BIOKIMIA PAPER LIPID Disusun oleh : AYU SARTIKA SINAGA 115040201111016 FRETA KIRANA BALLADONA 115040201111018 NOVITA INKA SARI W 115040201111019 HELMI RIZQULLAH 115040201111020 ARIF RAHMANDA 115040201111021 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipid merupakan salah satu kelompok senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus struktur yang mirip atau serupa. Sifat kimi dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sebesar 90%, dalam jaringan otak atal dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30%. Oleh karena itu disusun makalah ini dengan judul “ LIPID “ untuk mengetahui lebih banyak tentang lipid. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana kerakteristik, struktur lipid, dan klasifikasi lipid? Bagaimana metabolisme dari lipid dan mobilisasi asam lemak? Apa saja penyakit yang timbul akibat dari gangguan terhadap penyimpanan lipid? Bagaimana oksidasi dan sintesis asam lemak? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Karakteriktik dan Struktur Lipid Karakteristik Fisik Istilah lipid mencakup lemak, minyak, dan senyawa-senyawa terkait yang tidak larut dalam air dan berminyak ketika disentuh. Beberapa lipid makanan, mentega, margarin, atau minyak goreng dapat dikenal dengan mudah sebagai lemak. Makanan-makanan lain yang mungkin tampak terdiri dari sebagian besar karbohidrat (jenis-jenis roti) atau protein (pastel sapi) sering mengandung banyak lemak. Kita menyebut ini sebagai lemak terpendam. Karakteristik Kimiawi Nama kimiawi untuk lemak dan senyawa-senyawa terkait lemak adalah lipid. Lipid adalah senyawa-senyawa organik yang terdiri dari sebuah rantai karbon sebagai “kerangka dasar”, dengan atom hidrogen dan oksigen dan radikal lain atau gugus-gugus unsur lain yang tertikat. Asam-asam lemak dan senyawasenyawanya yang terkait adalah lipid-lipid yang penting dalam gizi manusia. Lipid memiliki kesamaan umum dengan karbohidrat. Elemen-elemen kimia serupa yang membentuk karbohidrat – karbon, hidrogen, dan oksigen – juga membentuk asam-asam lemak. Akan tetapi, karbohidrat dan lipid memiliki dua perbedaan penting sebagai berikut: Lipid lebih kompleks strukturnya, dengan lebih banyak atom karbon (C) dan hidrogen (H) dan lebih sedikit atom oksigen (O). Unit-unit struktural yang umum dari lipid adalah asam-asam lemak, sedangkan unit-unit struktural dari karbohidrat adalah gula-gula sederhana. Pertama-tama kita akan melihat karakteristik khas dari asam lemak – kejenuhan, panjang rantai, dan esensialitas – sebelum berfokus pada sifat-sifat lipid (trigliserida) yang tersusun atas asam-asam lemak. (Junaidi,2012) STRUKTUR LIPID Lipid didefinisikan sebagai senyawa berbasis asam lemak atau molekul yang mirip asam lemak seperti alcohol atau spingosin. Gambar 1 Struktur Lipid Struktur beberapa lipid umum. Di bagian atas adalah asam oleat dan kolesterol. Struktur bagian tengah adalah trigliserida yang terdiri dari rantai oleoil, stearoil, dan palmitoil yang melekat pada kerangka gliserol. Di bagian bawah adalah fosfolipid yang umum, fosfatidikolina. Ciri khas yang umum dijumpai di semua lipid adalah kandungan hidro-karbonnya diturunkan dari polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi rantai segera setelah rantai itu terbentuk. Fungsi Lipid adalah : Sebagai penyusun struktur membran sel Dalam hal ini lipid berperan sebagai barrier untuk sel dan mengatur aliran material-material Sebagai cadangan energy Lipid disimpan sebagai jaringan adipose Sebagai hormaon dan vitamin Hormone mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis. Klasifikasi Lipid berdasarkan kelas dari lemak (Anonymous a,2012) ASAM LEMAK Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak. Hampir semua asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. Sebagian besar terdiri dari rantai atom karbon linear, dan hanya sebagian kecil diantaranya yang mempunyai rantai bercabang. Struktur Asam Lemak Gambar 2 Struktur Asam Lemak Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat; penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya antara empat sampai 24 panjang karbon, baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang mengandung oksigen, halogen, nitrogen, dan belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda, terdapat kemungkinan isomerisme memengaruhi konfigurasi geometri cis atau trans, molekuler molekul yang tersebut. secara Ikatan signifikan ganda- cis menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih mencolok apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran sel. Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis, meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi secara parsial. Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid, utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang meliputi prostaglandin, leukotriena, dan tromboksana. Kelas utama lain dalam kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan asam lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti penghantar saraf kanabinoi dan andamida. Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi mengimbangi kebasaan gugus hidroksil. Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul. Berdasarkan struktur, asam lemak terbagi menjadi: Asam lemak jenuh (Saturated fatty acid) Asam palmiat Asam Stearat CH3(CH2)14(COOH) CH3(CH2)16COOH Asam lemak tak jenuh (Unsaturated fatty acid), ikatan rangkap duanya hampir selalu berada dalam konformasi cis : Asam Palmitoleat CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH Asam lemak tak jenuh ganda, ikatan rangkap duanya jarang terkonjungsi: Asam Linoleat CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7 (Kuchel,2002) Gliserolipid Gliserolipid adalah lipid yang mengandung gliserol dimana gugus hidroksilnya telah tersubstitusi. Gliserolipid adalah lipid yang paling banyak terdapat dalam tubuh hewan. Gliserolipid tersusun atas gliserol bersubstitusi mono-, di-, dan tri-, yang paling terkenal adalah ester asam lemak dari gliserol (triasilgliserol), yang juga dikenal sebagai trigliserida. Di dalam persenyawaan ini, tiga gugus hidroksil gliserol masing-masing teresterifikasi, biasanya oleh asam lemak yang berbeda. Karena ia berfungsi sebagai cadangan makanan, lipid ini terdapat dalam sebagian besar lemak cadangan di dalam jaringan hewan. Hidrolisis ikatan ester dari triasilgliserol dan pelepasan gliserol dan asam lemak dari jaringan adiposa disebut "mobilisasi lemak". Subkelas gliserolipid lainnya adalah glikosilgliserol, yang dikarakterisasi dengan keberadaan satu atau lebih residu monosakarida yang melekat pada gliserol via ikatan glikosidik. Contoh struktur di dalam kategori ini adalah digalaktosildiasilgliserol yang dijumpai di dalam membran tumbuhan dan seminolipid dari sel sperma mamalia. Gliserida adalah ester dari asam lemak dan sejenis alkohol dengan tigagugus fungsional yang disebut gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol). Karena gliserol memiliki tiga gugus fungsional alkohol, asam lemak akan bereaksi untuk membuat tiga gugus ester sekaligus. Gliserida dengan tiga gugus ester asam lemak disebut trigliserida. Jenis asam lemak yang terikat pada ketiga gugus tersebut seringkali tidak berasal dari kelas asam lemak yang sama. Fosfolipid Gambar 3. Fosfolipid Fosfatidiletanolamina (Glisero) fosfolipid (bahasa Inggris: phospholipid, phosphoglycerides, glycerophospholipid) sangat mirip dengan trigliserida dengan beberapa perkecualian. Fosfolipid terbentuk dari gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol) dengan dua gugus alkohol yang membentuk gugus ester dengan asam lemak (bisa jadi dari kelas yang berbeda), dan satu gugus alkohol membentuk gugus ester dengan asam fosforat. Gliserofosfolipid, juga dirujuk sebagai fosfolipid, terdapat cukup banyak di alam dan merupakan komponen kunci sel lipd dwilapis, serta terlibat di dalam metabolisme dan sinyal komunikasi antar sel. Jaringan saraf termasuk otak, mengandung cukup banyak gliserofosfolipid. Perubahan komposisi zat ini dapat mengakibatkan berbagai kelainan saraf. Contoh gliserofosfolipid yang ditemukan di dalam membran biologis adalah fosfatidilkolina (juga dikenal sebagai PC, GPCho, atau lesitin), fosfatidiletanolamina (PE atau GPEtn), dan fosfatidilserina (PS atau GPSer). Selain berperan sebagai komponen primer membran sel dan tempat perikatan bagi protein intra- dan antarseluler, beberapa gliserofosfolipid di dalam sel-sel eukariotik, seperti fosfatidilinositol dan asam fosfatidat adalah prekursor, ataupun sendirinya adalah kurir kedua yang diturunkan dari membran. Biasanya, satu atau kedua gugus hidroksil ini terasilasi dengan asam lemak berantai panjang, meskit terdapat gliserofosfolipid yang terikat dengan alkil dan 1Z-alkenil (plasmalogen). Terdapat juga varian dialkileter pada arkaebakteria. Gliserofosfolipid dapat dibagi menurut sifat kelompok-kepala polar pada posisi sn-3 dari tulang belakang gliserol pada eukariota dan eubakteria, atau posisi sn-1 dalam kasus archaea. Karena pada gugus ester asam fosforat masih mempunyai satu ikatan valensi yang bebas, biasanya juga membentuk gugus ester dengan alkohol yang lain, misalnya alkohol amino seperti kolina, etanolamina dan serina. Fosfolipid merupakan komponen yang utama pada membran sel lapisan lemak. Fosfolipid yang umum dijumpai adalah: Lecitin yang mengandung alkohol amino jenis kolina Kepalin yang mengandung alkohol amino jenis serina atau etanolamina. Sifat fosfolipid bergantung dari karakter asam lemak dan alkohol amino yang diikatnya. Sfingolipid Gambar 4. Sfingolipid Sfingomielin Sfingolipid adalah keluarga kompleks dari senyawa-senyawa yang berbagi fitur struktural yang sama, yaitu kerangka dasar basa sfingoid yang disintesis secara de novo dari asam amino serina dan asil lemak KoA berantai panjang, yang kemudian diubah menjadi seramida, fosfosfingolipid, glisosfingolipid, dan senyawa-senyawa lainnya. Nama sfingolipid diambil dari mitologi Yunani, Spinx, setengah wanita dan setengah singa yang membinasakan siapa saja yang tidak dapat menjawab tekatekinya. Sfingolipid ditemukan oleh Johann Thudichum pada tahun 1874 sebagai teka-teki yang sangat rumit dari jaringan otak. Sfingolipid adalah jenis lemak kedua yang ditemukan di dalam membran sel, khususnya pada sel saraf dan jaringan otak. Lemak ini tidak mengandunggliserol, tetapi dapat menahan dua gugus alkohol pada bagian tengah kerangka amina. Fosfosfingolipid utama fosfokolina), sementara pada mamalia adalah sfingomielin (seramida pada serangga terutama mengandung seramida fosfoetanolamina dan pada fungi memiliki fitoseramida fosfoinositol dan gugus kepala yang mengandung manosa. Basa sfingoid utama mamalia biasa dirujuk sebagai sfingosina. Seramida (Basa N-asil-sfingoid) adalah subkelas utama turunan basa sfingoid dengan asam lemak yang terikat pada amida. Asam lemaknya biasanya jenuh ataupun monotakjenuh dengan panjang rantai dari 16 atom karbon sampai dengan 26 atom karbon. Glikosfingolipid adalah sekelompok molekul beraneka ragam yang tersusun dari satu residu gula atau lebih yang terhubung ke basa sfingoid melalui ikatan glikosidik. Lipid sterol Lipid sterol, seperti kolesterol dan turunannya, adalah komponen lipid membran yang penting, bersamaan dengan gliserofosfolipid dan sfingomielin. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon danmolekul pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri dari androgen seperti testosteron danandrosteron. Subkelas C21 meliputi progestagen, juga glukokortikoid dan mineral okortikoid. Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentukvitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugat-konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara adalah fitosterol, seperti beta- Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel fungi adalah ergosterol. Lipid prenol Lipid prenol disintesis dari prekursor berkarbon 5 isopentenil pirofosfat dandimetilalil pirofosfat yang sebagian besar dihasilkan melalui lintasan asam mevalonat (MVA). Isoprenoid sederhana (alkohol linear, difosfat, dan lain-lain) terbentuk dari adisi unit C5 yang terus menerus, dan diklasifikasi menurut banyaknya satuan terpena ini. Struktur yang mengandung lebih dari 40 karbon dikenal sebagai politerpena. Karotenoid adalah isoprenoid sederhana yang penting yang berfungsi sebagai antioksidan dan sebagai prekursor vitamin A. Contoh kelas molekul yang penting secara biologis lainnya adalah kuinon dan hidrokuinon yang mengandung ekor isoprenoid yang melekat pada inti kuinonoid yang tidak berasal dari isoprenoid. Vitamin E dan vitamin K, juga ubikuinon, adalah contoh kelas ini. Prokariota mensintesis poliprenol (disebut baktoprenol) yang satuan isoprenoid terminalnya yang melekat pada oksigen tetap tak jenuh, sedangkan pada poliprenol hewan (dolikol) isoprenoid terminalnya telah direduksi. Sakarolipid Gambar 5. Sakarolipid Struktur sakarolipid Kdo2-Lipid A. Residu glukosamina berwarna biru, residu Kdo berwarna merah, rantai asil berwarna hitam, dan gugus fosfat berwarna hijau. Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam lemak yang terikat langsung dengan molekul glukosa dan membentuk struktur yang sesuai dengan membran dwilapis. Pada sakarolipid, monosakari dan mengganti ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang terjadi pada gliserolipid dan gliserofosfolipid. Sakarolipid yang paling dikenal adalah prekursor glukosamina terasilasi dari komponen lipid A lipopolisakarida pada bakteri gram-negatif. Molekul Lipid-A yang umum adalah disakarida dari glukosamina, yang diturunkan sebanyak tujuh rantai asil-lemak. Lipopolisakarida minimal yang diperlukan untuk pertumbuhan E. coli adalah Kdo2-Lipid A, yakni disakarida berheksa-asil dari glukosamina yang diglikosilasikan dengan dua residu asam 3-deoksi-D-manooktulosonat (Kdo). Proses hidrolisis sakarolipid akan menghasilkan amino gula. Poliketida Poliketida adalah metabolit sekunder yang terbentuk melalui proses polimerisasi dari asetil dan propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan multimodular yang berbagi fitur mekanistik yang sama dengan asam lemak sintasi. Enzim yang sering digunakan adalah poliketida sintase, melalui proses kondensasi Claisen. Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami oleh bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang memiliki keanekaragaman struktural yang tinggi. Banyak poliketida berupa molekul siklik yang kerangkanya seringkali dimodifikasi lebih jauh melalui glikosilasi, metilasi, hidroksilasi, oksidasi, dan/atau proses lainnya untuk menimba manfaat dari sifat antibiotik yang dimiliki. Beberapa jenis poliketida bahkan bersifat anti kanker, dapat menurunkan kolesterol serta menunjukkan efek imuno-supresif. Sejumlah senyawa antimikroba, antiparasit, dan antikanker merupakan poliketida atau turunannya, seperti eritromisin, antibiotik tetrasiklin, avermektin, dan antitumor epotilon. Garam lemak Sabun adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai asam lemak yang terdapat di alam bebas. Sabun terbuat melalui proses saponifikasi asam lemak. Biasanya digunakannatrium karbonat atau natrium hidroksida untuk proses tersebut. Secara umum, reaksi hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan: asam lemak + NaOH ---> air + garam asam lemak Jenis sabun yang dihasilkan bergantung pada jenis asam lemak dan panjang rantai karbonny. Natrium stearat dengan 18 karbon adalah sabun yang sangat keras dan tidak larut. Seng stearat digunakan pada bedak talkum karena bersifat hidrofobik. Asam laurat dengan 12 karbon yang telah menjadinatrium laurat sangat mudah terlarut, sedangkan asam lemak dengan kurang dari 10 atom karbon tidak digunakan menjadi sabun karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan berbau kurang sedap. Parafin Parafin (bahasa Inggris: wax) adalah lemak yang terbentuk dari esterisasi alkohol yang mempunyai rumus bangun yang panjang, dengan asam lemak. Alkohol dapat mengandung 12 hingga 23 atom karbon. Parafin dapat ditemukan di alam sebagai pelindung daun dan sel batang untuk mencegah agar tanaman tidak kehilangan air terlalu banyak. Karnuba ditemukan pada dedaunan pohon palem Brasil dan digunakan sebagai pelumas untuk lantai maupun mobil. Lanolin adalah parafin pada bulu domba. Beeswax adalah cairan parafin yang disekresi lebah untuk membangun sel tempat untuk madu dan telur lebah. Parafin yang digunakan pada pembuatan lilin bukan melalui esterisasi, melainkan merupakan campuran dari alkana dengan berat molekul yang besar. Pelumas untuk telinga dibuat dari campuran fosfolipid dan ester dari kolesterol. (Kuchel,2002) 2.2 Metabolisme Lipid dan Mobilisasi Asam Lemak Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar berada di sisi dalam Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa. Struktur kilomikron. Perhatikan fungsi kilomikron sebagai pengangkut trigliserida Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian. Gliserol Kolesterol Aseto asetat hidroksi butirat Aseton Steroid Steroidogenesis Kolesterogenesis Ketogenesis Diet Lipid Karbohidrat Protein Asam lemak Trigliserida Asetil-KoA Esterifikasi Lipolisis Lipogenesis Oksidasi beta Siklus asam sitrat ATP CO2 H2O + ATP Ikhtisar metabolisme lipid Metabolisme gliserol Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis. Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol Oksidasi asam lemak (oksidasi beta) Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase). Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin, dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-. Membran mitokondria interna Karnitin palmitoil transferase II Karnitin Asil karnitin Translokase KoA Karnitin Asil karnitin Asil-KoA Asil karnitin Beta oksidasi Membran mitokondria eksterna ATP + KoA AMP + PPi FFA Asil-KoA Asil-KoA sintetase (Tiokinase) Karnitin palmitoil transferase I Asil-KoA KoA Karnitin Asil karnitin Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme pengangkutan karnitin Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut: Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi beta. Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak dioksidasi menjadi keton. Oksidasi karbon β menjadi keton Keterangan: Frekuensi oksidasi β adalah (½ jumlah atom C)-1 Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah (½ jumlah atom C) Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap proses pemutusan 2 atom C adalah proses oksidasi β dan setiap 2 atom C yang diputuskan adalah asetil KoA. Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (2P) Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan sebagai berikut: 1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P) 2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA 3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P) 4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asilKoA yang telah kehilangan 2 atom C. Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA. Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat. Penghitungan energi hasil metabolisme lipid Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi beta suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C, maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta, berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C, maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah. Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Kreb’s yang masing-masing akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP. Dengan demikian sebuah asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 20 ATP (hasil oksidasi beta) + 60 ATP (hasil siklus Kreb’s) = 78 ATP. Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetilKoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis. Proses ketogenesis Lintasan ketogenesis di hati Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis). Gambar Lintasan kolesterogenesis Sintesis asam lemak Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat men-sintesis asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai penyusun struktur membran. Pada manusia, kelebihan asetil KoA dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai dengan degradasinya (oksidasi beta). Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein) digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk sintesis. Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut. Tahap-tahap sintesis asam lemak Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah: - Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL. - Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan. - Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa. - Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh. Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap sintesis dan degradasi trigliserida Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta). (Zaif,2012) TRANSPORT LIPID DALAM PLASME Mobilisasi lemak - dalam sel-sel lemak dari jaringan adiposa, epinefrin merangsang hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, yang memasuki aliran darah. Mobilisasi asam lemak dari toko trigliserida dalam jaringan adiposa membutuhkan enzim lipolitik. Lipolisis disfungsional mempengaruhi homeostasis energi dan dapat berkontribusi pada patogenesis obesitas dan resistensi insulin. Sampai saat ini, hormon sensitif lipase (HSL) adalah enzim hanya dikenal untuk menghidrolisis trigliserida dalam jaringan adiposa mamalia. Di sini, kami melaporkan bahwa enzim kedua, adiposa lipase trigliserida (ATGL), mengkatalisis langkah awal dalam hidrolisis trigliserida. Sangat menarik bahwa ATGL berisi "domain patatin" umum untuk tanaman asil-hidrolisis. ATGL sangat disajikan dalam jaringan adiposa pada tikus dan manusia. Ini menunjukkan spesifisitas substrat tinggi untuk triasilgliserol dan berhubungan dengan tetesan lipid. Penghambatan ATGL nyata menurunkan aktivitas adiposa asil-hidrolase total. Dengan demikian, ATGL dan HSL terkoordinasi catabolize disimpan trigliserida dalam jaringan adiposa mamalia. Dalam darah lipid diangkut dalam bentuk kilomikron, Lipoprotein, dan Albumin, Kilomikron merupakan pengangkut Trigliserida dari bahan yang terdiri dari asam-asam lemak bebas berantai panjang terdiri dari protein. karena lipid tidak dapat larut dalam air, bentuk Lipid non polar harus bergabung dengan Lipid Amfipatik dan Protein untuk membentuk Lipoprotein yang bisa campur dengan air sehingga dapat diangkut antar jaringan didalam plasma darah yang akueosa. (Sri,2012) 2.3 Gangguan Penyimpanan Lipid Gambar 6. Lipidosis Lipidosis adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada enzim-enzim yang memecah lemak, yang mengakibatkan penimbunan bahanbahan racun yang dihasilkan oleh lemak di dalam jaringan. Sekumpulan enzim tertentu membantu tubuh memecah setiap jenis lemak. Kelainan pada enzim-enzim ini bisa menyebabkan penimbunan bahan lemak tertentu, yang dalam keadaan normal telah dipecahkan oleh enzim. Lama-lama, penimbunan ini bisa mengancam berbagai organ tubuh. Yang termasuk ke dalam lipidosis adalah: 1. Penyakit Gaucher Pada penyakit gaucher, glucocerebroside, yang menghasilkan metabolisme lemak, menumpuk di jaringan. Penyakit gaucher adalah lipidosis yang paling sering terjadi. Penyakit tersebut paling umum pada orang-orang yahudi Ashkenazi (eropa timur). Penyakit gaucher menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan pewarnaan coklat pada kulit. Penumpukan glucocerebroside pada mata menyebabkan bercak kuning yang disebut pingueculae akan terlihat. Penumpukan pada tulang rawan bisa menyebabkan nyeri dan menghancurkan tulang. Kebanyakan orang mengalamu penyakit gaucher jenis 1, bentuk kronis, yang menghasilkan pembesaran hati dan limpa dan kelainan tulang. Kebanyakan adalah orang dewasa, tetapi anak-anak juga bisa mengalami jenis 1. Jenis 2, bentuk infantile, terbentuk pada masa bayi, bayi dengan penyakit ini mengalami pembesaran limpa dan kelainan sistem syaraf berat dan biasanya meninggal dalam waktu setahun. Jenis 3, bentuk juvenile, bisa dimulai kapan saja selama masa kanak-kanak. Anak dengan penyakit ini mengalami pembesaran hati dan limpa, kelainan tulang, dan kelainan sistem syaraf yang berkembang dengan lambat. Anak yang bertahan hidup sampai remaja bisa hidup untuk beberapa tahun. Kebanyakan orang dengan penyakit gaucher bisa diobati dengan terapi penggantian enzim, dimana enzim diberikan dengan cara infus, biasanya setiap 2 minggu. Terapi penggantian enzim lebih efektif untuk orang yang tidak mengalami komplikasi sistem syaraf. (Anonymous b, 2012) Penyakit Gaucher adalah penyakit genetik di mana suatu zat lemak (lipid) terakumulasi dalam sel dan organ-organ tertentu. Penyakit Gaucher adalah yang paling umum dari penyakit penyimpanan lisosomal. Hal ini disebabkan oleh kekurangan keturunan dari glucocerebrosidase enzim (juga dikenal sebagai asam β-glukosidase). Enzim bekerja pada suatu glucocerebroside zat lemak (juga dikenal sebagai glucosylceramide). Bila enzim yang rusak, substansi terakumulasi, terutama di sel-sel dari garis keturunan sel mononuklear. Bahan lemak dapat mengumpulkan di limpa, hati, ginjal, paru-paru, otak dan sumsum tulang. Gejala mungkin termasuk pembesaran limpa dan hati, kerusakan hati, gangguan skeletal dan lesi tulang yang mungkin menyakitkan, komplikasi neurologis berat, pembengkakan kelenjar getah bening dan (kadangkadang) sendi yang berdekatan, perut buncit, warna kecoklatan pada kulit, anemia, darah rendah trombosit dan deposit lemak kuning pada putih mata (sklera). Orang yang terkena dampak paling serius juga mungkin lebih rentan terhadap infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi resesif pada gen terletak pada kromosom 1 dan mempengaruhi laki-laki dan perempuan. Beberapa bentuk penyakit Gaucher dapat diobati dengan terapi penggantian enzim. Hal ini dinamai setelah dokter Prancis Philippe Gaucher, yang awalnya digambarkan pada tahun 1882. Sebuah studi tahun 1525 Gaucher pasien di Amerika Serikat menyarankan bahwa sementara risiko kanker tidak meningkat, keganasan tertentu (limfoma non-Hodgkin, melanoma dan kanker pankreas) terjadi pada tingkat 2-3 kali lebih tinggi. Penyakit ini pertama kali diakui oleh dokter Perancis Philippe Gaucher, yang awalnya digambarkan pada tahun 1882 dan meminjamkan namanya untuk kondisi tersebut. Dasar biokimia untuk penyakit akan dijelaskan pada tahun 1965. Pengobatan efektif pertama untuk penyakit itu, Ceredase obat, disetujui oleh FDA pada bulan Juni 1995. Sebuah obat ditingkatkan, Cerezyme, telah disetujui oleh FDA pada tahun 2001 dan telah menggantikan penggunaan Ceredase. Gaucher disease adalah gangguan metabolisme yang diwarisi di mana jumlah berbahaya suatuzat lemak yang disebut glucocerebroside menumpuk di limpa, hati, paru-paru, sumsum tulang,dan kadang-kadang di otak. Ada tiga jenis penyakit Gaucher. Kategori pertama, disebut tipe 1,adalah yang paling umum. Pasien dalam kelompok ini biasanya mudah memar dan mengalami kelelahan karena anemia dan platelet darah rendah. Mereka juga memiliki hati dan limpamembesar, gangguan tulang, dan, dalam beberapa kasus, paru dan kerusakan ginjal. Tidak adatanda-tanda keterlibatan otak. Gejala dapat muncul pada usia berapa pun. Dalam tipe 2 penyakit Gaucher, pembesaran hati dan limpa yang jelas dengan 3 bulan. Pasien mengalami kerusakanotak yang luas dan progresif dan biasanya mati karena usia 2 tahun. Dalam kategori ketiga, tipeyang disebut 3, pembesaran hati dan limpa adalah variabel, dan tanda-tanda keterlibatan otak seperti kejang secara bertahap menjadi jelas. Semua pasien Gaucher disease menunjukkankekurangan dari glucocerebrosidase disebut enzim yang terlibat dalam pemecahan dan daur ulang glucocerebroside. Tingginya kadar lemak dalam bahan ini mencegah sel sel dan organ berfungsi dengan benar. penyakit Gaucher adalah salah satu penyakit penyimpanan beberapalipid Gejala Gaucher Disease Gejala penyakit Gaucher sangat bervariasi di antara mereka yang mengalami gangguan tersebut.Gejala klinis utama meliputi:* Pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali).* Sejumlah rendah sel darah merah (anemia).* Mudah memar disebabkan oleh rendahnya tingkat platelet (trombositopenia).* Bone penyakit (nyeri tulang dan fraktur). Gejala lain tergantung pada jenis penyakit Gaucher meliputi jantung, paru-paru dan masalahsistem saraf. Gejalagejala penyakit Tipe 1 Gaucher termasuk penyakit tulang, hepatosplenomegali, anemia, dan trombositopenia, dan penyakit paru-paru. Gejala-gejala dalam 2 Jenis dan Tipe 3 penyakit Gaucher termasuk yang Tipe 1 dan lain masalahyang melibatkan sistem saraf seperti masalah mata, kejang dan kerusakan otak. Dalam tipe 2 penyakit Gaucher, masalah medis serius memulainya sejak dikandungan. Orang-orang ini biasanya tidak hidup setelah usia dua. Ada juga beberapa pasien dengan tipe 2 penyakit Gaucher yang mati pada periode baru lahir, sering dengan masalah kulit yang parah atau akumulasi cairanyang berlebihan (hidrops). Individu dengan penyakit Gaucher Tipe 3 mungkin mengalami gejala sebelum mereka adalah dua tahun, tetapi sering memiliki lebih lambat proses penyakit progresif dan keterlibatan otak cukup variabel. Mereka biasanya memiliki memperlambat gerakanhorisontal mata. (Rahman,2012) Gambar 7. Penyakit Gaucher Gaucher Basics Gaucher (pronounced “go-shay”) Disease is a genetic disorder, which results in the deficiency in an enzyme, causing a portion of old cells to be stored in areas such as the liver, spleen, lungs, lymph system, and bones instead of being expelled from the body. In more severe cases, which affect young children, they also accumulate in the central nervous system. What Are Gaucher Cells Gambar 8. Sel Gaucher The human body contains specialized cells called macrophages that remove worn-out cells by degrading them into simple molecules for recycling. This process is analogous to eating and digesting food. The macrophages “eat” worn-out cells and degrade them inside cell compartments called lysosomes that serve as the “digestive tracts” of cells. The enzyme glucocerebrosidase (pronounced “gloo-ko-ser-e-bro-si-dase”) is located within the lysosomes and is responsible for breaking down glucocerebroside into glucose and a fat called ceramide. People with Gaucher Disease lack the normal form of the glucocerebrosidase enzyme and are unable to break down glucocerebriside. Instead, the glucocerebroside remains stored within the lysosomes preventing the macrophages from functioning normally. Enlarged macrophages containing undigested glucocerebroside are called Gaucher cells. This is why Gaucher Disease is often referred to as a “storage disease”. Because the enzyme is not working properly, these undigested cells are “stored,” and accumulate in various parts of the body. What Happens When Gaucher Cells Accumulate Gaucher cells most often accumulate in the spleen, liver, and bone marrow. They may also collect in other tissues, including the lymphatic system, lungs, skin, eyes, kidney, and heart. Frequently, an organ that contains Gaucher cells becomes enlarged and does not function properly, resulting in clinical symptoms associated with the disease. Providing there is no central nervous system (brain) involvement, Gaucher Disease is referred to as Gaucher Type 1. Individuals of all ages can be affected by Gaucher Disease Type 1. Why Is Gaucher Disease Type 2 and Type 3 More Serious Gambar 9. A phenotypic continuum of Gaucher disease In Type 2 and Type 3 Gaucher Disease symptoms generally appear in infancy, or early childhood. Unlike Type 1, the central nervous system (brain) is affected. This can manifest itself with abnormally slow eye movements, unsteadiness, swallowing problems, seizures, among other symptoms. Neurological involvement will range from minimal to severe involvement. Central nervous system involvement is significantly more debilitating, and in many cases, causes death. What Can Be Done Gaucher patients can receive enzyme replacement infusions. Enzyme replacement has worked well to control the systemic (non-central nervous system) complications most commonly found in Type 1 patients. However, the replacement enzyme has difficulty crossing the “blood brain” barrier, therefore, in the Type 2 and Type 3 form of Gaucher Disease, it has had no discernible therapeutic effect on the central nervous system, or brain involvement. Gaucher Disease Is Inherited Much of a person’s makeup is a result of what is inherited from each parent. Certain characteristics, such as eye color, height, and genetic disease are passed from parents to children. The genes for these characteristics are organized on 23 pairs of chromosomes. Genes contain the blueprints that the body’s cells use to produce proteins, the building blocks of life. Each chromosome contains thousands of genes. An individual normally inherits one copy of each gene from each parent. The genes for glucocerebrosidase are also passed on from parents to children. In Gaucher Disease, the blueprint for the glucocerebrosidase enzyme (a type of protein), is defective. As a result, the glucocerebrosidase produced from the defective genes is unable to perform its normal function. Is the risk of inheriting Gaucher Disease the same for males and females? Copies of the gene for glucocerebrosidase are carried on a chromosome that is not involved in determining an individual’s sex. As a result, the defective glucocerebrosidase gene can be passed on to either males or females. One pair of chromosomes, called the sex chromosomes, differs between men and women in a way that determines their sexual identities. The other 22 pairs of chromosomes are called autosomes. The gene for the glucocerebrosidase enzyme is on one of the autosomal chromosome pairs. Gaucher Disease is referred to as an autosomal recessive disorder. Recessive refers to the fact that in order to develop the disease, an individual must inherit two defective copies of the gene, one from each parent. Who are Gaucher carriers? A person with one normal gene and one defective gene for glucocerebrosidase is a carrier of Gaucher Disease. Such individuals will not develop Gaucher Disease because as long as one of the two genes for glucocerebrosidase is normal, enough glucocerebrosidase can be produced to prevent glucocerebroside from accumulating. Although a Gaucher carrier will have no symptoms of Gaucher Disease, the odds are 50% that the “Gaucher gene” will be passed on to each of his or her children. A child will only develop Gaucher Disease if he or she inherits a defective gene from both parents. What are the odds of having children that have Gaucher Disease or who are Gaucher carriers? Gambar 10. Bagan pewarisan gaucher If both parents have normal genes for glucocerebrosidase, each child will inherit two normal genes, one from each parent, and will neither have Gaucher Disease nor be a carrier. If one parent is a carrier of Gaucher Disease and the other parent is not, there is a 50% chance of having a child who inherits the “Gaucher gene” from the carrier parent, and becomes a carrier of Gaucher Disease. None of the children will have Gaucher Disease, because they will have one normal gene inherited from the other parent. If both parents are carriers of Gaucher Disease, with each pregnancy there is a 25% chance of having a child who inherits one “Gaucher gene” from each parent, and thus has Gaucher Disease. There is a 50% chance of having a child who inherits a “Gaucher gene” from one parent and a normal gene from the other parent, and becomes a carrier of Gaucher Disease. Finally, there is a 25% chance for each pregnancy of having a child who inherits two normal genes, one from each parent, and who neither has Gaucher Disease, nor is a carrier. It must be emphasized that the odds for each pregnancy, of inheriting Gaucher Disease, are totally independent of whether or not a previous child has Gaucher Disease. Having one child with Gaucher Disease does not mean that the next three children cannot inherit Gaucher Disease. If one parent has Gaucher Disease and the other parent does not have Gaucher Disease, nor is a carrier, all children will inherit the “Gaucher gene” from the parent with Gaucher Disease, and will become carriers. None of these children will have Gaucher Disease themselves. If one parent has Gaucher Disease and the other parent is a Gaucher carrier, there is a 50% chance of having a child who inherits a “Gaucher gene” from each parent, and thus has Gaucher Disease. There is also a 50% chance of having a child who only inherits the “Gaucher gene” from one parent, and becomes a carrier. If both parents have Gaucher Disease, all of their children will inherit two “Gaucher genes” and will have Gaucher Disease as well. (Anonymous c, 2012) 2. Penyakit Niemann-Pick Penyakit Niemann-Pick adalah suatu penyakit keturunan dimana terjadi kekurangan suatu enzim khusus yang mengakibatkan penimbunan sfingomielin (hasil metabolisme lemak) atau terdapat penimbunan kolesterol yang abnormal. PENYEBAB Gen yang bertanggungjawab terhadap penyakit Niemann-Pick bersifat resesif, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua Penyakit ini paling banyak terjadi pada keluarga Yahudi. orang tuanya. GEJALA Penyakit Niemann-Pick memiliki lima bentuk atau lebih, tergantung kepada beratnya kekurangan enzim atau beratnya penimbunan kolesterol. Pada bentuk juvenil berat yang disertai kekurangan enzim, sama sekali tidak terdapat enzim. Terjadi kelainan sistem saraf yang berat karena saraf tidak dapat menggunakan sfingomielin untuk menghasilkan mielin (selubung saraf). Anak-anak dengan penyakit ini memiliki pertumbuhan lemak di dalam kulit, memiliki daerah pigmentasi yang gelap serta mengalami pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening. Anak-anak tersebut juga bisa mengalami retardasi mental (keterbelakangan mental). Anak-anak ini biasanya mengalami anemia dengan jumlah sel darah putih dan trombosit yang rendah, yang membuat mereka mudah terkena infeksi dan mudah memar. DIAGNOSA Beberapa bentuk penyakit Niemann-Pick dapat didiagnosis pada janin dengan mengambil contoh vilus korion atau amniosintentesis (pemeriksaan cairan ketuban). Sesudah lahir, diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan biopsi hati. PENGOBATAN Penyakit Niemann-Pick tidak dapat diobati, dan anak-anak yang menderita penyakit ini cenderung meninggal karena infeksi atau kelainan fungsi sistem saraf pusat yang progresif. (Anonymous b,2012) Niemann-Pick disease refers to a group of inherited conditions that affect the body’s metabolism. In patients with this rare disorder, fatty material builds up in various vital organs, sometimes including the brain. There are four main types of Niemann-Pick disease: Type A—causes fatty substances to collect in the liver and spleen. Patients have severe brain damage and usually die by age two or three. Type B—affects the liver and spleen. Organs enlarge during the pre-teen years. There is usually no brain damage. Patients usually suffer from breathing problems and die in teen years or early adulthood. The prognosis is better for type B than type A. Type C—produces extensive brain damage. The liver and spleen are moderately enlarged. Type C usually starts in childhood and leads to death in teen years or early adulthood. Type D—similar to type C, but occurs only in people related to a family that lived in Nova Scotia at the start of the 1700s. Type D is now recognized as a variation of type C. Liver and Spleen .Gambar 11. Liver and Spleen Causes Niemann-Pick disease is inherited. It is an autosomal recessive trait, which means that both parents must carry the abnormal gene for their child to inherit the disease. The exact cause depends on the type of Niemann-Pick disease. Types A and B A fatty material called sphingomyelin builds up in the patient's organs. This substance is normally present in the membrane of most cells. The enzyme acid sphingomyelinase normally breaks down this substance. However, people with type A or B either do not have enough of this enzyme or this enzyme does not work properly. Without the properly functioning enzyme, this fatty material builds up in the cells. The cells die and the organ does not work properly. Types C and D In these two types, nerve cells in the brain are unable to move cholesterol out. This allows cholesterol to build up, which keeps cells from functioning normally. Risk Factors A risk factor is something that increases your chance of getting a disease or condition. Risk factors for Niemann-Pick disease include: Family members with Niemann-Pick disease Ashkenazi Jewish heritage (types A and B) Nova Scotia, French-Canadian ancestry (type D) Spanish-American population of southern New Mexico and Colorado (type C) North African ancestry, Maghreb region including Tunisia, Morocco, and Algeria (type B) Symptoms Symptoms of Niemann-Pick disease may develop during infancy, childhood, or the teen years, depending on the type of the disease. Symptoms vary. Not all patients will develop every symptom. Symptoms usually worsen over time. Type A Symptoms begin within the first few months of life. They may include: Yellow skin and eye coloration Enlarged belly (due to enlarged liver and spleen) Mental retardation Loss of motor skills Difficulty swallowing and feeding Failure to thrive Seizures Visual problems Spastic movements (later in disease) Rigid muscles (later in disease) Type B Symptoms start during pre-teen years. They may include: Yellow skin and eye coloration Enlarged belly (due to enlarged liver and spleen) Enlarged lymph nodes Osteoporosis , or brittle bones Breathing difficulties Frequent respiratory infections Types C and D Symptoms may start in infancy, childhood, or teen years. They may include: Yellow skin and eye coloration Unsteady gait Trouble walking Difficulty swallowing Unable to look up or down Vision loss Hearing loss Slurred speech Enlarged spleen and liver Loss of motor skills Difficulty swallowing Learning problems Sudden loss of muscle tone Tremors Seizures Psychosis or dementia Diagnosis The doctor will ask about the child’s symptoms and medical history, and perform a physical exam. Tests may include: For all types: Complete blood cell count (CBC), measurement of acid sphingomyelinase activity in white blood cells DNA testing—to look for a mutated gene associated with the disease For type C: Skin biopsy —removal of a skin sample to check how it transports and stores cholesterol Treatment No specific or effective treatment currently exists for Niemann-Pick disease. Patients with type B may be given oxygen to help with lung problems. Research is focusing on the use of bone marrow transplantation , enzyme replacement therapy, and gene therapy. Prevention There are no specific guidelines for preventing Niemann-Pick disease. Prevention measures are currently available in the areas of genetic testing and prenatal diagnosis. If you have Niemann-Pick disease or a have a family history of the disorder, you can talk to a genetic counselor when deciding to have children. (Wood,2012) 3. Penyakit Fabry Gambar 12. Penyakit fabry Penyakit Fabry adalah penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan penimbunan glikolipid (hasil metabolisme lemak). PENYEBAB Gen yang rusak dibawa oleh kromosom X sehingga penyakit ini hanya terjadi pada pria, yang hanya memiliki 1 kromosom X. GEJALA Penimbunan pertumbuhan glikolipid kulit menyebabkan yang jinak di angiokeratoma, batang yang tubuh merupakan bagian bawah. Kornea mata menjadi seperti berawan, mengakibatkan gangguan penglihatan. Nyeri seperti terbakar dapat terjadi pada lengan dan tungkai, dan penderita mungkin mengalami episode demam. Kematian terutama disebabkan oleh gagal ginjal, penyakit jantung atau stroke akibat tekanan darah tinggi. DIAGNOSA Penyakit Fabry dapat didiagnosis pada janin dengan memeriksa contoh vilus korion atau amniosentesis (pemeriksaan cairan ketuban). PENGOBATAN Untuk mengurangi nyeri dan demam diberikan analgetik (obat pereda nyeri). Penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun peneliti sedang menyelidiki suatu pengobatan dimana kekurangan enzim yang terjadi diganti melalui transfusi. (Anonymous b,2012) Signs and Symptoms Because Fabry disease is rare and not always well recognized, its symptoms are sometimes overlooked or attributed to other more common conditions. There are, however, a number of signs and symptoms that people with Fabry disease typically experience: Burning, tingling pain in the hands and feet Pain radiating throughout the body Impaired sweating Heat/cold intolerance Skin rashes (angiokeratomas) Corneal whorling (pattern on the cornea of the eye – generally does not affect vision and can only be seen using special eye exam equipment called a slit lamp) Hearing problems Gastrointestinal problems, such as diarrhea or vomiting Heart problems (including enlarged heart and heart valve problems) Kidney problems Nervous system problems, such as stroke Psychological issues, such as depression The graphic below demonstrates how the signs and symptoms may become progressively more serious and numerous as people with Fabry disease get older. Gambar 13. Progressive of fabry disease Since Fabry disease is X-linked, it predominantly affects males, although females may have disease manifestations to a greater extent than previously thought. The rates of progression of organ impairment may be slower in females than in males with Fabry disease, and severity of signs and symptoms is variable. (Anonymous d, 2012) 4. Penyakit Wolman Gambar 14. Wolman Penyakit Wolman adalah gangguan yang dihasilkan ketika jenis spesifik pada kolesterol dan gliserida menumpuk di jaringan, gangguan ini disebabkan pembesaran limpa dan hati. Penyimpanan kalsium pada kelenjar adrenalin membuat mereka lebih keras, dan diare lemak (steatorrhea) juga terjadi. Bayi dengan penyakit Wolman biasanya meninggal dalam usia 6 bulan. ( Rachmawati,2012) 5. Xantomatosis Serebrotendinosa Gambar 15. Xantomatosis Serebrotendinosa Xantomatosis Serebrotendinosa adalah suatu penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang disebabkan oleh penimbunan kolestanol (suatu produk metabolisme kolesterol) di dalam jaringan. GEJALA Penyakit ini pada akhirnya menyebabkan: - pergerakan yang tidak terkendali - demensia (pikun) - katarak - pertumbuhan lemak (xantoma) pada tendo (urat daging). Gejala-gejala ini seringkali baru muncul pada saat penderita berusia di atas 30 tahun. PENGOBATAN Bila gejala tersebut muncul lebih awal, obat kenodiol bisa membantu mencegah perkembangan penyakit, tetapi tidak dapat menyembuhkan kerusakan-kerusakan yang telah terjadi sebelumnya. (Anonymou b,2012) Gambar 16. Xantomatosis Serebrotendinosa Xantomatosis Serebrotendinosa is a rare hereditary disease that occurs, caused by the accumulation kolestanol (a product of cholesterol metabolism) in the network. SYMPTOMS This disease eventually causes: - Uncontrolled movements - Dementia (senile) - Cataracts - Growth of fat (xantoma) on the tendon (tendon). These symptoms often emerged only when patients aged over 30 years. TREATMENT If these symptoms appear early, kenodiol drug can help prevent the progression of the disease, but can not heal the damage that has happened before. (Anonymou e, 2009) Cerebrotendinous xanthomatosis terjadi ketika cholestanol, produk pada metabolisme kolesterol, menumpuk pada jaringan. Gangguan ini segera megakibatkan gerakan yang tidak terkoordinasi, dementia, katarak, dan perkembangan lemak (xanthomas) pada tendon. Gejala-gejala kelumpuhan sering muncul setelah usia 30 tahun. Jika mulai lebih awal, obat chenodiol membantu mencegah perkembangan penyakit ini, tetapi tidak dapat membatalkan kerusakan apapun yang terjadi. ( Rachmawati,2012) 6. Sitosterolemi Pada sitosterolemia, lemak dari buah-buahan dan sayuran menumpuk di darah dan jaringan. Pembentukan lemak menyebabkan atherosclerosis, sel darah merah yang tidak normal, dan penyimpanan lemak pada tendon (xanthomas). Pengobatan terdiri dari pengurangan asupan makanan yang kaya akan lemak tumbuhan, seperti minyak sayur, dan menggunakan resin cholestyramine. ( Rachmawati,2012) Sitosterolemi adalah suatu penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana lemak yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran tertimbun di dalam darah dan jaringan. GEJALA Penimbunan lemak menyebabkan terjadinya: - aterosklerosis - kelainan sel darah merah - pengendapan lemak pada tendo (xantoma). PENGOBATAN Mengurangi asupan makanan yang kaya akan lemak tumbuhan (seperti minyak sayur) dan mengkonsumsi resin kolestiramin. (Anonymous f, 2012) 7. Penyakit Refsum Gambar 17. Refsum Pada penyakit Refsun, asam phytanic, yang menghasilkan metabolisme lemak, menumpuk di jaringan. Pembentukan asam phytanic menyebabkan kerusakan syaraf dan retina, gerakan kejang, dan perubahan pada tulang dan kulit. Pengobatan meliputi menghindari makan buah-buahan hijau dan sayuran yang mengandung klorofil. Plasmapheresis, dimana asam phytanic diangkat dari darah, kemungkinan sangat membantu. ( Rachmawati,2012) DEFINITIONS Sitosterolemi is a rare hereditary disease that occurs, where the fat comes from fruits and vegetables piled in the blood and tissues. SYMPTOMS Accumulation of fat leads to: - Atherosclerosis - Red blood cell abnormalities - Deposition of fat on tendon (xantoma). TREATMENT Reduce intake of foods rich in plant fats (such as vegetable oil) and consume kolestiramin resin. (Anonymous g, 2012) DEFINISI Penyakit Refsum adalah suatu penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana asam fitanik (hasil metabolisme lemak) tertimbun di dalam jaringan. GEJALA Penimbunan asam fitanik menyebabkan: - kerusakan saraf dan retina - pergerakan yang spastik (kaku) - perubahan pada tulang dan kulit. PENGOBATAN Menghindari sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau, yang mengandung klorofil. Plasmaferesis adalah suatu prosedur dimana asam fitanik dikeluarkan dari darah. (Anonymous b, 2012) 8. Penyakit Tay-Sachs Gambar 18. Tay-sach Pada penyakit tay-sach, ganglioside, yang menghasilkan metabolisme lemak, menumpuk pada jaringan. Penyakit tersebut paling sering terjadi asli yahudi di eropa timur. Pada usia yang sangat dini, anak dengan penyakit ini menjadi semakin lambat dan tampak mengalami sifat otot yang terkulai. Terbentuk kejang diikuti kelumpuhan, dementia, dan kebutaan. Anak ini biasanya meninggal di usia 3 atau 4 tahun. Penyakit tay-sachs bisa diidentifikasikan pada janin dengan contoh chorionic villus atau amniocentesis. Penyakit tersebut tidak dapat diobati atau disembuhkan. ( Rachmawati,2012) 2.4 Oksidasi dan Sintesis Asam Lemak Sintesis asam lemak Asam lemak adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida. Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti asam asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Sintesis asam lemak dilakukan dalam kondisi anaerob dengan bantuan sejenis bakteri. Karbohidrat dan asam amino yang dikonsumsi berlebihan akan dikonversi menjadi asam lemak dan disimpan sebagai triasilgliserol. Dan proses ini (selanjutnya kita sebut sintesis asam lemak) paling banyak terjadi di hati, ginjal, jaringan adiposa dan kelenjar mamaria. Dalam proses ini, asetil KoA bertindak sebagai substrat langsung atau bahan utamanya, sedangkan palmitat sebagai produk akhirnya. Sintesis asam lemak melibatkan asetil KoA dan NADPH. Asetil KoA disini berfungsi sebagai sumber atom karbon sementara NADPH berperan sebagai bahan pendukungnya saja. Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein) digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai asam lemak esensial karena organisme yang memerlukan tidak memiliki cukup enzim untuk membentuknya. Sintesis asam lemak terjadi dalam 3 proses. Yang diantaranya: 1. Produksi asetil KoA dan NADPH 2. Pembentukan Malonil KoA dari asetil KoA 3. Reaksi kompleks sintesis asam lemak Produksi asetil KoA dan NADPH Asetil KoA dan NADPH merupakan syarat paling penting dalam sintesis asam lemak. Asetil KoA diproduksi di dalam mitokondria melalui oksidasi asam lemak dan piruvat, asam amino dan juga dari badan keton. Dimulai dari proses yang terjadi di sitoplasma sampai ke dalam mitokondria. Asetil KoA yang dihasilkan tersebutlah yang menjadi salah satu sumber bahan untuk sintesis asam lemak ini. Sedangkan sumber asetil KoA yang diperoleh dari piruvat disediakan oleh piruvat dehidrogenase. Piruvat yang masuk ke dalam mitokondria akan diubah menjadi asetil KoA dan oksaloasetat. Piruvat dehidrogenase akan merubah piruvat menjadi asetil KoA sedangkan piruvat karboksilase mengubah piruvat menjadi oksaloasetat. Sedangkan bahan NADPH dapat diperoleh dari jalur pentosa fosfat dan bisa juga dari NADPH yang dihasilkan enzim malat. Kemudian, untuk memulai proses sintesis asam lemak, asetil KoA akan bergabung terlebih dahulu dengan oksaloasetat membentuk sitrat. Asetil KoA harus diubah dulu menjadi sitrat karena asetil KoA tidak mampu menembus membran mitokondria. Sitrat yang baru saja dibentuk mampu dengan bebas menembus membran mitokondria sampai ke sitoplasma. Di sitoplasma sitrat ini akan dipecah oleh sitrat liase menjadi asetil KoA dan oksaloasetat. Pada tahap ini, oksaloasetat diteruskan hingga membentuk malat sedangkan asetil KoA dilanjutkan ke proses berikutnya, yaitu pembentukan malonil KoA dari asetil KoA. Pembentukan Malonil KoA Asetil KoA dikarboksilasi menjadi malonil KoA oleh asetil KoA karboksilase. Malonil KoA nantinya akan mendonor 2 unit karbon untuk ditambahkan ke rantai asam lemak yang sedang tumbuh pada kompleks asam lemak sintase. Proses pembentukan ini membutuhkan vitamin biotin. Reaksi ini terjadi dalam dua tahap: 1. karboksilasi biotin yang membutuhkan ATP dan 2. pembentukan malonil KoA dengan pemindahan gugus karboksil ke asetil KoA. Saat asetilKoA karboksilase diaktifkan kadar malonil KoA akan meningkat. Saat sintesis asam lemak berlangsung, malonil KoA akan menginhibisi oksidasi asam lemak agar asam lemak yang akan terbentuk nantinya tidak langsung dioksidasi. Kompleks Asam Lemak Sintase Asam lemak sintase merupakan enzim besar yang terdiri dari dimer yang identik, yang masing-masing subunitnya (monomer) memiliki tujuh aktivitas enzim asam lemak sintase pada rantai polipeptida. Setiap monomernya berberat molekul 240.000 dan memiliki sebuah protein pembawa asil (ACP, acyl carrier protein). Fungsi ACP dalam sintesis asam lemak adalah bertindak sebagai suatu karier perantara. Segmen ACP memiliki sebuah residu 4- fosfopanteteinil yang berasal dari pemutusan koenzim A. Kedua subunit tersebut tersusun (kepala ke leher). Salah satu subunit bergandengan dengan gugus fosfopanteteinil sulfhidril sedangkan subunit yang lainnya bergandengan dengan sisteinil sulfhidril. Pada proses ini, gugus asetil dari asetil KoA akan dipindahkan ke gugus fosfopanteteinil sulfhidril ACP pada satu subunit, dan kemudian ke gugus siteinil sulfhidril pada subunit yang lainnya. Gugus malonil dari malonil Ko A kemudian melekat ke gugus fosfopanteteinil sulfhidril ACP pada subunit pertama. Gugus asetil dan malonil berkondensasi sehingga menyebabkan pelepasangugus karboksil malonil sebagai karbondioksida. Kemudian sebuah rantai α-keto asil (C4) akan melekat pada gugus fosfopanteteinil sulfhidril. (Anonymous h, 2012) Oksidasi Asam Lemak Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Ini semua disebabkan oleh proses otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Oksidasi bisa berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak . Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak. Reaksi oksidasi lemak akan berlangsung dalam tiga tahap. Pada tahap pertama terjadi reaksi pembentukan radikal lemak bebas dan pemisahan hidrogen dari lemak yang tidak jenuh. Tahap kedua adalah tahap perkembangan, di mana berlangsung reaksi antara radikal bebas yang terbentuk pada langkah permulaan dengan oksigen dan senyawa organik. Tahap terakhir merupakan tahap penghentian, di mana terjadi pembentukan senyawa yang tidak lagi merupakan radikal bebas. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. (Harianto, 2011) BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Lipid memiliki dua karakteristik, yaitu karakteristik fisik yang mana senyawa tersebut tidak dapat larut dalam air dan berminyak bila disentuh, kemudian, karakteristik kimia yang mana senyawa tersebut tersusun atas rantai karbon sebagai kerangka dasar, sedangkan hydrogen, oksigen, dan radikal lain terikat padanya. Selain itu, struktur lipid terdiri atas tiga bagian antara lain di bagian atas adalah asam oleat dan kolesterol. Struktur bagian tengah adalah trigliserida yang terdiri dari rantai oleoil, stearoil, dan palmitoil yang melekat pada kerangka gliserol. Di bagian bawah adalah fosfolipid yang umum, fosfatidikolina. Sedangkan klasifikasi lipid antara lain Asam lemak, gliserida, fosfogliserida, badan keton, sfingolipid, eicosanoida, cholesterin, dan hormone steroid Metabolism lipid adalah gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa. Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Sedangkan mobilisasi lemak terjadi dalam sel-sel lemak dari jaringan adiposa, epinefrin merangsang hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, yang memasuki aliran darah. Penyakit yang timbul akibat gangguan terhadap penyimpanan lipid antara lain gaucher, niemann-pick, wolman, Xantomatosis Serebrotendinosa, fabry, sitoterolesmi, refsum, dan tay-sach. Proses sintesis asam lemak terdiri ats tiga proses, yaitu Produksi asetil KoA dan NADPH, Pembentukan Malonil KoA dari asetil KoA, dan Reaksi kompleks sintesis asam lemak. Sedangkan proses oksidasi asam lemak adalah sebagai berikut Pada tahap pertama terjadi reaksi pembentukan radikal lemak bebas dan pemisahan hidrogen dari lemak yang tidak jenuh. Tahap kedua adalah tahap perkembangan, di mana berlangsung reaksi antara radikal bebas yang terbentuk pada langkah permulaan dengan oksigen dan senyawa organik. Tahap terakhir merupakan tahap penghentian, di mana terjadi pembentukan senyawa bebas. Proses oksidasi menghasilkan asetil KoA. asam yang tidak lagi lemak dinamakan merupakan oksidasi radikal beta dan DAFTAR PUSTAKA Anonymous a. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Lipid Di akses 27 April 2012 Anonymous b. 2012. Gangguan Penyimpanan Lipid. http://medicastore.com/penyakit/3189/Metabolisme_Lemak.html Di akses 27 April 2012 Anonymous c. 2012. Penyakit Gaucher. http://www.childrensgaucher.org/about-gaucher/gaucher-basics/ Di akses 27 April 2012 Anonymous d. 2012. Penyakit Fabry. http://www.fabrazyme.com/patient/disease/fz_us_pt_ds_signs.asp Di akses 29 April 2012 Anonymous e. 2012. Xantomatosis Serebrotendinosa http://health-news-directory.blogspot.com/2009/01/xantomatosisserebrotendinosa.html Di akses 29 April 2012 Anonymous f. 2012. Sitosterolemi http://cakrawala-ind.blogspot.com/2009/07/ke.html Di akses 29 April 2012 Anonymous g. 2012. Sitosterolemi . http://health-news-directory.blogspot.com/2009/01/sitosterolemi.html Di akses 29 April 2012 Anynomous h. 2012. Sintesis Asam Lemak. http://yudikaharianto.blogspot.com/2011/04/oksidasi-asam-lemak.html Di akses 29 April 2012 Harianto,Yudika. 2011. Oksidasi Asam Lemak. http://yudikaharianto.blogspot.com/2011/04/oksidasi-asam-lemak.html Di akses 29 April 2011 Juniadi, Wawan. 2012. Karakteristik Lipid. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/01/metabolisme-lipid.html Di akses 27 April 2012 Kuchel, Philip, Ph.D. dan Ralston, Greogory. 2002. Biokimia. Jakarta: Erlangga. Rachmawati, Lani. 2012. Penyakit Pada Gangguan Metabolisme Lipid. http://keperawatancianjur.blogspot.com/2012/03/penyakit-pada-ganguanmetabolisme-lipid.html Di akses 28 April 2012 Rahman. 2012. Penyakit Gaucher. http://www.scribd.com/rahmanu/d/38122643-Gaucher-Disease-Dan-EnzymeReplacement-Therapy Di akses 28 April 2012 Sri. 2012. Metabolisme jaringan lemak. http://sriporwati.blogspot.com/2011/11/metabolisme-jaringan-lemak-dan.html Di akses 28 April 2012 Wood, Debra. 2012. Niemann-Pick Disease. http://www.empowher.com/media/reference/niemann-pick-disease Di akses 29 April 201 Zaif. 2012. Metabolisme Lipid. http://zaifbio.wordpress.com/2010/06/02/metabolisme-lipid/ April 2012 Di akses 28