biokimia paper lipiid - Blog UB

advertisement
BIOKIMIA PAPER
LIPID
Disusun oleh :
AYU SARTIKA SINAGA
115040201111016
FRETA KIRANA BALLADONA
115040201111018
NOVITA INKA SARI W
115040201111019
HELMI RIZQULLAH
115040201111020
ARIF RAHMANDA
115040201111021
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid merupakan salah satu kelompok senyawa organic yang terdapat
dalam tumbuhan, hewan, atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus struktur yang mirip atau serupa.
Sifat kimi dan fungsi biologinya juga berbeda-beda.
Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal
mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sebesar 90%, dalam jaringan
otak atal dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30%.
Oleh karena itu disusun makalah ini dengan judul “ LIPID “ untuk
mengetahui lebih banyak tentang lipid.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana kerakteristik, struktur lipid, dan klasifikasi lipid?
 Bagaimana metabolisme dari lipid dan mobilisasi asam lemak?
 Apa saja penyakit yang timbul akibat dari gangguan terhadap penyimpanan
lipid?
 Bagaimana oksidasi dan sintesis asam lemak?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteriktik dan Struktur Lipid
 Karakteristik Fisik
Istilah lipid mencakup lemak, minyak, dan senyawa-senyawa terkait yang
tidak larut dalam air dan berminyak ketika disentuh. Beberapa lipid makanan,
mentega, margarin, atau minyak goreng dapat dikenal dengan mudah sebagai
lemak. Makanan-makanan lain yang mungkin tampak terdiri dari sebagian besar
karbohidrat (jenis-jenis roti) atau protein (pastel sapi) sering mengandung banyak
lemak. Kita menyebut ini sebagai lemak terpendam.
 Karakteristik Kimiawi
Nama kimiawi untuk lemak dan senyawa-senyawa terkait lemak adalah
lipid. Lipid adalah senyawa-senyawa organik yang terdiri dari sebuah rantai
karbon sebagai “kerangka dasar”, dengan atom hidrogen dan oksigen dan radikal
lain atau gugus-gugus unsur lain yang tertikat. Asam-asam lemak dan senyawasenyawanya yang terkait adalah lipid-lipid yang penting dalam gizi manusia.
Lipid memiliki kesamaan umum dengan karbohidrat. Elemen-elemen kimia
serupa yang membentuk karbohidrat – karbon, hidrogen, dan oksigen – juga
membentuk asam-asam lemak. Akan tetapi, karbohidrat dan lipid memiliki dua
perbedaan penting sebagai berikut:
 Lipid lebih kompleks strukturnya, dengan lebih banyak atom karbon (C) dan
hidrogen (H) dan lebih sedikit atom oksigen (O).
 Unit-unit struktural yang umum dari lipid adalah asam-asam lemak,
sedangkan unit-unit struktural dari karbohidrat adalah gula-gula sederhana.
Pertama-tama kita akan melihat karakteristik khas dari asam lemak –
kejenuhan, panjang rantai, dan esensialitas – sebelum berfokus pada sifat-sifat
lipid (trigliserida) yang tersusun atas asam-asam lemak.
(Junaidi,2012)
 STRUKTUR LIPID
Lipid didefinisikan sebagai senyawa berbasis asam lemak atau molekul
yang mirip asam lemak seperti alcohol atau spingosin.
Gambar 1 Struktur Lipid
Struktur beberapa lipid umum. Di bagian atas adalah asam oleat dan
kolesterol. Struktur bagian tengah adalah trigliserida yang terdiri dari rantai
oleoil, stearoil, dan palmitoil yang melekat pada kerangka gliserol. Di bagian
bawah adalah fosfolipid yang umum, fosfatidikolina. Ciri khas yang umum
dijumpai di semua lipid adalah kandungan hidro-karbonnya diturunkan dari
polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi rantai segera setelah rantai itu
terbentuk.
Fungsi Lipid adalah :
 Sebagai penyusun struktur membran sel
 Dalam hal ini lipid berperan sebagai barrier untuk sel dan mengatur aliran
material-material
 Sebagai cadangan energy
 Lipid disimpan sebagai jaringan adipose
 Sebagai hormaon dan vitamin
 Hormone mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu
regulasi proses-proses biologis.
Klasifikasi Lipid berdasarkan kelas dari lemak
(Anonymous a,2012)
ASAM LEMAK
Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjabarkan
bermacam-ragam
molekul-molekul
yang
disintesis
dari
polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di
dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak. Hampir semua asam
lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. Sebagian besar terdiri dari rantai
atom karbon linear, dan hanya sebagian kecil diantaranya yang mempunyai rantai
bercabang.
Struktur Asam Lemak
Gambar 2 Struktur Asam Lemak
Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan
gugus asam
karboksilat;
penyusunan
ini
memberikan
molekul
ujung
yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak
larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah satu kategori paling
mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok bangunan dari lipid
dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya antara empat
sampai 24 panjang karbon, baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan dapat
dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang mengandung oksigen, halogen,
nitrogen, dan belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda, terdapat
kemungkinan isomerisme
memengaruhi konfigurasi
geometri cis atau trans,
molekuler molekul
yang
tersebut.
secara
Ikatan
signifikan
ganda-
cis menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih
mencolok apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai.
Pada gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan
fungsi membran sel.
Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis,
meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi
secara parsial.
Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid, utamanya
diturunkan
dari asam
arakidonat dan asam
eikosapentaenoat,
yang
meliputi prostaglandin, leukotriena, dan tromboksana. Kelas utama lain dalam
kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi
zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan asam
lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam
lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti
penghantar saraf kanabinoi dan andamida.
Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang
panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom.
Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi
mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan
mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun
demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.
Berdasarkan struktur, asam lemak terbagi menjadi:


Asam lemak jenuh (Saturated fatty acid)
Asam palmiat
Asam Stearat
CH3(CH2)14(COOH)
CH3(CH2)16COOH
Asam lemak tak jenuh (Unsaturated fatty acid), ikatan rangkap duanya
hampir selalu berada dalam konformasi cis :
Asam Palmitoleat
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH

Asam lemak tak jenuh ganda, ikatan rangkap duanya jarang terkonjungsi:
Asam Linoleat
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7
(Kuchel,2002)
 Gliserolipid
Gliserolipid adalah lipid yang mengandung gliserol dimana gugus
hidroksilnya telah tersubstitusi. Gliserolipid adalah lipid yang paling banyak
terdapat dalam tubuh hewan. Gliserolipid tersusun atas gliserol bersubstitusi
mono-, di-, dan tri-, yang paling terkenal adalah ester asam lemak dari gliserol
(triasilgliserol), yang juga dikenal sebagai trigliserida. Di dalam persenyawaan
ini, tiga gugus hidroksil gliserol masing-masing teresterifikasi, biasanya oleh
asam lemak yang berbeda. Karena ia berfungsi sebagai cadangan makanan, lipid
ini terdapat dalam sebagian besar lemak cadangan di dalam jaringan hewan.
Hidrolisis ikatan ester dari triasilgliserol dan pelepasan gliserol dan asam lemak
dari jaringan adiposa disebut "mobilisasi lemak".
Subkelas gliserolipid lainnya adalah glikosilgliserol, yang dikarakterisasi
dengan keberadaan satu atau lebih residu monosakarida yang melekat pada
gliserol via ikatan glikosidik. Contoh struktur di dalam kategori ini adalah
digalaktosildiasilgliserol yang dijumpai di dalam membran tumbuhan dan
seminolipid dari sel sperma mamalia.
Gliserida adalah ester dari asam lemak dan sejenis alkohol dengan tigagugus
fungsional yang
disebut gliserol (nama
IUPAC,
1,2,3-propantriol).
Karena
gliserol memiliki tiga gugus fungsional alkohol, asam lemak akan bereaksi untuk
membuat tiga gugus ester sekaligus. Gliserida dengan tiga gugus ester asam
lemak disebut trigliserida. Jenis asam lemak yang terikat pada ketiga gugus
tersebut seringkali tidak berasal dari kelas asam lemak yang sama.
 Fosfolipid
Gambar 3. Fosfolipid
Fosfatidiletanolamina
(Glisero) fosfolipid (bahasa Inggris: phospholipid, phosphoglycerides,
glycerophospholipid)
sangat
mirip
dengan
trigliserida dengan
beberapa
perkecualian. Fosfolipid terbentuk dari gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol)
dengan dua gugus alkohol yang membentuk gugus ester dengan asam lemak (bisa
jadi dari kelas yang berbeda), dan satu gugus alkohol membentuk gugus ester
dengan asam fosforat.
Gliserofosfolipid, juga dirujuk sebagai fosfolipid, terdapat cukup banyak di
alam dan merupakan komponen kunci sel lipd dwilapis, serta terlibat di
dalam metabolisme dan sinyal komunikasi antar sel. Jaringan saraf termasuk otak,
mengandung cukup banyak gliserofosfolipid. Perubahan komposisi zat ini dapat
mengakibatkan berbagai kelainan saraf.
Contoh gliserofosfolipid yang ditemukan di dalam membran biologis adalah
fosfatidilkolina (juga
dikenal
sebagai
PC,
GPCho,
atau lesitin),
fosfatidiletanolamina (PE atau GPEtn), dan fosfatidilserina (PS atau GPSer).
Selain berperan sebagai komponen primer membran sel dan tempat perikatan bagi
protein intra- dan antarseluler, beberapa gliserofosfolipid di dalam sel-sel
eukariotik, seperti fosfatidilinositol dan asam fosfatidat adalah prekursor, ataupun
sendirinya adalah kurir kedua yang diturunkan dari membran. Biasanya, satu atau
kedua gugus hidroksil ini terasilasi dengan asam lemak berantai panjang, meskit
terdapat gliserofosfolipid yang terikat dengan alkil dan 1Z-alkenil (plasmalogen).
Terdapat juga varian dialkileter pada arkaebakteria.
Gliserofosfolipid dapat dibagi menurut sifat kelompok-kepala polar pada
posisi sn-3 dari tulang belakang gliserol pada eukariota dan eubakteria, atau
posisi sn-1 dalam kasus archaea.
Karena pada gugus ester asam fosforat masih mempunyai satu ikatan
valensi yang bebas, biasanya juga membentuk gugus ester dengan alkohol yang
lain, misalnya alkohol amino seperti kolina, etanolamina dan serina. Fosfolipid
merupakan komponen yang utama pada membran sel lapisan lemak. Fosfolipid
yang umum dijumpai adalah:

Lecitin yang mengandung alkohol amino jenis kolina

Kepalin yang mengandung alkohol amino jenis serina atau etanolamina.
Sifat fosfolipid bergantung dari karakter asam lemak dan alkohol amino yang
diikatnya.
 Sfingolipid
Gambar 4. Sfingolipid
Sfingomielin
Sfingolipid adalah keluarga kompleks dari senyawa-senyawa yang berbagi
fitur struktural yang sama, yaitu kerangka dasar basa sfingoid yang disintesis
secara de novo dari asam amino serina dan asil lemak KoA berantai panjang, yang
kemudian diubah menjadi seramida, fosfosfingolipid, glisosfingolipid, dan
senyawa-senyawa lainnya.
Nama sfingolipid diambil dari mitologi Yunani, Spinx, setengah wanita dan
setengah singa yang membinasakan siapa saja yang tidak dapat menjawab tekatekinya. Sfingolipid ditemukan oleh Johann Thudichum pada tahun 1874 sebagai
teka-teki yang sangat rumit dari jaringan otak.
Sfingolipid adalah jenis lemak kedua yang ditemukan di dalam membran sel,
khususnya pada sel saraf dan jaringan otak. Lemak ini tidak mengandunggliserol,
tetapi dapat menahan dua gugus alkohol pada bagian tengah kerangka amina.
Fosfosfingolipid
utama
fosfokolina), sementara
pada
mamalia
adalah sfingomielin (seramida
pada serangga terutama
mengandung
seramida
fosfoetanolamina dan pada fungi memiliki fitoseramida fosfoinositol dan gugus
kepala yang mengandung manosa.
Basa sfingoid utama mamalia biasa dirujuk sebagai sfingosina. Seramida
(Basa N-asil-sfingoid) adalah subkelas utama turunan basa sfingoid dengan asam
lemak yang terikat pada amida. Asam lemaknya biasanya jenuh ataupun monotakjenuh dengan panjang rantai dari 16 atom karbon sampai dengan 26 atom
karbon.
Glikosfingolipid adalah sekelompok molekul beraneka ragam yang tersusun
dari satu residu gula atau lebih yang terhubung ke basa sfingoid melalui ikatan
glikosidik.
 Lipid sterol
Lipid sterol, seperti kolesterol dan turunannya, adalah komponen lipid
membran
yang
penting, bersamaan
dengan
gliserofosfolipid
dan
sfingomielin. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur
yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon danmolekul
pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara
steroid C19 terdiri dari androgen seperti testosteron danandrosteron. Subkelas
C21
meliputi progestagen,
juga glukokortikoid dan
mineral
okortikoid. Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentukvitamin D,
dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti. Contoh lain dari lemak
sterol adalah asam
empedu dan
konjugat-konjugatnya, yang
pada
mamalia
merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada
tumbuhan,
senyawa
yang
setara
adalah fitosterol,
seperti beta-
Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga digunakan
sebagai
bagi
pertumbuhan
alga. Sterol
dominan
di
dalam
membran
sel fungi adalah ergosterol.
 Lipid prenol
Lipid
prenol disintesis
dari
prekursor
berkarbon
5 isopentenil
pirofosfat dandimetilalil pirofosfat yang sebagian besar dihasilkan melalui
lintasan asam mevalonat (MVA). Isoprenoid sederhana (alkohol linear, difosfat,
dan lain-lain) terbentuk dari adisi unit C5 yang terus menerus, dan diklasifikasi
menurut banyaknya satuan terpena ini. Struktur yang mengandung lebih dari 40
karbon dikenal sebagai politerpena. Karotenoid adalah isoprenoid sederhana yang
penting yang berfungsi sebagai antioksidan dan sebagai prekursor vitamin
A. Contoh
kelas
molekul
yang
penting
secara
biologis
lainnya
adalah kuinon dan hidrokuinon yang mengandung ekor isoprenoid yang melekat
pada inti kuinonoid yang tidak berasal dari isoprenoid. Vitamin E dan vitamin K,
juga ubikuinon, adalah contoh kelas ini. Prokariota mensintesis poliprenol
(disebut baktoprenol) yang satuan isoprenoid terminalnya yang melekat pada
oksigen tetap tak jenuh, sedangkan pada poliprenol hewan (dolikol) isoprenoid
terminalnya telah direduksi.
 Sakarolipid
Gambar 5. Sakarolipid
Struktur sakarolipid Kdo2-Lipid A. Residu glukosamina berwarna biru,
residu Kdo berwarna
merah,
rantai asil
berwarna
hitam,
dan
gugus fosfat berwarna hijau.
Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam
lemak yang terikat langsung dengan molekul glukosa dan membentuk struktur
yang sesuai dengan membran dwilapis. Pada sakarolipid, monosakari dan
mengganti ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang terjadi pada
gliserolipid dan gliserofosfolipid.
Sakarolipid yang paling dikenal adalah prekursor glukosamina terasilasi dari
komponen lipid A lipopolisakarida pada bakteri gram-negatif. Molekul Lipid-A
yang umum adalah disakarida dari glukosamina, yang diturunkan sebanyak tujuh
rantai
asil-lemak.
Lipopolisakarida
minimal
yang
diperlukan
untuk
pertumbuhan E. coli adalah Kdo2-Lipid A, yakni disakarida berheksa-asil dari
glukosamina yang diglikosilasikan dengan dua residu asam 3-deoksi-D-manooktulosonat (Kdo).
Proses hidrolisis sakarolipid akan menghasilkan amino gula.
 Poliketida
Poliketida adalah metabolit sekunder
yang
terbentuk
melalui
proses
polimerisasi dari asetil dan propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan
multimodular yang berbagi fitur mekanistik yang sama dengan asam lemak
sintasi. Enzim yang sering digunakan adalah poliketida sintase, melalui proses
kondensasi Claisen.
Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami oleh
bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang memiliki
keanekaragaman struktural yang tinggi.
Banyak poliketida berupa molekul siklik yang kerangkanya seringkali
dimodifikasi
lebih
jauh
melalui glikosilasi, metilasi, hidroksilasi, oksidasi,
dan/atau proses lainnya untuk menimba manfaat dari sifat antibiotik yang
dimiliki. Beberapa jenis poliketida bahkan bersifat anti kanker, dapat
menurunkan kolesterol serta menunjukkan efek imuno-supresif.
Sejumlah
senyawa antimikroba, antiparasit,
dan antikanker merupakan
poliketida atau turunannya, seperti eritromisin, antibiotik tetrasiklin, avermektin,
dan antitumor epotilon.
 Garam lemak
Sabun adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai asam lemak yang
terdapat di alam bebas. Sabun terbuat melalui proses saponifikasi asam lemak.
Biasanya digunakannatrium karbonat atau natrium hidroksida untuk proses
tersebut.
Secara umum, reaksi hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan:
asam lemak + NaOH ---> air + garam asam lemak
Jenis sabun yang dihasilkan bergantung pada jenis asam lemak dan panjang
rantai karbonny. Natrium stearat dengan 18 karbon adalah sabun yang sangat
keras dan tidak larut. Seng stearat digunakan pada bedak talkum karena
bersifat hidrofobik. Asam laurat dengan 12 karbon yang telah menjadinatrium
laurat sangat mudah terlarut, sedangkan asam lemak dengan kurang dari 10 atom
karbon
tidak
digunakan
menjadi
sabun
karena
dapat
menimbulkan iritasi pada kulit dan berbau kurang sedap.
 Parafin
Parafin (bahasa Inggris: wax) adalah lemak yang terbentuk dari esterisasi
alkohol yang
mempunyai
rumus
bangun
yang
panjang,
dengan asam
lemak. Alkohol dapat mengandung 12 hingga 23 atom karbon. Parafin dapat
ditemukan di alam sebagai pelindung daun dan sel batang untuk mencegah
agar tanaman tidak kehilangan air terlalu banyak. Karnuba ditemukan pada
dedaunan pohon palem Brasil dan digunakan sebagai pelumas untuk lantai
maupun mobil. Lanolin adalah parafin pada bulu domba. Beeswax adalah cairan
parafin yang disekresi lebah untuk membangun sel tempat untuk madu dan telur
lebah.
Parafin yang digunakan pada pembuatan lilin bukan melalui esterisasi,
melainkan merupakan campuran dari alkana dengan berat molekul yang besar.
Pelumas untuk telinga dibuat dari campuran fosfolipid dan ester dari kolesterol.
(Kuchel,2002)
2.2 Metabolisme Lipid dan Mobilisasi Asam Lemak
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid
netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara
ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada
juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk
sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga
dapat melalui jalur ini.
Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar
berada di sisi dalam
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air,
maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan
ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan
monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul
berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron
ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga
bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan
menuju hati dan jaringan adiposa.
Struktur
kilomikron.
Perhatikan
fungsi
kilomikron
sebagai
pengangkut
trigliserida
Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi
asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol
tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan
trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan
energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk
ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses
pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut
ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai
asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam
lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka
asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol
menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu
tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik
asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan.
Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat
dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat
sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi,
asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya
dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis
menjadi
kolesterol.
Selanjutnya
kolesterol
mengalami
steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam
lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi
butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis
metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.
Gliserol
Kolesterol
Aseto asetat
hidroksi butirat
Aseton
Steroid
Steroidogenesis
Kolesterogenesis
Ketogenesis
Diet
Lipid
Karbohidrat
Protein
Asam lemak
Trigliserida
Asetil-KoA
Esterifikasi
Lipolisis
Lipogenesis
Oksidasi beta
Siklus asam sitrat
ATP
CO2
H2O
+ ATP
Ikhtisar metabolisme lipid
Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber
energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat
yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP
membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai
respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur
glikolisis.
Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol
Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang
dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak
harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan
Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA
sintetase (Tiokinase).
Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA
Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang.
Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan
bantuan senyawa karnitin, dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.
Membran mitokondria interna
Karnitin palmitoil transferase II
Karnitin
Asil karnitin
Translokase
KoA
Karnitin
Asil karnitin
Asil-KoA
Asil karnitin
Beta oksidasi
Membran mitokondria eksterna
ATP + KoA
AMP + PPi
FFA
Asil-KoA
Asil-KoA sintetase
(Tiokinase)
Karnitin palmitoil transferase I
Asil-KoA
KoA
Karnitin
Asil karnitin
Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui
mekanisme pengangkutan karnitin
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai
berikut:

Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh
enzim tiokinase.

Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria
menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut
bisa menembus membran interna mitokondria.

Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin
translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan
karnitin keluar.

Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan
KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di
membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.

Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam
proses oksidasi beta.
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5
tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir
berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat.
Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak dioksidasi menjadi keton.
Oksidasi karbon β menjadi keton
Keterangan:
Frekuensi oksidasi β adalah (½ jumlah atom C)-1
Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah (½ jumlah atom C)
Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap proses
pemutusan 2 atom C adalah proses oksidasi β dan setiap 2 atom C yang
diputuskan adalah asetil KoA.
Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat
Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih
dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (2P)
Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap
perubahan sebagai berikut:
1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai
respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini
terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asilKoA yang telah kehilangan 2 atom C.
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu
kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak
atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali
dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk asetil KoA. Demikian
seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus
asam sitrat.
Penghitungan energi hasil metabolisme lipid
Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi
beta suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C,
maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan
oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta,
berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C,
maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah.
Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Kreb’s yang masing-masing
akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP.
Dengan demikian sebuah asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir
dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 20 ATP (hasil oksidasi beta) + 60 ATP
(hasil siklus Kreb’s) = 78 ATP.
Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya
asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi
butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetilKoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis.
Proses ketogenesis
Lintasan ketogenesis di hati
Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan
kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk
disintesis menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis).
Gambar Lintasan kolesterogenesis
Sintesis asam lemak
Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat
men-sintesis asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai
penyusun struktur membran. Pada manusia, kelebihan asetil KoA dikonversi
menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai dengan degradasinya
(oksidasi beta).
Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein)
digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di
dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk
sintesis.
Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut.
Tahap-tahap sintesis asam lemak
Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali
Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan
adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:
- Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.
- Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk
disimpan.
- Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari
glukosa.
- Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di
dalam tubuh.
Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap sintesis dan
degradasi trigliserida
Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan
trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi
gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme
gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan
energi pula (lihat oksidasi beta).
(Zaif,2012)
TRANSPORT LIPID DALAM PLASME
Mobilisasi lemak - dalam sel-sel lemak dari jaringan adiposa, epinefrin
merangsang hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, yang
memasuki aliran darah.
Mobilisasi asam lemak dari toko trigliserida dalam jaringan adiposa
membutuhkan enzim lipolitik. Lipolisis disfungsional mempengaruhi homeostasis
energi dan dapat berkontribusi pada patogenesis obesitas dan resistensi insulin.
Sampai saat ini, hormon sensitif lipase (HSL) adalah enzim hanya dikenal untuk
menghidrolisis trigliserida dalam jaringan adiposa mamalia. Di sini, kami
melaporkan
bahwa
enzim
kedua,
adiposa
lipase
trigliserida
(ATGL),
mengkatalisis langkah awal dalam hidrolisis trigliserida. Sangat menarik bahwa
ATGL berisi "domain patatin" umum untuk tanaman asil-hidrolisis. ATGL sangat
disajikan dalam jaringan adiposa pada tikus dan manusia. Ini menunjukkan
spesifisitas substrat tinggi untuk triasilgliserol dan berhubungan dengan tetesan
lipid. Penghambatan ATGL nyata menurunkan aktivitas adiposa asil-hidrolase
total. Dengan demikian, ATGL dan HSL terkoordinasi catabolize disimpan
trigliserida dalam jaringan adiposa mamalia.
Dalam darah lipid diangkut dalam bentuk kilomikron, Lipoprotein, dan
Albumin, Kilomikron merupakan pengangkut Trigliserida dari bahan yang terdiri
dari asam-asam lemak bebas berantai panjang terdiri dari protein. karena lipid
tidak dapat larut dalam air, bentuk Lipid non polar harus bergabung dengan Lipid
Amfipatik dan Protein untuk membentuk Lipoprotein yang bisa campur dengan
air sehingga dapat diangkut antar jaringan didalam plasma darah yang akueosa.
(Sri,2012)
2.3 Gangguan Penyimpanan Lipid
Gambar 6. Lipidosis
Lipidosis adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada
enzim-enzim yang memecah lemak, yang mengakibatkan penimbunan bahanbahan racun yang dihasilkan oleh lemak di dalam jaringan.
Sekumpulan enzim tertentu membantu tubuh memecah setiap jenis lemak.
Kelainan pada enzim-enzim ini bisa menyebabkan penimbunan bahan lemak
tertentu, yang dalam keadaan normal telah dipecahkan oleh enzim. Lama-lama,
penimbunan ini bisa mengancam berbagai organ tubuh.
Yang termasuk ke dalam lipidosis adalah:
1. Penyakit Gaucher
Pada
penyakit
gaucher,
glucocerebroside,
yang
menghasilkan
metabolisme lemak, menumpuk di jaringan. Penyakit gaucher adalah lipidosis
yang paling sering terjadi. Penyakit tersebut paling umum pada orang-orang
yahudi Ashkenazi (eropa timur). Penyakit gaucher menyebabkan pembesaran hati
dan limpa dan pewarnaan coklat pada kulit. Penumpukan glucocerebroside pada
mata menyebabkan bercak kuning yang disebut pingueculae akan terlihat.
Penumpukan pada tulang rawan bisa menyebabkan nyeri dan menghancurkan
tulang.
Kebanyakan orang mengalamu penyakit gaucher jenis 1, bentuk kronis,
yang menghasilkan pembesaran hati dan limpa dan kelainan tulang. Kebanyakan
adalah orang dewasa, tetapi anak-anak juga bisa mengalami jenis 1. Jenis 2,
bentuk infantile, terbentuk pada masa bayi, bayi dengan penyakit ini mengalami
pembesaran limpa dan kelainan sistem syaraf berat dan biasanya meninggal
dalam waktu setahun. Jenis 3, bentuk juvenile, bisa dimulai kapan saja selama
masa kanak-kanak. Anak dengan penyakit ini mengalami pembesaran hati dan
limpa, kelainan tulang, dan kelainan sistem syaraf yang berkembang dengan
lambat. Anak yang bertahan hidup sampai remaja bisa hidup untuk beberapa
tahun.
Kebanyakan orang dengan penyakit gaucher bisa diobati dengan terapi
penggantian enzim, dimana enzim diberikan dengan cara infus, biasanya setiap 2
minggu. Terapi penggantian enzim lebih efektif untuk orang yang tidak
mengalami komplikasi sistem syaraf.
(Anonymous b, 2012)
Penyakit Gaucher adalah penyakit genetik di mana suatu zat lemak
(lipid) terakumulasi dalam sel dan organ-organ tertentu.
Penyakit Gaucher adalah yang paling umum dari penyakit penyimpanan
lisosomal. Hal ini disebabkan oleh kekurangan keturunan dari glucocerebrosidase
enzim (juga dikenal sebagai asam β-glukosidase). Enzim bekerja pada suatu
glucocerebroside zat lemak (juga dikenal sebagai glucosylceramide). Bila enzim
yang rusak, substansi terakumulasi, terutama di sel-sel dari garis keturunan sel
mononuklear. Bahan lemak dapat mengumpulkan di limpa, hati, ginjal, paru-paru,
otak dan sumsum tulang. Gejala mungkin termasuk pembesaran limpa dan hati,
kerusakan hati, gangguan skeletal dan lesi tulang yang mungkin menyakitkan,
komplikasi neurologis berat, pembengkakan kelenjar getah bening dan (kadangkadang) sendi yang berdekatan, perut buncit, warna kecoklatan pada kulit,
anemia, darah rendah trombosit dan deposit lemak kuning pada putih mata
(sklera). Orang yang terkena dampak paling serius juga mungkin lebih rentan
terhadap infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi resesif pada gen terletak
pada kromosom 1 dan mempengaruhi laki-laki dan perempuan.
Beberapa bentuk penyakit Gaucher dapat diobati dengan terapi
penggantian enzim. Hal ini dinamai setelah dokter Prancis Philippe Gaucher,
yang awalnya digambarkan pada tahun 1882. Sebuah studi tahun 1525 Gaucher
pasien di Amerika Serikat menyarankan bahwa sementara risiko kanker tidak
meningkat, keganasan tertentu (limfoma non-Hodgkin, melanoma dan kanker
pankreas) terjadi pada tingkat 2-3 kali lebih tinggi.
Penyakit ini pertama kali diakui oleh dokter Perancis Philippe Gaucher,
yang awalnya digambarkan pada tahun 1882 dan meminjamkan namanya untuk
kondisi tersebut. Dasar biokimia untuk penyakit akan dijelaskan pada tahun 1965.
Pengobatan efektif pertama untuk penyakit itu, Ceredase obat, disetujui oleh FDA
pada bulan Juni 1995. Sebuah obat ditingkatkan, Cerezyme, telah disetujui oleh
FDA pada tahun 2001 dan telah menggantikan penggunaan Ceredase.
Gaucher disease adalah gangguan metabolisme yang diwarisi di mana
jumlah berbahaya suatuzat lemak yang disebut glucocerebroside menumpuk di
limpa, hati, paru-paru, sumsum tulang,dan kadang-kadang di otak. Ada tiga jenis
penyakit Gaucher. Kategori pertama, disebut tipe 1,adalah yang paling umum.
Pasien dalam kelompok ini biasanya mudah memar dan mengalami kelelahan
karena anemia dan platelet darah rendah. Mereka juga memiliki hati dan
limpamembesar, gangguan tulang, dan, dalam beberapa kasus, paru dan
kerusakan ginjal. Tidak adatanda-tanda keterlibatan otak. Gejala dapat muncul
pada usia berapa pun. Dalam tipe 2 penyakit Gaucher, pembesaran hati dan limpa
yang jelas dengan 3 bulan. Pasien mengalami kerusakanotak yang luas dan
progresif dan biasanya mati karena usia 2 tahun. Dalam kategori ketiga, tipeyang
disebut 3, pembesaran hati dan limpa adalah variabel, dan tanda-tanda
keterlibatan otak seperti kejang secara bertahap menjadi jelas. Semua pasien
Gaucher disease menunjukkankekurangan dari glucocerebrosidase disebut enzim
yang terlibat dalam pemecahan dan daur ulang glucocerebroside. Tingginya kadar
lemak dalam bahan ini mencegah sel sel dan organ berfungsi dengan benar.
penyakit Gaucher adalah salah satu penyakit penyimpanan beberapalipid
 Gejala Gaucher Disease
Gejala penyakit Gaucher sangat bervariasi di antara mereka yang
mengalami gangguan tersebut.Gejala klinis utama meliputi:* Pembesaran hati dan
limpa (hepatosplenomegali).* Sejumlah rendah sel darah merah (anemia).*
Mudah memar disebabkan oleh rendahnya tingkat platelet (trombositopenia).*
Bone penyakit (nyeri tulang dan fraktur). Gejala lain tergantung pada jenis
penyakit Gaucher meliputi jantung, paru-paru dan masalahsistem saraf. Gejalagejala penyakit Tipe 1 Gaucher termasuk penyakit tulang, hepatosplenomegali,
anemia, dan trombositopenia, dan penyakit paru-paru. Gejala-gejala dalam 2 Jenis
dan Tipe 3 penyakit Gaucher termasuk yang Tipe 1 dan lain masalahyang
melibatkan sistem saraf seperti masalah mata, kejang dan kerusakan otak. Dalam
tipe 2 penyakit Gaucher, masalah medis serius memulainya sejak dikandungan.
Orang-orang ini biasanya tidak hidup setelah usia dua. Ada juga beberapa pasien
dengan tipe 2 penyakit Gaucher yang mati pada periode baru lahir, sering dengan
masalah kulit yang parah atau akumulasi cairanyang berlebihan (hidrops).
Individu dengan penyakit Gaucher Tipe 3 mungkin mengalami gejala
sebelum mereka adalah dua tahun, tetapi sering memiliki lebih lambat proses
penyakit progresif dan keterlibatan otak cukup variabel. Mereka biasanya
memiliki memperlambat gerakanhorisontal mata.
(Rahman,2012)
Gambar 7. Penyakit Gaucher
Gaucher Basics
Gaucher (pronounced “go-shay”) Disease is a genetic disorder, which results
in the deficiency in an enzyme, causing a portion of old cells to be stored in areas
such as the liver, spleen, lungs, lymph system, and bones instead of being
expelled from the body. In more severe cases, which affect young children, they
also accumulate in the central nervous system.
What Are Gaucher Cells
Gambar 8. Sel Gaucher
The human body contains specialized cells called macrophages that
remove worn-out cells by degrading them into simple molecules for recycling.
This process is analogous to eating and digesting food. The macrophages “eat”
worn-out cells and degrade them inside cell compartments called lysosomes that
serve as the “digestive tracts” of cells. The enzyme glucocerebrosidase
(pronounced “gloo-ko-ser-e-bro-si-dase”) is located within the lysosomes and is
responsible for breaking down glucocerebroside into glucose and a fat called
ceramide.
People
with
Gaucher
Disease
lack
the
normal
form
of
the
glucocerebrosidase enzyme and are unable to break down glucocerebriside.
Instead, the glucocerebroside remains stored within the lysosomes preventing the
macrophages from functioning normally. Enlarged macrophages containing
undigested glucocerebroside are called Gaucher cells. This is why Gaucher
Disease is often referred to as a “storage disease”. Because the enzyme is not
working properly, these undigested cells are “stored,” and accumulate in various
parts of the body.
What Happens When Gaucher Cells Accumulate
Gaucher cells most often accumulate in the spleen, liver, and bone
marrow. They may also collect in other tissues, including the lymphatic system,
lungs, skin, eyes, kidney, and heart. Frequently, an organ that contains Gaucher
cells becomes enlarged and does not function properly, resulting in clinical
symptoms associated with the disease. Providing there is no central nervous
system (brain) involvement, Gaucher Disease is referred to as Gaucher Type 1.
Individuals of all ages can be affected by Gaucher Disease Type 1.
Why Is Gaucher Disease Type 2 and Type 3 More Serious
Gambar 9. A phenotypic continuum of Gaucher disease
In Type 2 and Type 3 Gaucher Disease symptoms generally appear in infancy, or
early childhood. Unlike Type 1, the central nervous system (brain) is affected.
This can manifest itself with abnormally slow eye movements, unsteadiness,
swallowing
problems,
seizures,
among
other
symptoms.
Neurological
involvement will range from minimal to severe involvement. Central nervous
system involvement is significantly more debilitating, and in many cases, causes
death.
What Can Be Done
Gaucher patients can receive enzyme replacement infusions. Enzyme
replacement has worked well to control the systemic (non-central nervous system)
complications most commonly found in Type 1 patients. However, the
replacement enzyme has difficulty crossing the “blood brain” barrier, therefore, in
the Type 2 and Type 3 form of Gaucher Disease, it has had no discernible
therapeutic effect on the central nervous system, or brain involvement.
Gaucher Disease Is Inherited
Much of a person’s makeup is a result of what is inherited from each
parent. Certain characteristics, such as eye color, height, and genetic disease are
passed from parents to children. The genes for these characteristics are organized
on 23 pairs of chromosomes. Genes contain the blueprints that the body’s cells
use to produce proteins, the building blocks of life. Each chromosome contains
thousands of genes. An individual normally inherits one copy of each gene from
each parent. The genes for glucocerebrosidase are also passed on from parents to
children. In Gaucher Disease, the blueprint for the glucocerebrosidase enzyme (a
type of protein), is defective. As a result, the glucocerebrosidase produced from
the defective genes is unable to perform its normal function.
Is the risk of inheriting Gaucher Disease the same for males and females?
Copies of the gene for glucocerebrosidase are carried on a chromosome
that is not involved in determining an individual’s sex. As a result, the defective
glucocerebrosidase gene can be passed on to either males or females. One pair of
chromosomes, called the sex chromosomes, differs between men and women in a
way that determines their sexual identities. The other 22 pairs of chromosomes
are called autosomes. The gene for the glucocerebrosidase enzyme is on one of
the autosomal chromosome pairs. Gaucher Disease is referred to as an autosomal
recessive disorder. Recessive refers to the fact that in order to develop the disease,
an individual must inherit two defective copies of the gene, one from each parent.
Who are Gaucher carriers?
A person with one normal gene and one defective gene for
glucocerebrosidase is a carrier of Gaucher Disease. Such individuals will not
develop Gaucher Disease because as long as one of the two genes for
glucocerebrosidase is normal, enough glucocerebrosidase can be produced to
prevent glucocerebroside from accumulating. Although a Gaucher carrier will
have no symptoms of Gaucher Disease, the odds are 50% that the “Gaucher gene”
will be passed on to each of his or her children. A child will only develop
Gaucher Disease if he or she inherits a defective gene from both parents.
What are the odds of having children that have Gaucher Disease or who are
Gaucher carriers?
Gambar 10. Bagan pewarisan gaucher

If both parents have normal genes for glucocerebrosidase, each child will
inherit two normal genes, one from each parent, and will neither have
Gaucher Disease nor be a carrier.

If one parent is a carrier of Gaucher Disease and the other parent is not, there
is a 50% chance of having a child who inherits the “Gaucher gene” from the
carrier parent, and becomes a carrier of Gaucher Disease. None of the children
will have Gaucher Disease, because they will have one normal gene inherited
from the other parent.

If both parents are carriers of Gaucher Disease, with each pregnancy there is a
25% chance of having a child who inherits one “Gaucher gene” from each
parent, and thus has Gaucher Disease. There is a 50% chance of having a
child who inherits a “Gaucher gene” from one parent and a normal gene from
the other parent, and becomes a carrier of Gaucher Disease. Finally, there is a
25% chance for each pregnancy of having a child who inherits two normal
genes, one from each parent, and who neither has Gaucher Disease, nor is a
carrier.

It must be emphasized that the odds for each pregnancy, of inheriting Gaucher
Disease, are totally independent of whether or not a previous child has
Gaucher Disease. Having one child with Gaucher Disease does not mean that
the next three children cannot inherit Gaucher Disease.

If one parent has Gaucher Disease and the other parent does not have Gaucher
Disease, nor is a carrier, all children will inherit the “Gaucher gene” from the
parent with Gaucher Disease, and will become carriers. None of these children
will have Gaucher Disease themselves.

If one parent has Gaucher Disease and the other parent is a Gaucher carrier,
there is a 50% chance of having a child who inherits a “Gaucher gene” from
each parent, and thus has Gaucher Disease. There is also a 50% chance of
having a child who only inherits the “Gaucher gene” from one parent, and
becomes a carrier.

If both parents have Gaucher Disease, all of their children will inherit two
“Gaucher genes” and will have Gaucher Disease as well.
(Anonymous c, 2012)
2. Penyakit Niemann-Pick
Penyakit Niemann-Pick adalah suatu penyakit keturunan dimana terjadi
kekurangan suatu enzim khusus yang mengakibatkan penimbunan sfingomielin
(hasil metabolisme lemak) atau terdapat penimbunan kolesterol yang abnormal.
PENYEBAB
Gen yang bertanggungjawab terhadap penyakit Niemann-Pick bersifat resesif,
seseorang
harus
memiliki
2
gen
dari
kedua
Penyakit ini paling banyak terjadi pada keluarga Yahudi.
orang
tuanya.
GEJALA
Penyakit Niemann-Pick memiliki lima bentuk atau lebih, tergantung kepada
beratnya kekurangan enzim atau beratnya penimbunan kolesterol.
Pada bentuk juvenil berat yang disertai kekurangan enzim, sama sekali
tidak terdapat enzim. Terjadi kelainan sistem saraf yang berat karena saraf tidak
dapat menggunakan sfingomielin untuk menghasilkan mielin (selubung saraf).
Anak-anak dengan penyakit ini memiliki pertumbuhan lemak di dalam
kulit, memiliki daerah pigmentasi yang gelap serta mengalami pembesaran hati,
limpa dan kelenjar getah bening.
Anak-anak tersebut juga bisa mengalami
retardasi mental (keterbelakangan mental). Anak-anak ini biasanya mengalami
anemia dengan jumlah sel darah putih dan trombosit yang rendah, yang membuat
mereka mudah terkena infeksi dan mudah memar.
DIAGNOSA
Beberapa bentuk penyakit Niemann-Pick dapat didiagnosis pada janin dengan
mengambil contoh vilus korion atau amniosintentesis (pemeriksaan cairan
ketuban). Sesudah lahir, diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan biopsi
hati.
PENGOBATAN
Penyakit Niemann-Pick tidak dapat diobati, dan anak-anak yang menderita
penyakit ini cenderung meninggal karena infeksi atau kelainan fungsi sistem saraf
pusat yang progresif.
(Anonymous b,2012)
Niemann-Pick disease refers to a group of inherited conditions that affect the
body’s metabolism. In patients with this rare disorder, fatty material builds up in
various vital organs, sometimes including the brain.
There are four main types of Niemann-Pick disease:

Type A—causes fatty substances to collect in the liver and spleen. Patients
have severe brain damage and usually die by age two or three.

Type B—affects the liver and spleen. Organs enlarge during the pre-teen
years. There is usually no brain damage. Patients usually suffer from
breathing problems and die in teen years or early adulthood. The prognosis is
better for type B than type A.

Type C—produces extensive brain damage. The liver and spleen are
moderately enlarged. Type C usually starts in childhood and leads to death in
teen years or early adulthood.

Type D—similar to type C, but occurs only in people related to a family that
lived in Nova Scotia at the start of the 1700s. Type D is now recognized as a
variation of type C.
Liver and Spleen
.Gambar 11. Liver and Spleen
Causes
Niemann-Pick disease is inherited. It is an autosomal recessive trait, which means
that both parents must carry the abnormal gene for their child to inherit the
disease. The exact cause depends on the type of Niemann-Pick disease.
Types A and B
A fatty material called sphingomyelin builds up in the patient's organs. This
substance is normally present in the membrane of most cells. The enzyme acid
sphingomyelinase normally breaks down this substance. However, people with
type A or B either do not have enough of this enzyme or this enzyme does not
work properly. Without the properly functioning enzyme, this fatty material
builds up in the cells. The cells die and the organ does not work properly.
Types C and D
In these two types, nerve cells in the brain are unable to move cholesterol out.
This allows cholesterol to build up, which keeps cells from functioning normally.
Risk Factors
A risk factor is something that increases your chance of getting a disease or
condition.
Risk factors for Niemann-Pick disease include:

Family members with Niemann-Pick disease

Ashkenazi Jewish heritage (types A and B)

Nova Scotia, French-Canadian ancestry (type D)

Spanish-American population of southern New Mexico and Colorado (type C)

North African ancestry, Maghreb region including Tunisia, Morocco, and
Algeria (type B)
Symptoms
Symptoms of Niemann-Pick disease may develop during infancy, childhood, or
the teen years, depending on the type of the disease. Symptoms vary. Not all
patients will develop every symptom. Symptoms usually worsen over time.
Type A
Symptoms begin within the first few months of life. They may include:

Yellow skin and eye coloration

Enlarged belly (due to enlarged liver and spleen)

Mental retardation

Loss of motor skills

Difficulty swallowing and feeding

Failure to thrive

Seizures

Visual problems

Spastic movements (later in disease)

Rigid muscles (later in disease)
Type B
Symptoms start during pre-teen years. They may include:

Yellow skin and eye coloration

Enlarged belly (due to enlarged liver and spleen)

Enlarged lymph nodes

Osteoporosis , or brittle bones

Breathing difficulties

Frequent respiratory infections
Types C and D
Symptoms may start in infancy, childhood, or teen years. They may include:

Yellow skin and eye coloration

Unsteady gait

Trouble walking

Difficulty swallowing

Unable to look up or down

Vision loss

Hearing loss

Slurred speech

Enlarged spleen and liver

Loss of motor skills

Difficulty swallowing

Learning problems

Sudden loss of muscle tone

Tremors

Seizures

Psychosis or dementia
Diagnosis
The doctor will ask about the child’s symptoms and medical history, and perform
a physical exam.
Tests may include:
For all types:

Complete blood cell count (CBC), measurement of acid sphingomyelinase
activity in white blood cells

DNA testing—to look for a mutated gene associated with the disease
For type C:

Skin biopsy —removal of a skin sample to check how it transports and stores
cholesterol
Treatment
No specific or effective treatment currently exists for Niemann-Pick disease.
Patients with type B may be given oxygen to help with lung problems. Research
is focusing on the use of bone marrow transplantation , enzyme replacement
therapy, and gene therapy.
Prevention
There are no specific guidelines for preventing Niemann-Pick disease. Prevention
measures are currently available in the areas of genetic testing and prenatal
diagnosis. If you have Niemann-Pick disease or a have a family history of the
disorder, you can talk to a genetic counselor when deciding to have children.
(Wood,2012)
3. Penyakit Fabry
Gambar 12. Penyakit fabry
Penyakit Fabry adalah penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan
penimbunan glikolipid (hasil metabolisme lemak).
PENYEBAB
Gen yang rusak dibawa oleh kromosom X sehingga penyakit ini hanya terjadi
pada pria, yang hanya memiliki 1 kromosom X.
GEJALA
Penimbunan
pertumbuhan
glikolipid
kulit
menyebabkan
yang
jinak
di
angiokeratoma,
batang
yang
tubuh
merupakan
bagian
bawah.
Kornea mata menjadi seperti berawan, mengakibatkan gangguan penglihatan.
Nyeri seperti terbakar dapat terjadi pada lengan dan tungkai, dan penderita
mungkin mengalami episode demam. Kematian terutama disebabkan oleh gagal
ginjal, penyakit jantung atau stroke akibat tekanan darah tinggi.
DIAGNOSA
Penyakit Fabry dapat didiagnosis pada janin dengan memeriksa contoh vilus
korion atau amniosentesis (pemeriksaan cairan ketuban).
PENGOBATAN
Untuk mengurangi nyeri dan demam diberikan analgetik (obat pereda
nyeri). Penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun peneliti sedang menyelidiki
suatu pengobatan dimana kekurangan enzim yang terjadi diganti melalui
transfusi.
(Anonymous b,2012)
Signs and Symptoms
Because Fabry disease is rare and not always well recognized, its symptoms are
sometimes overlooked or attributed to other more common conditions. There are,
however, a number of signs and symptoms that people with Fabry disease
typically experience:

Burning, tingling pain in the hands and feet

Pain radiating throughout the body

Impaired sweating

Heat/cold intolerance

Skin rashes (angiokeratomas)

Corneal whorling (pattern on the cornea of the eye – generally does not affect
vision and can only be seen using special eye exam equipment called a slit
lamp)

Hearing problems

Gastrointestinal problems, such as diarrhea or vomiting

Heart problems (including enlarged heart and heart valve problems)

Kidney problems

Nervous system problems, such as stroke

Psychological issues, such as depression
The graphic below demonstrates how the signs and symptoms may become
progressively more serious and numerous as people with Fabry disease get older.
Gambar 13. Progressive of fabry disease
Since Fabry disease is X-linked, it predominantly affects males, although females
may have disease manifestations to a greater extent than previously thought. The
rates of progression of organ impairment may be slower in females than in males
with Fabry disease, and severity of signs and symptoms is variable.
(Anonymous d, 2012)
4. Penyakit Wolman
Gambar 14. Wolman
Penyakit Wolman adalah gangguan yang dihasilkan ketika jenis spesifik
pada kolesterol dan gliserida menumpuk di jaringan, gangguan ini disebabkan
pembesaran limpa dan hati. Penyimpanan kalsium pada kelenjar adrenalin
membuat mereka lebih keras, dan diare lemak (steatorrhea) juga terjadi. Bayi
dengan penyakit Wolman biasanya meninggal dalam usia 6 bulan.
( Rachmawati,2012)
5. Xantomatosis Serebrotendinosa
Gambar 15. Xantomatosis Serebrotendinosa
Xantomatosis Serebrotendinosa adalah suatu penyakit keturunan yang jarang
terjadi, yang disebabkan oleh penimbunan kolestanol (suatu produk metabolisme
kolesterol) di dalam jaringan.
GEJALA
Penyakit ini pada akhirnya menyebabkan:
- pergerakan yang tidak terkendali
- demensia (pikun)
- katarak
- pertumbuhan lemak (xantoma) pada tendo (urat daging).
Gejala-gejala ini seringkali baru muncul pada saat penderita berusia di atas 30
tahun.
PENGOBATAN
Bila gejala tersebut muncul lebih awal, obat kenodiol bisa membantu mencegah
perkembangan penyakit, tetapi tidak dapat menyembuhkan kerusakan-kerusakan
yang telah terjadi sebelumnya.
(Anonymou b,2012)
Gambar 16. Xantomatosis Serebrotendinosa
Xantomatosis Serebrotendinosa is a rare hereditary disease that occurs,
caused by the accumulation kolestanol (a product of cholesterol metabolism) in
the network.
SYMPTOMS
This disease eventually causes:
- Uncontrolled movements
- Dementia (senile)
- Cataracts
- Growth of fat (xantoma) on the tendon (tendon).
These symptoms often emerged only when patients aged over 30 years.
TREATMENT
If these symptoms appear early, kenodiol drug can help prevent the progression of
the disease, but can not heal the damage that has happened before.
(Anonymou e, 2009)
Cerebrotendinous xanthomatosis terjadi ketika cholestanol, produk pada
metabolisme kolesterol, menumpuk pada jaringan. Gangguan ini segera
megakibatkan gerakan yang tidak terkoordinasi, dementia, katarak, dan
perkembangan lemak (xanthomas) pada tendon. Gejala-gejala kelumpuhan sering
muncul setelah usia 30 tahun. Jika mulai lebih awal, obat chenodiol membantu
mencegah perkembangan penyakit ini, tetapi tidak dapat membatalkan kerusakan
apapun yang terjadi.
( Rachmawati,2012)
6. Sitosterolemi
Pada sitosterolemia, lemak dari buah-buahan dan sayuran menumpuk di
darah dan jaringan. Pembentukan lemak menyebabkan atherosclerosis, sel darah
merah yang tidak normal, dan penyimpanan lemak pada tendon (xanthomas).
Pengobatan terdiri dari pengurangan asupan makanan yang kaya akan lemak
tumbuhan, seperti minyak sayur, dan menggunakan resin cholestyramine.
( Rachmawati,2012)
Sitosterolemi adalah suatu penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana
lemak yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran tertimbun di dalam darah
dan jaringan.
GEJALA
Penimbunan lemak menyebabkan terjadinya:
- aterosklerosis
- kelainan sel darah merah
- pengendapan lemak pada tendo (xantoma).
PENGOBATAN
Mengurangi asupan makanan yang kaya akan lemak tumbuhan (seperti minyak
sayur) dan mengkonsumsi resin kolestiramin.
(Anonymous f, 2012)
7. Penyakit Refsum
Gambar 17. Refsum
Pada penyakit Refsun, asam phytanic, yang menghasilkan metabolisme
lemak, menumpuk di jaringan. Pembentukan asam phytanic menyebabkan
kerusakan syaraf dan retina, gerakan kejang, dan perubahan pada tulang dan kulit.
Pengobatan meliputi menghindari makan buah-buahan hijau dan sayuran yang
mengandung klorofil. Plasmapheresis, dimana asam phytanic diangkat dari darah,
kemungkinan sangat membantu.
( Rachmawati,2012)
DEFINITIONS
Sitosterolemi is a rare hereditary disease that occurs, where the fat comes from
fruits and vegetables piled in the blood and tissues.
SYMPTOMS
Accumulation of fat leads to:
- Atherosclerosis
- Red blood cell abnormalities
- Deposition of fat on tendon (xantoma).
TREATMENT
Reduce intake of foods rich in plant fats (such as vegetable oil) and consume
kolestiramin resin.
(Anonymous g, 2012)
DEFINISI
Penyakit Refsum adalah suatu penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana
asam fitanik (hasil metabolisme lemak) tertimbun di dalam jaringan.
GEJALA
Penimbunan asam fitanik menyebabkan:
- kerusakan saraf dan retina
- pergerakan yang spastik (kaku)
- perubahan pada tulang dan kulit.
PENGOBATAN
Menghindari sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau, yang mengandung
klorofil. Plasmaferesis adalah suatu prosedur dimana asam fitanik dikeluarkan
dari darah.
(Anonymous b, 2012)
8. Penyakit Tay-Sachs
Gambar 18. Tay-sach
Pada penyakit tay-sach, ganglioside, yang menghasilkan metabolisme
lemak, menumpuk pada jaringan. Penyakit tersebut paling sering terjadi asli
yahudi di eropa timur. Pada usia yang sangat dini, anak dengan penyakit ini
menjadi semakin lambat dan tampak mengalami sifat otot yang terkulai.
Terbentuk kejang diikuti kelumpuhan, dementia, dan kebutaan. Anak ini biasanya
meninggal di usia 3 atau 4 tahun. Penyakit tay-sachs bisa diidentifikasikan pada
janin dengan contoh chorionic villus atau amniocentesis. Penyakit tersebut tidak
dapat diobati atau disembuhkan.
( Rachmawati,2012)
2.4 Oksidasi dan Sintesis Asam Lemak
 Sintesis asam lemak
Asam lemak adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama
dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan
merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan
menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena
lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti
asam asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Sintesis
asam lemak dilakukan dalam kondisi anaerob dengan bantuan sejenis bakteri.
Karbohidrat dan asam amino yang dikonsumsi berlebihan akan dikonversi menjadi
asam lemak dan disimpan sebagai triasilgliserol.
Dan proses ini (selanjutnya kita sebut sintesis asam lemak) paling banyak terjadi di
hati, ginjal, jaringan adiposa dan kelenjar mamaria.
Dalam proses ini, asetil KoA bertindak sebagai substrat langsung atau bahan
utamanya, sedangkan palmitat sebagai produk akhirnya.
Sintesis asam lemak melibatkan asetil KoA dan NADPH. Asetil KoA disini berfungsi
sebagai sumber atom karbon sementara NADPH berperan sebagai bahan
pendukungnya saja.
Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein)
digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam
kompleks multi enzim-fatty acid synthase.
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda
dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan
kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak
tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai asam lemak
esensial karena organisme yang memerlukan tidak memiliki cukup enzim untuk
membentuknya.
Sintesis asam lemak terjadi dalam 3 proses. Yang diantaranya:
1. Produksi asetil KoA dan NADPH
2. Pembentukan Malonil KoA dari asetil KoA
3. Reaksi kompleks sintesis asam lemak
 Produksi asetil KoA dan NADPH

Asetil KoA dan NADPH merupakan syarat paling penting dalam sintesis
asam lemak.

Asetil KoA diproduksi di dalam mitokondria melalui oksidasi asam lemak dan
piruvat, asam amino dan juga dari badan keton.

Dimulai dari proses yang terjadi di sitoplasma sampai ke dalam mitokondria.

Asetil KoA yang dihasilkan tersebutlah yang menjadi salah satu sumber bahan
untuk sintesis asam lemak ini.

Sedangkan sumber asetil KoA yang diperoleh dari piruvat disediakan oleh
piruvat dehidrogenase.

Piruvat yang masuk ke dalam mitokondria akan diubah menjadi asetil KoA
dan oksaloasetat.

Piruvat dehidrogenase akan merubah piruvat menjadi asetil KoA sedangkan
piruvat karboksilase mengubah piruvat menjadi oksaloasetat.

Sedangkan bahan NADPH dapat diperoleh dari jalur pentosa fosfat dan bisa
juga dari NADPH yang dihasilkan enzim malat.

Kemudian, untuk memulai proses sintesis asam lemak, asetil KoA akan
bergabung terlebih dahulu dengan oksaloasetat membentuk sitrat.

Asetil KoA harus diubah dulu menjadi sitrat karena asetil KoA tidak mampu
menembus membran mitokondria.

Sitrat yang baru saja dibentuk mampu dengan bebas menembus membran
mitokondria sampai ke sitoplasma.

Di sitoplasma sitrat ini akan dipecah oleh sitrat liase menjadi asetil KoA dan
oksaloasetat.

Pada tahap ini, oksaloasetat diteruskan hingga membentuk malat sedangkan
asetil KoA dilanjutkan ke proses berikutnya, yaitu pembentukan malonil KoA
dari asetil KoA.

Pembentukan Malonil KoA

Asetil KoA dikarboksilasi menjadi malonil KoA oleh asetil KoA karboksilase.

Malonil KoA nantinya akan mendonor 2 unit karbon untuk ditambahkan ke
rantai asam lemak yang sedang tumbuh pada kompleks asam lemak sintase.

Proses pembentukan ini membutuhkan vitamin biotin.
Reaksi ini terjadi dalam dua tahap:
1. karboksilasi biotin yang membutuhkan ATP dan
2. pembentukan malonil KoA dengan pemindahan gugus karboksil ke asetil
KoA.

Saat asetilKoA karboksilase diaktifkan kadar malonil KoA akan meningkat.

Saat sintesis asam lemak berlangsung, malonil KoA akan menginhibisi
oksidasi asam lemak agar asam lemak yang akan terbentuk nantinya tidak
langsung dioksidasi.
Kompleks Asam Lemak Sintase

Asam lemak sintase merupakan enzim besar yang terdiri dari dimer yang
identik, yang masing-masing subunitnya (monomer) memiliki tujuh aktivitas
enzim asam lemak sintase pada rantai polipeptida.

Setiap monomernya berberat molekul 240.000 dan memiliki sebuah protein
pembawa asil (ACP, acyl carrier protein).

Fungsi ACP dalam sintesis asam lemak adalah bertindak sebagai suatu karier
perantara. Segmen ACP memiliki sebuah residu 4- fosfopanteteinil yang
berasal dari pemutusan koenzim A.

Kedua subunit tersebut tersusun (kepala ke leher).

Salah satu subunit bergandengan dengan gugus fosfopanteteinil sulfhidril
sedangkan subunit yang lainnya bergandengan dengan sisteinil sulfhidril.

Pada proses ini, gugus asetil dari asetil KoA akan dipindahkan ke gugus
fosfopanteteinil sulfhidril ACP pada satu subunit, dan kemudian ke gugus
siteinil sulfhidril pada subunit yang lainnya.

Gugus malonil dari malonil Ko A kemudian melekat ke gugus fosfopanteteinil
sulfhidril ACP pada subunit pertama.

Gugus
asetil
dan
malonil
berkondensasi
sehingga
menyebabkan
pelepasangugus karboksil malonil sebagai karbondioksida. Kemudian sebuah
rantai α-keto asil (C4) akan melekat pada gugus fosfopanteteinil sulfhidril.
(Anonymous h, 2012)
 Oksidasi Asam Lemak
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut
proses ketengikan. Ini semua disebabkan oleh proses otooksidasi radikal asam lemak
tidak jenuh dalam minyak. Oksidasi bisa berlangsung bila terjadi kontak antara
sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak . Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak. Reaksi oksidasi lemak akan
berlangsung dalam tiga tahap. Pada tahap pertama terjadi reaksi pembentukan
radikal lemak bebas dan pemisahan hidrogen dari lemak yang tidak jenuh. Tahap
kedua adalah tahap perkembangan, di mana berlangsung reaksi antara radikal
bebas yang terbentuk pada langkah permulaan dengan oksigen dan senyawa
organik. Tahap
terakhir
merupakan
tahap
penghentian,
di
mana
terjadi
pembentukan senyawa yang tidak lagi merupakan radikal bebas.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA
dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan
sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis
menjadi
kolesterol.
Selanjutnya
kolesterol
mengalami
steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak
juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan
aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik.
(Harianto, 2011)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Lipid memiliki dua karakteristik, yaitu karakteristik fisik yang mana senyawa
tersebut tidak dapat larut dalam air dan berminyak bila disentuh, kemudian,
karakteristik kimia yang mana senyawa tersebut tersusun atas rantai karbon
sebagai kerangka dasar, sedangkan hydrogen, oksigen, dan radikal lain
terikat padanya. Selain itu, struktur lipid terdiri atas tiga bagian antara lain di
bagian atas adalah asam oleat dan kolesterol. Struktur bagian tengah adalah
trigliserida yang terdiri dari rantai oleoil, stearoil, dan palmitoil yang melekat
pada kerangka gliserol. Di bagian bawah adalah fosfolipid yang umum,
fosfatidikolina. Sedangkan klasifikasi lipid antara lain Asam lemak, gliserida,
fosfogliserida, badan keton, sfingolipid, eicosanoida, cholesterin, dan
hormone steroid
 Metabolism lipid adalah gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju
hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian
besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka
diangkut oleh miselus dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit).
Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan
bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah.
Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah
menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan
gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Sedangkan
mobilisasi lemak terjadi dalam sel-sel lemak dari jaringan adiposa, epinefrin
merangsang hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, yang
memasuki aliran darah.
 Penyakit yang timbul akibat gangguan terhadap penyimpanan lipid antara
lain gaucher, niemann-pick, wolman, Xantomatosis Serebrotendinosa, fabry,
sitoterolesmi, refsum, dan tay-sach.
 Proses sintesis asam lemak terdiri ats tiga proses, yaitu Produksi asetil KoA
dan NADPH, Pembentukan Malonil KoA dari asetil KoA, dan Reaksi
kompleks sintesis asam lemak. Sedangkan proses oksidasi asam lemak
adalah sebagai berikut Pada tahap pertama terjadi reaksi pembentukan
radikal lemak bebas dan pemisahan hidrogen dari lemak yang tidak jenuh.
Tahap kedua adalah tahap perkembangan, di mana berlangsung reaksi antara
radikal bebas yang terbentuk pada langkah permulaan dengan oksigen dan
senyawa organik. Tahap terakhir merupakan tahap penghentian, di mana
terjadi
pembentukan senyawa
bebas. Proses
oksidasi
menghasilkan asetil KoA.
asam
yang
tidak
lagi
lemak
dinamakan
merupakan
oksidasi
radikal
beta
dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Lipid Di akses 27 April 2012
Anonymous b. 2012. Gangguan Penyimpanan Lipid.
http://medicastore.com/penyakit/3189/Metabolisme_Lemak.html Di akses 27
April 2012
Anonymous c. 2012. Penyakit Gaucher.
http://www.childrensgaucher.org/about-gaucher/gaucher-basics/ Di akses 27
April 2012
Anonymous d. 2012. Penyakit Fabry.
http://www.fabrazyme.com/patient/disease/fz_us_pt_ds_signs.asp Di akses
29 April 2012
Anonymous e. 2012. Xantomatosis Serebrotendinosa
http://health-news-directory.blogspot.com/2009/01/xantomatosisserebrotendinosa.html Di akses 29 April 2012
Anonymous f. 2012. Sitosterolemi
http://cakrawala-ind.blogspot.com/2009/07/ke.html Di akses 29 April 2012
Anonymous g. 2012. Sitosterolemi
. http://health-news-directory.blogspot.com/2009/01/sitosterolemi.html
Di akses 29 April 2012
Anynomous h. 2012. Sintesis Asam Lemak.
http://yudikaharianto.blogspot.com/2011/04/oksidasi-asam-lemak.html
Di akses 29 April 2012
Harianto,Yudika. 2011. Oksidasi Asam Lemak.
http://yudikaharianto.blogspot.com/2011/04/oksidasi-asam-lemak.html
Di akses 29 April 2011
Juniadi, Wawan. 2012. Karakteristik Lipid.
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/01/metabolisme-lipid.html Di akses
27 April 2012
Kuchel, Philip, Ph.D. dan Ralston, Greogory. 2002. Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Rachmawati, Lani. 2012. Penyakit Pada Gangguan Metabolisme Lipid.
http://keperawatancianjur.blogspot.com/2012/03/penyakit-pada-ganguanmetabolisme-lipid.html Di akses 28 April 2012
Rahman. 2012. Penyakit Gaucher.
http://www.scribd.com/rahmanu/d/38122643-Gaucher-Disease-Dan-EnzymeReplacement-Therapy Di akses 28 April 2012
Sri. 2012. Metabolisme jaringan lemak.
http://sriporwati.blogspot.com/2011/11/metabolisme-jaringan-lemak-dan.html
Di akses 28 April 2012
Wood, Debra. 2012. Niemann-Pick Disease.
http://www.empowher.com/media/reference/niemann-pick-disease Di akses
29 April 201
Zaif. 2012. Metabolisme Lipid.
http://zaifbio.wordpress.com/2010/06/02/metabolisme-lipid/
April 2012
Di akses 28
Download