ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS BAKTERI UNGU SULFUR PENURUN

advertisement
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS BAKTERI UNGU SULFUR
PENURUN KADAR SENYAWA HIDROGEN SULFIDA
DI PERIRAN TAWAR
1
Fajar Firmansyah 1, Nina Hermayani Sadi M.Si 2, Dr. Oom Komala 3,
Mahasiswa Peneliti, 2 Pembimbing PUSLIT Limnologi LIPI, 3Dosen Pembimbing,
Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
ABSTRAK
Hidrogen Sulfida merupakan salah satu masalah di perairan tawar karena dapat
mengakibatkan kematian pada biota air. Gas H2S di perairan sangat beracun untuk biota air
meski dalam konsentrasi sangat rendah 0,1 mg/L. Oleh karena itu perlu adanya perombakan
dengan cara metode bioremediasi. Bioremediasi senyawa H2S dilakukan dengan
menggunakan bakteri ungu sulfur yang dapat menyisihkan sulfida dan mengubahnya menjadi
sulfur kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri ungu sulfur yang
potensial untuk penurunan H2S. Penelitian ini dilakukan dengan 3 tahap antara lain 1)
isolasi bakteri ungu sulfur, 2) identifikasi bakteri ungu sulfur 3) pengujian penyisihan sulfida.
isolat diambil dari enam tempat perairan yang diduga terdapat bakteri ungu sulfur, yaitu
kolam sidat, kolam lele, Situ Cibuntu, Situ Cilalay, Situ Pasar dan Situ Gedong. Sebanyak 7
isolat bakteri didapatkan dari metode pengenceran, yaitu L1, L2, CU1, CU2, GO, PS dan
SD. Ke tujuh isolat termasuk Gram negatif dengan bentuk morfologi L1, L2, CU1 dan CU2
berbentuk basil, GO berbentuk cocobasil, PS dan SD berbentuk spiral. Uji pola spektral
memperlihatkan ke tujuh isolat memiliki bakteriklorofil a dan karotenoid dengan fase
eksponensial pada 10 jam setelah inkubasi. Ke tujuh isolat dapat menyisihkan sulfida
sehingga dapat dipastikan termasuk bakteri ungu sulfur.
Kata kunci : Hidrogen sulfida, Bakteri ungu sulfur, penyisihan sulfida
Apabila di suatu perairan banyak
terkandung H2S maka perlu dilakukan
suatu penanggulangan salah satunya
dengan cara metode bioremediasi.
Bioremediasi merupakan penggunaan
makhluk hidup yang telah dipilih untuk
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai
upaya untuk menurunkan kadar polutan
tersebut. Pada saat proses bioremediasi
berlangsung enzim-enzim yang diproduksi
oleh
mikroorganisme
memodifikasi
struktur polutan beracun menjadi tidak
komplek sehingga menghasilkan metabolit
yang tidak beracun dan tidak berbahaya
(Priadie, 2012).
Penanggulangan senyawa H2S di
perairan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan bakteri pengoksidasi sulfur
untuk bioremediasinya (Schlegel and
PENDAHULUAN
Hidrogen
sulfida
merupakan
senyawa sulfur yang menjadi masalah di
perairan karena dapat mengakibatkan
kematian
pada
ikan.
Terjadinya
peningkatan
konsentrasi
senyawa
anorganik beracun H2S, merupakan akibat
dari perombakan bahan organik yang
tertimbun
di
sedimen
perairan.
Penimbunan bahan organik terjadi karena
akumulasi sisa hasil metabolisme, sisa
pakan dan limbah lain, yang kemudian
membusuk dan tertumpuk didasar perairan
(Bay 1986 dalam Triani dkk, 2005). Gas
H2S di perairan ini sangat beracun untuk
biota air meski dalam konsentrasi sangat
rendah yaitu 0,1 mg/L (Boyd, 1984 dalam
Triani dkk, 2005).
1
Schmidt, 1994). Menurut Friedrich et al,
(2001) salah satu bakteri pengoksidasi
sulfur adalah bakteri ungu sulfur. Bakteri
ungu sulfur termasuk ke dalam kelompok
bakteri fotosintetik anaerobik yang mampu
memanfaatkan senyawa H2S untuk
hidupnya. Bakteri tersebut dapat di isolasi
dari air dengan kondisi lingkungan yang
banyak mengandung bahan organik dan
senyawa H2S. Bakteri ungu sulfur melalui
aktivitas
fotosintetik
anoksigeniknya
memanfaatkan H2S sebagai sumber
elektron untuk memfiksasi CO2 sehingga
pada
akhir
fotosintesisnya
tidak
menghasilkan oksigen melainkan sulfur.
Oleh karena itu penelitian mengenai
bakteri ungu sulfur perlu dilakukan untuk
mengetahui berapa besar pengaruh
kemampuan bakteri ungu sulfur dalam
menurunkan kadar H2S. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan isolat
bakteri ungu sulfur yang potensial untuk
penurunan kadar senyawa H2S di perairan
tawar.
Limnologi LIPI pada bulan April sampai
Juli 2016. Penelitian ini dilakukan dengan
3 tahap antara lain 1) isolasi bakteri ungu
sulfur, 2) identifikasi bakteri ungu sulfur
3) pengujian penyisihan sulfida.
Isolasi Bakteri Ungu Sulfur
Sampel diambil di enam tempat
perairan yang diduga terdapat bakteri ungu
sulfur, yaitu kolam sidat, kolam lele, Situ
Cibuntu, Situ Cilalay, Situ Pasar dan Situ
Gedong. Isolasi bakteri ungu sulfur
diawali dengan pengkayaan bakteri
menggunakan media Pfennig 2 cair (Tabel
1) pada beberapa konsentrasi salinitas.
Media dan sampel air dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dengan perbandingan
1 ml sampel air : 2 ml paraffin cair : 9 ml
media dengan perbedaan salinitas NaCl
yaitu 0; 0,25‰; 0,5‰; 0,75‰; 1‰ ke
dalam larutan media Pfennig 2. Perlakuan
ini dilakukan untuk mengetahui salinitas
optimum dalam menumbuhkan bakteri
ungu sulfur. Di inkubasikan selama 14 hari
pada suhu ruangan di tempat dengan kuat
cahaya 200-1000 lux.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
dilakukan
di
laboratorium mikrobiologi Pusat Penelitian
Tabel 1 : Komposisi Media Pfennig 2
Komposisi
Larutan 1
Akuades
KH2PO4
NH4Cl
MgSO4-7H2O
CaCl2-2H2O
Larutan 2
Vitamin B12
Larutan 3
Element Solution SL 12
- Akuades
- EDTA
- FeSO4-7H2O
- H3BO3
- CoCl2-6H2O
- MnCl2-4H2O
- ZnCl2
- NiCl2-2H2O
- Na2MoO4-2H2O
- CuCl2-2H2O
Larutan 4
NaOH 5%
Larutan 5
Na2S-9H2O 6%
Media Padat
Media Cair
950 ml
1 gr
0.5 gr
0.4 gr
0.05 gr
950 ml
1 gr
0.5 gr
0.4 gr
0.05 gr
1 ml
1 ml
1 ml
1L
2 gr
1,1 gr
300 mg
190 mg
50 mg
42 mg
24 mg
18 mg
2 mg
1 ml
1L
2 gr
1,2 gr
300 mg
190 mg
50 mg
42 mg
24 mg
18 mg
2 mg
30 ml
30 ml
6 ml
6 ml
(Sumber : Biebel dan Pfannig, 1978 dalam Dworkin et al, 2006)
2
Kultur yang tumbuh dari hasil dari
pengkayaan pada media cair kemudian
dimurnikan dengan cara menggunakan
pengenceran bertingkat. Pemurnian isolat
pada metode pengenceran bertingkat
(Stainer et al, 1982) menggunakan media
Pfennig
2
cair,
dengan
tingkat
pengenceran yang digunakan hingga
antara 10-6 – 10-15. Pengenceran dilakukan
dengan memindahkan secara aseptik 0,5
ml suspensi sampel ke dalam tabung yang
berisi 4,5 ml larutan media Pfennig 2 cair,
dan ditambahkan paraffin untuk kondisi
anaerob. Kultur hasil pengenceran
diinkubasi selama 7 hari pada suhu
ruangan di tempat dengan kuat cahaya
200-1000 lux.
2011). Isolat berumur 3-4 hari yang
ditumbuhkan dalam media padat Pfennig 2
cair diambil 1 ml kemudian dimasukkan
kedalam 4 ml larutan sukrosa 60% dalam
tabung reaksi. Sampel diaduk hingga
homogen setelah itu diukur nilai
absorbansinya
menggunakan
spektrofotometer (Biebl and Drews, 1969
dalam Dworkin et al, 2006).
Pengamatan pola pertumbuhan
isolat
unggul
bertujuan
untuk
mendapatkan data mengenai fase-fase
pertumbuhan bakteri ungu sulfur. Uji pola
pertumbuhan isolat ini dilakukan dengan
cara sebagai berikut: sebanyak 9 ml media
Pfennig 2 cair dimasukan kedalam tabung
Hach steril secara aseptik. Kemudian
ditambahkan isolat sebanyak 1 ml dan
paraffin cair steril. Inkubasi isolat bakteri
dilakukan di tempat dengan kuat cahaya
200-1000 lux. Setiap 2 jam isolat
dilakukan pengukuran absorbansi kultur
menggunakana spektrofotometer Hach
pada panjnag gelombang 600 nm hingga
didapatkan fase stasioner (Schlegel and
Schmidt, 1994).
Idetifikasi Bakteri Ungu Sulfur
Identifikasi
dilakukan
untuk
mengetahui
jenis
bakteri
tersebut.
Pengamatan yang dilakukan dari tiap isolat
meliputi warna kultur bakteri, bentuk sel
dan uji Gram (Cappuccino, 1983).
Identifikasi dilakukan dengan 3 cara yaitu
1) uji pewarnaan Gram, 2) uji pola spektral
3) pengukuran pola pertumbuhan.
Pewarnaan Gram dilakukan dengan
mengambil satu ose isolat bakteri,
diletakkan pada kaca objek yang ditetesi 1
tetes air, disebar, kemudian difiksasi.
Pewarnaan
dilakukan
dengan
menggunakan larutan kristal violet.
Setelah 1 menit dibilas dengan air
perlahan, kemudian diberi iodine. Setelah
itu ditambahkan aseton alkohol dan
dibilas. Kemudian diteteskan larutan
safranin sebagai zat warna tandingan dan
dibiarkan satu menit. Dibilas dengan air
dan dikeringkan perlahan dengan tissue.
Selanjutnya diamati dibawah mikroskop
terhadap bentuk dan warna penataan sel
bakteri (Cappuccino, 1983).
Uji pola spektral menggunakan
spektrofotometer
bertujuan
untuk
mengetahui keberadaan bakterioklorofil
dan karotenoid yang merupakan ciri khas
dari bakteri ungu sulfur. Uji pola spektral
dilakukan
pada
rentang
panjang
gelombang 300-950 nm (Cappelletti,
Uji Penyisihan Sulfida
Uji aktivitas penyisihan sulfida
pada bakteri ungu sulfur bertujuan untuk
mempelajari kemampuan isolat yang
diperoleh dalam menurunkan kosentrasi
sulfida. kultur isolat diinokulasikan ke
dalam media Pfennig 2 cair sebanyak 9 ml,
dengan penambahan paraffin 1 ml untuk
keadaan anaerob. Setiap kultur isolat
dilakukan 3x ulangan. Kultur diinkubasi
pada suhu ruang selama 3x24 jam di depan
lampu 15 watt dengan kuat penyinaran
200-1000 lux. Setiap 24 jam dilakukan
pengujian
kadar
sulfida
dengan
menggunakan plat tetes. Satu tetes kultur
isolat dimasukkan ke dalam plat tetes
dengan penambahan reagent yaitu reaksi
amin H2SO4, larutan FeCl3, dan larutan
(NH4)2HPO4
masing-masing
setetes.
Dilakukan pengamatan terhadap warna
yang dihasilkan. Jika yang terbentuk
warna biru menandakan adanya sulfida,
sedangkan jika warna kuning dan bening
3
merah tidak terdapat sulfida. Kepekatan
warna yang terbentuk kemudian di
klasifikasikan. Warna kuning atau bening
merah menunjukkan bahwa sulfida telah
habis dan isolat yang demikian diberi nilai
“+++” (penyisihan cepat); warna kuning
kehijauan menunjukkan bahwa masih
terdapat sulfida dengan konsentrasi rendah
dan isolate diberi skor “++” (penyisihan
sedang); warna biru muda menunjukkan
sulfida masih cukup banyak dan isolate
diberi skor “+” (penyisihan lambat); dan
warna biru pekat menunjukkan bahwa
tidak ada penurunan kosentrasi sulfida dan
isolate diberi skor “-“ (tidak ada aktivitas
penyisihan).
dan CU2), 1 isolat dari Situ Gedong (GO),
1 isolat dari kolam sidat (SD), dan 1 isolat
dari Situ Pasar (PS) (Tabel 3). Isolat yang
didapat dengan menggunakan metode
pengenceran
bertingkat
dipastikan
kemurniannya
melalui
pengamatan
terhadap sel bakteri dari kultur (Tabel 2).
Isolat murni L1, L2, CU1, CU2, dan GO
diperoleh dari tingkat pengenceran 10-6,
sedangkan isolat SD dan PS diperoleh dari
tingkat pengenceran 10-15. Pengenceran
lebih banyak pada Situ Pasar dan kolam
sidat dikarenakan sel bakteri yang terlihat
masih tercampur pada pengenceran 10-6.
Oleh karena itu pengenceran lanjutan
dilakukan untuk mendapatkan bakteri
dengan bentuk bakteri yang sama yaitu
hingga 10-15. Isolat murni yang diperoleh
dari metode pengenceran selanjutnya
dikulturkan ke dalam media Pfennig 2 cair
baru untuk dilakukan dalam proses
pengujian-pengujian selanjutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Isolasi Bakteri Ungu Sulfur
Sebanyak
7
isolat
bakteri
didapatkan dari metode pengenceran
(Tabel 2), yaitu 2 isolat dari kolam lele (L1
dan L2), 2 isolat dari Situ Cibuntu (CU1
Tabel 2 : Hasil Pemurnian Bakteri Ungu Sulfur menggunakan Metode Pengenceran.
Tingkat
Sampel
Kode Isolat
Warna Isolat
Pengenceran
10-6
Merah muda
Kolam Lele
L1
-6
10
Merah muda
L2
-6
10
Merah kecoklatan
Situ Cibuntu
CU1
-6
10
Merah kecoklatan
CU2
-6
10
Merah kecoklatan
Situ Gedong
GO
10-15
Merah kecoklatan
Situ Pasar
PS
-15
10
Merah kecoklatan
Kolam Sidat
SD
diberikan ditahap berikutnya. pengamatan
bentuk sel diketahui bahwa ke 4 isolat
berbentuk basil (L1, L2, CU1, dan CU2), 1
isolat berbentuk cocobasil (GO) dan 2
isolat berbentuk spiral (PS dan SD) (Tabel
3). Menurut Dworkin et al (2006), bakteri
ungu sulfur memiliki bentuk sel berbeda
seperti cocus, cocobasil, basil, dan spiral
dengan warna isolat yang khas (Gambar
7). Morfologi bentuk bakteri ungu sulfur
berbeda setiap spesiesnya dan menjadikan
ciri khas untuk identifikasi (Imhoff et al.
1998)
Uji Pewarnaan Gram
Hasil pengujian pewarnaan Gram
menunjukkan bahwa ke tujuh isolat
termasuk kedalam Gram negatif (Tabel 3).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kumar et al (2011), yang
mengatakan kebanyakan bakteri ungu
sulfur termasuk kedalam Gram negatif.
Menurut Pelezar (2008) dalam Apriani
(2015) bakteri Gram negatif akan
kehilangan ungu kristal ketika dicuci
dengan alkohol, sehingga dapat menyerap
zat warna tandingan merah safranin yang
4
Tabel 3 : Hasil Pewarnaan Gram Kultur Isolat.
Sampel
Kode Isolat
Kolam Lele
L1
L2
CU1
CU2
GO
PS
SD
Situ Cibuntu
Situ Gedong
Situ Pasar
Kolam Sidat
Pewarnaan
Gram
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Bentuk sel
Basil
Basil
Basil
Basil
Cocobasil
Spiral
Spiral
teridentifikasi pada panjang gelombang
440, 460 dan 490 termasuk jenis
spirilloxanthin. Terdapat 5 jenis karatinoid
sebagai pigmen penangkap cahaya bakteri,
yaitu
lycopene,
rhodopin,
anhydrobodovibrin,
rhodovibrin
dan
spirilloxanthin, yang menjadi cirri khas
bakteri
fotosintetik.
Spirollaxanthin
memiliki penyerapan panjang gelombang
maksimum 440-490 nm (Horibe et al,
2012).
Uji Pola Spektral
Hasil pengujian pola spektral (tabel
4) bakteri menujukkan bahwa semua isolat
memiliki
bakterioklorofil
jenis
bakterioklorofil a. Hal ini ditandai dengan
adanya panjang gelombang maksimum
pada 375, 595, 805,855 dan 870 nm.
Menurut Pfennig et al dalam Dworkin et
al (2006), mengatakan bakterioklorofil a
akan menunjukkan panjang gelombang
maksimum pada 375, 590-600, dan 800900 nm. Pigmen karotenoid ke tujuh isolat
Tabel 4: Hasil Uji Pola Spektral Kultur Isolat
Puncak Panjang Gelombang
Kode
Isolat
1
2
3
4
5
6
7
8
GO
CU1
CU2
L1
L2
SD
PS
375
375
375
375
375
375
375
440
440
440
440
440
440
440
460
460
460
460
460
460
460
490
490
490
490
490
490
490
595
595
595
-
805
805
805
805
805
805
805
855
855
855
870
870
870
870
-
Gambar 1 menunjukkan pola
pertumbuhan isolat bakteri ungu sulfur.
Pada 10 jam awal pertumbuhan bakteri
belum terdeteksi. Hal ini diduga bakteri
melakukan
penyesuaian
terhadap
lingkungan atau medium setelah inokulasi.
Pada fase adaptasi ini terjadi peningkatan
ukuran sel bakteri, dan mengalami sedikit
Jumlah
Puncak
Panjang
Gelombang
7
6
7
6
7
6
6
Bchl
a
a
a
a
a
a
a
pembelahan (Agustien dkk, 2010). Fase
eksponensial terjadi pada awal 10 jam
setelah inkubasi dengan puncak fase
eksponensial jam ke 48. Fase eksponensial
merupakan fase pembentukan metabolit
primer
yang
dihasilkan
oleh
mikroorganisme (Agustien dkk, 2010).
5
POLA PERTUMBUHAN
L1
Absorban
0.8
L2
0.6
CU1
0.4
CU2
GO
0.2
PS
0
0
2
4
8
10
12
24
28
32
48
52
72
SD
Waktu/jam
Gambar 1: Pola Pertumbuhan Ketujuh Isolat Selama 72 Jam.
Fase eksponesial pada bakteri ungu
sulfur ini dapat dijadikan informasi, untuk
penggunaan bakteri ungu sulfur yang baik
pada 10 jam setelah inkubasi. Menurut
Dwidjuseputro (1998) dalam Agustien dkk
(2010), pertumbuhan bakteri pada fase
eksponesial berlangsung paling cepat.
Bakteri pada fase ini baik untuk dijadikan
inokulum, untuk produksi senyawa yang
diinginkan.
Uji Penyisihan Sulfida
Hasil pengujian penapisan awal
berupa uji kualitatif dengan menggunakan
plat tetes, didapatkan bahwa ketujuh isolat
dapat menyisihkan sulfida (Tabel 5).
Tabel 5: Uji Kualitatif Penyisihan Sulfida Menggunakan Plat Tetes
Kode
Isolat
Penurunan Sulfida
OD
L1
L2
CU1
CU2
GO
PS
SD
+++
+++
+++
++
++
+
+
0.611
0.540
0.603
0.518
0.623
0.547
0.287
Keterangan : +++
++
+
= Cepat
= Sedang
= lambat
Isolat
L1,
L2,
dan
CU1
menyisihkan sulfida lebih cepat, diikuti
CU2 dan GO dengan peyisihan sedang,
serta PS dan SD yang paling lambat
menyisihkan sulfida. Menurut Schlegel
and Schmidt (1994) ciri khas bakteri ungu
sulfur pada waktu pertumbuhan senyawa
sulfida dengan cepat dioksidasi didalam
sel dan mempercepat pertumbuhan bakteri.
6
Infrared Radition (>800 nm)
(sampling
Location:
Little
Sippewissett Marsh, Woods H ole,
Ma). Microbial Diversity course
marine Biological Laboratory.
Universitas of Bologna.
Cappucino JG. 1983. Microbiology: A
Laboratory Manual. Addison
Wesley Publishing Company.
Dworkin M, Stanley F, Eugens K, KarlHeinz S, and Erko S. 2006. The
Prokaryotes. Springer. Volume : 6.
846-870.
Friedrich,
C.G.,
D.
Rother,
F.
Bardischewsky, A. Quentmeier, &
J. Fischer. 2001. Oxidation of
reduced inorganic sulfur compound
by bacteria: emergence of a
common
mechanism?
Appl.
Environ Microbial. 67 (7) : 28732882.
Horibe. T., Katsunori. N., Toshiyuki. K.,
Ritsuko. F., Richard. J., Codgell.,
Mamoru. N., Hideki. H., 2012.
Polarization Angle Dependence of
Strak Absorption Spectra of
Spirilloxanthin Boundd to The
Reconstituted LH1 Complexes
Using LH1-subunits Isolated from
The
Purple
Photosynthetic
Bacterium Rhodospirillum rubrum.
Biochimica Polonica. Vol 59, No
1.
Kumar. R. S., Ranjani., Uday. C.K.,
Mahmood. S., Vanaja., Uma. D.,
2011. Isolation of Photosynthetic
Sulfur Bacteria from The Soil
Samples
of
Elevated
CO2
Chamber. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. Vol 3 (3).
Priadie
Bambang.
2012.
Teknik
Bioremediasi Sebagai Alternatif
Dalam
Upaya
Pengendalian
Pencemaran Air. Jurnal Ilmu
lingkungan. Vol(10) : 38-48.
Schlegel, H.G., and K. Schmidt. 1994.
Mikrobiologi umum.Edisi keenam
Yogyakarta.
Gadjah
Mada
University Press. Hal 425-450.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari ke enam sampel sumber dapat
diisolasikan tujuh isolat bakteri ungu
sulfur sebanyak 7 isolat dari perairan tawar
yaitu L1 & L2 (kolam lele), CU1 & CU2
(Situ Cibuntu), GO (Situ Gedong), PS
(Situ Pasar), dan SD (kolam sidat) dengan
menggunakan
metode
pengenceran
(dilution method). Isolat-isolat yang
didapat tersebut memiliki bachterioklorofil
a
dan
pigmen
karotenoid
jenis
spirilloxanthin. Pola pertumbuhan ke tujuh
isolat bakteri ungu sulfur menunjukkan
awal fase eksponensial terjadi 10 jam
setelah inkubasi. Puncak fase eksponensial
terjadi pada 48 jam setelah inkubasi. Ke
tujuh isolat termsuk bakteri ungu sulfur
setelah dilakukan pengujian penyisihan
sulfida, Isolat L1, L2, dan CU1
menyisihkan sulfida lebih cepat, diikuti
CU2 dan GO dengan peyisihan sedang,
serta PS dan SD yang paling lambat
menyisihkan sulfida.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan ini, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
spesies bakteri isolat-isolat tersebut. Perlu
dilakukan pengujian terhadap dampak
yang diperoleh pada lingkungan setelah
menggunakan bakteri ungu sulfur,
sehingga isolat yang diperoleh dapat
dipergunakan untuk skala lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustien. A. Jetty N. Linar Z. 2010.
Pingkan A. produksi protease alkali
dan karatinase dari brevibacillus
agri A-03 termofilik. Jurnal riset
kimia. Vol 4 (1).
Apriani Ike. (2015). Isolasi, Seleksi dan
Karakterisasi Bakteri Mannolitik
yang
Berasal
dari
Serasah
Tanaman Sawit. Bioilmi. Vol 1. No
1.
Cappelletti
Martina.
2011.
Characterization of Anoxygenic
Phototrophs that Grow Using
7
Stainer, R.Y., Adelberg. E.A., &
Ingraham, J. (1982). The Microbial
World. New Jersey. Pratice Hall
Inc. Englewood Ciffs.
Triani, Wiwik. Artini P. Okid P.A. 2005.
Populasi Bakteri Pengoksidasi
Sulfur Anorganik dan Kadar H2S di
Tambak Udang Putih (Penaeus
vannamei Boone) Sistem Intensif.
BioSMART. Volume 7,Nomor 1.
Hal 23-26.
8
Download