perjanjian pinjam meminjam uang di koperasi simpan pinjam di kota

advertisement
64
PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG
DI KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA JAYAPURA
Oleh : EKLAFINA K. MOFU
Mahasiswa Program Strata Satu
Fakultas Hukum Universitas YAPIS Papua
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
perjanjian pinjam meminjam uang atau kredit di koperasi gotong royong di kota
jayapura dan untuk mengetahui permasalahan yang ada sehubungan dengan
perjanjian pinjam meminjam uang di koperasi tersebut.
Dengan demikian, metode yang digunakan adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa Dalam Melakukan
Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Gotong Royong Kota Jayapura.
Menjalankan usaha simpan pinjam, yang bertujuan untuk membantu para
anggotanya dalam memperoleh pinjaman uang. Kekhususan dari perjanjian kredit
antara koperasi dengan para anggotanya, yaitu pemberian kredit oleh koperasi
bersifat cepat, mudah dan dengan bunga yang ringan.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis, bahwa
perjanjian pinjam meminjam uang di koperasi Gotong Royong di kota jayapura
pada umumnya adalah bersifat tertulis , yang mana dalam hal ini perjanjian
pinjam meminjam itu terjadi sejak saat persyaratan yang di minta oleh pihak
koperasi kepada pihak nasabah lengkap dan tepat.
Dengan adanya peningkatan kontribusi keuangan dan pemanfaatan
terhadap jasa pelayanan, maka tingkat partisipasi anggota juga akan meningkat.
Jika tingkat partisipasi anggota meningkat, akan mendorong peningkatan kinerja
koperasi serba usaha (KSU) unit usaha simpan pinjam karyawan pemerintah
daerah Kota Jayapura danPerlunya upaya untuk memperkecil bunga pinjaman dan
biaya administrasi.
Kata Kunci: Perjanjian, Pinjam Meminjam, Uang, Koperasi Simpan Pinjam
PENDAHULUAN
Koperasi sebagai lembaga dimana orang-orang yang memiliki kepentingan
relatif homogen, berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam
pelaksanaan kegiatannya, koperasi dilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang sarat dengan nilai etika
bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri sendiri
(self help), percaya pada diri sendiri (self reliance), dan kebersamaan
(cooperation) akan melahirkan efek sinergis. Efek ini akan menjadi suatu
kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk mampu bersaing dengan para
pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan koperasi sebagai
badan usah yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
65
ekonomis yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Pada era
Orde Baru (Orba), pembangunan koperasi sangat signifikan. Diwarnai oleh
kesuksesan gerakan para petani di pedesaan-pedesaan yang tergabung dalam
Koperasi Unit Desa (KUD).
Koperasi tampil sebagai lokomotif perekonomian desa, antara lain dalam
penyaluran sarana produksi pertanian (saprotan), prosesing hasil pertanian hingga
kegiatan pemasaran ke Bulog dan pasaran umum. Selain itu, koperasi juga telah
mulai aktif dalam bidang usaha peternakan, perikanan, jasa distribusi/konsumen,
dan simpan pinjam/perkreditan. Kegiatan koperasi tersebut sudah diterima
keberadaannya oleh masyarakat sebagai gerakan ekonomi rakyat dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Berdasarkan fenomena
yang terjadi selama ini, sudah banyak jumlah koperasi yang berdiri utamanya di
pedesaan. Misalnya, KUD dan Kopersi Simpan Pinjam (KSP) yang mampu
memposisikan diri sebagai lembaga dalam program pengadaan pangan nasional
serta pengelolaan dan penyaluran keuangan kepada masyarakat. Pendirian
koperasi di desa umumnya disambut baik oleh warga dengan harapan agar dapat
meningkatkan perekonomian desa.
Jayapura merupakan salah satu kota yang memiliki penduduk cukup padat
di bandingkan kota-kota lain yang ada di provinsi Papua. Oleh sebab itu banyak
kendala yang terjadi. adanya pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi
taraf hidup yang semakin meningkat, keadaan lingkungan, dan tingkat
kebudayaan yang meningkat maka, memberi dampak pada kebutuhan terbatas,
sehingga pendapatan yang di peroleh relatif terbatas pula buat masyarakat. Hal ini
yang sangat di rasakan oleh para pegawai negeri sipil. Di samping mengabdi
untuk negara dan hidup di tengah-tengah masyarakat karena tuntutan profesi yang
harus di jalaninya, bekerja untuk kehidupan ekonominya.
Dengan gaji yang pas-pasan di samping untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari para pegawai negeri sipil kadang-kadang juga memenuhi kebutuhan
lain yang mendadak dan memerlukan dana yang tidak sedikit. Misalnya
kebutuhan untuk membangun rumah, biaya perawatan rumah sakit jika ada
anggota keluarga yang sakit, biaya pendidikkan anak atau untuk membuka usaha
sampingan yang memerlukan modal yang tidak sedikit. Mengatasi masalah
tersebu maka adanya koperasi sebagai lembaga pemberi kredit sangatlah di
perlukan untuk meningkatkan usaha atau mencukupi kebutuhan hidupnya. Di
samping lembaga lain seperti Bank, Pengadilan, koperasi sebagai urat nadi
Perekonomian Bangsa Indonesia. Sebagai urat nadi perekonomian maka koperasi
selalu bertindak untuk melindungi mereka masyarakat yang ekonominya lemah
yang menjadi anggota koperasinya secara umum koperasi di pahami sebagai
perkumpulan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka pada suatu perusahaan yang demokratis.
Dalam mengembangkan koperasi maka koperasi melaksanakan pula
prinsip koperasi sebagai pendidikkan berkoperasian dan kerjasama antar koperasi.
Dengan demikian koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberi kesempatan
kepada anggota memperoleh pinjaman dengan mudah dan bunga ringan.
Koperasi simpan pinjam berusaha untuk mencegah para anggotanya
terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
66
uang dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang
dengan bunga yang serendah-rendahnya. Koperasi simpan pinjam menghimpun
dana dari pada anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut
kepada anggotanya. Koperasi simpan pinjam memiliki tujuan untuk mendidik
anggotanya hidup berhemat dan juga menambah pengetahuan anggotanya
terhadap perkoperasian. Untuk mencapai tujuannya, koperasi simpan pinjam harus
melaksanakan aturan mengenai peran pengurus, pengawas, manager, dan yang
paling penting rapat anggota.
Dasar hukum keberadaan koperasi di indonesia adalah pasal 33 UndangUndang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Menurut pasal 1 UndangUndang nomor 25 tahun 1992: “Koperasi adalah Badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau Badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Perjanjian pinjam meminjam merupakan acuan dari perjanjian kredit,
pengertian perjanjian pinjam meminjam menurut pasal 1754 KUH perdata yang
satu memberi kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabiskan karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini
akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.”
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa perjanjian pinjam
meminjam uang merupakan suatu perjanjian antar orang atau badan usaha
dengan seseorang dimana pihak jaminan tertentu dan kemudian hari
mengembalikan kepada yang meminjamkan dengan imbalan atau bunga tertentu
sehingga dalam hal ini perjanjian pinjam meminjam sama pengertiannya dengan
pengertian kredit.
Sesuai dengan hal tersebut salah satu caranya dengan cara mengajukan
pinjaman uang kepada koperasi atau yang di kenal dengan pinjaman kredit , kata
kredit berasal dari Romawi “Credere” artinya percaya Atau dalam bahasa latin
“Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktek sehari-hari
pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi. ketentuan mengenai
perjanjian kredit diatur dalam pasal 1 angka II Undang-undang nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan yaitu : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat di persamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antar pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.
Dalam membuat perjanjian kredit terdapat berbagai judul dalam praktek
perbankan tidak sama, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, akad kredit,
persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit dan lain sebagainya.
Meskipun judul dari perjanjian pinjam meminjam uang itu berbeda tetapi secara
yuridie isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman uang.
Bertitik tolak dari pasal 16 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, koperasi gotong royong merupakan sebuah badan usaha yang lahir
atas dasar kesamaan aktivitas dan tujuan bersama. Koperasi gotong royong di
bentuk sebagai koperasi primer dan juga sebagai koperasi sekunder yang sejajar
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
67
dengan koperasi-koperasi pegaiwai yang lain di bawah naungan PKPRI ( Pusat
Koperasi Pegawai Republik Indonesia 1.
Koperasi gotong royong dalam bekerjanya memberi jasa agar
kesejahteraan para anggota dapat terjamin dan mempermudah pemenuhan
kebutuhan hidup anggotanya. Sesuai dengan sifatnya koperasi simpan pinjam atau
koperasi kredit. Tujuan utama dari bekerjanya koperasi ini adalah sebagai sarana
alternatif dalam hal peminjaman uang atau kredit. Selain itu koperasi gotong
royong juga berupaya menghindarkan para anggotanya dari rentenir yang
memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi, tanpa perjanjian yang jelas yang
dapat memperburuk keadaan perekonomian anggotanya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pinjam uang pada Koperasi Gotong Royong
di kota Jayapura ?
2. Apakah permasalahan-permasalahan simpan pinjam yang timbul pada
Koperasi Gotong Royong di kota Jayapura ?
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) tipe penelitian yaitu
sebagai berikut:
1. Penelitian hukum Normatif, dimana dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan, mempelajari dan mengkaji data kepustakaan untuk
menemukan azas-azas hukum positif dan lebih difokuskan pada ketentuan
perundang-undangan dan hukum perjanjian dan simpan pinjam yang
berhubungan dengan objek penelitian.
2. Penelitian hukum empiris yang orientasinya kepada studi lapangan dengan
mengandalkan pengamatan dan wawancara terhadap pihak informan dan
responden yang telah di seleksi sesuai kebutuhan obyek penelitian berdasarkan
pedoman wawancara yakni perjanjian pinjam meminjam uang pada koperasi
simpan pinjam di kota Jayapura.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Istilah Perjanjian
Mengenai istilah dan perjanjian dalam hukum perdata Indonesia yang
berasal dari istilah belanda sebagai sumber aslinya sampai saat ini belum ada
kesamaan dan kesatuan dalam menyalin ke dalam bahasa Indonesia, dengan kata
lain belum ada kesatuan terjemahan untuk satu istilah asing ke dalam istilah teknis
yuridis dari itilah Belanda ke dalam istilah Indonesia. Para ahli hukum perdata
indonesia menerjemahkan atau menyalin istilah perjanjian yang berasal dari istilah
belanda di dasarkan pada pandangan dan tinjauan masing-masing, ada yang
menggunakan istilah verbentenis dan overeenkomst.
1
Affifi Faia 1994, pemasaran internasional, Cetakan pertama, Jakarta, h. 11
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
68
Menurut R.subekti dalam menggunakan istilah perikatan untuk verbintenis,
Soedian Kartohadiprodjo, menggunakan istilah hukum perikatan sebagai
terjemahan dari Hetverbintenissenrecht, dan R Wirjono prodjodikoro, memakai
istilah Hetverbintenissenrecht, sebagai terjemahan dari hukum perjanjian bukan
hukum perikatan. 2
Pengertian Perjanjian
Pengertian perjanjian adalah sebagaimana diatur dalam pasal 1313 KUH
Perdata, bhwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan hukum ketika
seorang atau lebih meningkatkan dirinya terhadap seorang atau lebih. Perjanjian
juga dapat diartikan suatu peristiwa ketika seorang berjanji kepada seorang lain,
atau ketika dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Hal-hal yang
diperjanjikan adalah :
1. Perjanjian member atau menyerahkan Sesutu barang (jual-beli, tukarmenukar, sewa-menyewa dan lain sebagainya)
2. Perjanjian berbuat sesuatu (perjanjian perburuan dan lain sebagainya)
3. Perjanjian tidak berbuat sesuatu (untuk kepentingan umum)
Perjanjian terdiri dari tiga macam yaitu perjanjian obligatoir, perjanjian
campuran, dan perjanjian non-obligatoir. Perjanjian obligatoir adalah suatu
perjanjian ketika mengharuskan atau mewajibkan seseorang membayar atau
menyerahkan sesuatu misalnya 3:
1. Penyewa wajib membayar sewa
2. Pembeli wajib menyerahkan barangnya
3. Majikan harus memberikan upah
Pengertian perjanjian Menurut KUHPerdata pengaturan tentang kontrak
diatur terutama di dalam KUH Perdata Burgerlijk Wetboek (BW) dan seterusnya
di sebut BW, tepatnya dalam buku III, di samping mengatur mengenai perikatan
yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undangundang misalnya tentang perbuatan melawan hukum. Dalam KUH Perdata
terdapat aturan umum yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja
(perjanjian khusus) yang namanya sudah di berikan undang-undang.
Syarat-Syarat Sahnya Suatu Perjanjian
Untuk membuat suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat supaya
perjanjian di akui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Pasal 1320
KUHPerdata menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian di perlukan
empat syarat, yakni :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya arti orang-orang membuat
perjanjian tersebut harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal yang pokok
dari perjanjian yang di buat dan juga sepakat mengenai syarat-syarat lain
untuk mendukung sepakat mengenai hal-hal yang pokok.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian Cakap artinya orang membuat
perjanjian itu harus cakap menurut hukum seseorang yang telah dewasa atau
2
3
subekti, 1978, Hukum Perjanjian Indonesia, Sinar Grafika Jakarta cetakan ke dua h. 34
Ibid.h.57
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
69
akhil balik, sehat rohani dan jasmani dianggap cakap menurut hukum
sehingga dapat membuat suatu perjanjian. Sedangkan orang-orang yang
dianggap tidak cakap menurut hukum di tentukan dalam pasal 1330
KHUPerdata, yaitu :
a. Orang-orang yang belum dewasa ( belum 21 tahun )
b. Orang-orang yang dibawah pengampunan
c. Orang perempuan yang dalam hal-hal yang di tetapkan oleh Undangundang dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah di larang
membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Ketentuan point c ini telah di
koreksi oleh mahkamah Agung melalui surat edaran No.3111963 tanggal 4
agustus 1963 yang di tujukan kepada ketua Pengadilan Tinggi dan
Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia. Bahwa perempuan cakap
sepanjang memenuhi syarat telah dewasa dan tidak di bawah
pengampunan.
3. Mengenai hal atau objek tertentu Artinya dalam membuat perjanjian, apa
yang di pejanjikan itu harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa
di tetapkan.
4. Suatu sebab (causal) yang halal Artinya, suatu perjanjian harus berdasarkan
sebab yang halal atau yang diperbolehkan oleh Undang-Undang. Kriteria atau
ukuran sebab yang halal adalah sebagai berikut :
a. Perjanjian yang di buat tidak boleh bertentangan dengan undang-undang
b. Perjanjian yang di buat tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan
c. Perjanjian yang di buat tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum
Syarat pertama dan kedua di sebut sebagai syarat subyektif karena
menyangkut dengan orang-orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian.
Orang-orang atau pihak-pihak ini sebagai yang membuat perjanjian. Sedangkan
syarat ke tiga dan ke empat di sebut sebagai syarat obyektif karena menyangkut
mengenai obyek yang di perjanjikan orang-orang atau pihak-pihak yang membuat
perjanjian.4
Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu di batalkan
(canceling) oleh salah satu pihak yang tidak cakap dapat di batalkan oleh salah
satu pihak dapat melakukan pembatalan atau tidak melakukan pembatalan.
Apabila salah satu pihak tidak membatalkan perjanjian tersebut maka perjanjian
tersebut maka perjanjian yang di buat tetap sah. Yang di maksud dengan pihak
yang membatalkan disini adalah pihak yang tidak cakap menurut hukum, yaitu
orang tuanya atau walinya atau orang yang tidak cakap itu apabila suatu saat
menjadi cakap atau orang yang membuat perjanjian itu bila saat membuat
perjanjian tidak bebas atau karena tekanan atau pemaksaan.
Apabila syarat ke tiga yakni mengenai hal atau obyek tertentu dan yang ke
empat yakni suatu sebab (causal) yang halal tidak terpenuhi maka perjanjian
tersebut batal demi hukum (null and void). Batal demi hukum artinya perjanjian
yang di buat oleh para pihak tersebut sejak awal di anggap tidak pernah ada. Jadi
4
Ibid. h.46
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
70
para pihak yang tidak terikat dengan perjanjian itu sehingga masing-masing pihak
tidak dapat menuntut perjanjian sebagai dasar hukum tidak ada sejak semula. 5
Pengertian Koperasi
Kata "Koperasi" berasal dari bahasa Inggris "Coorperation" yang terdiri dari
2 (dua) kata, yaitu "Co" yang sama artinya Bersama dan "Operation" yang artinya
bekerja. Jadi secara harfiah koperasi berarti bekerja sama. Koperasi dapat
didefinisikan sebagai asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan
kegiatan ekonomi koperasi (usaha koperasi) atas dasar prinsip-prinsip koperasi,
nilai jatidiri koperasi sehingga mendapat manfaat yang lebih besar dengan biaya
yang lebih rendah melalui usaha bersama yang dimodali, dikelola dan diawasi
secara demokratis oleh anggotanya.
Secara koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka,melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis.
Terdapat dua unsur yang paling berkaitan satu sama lain dalam koperasi setidaktidaknya. Unsur pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah
unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan, koperasi berusaha
memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efisien.
Adapun jenis-jenis Koperasi sebagai berikut :
1. Koperasi Primer Adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang
orang.
2. Koperasi Sekunder Adalah meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan koperasi primer dan /atau koperasi sekunder.
3. Koperasi Simpan Pinjam koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan
pinjam.
4. Tabungan Koperasi Simpanan di koperasi yang penyetorannya dilakukan
berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang di sepakati antara penabung dengan menggunakan buku tabungan
koperasi6.
Pengertian Simpan Pinjam
a. Simpan
Dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain
dan atau anggotanya kepada koperasi, dalam bentuk tabungan dan simpanan
koperasi berjangka.
b. Pinjam
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran
sejumlah imbalan.
c. Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
5
6
Subekti, Pokok-Pokok Perjanjian, Djambatan, Jakarta, 2007. h.127
RT Sutantya Raharja Hadi Kusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta Cetakan Ke empat, h. 89
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
71
d.
Kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya
melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang
bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan
atau anggotanya.
Simpanan berjangka
Simpanan di koperasi yang penyentorannya dilakukan sekali dan
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian
antara penyimpan dan dengan koperasi yang bersangkutan.
Gambaran Umum Tentang Koperasi Gotong Royong
Koperasi gotong royong di kota Jayapura beranggotakan seluruh karyawan
yang ada, mulai dari direktur sampai dengan satpam atau cleaning service. Jumlah
anggota yang ada untuk kantor pusat kurang lebih sekita 1.500 orang. Untuk
menjadi anggota di koperasi gotong royong Kota Jayapura ini hal pertama yang
harus dilakukan adalah registrasi menjadi anggota koperasi, sehingga namanya
terdaftar dalam database Koperasi. 7
Selanjutnya untuk menjadi anggota koperasi maka anggota koperasi harus
melakukan :
1. Simpanan Wajib
Simpanan Wajib adalah simpanan yang setiap bulan harus disetor kepada
pihak koperasi melalui SDM. Besar simpanan wajib bervariasi tergantung
pada tingkat dan jabatan anggota tersebut sebagai karyawan Koperasi gotong
royong di kota Jayapura.
2. Simpanan Pokok
Simpanan Pokok adalah simpanan yang wajib dilakukan oleh anggota dan
hanya dilakukan satu kali selama menjadi anggota di koperasi tersebut. Besar
biaya yang harus dikeluarkan oleh anggota tersebut sebesar Rp. 100.000,- dan
tidak akan diminta lagi selama menjadi anggota.
3. Simpanan Wajib Khusus
Simpanan Wajib Khusus sebenarnya hampir sama dengan simpanan pokok,
yaitu hanya harus dilakukan satu kali selama menjadi anggota. Besar
simpanan ini Rp. 150.000,-.
4. dan Simpanan Lainnya
Selain simpanan diatas ada beberapa jenis simpanan lagi yang tersedia di
koperasi gotong royong Kota Jayapura antara lain :
1. Simpanan Berjangka yaitu simpanan yang pada dasarnya hampir sama dengan
deposito di Bank. Perbedaannya ada pada siapa yang melakukan simpanan
tersebut. Pada bank deposito dilakukan oleh nasabah, sedangkan pada
simpanan berjangka dilakukan oleh anggota koperasi. Untuk simpanan
berjangka setoran awal minimum sebesar Rp. 5.000.000,- dan untuk jangka
waktu simpanan bervariasi mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, sampai 12
bulan. Sedangkan untuk bunganya tergantung pada jangaka waktu yang akan
dipilih, untuk simpanan 1-3 bulan diberikan bunga sebesar 5%, sedangakan
7
wawancara dengan Hartono sebagai menejer Koperasi Gotong Royong Waena Kota Jayapura 6
Januari 2013
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
72
untuk simpanan 6-12 bulan diberikan bunga sebesar 5,5%. Simpanan ini
memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan deposito. Yakni pada saat
anggota koperasi yang memiliki simpanan ini memerlukan dana dan ingin
mencairkan simpanan tersebut sebelum jatuh tempo maka anggota tidak akan
dikenakan biaya finalty yang biasanya pada sistem deposito akan diberlakukan
sistem tersebut.
2. Simpanan Sukarela yaitu simpanan yang bersifat sukarela yakni tidak
dipaksakan kepada anggota akan menyimpan berapa besar setiap bulannya.
Dalam simpanan ini anggota harus menyetorkan uangnya sendiri, bukan
seperti simpanan pokok yang akan di potong otomatis oleh pihak SDM.
Simpanan ini salah satu penambah permodalan koperasi8.
Penjelasan mengenai pinjaman-pinjaman tersebut antara lain untuk
pinjaman setiap koperasi akan memiliki kebijakannya tersendiri yang mungkin
akan berbeda dengan unit koperasi lainnya. Sedangkan untuk unit pinjaman yang
ada di koperasi Gotong Royong kota Jayapura juga berlaku hal yang sama, unit
koperasi ini memiliki kebijakan-kebijakan mungkin akan berbeda. Seperti :
1. Untuk koperasi Gotong Royong kota Jayapura hanya memberikan pinjaman
kepada anggotanya yang telah bergabung minimal 1 tahun. Kebijakan ini
berlaku untuk semua anggota dan tidak memandang jabatan atau level.
2. Besar pinjaman dapat bervariasi, bergantung pada jabatan atau level di dalam
bank, serta lama keanggotaan.
3. Untuk jaminan atas pinjaman pada koperasi Gotong Royong adalah simpanan,
gaji serta tunjangan yang dimiliki anggota yang bersangkutan.
4. Maksimal pinjaman yang akan diberikan kepada anggota yaitu 6 kali dari
besar simpanan, tetapi itu juga akan di lihat lagi berdasarkan kemampuan
anggota tersebut untuk membayar, yaitu maksimal 40% dari gajinya.
5. Lama pinjaman diberikan bervariasi, antara 3-60 bulan atau sekitar 5 tahun.
6. Sistem pembayarannya yaitu pihak SDM akan otomatis memotong gaji
anggota koperasi yang memiliki pinjaman.
7. Bunga pinjaman diberikan berdasarkan lama pinjaman. Antara lain, 3-12
bulan dengan bunga 11%, 13-24 bulan dengan bunga 12%, 25-36 bulan
dengan bunga 12,5% , 37-48 bulan dengan bunga 13% dan terakhir 49-60
bulan dengan bunga 14%. Sistem bunga yang digunakan yaitu sistem bunga
efektif yaitu bunga pinjaman akan lebih besar di awal pengembalian dan
semakin mengecil.
8. Untuk anggota yang minimal masa keanggotaannya selama 5 tahun maka
dapat diberikan pinjaman tanpa jaminan fisik.
9. Bagi anggota yang bermasalah dan masih memiliki kewajiban maka pihak
koperasi akan menanyakan hal tersebut kepada anggota tersebut dan anggota
tersebut harus langsung melunasi semua kewajibannya tapi bila anggota
tersebut sulit untuk dihubungi maka pihak koperasi akan berkonsultasi dengan
pihak SDM apakah anggota tersebut masih memiliki tunjangan untuk
melunasi kewajibannya di Koperasi9.
8
wawancara dengan Hartono sebagai menejer Koperasi Gotong Royong Waena Kota Jayapura 8
Januari 2013
9
Ibid. 8 Januari 2013
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
73
Di Koperasi gotong royong Kota Jayapura ada beberapa jenis pinjaman
yang diberikan kepada para peminjam dengan cara atau jangka waktu sebagai
berikut:
1. Pinjaman Harian
Dengan plafond yang telah ditentukan, anda diberi hak untuk menarik
pinjaman kapan saja sesuai batas plafond dan bisa melunasinya setiap saat
meski belum jatuh tempo. Adapun jangka waktunya 1 tahun dan dapat
diperpanjang bila memenuhi syarat.
a. Penarikan dana Pinjaman Harian dapat dilakukan sewaktu-waktu serta
berulang-ulang dengan menggunakan tanda terima khusus dari Koperasi
Simpan Pinjam jasa sesuai dengan batas plafond yang diberikan.
b. Jangka waktu pinjaman maksimum selama 1 (satu) tahun.
Pinjaman Harian dapat diperpanjang selama 1 (satu) tahun lagi, dengan
catatan jika masih layak dan memenuhi persyaratan yang ada. Jaminan
yang digunakan berupa barang tak bergerak atau simpanan-simpanan.
Bunga ringan dihitung menurun berdasarkan jangka waktu pemakaian
pinjaman.
2. Pinjaman Berjangka
Pinjaman Berjangka diberikan kepada anggota, calon anggota dan anggota
koperasi lain maupun koperasi. Penarikan pinjaman ini dilakukan secara
sekaligus. Peminjam diwajibkan membayar bunga dan pokok pinjaman setiap
bulan, atau membayar bunga setiap bulan dan pokok pinjaman dilunasi pada
saat jatuh tempo. Jangka waktu pinjaman selama 1 (satu) tahun. Jaminan yang
diagunkan berupa barang tak bergerak, barang bergerak atau simpanansimpanan.
3. Pinjaman Insidentil
Pinjaman Insidentil diberikan kepada anggota, calon anggota, anggota
koperasi lain maupun koperasi. Penarikan pinjaman dilakukan secara
sekaligus. Peminjam diwajibkan membayar bunga setiap bulan, dan pokok
pinjaman dilunasi pada saat Jatuh Tempo. Jangka waktu pinjaman selama 3
(tiga) bulan. Jaminan yang digunakan berupa barang tak bergerak, barang
bergerak atau simpanan-simpanan.
4. Pinjaman Anuitet (Angsuran Tetap)
Pinjaman ini diberikan kepada Anggota, Calon Anggota, Anggota Koperasi
lain maupun Koperasi koperasi gotong royong Kota Jayapura. Penarikan
Pinjaman ini dilakukan secara sekaligus. Peminjam diwajibkan membayar
bunga dan Pokok Pinjaman tiap bulan (Angsuran Tetap) selama Jangka Waktu
yang disepakati.
a. Jangka waktu Pinjaman selama :
b. 12 (dua belas) bulan
c. 24 (dua puluh empat) bulan
d. 36 (tiga puluh enam) bulan
e. 48 (empat puluh delapan) bulan
f. Jaminan yang digunakan berupa barang tak bergerak, barang bergerak atau
simpanan-simpanan.
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
74
Di samping itu ada Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib, adalah suatu
kewajiban yang harus dipenuhi oleh perorangan untuk menjadi Anggota Kopersi
Gotong Royong Kota Jayapura, dan sebagai Anggota sekaligus adalah sebagai
pemilik Koperasi Gotong Royong dan berhak (berkewajiban) untuk
memanfaatkan dan atau menerima dan manfaat yang diselenggarkan atau
difasilitasikan oleh Koperasi.
Simpanan Pokok adalah sebagai berikut:
1. Simpanan Pokok adalah Simpanan Anggota yang disetor pada saat seseorang
secara resmi dinyatakan sebagai Anggota Koperasi, besarnya Simpanan Pokok
adalah sebesar Rp 2.000.000, (dua juta rupiah).
2. Uang Simpanan Pokok dibayar sekaligus dan atau anggota dapat
mengangsurnya (dicicil-cicil) sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) bulan
angsuran disertai dengan pernyataan kesanggupan mencicil secara tertulis.
3. Koperasi tidak memberikan jasa bunga terhadap Simpanan Pokok yang telah
disetor kepada Koperasi.
Simpanan Wajib adalah sebagai berikut:
1. Simpanan Wajib adalah simpanan yang harus disetor oleh anggota setiap
bulan.
2. Besarnya Simpanan Wajib ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp
50.000,(limapuluh ribu rupiah).
3. Anggota yang tidak menyetor Simpanan Wajib melebihi 3 (tiga) bulan dalam
satu tahun dinyatakan sebagai anggota non-aktif dalam tahun yang
bersangkutan10.
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak dapat ditarik kembali selama
anggota belum berhenti menjadi anggota. Tabungan Dana, Simpanan Berjangka,
Kerahasiaan Dan Penarikan Simpanan Sistem pengelolaan Tabungan Dana
Koperasi dan Simpanan Berjangka Koperasi, diselenggakaran dalam dua sistem
yang pengelolaan (di-manage) secara tersendiri/terpisah, yaitu :
1. Tabungan Dana adalah simpanan anggota dan atau bukan anggota (dalam
pengertian : calon anggota atau lembaga Koperasi) yang penyetorannya
dilakukan dengan jumlah setoran awal minimum sebesar Rp 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah).
2. Terhadap Tabungan Dana dapat diberikan jasa bunga tabungan yang besarnya
ditetapkan oleh Pengurus dan dipertanggung jawabkan kepada Rapat Anggota
dengan batasan tidak melebihi rata-rata tingkat suku bunga tabungan bank
Pemerintah yang berlaku.
3. Tabungan Dana adalah kewajiban atau hutang koperasi yang dijamin atas
kekayaan yang dimiliki oleh koperasi.
4. Adapun ketentuan lainnya mengenai tabungan dana dan atau bentuk serta jenis
tabungan selanjutnya diatur secara khusus dengan peraturan pelaksana yang
ditetapkan oleh Pengurus, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan/
perundang-undangan yang berlaku.
10
wawancara dengan Hartono sebagai menejer Koperasi Gotong Royong Waena Kota Jayapura 10
Januari 2013
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
75
5. Tabungan Dana sewaktu-waktu pada hari kerja dapat ditarik dalam jumlah
sebahagian atau seluruh dana yang tercatat sebagai saldo rekening tabungan,
kebijakan ini diatur lebih lanjut oleh Pengurus secara khusus dalam peraturan
pelaksanaan tersendiri.
Simpanan Berjangka adalah simpanan dana di koperasi dengan jangka
waktu simpanan tidak lebih dari 1 (satu) tahun, dan yang penyetorannya dilakukan
sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan Koperasi. Jumlah Simpanan Berjangka
sekurang-kurangnya sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Simpanan
Berjangka sebelum jatuh tempo, dapat ditarik kembali oleh anggota penyimpan
setiap saat dikehendaki dengan ketentuan rencana penarikannya diberitahukan
kepada pengurus selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum tanggal penarikannya
dan/ atau sesuai perjanjian yang disepakati sebelumnya 11.
Berdasarkan ketentuan yang baku, “pinjaman” adalah penyediaan uang
(dana) atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajiban atau hutangnya setelah
jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan yang telah
disepakti bersama seperti.
Pelaksanaan Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Di Koperasi Oleh Pihak
Peminjam
Koperasi memiliki peranan sangat penting yang menumbuh dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat, serta dalam mewujudkan kehidupan
demokrasi ekonomi, yang mempunyai ciri ciri, demokrasi, kebersamaan,
kekeluargaan dan keterbukaan. Sebagai alat ekonomi dan kemasyarakatan
koperasi menjalankan suatu kegiatan atau usaha ekonomi yang ditujukan untuk
kepentingan anggotanya. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Gotong Royong Kota
Jayapura menjalankan usaha simpan pinjam, yang bertujuan untuk membantu para
anggotanya dalam memperoleh pinjaman uang. Kekhususan dari perjanjian kredit
antara koperasi dengan para anggotanya, yaitu pemberian kredit oleh koperasi
bersifat cepat, mudah dan dengan bunga yang ringan12.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa
perjanjian pinjam meminjam uang pada Koperasi Gotong Royong di kota
Jayapura pada umumnya adalah bersifat tertulis berupa perjanjian baku yang
klausul-klausul perjanjiannnya ditentukan sepihak oleh Koperasi Gotong Royong
kemudian ditawarkan oleh pemohon kredit, yang mana ketika ada kesepakatan
berupa tandatangan dari pemohon kredit maka pada saat itu juga terjadi transaksi
pinjam meminjam uang antara kedua belah pihak. Dalam perjanjian tertulis
tersebut akan ada beberapa kesepakatan termasuk di dalamnya mengenai akibatakibat yang akan di tanggung oleh pihak nasabah apabila terjadi wanprestasi yang
dilakukan oleh nasabah13.
Adapun isi perjanjian pinjam meminjam uang ini memuat tentang :
11
Ibid. 10 Januari 2013
wawancara dengan Sugiono 4 Januari 2013
13
wawancara dengan Nurhayati sebaagai anggota simpan pinjam, 6 Januari 2013
12
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
76
1.
2.
3.
4.
5.
Identitas pemohon kredit
Besarnya pinjaman
Waktu Peminjaman
Anggunan atau jaminan (jika diperlukan)
Akibat-akibat yang akan di tanggung oleh pihak nasabah apabila terjadi
wanprestasi yang dilakukan oleh nasabah.
Tata cara permohonan pinjaman adalah merupakan aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh pemohon pinjaman, petugas dan pejabat pinjaman serta pihak
terkait lainnya beserta kelengkapan administrasi/formulir-formulir yang
diperlukan dalam proses permohonan pinjaman hingga kepada saat pencairan
pinjaman. Permohonan Pinjaman terdiri atas:
1. permohonan layanan pinjaman oleh peminjam baru (pinjaman baru)
2. permohonan layanan pinjaman oleh peminjam lama (pinjaman
ulangan/tambahan).
Adapun Prosedur Umum peminjaman di koperasi simpan pinjam Gotong
Royong adalah sebagai berikut:
1. Calon Peminjam mengisi Formulir Pemohonan dan Analisa Pinjaman dan
melampirkan kelengkapan dokumen yang diperlukan, seperti :
a. Fotokopi Tanda Pengenal Diri dan Pasangan (suami dan istri) yang masih
berlaku
b. Fotokopi Kartu Keluarga
c. Bukti Kepemilikan Harta Jaminan, jika diperlukan
2. Calon Peminjam memiliki simpanan pokok dan wajib di koperasi simpan
pinjam Gotong Royong, bagi pemohon yang merupakan anggota koperasi
simpan pinjam Gotong Royong dan bagi calon anggota, diwajibkan
memelihara simpanan calon anggota selama masa pinjaman.
3. Calon Peminjam memberikan informasi yang diperlukan kepada petugas
pinjaman yang ditunjuk oleh koperasi simpan pinjam Gotong Royong (baik
melalui wawancara maupun dalam kunjungan lapangan);
4. Calon Peminjam membayar biaya administrasi 1,5% dan provisi 0,5% pada
saat pencairan pembiayaaan dari pinjaman yang dicairkan dan biaya-biaya
langsung lain jika ada (seperti biaya materai, biaya notaris atau biaya
pengikatan jaminan);
5. Pengurusan administrasi permohonan pinjaman tidak dapat diwakilkan oleh
calon peminjam kepada pihak lain;
6. Mentaati peraturan yang telah ditetapkan oleh koperasi simpan pinjam Gotong
Royong;
Untuk permohonan fasilitas pinjaman baru prosedur adalah sebagai berikut :
1. Saat Pengajuan Permohonan
a. Calon Peminjam memenuhi Prosedur Umum dan menyerahkan semua
dokumen persyaratan kepada Petugas Pinjaman;
b. Petugas Pinjaman menerima dan memeriksa kelengkapan dokumen tersebut
di atas, dan selanjutnya menyerahkan seluruh berkas kepada Kepala
Cabang/Kepala Unit Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam untuk
menentukan waktu pelaksanaan survey.
2. Survey Lapangan dan Analisa
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
77
a. Dilakukan paling lambat 2 hari setelah pengisian Formulir Permohonan dan
Analisa Pinjaman, dimana keputusan untuk melakukan survey dan analisa
pinjaman dikeluarkan oleh Kepala Cabang/Kepala Unit Simpan
Pinjam/Unit Simpan Pinjam;
b. Petugas Pinjaman melakukan survey/kunjungan lapangan untuk melakukan
analisa pinjaman yang mencakup:
1) Pengujian kebenaran informasi dalam Formulir Permohonan dan Analisa
Pinjaman melalui:
- wawancara dengan calon peminjam, tetangga atau pihak lainnya
yang dianggap berkaitan atau berkepentingan,
- inspeksi/pemeriksaan langsung ke tempat usaha atau rumah, dan
- penelitian dokumen-dokumen/catatan-catatan terkait;
2) Pengisian Formulir Permohonan dan Analisa Pinjaman dengan temuantemuan dan analisa tentang kondisi peminjam termasuk kondisi usaha
(pendapatan);
3) Analisa kelayakan peminjam berdasarkan prinsip 5 C: Character
(Karakter Debitur), Capital (Permodalan), Collateral (Agunan),
Conditions (Kondisi usaha dan ekonomi), Capacity (Kapasitas
Peminjam dan usahanya);
4) Memberi usulan berdasarkan hasil pengujian di atas dalam Formulir
Permohonan dan Analisa Pinjaman.
c. Setelah survey dan analisa diatas selesai, Petugas Pinjaman memberi usulan
besaran pinjaman berikut persyaratannya dan menuliskannya dalam
Formulir Permohonan dan Analisa Pinjaman.
d. Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah survey dan analisa selesai dilakukan,
Petugas Pinjaman menyampaikan hasil survey, hasil analisa dan usulannya
kepada Komite Pinjaman yang akan memutuskan disetujui atau tidak
disetujuinya permohonan pinjaman.
3. Evaluasi atas Permohonan
a. Komite Pinjaman, sesuai dengan kewenangan, melakukan evaluasi dan
memberikan keputusan atas permohonan pinjaman dalam waktu selambatlambatnya dua (2) hari kerja setelah hasil survey, analisa dan usulan dari
Petugas Pinjaman diterima;
b. Segera setelah keputusan dihasilkan oleh Komite Pinjaman, Petugas
Pinjaman menyampaikan keputusan permohonan pinjaman dari Pinjaman
Komite kepada calon peminjam;
c. Apabila permohonan ditolak, maka Petugas Pinjaman memproses
permohonan pinjaman yang lain;
d. Apabila permohonan disetujui, maka prosedur berlanjut pada pencairan
pinjaman
4. Pencairan Pinjaman
a. Persetujuan Komite Pinjaman atas permohonan pinjaman dituangkan
dalam kolom khusus pada Formulir Permohonan dan Analisa Pinjaman
dari calon peminjam yang bersangkutan;
b. Berdasarkan persetujuan tertulis di atas, Petugas Pinjaman
mempersiapkan:
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
78
1) Akad Pinjaman;
2) Berita Acara Penyerahan Bukti Barang Jaminan;
3) Surat Pernyataan Penyerahan Barang Jaminan dan Kuasa Menjual
Jaminan;
4) Surat Kuasa Pemotongan gaji (apabila diperlukan);
5) Buku Pinjaman dan Simpanan
c. Calon peminjam menandatangani dokumen-dokumen tersebut di atas
bersama-sama dengan pejabat berwenang dari Koperasi simpan pinjam
Gotong Royong dan atau pihak lainnya yang ditunjuk oleh pihak Koperasi
simpan pinjam Gotong Royong;
d. Setelah penandatangan perjanjian pinjaman, petugas pinjaman
memberikan kepada peminjam:
1) Berita Acara Penyerahan Bukti Barang Jaminan;
2) Buku Pinjaman dan Simpanan.
e. Petugas Pinjaman menyerahkan berkas dokumen di atas kepada kasir
untuk tindak lanjut pencairan;
f. Petugas Pinjaman menyimpan seluruh berkas permohonan Pinjaman,
persetujuan Pinjaman dalam satu file dan disimpan di dalam lemari Bagian
Pinjaman. Dokumen pinjaman terdiri atas:
1) Formulir Permohonan dan Analisa Pinjaman;
2) Fotocopy KTP, Kartu Keluarga dan Bukti Kepemilikan jaminan;
3) Perjanjian Pinjaman;
4) Surat Pernyataan Penyerahan Barang Jaminan dan Kuasa Menjual
Jaminan;
5) Laporan Kunjungan Lapangan;
6) Dokumen pendukung lainnya: SK Pemotongan Gaji, Surat Kuasa
Jaminan (jika barang jaminan bukan merupakan milik peminjam);
g. Pencairan dilakukan secara tunai kepada yang bersangkutan.
Sedangkan Tata Cara Permohonan Fasilitas Pinjaman Ulangan /
Tambahan adalah sebagai berikut :
1. Saat Pengajuan Permohonan
a. Telah melunasi seluruh kewajiban yang timbul akibat pinjaman yang
sedang berjalan (pokok, bagi hasil maupun biaya-biaya/kewajibankewajiban lain);
b. Memiliki catatan pembayaran yang memuaskan, tepat waktu, tidak ada
tunggakan dan menunjukkan sikap koperatif (kerjasama yang baik);
c. Mengisi Formulir Permohonan dan Analisa Pinjaman dan
kelengkapannya dan menyerahkan kepada Petugas Pinjaman
d. Petugas Pinjaman memeriksa ulang keabsahan data-data pemohon
misalnya masa berlaku kartu identitas, kecocokan alamat dan data
kependudukan. Jika sudah kadaluarsa, maka calon peminjam wajib
menyerahkan data terbaru. Jika tidak, maka data lama dapat
dipergunakan kembali;
e. Selanjutnya mengikuti prosedur sama seperti tata cara peminjaman baru.
2. Survey Lapangan & Analisa
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
79
a. Dilakukan paling lambat 2 hari setelah peminjam mengisi Formulir
Permohonan dan Analisa Pinjaman;
1) Petugas Pinjaman bersama Kepala Cabang/Kepala Unit Simpan
Pinjam/Kepala Unit Simpan Pinjam meninjau kembali usaha dan
tempat tinggal pemohon;
2) Membuat laporan analisa permohonan pinjaman yang baru dan
membandingkannya dengan data fasilitas sebelumnya;
3) Menganalisa ulang kelayakan peminjam berdasarkan prinsip 5 C:
Characteristic, Capital, Collateral, Condition and Capacity;
b. Petugas Pinjaman memberikan usulan pinjaman dan persyaratannya
dalam Analisa Pinjaman;
c. Paling lambat 2 (dua) hari setelah survey dan analisa dilakukan,
Petugas Pinjaman menyampaikan hasil survey, analisa dan usulan
kepada Kepala Cabang/Kepala Unit Simpan Pinjam/Kepala Unit
Simpan Pinjam.
3. Evaluasi Permohonan
a.
Penilaian
kelayakan
penambahan
dilakukan
dengan
mempertimbangkan peningkatan volume usaha, kondisi agunan yang
nilainya tidak mengalami penurunan, catatan pembayaran kewajiban
atas fasilitas pinjaman sebelumnya;
b. Kepala Cabang/Kepala Unit Simpan Pinjam/Kepala Unit Simpan
Pinjam atau Komite Pinjaman kemudian membuat keputusan atas
permohonan penambahan fasilitas pinjaman dari pemohon yang
bersangkutan.
c. Apabila permohonan ditolak, maka Petugas Pinjaman memproses
permohonan pinjaman yang lain;
d. Apabila permohonan disetujui, maka prosedur berlanjut pencairan
pinjaman seperti yang permohonan pinjaman baru
Permasalahan-Permasalahan Simpan Pinjam Yang Timbul Di Koperasi
Gotong Royong
Perkembangan yang cukup menggembirakan inipun harus diikuti dengan
pengembangan bagi pelaku – pelaku Koperasi itu sendiri, mengingat pertumbuhan
kelembagaan yang tinggi tanpa diikuti dengan kompetensi dari para pelaku
Koperasi memiliki resiko yang sangat tinggi terhadap perkembangan Koperasi itu
sendiri dimasa yang akan datang. Harus diakui bahwa tidak ada satu aktivitas
apapun yang kita lakukan yang tidak mengandung resiko, namun hal ini tidak
berarti bahwa dengan adanya resiko yang ditimbulkan dari setiap aktivitas
menyebabkan kita tidak melakukan aktivitas apapun guna menghindari resiko
yang akan timbul. Resiko merupakan bahaya, resiko adalah ancaman atau
kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang
berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Namun demikian resiko juga harus
dipandang sebagai peluang, yang dipandang berlawanan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Jadi kata kuncinya adalah tujuan dan dampak pada sisi yang berlawanan.
Dengan kata lain resiko adalah probabiltas bahwa “Baik” atau “Buruk”
yang mungkin terjadi yang akan berdampak terhadap tujuan yang ingin kita capai.
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
80
Untuk itu resiko perlu kita kelola dengan baik melalui proses yang logis dan
sitematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi
serta memonitor dan pelaporan resiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau
proses atau yang biasa kita kenal dengan manajemen resiko 14.
Kembali pada perkembangan koperasi, walaupun mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan Koperasi senantiasa atau sering kali
terganjal oleh sejumlah masalah klasik, demikian halnya dengan permasalahanpermasalahan simpan pinjam yang timbul di Koperasi Gotong Royong Kota
Jayapura diantaranya :
1. Lemahnya partisipasi anggota
2. Kurangnya permodalan
3. Pemanfaatan pelayanan
4. Lemahnya pengambilan keputusan
5. Lemahnya Pengawasan
Masalah – masalah tersebut diatas merupakan potensi resiko yang yang
tampak dan teridentifikasi, sehingga berangkat dari permasalahan umum tersebut
Koperasi seharusnya sudah mampu melakukan mitigasi resiko atas permasalahan
tersebut diatas. Selanjutnya bagi Koperasi yang bergerak dalam usaha simpan
pinjam merupakan industri yang sarat dengan resiko, yang dikelola hampir sama
dengan perbankan, yakni uang masyarakat (anggota koperasi) dan kemudian
menyalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (anggota koperasi dan
dalam hal Koperasi memiliki kapasitas berlebih maka Koperasi dapat melayani
Non Anggota) yang membutuhkan. Dengan resiko tersebut maka sudah
selayaknya menerapkan konsep manajemen resiko, sebagai konsekuensi dari
bisnis yang penuh dengan resiko. Artinya resiko yang mungkin timbul dimitigasi
dengan cara menerapkan manajemen resiko disemua lini dan bidang. Hal ini
menunjukan bahwa pengurus dan pengelola koperasi sudah selayaknya memiliki
kemampuan dalam hal manajemen resiko atau sudah mengikuti program
sertifikasi manajemen resiko. Tentunya konsep yang ditawarkan disesuaikan
dengan tingkat resiko yang melekat pada bisnis koperasi15.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk memperkecil ruang dan
kesempatan para pembobol koperasi untuk melancarkan aksinya adalah dengan,
memberlakukan manajemen risiko dalam praktek berkoperasi. Masalah ini
sebenarnya masalah klise yang sudah dicoba dipecahkan jauh hari sebelum
meledaknya berbagai kasus di koperasi. Fenomena ini tentunya sejalan dengan
rencana penataan modal koperasi, yang seharusnya juga disesuaikan dengan
kemajuan Koperasi yang bersangkutan. Semua risiko yang muncul harus bisa
ditutup dengan modal koperasi. Itu berarti manajemen risiko merupakan back
bone menuju koperasi yang sehat. Pengalaman tidak menyenangkan yang
menimpa beberapa koperasi memperlihatkan bahwa persoalan manajemen risiko
tidak bisa dianggap enteng. Pengalaman memberi pelajaran berharga bahwa
pengelolaan risiko yang buruk dapat membahayakan kelangsungan koperasi.
14
wawancara dengan Hartono sebagai menejer Koperasi Gotong Royong Waena Kota Jayapura 8
Januari 2013
15
Ibid. 11 Januari 2013
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
81
Risiko-resiko yang harus di-cover oleh koperasi dan Faktor risiko yang
sering melekat pada bisnis koperasi khususnya koperasi simpan pinjam, jika dikaji
lebih jauh, tenyata jumlahnya sangat banyak di antaranya 16 :
1. Resiko Kredit, resiko ini didefinisikan sebagai resiko kerugian sehubungan
dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban
untuk membayar kembali dana yang dipinjamkannya secara penuh pada saat
jatuh tempo atau sesudahnya.
2. Resiko Likuiditas, resiko yang disebabkan Koperasi tidak mempu memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Resiko Operasional, resiko operasional didefinisikan sebagai resiko kerugian
atau ketidakcukupan proses internal, sumber daya manusia dan system yang
gagal atau dari peristiwa eksternal.
4. Resiko Bisnis, adalah resiko yang terkait dengan posisi persaingan antar
Koperasi dan prospek keberhasilan Koperasi dalam perubahan pasar.
5. Resiko Strategik, adalah resiko yang terkait dengan keputusan jangka panjang
yang dibuat oleh pengurus dan pengelola.
6. Resiko Reputasional, resiko kerusakan pada Koperasi yang diakibatkan dari
hasil opnini public yang negative.
Tentunya, penerapan manajemen risiko dalam operasional koperasi sejalan
dengan pertumbuhan bisnisnya. Bagi koperasi ukuran kecil, penerapan
manajemen risiko minimal adalah untuk mereduksi risiko kredit, risiko likuiditas,
serta risiko operasional. Bagi koperasi dengan ukuran dan kompleksitas bisnis
tinggi dan pernah memiliki pengalaman kerugian karena risiko hukum, reputasi,
strategik, dan kepatuhan, yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya,
wajib menerapkan manajemen risiko untuk seluruh risiko yang dimaksud 17. Pada
dasarnya risiko masih dapat dikelola. Pengelolaan risiko adalah upaya yang sadar
untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan bentuk kerugian yang
dapat timbul. Ini merupakan upaya yang terus-menerus, karena risiko akan
dihadapi oleh siapa saja.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian perjanjian pinjam meminjam uang pada
Koperasi Gotong Royong di kota Jayapura pada umumnya adalah bersifat
tertulis berupa perjanjian baku yang klausul-klausul perjanjiannnya
ditentukan sepihak oleh Koperasi Gotong Royong kemudian ditawarkan oleh
pemohon kredit, yang mana ketika ada kesepakatan berupa tandatangan dari
pemohon kredit maka pada saat itu juga terjadi transaksi pinjam meminjam
uang antara kedua belah pihak.
2. Permasalahan-permasalahan simpan pinjam yang timbul di Koperasi Gotong
Royong Kota Jayapura diantaranya :
a. Lemahnya partisipasi anggota
b. Kurangnya permodalan
16
wawancara dengan Zainal anggota Koperasi Gotong Royong Waena Kota Jayapura 11 Januari
2013
17
Ibid.
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
82
c. Pemanfaatan pelayanan
d. Lemahnya pengambilan keputusan
e. Lemahnya Pengawasan
Saran
1. Kepada Koperasi Gotong Royong di Waena Kota Jayapura dalam
melaksanakan kegiatan simpan pinjam agar dapat bekerja lebih berpihak
kepentingan umum karena Koperasi Gotong Royong di Waena Kota Jayapura
memiliki peranan sangat penting yang menumbuh dan mengembangkan
potensi ekonomi rakyat, serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi
ekonomi, yang mempunyai ciri ciri, demokrasi, kebersamaan, kekeluargaan
dan keterbukaan. Sebagai alat ekonomi dan kemasyarakatan koperasi
menjalankan suatu kegiatan atau usaha ekonomi yang ditujukan untuk
kepentingan anggotanya.
2. Kepada Koperasi Gotong Royong Waena Kota Jayapura, berdasarkan
keterangan permasalahan-permasalahan di atas uatama yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan simpan pinjam Perlunya upaya untuk
meningkatkan kesadaran kepada anggota koperasi betapa pentingnya
membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela demi
kelangsungan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Affifi Faia 1994, Pemasaran internasional, Cetakan pertama, Jakarta;
Subekti, 1978, Hukum Perjanjian Indonesia, Sinar Grafika Jakarta cetakan kedua;
Lukman Santoso, perjanjian kontrak,cetakan pertama,2012;
RT Sutantya Raharja Hadi Kusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja
Subekti, Pokok-Pokok Perjanjian, Djambatan, Jakarta, 2007;
Grafindo Persada, Jakarta Cetakan Keempat;
Wawancara dengan Hartono sebagai menejer Koperasi Gotong Royong Waena
Kota Jayapura 6 Januari 2013;
Wawancara dengan Sugiono 4 Januari 2013;
Wawancara dengan Nurhayati sebaagai anggota simpan pinjam, 6 Januari 2013;
Wawancara dengan Hartono sebagai menejer Koperasi Gotong Royong Waena
Kota Jayapura 8 Januari 2013;
Wawancara dengan Zainal anggota Koperasi Gotong Royong Waena Kota
Jayapura 11 Januari 2013.
JURNAL PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM “MIX LAW”
Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA - JAYAPURA
Download