peningkatan kualitas csr berlandaskan community development

advertisement
PENINGKATAN
BERLANDASKAN
KUALITAS
CSR
COMMUNITY
DEVELOPMENT
Menigkatkan kualitas CSR dengan mengembangkan suatu
unit usaha yang mengolah kekayaan sumber daya lokal
dengan memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku
utama
Abstrak
CSR atau corporate social responsibility yang merupakan imbal balik suatu perusahaan atas
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan perusahaan tersebut akhir- akhir ini banyak
sekali dilakukan oleh perusahaan.
Bentuk yang mereka lakukan adalah memberikan
beasiswa, bakti lingkungan, membantu korban bencana dan memberi santunan dan
sumbangan kepada masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Program CSR ini sejalan
dengan tujuan pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah yakni MDGs 2020. Dengan
melaksanakan progam CSR ini, biasanya akan menguntungkan bagi perusahaan karena
keberadaannya akan direspon secra positif oleh masyarakat
yang akan menyebabkan
kepercayaan masyarakat akan meningkat yang ujungnya juga akan meningkatkan penjualan
produk yang dihasilkan.
Pada karya tulis ini, kami akan melakukan suatu inovasi program CSR yang dikembankan
oleh PT.Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Program CSR yang dijalankan oleh Indocement
dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, SosialBudaya-Agama-Olahraga dan Keamanan.Selama ini CSR yang dilakukan telah berjalan
dengan baik, dibuktikan dengan diraihnya CSR Award 2008 dan Peringkat Emas PROPER
2009. Pembahasan pada makalah ini kami akan berupaya berinovasi program CSR di sektor
perekonomian dengan mempertimbangkan aspek kekayaan sumber daya lokal. Sehingga
nantinya masyarakat tidak langsung menerima bantuan tunai dari perusahaan tapi mereka
harus mengupayakan dana bantuan tersebut untuk dikembangkan sesuai dengan sumber
daya yang dimiliki. Sehingga, mereka tidak hanya memperoleh pembangunan secara fisik
namun juga faktor psikis dan kognitif mereka. Dampak jangka panjangnya, mereka akan
mampu survive secara mandiri tanpa bantuan perusahaan yang bersangkutan dan mereka
mampu mengembangkan kemampuan ekonomi mandiri mereka sendiri.
Kata kunci : CSR, Indocement, sumber daya lokal, ekonomi mandiri
I.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsep pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab
sosial perusahaan semakin marak dibicarakan dalam dunia bisnis dan perusahaan di era
globalisasi ini, terutama sejak dilakukannya penandatanganan Millenium Development
Goals (MDGs) oleh beberapa negara di dunia pada tahun 2000. Indonesia sebagai salah satu
negara yang turut menandatangani perjanjian MDGs tersebut telah mengatur sejumlah
regulasi yang terkait dengan pelaksanaan program CSR bagi perusahaan yang melakukan
pemanfaatan sumber daya alam, seperti yang tercantum dalam UU PT tahun 2007 Pasal 74
ayat 1.
PT Indocement Tunggal Prakarsa sebagai salah satu perusahaan ekstraktif besar yang
bergerak di bidang pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia turut memiliki kewajiban
dalam melaksanakan kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Implementasi program CSR oleh perusahaan ini dinilai telah terlaksana dengan baik. Hal ini
dapat dilihat dari sejumlah penghargaan yang diterima perusahaan terkait dengan
pelaksanaan program CSR, diantaranya Penghargaan Terbaik 1 “Indonesian CSR Awards
2008” dan Peringkat Emas PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2009.
Indocement berkeinginan untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan
lingkungan serta komunitas yang berkesinambungan, dengan mengintegrasikannya dengan
tujuan Perseroan untuk mengurangi kemiskinan. Karenanya, penciptaan lapangan pekerjaan
dan terciptanya lingkungan tempat tinggal yang berkelanjutan merupakan aspek kunci dari
program CSR lingkungan.
Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun
berdasarkan lima pilar utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial-BudayaAgama-Olahraga dan Keamanan. Seringkali, dua atau lebih dari tujuan mungkin saling
tumpang tindih dalam suatu program. Dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium
(Millenium Development Goals/MDG), program CSR Indocement terutama fokus pada
tujuan: Penanggulangan kemiskinan, Pendidikan, dan Lingkungan. Program-program di
Indocement dirancang untuk memenuhi kebutuhan strata sosial yang berbeda dalam
masyarakat. Banyak kegiatan berupaya melibatkan dan memberikan manfaat bagi sebagian
besar anggota masyarakat yang kurang mendapatkan kesempatan, sementara yang lain
bertujuan untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh
masyarakat yang berpotensi.
Pelaksanaan dan implementasi program CSR berlandasakan pada kebijakan
PT.Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable Development dan prinsip
Triple
Bottom
Lines
(ekonomi,
sosial,
dan
lingkungan).
Perumusan
kebijakan
PT.Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung jawab
sosial perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi
yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun
kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya
komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan
konsep
ramah
lingkungan
(environment
friendly)
dengan
tetap
memperhatikan
pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development).
Dengan meninjau visi dan misi departemen CSR indocement tersebut, kami
bermaksud untuk mengembangkan program CSR dimana Indocement sebagai corporate
melakukan langkah sosial dengan membuka suatu unit usaha yang mengolah sumber daya
lokal dimana pengelola dan pekerja di unit usaha tersebut dilakukan oleh masyarakat lokal.
Sebagai contoh misal program CSR akan diterapkan pada suatu daerah yang mempunyai
kekayaan alam berupa singkong. Nah, indocement sebagai pelaksana CSR melakukan
pelatihan pengolahan pasca panen produk singkong kemudian memberikan sumbangan dana
untuk membuka suatu unit usaha (sejenis pabrik skala kecil), dimana masyarakat yang telah
di training dijadikan pengelola untuk kemudian merekrut pekerja dari masyarakat sekitar
yang menganggur. Sehingga hasil dari program CSR ini, selain dapat membantu ekonomi
masyarakat, juga akan mampu mengurangi masalah sosial dan dengan meningkatnya
perekonomian masyarakat, maka sektor pendidikan akan mengalami peningkatan dan
nantinya juga masyarakat akan memiliki kemampuan untuk melestarikan kekayaan budaya
mereka.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami memaparkan tentang pengembangan progam CSR yang
sudah ada, agar tujuan dari pelaksanaan CSR ini akan sejalan dengan progam pembangunan
pemerintah yang berorientasi pada tercapainya MDGs 2020. Dengan demikian, kami akan
memaparkan bagaimana CSR suatu perusahaan tidak hanya memberikan manfaat kepada
masyarakat sekitar perusahaan namun juga bagaimana memberdayakan masyarakat agar
mampu menjaga keberadaan manfaat yang dirasakan agar dapat terus terpelihara bahkan
hingga anak cucu mereka.
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk beberapa hal sebagai berikut:
1.
Mengembangkan program CSR yang telah dijalankan oleh suatu perusahaan
dalm hal ini PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. agar sejalan dengan progam
pembangunan MDGs 2020 dari pemerintah.
2.
Mengenal startegi dan bentuk- bentuk pelaksanaan CSR pada suatu
perusahaan
3.
Dapat menjadi bahan acuan dan evaluasi perusahaan terhadap progam CSR
yang telah dijalankan
1.4
Pembatasan Masalah
Pada makalah ini, pembahasan masalah kami batasi pada penerapan progam CSR
pada PT.Indocement Tunggal Perkasa Tbk dimana kami hanya akan meninjau
pelaksanaan Progam CSR pada sektor perekonomian. Disini kami tidak akan
mengusulkan perubahan pengelolaan CSR, namun kami menyarankan adanya suatu
revitalisasi terhadap sistem CSR yang selama ini dilakukan.
II. Dasar teori
2.1 Konsep Corporate Social Responsibility
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi yang
dikemukakan oleh banyak ahli. Wibisono (2007) menyebutkan bahwa definisi CSR
berasal dari konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam
bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth
Century Business”. Dalam buku tersebut, Elkington mengemukakan konsep “3P”
(profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional
perusahaan, selain mengejar profit (keuntungan ekonomis) sebuah korporasi harus
dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep inilah yang senada dengan
latar belakang kemunculan konsep lain mengenai pelaksanaan CSR bagi perusahaanperusahaan yang dicetuskan oleh World Bank, yakni pembangunan berkelanjutan yang
dikembangkan lagi menjadi dua konsep penting, yaitu business sustainability dan
triple bottom line.
World Bank mendefinisikan konsep pembangunan berkelanjutan secara
operasional sebagai “A process whereby future generations receive as much capital
per capita, or more than, the current generation has available”. Definisi tersebut
menggambarkan bahwa penurunan modal natural yang diakibatkan oleh kegiatan
operasional perusahaan seharusnya dapat dikompensasikan dengan peningkatan
bentuk modal yang lain, yang dapat dituangkan melalui pelaksanaan keberadaan
tujuan perusahaan, yaitu tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Secara etimologis,
istilah CSR di Indonesia disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
Adiprigandri (2006) mendefinisikan istilah tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
sebuah tindakan pengambilan keputusan yang rasional dan menghormati kelangsungan
hidup dan harkat semu pihak sehingga tidak hanya memikirkan kepentingan diri tapi
kepentingan umum.
Definisi istilah ini didasari oleh ciri penting dari esensi konsep tanggung jawab
yang bermoral, yakni rasionalitas (tindak impulsif atau semena-mena dan berupaya
memetakan alternatif dengan melihat akibatnya, serta jelas tujuan dan memperhatikan
rincian implementasinya) dan hormat (kesadaran dan kehendak untuk memperhatikan
bagaimana efek dari keputusan atau kebijakan yang diambil yang melebihi kesadaran
dan keprihatinan secara rasional sehingga tidak melihat pihak lain hanya sebagai alat
pencapaian tujuan sendiri). Ambadar (2008) mendefinisikan CSR merupakan salah
satu upaya perusahaan untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan
dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan
pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line).
Implementasi CSR merupakan salah satu upaya membangun konsep sustainable
development yang menghendaki hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia
usaha, dan masyarakat, sebab dunia usaha merupakan salah satu stakeholder yang
memiliki peranan penting terkait dengan kepemilikan terhadap potensi sumber daya
manusia dan modal perusahaan. Sukada (2006) menyimpulkan beberapa perbedaan
definisi dari istilah CSR menjadi segala upaya manajemen yang dijalankan entitas
bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan
pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif dari setiap pilar.
Berdasarkan definisi-definisi mengenai istilah CSR tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya konsep CSR mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh
perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosial atas eksistensinya dalam
kehidupan masyarakat dan terkait usaha untuk mendapatkan keuntungan ekonomis.
Berdasarkan konteks tersebut, pelaksanaan CSR merupakan pengimplemetasian
konsep triple bottom line demi tercapainya tujuan pembangunan dan bisnis yang
berkelanjutan.
International Organization for Standardization (ISO) sebagai induk organisasi
standarisasi internasional berhasil menghasilkan panduan dan standardisasi untuk
tanggung jawab sosial pada bulan September tahun 2004, yang diberi nama ISO
26000: Guidance Standard on Social Responsibility. ISO 26000 menjadi standar
pedoman untuk penerapan CSR. ISO 26000 mengartikan CSR sebagai tanggung jawab
suatu organisasi yang atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap
masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis.
Di dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh isu pokok, yaitu:
1. Pengembangan masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek kegiatan institusi yang sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak Asasi Manusia; dan
7. Organisasi Kepemerintahan
(Adji satrio, 2010)
2.2 Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR
Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan
kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder untuk
keberlanjutan kegiatan perusahaan. Menurut Susanta (2007), ada beberapa motivasi
perusahaan terkait dengan pelaksanaan CSR, diantaranya sebagai berikut:
1.
Menciptakan brand image dan brand reputation. Image atau reputasi dari
sebuah merek, baik merek produk maupun perusahaan, menjadi semakin relevan pada
masa sekarang, dimana pembelian produk oleh konsumen semakin dipengaruhi oleh
reputasi merek produk maupun perusahaan pembuat;
2.
Mengatasi krisis manajemen. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam
kegiatan CSR dapat menciptakan komunitas-komunitas yang bisa membantu
perusahaan mengatasi krisis
3.
Meningkatkan motivasi karyawan dan menarik karyawan berkualitas.
Kualitas perusahaan di bidang CSR dapat menimbulkan dampak positif di dalam
seperti meningkatkan kebanggaan karyawan. Melibatkan karyawan dalam kegiatan
CSR juga dapat meningkatkan kualitas moral karyawan dan bahkan menarik karyawan
berkualitas untuk masuk ke dalam perusahaan; dan
4.
Menciptakan inovasi. Perusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya inovasi.
Seringkali inovasi didapatkan dari hubungan yang dibangun oleh perusahaan dengan
masyarakat sekitar melalui aktivitas CSR. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan
inovasi yang dapat diciptakan untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dan
efisien.
(Adji satrio, 2010)
2.3 Strategi Pelaksanaan CSR
Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat model strategi pelaksanaan
kedermawanan sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat
dan lingkungan, yaitu:
1. Perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan
sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui corporate
secretary, public affair, hubungan masyarakat, atau manager community
development;
2. Perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi
sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju; Perusahaan bermitra
dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk menyelenggarakan program
kedermawanan misalnya dengan LSM, universitas, dan media massa; dan
3. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium di mana
perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau
mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial tertentu.
(adji satrio, 2010)
Strategi pelaksanaan CSR sangat terkait dengan sudut pandang yang dimiliki
oleh korporasi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya. Strategi
pelaksanaan program-program yang dimaksud dapat berupa kerjasama dengan pihak
ketiga, yayasan milik perusahaan atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Pada
dasarnya, pelaksanaan kegiatan CSR dalam jangka panjang memerlukan berbagai
pihak, untuk menciptakan pola kemitraan yang lebih strategis, yakni antara pelaku
bisnis, pemerintah dan masyarakat sebagai sasaran kegiatan CSR tersebut.
Strategi perusahaan dalam mengimplementasikan kegiatan CSR dipengaruhi
oleh standar yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Standar
pelaksanaan CSR tersebut antara lain Global Reporting Initiatives (GRI), Global
Sullivan Principles, OECD Guidelines for Multinational Enter, Principles for Global
Corporate Responsibility-Benchmarks, SA 8000, dan United Nations Global Compact.
Secara umum, dapat dilihat bahwa standar pelaksanaan kegiatan CSR mengacu pada
penerapan etika bisnis yang diindikasikan dengan faktor keselamatan kerja karayawan,
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan (Susanta, 2007).
(Rahmawati, 2010)
2.4 Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Penerapan program CSR oleh perusahaan sering kali tidak menjadikan
masyarakat sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan program. Peran serta
masyarakat pun dibatasi hanya pada tahap pelaksanaan saja, sehingga masyarakat
tidak dapat berdaya dan tidak berkembang daya kreatifnya. Akhirnya, partisipasi
menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006).
Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan
ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri
mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri
untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya.
Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka
dapat menegaskan kontrol secara efektif. Pengertian ini melihat keterlibatan
masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan
hasil, dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 dalam Nasdian, 2006). Melihat berbagai
pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas dapat
dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006). Pendapat ini sejalan
dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian (2006), yaitu “empowerment is road to
participation”.
(adji satrio, 2010)
2.5 Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjutan
Mengutip sebuah artikel yang pernah dimuat di majalah lensa etf edisi 1 nov 2006, eka
tjipta foundation yang ditulis oleh timotheus lesmana dengan isi sebagai berikut:
CSR memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun
CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan
perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan programprogram CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik. Oleh karena
itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus
menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.
Dengan masuknya program CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka akan
dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk
mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang dirancangnya. Pada saat ini
telah banyak perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan besar yang telah melakukan
berbagai bentuk kegiatan CSR, apakah itu dalam bentuk community development, charity,
atau kegiatan-kegiatan philanthropy. Tidak mudah memang untuk memberikan jawaban
yang tegas terhadap pertanyaan diatas, namun penulis (timotheus lesmana) beranggapan
bahwa “CSR is the ultimate level towards sustainability of development”. Umumnya
kegiatan-kegiatan community development, charity maupun philanthropy yang saat ini mulai
berkembang di bumi Indonesia masih merupakan kegiatan yang bersifat pengabdian kepada
masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh dari lokasi tempat dunia usaha
melakukan kegiatannya. Dan sering kali kegiatannya belum dikaitkan dengan tiga elemen
yang menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan tersebut. Namun hal ini adalah langkah
awal positif yang perlu dikembangkan dan diperluas hingga benar-benar dapat dijadikan
kegiatan Corporate Social Responsibility yang benar-benar sustainable.
Selain itu program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila, program yang
dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur
yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan dukungan
dengan penuh antusias dari karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan
program penebusan dosa dari pemegang saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara
intensif, maka nilai dari program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang
sangat besar bagi perusahaan.
Melakukan program CSR yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan
manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan itu sendiri maupun para stakeholder yang
terkait. Sebagai contoh nyata dari program CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dengan semangat keberlanjutan antara lain, yaitu: pengembangan bioenergi, melalui
kegiatan penciptaan Desa Mandiri Energi yang merupakan cikal bakal dari pembentukan
eco-village di masa mendatang bagi Indonesia. Program CSR yang berkelanjutan diharapkan
akan dapat membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan
mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara
terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta
kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut. Program CSR tidak
selalu merupakan promosi perusahaan yang terselubung, bila ada iklan atau kegiatan PR
mengenai program CSR yang dilakukan satu perusahaan, itu merupakan himbauan kepada
dunia usaha secara umum bahwa kegiatan tersebut merupakan keharusan/tanggung jawab
bagi setiap pengusaha. Sehingga dapat memberikan pancingan kepada pengusaha lain untuk
dapat berbuat hal yang sama bagi kepentingan masyarakat luas, agar pembangunan
berkelanjutan dapat terealisasi dengan baik. Karena untuk menciptakan masyarakat yang
sejahtera dan mandiri semua dunia usaha harus secara bersama mendukung kegiatan yang
terkait hal tersebut. Dimana pada akhirnya dunia usaha pun akan menikmati keberlanjutan
dan kelangsungan usahanya dengan baik.
2.6 Manfaat dari program CSR bagi perusahaan di Indonesia
Memang pada saat ini di Indonesia, praktek CSR belum menjadi suatu keharusan yang
umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya desakan globalisasi, maka
tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR akan semakin besar. CSR akan
menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan
daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra
perusahaan.
Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang
sulit untuk ditiru oleh para pesaing.
Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari
konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika
akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah
suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu
ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win win situation) – konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit
yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak
langsung.
Sekali lagi untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR,
diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang
peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena
kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat
manusia di masa datang. Perusahaaan perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang
tetap ada manusia di muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok.
(copyright@timotheus_lesmana)
III Pembahasan
1.
Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di
Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen
khusus. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan total
kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Indocement saat ini
mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa
Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan
Selatan. Sejak tahun 2005, Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan
meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan juga
memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II
dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat
ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Produk-produk Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang „Tiga Roda‟.
Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen terkemuka di dunia
yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham mayoritas
Indocement. Sejak itu, Indocement bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang
sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan
dengan
dukungan
HeidelbergCement
Group,
Indocement
kembali
memfokuskan
kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai dan agregat. Sejak
2006 hingga saat ini, Indocement telah berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat.
Indocement menyelesaikan proyek modifikasi Pabrik ke delapan di Citeureup pada tahun
2007, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen
per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan volume penjualan secara
signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Sebagai bagian
dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Indocement berhasil mengembangkan lebih
dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha curcas) pada lahan bekas penambangan batu
kapur. Indocement juga berhasil memprakarsai proyek pengolahan sampah rumah tangga
dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang
diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada
proses produksi, dan juga menghasilkan kompos.
3.2 Visi dan Misi PT Indocement
Visi dari PT Indocement ialah “Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri yang
berkualitas”. Sedangkan misi dari PT Indocement dalam mewujudkan visinya ialah “Kami
berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait,
serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan
pembangunan berkelanjutan”. PT Indocement juga mempunyai motto untuk mendorong
semangat para karyawan yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a
better life)” yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan sebagai corporate identity (PT
Indocement, 2008). Berdasarkan visi yang telah diputuskan oleh perusahaan maka dapat
terlihat secara eksplisit di dalam misinya menekankan adanya pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam empat
kebijakan utama PT Indocement yang mencangkup (Dewani, 2009):
1. Kebijakan Mutu
a) Senantiasa meningkatkan sistem manajemen mutu dan melakukan pengendalian
mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk klinker dan semen yang
dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait memiliki mutu yang konsisten untuk
memenuhi persyaratan bahkan melampaui kepuasan pelanggan.
b) Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar
memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu dan Sistem
Manajemen Mutu Internasional.
c) Memacu seluruh jajaran manajer dan supervisor untuk mengikutsertakan segenap
karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.
d) Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga utama
bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja berwawasan teknologi
dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan teknologi dan terobosan baru
2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan
dan
Komunitas
a) Senantiasa manjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang,
peraturan yang berlaku dan standar yang relevan.
b) Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko
untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat.
c) Senantiasa berupaya untuk menghemat sumberdaya alam, mengutamakan
keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu
melalui kegiatan perbaikan secara terus-menerus.
d) Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan
kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
3. Kebijakan Gaya Manajemen
a) Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan
untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan sasaran perusahan.
b) Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan
pihak eksternal dan internal yang dilandasi saling menghormati, kejujuran, dan kepercayaan.
c) Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang
efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen perusahaan.
d) Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsipprinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan.
4. Kebijakan Karyawan
a) Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal,
kerjasama, tanggung jawab, siap melayani, kemauan belajar, mempunyai integritas, dan
disiplin.
b) Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan yang
berkelanjutan.
c) Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan
dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas dalam rangka
mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas.
d) Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk
mendorong tim kerja yang prima. Pelaksanaan dan implementasi program CSR
berlandasakan pada kebijakan PT. Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable
Development dan prinsip Triple Bottom Lines (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Perumusan
kebijakan PT.Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung
jawab sosial perusahaan.
3.3 Departemen CSR PT Indocement
PT Indocement memiliki sebuah Departemen CSR yang dibentuk pada tahun 2005
yang berlandaskan pada Triple Bottom Lines. Kegiatan sosial perusahaan PT.Indocement
sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri pada tahun 1985 melalui divisi
Community Development. Saat ini Departemen CSR unit Citeureup dipimpin oleh Ibu Dian
Octavia sebagai Head Officer Departemen CSR dan memiliki 15 orang staf yang terbagi
menjadi Community Develeopment Section (Comdev Section) yang dikepalai oleh Bapak
Ayi Ibrohim dan Sustainable Development Project Section (SDP Section) yang dikepalai
oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan
misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun
kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya
komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan
konsep
ramah
lingkungan
(environment
friendly)
dengan
tetap
memperhatikan
pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development). Selain memiliki
visi dan misi, Departemen CSR PT Indocement juga memiliki motto yaitu “Turut
membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)” yang selalu dijadikan
pijakan bagi setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan dalam menjalankan
aktivitas perusahaan ini.
Departemen CSR mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
sosial yang dilakukan PT Indocement di 12 desa binaan yang berada di sekitarlingkungan
pabrik dan jalur konvayer khususnya dan lingkup nasional umumnya. Ruang lingkup
Departemen CSR meliputi kegiatan memutuskan program/proyek yang akan dilaksanakan,
membuat perencanaan, melaksanakan prgram/proyek di 12 desa binaan, melakukan survai,
monitoring program/proyek CSR, dan melakukan dokumentasi. PT Indocement yang
beroperasi di Citeureup berada dalam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Citeureup,
Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi. Dari tiap- tiap kecamatan tersebut
ditentukan desa binaan yang memiliki kedekatan lokasi dari pabrik. Berdasarkan kedekatan
tersebut maka jumlah seluruh desa binaan PT.Indocement sebanyak 12 desa binaan, yaitu:
Desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi
Karet, Tarikolot, Gunung Sahari, Pasir Mukti, dan Tajur. Penentuan program CSR di 12
desa binaan dilakukan berdasarkan social mapping atau pemetan sosial oleh pihak karyawan
Departemen CSR untuk mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi
dan kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program
yang akan dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran.
Perencanaan program CSR dilandasi oleh konsep Triple Bottom Lines dan dibuat
dalam bentuk rencana strategis dengan jangka waktu pelaksanaan program selama lima
tahun (Gambar 5) yang menjadi acuan pelaksanaan program CSR Indocement. Departemen
CSR melakukan pertemuan BILIKOM (Bina Lingkungan dan Komunikasi) di 12 desa
binaan setiap tiga bulan sekali. Pertemuan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan
dan kebutuhan di masyarakat yang berlandasakan pada Renbangdes (Rencana Pembangunan
Desa) merupakan hasil dari pertemuan atau musyawarah rencana pembangunan yang
dilakukan di tiap desa.
Gambar 5. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR PT Indocement
Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)
Pada Gambar 6 disajikan proses tahapan pelaksanaan program CSR PT.Indocement
melalui BILIKOM dan Renbangdes, pihak Departemen CSR menganalisis kebutuhan
masyarakat sesuai dengan prioritas dan target dengan skala yang telah ditentukan dengan
menggunakan social mapping dan disesuaikan pula dengan rencana strategis. Hasil dari
analisis kebutuhan tesebut ditetapkan melalui kebijakan perusahaan yang selanjutnya
dilaksanakan oleh Departemen CSR. Setelah selesai dilaksanakan program, tahap
selanjutnya adalah dilakukannya kegiatan pemantauan dan evaluasi program yang kemudian
di kembalikan kembali dalam BILIKOM dan kebijakan Departemen CSR.
Gambar 6. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Tahun
2006-2010
Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)
2.
Evaluasi Dari Program CSR Yang Selama Ini Telah Dilakukan Oleh
Perusahaan
Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun berdasarkan lima pilar
utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial-Budaya-Agama-Olahraga dan
Keamanan. Seringkali, dua atau lebih dari tujuan mungkin saling tumpang tindih dalam
suatu program. Dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development
Goals/MDG), program CSR Indocement terutama fokus pada tujuan: Penanggulangan
kemiskinan, Pendidikan, dan Lingkungan. Program-program di Indocement dirancang untuk
memenuhi kebutuhan strata sosial yang berbeda dalam masyarakat. Banyak kegiatan
berupaya melibatkan dan memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat
yang kurang mendapatkan kesempatan, sementara yang lain bertujuan untuk menciptakan
kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh masyarakat yang berpotensi.
Beberapa progam yang telah dilaksanakan sebagai berikut:
1.
Pendirian Rumah Seni dan Budaya, pusat komunitas baru yang terletak di dekat
Pabrik Citeureup; gedung baru SMA di sekitar Pabrik Tarjun.
2.
RUTILAHU (Rumah Tidak Layak Huni) adalah suatu program baru untuk
merevitalisasi rumah-rumah di berbagai desa di sekitar wilayah operasi Indocement.
3.
Program renovasi obyek wisata „Banyu Panas” di Pabrik Palimanan, Cirebon.
4.
Perkebunan Jarak Pagar (Jatropha Curcas). Untuk merevitalisasi tanah bekas
tambang batu kapur yang berdekatan dengan Pabrik Indocement. Dengan mempekerjakan
sekelompok petani lokal untuk merawat ladang dan memanen saat buahnya matang.
Indocement kemudian memproses buah untuk membuat bio-fuel yang digunakan sebagai
salah satu bahan bakar alternatif.
5.
Membangun instalasi pengolahan sampah kedua di dekat Pabrik Citeureup. Selain
dua pusat pengolahan sampah rumah tangga di Citeureup, fasilitas ketiga yang terletak di
dekat Pabrik Palimanan juga telah dibangun.
6.
Program pelatihan terintegrasi untuk memberi pelatihan beragam keahlian bagi
warga setempat, sehingga mampu mengembangkan mata pencaharian seperti peternakan,
bercocok tanam dan pelatihan perbengkelan (sepeda motor, telepon genggam, dll.). Hingga
saat ini, program tersebut telah memberikan pelatihan kepada sejumlah 554 warga.
7.
Program pemberian kredit mikro. Bersama dengan badan usaha milik negara Bank
Mandiri, Indocement telah memberikan pinjaman skala kecil yang memungkinkan
perusahaan-perusahaan lokal untuk membiayai kegiatan usaha mereka.
8.
Memberikan bantuan kemanusiaan pada saat bencana alam.
Sumber : http://www.indocement.co.id/aspx/content.aspx?id=58 diakses 26/5/12
Dari beberapa progam CSR diatas, dapat diketahui bahwa program CSR yang telah
dijalankan tersebut, sebagian besar bersifat pemberian yang tidak produktif karena hanya
diberikan kepada masyarakat secara hadiah (cuma- cuma). Sementara
beberapa yang
mungkin bisa dikatakan produktif seperti pelatihan terintegrasi, pemberian pinjaman mikro,
dan perkebunan jarak. Akan tetapi jika dilihat lebih seksama, program tersebut tidak
sepenuhnya untuk kemanfaatan masyarakat karena masyarakat yang diberi pelatihan
keterampilan bertani nantinya dapat dijadikan sebagai pengelola perkebunan jarak yang
mana hasil dari perkebunan jarak tersebut yang mengolah adalah PT.Indocement. Pun
dengan program pemberian kredit mikro, karena yang memberikan kredit mikro adalah
pihak perbankan dalam hal ini adalah bank mandiri bukan PT.Indocement. Oleh karenanya,
progam CSR kedepan perlu dilakukan suatu perbaikan agar lebih bermanfaat dan tercipta
suatu community development yang sejalan dengan rencana MDGs 2020.
3.
Konsep Ide CSR Yang Dibuat
Untuk menjelaskan konsep saya ini, kami akan mengambil contoh apabila konsep
CSR kami ini diterapkan oleh PT.Indocement di wilayah Cirebon dimana disana terdapat
salah satu cabang PT.Indocement. Sebelum mulai membahas ide kami, kami akan
memaparkan terlebih dahulu potensi cirebon. Palimanan adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, IndonesiaSaat ini, Wilayah Kecamatan Palimanan
telah dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Palimanan dan Kecamatan
Gempol . Kota Cirebon yang terletak di pesisir Laut Jawa, pada Jalur Pantura Jakarta Cirebon - Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga adalah kota
terbesar keempat di wilayah Pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang.
Karena letaknya yang amat strategis yaitu pada persimpangan antara Jakarta, Bandung, dan
Semarang, menjadikan kota Cirebon sangat cocok dan potensial untuk berinvestasi dalam
segala bidang investasi seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, maupun pendidikan.
Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, industri, dan jasa di wilayah Jawa Barat
bagian timur dan utara. Banyak sekali industri baik skala kecil, menengah, maupun besar
menanamkan modalnya di kota wali ini (Cirebon). Dengan didukung oleh banyaknya orangorang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1
juta orang, menjadikan kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga
menggeliat dan menunjukkan respons positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunanbangunan besar dan tinggi yang berada di jalan-jalan utama kota Cirebon.
Untuk mewujudkan kota Cirebon sesuai dengan fungsinya yang diarahkan sebagai
kota perdagangan dan jasa, kota pelabuhan, kota industri, dan kota budaya dan pariwisata,
maka peluang atau prospek kota Cirebon dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Masih terdapatnya
lahan
yang kosong dan komersil
yang dapat
dikembangkan untuk kegiatan perekonomian yang letaknya tersebar diseluruh wilayah kota
Cirebon seperti untuk kegiatan perdagangan dan jasa, perumahan wisata, industri, dan lainlain.
2.
Lahan pertanian yang masih luas di pinggiran Kota Cirebon yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan agrobisnis. Sumber daya laut di sepanjang pantai kota Cirebon
yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata laut, agro industri, dan sebagainya.
3.
Terdapat juga pelabuhan Cirebon dan Kejawanan atau pelabuhan perikanan
yang masih terbuka untuk kegiatan industri, perdagangan (ekspor, impor, antar daerah atau
pulau).
4.
Jumlah penduduk yang cukup dapat dikembangkan dan dilatih agar dapat
ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan yang didukung oleh sejumlah
perguruan tinggi dan sekolah kejuruan. Tersedianya infrastruktur atau sarana atau prasarana
penunjang kegiatan perekonomian seperti listrik, air, telekomunikasi, jalan, dan lain-lain.
Untuk sektor-sektor unggulan yang mempunyai potensi dan peluang yang bisa
dikembangkan oleh pengusaha atau investor baik ber-fasilitas (Penanaman Modal Asing)
dan non fasilitas (Penanaman Modal Swasta Nasional) adalah sebagai berikut: Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Industri Non Migas; Sektor Listrik,
Gas dan Air Minum; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pertanian, Peternakan dan
Perikanan. Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buahbuahan, tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, umbi-umbian, dan kacangkacangan. Produksi tanaman bahan makanan pada tahun 2003 mayoritas mengalami
peningkatan. Produksi tanaman sayur-sayuran yang ada di kota Cirebon terdiri dari delapan
komoditas.
Saat ini, kota Cirebon tengah gencar-gencarnya menggalakkan CPC (Cirebon
Promotion Center). Cirebon Promotion Center (CPC) adalah sebuah lembaga Non
Pemerintah yang didirikan dan difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota
Cirebon melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK) yang berfungsi sebagai pusat
promosi investasi, produk dan pariwisata. Kota Cirebon sebagai kota perdagangan dan jasa
mempunyai berbagai potensi yang cukup besar, baik potensi ekonomi, industri,
perdagangan, budaya dan pariwisata yang masih belum tergali secara optimal dan dapat
dikembangkan ke arah yang lebih baik guna menunjang pertumbuhan ekonomi.
Karena sebelumnya, PT.Indocement telah mempunyai progam CSR berupa
pelatihan pengolahan pertanian kepada warga sekitar perusahaan maka ide kami adalah
merevitalisasi progam tersebut, dengan mengingat potensi kota cirebon dibidang pertanian
seperti :
1. Bawang Merah ; luas lahan potensial yang di kembangkan 3000 Ha dengan produsi
21.500 ton/tahun.
Prospek pemasaran:

Bahan baku industri bawang goreng (3.533 ton/th).

Pemasaran lokal ( kabupaten/kota cirebon ) dan kabupaten sekitarnya.

Pemasaran pada pusat di Jawa ( Jakarta, bandung, bogor dan surabaya ).

Pemasaran luar Jawa(kalimantan,sumatra,sulawesi )

Eksport ke Malaysia, Singapura, dan Taiwan
2. Cabe Merah; Di Kabupaten Cirebon sangat cocok untuk tanaman cabe, karena
cabe merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah
ataupun di lahan kering/tegalan. Komoditi cabe merah memiliki nilai ekonomi tinggi.
Pengembangan cabe merah ini pada areal potensial seluas 1.300 Ha (status tanah milik
masyarakat).
3. Jagung Manis
Tantangan pasar yang di hadapi saat ini produksi yang di hasilkan masih relatif
sedikit, sedangkan kebutuhan pasokan adalah 53.000 kg/ hari terdiri dari :

Pasar Lokal Cirebon 3.000/hari

Pasar Jakarta dan Bogor 40.000/hari

Pasar Bandung 10.000/hari
Adapun luas lahan yang akan dikembangkan tersedia sekitar 200 Ha dengan
perkiraan produsi 20.000kg/Ha.
3. Jamur
Wilayah yang potensial dikembangkan di Kecamatan Sumber, Dukupuntang,
Palimanan, Susukan, Gegesik, Suranenggala, Sedong, Kapetakan, Klangena, Jamblang,
Panguragan dan Arjawinangun.
4. Kacang Hijau
Luas lahan yang potensial untuk dikembangkan seluas 2.130 Ha. Produktifitas per
tahun yang diharapkan sebanyak 2.200 Ton. Peluang Investasi :

Teknologi pengolahan hasil budidaya

Bibit, Pupuk dan Teknologi untuk pengembagan budidaya kacang hijau.

Lokasi andalan yang dikembangkan berada di Kecamatan waled, Ciwaringin,
Babakan, Susukan, Plumbon, Gegesik, Losari, Palimanan,dan Ciledung.
Sumber : http://www.cirebonkab.go.id/sektor-pertanian.html
Dengan memperhatikan data potensi dari kota cirebon seperti data diatas, maka
misalnya PT.Indocement akan mengembangkan progam CSR di wilayah ini, misal dengan
fokuskan untuk memajukan petani di wilayah palimanan yang mempunyai potensi komoditi
berupa kacang hijau, maka pihak PT.Indocement dapat menjadi pelaksana CSR dengan
memberikan pelatihan pengolahan pasca panen kacang hijau serta memberikan bantuan
mesin pengolah kacang hijau. dengan bekal training yang diberikan, maka bantuan mesin
yang diberikan dapat digunakan masyarakat untuk mengembangkan suatu usaha pengolahan
kacang hijau. kemudian dari sini, peran pemerintah daerah dilibatkan sebagai pihak yang
membantu memasarkan hasil olahan masyarakat.
3.4
Metode Implementasi / Cara Menerapkan Ide CSR Yang Anda Buat
Untuk menerapkan ide kami ini, maka harus ada suatu komitmen dai masyarakat
dan ppihak pelaksana csr dengan campur tangan pemerintah daerah sebagai pemangku
jabatan untuk membantu memasarkan produk hasil olahan yang dilakukan masyarakat agar
tujuan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai.
usaha
pengolahan
kekayaan
alam
training
PT.Indocem
ent
kesejateraan
masyarakat
masyarakat
pasar
Seperti tampak pada diagram diatas, bahwa konsep ide kami adalah
masyarakat sebagai input(sumber) sasaran CSR yang akan mengikuti program training dari
pelaksana CSR. Setelah ditraining, maka masyarakat tersebut diarahkan untuk membuka
suatu usaha untuk mengolah sumber daya lokal. Hasil dari olahan masyarakat kemudian
dijual kepasar sehingga
masyarakat memperoleh pendapatan. Sebagai usaha rakyat,
tantangannya adalah menembus pasar. Oleh karenanya, peran pemerintah daerah diharapkan
mampu membantu untuk memasarkan hasil olahan masyarakat.
Metode yang bisa ditempuh untuk menerapkan ide kami adalah:
indocement
Pemkab
masyarakat
usaha lokal
3.5
• melakukan mediasi dan kesepahaman dengan pemkab
• menyiapkan skenario training
• menindaklanjuti kesepahaman dari perusahaan
dengan berupa kerja sama dengan puhak swasta
atau pemkab lain
• memprakarsai terciptanya pasar bagi olahan
masyarakat
• mengidentifikasi kekayaan sumber daya lokal
• melakukan rapat desa untuk melakukan usaha dengan
memanfaatkan kekayaan lokal tertentu
• memulai usaha lokal dengan pengelola dan
pekerja dari masyarakat
Dampak Positif Yang Dihasilkan
Dampak positif dari pelaksanaan ide kamia adalah:
A.
Bagi masyarakat
1. Terciptanya masyarakat yang mandiri yang memiliki kemampuan berbisnis yang
mampu mengelola kekayaan sumber daya lokal namun mampu bersaing di pasar.
2. Kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat karena memiliki usaha tambahan
sehingga meningkatkan pendapatan
3. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bantuan perusahaan pelaksana
CSR. Khususnya bantuan yang sifatnya tidak produktif. Karena dengan
meningkatnya pendapatan, maka masyarakat akan mampu memenuhi kebutuhannya
secara mandiri baik untuk sanitasi maupun biaya pendidikan
4. Pemberdayaan masyarakat sehingga mengurangi pengangguran. Karena dengan
berdirinya unit usaha masyarakat yang dikelola secara profesional akan mampu
membuka lapangan kerja.
5. Terciptanya masyarakat yang cerdas dalam memanfaatkan potensi lokal dan
Terciptanya pembangunan masyarakat yang menyeluruh, baik secara fisik, maupun
secara psikis dan kognitif.
6. Terciptanya produk kreatif dari masyarakat dan ide dari masyarakat dapat
dilaksanakan dengan segala kemampuan yang mereka miliki dan mereka usahakan
sendiri.
B.
Bagi pelaksana CSR
1.
Mengurangi peranannya tanpa mengurangi manfaat yang diterima oleh masyarakat.
2.
Dapat menghemat anggaran CSR karena hanya perlu memberikan pelatihan
(bimbingan bisnis) dan bantuan mesin diawal, sehingga tidak perlu memberikan
bantuan berupa dana secara terus menerus.
3.
Dapat menjadi partner bisnis, dimana masyarakat sasaran CSR dapat diberikan
peran sebagai penyedia bahan perantara untuk mendukung usaha dari pemberi
CSR.
Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat kami simpulkan bahwa pelaksanaan CSR PT.Indocement
kurang produktif sehingga kurang selaras dengan tujuan pemerintah yeng
berupa
terciptanya MDGs 2020. Dengan demikian, progran CSR yang selama ini telah dilaksanakan
perlu adanya upaya revitalisasi.
Salah satu langkah untuk merevitalisasi progam CSR tersebut adalah dengan
mengarahkan masyarakat penerima CSR untuk didorong agar mampu mendirikan suatu
badan usaha yang mengolah kekayaan sumber daya lokal. Dengan demikian, maka
masyarakat tidak akan tergantung dengan sumbangan yang diberikan oleh perusahaan
pelaksana CSR. Selain itu, juga meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan yang lebih penting, terciptanya suatu
masyarakat yang cerdas dalam mengolah kekayaan sumber daya alam yang mereka miliki.
Sementara bagi perusahaan pelaksana CSR, dengan metode CSR seperti ini akan
mampu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk progam CSR.
Serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas departemen CSR sehingga mampu menekan
biaya labor cost perusahaan.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon
http://akusiapsukses.blogspot.com/2010/08/potensi-cirebon.html
Artikel Di Majalah Lensa Etf Edisi 1 Nov 2006, Eka Tjipta Foundation karya Timotheus
Lesmana
Utomo,adji satrio. 2010. Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility
(Csr) Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Terhadap Masyarakat Lokal (Studi Kasus Di
Desa
Nambo,
Kecamatan
Klapanunggal,
Kabupaten
Bogor,
Provinsi
Jawa
Barat).Bogor.IPB
Rahmawati, Anisa.2010. Efektivitas Organisasi Dan Implementasi Program Corporate
Social Responsibility Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Bogor.IPB
Lampiran
Download