efektifitas pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt)

advertisement
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)
Skripsi
SKRIPSI
Oleh:
SRI YARSI ASTUTI
K 7406145
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
SRI YARSI ASTUTI
K 7406145
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 7 Juli 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Wahyu Adi, M. Pd.
Sri Sumaryati, S. Pd., M. Pd.
NIP. 19630520 198903 1 005
NIP. 19691229 200501 2 001
3
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 29 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Sukirman, M. M.
………………
Sekretaris
: Laili Faiza Ulfa, S. E., M. M.
Anggota I
: Drs. Wahyu Adi, M. Pd.
Anggota II
: Sri Sumaryati, S. Pd., M. Pd.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
4
………………
………………
………………
REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai arahan dan anjuran Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda tangan
Ketua
: Drs. Sukirman, M. M.
(................................................)
Sekretaris
: Laili Faiza Ulfa, S. E., M. M.
(................................................)
Anggota I
: Drs. Wahyu Adi, M. Pd.
(................................................)
Anggota II : Sri Sumaryati, S. Pd., M. Pd.
5
(................................................)
ABSTRAK
Sri Yarsi Astuti. K 7406145. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi pada kelas XI IPS 4 SMA
Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilaksanakan sebanyak dua siklus di mana masing-masing siklus dilalui
dengan empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan;
(3) observasi tindakan; dan (4) refleksi tindakan. Subjek penelitian adalah seluruh
siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 sebanyak
38 siswa dengan komposisi 19 laki-laki dan 19 perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan secara kolaborasi bersama dengan guru mata pelajaran akuntansi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan lembar
observasi, wawancara, dokumentasi dan teknik evaluasi berupa tes.
Hasil penelitian ini yaitu pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 4
SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Hal tersebut didukung oleh
fakta-fakta sebagai berikut: (1) Prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 75%
dan meningkat menjadi 89,19% pada siklus II; (2) Keaktifan siswa selama
apersepsi pada siklus I sebesar 52,63% dan meningkat menjadi 63,16% pada
siklus II; (3) Keaktifan selama pembelajaran pada siklus I sebesar 73,68% dan
meningkat menjadi 84,21 pada siklus II; (4) Keaktifan/peran siswa dalam
kelompok sebesar 71,05% pada siklus I dan meningkat menjadi 81,59% pada
siklus II.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe TGT, prestasi belajar, akuntansi
6
MOTTO
Tak semua yang dapat dihitung, diperhitungkan, dan tak semua yang
diperhitungkan, dapat dihitung.
(Albert Einstein)
What we do in life, echoes in eternity.
(Apa yang kita lakukan dalam kehidupan, akan tercermin dalam keabadian)
(Andrea Hirata)
Sukses tak akan diraih tanpa pengorbanan.
(Penulis)
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan
Kepada:
Ibu dan Bapak tercinta yang selalu
memberikan kasih sayangnya
My little sister Endrayani Utami and my
little brother Arief Nugroho
Pakde Sabar dan keluarga
Tofan Setyo Prabowo , Sahabatku: Nur,
Elise, Tutut, Ratih, Yovano, Arif, dan Sigit
yang selalu ada dalam suka maupun duka
Rekan-rekan P. Akuntansi
Almamater
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Selama penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari berbagai hambatan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1.
Dekan FKIP UNS, yang telah memberikan Surat Keputusan tentang Ijin
Menyusun Skripsi dan Ijin Research.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS, yang telah
menyetujui permohonan Ijin Menyusun Skripsi.
3.
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Jurusan P. IPS UNS, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
4.
Drs. Wahyu Adi, M. Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak
ilmu dan bimbingan kepada penulis.
5.
Sri Sumaryati, S. Pd., M. Pd. selaku pembimbing II yang senantiasa
mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi, mengarahkan, dan
memberikan nasihat kepada penulis.
6.
Tim Penguji Skripsi yang telah menguji hasil penelitian penulis.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan
Akuntansi FKIP UNS, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama
peneliti menempuh kuliah.
8.
Drs. Sukardjo, M.A. selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga
dapat berjalan dengan lancar.
9.
Dra. Th. A. Dwi Nurani selaku guru akuntasi yang telah membimbing dalam
belajar mengajar sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
baik.
9
10. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan nasehat
kepada penulis.
11. Adik-adikku tersayang Endrayani Utami dan Arief Nugroho, we will never
ending.
12. Pakde dan Bude Sabar, Mbak Wahyu, Mbak Rini, Mas Prang, Mas Pras, Mas
Tono, Mas Ipung dan Dirgan yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis untuk selalu optimis dalam menjalani hidup.
13. Tofan Setyo Prabowo terimakasih atas dukungan dan semangatnya.
14. Sahabat-sahabatku : Tutut, Nur, Elis, Ratih, Yovano, Arif dan Sigit yang
selalu ada dalam suka maupun duka.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai bekal
bagi tugas-tugas mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dunia pendidikan dan berbagai pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN REVISI ......................................................................................
v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN .......................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B.
Identifikasi Masalah .............................................................
4
C.
Pembatasan Masalah ............................................................
4
D.
Rumusan Masalah ................................................................
5
E.
Tujuan Penelitian .................................................................
5
F.
Manfaat Penelitian ...............................................................
5
LANDASAN TEORI ...................................................................
7
A.
Tinjauan Pustaka ..................................................................
7
B.
Penelitan yang Relevan ........................................................ 26
C.
Kerangka Berpikir ................................................................ 27
D.
Hipotesis Penelitian ............................................................. 29
METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 30
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 30
B.
Subjek Penelitian ................................................................. 31
11
BAB IV
C.
Metode Penelitian ................................................................ 31
D.
Teknik Pengumpulan Data ................................................... 33
E.
Prosedur Penelitian .............................................................. 34
F.
Proses Penelitian .................................................................. 35
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 39
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 39
B.
Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi
Pada Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta ...................... 44
BAB V
C.
Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 46
D.
Pembahasan ......................................................................... 61
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................... 67
A.
Simpulan .............................................................................. 67
B.
Implikasi .............................................................................. 68
C.
Saran .................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ . 70
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 72
12
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ................................... 22
2.
Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain ...................................... 22
3.
Perhitungan Poin Permainan Untuk Dua Pemain ...................................... 22
4.
Kriteria Penghargaan Kelompok .............................................................. 23
5.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 30
6.
Indikator Ketercapaian ............................................................................. 36
7.
Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ................................... 62
8.
Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ................................. 64
9.
Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa .................................... 65
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Kerangka Pemikiran Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ......................... 29
2.
Siklus PTK................................................................................................ 33
3.
Grafik Tingkat Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I .......... 53
4.
Grafik Tingkat Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ......... 60
5.
Grafik Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa .......................... 65
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Observasi Awal Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 72
2.
Siklus I Penelitian Tindakan Kelas ............................................................ 83
3.
Siklus II Penelitian Tindakan Kelas .......................................................... 113
4.
Foto Penelitian ......................................................................................... 141
5.
Surat Izin Penyusunan Skripsi .................................................................. 146
6.
Surat Keputusan Dekan FKIP……………………………………………... 147
7.
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................................... 148
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,
dengan adanya pendidikan manusia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Pendidikan bagi manusia merupakan suatu proses menemukan, menjadi dan
mengembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Salah satu
aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari pendidikan adalah kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan formal dilakukan secara
terstruktur, dengan cara tersebut diharapkan dapat menciptakan sumber daya
manusia yang menyentuh seluruh aspek dan sektor kehidupan.
Proses belajar mengajar yang baik dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan sebelumnya, dalam pencapaian tujuan belajar perlu
diciptakan adanya sistem lingkungan/kondisi belajar yang baik. Sistem
lingkungan yang baik terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain
tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan dalam
mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen pada
proses belajar mengajar saling terkait satu dengan yang lainnya. Belajar-mengajar
dapat dicapai melalui proses yang bersifat aktif, dalam hal ini siswa menggunakan
seluruh
kemampuan dasar yang dimilikinya sebagai dasar untuk melakukan
berbagai kegiatan agar memperoleh hasil belajar, dengan demikian siswa dituntut
untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh
guru sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh prestasi belajar
siswa yang tinggi serta adanya perubahan tingkah laku siswa setelah menerima
materi.
Terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, antara lain adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan
16
faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, yaitu motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor ekstern yang sangat mempengaruhi prestasi siswa adalah guru. Model serta
metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi sangat berpengaruh
terhadap prestasi siswa. Pemilihan metode yang tepat dalam menyampaikan
materi dapat meningkatkan motivasi serta keaktifan siswa dalam menerima materi
pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif telah banyak diterapkan oleh guru,
pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008: 35). Pemilihan
metode dalam pembelajaran kooperatif menjadi salah satu hal yang penting
karena tidak semua metode dalam model pembelajaran kooperatif dapat
memotifasi siswa untuk lebih aktif dalam menerima pelajaran dan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis
serta sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil
tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka (Slavin, 2009: 165). Metode pembelajaran TGT ini menempatkan
siswa dari berbagai tingkat prestasi kedalam satu kelompok, sehingga siswa yang
memiliki kemampuan akademik yang rendah dapat bertanya kepada siswa lain
yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Adanya kesempatan bertanya
kepada siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi menjadikan siswa
berkemampuan akademik rendah dapat memahami materi dengan lebih baik.
Mata pelajaran akuntansi pada kompetensi dasar penyusunan laporan
keuangan perusahaan jasa merupakan materi pelajaran yang membutuhkan
ketelitian serta kecermatan dalam mempelajarinya. Pada mata pelajaran ini guru
tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi dengan baik, akan tetapi guru
juga dituntut untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam menanggapi materi
yang disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat
17
melibatkan siswa secara aktif dalam pelajaran. Terkait dengan hal tersebut peneliti
melakukan observasi pada pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 2 Surakarta,
berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dilapangan ditemukan beberapa
permasalahan antara lain bahwa prestasi belajar siswa
kelas XI IPS 4 SMA
Negeri 2 Surakarta rendah, hal ini dapat terlihat dari 65,79 % dari 38 siswa tidak
tuntas dalam mata pelajaran akuntansi (batas tuntas/KKM 65). Permasalahan
lainnya adalah siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar,
permasalahan tersebut timbul karena guru kurang variatif dalam menggunakan
metode mengajar. Metode mengajar yang digunakan guru adalah metode
konvensional (ceramah bervariasi), beberapa siswa mengatakatan bahwa metode
pembelajaran yang monoton tersebut mengakibatkan siswa menjadi jenuh
sehingga motivasi siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar rendah. Hal ini
dapat terlihat pada hasil observasi awal siswa kelas XI IPS 4 ditemukan bahwa
tingkat keaktifan siswa sebesar
44,74 % dari 38 siswa. Kondisi kelas yang
cenderung pasif dapat mengakibatkan proses pembelajaran kurang optimal,
sehingga perlu diadakan suatu perbaikan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli dan beberapa peneliti
sebelumnya menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) seperti yang terangkum dalam Slavin (2009: 167) memiliki
peran yang besar dalam menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar serta
meningkatkan prestasi siswa. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada SMA
Negeri 2 Surakarta khususnya kelas XI IPS 4, diharapkan dapat lebih aktif dalam
proses pembelajaran akuntansi dengan menggunakan metode Teams Games
Tournaments (TGT).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti perlu mengadakan
suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki prestasi belajar siswa dalam
mata pelajaran akuntansi dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih
inovatif. Sehingga peneliti memilih judul ”Efektivitas Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Dalam Meningkatkan Prestasi
18
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2
Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran akuntansi mencerminkan
proses pembelajaran yang kurang optimal.
2. Kurangnya variasi guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik kelas menyebabkan guru kesulitan dalam meningkatkan
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi.
3. Penggunaan metode yang monoton oleh guru dalam penyampaian materi
akuntansi menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk aktif dalam proses
belajar mengajar.
4. Siswa kurang memanfaatkan waktu untuk bertanya tentang kesulitan mereka
dalam memahami pelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah yang dapat diidentifikasi, maka peneliti membatasi
masalah yang akan menjadi sasaran penelitian yaitu :
1. Pengertian belajar yaitu suatu kegiatan (proses) yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran
kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament (TGT).
3. Prestasi belajar pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa yang
dicapai melalui proses belajar mengajar berupa nilai test dan keaktifan siswa,
khususnya pada mata pelajaran akuntansi dengan kompentensi dasar laporan
keuangan perusahaan jasa.
19
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, peneliti dapat menarik suatu
rumusan masalah yaitu ”Apakah penerapan pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran akuntansi pada kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran
2009/2010 ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
efektif atau tidak dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
akuntansi pada kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
peningkatan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran inovatif
dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
peneltian berikutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) atau
model pembelajaran lain dengan baik sebagai variasi dari model pembelajaran
yang biasa digunakan.
b. Bagi siswa
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
siswa dalam mempelajari akuntansi serta lebih aktif dalam mengikuti proses
20
pembelajaran di sekolah, sehingga dapat meningkatkan pemahaman serta
meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini memberikan sumbangan yang besar bagi sekolah tempat
penelitian berlangsung maupun sekolah lain untuk meningkatkan kualitas
sekolah dengan adanya inovasi dalam penyampaian materi pelajaran yang
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan
merupakan
keseluruhan
proses
dimana
seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya. Berdasarkan hal
tesebut pendidikan adalah komponen yang penting dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia, karena dengan pendidikan manusia memperoleh suatu
bekal berupa pengetahuan dan nilai-nilai untuk bertahan hidup.
Pentingnya pendidikan bagi kehidupan masyarakat menjadikan
pendidikan sebagai suatu hal yang wajib untuk diselenggarakan dalam suatu
negara. Setiap negara akan menyatakan tujuan pendidikan sesuai dengan nilainilai kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk kemajuan bangsa. Hal ini
sesuai dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Pendidikan menurut Wiji Suwarno (2006: 22) mengandung pembinaan
kepribadian, pengembangan kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan,
peningkatan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana
peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.
Ngalim Purwanto (2000: 10) menyebutkan bahwa pendidikan ialah
segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
22
Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang
dilakukan seseorang (pendidik) dalam mentransformasikan pengetahuan serta
nilai-nilai kepada anak didik untuk mencapai suatu tujuan hidupnya melaui
suatu proses pembelajaran. Pendidikan juga sebagai usaha sadar yang
dilakukan oleh suatu bangsa dalam memberikan peningkatan kualitas sumber
daya manusia, sehingga pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang
diselenggarakan secara formal.
b. Komponen Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu rangkaian proses transformasi pengetahuan
dan nilai-nilai tentunya tidak terlepas dari beberapa komponen yang sangat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan. Komponen pendidikan
adalah hal yang berkaitan dengan jalannya proses pendidikan. Komponenkomponen dalam pendidikan merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga
tiap komponen tidak dapat berjalan sendiri tanpa komponen lainnya.
Pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila tiap komponen dalam pendidikan
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Terdapat beberapa komponen/unsur-unsur pendidikan menurut Tirtahardja,
dkk (2005: 51):
Subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing
(pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif), ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan),
pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), cara
yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), dan tempat dimana
peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Peserta
didik
merupakan
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah manusia yang belum
dewasa yang memerlukan bimbingan dan pengarahan untuk mengembangkan
potensi mereka agar mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya
adalah makhluk yang dapat dididik, karena mereka mempunyai bakat dan
disposisi-disposisi yang memungkinkan untuk diberi pendidikan.
23
Pendidik merupakan orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi, dengan kata lain
pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik
kea rah kedewasaan. Wiji Suwarno (2006: 37) mengemukakan bahwa secara
akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan, yakni anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas.
Seorang pendidik harus mempunyai keahlian untuk memberikan
bimbingan dan mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya dengan benar. Hubungan timbal balik yang dialami oleh peserta didik
dan pendidik adalah interaksi edukatif.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan
pendidikan. Menurut Wiji Suwarno (2006: 33-34) tujuan pendidikan dibagi
menjadi tujuan nasional, institusional, kurikuler, dan instruksional.
Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu
bangsa, tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh
suatu lembaga pendidikan, tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang
ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu, dan tujuan instruksional adalah
tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh pokok atau sub-pokok bahasan
tertentu.
Materi pendidikan merupakan suatu bahasan tertentu yang digunakan
oleh pendidik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Materi pendidikan harus berisi tentang segala sesuatu yang berguna untuk
peserta didik dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Alat pendidikan adalah
hal yang tidak hanya membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya
pekerjaan mendidik, tetapi juga sebagai perbuatan atau situasi yang membantu
pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang
melingkupi terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
24
2.
Hakekat Belajar Mengajar
Salah satu kegiatan yang paling utama dalam pendidikan adalah interaksi
edukatif atau proses belajar mengajar. Pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila
proses belajar mengajar yang terjadi pada peserta didik dan pendidik berjalan
dengan baik. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik,
sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam
membimbing peserta didik menuju arah kedewasaan.
a.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang penting dalam dunia pendidikan,
yang berarti berhasil tidaknya pendidikan sangat bergantung pada proses
pembelajaran. Belajar merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Kegiatan belajar menitikberatkan
pada peserta didik sebagai pelaku kegiatan tersebut.
Para ahli mendefinisikan pengertian belajar menurut sudut pandang
masing-masing. Muhibbin Syah (2004: 90) berpendapat bahwa belajar adalah
salah satu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Menurut Gino (1996: 31), belajar diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati,
memahami sesuatau yang dipelajari.
Secara sederhana didefinisikan bahwa ”Belajar ialah aktivitas yang
dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa
yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan
sekitar meskipun perubahan yang terjadi relatif permanen pada aspek
psikologis” (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 2).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian belajar, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan
perilaku aktif peserta didik untuk menuju perubahan berupa pemahaman materi
yang hasilnya diwujudkan dalam prestasi belajar.
25
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Setiap kegiatan tentunya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
suatu kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak.
Begitu pula dengan proses belajar, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya jalannya proses belajar. Faktor-faktor tersebut dapat datang
dari dalam diri peserta didik itu sendiri maupun dari luar diri peserta didik.
Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar antara lain (Soemanto,
2006: 113-121), faktor stimuli belajar, faktor metode belajar dan faktorindividual. Faktor stimuli belajar yang dimaksud adalah segala hal di luar
individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan
belajar. Stimuli mencakup materi, penegasan, serta suasana eksternal yang harus
diterima atau dipelajari oleh peserta didik. Faktor metode belajar adalah metode
mengajar yang dipakai oleh pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada peserta didik. Faktor individual mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap peserta didik. Faktor individual menyangkut kematangan, usia,
perbedaaan jenis kelamin, pengalaman yang diperoleh sebelumnya, kapasitas
mental, kesehatan jasmani maupun rohani, serta motivasi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar antara lain faktor intern (faktor yang berada di dalam diri
siswa), dan faktor ekstern (faktor yang berada di luar diri siswa). Sehingga
apabila faktor-faktor tersebut berdampak positif bagi peserta didik maka tujuan
pembelajaran akan dapat tercapai.
c.
Mengajar
Kegiatan belajar dan mengajar merupakan suatu kesatuan yang utuh
dalam pendidikan. Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Mengajar berarti memberikan transformasi
pengetahuan dan nilai oleh pendidik kepada peserta didik.
Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil dalam Sugiyanto (2008: 7)
adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara
26
berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar
bagaimana belajar. Mengajar tentunya mempunyai batasan-batasan tertentu
yang memudahkan pendidik menciptakan kondisi belajar. Menurut Hasibuan
dalam Gino (1996: 31) memberikan batasan mengajar, adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan
terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan,
materi yang diajarkan, guru dan siswa, jenis kegiatan, serta sarana dan
prasarana belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
mengajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam
membuat peserta didik belajar. Usaha-usaha tersebut direncanakan sedemikian
rupa oleh pendidik sehingga peserta didik dapat dengan mudah menerima
materi yang disamapaikan oleh pendidik.
3.
a.
Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran tidak hanya merupakan suatu proses peserta didik
menerima pengetahuan yang diberikan oleh pendidik, akan tetapi juga
merupakan suatu proses pendidik belajar dalam menyampaikan materi agar
dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Pada pembelajaran terdapat
dua komponen pendidikan yang saling berinteraksi untuk belajar. Peserta
didik belajar menerima materi yang disampaikan oleh pendidik, sedangkan
pendidik belajar menyampaikan materi dengan baik agar mudah diterima oleh
peserta didik. Sehingga pendidik mempunyai dua peran yaitu sebagai orang
yang mendidik peserta didik dan sebagai orang yang belajar dalam
menyampaikan materi (pebelajar/peserta didik).
Pengertian pembelajaran menurut Gino (1996: 33) adalah suatu usaha
sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan
didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama
dan karena adanya usaha.
27
Bruner dalam Asri Budiningsih (2005: 17) mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah prespektif. Prespektif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Teori
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variabel-variabel
yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Pembelajaran
pada
hakekatnya
adalah
kegiatan
guru
dalam
membelajarkan siswa, yang berarti proses pembelajaran adalah membuat atau
menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat
diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu
perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi,
diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan.
b.
Efektivitas Pembelajaran
Kriteria utama suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil
adalah dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses
untuk mencapai tujuan tersebut harus memperhatikan beberapa faktor, salah
satunya adalah efektivitas dalam pembelajaran.
Efektif berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan
dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat (Nana Sudjana, 1995: 59).
Sedangkan menurut Hartutik (2006: 8), ”Efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
adanya partisipasi aktif dari anggota”.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran
setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas
dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi
dan metode affordable, guru profesional. Keefektifan program pembelajaran
tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar, melainkan ditinjau dari
segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil
belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi
pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama,
28
partisipasi aktif, tingkat kesulitan padapenggunaan media, waktu serta teknik
pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi
tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang
diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas,
laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Kriteria keefektifan mengacu pada (Nurgana, 1985: 63):
1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai=65 dalam
peningkatan prestasi belajar.
2) Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang
signifikan).
3) Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi
untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang efektivitas pembelajaran
dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu
usaha atau strategi yang melibatkan seluruh komponen pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya secara tepat.
Pembelajaran dapat dikatan efektif apabila ketuntasan belajar peserta didik
dapat mencapai 75% dari jumlah peserta didik yang memperoleh nilai sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
3.
Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament (TGT)
a.
Pengertian dan Jenis Model Pembelajaran
Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dalam pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal (diri peserta didik itu sendiri) dan
faktor eksternal (pendidik, lingkungan sekolah, kurikulum, dll). Salah satu
faktor utama yang mempengaruhi adalah penyampaian materi oleh pendidik.
Pendidik dituntut untuk mengajarkan materi sehingga dapat dengan mudah
29
dipahami oleh peserta didik. Penyampaian materi agar dapat dipahami dengan
mudah oleh peserta didik adalah dengan menentukan model, pendekatan,
strategi, metode, teknik, serta taktik yang sesuai dengan materi yang
disampaikan, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Dalam dunia pendidikan perlu dibedakan antara pengertian pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran,
taktik pembelajaran serta model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Kemp dalam
Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan
metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya, 2008). Sehingga
dapat diartikan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk
menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung (Iskandarwassid,
2008: 68). Sehingga teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Taktik pembelajaran merupakan gaya seorang pendidik dalam menggunakan
metode pembelajaran atau teknik tertentu yang bersifat individual. Salah satu
komponen yang mempunyai peran dalam pendidikan adalah model pembelajaran
yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.
Penggunaan dan pemilihan model pembelajaran yang digunakan akan
mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu pendidikan. Model pembelajaran yang
sesuai akan membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal.
30
Pengertian model pembelajaran menurut Winantaputra dalam Sugiyanto
(2008: 7) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran dalam pendidikan memiliki beberapa jenis antara
lain (Sugiyanto, 2008: 9-15):
1) Model pembelajaran kontekstual
Merupakan model pembelajaran yang mendorong guru untuk dihubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
2) Model pembelajaran kooperatif
Merupakan suatu model pembelajaran yang menciptakan interaksi asah,
asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Siswa tidak hanya
belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa.
3) Model pembelajaran quantum
Model pembelajaran yang merupakan gabungan dari berbagai teori atau
pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik.
4) Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam
satu tema.
5) Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
Model pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada apa yang dikerjakan
siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang terhadap proses pembelajaran
yang melatari metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu
rancangan/rencana pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan
pembelajaran ialah suatu cara untuk
strategi
pembelajaran.
mengimplementasikan
Teknik
metode secara
spesifik, taktik pembelajaran merupakan gaya personal pendidik dalam
menggunakan metode atau teknik dalam pembelajaran, sedangkan model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menjadi suatu bingkai/bungkus
dari penerapan pendekatan, metode maupun teknik pembelajaran. model
pembelajaran dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain model pembelajaran
31
kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum,
model pembelajaran terpadu serta model pembelajaran berbasis masalah.
b.
Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang berarti
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu pembelajaran yang mengutamakan kerja sama tim dalam manerima
materi pelajaran. Slavin (2009: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Pebelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2008:15).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan
membentuk kelompok kecil yang saling bekerjasama untuk menyelesaikan
suatu masalah (tugas) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pembelajaran kooperatif menurut beberapa ahli memiliki suatu
karakteristik/ ciri-ciri antara lain :
1)
Bennet dalam Isjoni (2009: 41) menyatakan ada lima unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif :
a) Positive interdependence, hubungan timbal balik yang didasari
adanya kepentingan yang sama diantara anggota kelompok.
b) Interaction face to face, interaksi yang langsung terjadi antar siswa
tanpa adanya perantara.
c) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
d) Membutuhkan keluwesan.
e) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok).
2)
Menurut Anita Lie (2010: 31) unsur-unsur pembelajaran kooperatif
antara lain:
a) Saling ketergantungan positif antara guru dengan peserta didik.
b) Interaksi tatap muka.
32
c)
d)
Akuntabilitas individual.
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik/ ciri-
ciri dalam pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan positif antar peserta
didik, interaksi tatap muka (interaksi edukatif), tanggung jawab pribadi terhadap
kelompok serta keterampilan dalam berkomunikasi dalam kelompok. Sehingga
pembelajaran kooperatif menekankan pada pencapaian prestasi oleh suatu
kelompok.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode antara lain
sebagai berikut (Slavin, 2009:11-25):
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Student Team Achievement Division (STAD)
Teams Games Tournament (TGT)
Jigsaw II
Team Accelerated Instruction (TAI)
Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)
Group Investigation
Learning Together
Complex Instruction
Strukture Dyadic Methods
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode dalam pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran
yang menekankan pada peran kelompok dalam memecahkan masalah suatu
materi pelajaran. Sehingga dalam suatu kelompok peserta didik bekerjasama
serta bertukar pendapat mengenai materi yang dipelajari untuk mencapai
kompentensi yang diharapkan dalam mata pelajaran tertentu.
c.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku kata atau ras yang berbeda.
Dalam pembelajaran ini guru menyajikan materi yang akan disampaikan
dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok.
33
Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,
dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan
wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama.
Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi
kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap
peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai
yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta
dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok
diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu
kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor
kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat
dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin (2009: 166-167) pembelajaran kooperatif tipe TGT
terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation),
belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
dan perhargaan kelompok (team recognition).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1)
Siswa Bekerja Dalam Kelompok-kelompok Kecil
Siswa
ditempatkan
dalam
kelompok-kelompok
belajar
yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota
kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu
34
antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan
kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif
sangat menyenangkan.
2)
Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil
dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing
ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5
sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari
kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta
homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan.
Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk
bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal
dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan
dengan aturan sebagai berikut. Langkah pertama adalah setiap pemain
dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama
dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil
kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.
Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang
diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh
pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam
soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban
dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau
penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal
habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar
setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca
soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali35
kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan
yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca
soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau
memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai
terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang
diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel
yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada
kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel
yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok
asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua
kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada
tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan
yang diterima oleh kelompoknya.
3)
Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor
kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh
masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang
didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh
oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang
diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
36
Tabel 1. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Tidak
ada
yang
seri
Seri nilai
tertinggi
Seri
nilai
tengah
Seri
nilai
rendah
Seri nilai
tertinggi
3 macam
Seri nilai
terendah
3 macam
Seri 4
macam
Seri nilai
tertinggi
&
terendah
Peraih
skor
tertinggi
60
50
60
60
50
60
40
50
Peraih
skor
tengah
atas
40
50
40
40
50
30
40
50
Peraih
skor
tengah
bawah
30
30
40
30
50
30
40
30
Peraih
skor
bawah
20
20
20
20
20
30
40
30
Pemain
( Sumber : Slavin, 2009: 175)
Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain
Tidak ada yang
seri
Seri nilai
tertinggi
Seri nilai
terendah
Seri 3
macam
60
50
60
40
40
50
30
40
20
20
30
40
Peraih skor
tertinggi
Peraih skor
tengah
Peraih skor
rendah
( Sumber : Slavin, 2009: 175)
Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan Untuk Dua Pemain
Pemain
Tidak seri
Seri
Peraih skor tertinggi
60
40
Peraih skor tengah
20
40
( Sumber : Slavin, 2009: 175)
37
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada
beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu :
1)
Mengajar (teach)
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan,
tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan
motivasi.
2)
Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang
dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang
berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran,
kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi
diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan
jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam
menjawab.
3)
Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing
kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk
mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi,
dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan
materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
4)
Penghargaan
kelompok
(team
recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak
dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim
yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.
Tabel 4. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
40
Tim baik
45
Tim sangat baik
50
Tim super
38
(Sumber: Slavin, 2009: 175)
4.
a.
Prestasi Belajar Ekonomi/Akuntansi
Pengertian Prestasi
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang
dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung.
Saifuddin Azwar (2002: 13) menyatakan ”Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai oleh siswa dalam belajar.” Sama halnya dengan Nana Syaodih
Sumadinata (2004: 102) menyatakan bahwa ”Prestasi belajar dapat disebut
juga sebagai hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat
dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan
berpikir maupun ketrampilan motorik.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil
dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi
belajar siswa.
b.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar peserta didik berfungsi sebagai tolak ukur berhasil atau
tidaknya proses belajar mengajar. Prestasi yang diperoleh peserta didik
merupakan suatu indikator apakah peserta didik tersebut dapat menerima dan
memahami pelajaran yang telah disampaikan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran.
39
Menurut Abu Ahmadi (1991: 64-67) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dapat digolongkan menjadi:
1)
Faktor internal, antara lain :
Faktor jasmaniah (fisiologis); misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh, dan sebagainya.
b)
Faktor psikologis, terdiri dari :
(1) faktor intelektif yang meliputi:
(a) faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
(b) faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
(2) faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi dan emosi.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis
2) Faktor eksternal, ialah :
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
(1) linkungan keluarga
(2) lingkungan sekolah
(3) lingkungan masyarakat
(4) lingkungan kelompok
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
a)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor internal (berasal dari
dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa).
c.
Prestasi Belajar Akuntansi
Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu unsur dari mata
pelajaran ekonomi. Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) mata pelajaran
akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran inti pada jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran akuntansi disampaikan pada tingkat
SMA
khususnya
jurusan IPS karena
memiliki tujuan memberikan
pengetahuan secara sederhana mengenai bagaimana cara mencatat kegiatan
yang berhubungan dengan keuangan suatu perusahaan.
Akuntansi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memepelajari
tentang proses pencatatan keuangan pada sutu perusahaan dalam memberikan
informasi yang berguna bagi penggunanya. Menurut Soemarso S.R. (2004: 7),
“Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang berhubungan dengan
40
penyusunan laporan keuangan secara berkala untuk suatu unit ekonomi secara
keseluruhan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.”
Peserta didik mendapatkan mata pelajaran akuntansi pada jenjang
SMA kelas XI jurusan IPS. Salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam
mata pelajaran akuntansi kelas XI adalah pembuatan laporan keuangan
perusahaan jasa. Dalam kompetensi membuat laporan keuangan perusahaan
terdapat beberapa indikator yang harus dicapai oleh peserta didik, antara lain :
1) Mampu mendiskripsikan pengertian, kegunaan serta jenis-jenis laporan
keuangan.
2) Mampu menyusun laporan laba rugi.
3) Mampu menyusun laporan perubahan modal
4) Mampu menyusun laporan neraca.
Berdasarkan indikator tersebut peserta didik dapat dikatakan tuntas
dalam kompetensi menyusun laporan keuangan perusahaan jasa apabila
mampu memenuhi indikator tersebut. Sehingga prestasi belajar akuntansi pada
kompetensi tersebut diukur dari tingkat prestasi yang dicapai peserta didik
dalam mengerjakan test maupun tugas, serta tingkat keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran menjadi salah satu penilaian keaktifan pada mata
pelajaran akuntansi. Kriteria ketuntasan belajar minimal peserta didik yang
telah ditetapkan dalam mata pelajaran akuntansi adalah 65, maka peserta didik
yang mendapat nilai 65 ke atas pada mata pelajaran tersebut dapat dikatakan
telah tuntas dalam menempuh kompetensi menyusun laporan keuangan
perusahaan jasa.
B.
Penelitian Yang Relevan
Metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Adapun penelitian yang
relevan adalah:
1.
Nina
Nuroniah
(2008),
Implementansi
Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Komputer Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran Dan Prestasi Belajar Siswa SMA
41
Islam I Surakarta Pada Materi Struktur Atom Dan Sistem Periodik. Dari
penelitian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
implementasi
model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran serta meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
pokok struktur atom dan sistem periodik.
2.
Ari Wulandari (2008), Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa (Studi Pada
Siswa Kelas VIIIF Semester Ganjil SMPN 10 Bandar Lampung TP
2008/2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPS Ekonomi Siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 10 Bandar Lampung.
Persamaan antara hasil penelitian yang relevan dan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah upaya peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu dapat dilihat bahwa penggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan penggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran akuntansi pada
kompetensi dasar menyusun laporan keuangan perusahaan jasa. Perbedaan
penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak
pada subjek penelitian yang berbeda dan pada materi pelajaran yang berbeda pula.
C.
Kerangka Berfikir
Dalam menjalankan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen
pembaharuan. Sebagai agen pembaharuan, guru diharapkan selalu melakukan
langkah-langkah inovatif berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukannya. Adanya penggunaan metode yang tepat
oleh guru dalam pembelajaran sangat mendukung program peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan prestasi siswa.
42
Salah satu alternatif peningkatan prestasi pembelajaran yaitu menekankan
pendidikan kecerdasan akademik dengan menggunakan penerapan teori kognitif.
Teori belajar konstruktivis adalah salah satu penerapan teori kognitif. Implikasi
teori belajar konstruktivis dalam pembelajaran adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa atau peserta didik
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.
Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana
siswa saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi
kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa
dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya.
Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok
kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa
melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya,
dan bertanggung jawab kepada anggota kelompoknya dalam meja turnamen.
Sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dapat diketahui
bahwa penggunaan metode Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta meningkatkan prestasi
belajar siswa. Sehingga peneliti mencoba menerapkan penggunaan metode TGT,
sebagai suatu alternatif dari penggunaan metode ceramah bervariasi di SMA
Negeri 2 Surakarta pada mata pelajaran akuntansi.
Pemilihan metode TGT pada SMA Negeri 2 Surakarta disebabkan oleh
kondisi yang terjadi pada kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta adalah kelas
bersifat pasif dalam menerima materi, partisipasi kurang yang mengakibatkan
prestasi belajar kurang. Berdasarkan kondisi awal tersebut peneliti mencoba
menerapkan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang terdiri
dari beberapa langkah yaitu : mengajar dan memberikan motivasi, team study
43
dengan mengerjakan LKS, game tournament tiap anggota kelompok yang
berbeda, serta adanya team recognition.
Penerapan metode tersebut diharapkan dapat memperbaiki kondisi kelas,
sehingga kondisi kelas menjadi aktif, partisipasi meningkat sehingga prestasi
belajar meningkat, dengan demikian kompetensi dasar yang diharapkan dapat
tercapai.
Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Kerangka Pemikiran Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Kondisi awal:
- pasif dalam menerima materi
- partisipasi siswa kurang
- prestasi belajar kurang
Penerapan metode Teams Games Tournament (TGT)
Mengajar &
memberikan
motivasi
Team study
dengan
mengerjakan LKS
Game tournament tiap
anggota dari kelompok
yang berbeda
Team
recognition
- aktif dalam menerima materi
- partisipasi meningkat
- prestasi siswa meningkat
Kompetensi yang diharapkan
tercapai
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
D.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat ditarik suatu hipotesis (anggapan/dugaan sementara)
bahwa, ”Pembelajaran koperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) efektif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XI
IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta.”
44
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 2 Surakarta yang beralamat di Jln. Monginsidi No. 40 Surakarta
57134, khususnya kelas XI IPS 4. alasan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:
1. Siswa pada kelas XI IPS 4 memiliki suatu masalah, yaitu pasif dalam
menerima pelajaran sehingga menyebabkan prestasi belajar yang kurang
maksimal.
2. Pada khususnya kelas XI IPS 4 belum pernah diadakan suatu penelitian
tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif, sehingga dapat terhindar
dari adanya penelitian yang berulang.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam perencanaan penelitian sampai dengan
pelaporan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Tahun 2010
Keterangan
Des
1
2
Pengajuan judul dan mini
proposal
Penyusunan proposal
3
Ijin penelitian
4
Perencanaan Tindakan
5
Implementansi Tindakan Siklus I
dan Siklus II
Penyusunan laporan penelitian
6
45
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
B. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri
2 Surakarta kelas XI IPS 4, yang terdiri dari 38 siswa dengan komposisi 19 siswa
laki-laki dan 19 siswa perempuan.
C. Metode Penelitian
Penelitian untuk mengetahui keefektivan penggunaan metode TGT dalam
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran akuntansi
yaitu dengan
menggunakan classroom action research (penelitian tindakan kelas/PTK).
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang menerapkan suatu model
pembelajaran dalam kelas untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.
Menurut Hopkins dalam Manur Muslich (2009: 8), PTK adalah suatu
bentuk kajian yang dilakukan oleh plaku tindakan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan
memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3) PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik
dalam memperbaiki atau meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan
menggunakan suatu model maupun metode pembelajaran yang sesuai dalam
menyampaikan suatu materi pelajaran tertentu.
Penelitian ini mempunyai beberapa karakteristik tertentu yang dapat
membedakan dengan penelitian yang lain Nurul Zuriah (2006: 72), yaitu:
1. Bersifat situasional kontekstual yang
terkait dengan mendiagnosis dan
memecahkan masalah dalam konteks
tertentu.
2. Menggunakan
pendekatan
kolaboratif.
46
3. Bersifat partisipatori, yakni masingmasing anggota tim ikut mengambil
bagian
dalam
pelaksanaan
penelitiannya.
4. Bersifat self evaluative.
5. Prosedur penelitian bersifat on the
spot yang didesain untuk menangani
masalah konkret yang ada di tempat
itu juga.
6. Temuannya diterapkan segera dan
perspektif jangka panjang.
7. Memiliki sifat keluwesan dan
adaptif.
Penelitian tindakan kelas mempunyai suatu ciri/ karakteristik tertentu yaitu
dilaksanakan pada suatu situasi tertentu, dilakukan secara kolaboratif, menekankan
partisipasi semua anggota dalam pelaksanaan penelitian serta prosedur penelitian yang
fleksibel. Siklus PTK meliputi beberapa tahapan penting, antara lain:
1. Perencanaan tindakan
Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah identifikasi masalah yang
terjadi dalam kelas. Identifikasi dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan PTK.
Peneliti harus menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen
pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan semua hal yang telah disebutkan
pada tahap perencanaan.
3. Pengamatan
Pengamatan berkaitan erat dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan
dalam penelitian dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan terjadi. Semua
informasi yang terjadi pada pelaksanaan tindakan harus dicatat dengan akurat,
karena informasi tersebut merupakan sumber data sebagai perbaikan untuk
siklus berikutnya.
4. Refleksi/evaluasi
47
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan. Jika dalam penelitian terjadi beberapa siklus maka dalam
refleksi akhir merupakan evaluasi akhir dalam penelitian. Siklus PTK dapat
digambarkan sebagai berikut:
Siklus PTK
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
(Sumber : Suharsimi Arikunto, 2008: 16)
Gambar 2. Siklus PTK
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian PTK ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk merekam seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Serta memonitor segala efek dari
48
suatu action secara reflektif. Peneliti melakukan observasi terhadap seluruh
kegiatan yang mencakup keaktifan siswa selama apresepsi, keaktifan siswa
selama mengikuti pelajaran, peran siswa dalam tugas kelompok serta prestasi
belajar siswa yang diukur dari nilai yang diperoleh siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT).
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali
informasi guna memperoleh data terkait dengan aspek-aspek pembelajaran,
penentuan tindakan dan respon yang diberikan sebagai akibat dari tindakan
yang dilakukan. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran akuntansi
serta siswa siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi berupa
gambar pada proses belajar mengajar.
4. Teknik Evaluasi/ Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran akuntansi. Tes ini berupa post-test, post-test dilakukan
setelah metode TGT diterapkan. Post-test digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa setelah penerapan metode TGT.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur merupakan suatu langkah-langkah dalam melakukan suatu
kegiatan/penelitian. Beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:
1.
Tahap identifikasi masalah
Tahap ini terdiri dari kegiatan:
a.
Menemukan permasalahan yang ada selama proses pembelajaran
berlangsung
b. Menganalisis permasalahan yang telah teridentifikasil berdasarkan teori
yang relevan
49
c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama
d. Menyusun alat evaluasi dan lembar pengamatan
2.
Tahap penyusunan rencana tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Penyusunan jadwal penelitian tindakan kelas
b. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Penyusunan soal tes sebagai bentuk evaluasi
Pada perencanaan tindakan, penelitian akan dilakukan dalam dua
siklus di mana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi
tindakan, dan refleksi terhadap tindakan.
3.
Tahap implementasi tindakan
Dalam tahap ini peneliti melakukan hipotesis tindakan, yaitu untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Tahap ini dilakukan untuk
menguji kebenaran melalui tindakan yang telah direncanakan.
4.
Tahap pengamatan
Tahap ini peneliti mengadakan pengamatan dari implementasi tindakan
yang berlangsung (proses belajar-mengajar). Peneliti merekam semua informasi
yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang terjadi.
5.
Tahap penyusunan laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang
telah dilakukan selama penelitian berlangsung.
F. Proses Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menentukan indikator yang
ingin dicapai yaitu efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran akuntansi di SMA Negeri 2 Surakarta. Kegiatan penelitian berlangsung
dengan dua siklus dengan tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
50
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas meliputi:
a. Menyiapakan RPP (Ranacangan Pelaksanaan Pembelajaran) menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Menetapkan indikator ketercapaian.
Tabel 6. Indikator Ketercapaian
Aspek yang diukur
Prosentase
Keaktifan siswa selama
apresepsi
60%
Keatifan siswa selama
mengikuti pelajaran
70%
Peran siswa dalam
tugas kelompok
70%
Ketuntasan belajar
(KKM 65)
75%
Cara mengukur
Diamati saat guru memberikan
apresepsi di awal pembelajaran
Pengamatan dengan menggunakan
lembar observasi
Pengamatan dengan menggunakan
lembar observasi oleh peneliti,
dihitung dari jumlah siswa yang
aktif dalam kelompok
Dihitung berdasarkan nilai siswa
yang mendapatkan nilai 65 keatas.
c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan TGT.
d. Menyusun catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan penemuan
hasil refleksi.
e. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran (post-test).
2. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan ke dalam dua siklus.
a. Rancangan Siklus I
1) Pendahuluan
a) Apersepsi
b) Motivasi
c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai
51
d) Membentuk kelompok secara heterogen
Pembentukan kelompok sesuai dengan tingkat perolehan hasil belajar
sebelumnya.
2) Kegiatan inti
a) Memberikan penjelasan tentang metode TGT dalam proses pembelajaran.
b) Mempresentasikan informasi tentang materi yang akan dibahas.
c) Membagikan permasalahan yang akan didiskusikan secara kelompok.
d) Siswa bekerja secara kelompok, sesuai dengan kelompok yang telah
dibentuk. Guru membimbing selama kegiatan berlangsung.
e) Mengadakan game tournament untuk masing-masing anggota dalam
kelompok untuk ditandingkan dengan angota kelompok lain yang
memiliki kriteria yang sama (tingkat prestasi yang sama). Dalam hal
ini, guru berperan sebagai fasilitator.
3) Guru melakukan evaluasi hasil kerja dan memastikan bahwa seluruh
kelompok telah memahami materi yang dibahas.
4) Penutup
a) Memberikan kesimpulan atas materi yang disampaikan.
b) Guru memberikan kuis individu.
b. Rancangan Siklus II
1) Pendahuluan
a) Apersepsi
b) Motivasi
c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai
d) Membentuk kelompok secara heterogen
Kelompok dibentuk berdasarkan nilai yang diperoleh sebelumnya.
2) Kegiatan inti
a) Mempresentasikan informasi tentang materi yang akan dibahas.
b) Membagikan permasalahan yang akan didiskusikan secara kelompok.
c) Siswa bekerja secara kelompok, sesuai dengan kelompok yang telah
dibentuk. Guru membimbing selama kegiatan berlangsung.
52
d) Mengadakan game tournament untuk masing-masing anggota dalam
kelompok untuk ditandingkan dengan angota kelompok lain yang
memiliki kriteria yang sama (tingkat prestasi yang sama). Dalam hal
ini, guru berperan sebagai fasilitator.
e) Guru melakukan evaluasi hasil kerja dan memastikan bahwa seluruh
kelompok telah memahami materi yang dibahas.
3) Penutup
a) Guru memberikan rangkuman atas apa yang telah didiskusikan dalam
pertemuan tersebut.
b) Pemberian post-test.
c) Pemberian reward kepada kelompok.
3. Observasi tindakan
Proses ini dilakukan dengan mengamati aktivitas pembelajaran kooperatif
tipe TGT pada pembelajaran akuntansi yang telah direncanakan. Peneliti mencari
kelebihan
serta
kelemahan
penggunaan metode TGT
dalam proses
pembelajaran yang berlangsung.
4. Refleksi tindakan
Hasil kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan selama proses
pembelajaran berlangsung tersebut akan digunakan sebagai perbaikan terhadap
siklus tindakan berikutnya yang kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
53
BAB IV
HASIL PENENLITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 2 Surakarta
SMA Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 17 Agustus 1951 yang
berkedudukan di Margoyudan, Banjarsari, Kota Surakarta. Berdasarakan sejarah
berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta terbagi atas tiga periode yaitu:
a. Periode Pra Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
Pada bulan Agustus 1943 (Masa pendudukan Jepang), Mr. Widodo
Sastrodingrat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kasunan memprakarsai
berdirinya Sekolah Menengah Tinggi setingkat AMS (Algement Middle Baare
School). Pada tanggal 3 November 1943 (SK X/II/1943) diresmikan
berdirinya SMT Negeri Sala di Manahan dengan nama Koto Chu Gakko
(Sekarang SMP Negeri 1 Surakarta) dipimpin Mr. Widodo Sastrodiningrat dan
Wakil Pimpinan S. Djajeng Soegianto, kelas dan jumlah siswa terdiri atas
Kelas IA (Sosial Budaya) 33 siswa, Kelas I B (Pasti Alam) 34 siswa.
Pada tanggal 1 Agustus 1944, Pimpinan sekolah diserahkan kepada S.
Djajeng Soegianto karena Mr. Widodo merangkap sebagai Kepala bagian
Pendidikan Kasunanan. Pada bulan April 1945, Pimpinan sekolah diserahkan
kepada N. Barnawi, karena S. Djajeng Soegianto diangkat sebagai Pimpinan
SMP Puteri di Pasar Legi Sala.
Pada bulan Agustus 1945, setelah perang dunia ke-2 dan Indonesia
merdeka,
SMT
Negeri Sala
diserahkan
kepada Kantor Pendidikan
Mangkunegaran dibawah Kantor Barayawiyata. Pada bulan November 1945,
SMT Negeri Sala ditutup, karena sebagian besar pelajar berjuang di garis
depan. Gedung sekolah dipakai untuk asrama BPI (Barisan Polisi Istimewa)
yang anggotanya terdiri dari pelajar-pelajar SMT sendiri. Sedangkan para
Guru dan Tenaga Tata Usaha dipekerjakan di Kantor Barayawiyata untuk
menterjemahkan Ensiklopedia (16 vol) sesuai bidangnya masing-masing dan
tenaga tata usaha membantu Kepala Barayawiyata.
54
Pada bulan Maret 1946, SMT dibuka kembali dibawah Pimpinan
Roespandji Atmo Wirogo. Pada bulan Juni 1946, diselenggarakan Ujian
Penghabisan SMT yang pertama, selaku Ketua Roespandji Atmo Wirogo,
penulis Soepono dan Santoso.
Pada bulan April 1947, Roespandji Atmo Wirogo diangkat sebagai
Pejabat Residen Surakarta, pimpinan sekolah diserahkan kepada R.
Soepandam. Pada bulan Juni 1947, diselenggarakan Ujian Penghabisan yang
ke-2, selaku Ketua R. Soepandam, Penulis R. Parjatmo. Pelaksanaan Ujian
Penghabisan terbagi atas tiga jurusan, yaitu : Jurusan A (Sastra Budaya,
Jurusan B (Pasti Alam) dan Jurusan C (Ekonomi). Pada Tanggal 21 Juli 1947,
Clash I (Perang mempertahankan kemerdekaan RI ) para pelajar berjuang,
gedung sekolah dijadikan Markas Angkatan Laut pimpinan Achmad Yadau.
Sebagian besar pelajar putri yang tidak berjuang diberi materi pelajaran
sekolah bertempat di pendopo rumah R. Parjatmo di Punggawan 10 Sala. Pada
bulan September 1947, sekolah dibuka masuk siang (13.30 – 17.30), memakai
gedung SMP Negeri II (gedung depan Pura Mangkunegaran), karena gedung
sekolah di manahan diserahkan kembali kepada Angkatan Laut.
Pada bulan Juni 1948, diselenggarakan Ujian Penghabisan yang ke-3,
selaku Ketua R. Soepandam dan Penulis Tegoeh Gondoatmojo. Pada tanggal
19 Desember 1948 Clash II (Perang mempertahankan kemerdekaan RI), pada
pukul 09.00 ada instruksi dari komandan KMK Achmadi (Eks-pelajar SMT
Manahan Sala) untuk membakar gedung SMT Manahan. Pada tanggal 20
Desember 1948 gedung tersebut dibakar, tetapi hanya sebagian yang terbakar
sehingga kegiatan sekolah terhenti, sebagian besar pelajar dan guru berjuang.
Bulan November 1949, R. Soepandam mendapat perintah dari Menteri
P dan K untuk membuka kembali SMA A/B Sala. R. Parjatmo dan Soemitro
ditugaskan untuk mencari gedung dan guru, sedangkan Ibu Awalin (Seorang
Ibu Guru) ditugaskan untuk menyelenggarakan pendaftaran murid-murid.
Pada tanggal 15 Desember 1949 (SK No. XX/12/1949), pembukaan dengan
resmi SMA Negeri A/B di Margoyudan Sala, terdiri dari SMA Negeri A/B I
membuka dua kelas (bagi murid biasa dan masuk pagi) dan SMA Negeri A/B
55
II membuka dua kelas (Bagi murid bekas pejuang dan masuk siang). Selaku
pimpinan R. Soepandam dan Wakil Pimpinan R. Parjatmo dan Roespandji
Atmowirogo.
Pada bulan November 1950, atas permohonan dan desakan para pelajar
eks-pejuang, maka membuka enam kelas tambahan, pelaksanaan kegiatan
belajar dilakukan pada malam hari. Tambahan kelas khusus untuk para
pejuang diberi nama Enam Tambahan Kelas Baru. Akhirnya enam kelas baru
ini digabungkan dengan SMA Negeri A/B II pada akhir tahun.
b. Periode Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
Pada tanggal 17 Agustus 1951 tepat pada hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-6, SMA Negeri 2 Surakarta berdiri.
Pada saat itu dibuka SMA A/B malam dengan nama SMA Negeri I Bagian
Malam yang terdiri dari enam kelas.
Pada saat itu di Sala telah berdiri tiga SMA Negeri A/B dibawah satu
kepemimpinan, yaitu SMA Negeri I A/B, SMA Negeri II A/B, dan SMA
Negeri Bagian Malam, selakun pimpinan R. Soepandam dan wakil pimpinan
R. Parjatmo dan Roespandji Atmowigoro. Pada periode ini SMA Negeri
Margoyudan mendapat bantuan tenaga pengajar dari Universitas Gadjah
Mada, yaitu : Prawoto, Soenardjo, Baiquni.
c. Periode Pasca Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
Tahun 1952 mulai dirintis belajar menggunakan Laboratorium yang
diawali dengan menyediakan Laboratorium kimia dan fisika. Mulai saat itu
pula kegiatan sekolah berjalan dengan lancar dan tiap akhir tahun pelajaran
bisa meluluskan siswa-siswi dengan hasil yang sangat memuaskan, bahkan
kini sebagian besar alumni telah mengambil peran mengabdikan dirinya
kepada bangsa dan negara sebagai pemimpin, baik di tingkat daerah yang
tersebar di seluruh penjuru tanah air maupun di tingkat pusat.
Pada tanggal 1 Agustus 1956 SMA Negeri I Bagian Malam diubah
namanya menjadi SMA Negeri A/B III sekaligus terjadi perubahan nama
SMA beserta pimpinannya, yaitu SMA I B dipimpin R. Soepandam, SMA
56
Negeri II A dipimpin R. Parjatmo dan SMA Negeri III B dipimpin Roespandji
Atmowirogo. Tanggal 30 Januari 1967 SMA Negeri III hijrah dari
Margoyudan (Jalan Monginsidi 40) ke Jalan Warungmiri 90 sehingga di
Margoyudan tinggal SMA Negeri I dan SMA Negeri II Surakarta sampai
sekarang.
Demikian riwayat singkat SMA Negeri 2 Surakarta yang merupakan
salah satu dari 3 SMA Negeri di Surakarta yang berasal dari satu rumpun,
yaitu SMT Manahan kemudian SMT Margoyudan dan akhirnya menjadi 3
yaitu SMA Negeri 1 Surakarta, SMA Negeri 2 Surakarta, dan SMA Negeri 3
Surakarta.
2. Keadaan Lingkungan Belajar
SMA Negeri 2 Surakarta berada di Jalan Monginsidi No. 40 Margoyudan
Kecamatan Banjarsari dengan luas tanah 6120 m2 berdampinang dengan SMA
Negeri 1 Surakarta, secara terperinci dibatasi oleh :
Sebelah Barat
: SD Kristen Margoyudan
Sebelah Timur
: SMA Negeri 1 Surakarta
Sebelah Selatan
: Jalan Raya Margoyudan
Sebelah Utara
: Perumahan Penduduk dan Rel Kereta Api.
Margoyudan dari dulu terkenal dengan lingkungan pendidikan, karena
terdapat beberapa sekolah, antara lain SMP Warga, SMA Warga, SMA Kristen,
SMA Widya Parama, Universitas Kristen Surakarta, SMIT Tunas Pembangunan,
SMP Negeri 4 dan SLTP Kristen 1, serta ASKI.
Jika dilihat dari kondisi di sekitar SMA Negeri 2 Surakarta merupakan
tempat pelaksanaan belajar mengajar yang cukup mendukung, apalagi keadaan
lingkungan belajar siswa cukup terjamin ketenangan dan keamanannya.
SMA Negeri 2 Surakarta jauh dari kebisingan dan kerawanan yang bisa
mengganggu ketenagan belajar. Hanya saja tata ruangan yang terlalu sesak
berjejal inilah yang menyebabkan suasana belajar menjadi kurang tenang. Untuk
itu pada bulan-bulan akhir tahun 1996 mulai diadakan rehabilitasi. Dengan
57
dilaksanakannya program ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
dan taraf kepercayaan masyarakat pada sekolah ini.
3. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Mampu menjadikan SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, seni,
olah raga dan IMTAQ. Dengan indikator sebagai berikut :
1) Unggul dalam hal kedisiplinan dan ketertiban.
2) Unggul dalam penguasaan perangkat teknologi modern.
3) Unggul dalam perolehan NEM.
4) Unggul dalam persaingan SPMB.
5) Unggul dalam bidang fisika, kimia, biologi dan matematika.
6) Unggul dalam penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman.
7) Unggul dalam kesenian dan olah raga.
b. Misi Sekolah
1) Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,
sehingga mencapai hasil yang optimal
3) Mendorong semangat seluruh waarga sekolah untuk lebih berprestasi
sesuai minat dan bakatnya
4) Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat dikembangkan
secara optimal (meliputi bidang agama, bahasa, seni, budaya, olah raga dan
ilmu pengetahuan) sehingga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan
mampu bersaing masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta favorit
58
5) Mendorong meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dan budi
pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan persaudaraan
yang sejati
6) Mendorong dan memfasilitasi segala bentuk kegiatan untuk meningkatkan
sumber daya warga sekolah, sehingga lebih dapat meningkatkan kualitas
dirinya.
7) Membawa warga sekolah kearah perubahan kehidupan masyarakat.
c. Indikator Ketercapaian Visi dan Misi
1) Meningkatkan penggunaan laboraturium IPA, Laboratorium Bahasa, dan
Laboratorium Komputer.
2) Meningkatnya akademis siswa yang ditandai dengan semakin meningkatnya
perangkat nilai ujian murni siswa dan kenaikan presentasi siswa yang
diterima di PTN dan PTS yang bonafid.
3) Meningkatnya prestasi non akademis siswa, yang ditandai dengan semakin
banyaknya kejuaraan yang diperoleh.
4) Meningkatnya prestasi guru dan karyawan dalam karier profesional dan
karier jabatan.
5) Meningkatnya disiplin siswa dari perhitungan siswa yang tidak tertib dan
disiplin adalah 0,915% tiap bulan.
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi
Pada Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta
59
Kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum penelitian dimulai adalah
dengan cara mengidentifikasi masalah yang timbul dalam pembelajaran
Akuntansi. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan observasi awal pada
kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta. Observasi awal dilakukan untuk
mengetahui masalah-masalah yang timbul selama pembelajaran akuntansi pada
kelas tersebut. Obervasi awal dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010, hasil dari
obervasi awal adalah sebagai berikut :
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Prestasi belajar siswa rendah
Prestasi belajar siswa XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta cenderung
kurang/ rendah, hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam mid
semester genap ditemukan sebesar 65,79 % dari 38 siswa tidak tuntas
dalam mata pelajaran akuntansi (batas tuntas/KKM 65). Berdasarkan
wawancara yang dilakukan terhadap 9 siswa (Dewi Rina, Prima Ulya,
Rozzy Rifa’i, Rezza Risandy, Angka W., Nina Putri, Novena, Dimas
Agree dan Nur Istiqomah) diperoleh hasil bahwa semua siswa merasa
kurang paham terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.
Banyaknya siswa yang tidak tuntas menjadikan hambatan guru dalam
menyampaikan materi selanjutnya (berdasarkan wawancara dengan guru
mata pelajaran akuntansi).
b. Siswa pasif dalam proses belajar mengajar
Berdasarkan hasil observasi masalah yang terjadi pada siswa kelas
XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta adalah kurang aktif atau pasif saat
menerima pelajaran akuntansi yang disampaikan oleh guru. Kepasifan ini
dapat dilihat ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa hanya
menerima materi tersebut tanpa menanyakan kesulitan-kesulitan yang
mereka alami terhadap materi yang disampaikan guru. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru, masalah ini disebabkan karena adanya
60
kelompok-kelompok yang terbentuk dalam kelas sehingga antar anggota
kelompok tidak mempunyai rasa untuk berkompetisi dalam pelajaran,
sehingga siswa acuh saat guru menyampaikan materi. Selain itu
berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan 9 siswa, terdapat 6
siswa (Dewi Rina, Prima Ulya, Rozzy Rifa’i, Rezza Risandy, Angka W.,
dan Nina Putri) merasa jenuh ketika guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah bervariasi. Sedangkan 3 siswa lainnya
(Novena, Dimas Agree dan Nur Istiqomah) menyukai metode yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan metode yang
monoton dalam penyampaian materi membuat siswa kurang antusias
dalam mengikuti pelajaran akuntansi yang mengakibatkan siswa pasif
dalam proses belajar mengajar.
2.
Ditinjau dari Segi Guru
Guru belum
menggunakan metode pembelajaran
yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru selalu
menggunakan metode ceramah bervariasi dalam menyampaikan materi
pelajaran akuntansi, penggunaan metode pembelajaran yang monoton dapat
mengakibatkan kejenuhan siswa yang nantinya akan menurunkan prestasi
belajar siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru diperoleh
hasil bahwa guru belum dapat menggunakan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa dikarenakan guru belum dapat menerapkan
metode pembelajaran yang inovatif didalam kelas.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2
Surakarta pada semester genap dengan kompetensi dasar menyusun laporan
keuangan pada perusahaan jasa yang terdiri dari laporan laba-rugi, laporan
perubahan modal serta laporan neraca. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung
dalam dua siklus penelitian yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap,
61
yaitu (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap
observasi tindakan/pengamatan dan (4) tahap analisis dan refleksi tindakan.
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran akuntansi dengan metode pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Sebelum penelitian dimulai hal yang harus dilakukan pertama kali
adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan
tindakan dilakukan pada hari Senin, 22 Maret 2010 di SMA Negeri 2
Surakarta. Peneliti bersama dengan guru mata pelajaran akuntansi
mendiskusikan tentang rancangan tindakan yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas pada kelas XI IPS 4 SMA Negrei 2 Surakarta.
Disepakati bahwa penelitian berlangsung selama dua siklus, siklus I
dimulai pada hari Sabtu, 27 Maret 2010. Tahap perencanaan pada siklus I
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Penyusunan skenario pembelajaran akuntansi dengan menggunakan
metode Teams Games Tournament (TGT) dengan Kompetensi Dasar
penyusunan laporan keuangan pada perusahaan jasa, pada siklus I
materi yang dipilih adalah menyusun laporan laba/rugi dan laporan
perubahan modal, terdiri dari empat pertemuan, antara lain:
a) Pertemuan pertama
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen
siswa, menjelaskan kompensi dasar yang akan dicapai.
Selanjutnya guru menjelaskan tentang metode TGT yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
(2) Kegiatan inti
62
Kegiatan inti dilakukan dengan membagi siswa ke dalam
sembilan kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
prestasi akademik yang berbeda, kemudian guru menyampaikan
materi laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal dengan
menggunakan metode ceramah bervariasi. Guru memberikan
kesempatan siswa untuk menanyakan serta menganggapi materi
yang telah disampaikan guru.
(3) Kegiatan akhir
Guru menyimpulkan materi pelajaran serta menginformasikan
tentang diskusi yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya.
b) Pertemuan kedua
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen
siswa, serta mereview materi yang telah disampaikan pada
pertemuan yang lalu.
(2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dilakukan dengan meminta siswa bergabung
dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, kemudian
guru memberikan soal latihan sebagai bahan untuk diskusi
kelompok. Guru memastikan bahwa semua anggota kelompok
bekerja sama dengan kelompoknya. Setelah itu guru meminta
salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.
(3) Kegiatan akhir
Guru memberikan informasi tentang pelaksanaan games
tournament pada pertemuan berikutnya.
c) Pertemuan ketiga
63
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka dan mengabsen
siswa.
(2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dilakukan dengan membagi siswa ke dalam 12
meja turnamen yang telah disiapkan. Tiap meja turnamen
terdiri dari 3-4 siswa dari kelompok yang berbeda, sesuai
dengan tingkat prestasinya. Guru memberikan kartu-kartu
bernomor, kartu soal, kartu jawaban dan lembar untuk
menghitung poin ke semua meja turnamen. Siswa melakukan
games dengan menjawab soal yang telah dibagikan. Salah satu
siswa pada meja turnamen bertindak sebagai pembaca soal
dan yang lain sebagai penantang untuk menjawab soal. Guru
meninta siswa mengitung poin yang dikumpulkan oleh tiaptiap siswa ke dalam lembar poin yang telah diberikan. Guru
menggeser pemain (siswa) sesuai dengan poin yang diperoleh.
Guru meminta siswa mengumpulkan lembar poin games yang
diberikan untuk dihitung poin untuk diakumulasikan ke dalam
nilai kelompok.
(3) Kegiatan akhir
Guru memberikan informasi tentang pelaksanaan test dengan
materi laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal yang
diselenggarakan pada pertemuan berikutnya.
d) Pertemuan keempat
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka dan mengabsen
siswa.
(2) Kegiatan inti
64
Guru memberikan soal post test untuk siklus pertama,
berdasarkan materi yang telah disampaikan pada pertemuan
yang lalu.
(3) Kegiatan akhir
Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang
memiliki poin tertinggi.
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal dengan menggunakan
metode Teams Games Tournament (TGT).
3) Penyusunan instrument penelitian yang terdiri dari test dan non test.
Instrument test terdiri dari test individu (post test). Instrument non test
terdiri dari lembar observasi siswa yang digunakan untuk mengamati
keaktifan siswa, serta lembar observasi guru yang digunakan untuk
mengamati guru dalam proses pembelajaran.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 4 pertemuan dengan
durasi waktu 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Penelitian dilakukan pada tanggal 27, 30 Maret, 3, dan 6 April 2010 di
perpustakaan dan ruang kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta. Urutan
pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :
1)
Pertemuan pertama (Sabtu, 27 Maret 2010)
Pada pertemuan pertama guru membuka pelajaran dengan
salam pembuka dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Terdapat 8
siswa tidak masuk antara lain : Angka, Bachtiar, Nabiel, Ryano, Nico,
Nifira, Rani dan Ismail. Setelah mengabsen siswa guru menjelaskan
kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru melanjutkan dengan
menjelaskan tentang metode TGT, beberapa siswa seperti Dimas, Muh.
Rozzy, Elisa, Mayliana dan Fitri menanggapi penjelasan guru tentang
metode TGT.
65
Kegiatan inti dilakukan guru dengan membagi 9 kelompok
yang heterogen kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi
laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal. Guru memberikan
kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang mereka anggap
sulit.
Setelah kegiatan inti selesai guru memberikan
kesimpulan
terhadap materi yang telah disampaikan serta memberikan informasi
tentang diskusi yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
2)
Pertemuan kedua (Selasa, 30 Maret 2010)
Guru mengabsen siswa sebelum memulai pelajaran, semua
siswa hadir dalam mata pelajaran tersebut. Guru mereview materi yang
telah disampaikan sebelumnya, beberapa anak antusias dalam
menanggapi guru dalam mereview materi.
Guru menempatkan siswa pada kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya dan memberikan soal sebagai bahan diskusi, soal terdiri
dari dua tipe yaitu soal A dan soal B. Tiap kelompok hanya
mendapatkan satu soal tipe A atau tipe B. Guru memantau siswa dalam
mengerjakan tugas kelompok dan memastikan tiap anggota kelompok
memberikan peran terhadap tugas tersebut. Guru meminta perwakilan
dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka,
kelompok 5 maju untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Beberapa siswa menanggapi kelompok tersebut.
Guru memberikan informasi tentang pelaksanaan games
tournament.
3)
Pertemuan ketiga (Sabtu, 3 April 2010)
Pada awal kegiatan guru memberikan salam pembuka dan
mengabsen siswa, terdapat dua siswa tidak masuk yaitu Muh. Nauval,
dan Ramadhan Fuad.
Guru membagi siswa ke dalam 12 meja turnament, tiap meja
turnament terdapat 3-4 siswa dengan kemampuan akademik yang sama
66
dari kelompok yang berbeda-beda. Guru menjelaskan tentang cara
memainkan games dan mencatat poin yang diperoleh tiap-tiap siswa.
Guru memberikan tanda untuk memulai games dengan
mengatakan ”mulai” dan memberikan tanda sebagai akhir dari games
dengan mengatakan ”waktu habis”. Kemudian guru meminta siswa
menjumlahkan poin-poin yang didapat tiap siswa dan memberikan
tanda untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi dan terendah dalam
tiap-tiap meja turnamen. Kemudian uru memberikan perintah agar tiap
siswa yang memiliki nilai tertinggi bergeser ke meja turnamen yang
berada didepannya, dan siswa dengan nilai terendah bergeser ke meja
turnamen yang berada di belakangnya. Setelah itu guru memberikan
tanda untuk memulai kembali games. Siswa sangat antusias dalam
melakukan games ini.
Pada akhir pelajaran guru memberikan tanda untuk mengakhiri
games dan meminta siswa untuk mengumpulkan lembar poin yang
telah mereka isi, serta menginformasikan jalannya post test.
4)
Pertemuan keempat (Selasa, 6 April 2010)
Sebelum memulai test guru mengabsen siswa, terdapat dua
siswa tidak masuk, yaitu Nabiel dan Novena.
Guru membagikan soal test kepada setiap siswa. Soal terdiri
dari dua tipe yaitu soal A dan B. Test berlangsung selama 45 menit.
Guru mengamati jalannya test.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan pekerjaan mereka,
kemudian guru memberikan penghargaan kepada kelompok 1 atas poin
tertinggi yang telah diperoleh.
c. Observasi Tindakan Siklus I
Peneliti
melakukan
observasi
tindakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan tindakan. Peneliti bertindak sebagai observator/pengamat,
sedangkan guru berindak sebagai pengajar. Peneliti mengamati proses
pembelajaran akuntansi dengan metode Teams Games Tournament (TGT)
67
di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta. Peneliti menempati bangku
paling belakang dalam kelas tersebut untuk melengkapi lembar observasi
yang telah disiapkan sebelumnya dan sesekali berkeliling untuk
mengamati dengan baik jalannya pembelajaran.
Pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari Sabtu 27 Maret
2010 guru memperkenalkan metode TGT dalam mempelajari kompetensi
dasar laporan keuangan. Setelah itu guru membagi siswa ke dalam
kelompok berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dalam mid semester.
Guru menyampaikan materi laporan laba/rugi dan laporan perubahan
modal dengan cukup jelas. Pertemuan kedua pada hari Selasa 30 Maret
2010 guru memberikan soal sebagai bahan untuk diskusi kelompok. Guru
berkeliling untuk membantu siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan
soal tersebut. Kemudian guru meminta kelompok sebagai perwakilan
untuk mempresentasikan hasil diskusi. Pertemuan ketiga, Sabtu 3 April
2010 diisi dengan pelaksanaan games tournament. Pertemuan keempat
pada hari Selasa 6 April 2010 dilaksanakan post test dan pemberian
penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan terhdapat proses pembelajaran
akuntansi pada kelas XI IPS 4 diperoleh hasil tentang aktivitas siswa
selama mengikuti pelajaran, antara lain:
1) Siswa yang aktif selama apersepsi sebesar 52,63 % siswa sedangkan
47,37% siswa tidak aktif. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa
untuk aktif dalam mengikuti pelajaran akuntansi.
2) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran sebesar 73,68% siswa
dan 26,32% siswa lainnya kurang berkonsentrasi dalam menerima
materi dan penjelasan dari guru.
3) Siswa yang berperan dalam kelompok sebesar 71,05% siswa dan
28,95% siswa lainnya kurang dalam bekerja secara kelompok. Mereka
cenderung acuh dalam menyelesaikan tugas kelompok.
68
4) Prestasi siswa diukur dari hasil post test yang dikerjakan oleh siswa
sebesar 75% siswa mendapat nilai diatas 65. Sedangkan 25% siswa
masih mendapat nilai kurang dari 65.
Hasil dan interpretasi tersebut dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Tingkat Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada
Siklus I
d.
Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus I , peneliti melakukan
analisis sebagai berikut :
1)
Kebaikan-kebaikan guru dalam pelaksanaan siklus I :
a) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan baik.
b) Guru menanggapi pertanyaan siswa dengan baik.
2) Kebaikan-kebaikan siswa dalam pelaksanaan siklus I :
a) Siswa menanggapi dengan antusias metode TGT yang diterapkan
dalam pelajaran akuntansi.
b) Siswa mulai aktif bertanya mengenai materi pelajaran selama
proses pembelajaran.
69
3)
Kekurangan-kekurangan guru dalam pelaksanaan siklus I
:
a) Guru belum terlalu menguasai secara maksimal metode
TGT sehingga guru selalu bertanya kepada peneliti tentang
cara pelaksanaan TGT.
b) Perhatian guru terhadap kelompok belum maksimal,
sehingga terdapat kelompok yang terabaikan oleh guru.
4)
Kekurangan-kekurangan siswa dalam pelaksanaan siklus
I:
a) Siswa cenderung kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran,
hal ini terlihat dalam pemberian apresepsi sebagian siswa bersikap
acuh terhadap penjelasan guru.
b) Beberapa siswa kurang bekerja sama dalam kelompok, beberapa
siswa terhilat mengerjakan tugas kelompok secara individual.
c) Beberapa siswa merasa sungkan untuk bertanya kepada teman
dalam satu kelompoknya.
d) Siswa belum menguasai jalannya games tournament, hal ini
disebabkan karena mereka baru pertama kali melakukan games
tournament.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan hasil observasi
tersebut adalah:
1) Guru
harus
lebih
memahami
tentang
langkah-langkah
pada
pembelajaran dengan metode TGT sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Guru hendaknya memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran. selain itu guru harus lebih memusatkan perhatian
kepada semua kelompok, sehingga semua kelompok dapat memahami
materi maupun tugas yang diberikan oleh guru.
2.
Siklus II
Penerapan pembelajaran akuntansi dengan metode pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut :
70
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 12 April 2010 di
SMA Negeri 2 Surakarta. Peneliti bersama dengan guru mata pelajaran
akuntansi mendiskusikan tentang rancangan tindakan yang akan digunakan
dalam penelitian. Penelitian siklus II berlangsung pada 13, 20, 24 April
dan 1 Mei 2010. Tahap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan
sebagai berikut :
1) Penyusunan skenario pembelajaran akuntansi dengan menggunakan
metode Teams Games Tournament (TGT) dengan materi pelajaran
menyusun laporan neraca, terdiri dari empat pertemuan, antara lain:
a) Pertemuan pertama
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen
siswa dan menjelaskan keterkaitan materi yang akan dibahas
dengan materi sebelumnya.
(2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dilakukan dengan membagi siswa ke dalam
sembilan kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa
dengan prestasi akademik yang berbeda, kemudian guru
menyampaikan materi laporan neraca secara garis besar. Guru
memberikan soal sebagai bahan diskusi siswa.
Guru
memberikan pertanyaan pada beberapa kelompok.
(3) Kegiatan akhir
Guru menyimpulkan materi pelajaran serta menginformasikan
tentang diskusi yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya.
b) Pertemuan kedua
(1) Kegiatan awal
71
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen
siswa, serta mereview materi yang telah disampaikan pada
pertemuan yang lalu.
(2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dilakukan dengan meminta siswa bergabung
dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, kemudian
guru memberikan soal latihan sebagai bahan untuk diskusi
kelompok. Guru memastikan semua anggota kelompok
bekerja sama dengan kelompoknya. Setelah itu guru meminta
beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan
kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi.
(3) Kegiatan akhir
Guru memberikan informasi tentang pelaksanaan games
tournament pada pertemuan berikutnya.
c) Pertemuan ketiga
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka dan mengabsen
siswa.
(2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dilakukan dengan membagi siswa ke dalam 12
meja turnamen yang telah disiapkan. Tiap meja turnamen
terdiri dari 3-4 siswa dari kelompok yang berbeda, sesuai
dengan tingkat prestasinya. Guru memberikan kartu-kartu
bernomor, kartu soal, kartu jawaban dan lembar untuk
menghitung poin ke semua meja turnamen. Siswa melakukan
games dengan menjawab soal yang telah dibagikan. Salah satu
siswa pada meja turnamen bertindak sebagai pembaca soal
dan yang lain sebagai penantang untuk menjawab soal. Guru
meninta siswa mengitung poin yang dikumpulkan oleh tiap72
tiap siswa ke dalam lembar poin yang telah diberikan. Guru
menggeser pemain (siswa) sesuai dengan poin yang diperoleh.
Guru meminta siswa mengumpulkan lembar untuk menghitung
poin untuk diakumulasikan ke dalam nilai kelompok.
(3) Kegiatan akhir
Guru memberikan informasi tentang pelaksanaan test dengan
materi laporan neraca yang diselenggarakan pada pertemuan
berikutnya.
d) Pertemuan keempat
(1) Kegiatan awal
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka dan mengabsen
siswa.
(2) Kegiatan inti
Guru memberikan soal evaluasi berupa post test untuk siklus
kedua, berdasarkan materi yang telah disampaikan pada
pertemuan yang lalu.
(3) Kegiatan akhir
Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang
memiliki poin tertinggi.
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
laporan neraca dengan menggunakan metode Teams Games Tournament
(TGT).
3) Penyusunan instrument penelitian yang terdiri dari test dan non test.
Instrument test terdiri dari test individu berupa post test. Instrument
non test terdiri dari lembar observasi siswa yang digunakan untuk
73
mengamati keaktifan siswa, serta lembar observasi guru yang digunakan
untuk mengamati guru dalam proses pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari 4 pertemuan dengan
durasi waktu 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Penelitian dilakukan pada tanggal 13, 20, 24 April dan 1 Mei 2010 di
perpustakaan dan ruang kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta. Urutan
pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (Selasa, 13 April 2010)
Pada pertemuan pertama guru membuka pelajaran dengan
salam pembuka dilanjutkan dengan mengabsen siswa, semua siswa
hadir. Setelah mengabsen siswa guru menjelaskan keterkaitan materi
sebelumnya dengan materi yang akan dibahas.
Kegiatan inti dilakukan guru dengan membagi 9 kelompok
yang heterogen kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi
laporan neraca secara garis besar. Guru memberikan tugas kelompok
sebagai bahan diskusi. Guru memberikan pertanyaan kepada beberapa
kelompok.
Setelah kegiatan inti selesai guru memberikan informasi
tentang diskusi yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan kedua (Selasa, 20 April 2010)
Guru mengabsen siswa sebelum memulai pelajaran, siswa yang
tidak hadir adalah Rezza Risandy. Guru mereview materi yang telah
disampaikan sebelumnya,
beberapa anak sangat
antusias dalam
menanggapi guru dalam mereview materi.
Guru menempatkan siswa pada kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya dan memberikan soal sebagai bahan diskusi. Guru
memantau siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan memastikan
tiap anggota kelompok memberikan peran terhadap tugas tersebut.
74
Guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan
hasil
diskusi
mereka,
semua
kelompok
berpartisipasi
dalam
pelaksanaan
games
menanggapi hasil diskusi kelompok lain.
Guru
memberikan
informasi
tentang
tournament pada pertemuan selanjutnya.
3) Pertemuan ketiga (Sabtu, 24 April 2010)
Pada awal kegiatan guru memberikan salam pembuka dan
mengabsen siswa, semua siswa hadir.
Guru membagi siswa ke dalam 12 meja turnamen, tiap meja
turnamen terdapat 3-4 siswa dengan kemampuan akademik yang sama
dari kelompok yang berbeda-beda. Guru menjelaskan tentang cara
memainkan games dan mencatat poin yang diperoleh tiap-tiap siswa.
Guru memberikan tanda untuk memulai games dengan
mengatakan ”mulai” dan memberikan tanda sebagai akhir dari games
dengan mengatakan ”waktu habis”. Kemudian guru meminta siswa
menjumlahkan poin-poin yang didapat tiap siswa dan memberikan
tanda untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi dan terendah dalam
tiap-tiap meja turnamen. Kemudian guru memberikan perintah agar
tiap siswa yang memiliki nilai tertinggi bergeser ke meja turnamen
yang berada didepannya, dan siswa dengan nilai terendah bergeser ke
meja turnamen yang berada di belakangnya. Setelah itu guru
memberikan tanda untuk memulai kembali games. Sebagian besar
siswa sangat antusias dalam games tournament.
Pada akhir pelajaran guru memberikan tanda untuk mengakhiri
games dan meminta siswa untuk mengumpulkan lembar poin yang
telah mereka isi, serta menginformasikan jalannya post test.
4) Pertemuan keempat (Sabtu, 1 Mei 2010)
Sebelum memulai test guru mengabsen siswa, terdapat satu
siswa yang tidak masuk yaitu Bachtiar.
75
Guru membagikan soal test kepada setiap siswa. Soal terdiri
dari dua tipe yaitu soal A dan B. Test berlangsung selama 60 menit.
Guru mengamati jalannya test dengan baik.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan pekerjaan mereka,
serta guru memberikan penghargaan kepada kelompok 1 atas poin
tertinggi yang telah diperoleh.
3) Observasi Tindakan Siklus II
Pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari Selasa 13 April
2010 guru membagi siswa ke dalam kelompok, kemudian menyampaikan
materi laporan neraca secara garis besar serta memberikan soal sebagai
bahan diskusi. Pertemuan kedua pada hari Selasa 20 April 2010 guru
memberikan soal sebagai bahan untuk diskusi kelompok. Guru berkeliling
untuk membantu siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.
Kemudian guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi dan semua kelompok menanggapinya. Pertemuan ketiga,
Sabtu 24 April 2010 diisi dengan pelaksanaan games tournament.
Pertemuan keempat pada hari Sabtu 1 Mei 2010 dilaksanakan post test
dan pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin
tertinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat proses pembelajaran
akuntansi pada kelas XI IPS 4 diperoleh hasil tentang aktivitas Siswa
selama mengikuti pelajaranakuntansi pada siklus II, antara lain:
1) Siswa yang aktif selama apersepsi sebesar 63,16 % siswa sedangkan
36,84% siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran.
2) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran sebesar 84,21% siswa
dan 15,79% siswa lainnya kurang berkonsentrasi dalam menerima
materi dan penjelasan dari guru.
3) Siswa yang berperan dalam kelompok sebesar 81,59% siswa dan
18,41% siswa lainnya kurang dalam bekerja secara kelompok.
76
4) Prestasi siswa diukur dari hasil post test yang dikerjakan oleh siswa
sebesar 89,19% siswa mendapat nilai diatas 65. Sedangkan 10,81%
siswa masih mendapat nilai kurang dari 65.
Hasil dan interpretasi tersebut dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik Tingkat Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa
Pada Siklus II
4) Refleksi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus II, peneliti melakukan
analisis sebagai berikut :
1) Kebaikan-kebaikan guru dalam pelaksanaan siklus II :
a) Guru dapat mengelola kelompok dengan baik.
b) Guru mulai terbiasa dengan metode TGT.
2) Kebaikan-kebaikan siswa dalam pelaksanaan siklus II :
a) Kekompakan siswa dalam kelompok mulai terbentuk.
b) Prestasi belajar siswa meningkat.
c) Siswa terbiasa dan antusias dengan metode TGT.
3) Kekurangan-kekurangan guru dalam pelaksanaan siklus II :
a) Guru masih belum maksimal dalam menggunakan metode TGT.
77
b) Guru kurang memberikan perhatian kepada siswa yang kesulitan
dalam memahami materi.
4) Kekurangan-kekurangan siswa dalam pelaksanaan siklus II :
a) Siswa masih cenderung kurang siap dalam menerima materi
pelajaran.
b) Masih terdapat beberapa siswa yang acuh dalam mengerjakan
tugas kelompok, antara lain Indra dan Khevin.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan hasil observasi
tersebut adalah:
1) Guru hendaknya memahami dengan baik langkah-langkah
pembelajaran dengan metode TGT.
2) Guru hendaknya menggunakan taktik/gaya mengajar yang
lebih menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
D. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 4
SMA Negeri 2 Surakarta terdiri dalam dua siklus penelitian. Setiap siklus terdiri
atas empat tahap, yaitu : (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan
tindakan, (3) tahap observasi tindakan/pengamatan dan (4) tahap analisis dan
refleksi tindakan. Deskripsi tentang hasil penelitian dari siklus I sampai dengan
siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei/observasi awal
untuk mengetahui kondisi yang ada pada sekolah tersebut. Berdasarkan hasil
observasi peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada siswa
kelas XI IPS 4, yaitu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi rendah
dan siswa cenderung pasif dalam menerima materi pelajaran akuntansi. Hal ini
terjadi karena guru kurang variatif dalam menggunakan metode pembelajaran,
sehingga siswa merasa jenuh dan proses pembelajaran kurang berjalan efektif.
Oleh karena itu, guru dan peneliti mengadakan diskusi untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
78
dipilih sebagai solusi untuk masalah tersebut. Alasan pemilihan metode TGT
adalah karena siswa lebih paham ketika temannya menjelaskan materi, sehingga
pembelajaran kelompok dan melakukan games tournament diharapkan dapat
meningkatkan prestasi siswa.
Tahap selanjutnya setelah pemilihan metode yang sesuai untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa ditentukan adalah dengan penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I. Materi untuk siklus I
adalah laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal. Guru menjelaskan materi
laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal dengan baik, setelah itu guru
memberikan soal sebagai bahan diskusi dan post test sebagai evaluasi.
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 7. Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I
No
1
2
3
4
Apek yang dinilai
Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan siswa selama pembelajaran
Peran siswa dalam kelompok
Prestasi belajar (KKM 65)
Jumlah
siswa
20
28
27
27
Prosentase
(%)
52,63
73,68
71,05
75,00*)
*) 27/36 x 100%, karena dua siswa tidak masuk
Hasil yang diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa keaktifan siswa
selama apersepsi masih rendah, yaitu sebesar 52,63% yang berada dibawah
tingkat indikator ketercapaian 60%. Hal ini disebabkan bahwa siswa belum
terbiasa untuk menanggapi pertanyaan guru tentang review materi yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Perolehan hasil 52,63% pada indikator
keaktifan siswa selama apresepsi diperoleh dari hasil rata-rata apersepsi selama
dua pertemuan pada siklus I, yaitu pada pertemuan pertama dan kedua.
Keaktifan siswa selama pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil sebesar
73,68%, hasil ini dihitung dari rata-rata keaktifan siswa selama guru menyampaikan
materi serta keaktifan siswa pada saat pelaksanaan games tournament. Keaktifan
siswa pada siklus I ini telah menunjukkan hasil diatas tingkat indikator
ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar 70%. Hal ini menujukan
79
bahwa
siswa
antusias
dalam
mengikuti
pembelajaran.
Pada
indikator
peran/keaktifan siswa dalam kelompok diperoleh hasil 71,05%, hasil tersebut
dihitung dari banyaknya siswa yang aktif dalam kelompok selama diskusi dan
presentasi kelompok. Sedangkan prestasi siswa pada siklus I telah mencapai 75%
sesuai dengan tingkat ketercapaian indikator yang telah ditetapkan 75%, prestasi
belajar siswa dihitung berdasarkan banyaknya siswa yang telah mencapai batas
ketuntasan 65. Hasil ini dihitung berdasarkan jumlah siswa yang mengikuti post
test yaitu 36 siswa.
Pelaksanaan penelitian pada siklus I terdapat dua masalah yang timbul
yaitu masih rendahnya tingkat keaktifan siswa selama apersepsi yaitu 52,63%
serta guru dan siswa belum terbiasa dengan metode TGT maka dilaksanakan
siklus II.
Pada pelaksanaan siklus II tidak begitu banyak perubahan yang terjadi
dalam langkah-langkah pembelajaran. Perbedaan dalam siklus II ini adalah pada
pertemuan pertama materi yang dibahas adalah laporan neraca, serta proses
pembelajaran pada pertemuan pertama dilakukan diskusi secara kelompok. Hal ini
berbeda dengan siklus sebelumnya dimana pada siklus I materi yang dibahas
adalah laporan laba/rugi dan laporan perubahan modal, serta pertemuan pertama
pada siklus I guru menyampaikan materi dengan ceramah. Hasil yang diperoleh
pada pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II
No
1
2
3
4
Apek yang dinilai
Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan siswa selama pembelajaran
Peran siswa dalam kelompok
Prestasi belajar (KKM 65)
Jumlah
siswa
24
32
31
33
Prosentase
(%)
63,16
84,21
81,59
89,19*)
**) 33/37 x 100%, karena satu siswa tidak masuk
Perhitungan terhadap hasil yang diperoleh pada siklus II sama seperti cara
yang digunakan untuk menghitung hasil perolehan pada siklus I. Hasil yang
diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa keaktifan siswa selama persepsi
adalah 63,16%, hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa selama
80
apersepsi telah berada diatas indikator ketercapaian sebesar 60%. Hal ini
disebabkan siswa mulai aktif dalam menanggapi review materi yang disampaikan
guru. Keaktifan siswa selama pembelajaran sebesar 84,21%, hal ini disebabkan
karena siswa mulai menikmati pembelajaran dengan metode TGT.
Banyaknya siswa yang kompak dalam kelompoknya menyebabkan
keaktifan/peran siswa dalam kelompok menunjukkan tingkat 81,59%, sedangkan
prestasi belajar siswa sebesar 89,59%. Hasil prestasi belajar siswa dihitung dari
banyaknya siswa yang mengikuti post test sejumlah 37 siswa.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II dapat
dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tipe Teams Games
Tournament (TGT) yang diterapkan pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2
Surakarta efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
melalui peningkatan prestasi belajar pada siklus I dan siklus II, serta peningkatan
keaktifan siswa selama siklus I dan siklus II berlangsung. Peningkatan tersebut
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 9. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa
No
1
Aspek yang dinilai
3
Keaktifan siswa
selama apersepsi
Keaktifan siswa selama
pembelajaran
Peran siswa dalam kelompok
4
Prestasi Belajar (KKM 65)
2
Siklus
I
II
I
II
I
II
I
II
Jumlah
siswa
20
24
28
32
27
31
27
33
(%)
52,63
63,16
73,68
84,21
71,05
81,59
75,00*)
89,19**)
Peningkatan
10,53%
10,53%
10,54%
14,19%
*) 27/36 x 100%, karena dua siswa tidak masuk
**) 33/37 x 100%, karena satu siswa tidak masuk
Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat juga terlihat dalam
grafik sebagai berikut :
81
Gambar 5. Grafik Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa
Tabel dan grafik diatas merupakan hasil penelitian tindakan kelas pada
siklus I dan siklus II. Secara umum prestasi dan keaktifan siswa mengalami
peningkatan, baik keaktifan siswa selama apersepsi, keaktifan selama pembelajaran
serta keaktifan dalam kelompok. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT efektif dalam meningkatkan
prestasi serta keaktifan siswa. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang
menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II, antara lain sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan keaktifan siswa selama apersepsi pada siklus I sebesar
52,63% dan siklus II sebesar 63,16%. Terjadi peningkatan sebesar 10,53%.
2. Hasil pengamatan keaktifan siswa selama pembelajaran pada siklus I sebesar
73,68% dan siklus II sebesar 84,21%. Terjadi peningkatan sebesar 10,53%.
3. Hasil pengamatan terhadap keaktifan/peran siswa dalam kelompok pada siklus
I sebesar 71,05% dan siklus II sebesar 81,59%. Terjadi peningkatan sebesar
10,54%.
4. Prestasi belajar yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 75% dari 36 siswa
yang hadir, dan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 89,19% dari 37 siswa
yang hadir. Sehingga prestasi belajar siswa meningkat sebesar 14,19%.
82
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, siswa mulai
menikmati pembelajaran dengan metode TGT, siswa mampu bekerja sama dengan
kelompok dengan baik serta siswa mampu mempresentasikan dan menanggapi
hasil diskusi dengan baik.
Berdasarkan hasil tersebut metode Teams Games Tournament (TGT)
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2
Surakarta. Hal ini ditandai oleh tingkat prestasi belajar siswa pada siklus I telah
mencapai 75% (KKM 65) sesuai dengan indikator pembelajaran yang efektif,
kemudian prestasi belajar siswa meningkat pada siklus II sebesar 89,19%. Selain
itu guru dapat meningkatkan kinerjanya dalam melaksanankan tugasnya dengan
melaksanakan pembelajaran secara efektif yang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas XI IPS 4 SMA
Negeri 2 Surakarta ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat
tahap, yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
tindakan, dan (4) refleksi tindakan.
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa metode
pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2
Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Keefektifan ini terbukti dari
peningkatan
prestasi belajar siswa sebesar 14,19%, peningkatan ini dihitung dari ketuntasan
belajar pada siklus I sebesar 75% dan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar
89,19%. Selain itu, metode TGT juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran akuntansi, antara lain :
5. Keaktifan siswa selama apresepsi pada siklus I sebesar 52,63% dan siklus II
sebesar 63,16%. Terjadi peningkatan sebesar 10,53%.
6. Keaktifan siswa selama pembelajaran pada siklus I sebesar 73,68% dan siklus
II sebesar 84,21%. Terjadi peningkatan sebesar 10,53%.
7. Keaktifan/peran siswa dalam kelompok pada siklus I sebesar 71,05% dan
siklus II sebesar 81,59%. Terjadi peningkatan sebesar 10,54%.
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan metode Teams Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran yaitu, prestasi belajar siswa dapat
meningkat serta siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran akuntansi, hal ini
disebabkan
karena
terdapat
games
tournament
yang
dilakukan
dalam
pembelajaran.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasan dan simpulan yang telah
dikemukakan tersebut maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
84
1. Implikasi Teoretis
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar antara lain (Soemanto,
2006: 113-121), faktor stimuli belajar, faktor metode belajar dan faktor individual.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi belajar adalah faktor guru dan siswa. Faktor-faktor tersebut
merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran, sehingga diupayakan faktor-faktor tersebut dapat bekerja sama
dengan baik. Faktor pemilihan metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat kepahaman siswa yang
diukur dengan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan kemampuan guru
yang baik dalam menggunakan metode pembelajaran agar proses pembelajaran
berjalan secara kondusif dan efektif yang nantinya akan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode
pembelajaran
kooperatif
yang
menggunakan
turnamen
akademik
dan
menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2009: 165). Metode
pembelajaran TGT ini menempatkan siswa dari berbagai tingkat prestasi kedalam
satu kelompok, sehingga siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah
dapat bertanya kepada siswa lain yang memiliki kemampuan akademik yang
tinggi. Adanya kesempatan bertanya kepada siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang tinggi menjadikan siswa berkemampuan akademik rendah dapat
memahami materi dengan lebih baik.
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam suatu kelas
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa serta keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui penggunaan
metode Teams Games Tournament (TGT) efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
85
siswa pada mata pelajaran akuntansi. Bagi guru bidang studi akuntansi, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Disamping itu dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran akuntansi dan membuat siswa antusias selama pelajaran
karena pembelajaran dikemas secara menarik dan menyenangkan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II memberikan gambaran
bahwa masih terdapat kekurangan/kelemahan yang terjadi selama pemberian
tindakan. Akan tetapi kekurangan/kelemahan dapat diminimalisir pada siklus II.
Berdasarkan pemberian tindakan tersebut diperoleh hasil bahwa terjadi efektifitas
metode pembelajaran tipe TGT terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saransaran sebagai berikut :
1. Guru harus berani untuk mengadakan variasi dalam menyampaikan materi
pelajaran, sehingga siswa terhindar dari kejenuhan saat proses pembelajaran
dilaksanakan.
2. Selain itu guru harus memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa
merasa butuh untuk mempelajari materi yang disampaikan.
3. Guru harus selalu memberikan stimulus yang lebih inovatif untuk
meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
4. Bagi guru yang belum pernah menerapkan Teams Games Tournament (TGT)
dapat menerapkan metode tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dan keaktifan siswa.
5. Penelitian tindakan kelas ini seharusnya menjadi suatu acuan bagi guru mata
pelajaran akuntansi maupun mata pelajaran lain untuk menerapkan PTK
dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT dalam kelas yang
diampunya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1996. Belajar dan Pembelajaran I.
Surakarta : UNS Press.
I Wayan Santyasa. 2007. Metodologi penelitian Tindakan Kelas. Makalah pada
Workshop tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Para Guru
SMP 2 dan 5 Nusa Penida Klungkung. Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.
M. Ngalim Purwanto. 2000. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Martinis Yamin. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia. Jakarta : Gaung
Persada Pess.
Masnur Muslich. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu
Mudah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinanta. 2003. Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nurgana. 1985. Efektivitas Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia. http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitaspembelajaran/. Diakses: 5 Februari 2010 pukul 19.17 WIB.
Nurul Zuriah. 2006. Metodologi Peneleitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Saifuddin Azwar. 2002. Tes Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung :
Nusa Media.
87
Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : LPPM UNS.
Suharno, Sukardi, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : LPPM
UNS.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Tirtarahardja, Umar, dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Semarang:Aneka Ilmu.
Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
88
Download