PENINGKATAN BERLANDASKAN KUALITAS CSR COMMUNITY DEVELOPMENT Menigkatkan kualitas CSR dengan mengembangkan suatu unit usaha yang mengolah kekayaan sumber daya lokal dengan memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku utama Abstrak CSR atau corporate social responsibility yang merupakan imbal balik suatu perusahaan atas dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan perusahaan tersebut akhir- akhir ini banyak sekali dilakukan oleh perusahaan. Bentuk yang mereka lakukan adalah memberikan beasiswa, bakti lingkungan, membantu korban bencana dan memberi santunan dan sumbangan kepada masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Program CSR ini sejalan dengan tujuan pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah yakni MDGs 2020. Dengan melaksanakan progam CSR ini, biasanya akan menguntungkan bagi perusahaan karena keberadaannya akan direspon secra positif oleh masyarakat yang akan menyebabkan kepercayaan masyarakat akan meningkat yang ujungnya juga akan meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan. Pada karya tulis ini, kami akan melakukan suatu inovasi program CSR yang dikembankan oleh PT.Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, SosialBudaya-Agama-Olahraga dan Keamanan.Selama ini CSR yang dilakukan telah berjalan dengan baik, dibuktikan dengan diraihnya CSR Award 2008 dan Peringkat Emas PROPER 2009. Pembahasan pada makalah ini kami akan berupaya berinovasi program CSR di sektor perekonomian dengan mempertimbangkan aspek kekayaan sumber daya lokal. Sehingga nantinya masyarakat tidak langsung menerima bantuan tunai dari perusahaan tapi mereka harus mengupayakan dana bantuan tersebut untuk dikembangkan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Sehingga, mereka tidak hanya memperoleh pembangunan secara fisik namun juga faktor psikis dan kognitif mereka. Dampak jangka panjangnya, mereka akan mampu survive secara mandiri tanpa bantuan perusahaan yang bersangkutan dan mereka mampu mengembangkan kemampuan ekonomi mandiri mereka sendiri. Kata kunci : CSR, Indocement, sumber daya lokal, ekonomi mandiri I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan semakin marak dibicarakan dalam dunia bisnis dan perusahaan di era globalisasi ini, terutama sejak dilakukannya penandatanganan Millenium Development Goals (MDGs) oleh beberapa negara di dunia pada tahun 2000. Indonesia sebagai salah satu negara yang turut menandatangani perjanjian MDGs tersebut telah mengatur sejumlah regulasi yang terkait dengan pelaksanaan program CSR bagi perusahaan yang melakukan pemanfaatan sumber daya alam, seperti yang tercantum dalam UU PT tahun 2007 Pasal 74 ayat 1. PT Indocement Tunggal Prakarsa sebagai salah satu perusahaan ekstraktif besar yang bergerak di bidang pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia turut memiliki kewajiban dalam melaksanakan kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Implementasi program CSR oleh perusahaan ini dinilai telah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah penghargaan yang diterima perusahaan terkait dengan pelaksanaan program CSR, diantaranya Penghargaan Terbaik 1 “Indonesian CSR Awards 2008” dan Peringkat Emas PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2009. Indocement berkeinginan untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan lingkungan serta komunitas yang berkesinambungan, dengan mengintegrasikannya dengan tujuan Perseroan untuk mengurangi kemiskinan. Karenanya, penciptaan lapangan pekerjaan dan terciptanya lingkungan tempat tinggal yang berkelanjutan merupakan aspek kunci dari program CSR lingkungan. Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial-BudayaAgama-Olahraga dan Keamanan. Seringkali, dua atau lebih dari tujuan mungkin saling tumpang tindih dalam suatu program. Dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDG), program CSR Indocement terutama fokus pada tujuan: Penanggulangan kemiskinan, Pendidikan, dan Lingkungan. Program-program di Indocement dirancang untuk memenuhi kebutuhan strata sosial yang berbeda dalam masyarakat. Banyak kegiatan berupaya melibatkan dan memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat yang kurang mendapatkan kesempatan, sementara yang lain bertujuan untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh masyarakat yang berpotensi. Pelaksanaan dan implementasi program CSR berlandasakan pada kebijakan PT.Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable Development dan prinsip Triple Bottom Lines (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Perumusan kebijakan PT.Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development). Dengan meninjau visi dan misi departemen CSR indocement tersebut, kami bermaksud untuk mengembangkan program CSR dimana Indocement sebagai corporate melakukan langkah sosial dengan membuka suatu unit usaha yang mengolah sumber daya lokal dimana pengelola dan pekerja di unit usaha tersebut dilakukan oleh masyarakat lokal. Sebagai contoh misal program CSR akan diterapkan pada suatu daerah yang mempunyai kekayaan alam berupa singkong. Nah, indocement sebagai pelaksana CSR melakukan pelatihan pengolahan pasca panen produk singkong kemudian memberikan sumbangan dana untuk membuka suatu unit usaha (sejenis pabrik skala kecil), dimana masyarakat yang telah di training dijadikan pengelola untuk kemudian merekrut pekerja dari masyarakat sekitar yang menganggur. Sehingga hasil dari program CSR ini, selain dapat membantu ekonomi masyarakat, juga akan mampu mengurangi masalah sosial dan dengan meningkatnya perekonomian masyarakat, maka sektor pendidikan akan mengalami peningkatan dan nantinya juga masyarakat akan memiliki kemampuan untuk melestarikan kekayaan budaya mereka. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini, kami memaparkan tentang pengembangan progam CSR yang sudah ada, agar tujuan dari pelaksanaan CSR ini akan sejalan dengan progam pembangunan pemerintah yang berorientasi pada tercapainya MDGs 2020. Dengan demikian, kami akan memaparkan bagaimana CSR suatu perusahaan tidak hanya memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perusahaan namun juga bagaimana memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga keberadaan manfaat yang dirasakan agar dapat terus terpelihara bahkan hingga anak cucu mereka. 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk beberapa hal sebagai berikut: 1. Mengembangkan program CSR yang telah dijalankan oleh suatu perusahaan dalm hal ini PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. agar sejalan dengan progam pembangunan MDGs 2020 dari pemerintah. 2. Mengenal startegi dan bentuk- bentuk pelaksanaan CSR pada suatu perusahaan 3. Dapat menjadi bahan acuan dan evaluasi perusahaan terhadap progam CSR yang telah dijalankan 1.4 Pembatasan Masalah Pada makalah ini, pembahasan masalah kami batasi pada penerapan progam CSR pada PT.Indocement Tunggal Perkasa Tbk dimana kami hanya akan meninjau pelaksanaan Progam CSR pada sektor perekonomian. Disini kami tidak akan mengusulkan perubahan pengelolaan CSR, namun kami menyarankan adanya suatu revitalisasi terhadap sistem CSR yang selama ini dilakukan. II. Dasar teori 2.1 Konsep Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Wibisono (2007) menyebutkan bahwa definisi CSR berasal dari konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Dalam buku tersebut, Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit (keuntungan ekonomis) sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep inilah yang senada dengan latar belakang kemunculan konsep lain mengenai pelaksanaan CSR bagi perusahaanperusahaan yang dicetuskan oleh World Bank, yakni pembangunan berkelanjutan yang dikembangkan lagi menjadi dua konsep penting, yaitu business sustainability dan triple bottom line. World Bank mendefinisikan konsep pembangunan berkelanjutan secara operasional sebagai “A process whereby future generations receive as much capital per capita, or more than, the current generation has available”. Definisi tersebut menggambarkan bahwa penurunan modal natural yang diakibatkan oleh kegiatan operasional perusahaan seharusnya dapat dikompensasikan dengan peningkatan bentuk modal yang lain, yang dapat dituangkan melalui pelaksanaan keberadaan tujuan perusahaan, yaitu tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Secara etimologis, istilah CSR di Indonesia disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Adiprigandri (2006) mendefinisikan istilah tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah tindakan pengambilan keputusan yang rasional dan menghormati kelangsungan hidup dan harkat semu pihak sehingga tidak hanya memikirkan kepentingan diri tapi kepentingan umum. Definisi istilah ini didasari oleh ciri penting dari esensi konsep tanggung jawab yang bermoral, yakni rasionalitas (tindak impulsif atau semena-mena dan berupaya memetakan alternatif dengan melihat akibatnya, serta jelas tujuan dan memperhatikan rincian implementasinya) dan hormat (kesadaran dan kehendak untuk memperhatikan bagaimana efek dari keputusan atau kebijakan yang diambil yang melebihi kesadaran dan keprihatinan secara rasional sehingga tidak melihat pihak lain hanya sebagai alat pencapaian tujuan sendiri). Ambadar (2008) mendefinisikan CSR merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Implementasi CSR merupakan salah satu upaya membangun konsep sustainable development yang menghendaki hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, sebab dunia usaha merupakan salah satu stakeholder yang memiliki peranan penting terkait dengan kepemilikan terhadap potensi sumber daya manusia dan modal perusahaan. Sukada (2006) menyimpulkan beberapa perbedaan definisi dari istilah CSR menjadi segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap pilar. Berdasarkan definisi-definisi mengenai istilah CSR tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya konsep CSR mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosial atas eksistensinya dalam kehidupan masyarakat dan terkait usaha untuk mendapatkan keuntungan ekonomis. Berdasarkan konteks tersebut, pelaksanaan CSR merupakan pengimplemetasian konsep triple bottom line demi tercapainya tujuan pembangunan dan bisnis yang berkelanjutan. International Organization for Standardization (ISO) sebagai induk organisasi standarisasi internasional berhasil menghasilkan panduan dan standardisasi untuk tanggung jawab sosial pada bulan September tahun 2004, yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. ISO 26000 menjadi standar pedoman untuk penerapan CSR. ISO 26000 mengartikan CSR sebagai tanggung jawab suatu organisasi yang atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis. Di dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh isu pokok, yaitu: 1. Pengembangan masyarakat 2. Konsumen 3. Praktek kegiatan institusi yang sehat 4. Lingkungan 5. Ketenagakerjaan 6. Hak Asasi Manusia; dan 7. Organisasi Kepemerintahan (Adji satrio, 2010) 2.2 Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder untuk keberlanjutan kegiatan perusahaan. Menurut Susanta (2007), ada beberapa motivasi perusahaan terkait dengan pelaksanaan CSR, diantaranya sebagai berikut: 1. Menciptakan brand image dan brand reputation. Image atau reputasi dari sebuah merek, baik merek produk maupun perusahaan, menjadi semakin relevan pada masa sekarang, dimana pembelian produk oleh konsumen semakin dipengaruhi oleh reputasi merek produk maupun perusahaan pembuat; 2. Mengatasi krisis manajemen. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan CSR dapat menciptakan komunitas-komunitas yang bisa membantu perusahaan mengatasi krisis 3. Meningkatkan motivasi karyawan dan menarik karyawan berkualitas. Kualitas perusahaan di bidang CSR dapat menimbulkan dampak positif di dalam seperti meningkatkan kebanggaan karyawan. Melibatkan karyawan dalam kegiatan CSR juga dapat meningkatkan kualitas moral karyawan dan bahkan menarik karyawan berkualitas untuk masuk ke dalam perusahaan; dan 4. Menciptakan inovasi. Perusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya inovasi. Seringkali inovasi didapatkan dari hubungan yang dibangun oleh perusahaan dengan masyarakat sekitar melalui aktivitas CSR. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan inovasi yang dapat diciptakan untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dan efisien. (Adji satrio, 2010) 2.3 Strategi Pelaksanaan CSR Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat model strategi pelaksanaan kedermawanan sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan, yaitu: 1. Perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui corporate secretary, public affair, hubungan masyarakat, atau manager community development; 2. Perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju; Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM, universitas, dan media massa; dan 3. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium di mana perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial tertentu. (adji satrio, 2010) Strategi pelaksanaan CSR sangat terkait dengan sudut pandang yang dimiliki oleh korporasi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya. Strategi pelaksanaan program-program yang dimaksud dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga, yayasan milik perusahaan atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Pada dasarnya, pelaksanaan kegiatan CSR dalam jangka panjang memerlukan berbagai pihak, untuk menciptakan pola kemitraan yang lebih strategis, yakni antara pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat sebagai sasaran kegiatan CSR tersebut. Strategi perusahaan dalam mengimplementasikan kegiatan CSR dipengaruhi oleh standar yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Standar pelaksanaan CSR tersebut antara lain Global Reporting Initiatives (GRI), Global Sullivan Principles, OECD Guidelines for Multinational Enter, Principles for Global Corporate Responsibility-Benchmarks, SA 8000, dan United Nations Global Compact. Secara umum, dapat dilihat bahwa standar pelaksanaan kegiatan CSR mengacu pada penerapan etika bisnis yang diindikasikan dengan faktor keselamatan kerja karayawan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan (Susanta, 2007). (Rahmawati, 2010) 2.4 Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Penerapan program CSR oleh perusahaan sering kali tidak menjadikan masyarakat sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan program. Peran serta masyarakat pun dibatasi hanya pada tahap pelaksanaan saja, sehingga masyarakat tidak dapat berdaya dan tidak berkembang daya kreatifnya. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Pengertian ini melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 dalam Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian (2006), yaitu “empowerment is road to participation”. (adji satrio, 2010) 2.5 Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjutan Mengutip sebuah artikel yang pernah dimuat di majalah lensa etf edisi 1 nov 2006, eka tjipta foundation yang ditulis oleh timotheus lesmana dengan isi sebagai berikut: CSR memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan programprogram CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan. Dengan masuknya program CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang dirancangnya. Pada saat ini telah banyak perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan besar yang telah melakukan berbagai bentuk kegiatan CSR, apakah itu dalam bentuk community development, charity, atau kegiatan-kegiatan philanthropy. Tidak mudah memang untuk memberikan jawaban yang tegas terhadap pertanyaan diatas, namun penulis (timotheus lesmana) beranggapan bahwa “CSR is the ultimate level towards sustainability of development”. Umumnya kegiatan-kegiatan community development, charity maupun philanthropy yang saat ini mulai berkembang di bumi Indonesia masih merupakan kegiatan yang bersifat pengabdian kepada masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh dari lokasi tempat dunia usaha melakukan kegiatannya. Dan sering kali kegiatannya belum dikaitkan dengan tiga elemen yang menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan tersebut. Namun hal ini adalah langkah awal positif yang perlu dikembangkan dan diperluas hingga benar-benar dapat dijadikan kegiatan Corporate Social Responsibility yang benar-benar sustainable. Selain itu program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila, program yang dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan dukungan dengan penuh antusias dari karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara intensif, maka nilai dari program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan. Melakukan program CSR yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan itu sendiri maupun para stakeholder yang terkait. Sebagai contoh nyata dari program CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan semangat keberlanjutan antara lain, yaitu: pengembangan bioenergi, melalui kegiatan penciptaan Desa Mandiri Energi yang merupakan cikal bakal dari pembentukan eco-village di masa mendatang bagi Indonesia. Program CSR yang berkelanjutan diharapkan akan dapat membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut. Program CSR tidak selalu merupakan promosi perusahaan yang terselubung, bila ada iklan atau kegiatan PR mengenai program CSR yang dilakukan satu perusahaan, itu merupakan himbauan kepada dunia usaha secara umum bahwa kegiatan tersebut merupakan keharusan/tanggung jawab bagi setiap pengusaha. Sehingga dapat memberikan pancingan kepada pengusaha lain untuk dapat berbuat hal yang sama bagi kepentingan masyarakat luas, agar pembangunan berkelanjutan dapat terealisasi dengan baik. Karena untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan mandiri semua dunia usaha harus secara bersama mendukung kegiatan yang terkait hal tersebut. Dimana pada akhirnya dunia usaha pun akan menikmati keberlanjutan dan kelangsungan usahanya dengan baik. 2.6 Manfaat dari program CSR bagi perusahaan di Indonesia Memang pada saat ini di Indonesia, praktek CSR belum menjadi suatu keharusan yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR akan semakin besar. CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win win situation) – konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Sekali lagi untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR, diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa datang. Perusahaaan perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok. (copyright@timotheus_lesmana) III Pembahasan 1. Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Indocement saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005, Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Produk-produk Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang „Tiga Roda‟. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, Indocement bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan dukungan HeidelbergCement Group, Indocement kembali memfokuskan kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai dan agregat. Sejak 2006 hingga saat ini, Indocement telah berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat. Indocement menyelesaikan proyek modifikasi Pabrik ke delapan di Citeureup pada tahun 2007, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Indocement berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha curcas) pada lahan bekas penambangan batu kapur. Indocement juga berhasil memprakarsai proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan kompos. 3.2 Visi dan Misi PT Indocement Visi dari PT Indocement ialah “Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas”. Sedangkan misi dari PT Indocement dalam mewujudkan visinya ialah “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan”. PT Indocement juga mempunyai motto untuk mendorong semangat para karyawan yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)” yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan sebagai corporate identity (PT Indocement, 2008). Berdasarkan visi yang telah diputuskan oleh perusahaan maka dapat terlihat secara eksplisit di dalam misinya menekankan adanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam empat kebijakan utama PT Indocement yang mencangkup (Dewani, 2009): 1. Kebijakan Mutu a) Senantiasa meningkatkan sistem manajemen mutu dan melakukan pengendalian mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk klinker dan semen yang dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait memiliki mutu yang konsisten untuk memenuhi persyaratan bahkan melampaui kepuasan pelanggan. b) Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu dan Sistem Manajemen Mutu Internasional. c) Memacu seluruh jajaran manajer dan supervisor untuk mengikutsertakan segenap karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. d) Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga utama bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja berwawasan teknologi dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan teknologi dan terobosan baru 2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan dan Komunitas a) Senantiasa manjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan. b) Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat. c) Senantiasa berupaya untuk menghemat sumberdaya alam, mengutamakan keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus-menerus. d) Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar. 3. Kebijakan Gaya Manajemen a) Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan sasaran perusahan. b) Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan pihak eksternal dan internal yang dilandasi saling menghormati, kejujuran, dan kepercayaan. c) Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen perusahaan. d) Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsipprinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan. 4. Kebijakan Karyawan a) Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal, kerjasama, tanggung jawab, siap melayani, kemauan belajar, mempunyai integritas, dan disiplin. b) Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. c) Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas dalam rangka mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas. d) Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk mendorong tim kerja yang prima. Pelaksanaan dan implementasi program CSR berlandasakan pada kebijakan PT. Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable Development dan prinsip Triple Bottom Lines (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Perumusan kebijakan PT.Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. 3.3 Departemen CSR PT Indocement PT Indocement memiliki sebuah Departemen CSR yang dibentuk pada tahun 2005 yang berlandaskan pada Triple Bottom Lines. Kegiatan sosial perusahaan PT.Indocement sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri pada tahun 1985 melalui divisi Community Development. Saat ini Departemen CSR unit Citeureup dipimpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen CSR dan memiliki 15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment Section (Comdev Section) yang dikepalai oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable Development Project Section (SDP Section) yang dikepalai oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development). Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT Indocement juga memiliki motto yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)” yang selalu dijadikan pijakan bagi setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan dalam menjalankan aktivitas perusahaan ini. Departemen CSR mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sosial yang dilakukan PT Indocement di 12 desa binaan yang berada di sekitarlingkungan pabrik dan jalur konvayer khususnya dan lingkup nasional umumnya. Ruang lingkup Departemen CSR meliputi kegiatan memutuskan program/proyek yang akan dilaksanakan, membuat perencanaan, melaksanakan prgram/proyek di 12 desa binaan, melakukan survai, monitoring program/proyek CSR, dan melakukan dokumentasi. PT Indocement yang beroperasi di Citeureup berada dalam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi. Dari tiap- tiap kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang memiliki kedekatan lokasi dari pabrik. Berdasarkan kedekatan tersebut maka jumlah seluruh desa binaan PT.Indocement sebanyak 12 desa binaan, yaitu: Desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi Karet, Tarikolot, Gunung Sahari, Pasir Mukti, dan Tajur. Penentuan program CSR di 12 desa binaan dilakukan berdasarkan social mapping atau pemetan sosial oleh pihak karyawan Departemen CSR untuk mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Perencanaan program CSR dilandasi oleh konsep Triple Bottom Lines dan dibuat dalam bentuk rencana strategis dengan jangka waktu pelaksanaan program selama lima tahun (Gambar 5) yang menjadi acuan pelaksanaan program CSR Indocement. Departemen CSR melakukan pertemuan BILIKOM (Bina Lingkungan dan Komunikasi) di 12 desa binaan setiap tiga bulan sekali. Pertemuan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan di masyarakat yang berlandasakan pada Renbangdes (Rencana Pembangunan Desa) merupakan hasil dari pertemuan atau musyawarah rencana pembangunan yang dilakukan di tiap desa. Gambar 5. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR PT Indocement Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009) Pada Gambar 6 disajikan proses tahapan pelaksanaan program CSR PT.Indocement melalui BILIKOM dan Renbangdes, pihak Departemen CSR menganalisis kebutuhan masyarakat sesuai dengan prioritas dan target dengan skala yang telah ditentukan dengan menggunakan social mapping dan disesuaikan pula dengan rencana strategis. Hasil dari analisis kebutuhan tesebut ditetapkan melalui kebijakan perusahaan yang selanjutnya dilaksanakan oleh Departemen CSR. Setelah selesai dilaksanakan program, tahap selanjutnya adalah dilakukannya kegiatan pemantauan dan evaluasi program yang kemudian di kembalikan kembali dalam BILIKOM dan kebijakan Departemen CSR. Gambar 6. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Tahun 2006-2010 Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009) 2. Evaluasi Dari Program CSR Yang Selama Ini Telah Dilakukan Oleh Perusahaan Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial-Budaya-Agama-Olahraga dan Keamanan. Seringkali, dua atau lebih dari tujuan mungkin saling tumpang tindih dalam suatu program. Dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDG), program CSR Indocement terutama fokus pada tujuan: Penanggulangan kemiskinan, Pendidikan, dan Lingkungan. Program-program di Indocement dirancang untuk memenuhi kebutuhan strata sosial yang berbeda dalam masyarakat. Banyak kegiatan berupaya melibatkan dan memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat yang kurang mendapatkan kesempatan, sementara yang lain bertujuan untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh masyarakat yang berpotensi. Beberapa progam yang telah dilaksanakan sebagai berikut: 1. Pendirian Rumah Seni dan Budaya, pusat komunitas baru yang terletak di dekat Pabrik Citeureup; gedung baru SMA di sekitar Pabrik Tarjun. 2. RUTILAHU (Rumah Tidak Layak Huni) adalah suatu program baru untuk merevitalisasi rumah-rumah di berbagai desa di sekitar wilayah operasi Indocement. 3. Program renovasi obyek wisata „Banyu Panas” di Pabrik Palimanan, Cirebon. 4. Perkebunan Jarak Pagar (Jatropha Curcas). Untuk merevitalisasi tanah bekas tambang batu kapur yang berdekatan dengan Pabrik Indocement. Dengan mempekerjakan sekelompok petani lokal untuk merawat ladang dan memanen saat buahnya matang. Indocement kemudian memproses buah untuk membuat bio-fuel yang digunakan sebagai salah satu bahan bakar alternatif. 5. Membangun instalasi pengolahan sampah kedua di dekat Pabrik Citeureup. Selain dua pusat pengolahan sampah rumah tangga di Citeureup, fasilitas ketiga yang terletak di dekat Pabrik Palimanan juga telah dibangun. 6. Program pelatihan terintegrasi untuk memberi pelatihan beragam keahlian bagi warga setempat, sehingga mampu mengembangkan mata pencaharian seperti peternakan, bercocok tanam dan pelatihan perbengkelan (sepeda motor, telepon genggam, dll.). Hingga saat ini, program tersebut telah memberikan pelatihan kepada sejumlah 554 warga. 7. Program pemberian kredit mikro. Bersama dengan badan usaha milik negara Bank Mandiri, Indocement telah memberikan pinjaman skala kecil yang memungkinkan perusahaan-perusahaan lokal untuk membiayai kegiatan usaha mereka. 8. Memberikan bantuan kemanusiaan pada saat bencana alam. Sumber : http://www.indocement.co.id/aspx/content.aspx?id=58 diakses 26/5/12 Dari beberapa progam CSR diatas, dapat diketahui bahwa program CSR yang telah dijalankan tersebut, sebagian besar bersifat pemberian yang tidak produktif karena hanya diberikan kepada masyarakat secara hadiah (cuma- cuma). Sementara beberapa yang mungkin bisa dikatakan produktif seperti pelatihan terintegrasi, pemberian pinjaman mikro, dan perkebunan jarak. Akan tetapi jika dilihat lebih seksama, program tersebut tidak sepenuhnya untuk kemanfaatan masyarakat karena masyarakat yang diberi pelatihan keterampilan bertani nantinya dapat dijadikan sebagai pengelola perkebunan jarak yang mana hasil dari perkebunan jarak tersebut yang mengolah adalah PT.Indocement. Pun dengan program pemberian kredit mikro, karena yang memberikan kredit mikro adalah pihak perbankan dalam hal ini adalah bank mandiri bukan PT.Indocement. Oleh karenanya, progam CSR kedepan perlu dilakukan suatu perbaikan agar lebih bermanfaat dan tercipta suatu community development yang sejalan dengan rencana MDGs 2020. 3. Konsep Ide CSR Yang Dibuat Untuk menjelaskan konsep saya ini, kami akan mengambil contoh apabila konsep CSR kami ini diterapkan oleh PT.Indocement di wilayah Cirebon dimana disana terdapat salah satu cabang PT.Indocement. Sebelum mulai membahas ide kami, kami akan memaparkan terlebih dahulu potensi cirebon. Palimanan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, IndonesiaSaat ini, Wilayah Kecamatan Palimanan telah dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Palimanan dan Kecamatan Gempol . Kota Cirebon yang terletak di pesisir Laut Jawa, pada Jalur Pantura Jakarta Cirebon - Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga adalah kota terbesar keempat di wilayah Pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Karena letaknya yang amat strategis yaitu pada persimpangan antara Jakarta, Bandung, dan Semarang, menjadikan kota Cirebon sangat cocok dan potensial untuk berinvestasi dalam segala bidang investasi seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, maupun pendidikan. Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, industri, dan jasa di wilayah Jawa Barat bagian timur dan utara. Banyak sekali industri baik skala kecil, menengah, maupun besar menanamkan modalnya di kota wali ini (Cirebon). Dengan didukung oleh banyaknya orangorang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1 juta orang, menjadikan kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga menggeliat dan menunjukkan respons positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunanbangunan besar dan tinggi yang berada di jalan-jalan utama kota Cirebon. Untuk mewujudkan kota Cirebon sesuai dengan fungsinya yang diarahkan sebagai kota perdagangan dan jasa, kota pelabuhan, kota industri, dan kota budaya dan pariwisata, maka peluang atau prospek kota Cirebon dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Masih terdapatnya lahan yang kosong dan komersil yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perekonomian yang letaknya tersebar diseluruh wilayah kota Cirebon seperti untuk kegiatan perdagangan dan jasa, perumahan wisata, industri, dan lainlain. 2. Lahan pertanian yang masih luas di pinggiran Kota Cirebon yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrobisnis. Sumber daya laut di sepanjang pantai kota Cirebon yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata laut, agro industri, dan sebagainya. 3. Terdapat juga pelabuhan Cirebon dan Kejawanan atau pelabuhan perikanan yang masih terbuka untuk kegiatan industri, perdagangan (ekspor, impor, antar daerah atau pulau). 4. Jumlah penduduk yang cukup dapat dikembangkan dan dilatih agar dapat ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan yang didukung oleh sejumlah perguruan tinggi dan sekolah kejuruan. Tersedianya infrastruktur atau sarana atau prasarana penunjang kegiatan perekonomian seperti listrik, air, telekomunikasi, jalan, dan lain-lain. Untuk sektor-sektor unggulan yang mempunyai potensi dan peluang yang bisa dikembangkan oleh pengusaha atau investor baik ber-fasilitas (Penanaman Modal Asing) dan non fasilitas (Penanaman Modal Swasta Nasional) adalah sebagai berikut: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Industri Non Migas; Sektor Listrik, Gas dan Air Minum; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buahbuahan, tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, umbi-umbian, dan kacangkacangan. Produksi tanaman bahan makanan pada tahun 2003 mayoritas mengalami peningkatan. Produksi tanaman sayur-sayuran yang ada di kota Cirebon terdiri dari delapan komoditas. Saat ini, kota Cirebon tengah gencar-gencarnya menggalakkan CPC (Cirebon Promotion Center). Cirebon Promotion Center (CPC) adalah sebuah lembaga Non Pemerintah yang didirikan dan difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Cirebon melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK) yang berfungsi sebagai pusat promosi investasi, produk dan pariwisata. Kota Cirebon sebagai kota perdagangan dan jasa mempunyai berbagai potensi yang cukup besar, baik potensi ekonomi, industri, perdagangan, budaya dan pariwisata yang masih belum tergali secara optimal dan dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Karena sebelumnya, PT.Indocement telah mempunyai progam CSR berupa pelatihan pengolahan pertanian kepada warga sekitar perusahaan maka ide kami adalah merevitalisasi progam tersebut, dengan mengingat potensi kota cirebon dibidang pertanian seperti : 1. Bawang Merah ; luas lahan potensial yang di kembangkan 3000 Ha dengan produsi 21.500 ton/tahun. Prospek pemasaran: Bahan baku industri bawang goreng (3.533 ton/th). Pemasaran lokal ( kabupaten/kota cirebon ) dan kabupaten sekitarnya. Pemasaran pada pusat di Jawa ( Jakarta, bandung, bogor dan surabaya ). Pemasaran luar Jawa(kalimantan,sumatra,sulawesi ) Eksport ke Malaysia, Singapura, dan Taiwan 2. Cabe Merah; Di Kabupaten Cirebon sangat cocok untuk tanaman cabe, karena cabe merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah ataupun di lahan kering/tegalan. Komoditi cabe merah memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan cabe merah ini pada areal potensial seluas 1.300 Ha (status tanah milik masyarakat). 3. Jagung Manis Tantangan pasar yang di hadapi saat ini produksi yang di hasilkan masih relatif sedikit, sedangkan kebutuhan pasokan adalah 53.000 kg/ hari terdiri dari : Pasar Lokal Cirebon 3.000/hari Pasar Jakarta dan Bogor 40.000/hari Pasar Bandung 10.000/hari Adapun luas lahan yang akan dikembangkan tersedia sekitar 200 Ha dengan perkiraan produsi 20.000kg/Ha. 3. Jamur Wilayah yang potensial dikembangkan di Kecamatan Sumber, Dukupuntang, Palimanan, Susukan, Gegesik, Suranenggala, Sedong, Kapetakan, Klangena, Jamblang, Panguragan dan Arjawinangun. 4. Kacang Hijau Luas lahan yang potensial untuk dikembangkan seluas 2.130 Ha. Produktifitas per tahun yang diharapkan sebanyak 2.200 Ton. Peluang Investasi : Teknologi pengolahan hasil budidaya Bibit, Pupuk dan Teknologi untuk pengembagan budidaya kacang hijau. Lokasi andalan yang dikembangkan berada di Kecamatan waled, Ciwaringin, Babakan, Susukan, Plumbon, Gegesik, Losari, Palimanan,dan Ciledung. Sumber : http://www.cirebonkab.go.id/sektor-pertanian.html Dengan memperhatikan data potensi dari kota cirebon seperti data diatas, maka misalnya PT.Indocement akan mengembangkan progam CSR di wilayah ini, misal dengan fokuskan untuk memajukan petani di wilayah palimanan yang mempunyai potensi komoditi berupa kacang hijau, maka pihak PT.Indocement dapat menjadi pelaksana CSR dengan memberikan pelatihan pengolahan pasca panen kacang hijau serta memberikan bantuan mesin pengolah kacang hijau. dengan bekal training yang diberikan, maka bantuan mesin yang diberikan dapat digunakan masyarakat untuk mengembangkan suatu usaha pengolahan kacang hijau. kemudian dari sini, peran pemerintah daerah dilibatkan sebagai pihak yang membantu memasarkan hasil olahan masyarakat. 3.4 Metode Implementasi / Cara Menerapkan Ide CSR Yang Anda Buat Untuk menerapkan ide kami ini, maka harus ada suatu komitmen dai masyarakat dan ppihak pelaksana csr dengan campur tangan pemerintah daerah sebagai pemangku jabatan untuk membantu memasarkan produk hasil olahan yang dilakukan masyarakat agar tujuan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai. usaha pengolahan kekayaan alam training PT.Indocem ent kesejateraan masyarakat masyarakat pasar Seperti tampak pada diagram diatas, bahwa konsep ide kami adalah masyarakat sebagai input(sumber) sasaran CSR yang akan mengikuti program training dari pelaksana CSR. Setelah ditraining, maka masyarakat tersebut diarahkan untuk membuka suatu usaha untuk mengolah sumber daya lokal. Hasil dari olahan masyarakat kemudian dijual kepasar sehingga masyarakat memperoleh pendapatan. Sebagai usaha rakyat, tantangannya adalah menembus pasar. Oleh karenanya, peran pemerintah daerah diharapkan mampu membantu untuk memasarkan hasil olahan masyarakat. Metode yang bisa ditempuh untuk menerapkan ide kami adalah: indocement Pemkab masyarakat usaha lokal 3.5 • melakukan mediasi dan kesepahaman dengan pemkab • menyiapkan skenario training • menindaklanjuti kesepahaman dari perusahaan dengan berupa kerja sama dengan puhak swasta atau pemkab lain • memprakarsai terciptanya pasar bagi olahan masyarakat • mengidentifikasi kekayaan sumber daya lokal • melakukan rapat desa untuk melakukan usaha dengan memanfaatkan kekayaan lokal tertentu • memulai usaha lokal dengan pengelola dan pekerja dari masyarakat Dampak Positif Yang Dihasilkan Dampak positif dari pelaksanaan ide kamia adalah: A. Bagi masyarakat 1. Terciptanya masyarakat yang mandiri yang memiliki kemampuan berbisnis yang mampu mengelola kekayaan sumber daya lokal namun mampu bersaing di pasar. 2. Kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat karena memiliki usaha tambahan sehingga meningkatkan pendapatan 3. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bantuan perusahaan pelaksana CSR. Khususnya bantuan yang sifatnya tidak produktif. Karena dengan meningkatnya pendapatan, maka masyarakat akan mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri baik untuk sanitasi maupun biaya pendidikan 4. Pemberdayaan masyarakat sehingga mengurangi pengangguran. Karena dengan berdirinya unit usaha masyarakat yang dikelola secara profesional akan mampu membuka lapangan kerja. 5. Terciptanya masyarakat yang cerdas dalam memanfaatkan potensi lokal dan Terciptanya pembangunan masyarakat yang menyeluruh, baik secara fisik, maupun secara psikis dan kognitif. 6. Terciptanya produk kreatif dari masyarakat dan ide dari masyarakat dapat dilaksanakan dengan segala kemampuan yang mereka miliki dan mereka usahakan sendiri. B. Bagi pelaksana CSR 1. Mengurangi peranannya tanpa mengurangi manfaat yang diterima oleh masyarakat. 2. Dapat menghemat anggaran CSR karena hanya perlu memberikan pelatihan (bimbingan bisnis) dan bantuan mesin diawal, sehingga tidak perlu memberikan bantuan berupa dana secara terus menerus. 3. Dapat menjadi partner bisnis, dimana masyarakat sasaran CSR dapat diberikan peran sebagai penyedia bahan perantara untuk mendukung usaha dari pemberi CSR. Kesimpulan Dari uraian diatas, dapat kami simpulkan bahwa pelaksanaan CSR PT.Indocement kurang produktif sehingga kurang selaras dengan tujuan pemerintah yeng berupa terciptanya MDGs 2020. Dengan demikian, progran CSR yang selama ini telah dilaksanakan perlu adanya upaya revitalisasi. Salah satu langkah untuk merevitalisasi progam CSR tersebut adalah dengan mengarahkan masyarakat penerima CSR untuk didorong agar mampu mendirikan suatu badan usaha yang mengolah kekayaan sumber daya lokal. Dengan demikian, maka masyarakat tidak akan tergantung dengan sumbangan yang diberikan oleh perusahaan pelaksana CSR. Selain itu, juga meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan yang lebih penting, terciptanya suatu masyarakat yang cerdas dalam mengolah kekayaan sumber daya alam yang mereka miliki. Sementara bagi perusahaan pelaksana CSR, dengan metode CSR seperti ini akan mampu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk progam CSR. Serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas departemen CSR sehingga mampu menekan biaya labor cost perusahaan. Referensi http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon http://akusiapsukses.blogspot.com/2010/08/potensi-cirebon.html Artikel Di Majalah Lensa Etf Edisi 1 Nov 2006, Eka Tjipta Foundation karya Timotheus Lesmana Utomo,adji satrio. 2010. Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Terhadap Masyarakat Lokal (Studi Kasus Di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).Bogor.IPB Rahmawati, Anisa.2010. Efektivitas Organisasi Dan Implementasi Program Corporate Social Responsibility Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Bogor.IPB Lampiran