Think Pair and Share siswa akan menjadi
mandiri dan siswa diajarkan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Wibawa (2012), Lestary Dwi (2013) menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS pada
kelas V dan kelas IV. Kemudian penelitian dengan media gambar dilakukan oleh Mijil
Widianingtyas (2013) juga menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS. Rumusan
Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Think
Pair and Share dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi peranan tokoh perjuangan dan mempersiapkan kemerdekaan
indonesia dalam pembelajaran IPS? Dan Apakah model pembelajaran Think Pair and
Share dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa di kelas V mata pelajaran IPS?.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah 1). Untuk mendeskripsikan dampak model
pembelajaran TPS terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan indonesia di kelas V semester II SD Negeri Klepu 01. 2). Untuk
mendeskripsikan dampak penggunaan media gambar terhadap peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang materi menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia di kelas V semester II
SD Negeri Klepu 01. 3). Untuk memberikan layanan yang bermutu bagi siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya.
Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu
sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau
studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Model pembelajaran Think Pair and Share dilandasi oleh teori belajar
konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila tidak sesuai. Bagi siswa agar siswa benarbenar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya. Tipe Think Pair and Share
(TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali metode ini
diperkenalkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (1997) (di dalam buku Hamdayana), menyatakan bahwa Think Pair
and Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas (Iru dan Arihi, 2012:60). Hamdayana (2014:202) menyimpulkan bahwa
model tipe TPS ini terdiri atas 5 langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas,
yaitu : Think, Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk
memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Pair,
Muhammad Faizal Dzikri | 725
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan
bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya, hal ini dimaksudkan agar
siswa tidak pindah tempat mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman
sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk
mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru.
Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan
jawaban secara bersama. Share, Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan
jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan
kelompok. Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang
dapat diamati dan dapat diukur. Berdasarkan kajian pustaka tersebut diatas,
Pembelajaran IPS dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab serta
penugasan dengan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran IPS tersebut
terlihat membosankan, banyak siswa yang tidak mendengarkan, serta banyak siswa
yang berbicara sendiri. Selama proses pembelajaran banyak siswa pasif. Alhasil pada
saat guru melakukan evaluasi banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah atau
dibawah KKM. Pembelajaran IPS di sekolah dasar akan berhasil dengan baik bila guru
dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair
and Share dan memanfaatkan media pembelajaran berupa gambar, maka pembelajaran
IPS akan menyenangkan dan hasil belajar siswa pun akan naik atau diatas rata-rata.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah
siswa kelas V SD Negeri Klepu 01. Menurut Kunandar (2008) Penelitian Tindakan
Kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik atau bersama-sama dengan
orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk menigkatkan atau memperbaik mutu
proses pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan 2 siklus
menggunakan model Kemmis dan McTaggart yang masing-masing siklus meliputi
perencanaan (pembuatan RPP,lembar observasi, lembar evaluasi), pelaksanaan
tindakan dan observasi, dan refleksi. Berikut skema setiap siklus :
Gambar 1 : Model spiral dari Kemiss dan Mc Taggart
Sumber : Arikunto dan Suharsimi,(2006)
726 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Drs. Zainal Arifin, M.Pd (2012:185) menarik kesimpulan sebagai berikut :
Jenis variabel berdasarkan fungsinya di dalam penelitian dibedakan menjadi 3
yaitu variabel bebas (independent variabel), variabel terikat (dependent variabel), dan
variabel perantara (intervening variabel). Variabel adalah suatu fenomena yang
bervariasi atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi.
1). Variabel bebas (X) Variabel bebas digunakan untuk memprediksi, yang oleh sebab
itu disebut juga variabel prediktor. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu model
pembelajaran Think Pair and Share (TPS). 2). Variabel terikat (Y) merupakan variabel
yang diprediksi, karena disebut variabel kriterium/kriteria. Pada penelitian varibel
terikatnya yaitu hasil belajar.
Teknik analisis data yang relevan dan yang diterapkan adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif. Dengan teknik ini maka data yang telah dikumpulkan dari hasil
penelitian akan disortir, dikelompokkan dan disederhanakan untuk selanjutnya
disajikan dalam bentuk prosentase atau tabel distribusi. Dari situ kemudian dilakukan
penafsiran dan pemaknaan secara kualitatif dalam bentuk seperti, tinggi-rendah,
tuntas-tidak tuntas, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dapat di analisis ketuntasan hasil belajarnya melalui 2
cara yaitu Ketuntasan Individual dan Klasikal. Ketuntasan individual dalam penelitian
ini menggunakan atau berpatokan pada nilai KKM pada SDN Klepu 01 pada mata
pelajaran IPS kelas V yaitu 70. Individual dikatakan tuntas jika mencapai nilai KKM
pada mata pelajaran IPS. Suatu pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal jika
jumlah peserta didik yang tuntas untuk pembelajaran tersebut adalah 90%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklusyaitu siklus I dan siklus II. Pelaksanaan
tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan
dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan
dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Juni
2017, kemudian pertemuan kedua dilaksanakan hari Sabtu, 3 Juni 2017, dan pertemuan
ketiga dilaksanakan hari Senin, 12 Juni 2017. Pada siklus I, setiap pertemuan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Hasil belajar siswa diperoleh dari
tes formatif yang dilakukan pada pertemuan ke 3 pada akhir siklus I, siswa telah
mengerjakan tes formatif sesuai dengan materi yang telah diterima pada pertemuan 1
dan 2. Soal yang dikerjakan siswa adalah 25 soal. Adapun hasil belajar dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini.
Muhammad Faizal Dzikri | 727
Tabel 1 : Hasil Belajar IPS kelas V Siklus I
No. Skor
Frekuensi Persentase
1.
41-50
2
7,40%
2.
51-60
5
18,51%
3.
61-70
5
18,51%
4.
71-80
3
11,11%
5.
81-90
9
33,33%
6.
91-100
3
11,11%
Jumlah
27
100%
Nilai rata-rata
72,89
Nilai Tertinggi
92
Nilai Terendah
48
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Dapat di lihat dari tabel 1 hasil evaluasi mata pelajaran IPS dengan pokok
bahasan jasa dan peranan para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
menunjukkan pembelajaran yang dilakukan sudah efektif namun masih belum tuntas,
karena masih ada 12 siswa yang nilainya masih di bawah KKM dan menyebabkan
Indikator kerja belum tercapai karena masih < 90% yaitu 56%. Diketahui pada skor
nilai antara 41-50 frekuensinya ada 2 dengan persentase 7,40%, 51-60 frekuensinya
ada 5 dengan persentase 18,51%, 61-70 frekuensinya 5 dengan persentase 18,51%,
dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas, dan 71-80 frekuensinya ada 3 dengan
persentase 11,11%, 81-90 frekuensinya ada 9 dengan persentase 33,33%, 91-100
frekuensinya ada 3 dengan persentase 11,11% dari jumlah keseluruhan siswa yang
tuntas. Nilai rata-rata yaitu 72,89.
Pada siklus I siswa juga masih memiliki kekurangan yaitu siswa kurang
mengeksplorasi sumber bacaan solusi guru harus membimbing siswa untuk
menggunakan sumber bacaan lain tidak harus dari penjelasan guru tetapi bisa
meminjam buku di perpustakaan dan dari buku paket yang sudah disediakan sekolah.
Pada saat membentuk membentuk kelompok peserta didik masih pilih kasih dalam
membentuk kelompok sehingga siswa laki-laki dengan laki-laki dan perempuan
dengan perempuan. Solusinya guru harus turun tangan dalam hal membentuk
kelompok dan guru harus memasukkan siswa yang pandai agar siswa yang tidak tidak
paham mengenai pembelajaran bisa dibimbing oleh siswa yang pandai. Dalam hal
pengamatan seperti guru menyuruh siswa untuk mengamati video siswa masih ada
yang berbicara sendiri dan ada yang mengantuk saat melihat video. Solusinya guru
menyuruh siswa untuk mencatat hal-hal penting yang terkandung pada video tersebut
agar siswa tidak mengantuk dan berbicara sendiri.
Dengan demikian diperlukan siklus 2 untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada kegiatan siklus 2 diharapkan dapat mengatasi kekurangan dan masalah yang
dihadapi pada siklus 1. Sehingga pada siklus 2 ini diharapkan dapat tercapai
keberhasilan dan peningkatan hasil belajar.
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sama dengan siklus I dilakukan
selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa , 13 Juni
2017, kemudian pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu, 14 Juni 2017, dan
728 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
pertemuan ketiga dilaksanakan hari Kamis, 15 Juni 2017. Pada siklus II, setiap
pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun hasil dari tes
siklus II dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 : Hasil Belajar IPS kelas V IPS siklus II
No. Skor
Frekuensi Persentase
1.
41-50
0
0
2.
51-60
0
0
3.
61-70
2
2%
4.
71-80
4
4%
5.
81-90
6
6%
6.
91-100 15
15%
Jumlah
27
100%
Rata-rata
89,48
Nilai Tertinggi
100
Nilai Terendah
64
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Adapun data hasil belajar IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair and Share dengan berbantuan media gambar dari tabel 2 dapat dilihat
indikator kerja sudah tercapai yaitu sebesar 92,59% karena dari 27 siswa hanya ada
dua siswa yang mendapatkan nilai <70.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM >70) dapat diketahui ada 2
siswa yang belum tuntas dan nilai yang diperolehnya antara 61-70, karena siswa
tersebut pada saat guru menjelaskan tidak memperhatikan dan berbicara sendiri dengan
temannya dan apabila pada berdiskusi siswa tersebut tidak ikut berdiskusi. Ada 4 siswa
yang memperoleh nilai antara 71-80 siswa , 6 siswa yang memperoleh nilai antara 8190, dan ada 15 siswa yang memperoleh nilai tertinggi yaitu antara 91-100. Karena
yang sudah tuntas ada 25 siswa dengan persentase 92,59% berarti indikator kerja
sudah tuntas karena jumlah ketuntasan sudah >90.
Analisis data kuantitatif dan deskriptif yang berasal dari hasil belajar mata
pelajaran IPS siswa saat sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II. Perbandingan
aktifitas siswa, aktifitas guru, lembar kerja siswa, dan nilai siswa kelas 5 saat sebelum
tindakan, siklus I, dan siklus II berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD
Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diketahui bahwa dari
hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5 saat sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II mengalami peningkatan. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan berbantuan media gambar maka
peneliti mengambil nilai ulangan pada semester I dengan jumlah 27 siswa dan
membandingkannya dengan hasil tes evaluasi yang diberikan pada akhir siklus I dan
siklus II. Berikut tabel hasil belajar mata pelajaran IPS dari pra tindakan, siklus I dan
siklus II.
Muhammad Faizal Dzikri | 729
Tabel 3 : Perbandingan Hasil Belajar IPS Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No. Ketuntasan Nilai
Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Belajar
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
2.
Tuntas
>70
12
44,54% 15
56% 25
93
Belum
<70
15
55,55% 12
44% 2
7,40
Tuntas
Jumlah
27
100%
27
100
27
100
Rata-rata
66,67
72,89
89,48
Nilai Tertinggi
90
92
100
Nilai Terendah
42
48
64
Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 3 perbandingan hasil pembelajaran dapat dijelaskan bahwa
pada pra tindakan dengan jumlah 27 siswa ada 15 siswa (55,55%) yang belum tuntas
karena mendapat nilai di bawah KKM yaitu < 70, sedangkan ada 12 siswa (44,54%)
sudah tuntas karena mendapat nilai di atas KKM yaitu 2 70. Nilai rata-rata kelas masih
66,67. Nilai tertinggi yang dicapai sebesar 90 dan nilai terendahnya yaitu 42. Pada
evaluasi Siklus I terlihat hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup bagus
bila dibandingkan dengan pra tindakan. Jumlah siswa yang belum tuntas menurun dari
jumlah semula,15 siswa menjadi 12 siswa atau 44% yang belum tuntas atau nilai
belum mencapai KKM (KKM < 70). Siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa
atau 56%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat dari 66,67 menjadi 72,89. Perolehan
nilai tertinggi mengalami peningkatan yaitu menjadi 92, nilai terendah mengalami
peningkatan dengan nilai 48. Dalam siklus I ini indikator kerja belum tercapai karena
masih > 90%, yaitu sebesar 56% dan masih ada 12 siswa yang belum tuntas.
Kemudian tindakan dilanjutkan dengan siklus II agar indikator kerja siswa pada hasil
belajar mata pelajaran IPS dapat tercapai yaitu > 90%. Dalam siklus II nilai terendah
yang diperoleh siswa meningkat menjadi 64 dan nilai tertinggi adalah 100. Jumlah
siswa yang belum tuntas menurun dari 12 siswa menjadi 2 siswa atau 7,40% saja yang
belum tuntas atau nilai belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Dan jumlah
yang sudah tuntas berubah menjadi 25 siswa atau 93%. Nilai rata-rata kelas pun
meningkat menjadi 89,48. Indikator kerja pun sudah tercapai karena sudah > 90%
yaitu sebesar 92,59%.
Proses pembelajaran sebelum penelitian dilakukan hanya memanfaatkan buku
sebagai sumber belajar dan metode yang digunakan hanya ceramah, sehingga siswa
merasa bosan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang ada belum dimanfaatkan
secara optimal. Hal yang menyebabkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas 5
SD Negeri Klepu 01 masih rendah. Siswa yang mencapai KKM (KKM < 70) hanya 12
siswa atau 44,45% dan 15 siswa (55,55%) yang belum tuntas. Nilai rata—rata kelas
masih 66,67. Nilai tertinggi yang dicapai sebesar 90 dan nilai terendahnya yaitu 42.
Peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan berbantuan media gambar dapat di lihat
dari hasil perolehan nilai Siklus I dan 2, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran tersebut pada Siklus I memperoleh hasil nilai maksimal sebesar 92 dan
nilai minimal 48. Dan siswa yang belum tuntas karena nilai belum mencapai KKM
730 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
menurun menjadi 12 siswa atau 44%. Begitu pula dengan siswa yang tuntas meningkat
menjadi 15 siswa atau 56%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat dari 66,67 menjadi
72,89. Pada siklus I masih ditemukan beberapa kendala antara lain masih ada siswa
yang kurang berminat dalam pembelajaran, masih ada siswa yang ramai sendiri pada
waktu kegiatan diskusi berlangsung. Sedangkan pada Siklus II nilai terendah yang
diperoleh siswa meningkat menjadi 64 dan nilai tertinggi adalah 100. Jumlah siswa
yang belum tuntas menurun dari 12 siswa menjadi 2 siswa atau 7,40% saja yang belum
tuntas atau nilai belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Dan jumlah yang
sudah tuntas berubah menjadi 25 siswa atau 92,59%. Nilai rata-rata kelas pun
meningkat menjadi 89,48. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung hipotesis
yang dirancang yaitu hasil belajar IPS siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan
model pembelajaran Think Pair and Share dengan menggunakan media gambar pada
kelas V SDN Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Semester II Tahun
Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini dengan demikian mendukung pernyataan
Hamdayana TPS merupakan teknik suatu sederhana dengan keuntungan besar. TPS
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang
siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, TPS juga dapat
memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kelas. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran, tetapi justru
siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang dilakukan
dengan cara mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan berbeda-beda ke
dalam kelompok-kelompok kecil. Media gambar memiliki fungsi sebagai membantu
memudahkan belajar bagi siswa dan memudahkan pengajaran guru, menarik perhatian
siswa. Penggunaan model pembelajaran Think Pair and Share di kelas V sangat efektif
karena membuat siswa lebih percaya serta aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dampak
yang ditimbulkan sangat besar untuk siswa yang pasif dan siswa lainnya karena dapat
membuat siswa yang pasif menjadi aktif dan berani menyampaikan pendapatnya.
Dampak lain dari penggunaan model TPS ini yaitu siswa lebih mudah memahami
materi IPS yang diajarkan oleh guru, Sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Jadi terbukti bahwa model pembelajaran Think Pair and Share dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD pada materi IPS.
Pada proses Think yaitu siswa secara mandiri mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru. Soal tersebut termasuk pada pertanyaan yang menggali (Probing question)
sehingga siswa memiliki pemikiran yang kritis caranya pada awal pembelajaran guru
memberikan info berupa video tentang pahlawan, setelah siswa mendapat info guru
memberikan suatu soal kepada siswa untuk dikerjakan sendiri disini siswa akan belajar
untuk berpikir secara kritis dan logis ditambah lagi dengan guru memberikan waktu.
Siswa akan mulai mencari tahu jawaban tersebut dengan alat bantu buku paket serta
video yang ditayangkan tadi. Dengan alat bantu tersebut siswa dapat menemukan
jawabannya.
Pada proses Pair, siswa akan duduk berpasangan dan membandingkan
jawaban mereka. Setelah siswa sudah mengungkapkan pendapatnya siswa bisa
memperluas jawaban mereka dengan alat bantu yang disediakan oleh guru berupa
Muhammad Faizal Dzikri | 731
buku paket, siswa dapat memperluas wawasan mereka mengenai pertanyaan yang
diberikan oleh guru agar jawaban mereka berkualitas. Apabila sudah ditemukan
jawaban bersama dengan teman sebangku maka siswa harus menyimpulkan
jawabannya apabila jawaban pada saat proses Think ada yang berbeda bisa ditulis di
LKS beserta kesimpulan dari jawaban saat diskusi dengan teman sebangku.
Proses Share, pada tahap ini siswa akan mensharing jawaban mereka pada saat
tahap pair ke dalam kelompok besar yang sudah ditentukan oleh guru. Pada tahap ini
siswa akan memperoleh cara berkomunikasi yang baik, karena setelah tiap-tiap siswa
mengungkapkan pendapat mereka maka mereka akan menyimpulkan kembali jawaban
dari tiap-tiap siswa yang terdapat pada kelompok menjadi satu kesimpulan disini siswa
akan dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan, sehingga siswa dapat belajar cara
menyimpulkan yang benar.
Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Pada saat guru
menggunakan media gambar siswa merasa tertarik dan di buat penasaran karena media
gambar berupa foto pahlawan. Pada saat itu siswa bingung kenapa di depan meja
terdapat foto pahlawan setelah siswa melihat video yang ditampilkan guru, guru
menyuruh siswa untuk menempelkan gambar pahlawan ke papan tulis semua siswa
langsung antusias untuk menempelkan gambar. Efek yang ditimbulkan dari media
gambar yaitu siswa menjadi aktif dalam belajar dan membuat siswa berpikir kritis.
Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan yang dilakukan
pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pada siklus II. Pada siklus II siswa sudah aktif
semua pada saat diskusi, siswa sudah tidak ada yang ramai lagi kecuali saat diskusi,
guru sudah menguasai model TPS, selain itu tidak ada siswa yang gaduh sendiri.
Dengan begitu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar
IPS semua siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan.
Jumlah siswa yang mencapai KKM mencapai 92,59%. Peningkatan hasil belajar dari
siklus I ke siklus II yaitu sebesar 40%. Berdasarkan pada hasil ini maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
and Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS sesuai dengan yang direncanakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Cara menerapkan model Think Pair and Share yaitu Think, guru memberikan
suatu masalah kepada siswa sesuai dengan materi pelajaran untuk dipikirkan oleh
peserta didik. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memikirkannya. Pair, pada tahap ini meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri
kesempatan kepada pasang-pasangan itu untuk berdiskusi. Share, hasil diskusi di tiaptiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi tanya jawab. Cara menerapkan media gambar, guru membawa kartu
gambar pahlawan yang sudah dicetak. Lalu siswa menempelkan gambar ke tempat
yang sudah disediakan oleh guru disini guru menyuruh siswa untuk menempelkan
gambar ke kertas karton yang terdapat di papan tulis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan dengan menggunakan model Think
732 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Pair and Share pada kelas V SD Negeri Klepu 01 Semester II Tahun ajaran 2016/2017
terbukti. Perbandingan hasil belajar IPS ini nampak berdasarkan (1) Ketuntasan Hasil
Belajar, antara Pra Tindakan : siklus I : siklus II adalah 44,45% : 56% : 92,59%, (2)
Skor minimum antar pra tindakan : siklus I : siklus II adalah 42 : 48 : 64, (3) Skor
maksimum antar pra tindakan : siklus I : siklus II adalah 90 : 92 : 100, (4) Skor ratarata antar pra siklus : siklus I : siklus II adalah 66,67 : 72,89 : 89,48. Penelitian
dikatakan berhasil, karena hasil penelitian telah memenuhi indikator yang ditetapkan
>90% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan KKM >70.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, beberapa saran yang dapat
dipergunakan bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup skripsi
ini adalah : Bagi guru Tahap Think, Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, kemudian guru menjelaskan materi sejelas-jelasnya
dan memberi waktu kepada siswa beberapa menit untuk berpikir secara
mandiri/individu, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan. Apabila siswa tidak mempunyai ide dalam
mengerjakan soal maka guru harus membantu dengan cara memancing/menuntun
siswa tersebut agar siswa tersebut dapat mengerjakan soal. Tahap Pair, Guru dalam
membagi siswa untuk berpasangan tidak harus dengan teman sebangku bisa dengan
acak jadi tidak terjadi pilih teman. Guru harus memberikan peluang bagi siswa untuk
mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal
ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing-masing siswa dituntut aktif
dalam pembelajaran. Tahap Share, Guru harus mengambil alih dalam pembentukan
kelompok agar tidak terjadi keributan di kelas. Guru harus berkeliling kelas dari
kelomok satu ke kelompok lain. Sehingga kelompok tersebut dapat kesempatan untuk
melapor. Bagi Sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri Klepu 01
khususnya pada siswa kelas V dalam melakukan kegiatan belajar. Memperoleh
pengetahuan baru mengenai model pembelajaran Think Pair and Share dengan
menggunakan media gambar yang dapat dilanjutkan untuk perkembangan selanjutnya.
Untuk melaksanakan model TPS sekolah memfasilitasi laptop dan LCD. Serta sekolah
memfasilitasi guru dengan cara guru untuk ikut seminar serta KKG untuk memperluas
wawasan guru mengenai model pembelajaran Think Pair and Share. Bagi peneliti lain,
Penelitian ini diharapkan dapat memberi acuhan bagi peneliti selanjutnya yang akan
meneliti upaya meningkat hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dengan berbantuan media
gambar. Agar model pembelajaran Think Pair and Share menjadi lebih menarik bagi
siswa, maka sebaiknya peneliti lain mengembangkan model pembelajaran ini dengan
mengkombinasikan dengan media pembelajaran lain sehingga lebih bermanfaat untuk
guru maupun siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Muhammad Faizal Dzikri | 733
Arifin,
Zainal.
(2012).Penelitian
Pendidikan:Metode
dan
Paradigma
Baru.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Ghufron, M. N dan Risnawati R. S. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hamdayana, Jumanta. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis
dan Paradigmatis.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Iru dan Arihi L. O. S. 2012. Analisis Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model
Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Presindo.
Ishaq Madeamin. 2012. Model(3) Model Spiral dari Kemmis dan McTaggart,
Tersedia:http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiraldari-kemmis.html (29 Januari 2017).
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Rajawali Pers
Lestary, Dwi. 2013.Penerapan Think Pair and Share Berbantuan Media Gambar
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Candi
Kecamatan Selomerto kabupaten Wonosobo Semester II 2012/2013. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana
Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur dan Model
Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyaningsih, Sri. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 5:untuk SD/MI kelas V. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Riduwan. 2007. MetodologiPenelitian. Jakarta: Permata Jaya
Sadiman, dkk. 2008.Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Syamsiyah Daniati. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share
Tersedia : http://syamsiyahcantik.blogspot.co.id/2013/06/model-pembelajarankoopertif-think-pair.html (22 Juli 2017)
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu:Konsep, Strategi, dan implementasinya
dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Wibawa. 2012. ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share Siswa Kelas V di SD Negeri
01 Ngambakrejo Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II
Tahun 2011/2012. Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.
Zulaiha, Rahmah. 2008. Analisis Soal Secara Manual. Jakarta:Depdiknas
Download